5. BAB IV - eprints.walisongo.ac.ideprints.walisongo.ac.id/63/11/Ulya_Tesis_Bab4.pdf · khutbah...
Transcript of 5. BAB IV - eprints.walisongo.ac.ideprints.walisongo.ac.id/63/11/Ulya_Tesis_Bab4.pdf · khutbah...
163
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas mengenai pemikiran Ibnu Qayyim
Al Jauziyah tentang pendidikan prenatal dalam Kitab Tuhfah al Maudūd bi Ahkām
al Maulūd, maka secara garis besar dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Prinsip dasar pendidikan prenatal Ibnu Qayyim al Jauziyah
2. Program pendidikan prenatal menurut pemikiran Ibnu Qayyim al Jauziyah
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan prenatal Ibnu Qayyim al
Jauziyah
A. Analisis Pemikiran Ibnu Qayyim Al-Jauziyah tentang Pendidikan
Prenatal dalam Kitab Tuhfah al Maudūd bi Ahkām al Maulūd
1. Prinsip Dasar Pendidikan Prenatal Ibnu Qayyim Al Jauziyah
Dalam bab sebelumnya telah disinggung ada beberapa prinsip dasar yang
menjadi latar belakang eksistensi pendidikan prenatal menurut pemikiran Ibnu
Qayyim dalam Kitab Tuhfah al Maudūd bi Ahkām al Maulūd. Ibnu Qayyim telah
menjelaskan ada tiga prinsip dasar yang membentuk pondasi filosofi dan
sekaligus prosedur program dan langkah-langkah kegiatan pendidikan prenatal.
Ketiga prinsip dasar tersebut antara lain : fungsi pendengaran, fungsi penglihatan,
dan fungsi hati. Dari fungsi-fungsi tersebut, janin bisa berinteraksi dengan
164
keadaan internal dan eksternal rahim sehingga pendidikan prental dapat
diterapkan pada janin1.
Mendidik anak dalam kandungan tentu saja sangat berbeda dengan mendidik
anak yang sudah lahir atau yang sudah memasuki pendidikan formal, misalnya
Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, dan seterusnya. Perbedaan itu karena
memang bentuk kehidupannya yang terbatas pada alam rahim sehingga metode,
langkah-langkah pendidikan yang dipraktekkan pun berbeda.
Metode pendidikan prenatal pada hakekatnya adalah dengan memberikan
stimulasi atau sensasi. Kemudian cara ini diangkat menjadi metode yang dipikir,
disusun dan diarahkan melalui pembinaan lingkungan edukatif dengan tujuan
untuk mengoptimalisasi potensi intelegensia dan melestarikan keseimbangann
1 Dr. hermawan Wibisono, Sp.OG (2009 : 36-37) mengatakan bahwa pembelajaran bayi bisa
dimulai dari sejak dalam kandungan. Sebab janin dalam kandungan memiliki potensi : a) Indera pendengaran
Organ pendengaran terbentuk secara sempurna pada umur kehamilan 24 minggu. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa bayi yang dibiasakan diperdengarkan musik klasik dua kali 10 menit seminggu sejak umur kehamilan 20 minggu hingga melahirkan ternyata mengalami perkembangan intelektual yang lebih baik dari pada byi yang tidak diperdengarkan musik.
b) Indera penglihatan Penglihatan janin mulai berfungsi pada umur kehamilan 25 minggu. Bayi bisa melihat apa yang ada di dalam rahim. Warna yang bisa dilihat sementara hanya hitam, putih, dan abu-abu. warna laijn baru bisa dilihat dua minggu setelah bayi lahir. Janin dalam kandungan juga peka terhadap sinar dari luar. Jika dirasa sinar dari luar menyilaukan mata, bayi akan menolehkan kepala untuk menghindari sinar itu disertai dengan meningkatnya detak jantung bayi.
c) Indera pengecap Indera pengecap mulai terbentuk pada umur kehamilan 24 minggu. Bayi merasakan perbedaan melalui air ketuban. Air ketuban ini akan berbeda-beda rasanya sesuai dengan makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil. Kerena itu, jika saat hamil ibu suka minum jus apel, bayi yang lahir nantinya juga suka jus apel. Bayi dalam kandungan juga bisa memilih jenis makanan yang dianggap tidak enak atau membahayakan baginya, yakni dengan cara memberikan rasa mual dan rasa tidak suka pada ibunya.
d) Indera pembauan Mulai minggu ke-24 kehamilan, indera pembauan bayi sudah berfungsi. Ia akan belajar bau dari air ketuban yang berada di sekitarnya.
e) Indera peraba Indera perabaan mulai berfungsi menjelang trimester ke-3 kehamilan. Bayi akan memberikan resppon berupa tendangan kaki atau gerakan tangan jika bagian perut ibu diraba dan ditekan.
165
emosi sang bayi dalam kandungan. Pada akhirnya manfaat pendidikan ini adalah
memberikan kesempatan kepada bayi untuk memperoleh informasi yang lebih
leluasa dan mendapatkan pembinaan edukatif dari orang tuanya sendiri.
2. Program Pendidikan Prenatal menurut Pemikiran Ibnu Qayyim Al
Jauziyah
Program pendidikan prenatal menurut pemikiran Ibnu qayyim al Jauziyyah
secara komprehensif memuat aspek fisik, psikis dan intelektual. Dengan bekal
prinsip dasar fungsi pendengaran, penglihatan, dan hati untuk janin, Ibnu Qayyim
mengarahkan pendidikan prenatal itu dimulai dari program pemilihan jodoh,
pernikahan, hal-hal yang terkait dengan perkembangan janin selama masa
kehamilan sampai kelahiran janin. Program prenatal ini merupakan langkah
pertama yang sangat berpengaruh bagi perkembangan janin di masa mendatang.
a. Menentukan Jodoh
Sebagaiman halnya dengan Islam, Ibnu Qayyim (2001 : 38-39) juga
menganjurkan mendidik anak semenjak anak itu belum merupakan suatu bentuk.
Akan tetapi pendidikan prenatal dimulai sejak menentukan calon istri. Kecantikan,
harta, status bukanlah merupakan pilihan utama dalam mencari istri yang nantinya
menjadi pendidik bagi janinnya. Namun, kriteria itu harus diiringi dengan kriteria
lain yang lebih penting seperti wanita itu harus beragama, wanita yang
mempunyai rasa kasih sayang, wanita subur yang dapat memberikan anak atau
keturunan karena keberadaan anak bagi orang tua bisa menyelamatkan orang tua
dengan doa dan amal shalihnya, serta wanita yang berasal dari keluarga yang baik
166
akhlaknya. Sebab sifat-sifat, perangai, tingkah lakunya itu akan menurun kepada
anak-anak yang dilahirkannya.
