5 Masalah Yang Membelit Pembangunan Pertanian Di Indonesia
-
Upload
ryan-nightwalker -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
Transcript of 5 Masalah Yang Membelit Pembangunan Pertanian Di Indonesia
-
28/03/13 5 Masalah Yang Membelit Pembangunan Pertanian di Indonesia
setkab.go.id/artikel-5746-.html 1/3
Bahasa Indonesia English Language
Selasa, 18 September 2012 - 13:43 WIB
5 Masalah Yang Membelit Pembangunan Pertanian di Indonesia
Oleh : Oktavio Nugrayasa*)
- Dibaca: 21172 kali
Pembangunan pertanian di Indonesia dengan prinsip kemandirian dan
berkelanjutan senantiasa harus diwujudkan dari waktu ke waktu, sebagai
prasyarat bagi keberlanjutan eksistensi bangsa dalam mengatasi ancaman
kelangkaan pangan dunia yang dampaknya semakin terlihat nyata.
Berkaca dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia
Pasifik (APEC) di Vladivostok, Rusia, 8-9 September lalu, yang
mengangkat tema ancaman krisis pangan global, perhatian terhadap
masalah krisis pangan harus lebih ditingkatkan.
Tema krisis pangan kembali mengemuka setelah jumlah penduduk dunia diperkirakan akan
melonjak menjadi 9 miliar pada tahun 2050, naik sebelumnya 7 miliar pada tahun 2011. Perhatian
terhadap masalah tersebut semakin bertambah menguat akibat ancaman krisis pangan kini
semakin membesar, terutama setelah Organisasi Pangan dan Pertanian pada Agustus lalu
mengeluarkan laporan kenaikan harga-harga pangan dan Departemen Pertanian Amerika
Serikat kembali merevisi angka estimasi penurunan produksi pangan, terutama biji-bijian.
Bahkan, FAO secara serius mengingatkan Indonesia tentang ancaman krisis pangan ini.
Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyebutkan bahwa kenaikan harga pangan
biji-bijian dunia telah mencapai 17 persen (38 poin dalam indeks harga) dibandingkan dengan
harga bulan Juni 2012. Departemen Pertanian AS (USDA) juga telah merevisi estimasi produksi
jagung, yang diperkirakan menurun 17 persen pada Agustus 2012 karena kekeringan yang
sangat dahsyat. Harga jagung di tingkat internasional juga telah meningkat sampai 23 persen.
Bahkan, kenaikan harga jagung tercatat 46 persen jika dibandingkan dengan harga pada Mei
2012. Kenaikan harga jagung masih akan terus berlangsung karena sekitar 42 persen jagung
dunia dihasilkan oleh AS, terutama di daerah Midwest, yang kini bermasalah karena kekeringan
hebat.
Kekeringan hebat yang melanda Rusia, sebagai salah satu produsen gandum dunia, sehingga
telah menaikkan harga gandum sampai 19 persen. Stok gandum dunia diperkirakan menurun
menjadi 179 juta ton sehingga volume yang diperdagangkan pun akan menurun, yang akan
mengerek harga gandum lebih tinggi lagi. Dengan ketergantungan 100 persen pada gandum
impor, dan total impor gandum Indonesia yang mencapai 6,6 juta ton (naik 6,2 persen), kenaikan
harga tepung terigu di dalam negeri akan memiliki dampak berantai yang pasti berpengaruh
terhadap kinerja sektor riil di Indonesia.
Tingkat produksi Rusia pada tahun 2012 diperkirakan angkanya akan mencapai 70-75 juta ton
gandum dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar 94 juta ton. Kondisi ini ternyata
mengindikasikan bahwa krisis pangan kini telah menjadi ancaman serius bagi sebagian besar
penduduk dunia.
Indonesia sebenarnya memiliki pengalaman yang baik dalam merumuskan respons kebijakan
dalam meredam dampak krisis pangan global 2008-2009. Kebetulan juga musim hujan cukup
bersahabat sehingga produksi beras, sebagai pangan pokok, juga meningkat bahkan di atas 6
persen. Perum Bulog juga mampu melakukan manajemen logistik beras dan penyaluran beras
untuk rakyat miskin (raskin). Kini, musim hujan di Indonesia diperkirakan masih akan terlambat
sehingga kinerja produksi pangan tak sebaik tahun 2008-2009.
Secara hakikat, sejarah tak akan pernah dapat diulang secara sama persis sehingga respons
kebijakan yang harus segera diambil pemerintah juga perlu lebih inovatif. Benar bahwa
ARTIKEL
Rabu, 27 Maret 2013
Mengapa Terjadi Longsor di
Cililin?
