5 bedjo-helicoverpa 2011

5

Click here to load reader

Transcript of 5 bedjo-helicoverpa 2011

Page 1: 5 bedjo-helicoverpa 2011

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.2.,2012

6

PENGARUH KONSENTRASI HaNPV TERHADAP PENEKANAN POPULASI HAMA PEMAKAN POLONG KEDELAI Helicoverpa armigera

Bedjo

Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Jl. Raya Kendalpayak Km. 8. Kotak Pos 66 Malang 65101.

E-Mail: [email protected].

ABSTRAK

Pengendalian hayati hama pemakan polong kedelai Helicoverpa armigera dengan HaNPV telah dilaksanakan di kabupaten Ponorogo dan Blitar pada MK 2002. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan konsentrasi H. armigera Nuclear Polyhidrosis Virus (HaNPV) yang efektif dan efisien untuk mengendalikan H. armigera. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga kali ulangan. Kedelai varietas Wilis ditanam pada petak 5 m x 10 m, jarak tanam 40 cm x 10 cm 2 (dua) tanaman/lubang. Perlakuan konsentrasi HaNPV yang diuji adalah (1) 4 g/l, (2) 2 g/l, (3) 1,5 g/l, (4) 1 g/l, (5). 0,5 g/l, (6) 1,5 g/l + insektisida sihalotrin 1 cc/l, (7) 1 g/l + insektisida sihalotrin 1 cc/l, (8) 2 g/l + insksektisida sihalotrin 1 cc/l, (9) Insektisida sihalotrin 2 cc/l, (10) Kontrol tanpa perlakuan. Pengamatan meliputi populasi H. armigera sebelum aplikasi, dan mortalitas hama tersebut enam dan dua belas hari setelah aplikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan HaNPV yang diberikan dengan konsentrasi 4 g/l pada populasi awal sebelum aplikasi 36 – 46 larva H. armigera/45 rumpun dan 2 g/l dengan populasi awal 32 – 37 ekor larva H. armigera/45 rumpun, 1 dan 2 minggu setelah aplikasi secara nyata menurunkan populasi H. armigera sampai 100%. Sedangkan penggunaan konsentrasi rendah yaitu 1,5, 1 dan 0,5 g/l akan efektif jika pada saat aplikasi dikombinasikan dengan insektisida kimia sihalotrin 1cc/l. Kata Kunci : Kedelai, HaNPV, H.armigera.

ABSTRACT

The effect of HaNPV to control soybean pod feeder Helicoverpa armigera. Field experiment to determine the effective and efficient dose of HaNPV to control H. armigera were carried out in Ponorogo and Blitar districts in the dry season of 2002. A randomized block design in three replications was used Soybean variety Wilis was planted in 10 m x 5 m plot, with 40 cm x 10 cm plant spacing, two plants/hill. The dose of HaNPV tested, were (1) 4 g/l, (2) 2 g/l, (3) 1,5 g/l, (4) 1 g/l, (5). 0,5 g/l, (6) 1,5 g/l + insecticide sihalotrin 1 cc/l, (7) 1 g/l + insecticide 1 cc/l, (8) 2 g/l + insecticide sihalotrin 1 cc/l, (9) insecticide sihalotrin 2 cc/l, (10) Check (no treatment). The poplarvaion, and the mortality of the H. armigera one day before and after application, were recorded.The research indicated that HaNPV applied at 4 g/l and 2 g/l, respectively at the initial larval poplarvaion of H. armigera 36 – 46 larvae/45 hill and 32 – 37 larvae/45 hill significantly reduce 100% the H. armigera poplarvaion in 1 – 2 weeks after application. Aplication at lower 1,5, 1 dan 0,5 g/l, however would be effective to control the insect pest when the HaNPV was combined with sihalotrin insecticide 1 cc/l. Key words : Soybean, HaNPV, H. armigera

Page 2: 5 bedjo-helicoverpa 2011

Bedjo : Pengaruh Konsentrasi Hanpv Terhadap Penekanan Populasi Hama Pemakan Polong Kedelai Helicoverpa Armigera.