Dalam memilih isteri, Islam mengajarkan kepada kaum lelaki muslim untuk
memperhatikan dua hal yaitu, pertama, silsilah keturunan calon isteri, dan kedua,
lingkungan tempat ia hidup dan sejauh mana lingkungan ini berpengaruh pada
kepribadiannya.
Rasulullah menganjurkan untuk memilih isteri dari keluarga yang memiliki
sifat-sifat terpuji karena keluarga yang baik akan membentuk karakter yang baik
pula pada diri wanita tersebut. Bila kita menengok ke lembaran sejarah
kehidupannya, akan kita temukan bahwa Rasulullah juga sangat memperhatikan
hal tersebut.
Selain memilih istri yang berasal dari keluarga yang baik dan mulia, Islam
juga menekankan untuk memilih isteri dari lingkungan sosial yang bersih karena
lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula kepada wanita
tersebut. Sebaliknya, Islam melarang kaum lelaki untuk memilih isteri dari
lingkungan yang tidak baik. Dalam hadis disebutkan, bahwa Rasul SAW
melarang untuk mempersunting wanita cantik yang hidup di lingkungan yang
sesat. Rasulullah SAW bersabda,
املرأة احلسناء يف املنبت السوء : رسول اهللا وما خضراء الدمن؟ قال قالوا: يا الدمن وخضراء إياكم
Artinya : “Hindarilah tetumbuhan hijau yang tumbuh di tanah yang kotor (khadra’ al diman). Kemudian seseorang bertanya apa yang dimaksud dengan tetumbuhan hijau yang tumbuh di tanah yang kotor? Rasulullah menjawab, “Wanita cantik yang dibesarkan di lingkungan yang buruk2”
2 Hadits ini diriwayatkan oleh al Waqidi dari Abi Sa’id al khudzri sebagaimana dikutip oleh
Baqir Hujjati, 2004 : 109
167
Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa tolok ukur yang benar dalam
memilih isteri adalah tingkat keimanan dan keloyalan wanita terhadap agamanya.
Rasulullah dalam banyak hadisnya sangat menekankan masalah ini. Wanita yang
berasal dari keturunan yang baik dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang
beriman akan menjadi wanita yang taat beragama. Wanita seperti inilah yang
dapat mendidik anak-anaknya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Islam.
Pemilihan calon isteri sangat penting sekali karena peranan isteri dalam
keluarga sangat menentukan berhasil atau tidaknya mewujudkan keluarga sakinah.
Di samping sebagai ibu rumah tangga, isteri juga sebagai pendamping suami dan
pendidik bagi anak-anaknya. Pengaruh pendidikan yang diberikan ibu lebih besar,
karena ibu lebih banyak di rumah untuk mengatur urusan rumah tangga dan
mendidik anak-anaknya sehingga menjadi generasi yang berkualitas.
Sebagaimana dikatakan oleh orang bijak dalam syair berikut ini :
أعددت شعبا طيب األعرق * األم مدرسة إذا أعددا
Artinya : “Ibu adalah sekolah. Apabila engkau mempersiapkannya dengan baik, berarti engkau telah mempersiapkan bangsa yang memiliki dasar-dasar yang baik3”
Baik realitas maupun riset ilmiah membuktikan bahwa gen atau unsur
keturunan dan lingkungan sosial sangat berpengaruh pada pembentukan
kepribadian anak maupun perkembangan jasmaninya. Anak banyak mewarisi sifat
dan karakter yang dimiliki ayah, ibu, dan kakeknya, seperti tingkat kecerdasan,
3 Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Imam Khoemani (2004 : 81) bahwa wanita
adalah pendidik. Oleh karena itu, kebahagiaan dan kesengsaraan suatu negeri tergantung pada wanita. Karena pendidikan yang benar akan mampu mencetak manusia, dan dengan pendidikan yang sehat ia akan memakmurkan negeri.
168
tingkah laku, kerendahdirian, kedermawanan, dan berbagai hal lainnya. Karena
itu, orang tua merupakan salah satu faktor perpindahan sifat-sifat tersebut kepada
anak atau, paling tidak, mereka dapat menciptakan semacam potensi pada diri
anak untuk menyandang sifat-sifat tersebut. Selain itu, adat istiadat dan kebiasaan
juga berpengaruh pada diri anak. Oleh sebab itulah, Islam menekankan
pentingnya mengadakan seleksi ketat dalam memilih pasangan hidup dari
lingkungan dan keluarga yang sehat dan baik.
Dengan demikian, program pendidikan prenatal yang diterapkan oleh kedua
belah pihak, suami dan isteri, akan sama tanpa perbedaan yang berarti. Wanita
seperti ini akan memiliki rasa tanggung jawab untuk menjalankan program
pendidikan prenatal yang sesuai dengan nilai Islam dan menganggapnya sebagai
kewajiban yang harus dilaksanakan. Mental yang demikian ini akan mencegahnya
melakukan hal-hal yang dapat menghalangi kelancaran program pendidikan
prenatal dan meninggalkan dampak negatif pada diri anak.
b. Pernikahan
Setelah tahap pemilihan jodoh dilalui, program prenatal selanjutnya
sebagaimana yang diarahkan oleh Ibnu Qayyim adalah pernikahan. Dalam hal
tersebut, hendaknya suami isteri memahami tujuan pernikahan itu sendiri. Pada
dasarnya pernikahan merupakan sebuah upaya untuk melaksanakan sunnah rasul
yang tujuannya tidak sekedar untuk pelampiasan syahwat saja, akan tetapi tetapi
untuk mendapatkan ridho Tuhan dan pahala-Nya serta memperbanyak keturunan.
Selain memahami makna pernikahan, ajaran Islam yang terkait dengan
pernikahan yang mendukung pendidikan prenatal antara lain :
169
1. Pada waktu akad nikah
Sebelum dilaksanakan ijab qabul, calon pengantin disegarkan
penghayatannya dalam beragama. Kedua dituntun memohon ampun kepada
Allah SWT, mengucapkan syahadatain, dan berdo’a kepada Allah agar
dilindungi dari perbuatan maksiat. Sebelumnya penghulu juga membacakan
khutbah nikah, yang di dalamnya terdapat hikmah berupa pendidikan akidah,
rasa syukur, ayat tentang ketakwaan, perbuatan baik, ampunan serta
kebahagiaan, tentang perjalanan nasab dan pemberian rizki dari Allah, dan
tentunya tentang ketentraman dan kebahagiaan suami istri (Rahmi, 2005 : 30)
2. Pada saat berjima'
Agar di kemudian hari bayi yang dilahirkan menjadi anak yang shaleh,
cerdas, berbakti pada orang tua, maka semenjak awal suami istri melakukan
jima’, hendaknya semua itu dilakukan dengan penuh adab atau sopan santun
sebagaimana yang dituntunmkan dalam Islam. Adapun perbuatan yang
dianjurkan adalah ketika hendak mendatangi istrinya, sebagaimana diajarkan
oleh Rasulullah, suami dinasehatkan untuk berdo’a sebagi berikut :
نا اللهم اهللا بسم )عليه متفق( رزقـتـنا ما الشيطان جنب و الشيطان جنبـ
Artinya : Dengan menyebut nama Allah… Ya Allah hindarkanlah syaitan dari kami dan jagalah apa yang Engkau rezekikan kepada kami dari syaitan” (Muttafaq 'alaih) (Al Bukhari/I, tth : 244 dan Al Naisaburi/I, tth : 606)
Atau dengan do’a setiap harinya, sebagaimana do'a Nabi Zakariya :
دنك من يل هب ربة ليبة ذرك طيعاء مسيع إنالد
Artinya : Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do'a (QS. Ali Imran [3] : 38)
170
Dilihat dari segi psikologis, semakin sering seseorang berdo’a, jiwanya
semakin tentram. Berbagai harapan, cita-cita dan tujuan yang ia inginkan ada
di dalamnya, dan dengan do’a seseorang bukan hanya berikhtiar dengan
dirinya saja, melainkan juga menyerahkan dirinya kepada Allah SWT.