Senin, 25 Maret 2013
Penanggulangan Kemiskinan
Di Daerah
Sabtu, 23 Maret 2013
Evaluasi dan Edukasi Kunci
Pengendalian Harga Bawang
Putih
Jumat, 22 Maret 2013
The Thinker: Looking Beyond
2015
Kamis, 21 Maret 2013
Posisi Presiden dalam
Pergantian Antar Waktu
Anggota DPR
Kamis, 28 Maret 2013
Garuda Rising: A New Altitude
in RI Diplomacy
Kamis, 28 Maret 2013
Akhiri kemiskinan!
ARTIKEL SEBELUMNYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PERATURAN BARU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SMS RAKYAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Like Send 30 people like this.
Pencarian...
Summary of Indonesia's Presidential Speech on
the 4th World Peace Forum, Bogor Palace,
November 25, 2012
Belajar dari Pengalaman: Catatan Kecil
Penyelenggaraan COP 18/CMP 8 di Doha
Faktor Kunci Meningkatnya Investasi di
Indonesia
Lengkap dan Akurat di Website Pemerintah*)
Presiden dan Koalisi Parpol
PERPRES
Nomor: 18 TAHUN 2013
Tentang:
TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL POLISI
KEHUTANAN.
Dokumen:
Perpres0182013.pdf
Lampiran:
Perpres0182013_Lampiran.pdf
Pak SBY, saya sangat setuju
dengan gaya sidak (blusukan) kami
harap ada tindakan nyata, terima
kasih. (08133709xxxx)
HOME PROFIL BERITA ARTIKEL PRO-RAKYAT NUSANTARA INTERNATIONAL MP3EI KAWAL APBN APRESIASI RI
-
28/03/13 5 Masalah Yang Membelit Pembangunan Pertanian di Indonesia
setkab.go.id/artikel-5746-.html 2/3
Kementerian Pertanian telah melakukan rapat koordinasi dengan seluruh kepala dinas pertanian.
Begitu pula konsep dan strategi telah disusun dengan sejumlah perencanaan akan menambah
jumlah anggaran produksi pangan, membuka akses pada daerah-daerah yang terisolasi, serta
meningkatkan pendapatan para petani. Namun langkah nyata dan pelaksanaan kebijakan di
tingkat lapangan sangat ditunggu segera karena ancaman krisis pangan tidak akan dapat
diselesaikan hanya di ruang rapat.
5 (lima) Masalah Pembangunan Pertanian
Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam masalah yang
dihadapi, masalah Pertama yaitu penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan
pertanian. Dari segi kualitas, faktanya lahan dan pertanian kita sudah mengalami degradasi yang
luar biasa, dari sisi kesuburannya akibat dari pemakaian pupuk an-organik. Berdasarkan Data
Katalog BPS, Juli 2012, Angka Tetap (ATAP) tahun 2011, untuk produksi komoditi padi
mengalami penurunan produksi Gabah Kering Giling (GKG) hanya mencapai 65,76 juta ton dan
lebih rendah 1,07 persen dibandingkan tahun 2010. Jagung sekitar 17,64 juta ton pipilan kering
atau 5,99 persen lebih rendah tahun 2010, dan kedelai sebesar 851,29 ribu ton biji kering atau
4,08 persen lebih rendah dibandingkan 2010, sedangkan kebutuhan pangan selalu meningkat
seiring pertambahan jumlah penduduk Indonesia.
Berbagai hasil riset mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif di Indonesia,
terutama di Pulau Jawa telah menurun produktivitasnya, dan mengalami degradasi lahan
terutama akibat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah yaitu kecil dari 2 persen. Padahal,
untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan kandungan C-organik lebih dari 2,5 persen
atau kandungan bahan organik tanah > 4,3 persen. Berdasarkan kandungan C-organik
tanah/lahan pertanian tersebut menunjukkan lahan sawah intensif di Jawa dan di luar Jawa tidak
sehat lagi tanpa diimbangi pupuk organik dan pupuk hayati, bahkan pada lahan kering yang
ditanami palawija dan sayur-sayuran di daerah dataran tinggi di berbagai daerah. Sementara itu,
dari sisi kuantitasnya konfeksi lahan di daerah Jawa memiliki kultur dimana orang tua akan
memberikan pembagian lahan kepada anaknya turun temurun, sehingga terus terjadi penciutan
luas lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan bangunan dan industri.
Masalah kedua yang dialami saat ini adalah terbatasnya aspek ketersediaan infrastruktur
penunjang pertanian yang juga penting namun minim ialah pembangunan dan pengembangan
waduk. Pasalnya, dari total areal sawah di Indonesia sebesar 7.230.183 ha, sumber airnya 11
persen (797.971 ha) berasal dari waduk, sementara 89 persen (6.432.212 ha) berasal dari non-
waduk. Karena itu, revitalisasi waduk sesungguhnya harus menjadi prioritas karena tidak hanya
untuk mengatasi kekeringan, tetapi juga untuk menambah layanan irigasi nasional. Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, 42 waduk saat ini dalam kondisi
waspada akibat berkurangnya pasokan air selama kemarau. Sepuluh waduk telah kering,
sementara 19 waduk masih berstatus normal. Selain itu masih rendahnya kesadaran dari para
pemangku kepentingan di daerah-daerah untuk mempertahankan lahan pertanian produksi,
menjadi salah satu penyebab infrastruktur pertanian menjadi buruk.
