5 Model Bisnis Media Online Di Indonesia

8
5 model bisnis media online di Indonesia Tumbangnya edisi cetak majalah berita mingguan Newsweek pada akhir 2012 yang sudah beroperasi selama 80 tahun dan beralih hanya terbit dalam format digital, mengisyaratkan bahwa media online memang akan lebih menjadi pilihan daripada media cetak untuk lahan bisnis. Namun, tidak semua orang mengerti bagaimanakah model bisnis dari sebuah media online. Pada umumnya, model bisnis media online memiliki konsep monetizing dari dua sumber pendapatan utama yaitu: sisi pengiklan (advertiser) dan sisi pembaca (reader atau user). Berdasarkan beberapa startup media online yang telah kami ulas, berikut adalah rangkuman mengenai jenis-jenis model bisnis media online di Indonesia. 1. Display ad Nampaknya display ad layak disebut “model bisnis sejuta umat” mengingat kebanyakan media online di Indonesia menggunakan medium ini untuk menghasilkan pendapatan. Namun, display ad lebih baik tidak menjadi model bisnis yang utama, mengingat pengiklan cenderung mau beriklan dengan model seperti ini jika traffic website media online tersebut sudah memadai. Sementara membangun traffic website yang memadai untuk mendapatkan iklan, memerlukan waktu lama dan panjang. Apalagi dalam bisnis — apapun itu — meraih keuntungan dalam jangka pendek lebih baik daripada jangka panjang. Google adsense juga termasuk dalam model bisnis ini, walaupun seringkali pendapatan yang dihasilkan tidak sebesar display ad.

description

Hal yang penting untuk di ingat

Transcript of 5 Model Bisnis Media Online Di Indonesia

5 model bisnis media online di Indonesia

Tumbangnya edisi cetak majalah berita mingguan Newsweek pada akhir 2012 yang sudah beroperasi selama 80 tahun dan beralih hanya terbit dalam format digital, mengisyaratkan bahwa media online memang akan lebih menjadi pilihan daripada media cetak untuk lahan bisnis. Namun, tidak semua orang mengerti bagaimanakah model bisnis dari sebuah media online.

Pada umumnya, model bisnis media online memiliki konsep monetizing dari dua sumber pendapatan utama yaitu: sisi pengiklan (advertiser) dan sisi pembaca (reader atau user). Berdasarkan beberapa startup media online yang telah kami ulas, berikut adalah rangkuman mengenai jenis-jenis model bisnis media online di Indonesia.

1. Display ad

Nampaknya display ad layak disebut model bisnis sejuta umat mengingat kebanyakan media online di Indonesia menggunakan medium ini untuk menghasilkan pendapatan. Namun, display ad lebih baik tidak menjadi model bisnis yang utama, mengingat pengiklan cenderung mau beriklan dengan model seperti ini jika traffic website media online tersebut sudah memadai. Sementara membangun traffic website yang memadai untuk mendapatkan iklan, memerlukan waktu lama dan panjang. Apalagi dalam bisnis apapun itu meraih keuntungan dalam jangka pendek lebih baik daripada jangka panjang. Google adsense juga termasuk dalam model bisnis ini, walaupun seringkali pendapatan yang dihasilkan tidak sebesar display ad.

Model bisnis display ad sendiri bisa berbentuk banner dengan ukuran tertentu yang dipasang pada tampilan website atau bisa juga berupa mobile ad jika media online tersebut sudah memiliki aplikasi mobile-nya. Hampir semua media online di Indonesia menerapkan model bisnis display ad, antara lain Speed Architech, Hijapedia, dan Dream..

2. Content creation

Sekiranya display ad dianggap terlalu mainstream sebagai model bisnis atau Anda ingin memfasilitasi produk atau brand dengan iklan dalam bentuk lain yang lebih variatif, content creation bisa menjadi pilihan. Melalui model bisnis ini, pesan-pesan sponsor yang bersifat iklan bisa disampaikan dengan halus melalui konten-konten yang disajikan baik tulisan maupun audio visual. Jenis konten-nya sendiri bisa beragam antara lain sponsored post, video based content, newsletter, dan content marketing . Beberapa contoh media online yang mengutamakan model bisnis ini antara lain Kompas, MalesBanget, dan khusus Hipwee menggunakan istilah custom editorial content.