Dari sisi pedagogis, orang yang berdo’a, lebih-lebih jika
berkesinambungan sesungguhnya telah mendidik dirinya sendiri agar
senantiasa dekat kepada Allah SWT, dan melindungi dirinya serta memohon
kepada-Nya. Ia termotivasi untuk menjadi baik dan saleh dan harapan akan
terkabulnya do’a tersebut. Maka ketika suami istri berdo’a dan saat itu terjadi
konsepsi anak dalam diri mereka, berarti mereka telah melakukan persiapan
mendidikan anak.
Hendaknya suami istri membersihkan diri dengan madi untuk
menghilangkan hadats dan najis. Setelah bersih, hendaknya berwudhu’.
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Siapapun di antara kamu janganlah
menggauli isterinya seperti seekor hewan bersenggama, tapi hendaklah ia
dahului dengan perantaraan”. Selanjutnya ada yang bertanya, “Apakah
perantaraan itu?” Rasulullah SAW bersabda, “Yaitu ciuman dan ucapan-
ucapan mesra.”
Dalam berjimak hendaknya dilakukan dalam keadaan yang sehat dan
menyenangkan bagi kedua pasangan. Setelah selesai berjima’ hendaknya
membaca do’a :
احلمد لله الذي خلق من الماء بشرا فجعله نسبا وسهرا وكان ربك قديـرا
171
Artinya : “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan manusia dari air (mani), lalu menjadikan pertalian darah, dan hubungan perkawinan. Dan Allah Maha Berkuasa”
c. Masa Kehamilan (Prenatal)
Menurut Ibnu Qayyim kehamilan seorang wanita itu timbul karena
bercampurnya nuthfah laki-laki dengan nuthfah perempuan melalui interaksi
biologis. Kehamilan itu terjadi karena ada pertemuan sperma dan sel telur di
dalam tuba falopi yang kemudian tertanam di dalam uterus. Sperma yang masuk
ke dalam vagina akan naik dan bertemu sel telur di dalam rahim di dalam saluran
tuba falopi. Pertemuan ini hanya terjadi jika seorang wanita sedang dalam masa
subur4.
Setiap ejakulasi, laki-laki akan mengeluarkan lebih dari 20 juta spermatozoa
yang akan meluncur dengan kekuatan tinggi ke saluran indung telur untuk
membuahi ovum. Namun, hanya satu sperma yang mempunyai kesempatan untuk
membuahi ovum, sementara yang lainnya akan mati. Rasululah telah
mengisyaratkan hakikat ini dalam sabdanya, “Tidak setiap air-mani-bisa menjadi
anak5”
Spermatozoa bertemu dengan ovum yang telah matang, lalu merobek
dindingnya dan membuahinya. Ketika itulah terjadi percampuran antara benih
4 Masa subur adalah saat dikeluarkannya sel telur dari ovarium yang jumlahnya hanya satu
atau dua buah (umumnya hanya satu). Kejadian ini hanya berlangsung sekali dalam satu bulan, yakni kurang lebih pada hari sebelum menstruasi yang akan dating. Umur sel telur sendiri kurang lebih hanya 24 jam. Dengan demikian, masa subur seorang wanita sebenarnya sangat pendek. Jika pada suatu saat tidak terjadi pertemuan dengan sel sperma, harus menunggu bulan berikutnya untuk menghasilkan sel telur (Wibisono dan Dewi, 2009 : 4)
5 HR. Muslim sebagaiman dikutip Utsman Najati (2008 : 266)
172
laki-laki dan beih perempuan, yakni percampuran antara spermatozoa dengan
ovum. Proses inilah yang diisyaratkan Allah dalam firman Allah :
نسان من نطفة أمشاج نـبت يعا بصريا إنا خلقنا األ ليه فجعلناه مس
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur (nuthfah amsyaj6) yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat (QS. Al Insan [76] : 2)
Rasulullah juga mengisyaratkan proses ini ketika beliau ditanya oleh seorang
Yahudi, “Dari materi apakah manusia tercipta?” Rasulullah bersabda kepadanya,
“Hai Yahudi, masing-masing manusia diciptakan dari nuthfah laki-laki
(spermatozoa) dan nuthfah wanita (ovum) (HR. Imam Ahmad) (Hanbal/I, tth :
465)
Sedangkan mengenai lamanya masa kehamilan, Ibnu Qayyim mengacu pada
ayat al Quran, hadits dan pendapat para ulama, yang dapat dibagi menjadi 6
pendapat, yaitu: Pertama, masa minimal kehamilan adalah 6 bulan. Kedua, masa
kehamialan umumnya 9 bulan. Ketiga, masa kehamilan adalah 4 tahun sesuai
dengan pendapat Imam Syafi’i. Keempat, masa kehamilan adalah 5 tahun. Kelima,
masa kehamilan paling lama adalah 6 sampai 7 tahun. Sedangkan pendapat
keenam, tidak mempermasalahkan tentang lamanya masa kehamilan dan cukup
6 Quraish Shihab (1998 : 169-170) memberikan analisis mengenai kata nuthfah amsyaj, bahwa
kata nuthfah berbentuk mufrad, dan amsyaj berbentuk jama’. Sementara kedua kata tersebut merupakan hubungan sifat mausuf, sedangkan bahasa Arab menyesuaikan sifat dan yang disifatinya yakni jika yang disifati mufrad, maka sifatnya juga harus mufrad dan seterusnya. Pada ayat di atas kata nuthfah berbentuk tunggal, dan amsyaj seperti yang dikemukakan di atas beebentuk jama’ yang menunjukkan adanya penyimpangan dalam kaidah bahasa secara umum. Para pakar bahasa menyatakan bahwa jika sifat dari satu hal yang berbentuk tunggal mengambil bentuk jama’, maka itu mengisyaratkan bahwa sifat tersebut mencakup seluruh bagian-bagian kecil dari yang disifatinya. Dalam hal nuthfah, maka sifat amsyaj (bercampur) tidak sekedar bercampurnya dua hal sehingga menyatu atau terlihat menyatu, tetapi percampuran itu demikian mantap sehingga mencakup seluruh bagian dari nuthfah tadi. Nuthfah amsyaj itu sendiri adalah hasil percampuran sperma dan ovum yang masing-masing memiliki 46 kromosom.