Selanjutnya, masalah ketiga adalah adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi. Ciri utama
pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan kontinuitas pasokan yang terus
menerus harus selalu meningkat dan terpelihara. Produk-produk pertanian kita baik komoditi
tanaman pangan (hortikultura), perikanan, perkebunan dan peternakan harus menghadapi pasar
dunia yang telah dikemas dengan kualitas tinggi dan memiliki standar tertentu. Tentu saja produk
dengan mutu tinggi tersebut dihasilkan melalui suatu proses yang menggunakan muatan
teknologi standar. Indonesia menghadapi persaingan yang keras dan tajam tidak hanya di dunia
tetapi bahkan di kawasan ASEAN. Namun tidak semua teknologi dapat diadopsi dan diterapkan
begitu saja karena pertanian di negara sumber teknologi mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan negara kita, bahkan kondisi lahan pertanian di tiap daerah juga berbeda-beda. Teknologi
tersebut harus dipelajari, dimodifikasi, dikembangkan, dan selanjutnya baru diterapkan ke dalam
sistem pertanian kita. Dalam hal ini peran kelembagaan sangatlah penting, baik dalam inovasi
alat dan mesin pertanian yang memenuhi kebutuhan petani maupun dalam pemberdayaan
masyarakat. Lembaga-lembaga ini juga dibutuhkan untuk menilai respon sosial, ekonomi
masyarakat terhadap inovasi teknologi, dan melakukan penyesuaian dalam pengambilan
kebijakan mekanisasi pertanian
Hal lainnya sebagai masalah keempat, muncul dari terbatasnya akses layanan usaha terutama
di permodalan. Kemampuan petani untuk membiayai usaha taninya sangat terbatas sehingga
produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial. Mengingat keterbatasan petani
dalam permodalan tersebut dan rendahnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan formal,
maka dilakukan pengembangkan dan mempertahankan beberapa penyerapan input produksi
biaya rendah (low cost production) yang sudah berjalan ditingkat petani. Selain itu, penanganan
pasca panen dan pemberian kredit lunak serta bantuan langsung kepada para petani sebagai
pembiayaan usaha tani cakupannya diperluas. Sebenarnya, pemerintah telah menyediakan
anggaran sampai 20 Triliun untuk bisa diserap melalui tim Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Bank
POLLING
Website ini berguna untuk saya.
Sangat Setuju
Setuju
Biasa Saja
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
vote
Lihat Hasil Poling
-
28/03/13 5 Masalah Yang Membelit Pembangunan Pertanian di Indonesia
setkab.go.id/artikel-5746-.html 3/3
Copyright 2012 - 2013 Sekretariat Kabinet RI. All rights reserved.
TweetTweet 2
BRI khusus Kredit Bidang Pangan dan Energi.
Yang terakhir menyangkut, masalah kelima adalah masih panjangnya mata rantai tata niaga
pertanian, sehingga menyebabkan petani tidak dapat menikmati harga yang lebih baik, karena
pedagang telah mengambil untung terlalu besar dari hasil penjualan.
Pada dasarnya komoditas pertanian itu memiliki beberapa sifat khusus, baik untuk hasil pertanian
itu sendiri, untuk sifat dari konsumen dan juga untuk sifat dari kegiatan usaha tani tersebut,
sehingga dalam melakukan kegiatan usaha tani diharapkan dapat dilakukan dengan seefektif
dan seefisien mungkin, dengan memanfaatkan lembaga pemasaran baik untuk pengelolaan,
pengangkutan, penyimpanan dan pengolahannya. Terlepas dari masalah-masalah tersebut,
tentu saja sektor pertanian masih saja menjadi tumpuan harapan, tidak hanya dalam upaya
menjaga ketahanan pangan nasional tetapi juga dalam penyediaan lapangan kerja, sumber
pendapatan masyarakat dan penyumbang devisa bagi negara.
*) Kabid Ketahanan Pangan dan Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT)
Garuda Rising: A New Altitude in RI Diplomacy (91)
Akhiri kemiskinan! (87)
Mengapa Terjadi Longsor di Cililin? (203)
Penanggulangan Kemiskinan Di Daerah (259)
Evaluasi dan Edukasi Kunci Pengendalian Harga Bawang Putih (426)
The Thinker: Looking Beyond 2015 (212)
Posisi Presiden dalam Pergantian Antar Waktu Anggota DPR (281)
Laporan Pelaksanaan Program Utusan Khusus Presiden untuk Millenium Development Goals
(MDGs) (536)
Indonesia Tuan Rumah Pertemuan Dunia, Bahas Pengentasan Kemiskinan (535)
Stabilitas Politik dan Pembangunan Ekonomi (408)
Share 30