3. Community engagement

Jika media online Anda sudah memiliki komunitas dengan basis user atau reader yang solid, model bisnis community engagement bisa diterapkan. Pada model bisnis ini pihak pengiklan mendanai kegiatan online maupun offline dari komunitas yang dimiliki sebuah media online tertentu baik berbentuk event sponsorship, forum sponsorhip, dan/atau online activation. Dengan model bisnis community engagement pesan-pesan berkonotasi iklan bisa disampaikan melalui spanduk, poster, swag, atau material cetak lain yang menampilkan logo dan/atau slogan pengiklan tersebut. Media online yang menerapkan model bisnis ini antara lain Daily Social dan Female Daily.

4. Community insight

Model bisnis community insight mirip dengan poin sebelumnya yang memberdayakan komunitas dari sebuah media online tertentu. Tetapi, pada model bisnis ini produk atau brand tertentu menjadikan komunitas dari sebuah media online lebih sebagai obyek research yang disebut brand and competitor research dan/atau obyek survey yang disebut consumer survey. Untuk beberapa kebutuhan marketing tertentu, beberapa anggota komunitas juga dikumpulkan secara offline untuk research atau survey yang lebih terfokus dengan konsep focus discussion group.

Tetapi, bagi Anda yang ingin menerapkan model bisnis community engagement dan community insight bagaimanapun memerlukan waktu lama dan panjang untuk membangun komunitas, yang diawali dengan membangun traffic yang memadai terlebih dahulu. Anda bisa mengetahui lebih lanjut mengenai urgensi komunitas dalam bisnis media online kami nanti lebih mengambil studi kasus Femina yang berupa media cetak pada pembahasan khusus di bawah nanti.

5. Premium content subscription

Sengaja kami menempatkan pada poin terakhir, mengingat model bisnis ini jarang diterapkan pada bisnis media online di Indonesia. Mengapa? Karena model bisnis premium content subscription mengenakan biaya kepada user atau reader apabila mereka ingin membaca sebuah konten tertentu dari sebuah media online. Sementara karakter konsumen Indonesia relatif cenderung lebih menyukai hal yang bersifat gratis.

Perlukah mendewakan traffic?

Jika Anda amati, kelima jenis model bisnis media online tadi memiliki kebergantungan besar terhadap jumlah kuantitas traffic. Tetapi, hal itu menjadi tidak begitu berlaku jika media online yang Anda kelola menyasar niche market. Misalnya TalkMen yang masuk ke niche market pria urban kelas menengah ke atas berusia 18 hingga 34 tahun. Sebagai startup media online yang masih berusia hampir dua tahun, traffic TalkMen tentu saja masih kalah kuantitasnya dibandingkan media online yang general seperti Detik. Tetapi, Andreas Christiadi selaku founder mengungkapkan bahwa TalkMen sudah menghasilkan pendapatan melalui model bisnis content creation dengan variasi yang disebut content partnership. Mengetahui seksinya media online dengan konsep niche market tanpa harus menunggu waktu lama dan panjang dalam membangun traffic, tidak mengherankan jika Detik pun turut mendirikan media online khusus pria tentu saja dengan pembedanya tersendiri bernama MaleDetik.

Apa yang membuat pengiklan rela menggelontorkan budget-nya untuk media online yang berusia kurang dari dua tahun dan belum memiliki traffic teramat tinggi? Ya, Anda benar jika jawabannya terletak pada pemilihan segmen pasar yang khusus atau yang familiar disebut niche market.

Jika studi kasusnya adalah media online khusus pria, para pemilik aneka brand pria tentu akan lebih memilih beriklan disana yang sudah pasti demografi dan psikografi-nya yang berasal dari kalangan pria dengan spesifikasi kelas ekonomi tertentu, daripada beriklan di media general. Namun, pastikan sebelum mendirikan media online dengan niche market tertentu, Anda perlu melakukan riset pasar terlebih dahulu manakah produk atau brand yang biasanya selalu memiliki alokasi budget iklan untuk media general.

Kami mengerti bahwa traffic merupakan sumber konversi pendapatan terbesar dari sebuah bisnis media online. Tetapi, apalah artinya jumlah traffic besar, tetapi monetisasinya kecil karena keliru memilih model bisnis?

Belajar dari Femina dalam hal pengembangan dan monetisasi komunitas

Kurang dari dua bulan setelah Newsweek menerbitkan edisi cetak terakhirnya tepat di penghujung akhir tahun 2012 yaitu pada tanggal 31 Desember silam, beberapa dewa-dewi media di Indonesia dikumpulkan pada event offline bertajuk Tantangan media cetak dalam menghadapi Digital Tsunami.