173
berpegang pada ta’wil al Qur’an, yakni masa kehamilan yang tercepat adalah 6
bulan. Namun dari pendapat-pendapat itu Ibnu Qayyim berkomentar semuanya itu
tergantung pada kehendak Allah karena Dialah Yang menciptakan dan Dialah
Yang Maha Kuasa dan Berkehendak.
Menurut ilmu kedokteran, proses kehamilan berlangsung selama 280 hari.
Dihitung dari hari pertama haid terakhir sampai minggu ke 40 yaitu dimulai pada
saat pria menyemprotkan 40 juta sampai 350 juta sel sperma kedalam vagina.
Kira-kira 30 menit sperma membutuhkan waktu untuk berenang dan melakukan
perjalanan sepanjang 10 cm, dari leher rahim ke saluran telur (Musbikin, 2006 :
20-21) Bila kurang dari 280 hari disebut sebagai “prematur” dan jika lebih
dinamakan “postmatur”. Kedua masa tersebut merupakan masa yang berisiko
tinggi pada janin. Apabila janin mengalami lebih bulan biasanya dokter akan
melakukan tindakan merangsang proses persalinan (induksi persalinan) untuk
mengurangi komplikasi pada bayi dan ibu, sehingga keduanya bisa selamat.
1. Perkembangan Janin dalam Kandungan
Perkembangan janin dalam kandungan menurut pemikiran Ibun Qayyim
dibedakan menjadi dua; Pertama, perkembangan dilihat dari segi fisik janin, dan
yang kedua, perkembangan janin dilihat dari segi psikis.
a. Perkembangan Fisik Janin
Dari pemaparan pada bab sebelumnya, Ibnu Qayyim menjelaskan tentang
proses penciptaan dan perkembangan janin dalam kandungan itu dilakukan secara
bertahap. Tahapan-tahapan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
174
1) Thin (sari pati tanah).
Tahap penciptaan manusia berawal dari thin (sari pati tanah), yang merupakan
unsur-unsur atau zat-zat makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh manusia
(calon ayah atau ibu). Mengenai hal ini Hamka (1981 : 16) memberi penafsiran
pada QS. Al Mu’minun : 12 bahwa :
“Apakah yang dibanggakan manusia di dunia ini, padahal asal kejadiannya hanya dari tanah. Dia makan dari sayur-sayuran, bah-buahan atau padi, jagung, dan sebagainya. Dan segala makanan itu tumbuh dan mengambil sari pati tanah. Di dalam segala makanan itu adalah segala macam sari yang diatkdirkan tuhan atas alam. Di sana ada zat besi, zat putih, telur, vitamin, kalori, hormone, dan sebagainya. Dengan makanan itu teraturlah jalan darahnya dan dia tidak dapat hidup kalau bukan dari zat bumi. Dalam tubuh yang sehat mengalirlah darah ke seluruh tubuh. Dalam darah itu ada zat yang akan menjadi mani. Setetes mani terdapat beribu-ribu bahkan bermilyun tampang yang akan dijadikan manusia yang tersimpan dalam sulbi laki-laki.” Ghulam Sarwar (1993 : 123) juga mengatakan bahwa:
“Makanan yang masak yang kita cerna adalah unsur organik yang tidak hidup, tubuh kita akan mengesimilasikan makanan ini dan mengubahnya menjadi sel-sel yang beribu-ribu jenisnya, yang terbentuk seperti sel hidup. Salah satu dari sel ini, ovum akan menyatu dengan sel tunggal lainnya yang disebut sperma. Sperma ini akan menyuburkan ovum dalam kandungan ibu.” Hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa, dalam tubuh manusia itu terdapat
pola unsur kimia yang ada dalam tanah. Dari situ dapat dipahami pola unsur kimia
yang ada dalam komponen-komponen yang dikandung dalam tanah, yaitu
berbagai komponen atom yang membentuk molekul yang terdapat dalam tanah
dan jasad manusia (Bucaile, 1998 : 203)
Dari sinilah kemudian tumbuh segala tanaman (tumbuh-tumbuhan) yang
sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai makanan, intisari makanan tersebut
sebagian akan membentuk spermatozoa, yakni sel mani yang apabila masuk ke
dalam sel telur biasa menimbulkan pembuahan (Muhaimin, 2001 : 6)
175
Dengan demikian, pada intinya proses penciptaan manusia proses
terbentuknya sel telur dan sperma bagi wanita dan pria yang terjadi dari zat-zat
makanan yang berasal dari sari pati tanah (thin) dalam sulbi (testis) laki-laki dan
tara’ib (ovarium) perempuan. Sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah SWT :
بـني الصلب والتـرائب خلق من ماء دافق خيرج من
Artinya : "Dia diciptakan dari air yang terpancar (yaitu mani). Yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan" (QS. Ath-Thariq [86] : 6-7)
2) Nuthfah (zigot) ; Nuthfah Amsyaj
Seiring dengan waktu dengan seizin Allah zat-zat yang telah dikonsumsi
manusia tersebut menjadi satuan akumulasi yang berubah menjadi bahan baku
sperma yang tersimpan dalam jaringan sel-sel tubuh manusia. Ibnu Qayyim
mengatakan sebagaimana dikutip oleh Baqir hujjati (2008 : 91) bahwa, “Tatkala
Allah hendak memperbanyak keturunan Adam dan Hawa, Dia memberi ilham
kepada keduanya untuk melakukan hubungan biologis. Dan karena Allah hendak
menciptakan manusia dari diri Adam, maka Dia menjadikan suhu tubuh adam
memanas. Kemudian terbentuklah suatu cairan yang berasal dari seluruh anggota
tubuhnya, dan tersimpan dalam testis. Lalu, dengan kebijaksanaanNya, dia
menciptakan suatu sebab yang dapat mengeluarkan cairan tersebut dari tubuh.
Oleh Karena itu, Dia menciptakan wajah cantik (Hawa) dan ketampanan (Adam).
Lalu, Dia menjadikan keduanya saling tertarik, sehingga keduanya memiliki
gairah untuk melakukan hubungan biologis”.