7

PENDAHULUAN

Pengendalian hama tanaman kedelai sampai saat ini masih mengandalkan insektisida kimia, sedangkan penggunaan insektisida yang terus-menerus dapat menimbulkan berbagai dampak negatip antara lain mencemari lingkungan, membunuh serangga bukan sasaran (parasit dan predator), berkembangnya strain/gen hama yang lebih tahan terhadap insektisida (Endo et al. 1988). Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain dalam pengendaliannya. Bioinsektisida dapat mengendalikan serangga hama sasaran secara tepat karena bersifat spesifik, mempunyai kemampuan membunuh cukup tinggi, biaya relatif murah dan tidak mencemari lingkungan (Deacon 1983; Jayaray 1985; Santoso 1994). Beberapa bioinsektisida yang sangat berpotensi dan dapat dikembangkan secara komersial maupun non komersial pada tingkat petani yaitu Nuclear polyhedrosis virus (NPV), Bacillus thuringiensis, jamur Metarhizium anisopliae.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa musuh alami hama dari kelompok virus, bakteri dan jamur dapat dikembangkan menjadi bioinsektisida (Suhardjan dan Sudarmadji 1993; Webb et al 2001) ). Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) merupakan virus yang dapat digunakan sebagai bioinsektisida sebagai alternatif lain pengganti insektisida kimia untuk mengendalikan H. armigera. Hal ini karena telah terbukti bahwa NPV merupakan salah satu patogen yang efektif mematikan larva grayak dan beberapa jenis Noctuid lainnya. Disamping itu, NPV dapat diperbanyak secara “in vivo” di laboratorium (Ignoffo & Cough 1981; Okada 1977; Tanada & Kaya 1993). Hasil penelitian di rumah kaca, NPV sangat efektif membunuh hama S. litura dengan mortalitas 80%, namun aplikasi di lapangan mortalitasnya menurun menjadi 35-40% disebabkan NPV sangat rentan khususnya terhadap sinar ultraviolet (Ignoffo & Montoya 1976; Arifin 1988). Untuk mengatasi penurunan efektivitas NPV akibat sinar ultraviolet maka formulasi NPV perlu bahan pelindung (Ghotama 1992; Narayanan 1987; Ignoffo & Cough 1981). Dengan penambahan bahan pelindung seperti sukrose, laktosum dan Tween 80 sebanyak 5% (dari volume semprot 300 l/ha). HaNPV dengan konsentrasi 1,5 x 1012 PIB/ha mampu membunuh H. armigera sampai 60% (Bedjo 1997). Dengan peningkatan jumlah bahan pelindung sampai 40% dari volume semprot, dapat meningkatkan patogenisitas NPV di lapangan, sehingga menyebabkan mortalitas larva sampai 90% (Bedjo 1998).

Bioinsektisida dapat mengendalikan serangga hama sasaran secara tepat karena bersifat spesifik, mempunyai kemampuan membunuh cukup tinggi, biaya relatif murah dan tidak mencemari lingkungan (Deacon 1983; Jayaray 1985; Santoso 1994). Formulasi bioinsektisida, khususnya NPV adalah "Wettable Powder", karena selain memudahkan dalam penyimpanan dan cara aplikasinya, juga dapat mempertahankan efektifitasnya sampai waktu yang cukup lama (Narayanan 1987; Young 2003). Di negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat, Rusia dan Finlandia NPV telah berhasil diproduksi secara besar-besaran dengan menggunakan teknologi tinggi. Sehubungan dengan biaya prosesing yang tinggi, maka harga produk NPV juga sangat mahal (Stair & Fraser 1981). Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai usaha untuk memproduksi/memperbanyak NPV dengan biaya serendah mungkin, tanpa mengurangi efektifitas bioinsektisida tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi Helicoverpa armigera Nuclear Polyhidrosis Virus (HaNPV) yang efektif dan kombinasinya dengan insektisida kimia untuk mengendalikan H. armigera.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di kabupaten Ponorogo dan Blitar pada MK 2005 dengan menggunakan rancangan acak kelompok dan tiga kali ulangan. Kedelai varietas Wilis ditanam pada petak 5 m x 10 m, jarak tanam 40 cm x 10 cm dengan dua tanaman/lubang. Pemupukan sesuai anjuran konsentrasi setempat. Isolat HaNPV yang dipakai merupakan koleksi Balitkabi Malang. Perlakuan konsentrasi yang diuji adalah (1) 4 g/l, (2) 2 g/l, (3) 1,5 g/l, (4) 1 g/l, (5) 0,5 g/l, (6) 1,5 g/l + insktisida sihalotrin 1cc/l, (7) 1 gr/l + insektisida sihalotrin 1 cc/l, (8) 0,5 gr/l + insektida sihalotrin 1 cc/l, (9) Insektisida sihalotrin 2 cc/l, dan (10) Kontrol tanpa perlakuan. Penyemprotan HaNPV, dilaksanakan pada saat populasi hama sasaran mendekati ambang kendali yaitu 2 ekor larva/rumpun. Pelaksanaan penyemprotan dilakukan pada sore hari (pk. 16.00 - 17.00)