Pada Senin 18 Februari 2013 itu, dewa-dewi media di Indonesia antara lain Edi Taslim (vice director Kompas.com sekaligus digital group director Kompas Gramedia), Petty S. Fatimah (editor in chief sekaligus chief community officer majalah Femina), dan Kemal Gani (editor in chief majalah SWA) berbagi mengenai strategi bisnis media cetaknya masing-masing sekaligus menyikapi ditutupnya edisi cetak Newsweek.

Saat itu Petty S. Fatimah menjadi pusat perhatian dengan menguak rahasia bisnis majalah cetak Femina yang berdiri sejak 18 September 1972 dengan strategi mengembangkan komunitas. Petty membeberkan bahwa sejak tahun 2010 Femina sudah memiliki posisi yang disebut chief community officer dalam struktur kepengurusan majalahnya. Posisi ini khusus menangani sembilan komunitas yang Femina miliki berdasarkan minat yang ditemukan dari divisi riset yang tiap enam bulan rutin melakukan penelitian melalui database demografi dan psikografi pembacanya.

Dari sembilan komunitas itu, Femina menyeleksi kembali manakah komunitas yang prioritas untuk dibuatkan program yang nantinya ditawarkan kepada pengiklan. Dengan strategi seperti ini, Femina sudah tidak lagi menjual space iklan di majalah cetaknya dalam konteks media online mirip dengan model bisnis display ad melainkan menjual jasa yang disebut program komunikasi terintegrasi. Penentuan komunitas yang menjadi prioritas itu sendiri berdasarkan dua aspek yaitu jumlah kuantitas populasi komunitas tersebut dan peluang bisnis yang bisa dihasilkan sehingga bisa dikonversi menjadi pendapatan secara finansial.

Sembilan komunitas Femina itu juga memiliki empat eksekusi program berbeda dengan memanfaatkan semua kanal yang nantinya ditawarkan kepada pengiklan, yaitu:

Pertama: bisa berupa aktivitas yang hanya bersifat editorial baik berupa penulisan artikel pada rubrik tertentu atau pembuatan booklet sebagai bonus yang disisipkan pada majalah cetaknya pada bagian ini Anda tentu teringat dengan model bisnis media online yang disebut content creation.

Kedua: Femina mengerti bahwa komunitas merupakan aset, maka dua dari sembilan komunitas utama andalannya secara khusus dibuatkan website terpisah yaitu Wanita Wirausaha dan Wajah Femina. Oleh karena itu, program komunitas Femina selanjutnya yang bisa ditawarkan kepada pengiklan juga bisa bersifat aktivitas online baik yang ditampilkan dalam website Femina dan/atau dalam dua website komunitas Femina andalan tadi.

Ketiga: program komunitas Femina bisa juga berupa aktivitas di media sosial baik dengan konten Kul-Twit (Kuliah Twitter), konten marketing sebuah produk atau brand tertentu, dan konten lainnya yang relevan dengan karakter media sosial dalam konteks media online, ini mirip dengan model bisnis content creation.

Keempat: pengiklan juga bisa memilih jenis program komunitas Femina yang terakhir ini berupa pengadaan event offline dengan kategori edukasi seperti seminar maupun workshop dan/atau kompetisi Femina sendiri memiliki kompetisi unggulannya yaitu Wanita Wirausaha. Pada bagian ini, Anda tentu teringat dengan model bisnis media online community engagement.

Dari empat jenis program komunitas Femina yang dibeberkan Petty tadi, satu rahasia yang diungkap selanjutnya bahwa dewasa ini pengiklan lebih menyukai program yang bersifat activation.

Menurut kami, startup media online di Indonesia perlu belajar dari keberhasilan Femina dalam bisnis media terlepas bahwa Femina berasal dari media cetak, bukan media online utamanya pada strategi mengembangkan komunitas dan melakukan monetisasi dari komunitas tersebut.

Kelima jenis model bisnis media online tadi bisa Anda optimalkan secara serentak atau bisa dipilih hanya beberapa saja sesuai kebutuhan. Karena tidak semua model bisnis yang kami paparkan tadi, tepat untuk Anda terapkan tergantung positioning, diferensiasi, dan branding dari media online yang Anda kelola. Misalnya, jika positioning media online Anda menyasar pangsa pasar anak-anak, apakah tepat jika menerapkan model bisnis premium content subscription?

Kemudian model bisnis bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan sebuah bisnis media online. Anda juga perlu memahami konsep media online terkini yang melibatkan komunitas dalam pembuatan konten yang familiar disebut user generated content untuk menurunkan biaya pembuatan konten oleh tim internal redaksi.

Sekiranya Anda masih memiliki informasi mengenai model bisnis media online yang belum kami ulas, silakan kabari kami pada kolom komentar di bawah ini.