Bertemunya sperma laki-laki dan perempuan karena proses interaksi biologis,
yang mana dari pertemuan sperma itu kemudian menjadi janin yang menetap
176
dalam rahim wanita hingga terjadi pembuahan. Hal ini seperti yang diisyaratkan
Allah dalam firmannya :
مث جعلناه نطفة يف قـرار مكني
Artinya : Kemudian kami jadikan saripati itu nuthfah (air mani yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim) (QS. Al Mu’minun : 13)
Setelah terjadi proses pembuahan, ovum yang telah dibuahi terbelah menjadi
dua sel. Kemudian sel itu terbelah lagi menjadi empat sel. Proses pembelahan
seperti itu berlanjut sampai 72 jam sehingga ukurannya menjadi hanya sebesar
oksida. Fase ini dikenal dengan istilah fase oksidasi. Kemudian ukuran sedikit
bertambah besar hingga menjadi butiran spora. Butiran spora ini akan terus
bergerak ke dalam saluran indung telur di bawah pengaruh butiran-butiran lembut
yang berada dalam saluran indung telur. Baru setelah itu ia sampai ke rahim dan
menempel di dinding rahim, setelah bergerak selama kurang lebih lima hari
sampai satu minggu.
3) ‘Alaqah7 (Fase embrio)
Setelah butiran spora bergerak selama kurang lebih lima hari sampai satu
minggu dan menempel di dinding rahim, dimulailah fase yang kemudian disebut
fase embrio (‘alaqah). Tahapan embrio mulai mengalami perkembangan pada
minggu kedua, yakni mulai dari proses pembuahan sampai diterbentuknya
selaput-selaput dalam beberapa lapis.
7 Disebut ‘alaqah karena ia menyerupai ‘ulqah (lintah) dan hidup seperti parasit. Selain itu
karena benih ini melekat dan menempel (ta’allaq) pada rahim ibu (Hujjati, 2008 : 141)
177
Ilmu pengetahuan modern telah menetapkan bahwa janin dalam kandungan itu
ditutupi oleh tiga lapisan, di mana lapisan-lapisan itu tidak akan terlihat kecuali
menggunakan alat khusus. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah :
خيلقكم يف بطون أمهاتكم خلقا من بـعد خلق يف ظلمات ثالث
Artinya : “Allah menciptakan kamu dalam perut ibumu sebagai suatu makhlu sesudah (menjadi) makhluk yang lain dalam tiga kegelapan” (QS. Az Zumar [39] : 6)
Kebanyakan ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tiga
kegelapan adalah adalah kegelapan perut, kegelapan rahim, dan kegelapan
plasenta. Semua itu adalah selaput-selaput yang menutupi anak rahim. Lainnya
mengatakan, kegelapan-kegelapan yang dimaksud adalah kegelapan tulang sulbi
ayah, kegelapan perut ibu, dan kegelapan plasenta. Paling lemah adalah pendapat
orang yang berkata, yang dimaksud adalah kegelapan malam, kegelapan perut,
dan kegelapan rahim.
Sedangkan Ali al Shabuni (2001 : 206) berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan tiga kegelapan tersebut adalah apa yang disebut dengan chorion, amnion,
dan uterus. Ini sesuai dengan yang ditetapkan oleh ilmnu kedokteran modern. Dan
semua selaput-selaput itu terikat satu sama lain pada plasenta.
4) Mudhghah (fetus); Ruas-ruas anggota tubuh, tulang belulang, otot-otot, dan
urat-urat mulai terbentuk.
Pada hari kedua puluh terbentuk gumpalan organ fisik pada dua sisi embrio
yang kemudian menjadi urat punggung. Dengan terbentuknya gumpalan organ
fisik, embrio mulai memasuki fase mudhghah (segumpal daging). Gumpalan
organ fisik akan terus terbentuk sehingga mencapai tiga puluh hari. Belum terjadi
178
pembentukan sebuah organ atau sistem fisik apabila sampai minggu keempat
berakhir. Tahapan mudhghah bisa disebut juga tahapan mudhghah ghairu
mukhlallaqah (segumpal daging yang belum sempurna bentuk penciptaannya).
Setelah fase ini, terjadi proses pembentukan organ fisik, yakni minggu kelima.
Proses pembentukan organ fisik ini kira-kira berakhir sampai penghujung bulan
ketiga. Tahapan ini bisa juga disebut fase mudhghah mukhlallaqah (segumpal
daging yang telah sempurna bentuk penciptaannya) 8. Allah telah mengisyaratkan
hal ini dalam firmanNya :
مث من مضغة خملقة وغري خملقة
Artinya : “Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna” (QS. Al Hajj [22] : 5)
Tulang belulang dan otot mulai terbentuk pada minggu kelima dan keenam.
Kemudian tulang-belulang itu dibungkus dengan otot pada minggu keenam dan
ketujuh.
Embrio pertama kali bisa bergerak pada akhir minggu ketiga dan awal bulan
keempat. Pada awal bulan keempat atau minggu ke 16 denyut jantung berfungsi
8 Proses penciptaan organ fisik luar (eksodermis) terdiri atas otak, urat syaraf, kelenjar,
rambut, dan selaput lender pada mulut dan hidung. Lapisan tengah (mizodermis) terdiri atas hati, pembuluh darah, tulang, otot, jantung, jaringan kulit, dan sebagian dari kelenjar. Sementara lapisan dalam (indodermis) terdiri atas sistem pernafasan, alat pencernaan, kelenjar gondok, liver dan pankreas (Utsman Najati, 2008 : 268)
Hadits Nabi mengisayaratkan bahwa sperma laki-laki adalah menyiapkan pembentukan tulang dan urat syaraf untuk janin, sedangkan sperma wanita adalah yang menyiapkan daging dan darah untuk janin. Ibnu Mas’ud berkata, “Ada seorang Yahudi lewat di hadapan Rasulullah, sementara beliau sedang berbicara dengan para sahabatnya. Lantas orang-orang Quraisy berkata, Wahai orang Yahudi, sesunggguhnya lelaki ini mengaku kalau dirinya sebagai Nabi. Maka orang Yahudi itu dating menghampiri nabi sambil duduk (di samping beliau). Lalu ia berkata, ‘Wahai Muhammad, dari apakah manusia tercipta?’ Rasulullah bersabda, ‘Wahai orang Yahudi, dari sesuatu yang diciptakan, yaitu dari sperma laki-laki dan ovum wanita. Adapun sperma laki-laki, merupkan cairan kental yang menjadi asal-usul kejadian tulang dan urat syaraf. Sedangkan sperma wanita adalah cairan encer yang menjadi asal-usul kejadian daging dan darah’. Maka orang Yahudi itu berdiri sambil berkata, ‘Demikianlah yang dikatakan oleh orang-orang sebelum kamu” (HR. Ahmad) (Hanbal/I, tth : 465)
179
dan ibu bisa merasakan gerakan bayi pertama kalinya. Dalam dunia kedokteran
peristiwa ini disebut quickening. Sedangkan perkembangan embrio pada tahap
sempurna adalah sejak bulan keempat. Sejak saat inilah embrio bisa mendengar
suara yang berada di luar dan juga mampu mendengar gemuruh isi perut ibunya.