Populasi H. armigera diamati sehari sebelum dan sesudah aplikasi dan dilakukan seminggu sekali sesudah aplikasi pada 45 rumpun tanaman dari masing-masing petak perlakuan terhadap mortalitas H. armigera .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa HaNPV hasil koleksi dari Balitkabi yang digunakan sebagai bioinsektisida untuk hama H. armigera sangat efektif. Hal ini terlihat dengan menurunnya populasi hama H. armigera setelah aplikasi, karena banyak larva yang mati akibat serangan NPV. Pada Tabel 1 dan 2, terlihat bahwa

Page 3: 5 bedjo-helicoverpa 2011

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.2.,2012

8

penggunaan HaNPV di kedua lokasi penelitian (Ponorogo dan Blitar) yang diaplikasikan dengan konsentrasi 4 g/l, pada 6 dan 12 hari setelah aplikasi menyebabkan penurunan populasi larva H. armigera sangat tinggi dan hasil biji yang dicapai yaitu antara 1,468 – 1,562 t/ha. Penurunan populasi H. armigera tersebut dapat mencapai 100%, dari populasi awal sebelum aplikasi. Populasi sebelum aplikasi berkisar antara 37 – 46 larva per 45 rumpun.

Tabel 1. Penurunan populasi larva H. armigera setelah perlakuan dengan beberapa konsentrasi HaNPV

pada tanaman kedelai di Blitar.

PPeerrllaakkuuaann PPoopp.. aawwaall

((eekkoorr//4455

rruummppuunn))

PPeennuurruunnaann PPooppuullaassii ((%%))

HHaassiill ((tt//hhaa))

SSllNNPPVV ((gg//ll)) SSiihhaalloottrriinn ((11//ll)) 66 hhssaa 1122 hhssaa

44 00 3366 110000 aa 110000 aa 11,,446688 aa

22 00 3322 9900,,6622 aa 110000 aa 11,,441188 aa

11,,55 00 3311 3322,,2255 bb 6611,,2299 bb 11,,114422 bb

11 00 2288 3355,,7711 bb 5577,,1144 bb 11,,002222 cc

00,,55 00 3355 3311,,4433 bb 4422,,8866 bbcc 00,,991133 dd

11,,55 11 3355 110000 aa 110000 aa 11,,444488 aa

11 11 3322 110000 aa 110000 aa 11,,339922 aa

00,,55 11 3300 110000 aa 110000 aa 11,,441144 aa

00 22 2288 110000 aa 110000 aa 11,,443388 aa

KKoonnttrrooll 2255 88,,0000 dd 88,,0000 dd 00,,882233 dd

AAnnggkkaa--aannggkkaa sseellaajjuurr yyaanngg ddiiiikkuuttii hhuurruuff ssaammaa ttiiddaakk bbeerrbbeeddaa nnyyaattaa ppaaddaa ttaarraaff uujjii DDMMRRTT 55%%..

Keterangan : hsa = hari setelah aplikasi

Pada 12 hari setelah aplikasi, dengan konsentrasi 2 g/l penurunan populasi sampai 100%. Penggunaan

konsentrasi rendah yaitu: 1,5, 1 dan 0,5 g/l pada 6 dan 12 hari setelah aplikasi tidak mampu menurunkan populasi H. armigera. Aplikasi HaNPV konsentrasi rendah yang dikombinasikan dengan insektisida kimia sihalodrin hasilnya sangat baik, ditunjukkan oleh penurunan populasi sampai 100% yang secara visual larva mati menunjukkan gejala-gejala terinfeksi NPV. Sedangkan pada kontrol tanpa perlakuan terjadi penurunan populasi sangat rendah yaitu hanya 8 – 9,09% dengan hasil panen yaitu antara 0,823 – 0,872 t/ha. Pada kontrol terjadi penurunan populasi larva H. armigera, karena larva tersebut pindah dari tanaman sampel. Sedangkan gejala larva H. armigera yang terinfeksi HaNPV pada umumnya gerakannya lamban dan lebih banyak di tempat, serta aktivitas memakan polong maupun daun juga berkurang.