Sementara pertumbuhan indera penglihatan menyusul belakangan. Sebagaimana
jabang bayi yang baru dilahirkan bisa langsung mendengar berbagai macam suara,
namun ia belum bisa melihat denga jelas sampai sekitar usia enam bulan, yakni
saat retina sudah terbentuk dengan kuat pada kedua matanya.
Mengenai seperangkat instrumen jasmani manusia ini (khususnya indera
pendengaran dan indera penglihatan), al Qur’an menyebutkan secara
bergandengan berturut-turut sebanyak 13 kali9. Dari sejumlah ayat tersebut, kata
al sam’a (pendengaran) selalu mendahului kata al bashar (penglihatan).
Sabda Rasul juga lebih mendahulukan kata al sam’a dari pada kata al bashar.
Sebagaiman terungkap dalam hadits riwayat Aisyah, “Dalam sujudnya Rasulullah
berdo’a, “Wajahku bersujud kepada Dzat yang telah menciptakannya, telah
menumbuhkan pendengaran dan penglihatannya, dengan daya dan
kekuatanNya10”
Dalam hal ini, Utsman Najati memberikan komentar dengan beberapa
argumen. Pertama, pendengaran lebih penting ketimbang penglihatan dalam
proses pengindraan, belajar, dan memperoleh ilmu pengetahuan. Kedua, indra
pendengaran langsung berfungsi setelah anak dalam kandungan terlahir, di mana
anak itu begitu dilahirkan bisa langsung mendengarkan suara dengan jelas.
9 Di antaranya QS. 32 : 9, QS. 76 : 2, QS. 67 : 23 10 HR. Abu Dawud/ II, hadits nomor 1414, sebagaimana dikutip oleh Utsman Najati, 2008 :
274
180
Sementara untuk melihat sesuatu denga jelas ia membutuhkan waktu beberapa
lama. Ketiga, fungsi indera pendengaran berlangsung terus menerus tanpa henti.
Sementara indera penglihatan kadang-kadang terhenti fungsinya apabila seseorang
memejamkan matanya atau apabila ia sedang tidur. Keempat, fungsi indera
pendengaran bisa mendenngar denga baik apakah dalam keadaan tenang maupun
gelap. Sementara indera penglihatan hanya bisa melihat dalam keadaan terang
saja.
Dari hasil penelitian embriologi pun membuktikan bahwa pembentukan indera
pendengaran pada janin lebih awal dibandingkan denga proses pembentukan
indera penglihatan.
Selanjutnya, pada saat trimester kedua, janin sudah bisa membuka rahang
bawah, sehingga mulut terbuka dan bisa mengisap jari tangan dan janin mulai
belajar menelan. Pada akir minggu ke 20 bayi semakin bertambah besar dan
panjang dan terlihat bentuknya. Rambut kepala mulai tumbuh, finger print mulai
terbentuk, dan bakal gigi juga mulai terbentuk. Pada saat ini, indera pengecap
mulai berfungsi. Dan ia sudah bisa membuka dan menutup mata.
Kemudian pada minggu ke-16 ke atas, janin akan belajar bernafas. Yaitu
dengan cara menghirup dan mengeluarkan air ketuban. Air ketuban terdiri atas
berbagai macam produk sisa dari bayi. Ada juga sel-sel yang berasal dari paru-
paru bayi. Berbeda pada saat trimester pertama, air ketuban diserap dan
dikeluarkan melalui kulit bayi. Pada saat trimester kedua, air ketuban diserap
melalui mulut dan hidung bayi lalu dikeluarkan memalui urine. Hal ini karena
gerak refleks bayi untuk menelan dan bernafas mulai berjalan serta ginjal mulai
181
berfungsi. Lambung juga berfungsi dengan baik, begitu juga persendiannya sudah
berfungsi dengan sempurna.
Pada trimester ketiga, pertumbuhan bayi begitu pesat. Organ dalam bayi
mulai matang, dan posisi kepala janin berubah yang semula kepala berada di atas,
kemudian berubah ke bawah menuju pelvis. Dan ini pertanda sebagai persiapan
menghadapi proses persalinan dan kehidupan di luar tubuh ibu.
b. Perkembangan Psikis Janin
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa proses pertumbuhan psikis janin dalam
kandungan sangat dipengaruhi oleh faktor internal orang tuanya, terutama ibu,
baik kondisi fisik maupun psikisnya. Sebab, ibu dan janin merupakan satu unitas
organik yang tunggal dan saling berkaitan erat. Apabila orang tuanya memiliki
keadaan gejala-gejala psikologi, perasaan, dan pikiran tertentu, atau kepribadian
terntentu atau dalam cara mereka merencanakan kehadiran seorang anak saat
pertama kali melalui interaksi biologisnya, maka keadaan tersebut akan sangat
berpengaruh pada keadaan konstruksi psikologis dan proses kelangsungan
perkembangan psikologis, baik secara mental maupun emosional anak yang
dikandungnya. Bahkan dapat menentukan kecenderungan ke arah mana anak itu
akan berkepribadian dan berkarakter. Karena pada dasarnya karakter itu menurun.
Tentu, kondisi kejiwaan dan emosi ibu amat berpengaruh bagi pertumbuhan
psikis janin. Sebuab perubahan kondisi tersebut akan menyebabkan berbagai
kelenjar mengeluarkan cairan tertentu dalam kadar yang berlebihan. Para dokter
percaya, kondisi emosi dan jiwa wanita hamil berpengaruh pada pembentukan
182
fisik dan psikis janin; rasa riang gembira, rasa takut, sedih, gelisah, cinta, benci,
dan sebagainya akan memberikan dampak khusus terhadap janin.
Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus atas ibu hamil, selain sisi
kebersihan, juga sisi kejiwaan dan sosial. Dan kaum laki-laki harus menciptakan
suasana yang dapat memberikan ketenangan jiwa bagi mereka, sehingga janin
dapat berada dalam lingkungan yang baik dan mulai melakukan aktivitas
pertumbuhan dan perkembangan secara baik dan sempurna pula.
Dengan demikian, di fase ini seorang ibu memiliki peran yang sangat penting
bagi pembentukan fisik dan psikis anak. oleh karena itu, Rasulullah SAW
menegaskan bahwa asas kebahagiaan dan kesengsaraan manusia terbentuk sejak
ia berada dalam kandungan ibunya,
ق الش أ ن ط ب يف ي ق ش ن م ي و ه م أ ن ط ب يف د ع س ن م د ي ع الس ه م
Artinya : “Anak yang sengsara adalah anak yang telah mendapatkan kesengsaraan di dalam perut ibunya dan anak yang bahagia adalah anak yang telah mendapatkan kebahagiaan di perut ibunya11” (Al Naisabury/II, tth : 452 Hanbal/II, tth : 176, Al Qazwiny/I, tth : 18)
Sekalipun ayah dan ibu berperan dalam pembentukan fisik dan psikis janin
lantaran janin terbentuk dari ovum dan sperma mereka, namun ibu yang
mengandung janin selam kurang lebih sembilan bulan. Maka kondisi
kehidupannya berpengaruh langsung terhadap kehidupan janin. Dengan demikian
peran ibu jauh lebih besar terhadap kehidupan janin dibandingkan peran ayah.
11 Kata ‘asy-syaqiyyu adalah mengandung makna umum, yang artinya, penyiksaan yang
dilakukan sengaja untuk si bayi dalam rahim, tidak mendapatkan kehidupan yang layak, atau pembunuhan janin, melakukan penyiksaan kepada orang tua hamil yang dapat berdampak pada bayi, atau melakukan kesalahan dalam hal makanan atau minuman atau penerimaan udara yang dihirup si ibu hamil, dan atau lain-lainnya yang berakibat fatal kepada kelangsungan hidup dan kehidupan sang bayi dalam kandungan.
183
Sehingga ibu senantiasa harus menjaga kondisi fisik dan psikisnya pada masa
kehamilan.
2. Penentuan Jenis Kelamin dan Kemiripan Anak
Dalam hal penentuan jenis kelamin dan kemiripan anak, Ibnu Qayyim
menjelaskan bahwa apabila sperma laki-laki memancar terlebih dahulu dan lebih
unggul dari sperma wanita, maka embrio yang tumbuh berjenis kelamin laki-laki
dan lebih mirip ayahnya. Namun apabila sperma perempuan memancar terlebih
dahulu dan lebih unggul dari sperma laki-laki, maka embrio yang tumbuh berjenis
kelamin perempuan dan lebih mirip dengan ibunya.
Studi ilmiah modern menjelaskan bahwa cairan sperma mengandung
kromosom kelamin laki-laki (X) dan kromosom kelamin perempuan (Y). Ovum
yang dimiliki wanita hanya mengandung kromosom Y. Jika yang membuahi
ovum adalah kromosom X, maka janin yang akan dilahirkan akan berjenis
kelamin laki-laki. Namun apabila yang membuahi ovum adalah kromosom Y,
maka janin yang dilahirkan akan berkelamin perempuan. Penentuan jenis
kromosom yang akan membahi ovum merupakan hak perogatif Allah Ta’ala.
Rasulullah SAW telah mengisyaratkan masalah ini dalam hadits riwayat Tsauban,
“Air mani laki-laki itu kental putih, sedangkan air mani wanita itu encer berwarna
kuning. Apabila keduanya tidak bercampur, lantas air mani laki-laki mengungguli
air mani perempuan, maka dengan seizing Allah akan tercipta makhluk laki-laki.
Namun jika yang lebih unggul air mani perempuan dari pada air mani laki-laki,
maka dengan seizing Allah Ta’ala akan tercipta makhluk perempuan12”
12 HR. Muslim/III, tth : 227 Bab Al Haidh
184
Dalam kasus ini, Allah telah menjadikan kromosom laki-laki lebih kuat dari
pada kromosom perempuan, sehingga ketika keduanya bercampur, maka yang
lebih unggul adalah kromosom laki-laki, berarti yang lebih unggul adalah sifat-
sifat laki-laki. Namun, kalau sperma yang membahi ovum adalah kromosom
perempuan, berarti yang lebih unggul dan lebih kuat adalah kromosom
perempuan, berarti yang lebih unggul dan lebih kuat adalah sifat-sifat perempuan
dari pada sifat laki-laki.
3. Reaksi dan Gerakan Janin
Menurut Ibnu Qayyim, janin dalam kandungan sudah mengalami reaksi dan
gerak. Reaksi itu disebabkan oleh berfungsinya pendengaran dan penglihatan. Dan
reaksi itu antara lain :
a. Pendengaran dan Penglihatan Janin
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa janin dalam kandungan sudah dikaruniai
pendengaran dan penglihatan dan sudah memiliki fungsi ketika masih dalam
kandungan yakni sejak ditiupkan ruh kepadanya. Namun fungsi itu bersifat pasif
dan akan bersifat aktif ketika janin sudah dilahirkan. Sebagaimana jabang bayi
yang baru dilahirkan bisa langsung mendengar berbagai macam suara. Ia belum
bisa melihat dengan jelas sampai sekitar usia enam bulan, saat retina sudah
terbentuk dengan kuat pada kedua matanya.
b. Gerakan Janin
Mengenai terjadinya gerakan janin, Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa gerakan
janin terjadi partama kali saat ditiupkan ruh kepadanya. Mengenai masalah
185
peniupan ruh pada janin, memang terdapat perbedaan antara dua riwayat. Yakni
hadits yang diriwayatkan dari Hudzaifah dan hadits yang dirawayatkan Ibnu
Mas’ud.
(1) Hadits yang diriwayatkan dari Hudzaifah
ىبلغ به الن يدخل الملك على النطفة بـعد :قال -صلى اهللا عليه وسلم -عن حذيـفة بن أسيد يـبـ
لة فـيـقول يا رب أشقى أو سعيد فـيكتبان تستقر ىف الرحم بأربعني ما فـيـقول أى أو مخسة وأربعني ليـ
حف فال يـزاد ربتطوى الص فيها وال أذكر أو أنـثى فـيكتبان ويكتب عمله وأثـره وأجله ورزقه مث
نـقص يـ
Dalam Shahih Imam Muslim, ada sebuah hadits dari Hudaifah bin Asid, disampaikan Nabi SAW seraya bersabda, “Datanglah malaikat ke dalam rahim setelah sperma menetap selama 40 malam atau 45 malam, ia (malaikat) berkata: Wahai Tuhan, apakah ia (janin) tergolong orang sengsara ataukah orang bahagia, lalu keduanya dicatat. Ia berkata lagi : Wahai Tuhan, apakah ia laki-laki atau perempuan, lalu keduanya dicatat, kemudian dicatat pula amal, umur, ajal, dan rizki, kemudian lembaran itu dilipat dan tidak lagi ditambahi dan dikurangi” (Al Naisabury/II, tth : 452, Al Nawawy/XVI, tth : 190-193)
(2) Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud
مث يكون مضغة مثل ذلك، مث إن أحدكم جيمع خلقه يف بطن أمه أربعني يـوما نطفة، مث يكون علقة مثل ذلك،
فخ فيه الروح، ويـؤمر بأربع كلمات بكتب رزقه وأجله وعمله وشقي أو سعيد :يـرسل إليه الملك فـيـنـ
Dalam hadits Shahih Imam Bukhari dan Muslim, ada sebuah hadits riwayat dari ibnu Mas’ud, dia berkata, Rasulullah SAW pernah menceritakan kepada kami-beliau tentu saja seorang yang benar perkataannya dan dapat dipercaya. “Sesungguhnya tiap orang di antara kamu dikumpulkan kejadiannya dalam perut (rahim) ibunya selama 40 hari dalam keadaan nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga, kemudian menjadi daging selama itu juga, kemudian diutus kepadanya malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan malaikat itu disuruh untuk menentukan empat hal, yaitu rizkinya, ajalnya, amal perbuatannya dan adakah ia celaka
186
atau bahagia” (Al Naisabury/II, tth : 451, Al Bukhari, tth : 143, Al Nawawi/XVI, tth : 193)
Tentang hal ini, Ibnu Qayyim (Al Jauziyyah, 2001 : 209-213) mengatakan
bahwa hadits riwayat Hudaifah menunjukkan masa permulaan penciptaan janin
(embrio) setelah 40 hari pertama. Sedangkan hadits riwayat Ibnu Mas’ud
menunjukkan masa penciptaan janin pada 40 hari ketiga.