HaNPV merupakan salah satu contoh bentuk assosiasi antara H. armigera dan NPV, aktivitas NPV akan berlangsung di dalam perut larva H. armigera sampai pada akhirnya larva tersebut akan mati, hal ini terjadi apabila NPV tertelan oleh larva pada saat makan. Oleh karena itu HaNPV dapat digunakan untuk mengendalikan hama tersebut. Hasil aplikasi HaNPV terhadap H. armigera menunjukkan bahwa tingkat penurunan populasi yang mencapai 100%, pada perlakuan 4 dan 2 g/l, berarti konsentrasi tersebut sangat efektif. Hal ini sesuai yang dikemukaan Mumford & Norton (1984); Reynolds et al. (1975), bahwa keefektifan NPV ditentukan berdasarkan tingkat kematian larva, dalam konsep PHT efektifitas yang dibakukan adalah antara 70 – 80%.

Page 4: 5 bedjo-helicoverpa 2011

Bedjo : Pengaruh Konsentrasi Hanpv Terhadap Penekanan Populasi Hama Pemakan Polong Kedelai Helicoverpa Armigera.

9

Tabel 2. Penurunan populasi larva H. armigera setelah perlakuan dengan beberapa konsentrasi HaNPV pada tanaman kedelai di Ponorogo

PPeerrllaakkuuaann PPoopp.. aawwaall

((eekkoorr//4455

rruummppuunn))

PPeennuurruunnaann PPooppuullaassii ((%%)) HHaassiill ((tt//hhaa))

SSllNNPPVV ((gg//ll)) SSiihhaalloottrriinn ((11//ll)) 66 hhssaa 1122 hhssaa

44 00 4466 110000 aa 110000 aa 11,,446688 aa

22 00 3377 8866,,4499 aa 110000 aa 11,,441188 aa

11,,55 00 3366 4477,,2222 bb 5588,,3333 bb 11,,114422 bb

11 00 4400 3322,,55 bb 5577,,55 bb 11,,002222 cc

00,,55 00 3377 1166,,2222 bbcc 4433,,2244 bbcc 00,,991133 dd

11,,55 11 3399 110000 aa 110000 aa 11,,448888 aa

11 11 4411 110000 aa 110000 aa 11,,339922 aa

00,,55 11 4433 110000 aa 110000 aa 11,,441144 aa

00 22 3355 110000 aa 110000 aa 11,,443388 aa

KKoonnttrrooll 3333 99,,0099 dd 99,,0099 dd 00,,882233 dd

AAnnggkkaa--aannggkkaa sseellaajjuurr yyaanngg ddiiiikkuuttii hhuurruuff ssaammaa ttiiddaakk bbeerrbbeeddaa nnyyaattaa ppaaddaa ttaarraaff uujjii DDMMRRTT 55 %%

Keterangan : hsa = hari setelah aplikasi

Pemakaian konsentrasi yang tinggi akan lebih banyak NPV yang termakan oleh larva H. armigera, sehingga

akan mempercepat proses kematian larva. Makin banyak NPV yang termakan, akan makin banyak virion yang akan merusak bagian usus larva, sehingga larva akan cepat mati (Ignoffo & Couch 1981). Jumlah larva yang mati akibat NPV juga akan mempengaruhi proses penularan/infeksi virus kepada populasi larva yang lain, sehingga akan meningkatkan kematian larva akibat terinfeksi NPV. Ghotama (1992) dan Bedjo (2008) menyatakan bahwa makin banyak NPV yang diaplikasikan maka akan mempengaruhi mortalitas larva pada populasi berikutnya, hal ini karena semakin banyak ketersediaan NPV di lapangan akan cepat menginfeksi larva H. armigera.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1). HaNPV dengan konsentrasi 4 g/l sangat efektif dan dapat dianjurkan untuk pelaksanaan aplikasi di lapang,

dengan hasil tertinggi antara 1,468 – 1,552 t/ha 2). HaNPV degan konsentrasi rendah yaitu 1,5 dan 1 g/l dapat dianjurkan apabila pada saat aplikasi dikombinasikan

dengan insektisida kimia sihalodrin 1 cc/l.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ketua Kelti Proteksi, Dr. Ir. Suharsono, MS. dan Ir. Wedanimbi Tengkano, MS. yang telah memberikan saran dan koreksi penulisan naskah ini, dan kepada staf teknisi Hari Atim Mujiono dan Urip Sembodo yang telah membantu sampai selasainya pelaksanaan penelitian.

Page 5: 5 bedjo-helicoverpa 2011

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.2.,2012

10

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 1988. Pengaruh konsentrasi dan volume Nuclear Polyhedrosis Virus terhadap kematian larva grayak kedelai (Spodoptera litura. F). Penelitian Pertanian 8(1): 12-14

Bedjo. 1997. Uji Keefektifan SlNPV dan HaNPV dengan Bahan Pembawa untuk Pengendalian Hama Kedelai. Makalah Seminar Regional HPTI. Majalah Ilmiah Pembangunan UPN "Veteran" Surabaya. pp. 108-114.

Bedjo. 1998. Pengaruh jumlah dan jenis bahan pembawa terhadap efektivitas NPV. Makalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balitkabi. 11 hal. (Belum dipublikasikan).

Bedjo. 2008. Potensi Berbagai Isolat Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) Asal Jawa Timur untuk Pengendalian Spodoptera litura FABRICIUS (Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Kedelai. Tesis S2. Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya. 112 hlm.

Deacon, J.W. 1983. Microbial control of plant pest and deseases. Van Rostrand Reinhold (VK) Co. Ltd. Berskire. England. 88 p.

Endo,S. Sutrisno, I.M. Samudra, A. Nugraha, J. Soejitno, and T. Okada.1988. Insecticide Susceptibility of Spodoptera litura F. collected from three location in Indonesia. Seminar BORIF, 24 June 1988. 18 p.

Ghotama, A.A. 1992. Pengendalian hayati Helicoverpa armigera Hbn dengan Nuclear Polyhedrosis Virus pada tanaman kapas Balittas Malang. 5 pp.

Hackett, K. J., Boore, A., Deming, C., Buckley, E., Camp, M., and Shapiro, M. 2000. Helicoverpa armigera. Granulovirus interference with progression of H. zea larvae. Journal of Invertebrate Pathology, 75: 99 – 106.

Ignoffo, C.M. and E.L. Montoya.1976. The effects of chemical insecticides and insecticidal adjuvants on Heliothis Nuclear Polyhedrosis Virus J. Invertebr. Pathol., 8-409.

Ignoffo, C.M and T.L. Cough. 1981. The Nucleo polyhedrosis virus of Heliothis spp. as. a microbial Insecticide. dalam : H.P. Burges (Ed) Microbial control of pest and plant diseases 1970-1980. Academic Press London and New York.p. 329-362.

Jayaray, S. 1985. History and Development of Microbial Control dalam S. Jayaray (Ed). Microbial Control Mid pest Management Centre for Plant Protection Studies Tamilnadu Agric. Univ. India. p. 97-130.

Mumford, J.D. and G.A. Norton, 1984. Economics of decision making in pest management. Ann. Rev. Entomol. 29: 157-174.

Narayanan, K. 1987. Safety and formlarvaion of NPV of Heliothis spp. Dalam Training on biological control of cotton Bollworm (2-30 September 1987). 21 p.

Okada, T. 1977. Studies on the utilization and mass production of Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus for control of the tobacco cutworm, Spodoptera litura F. Rev. Plant Protec. Res. 10: 102-128.

Reynold, H.T., P.L. Adkisson, and R.F. Smith. 1975. Cotton insect pest management. P. 379-443. In R.L. Metcalf and W.H. Luckmann (Eds). Introduction to insect pest management. John Wiley & Sons. New York.

Santoso T. 1994. Potential use of NPV for Controlling soybean leaf feeders. Biological Training Course Palawija and Vegetable Corps. Bogor 18-23 Juli 1994.13pp.

Soehardjan, M. dan Sudarmadji. 1993. Pemanfaatan organisme mikro sebagai bioinsektisida di negara sedang berkembang. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian XXII(1):7-11.

Stairs, G.R., Fraser, T. 1981. Changes in Growth and Virulence of Nuclear Polyhedrosis Virus. Journal of Invertebrate Pathology 35 : 230-235.

Tanada, Y. and H.K. Kaya, 1993. Insect pathology. Academic Press, Inc, Toronto.

Young, S.Y. 2003. Persistence of Viruses in the Environment www.agctr.isu. Edu/s265/young.htm, (15 September 2004).