Lantas bagaimana cara mengkompromikannya? Ada yang mengatakan bahwa
hadits riwayat Hudzaifah cukup sharih (jelas), karena menyebutkan periode
setelah 40 hari. Sedangkan hadits riwayat Ibnu Mas’ud tidak bermaksud
menceritakan proses penciptaan janin. Hadits ini bertujuan untuk menjelaskan
beberapa fase mulai dari nuthfah yang mengalami perubahan setiap empat puluh
hari. Dan setelah empat puluh hari yang ketiga, ditiupkanlah ruh ke dalam janin
tersebut. Tentu saja hal ini sama sekali tidak paradoks dengan hadits riwayat
Hudzaifah. Bahkan hadits Hudzaifah mengkhususkan pengertian hadits Ibnu
Mas’ud.
Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan bahwa kesamaan dalam kedua
riwayat hadits tersebut adalah terjadinya perubahan penting pada janin yang
dimulai setelah 40 hari pertama. Hadits Hudzaifah menyebutkan keterangan lebih
rinci, yaitu proses pembentukan dan penciptaan janin dimulai dari 40 hari
pertama. Sementara hadits Ibnu Mas’ud menekankan bahwa ruh akan ditiupkan
setelah 40 hari yang ketiga. Dengan demikian, kedua hadits tersebut sama-sama
menerangkan kalau malaikat telah diutus oleh Allah untuk mengurusi
perkembangan janin pada fase-fase tersebut. Sungguh benar ucapan Rasul SAW.
187
Tidak ada ungkapan beliau yang saling bertentangan antara yang satu dengan
yang lainnya.
Demikian perbedaan antara riwayat hadits Hudzaifah dan Ibnu Mas’ud
mencuat. Hadits riwayat Hudzaifah mengisyaratkan permulaan proses
pembentukan janin pada hari keempat puluh. Sementara hadits riwayat Ibnu
Mas’ud menerangkan waktu sempurnanya penciptaan janin dan ditiupkannya ruh
padanya setelah seratus dua puluh hari dari awal proses penciptaan tahapan
nuthfah dalam rahim ibu. Ruh ditiupkan ke dalam janin sehingga menjadi
makhluk baru. Makhluk baru ini mampu bergerak dan mendengar. Mulai itulah
jantungnya tidak pernah lagi berhenti berdenyut.
Keterangan dalam hadits riwayat Ibnu Mas’ud ternyata sesuai dengan hasil
penelitian embriologi. Bahwa janin dalam kandungan bisa bergerak-gerak kira-
kira pada akhir bulan ketiga dan awal bulan keempat sejak ovum dibuahi sperma.
4. Memberi Nutrisi dan Gizi yang Cukup
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa pengaturan suplai makanan bagi orang
hamil harus lebih dijaga, sebab makanan yang dikonsumsi olehnya sekaligus akan
dikonsumsi oleh bayi dalam kandungannya, dan itu akan mempengaruhi tumbuh
kembang janin dalam kandungan.
Tidak diragukan lagi bahwa janin mengkonsumsi makanan dari tubuh ibunya,
sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir ibn Abdillah al
anshari bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
“Tatkala janin berada dalam kandungan ibunya, wajahnya menghadap ke punggung ibu, dan kedua tangannya menempel di dahinya, dagunya
188
menempel pada lututnya, laksana seorang yang dalam keadaan sedih. Ia tak ubahnya seperti tawanan yang terikat; tali pusarnya terikat dengan tali pusar ibunya, dan dengan perantaraan tali tersebut ia mengkonsumsi makanan dan minuman dari ibunya sampai saat kelahirannya” Dari sini jelas betapa penting makanan yang dikonsumsi ibu terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin. Makanan yang dikonsumsi ibu akan
diserap usus dan masuk ke dalam darah kemudian itu dipergunakan untuk
kebutuhan tubuh ibu dan janin. Manakala dalam aliran darah tersebut terdapat
bahan-bahan yang diperlukan bagi pertumbuhan janin, maka ia dapat
menggunakannya bagi pertumbuuhan dirinya. Jika makanan ibu tidak
mengandung bahan-bahan yang dibutuhkan janin demi pertumbuhannya, maka
darah akan mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan dari tubuh ibu dan
mengalirkannya ke tubuh janin.
5. Menjaga Kesehatan Demi Janin
Sebagaimana makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan memberi pengaruh
pada perkembangan fisik janin dalam kandungan, maka kesehatan juga
merupakan salah satu faktor terpenting yng mempengaruhi perkembangan janin
dalam kandungan. Ibnu Qayyim menegaskan bahwa kesehatan sangat dibutuhkan
ibu janin sebagai kekuatan atau energi untuk menembus selaput rahim untuk
dilahirkan.
Kondisi kesehatatan ibu hamil akan berpengaruh pada asupan makanannya.
Ibu hamil yang sedang sakit biasanya nafsu makannya akan menurun. Dalam
keadaan sakit ibu hamil perlu mendapat tambahan makanan agar kebutuhan
gizinya tetap terpenuhi. Sebab, kesehatan janin tergantung pada makanan yang
189
sehat dan sempurna. Sehingga, kesehatan dan makanan yang bergizi sangat
diperlukan ibu hamil bagi tumbuh kembang janin dalam kandungan supaya janin
dapat dilahirkan dalam keadaan sehat dan selamat.
6. Menciptakan Lingkungan Sehat dan Nyaman
Maksud lingkungan di sini adalah seluruh faktor eksternal yang memberi
pengaruh bagi manusia sejak masih berupa sperma yang berada di rahim ibbu
yang kemudian membuahi ovum. Dengan demikian, bagi janin, rahim dan
kandungan merupakan sebuah lingkungan. Faktor tersebut sangat berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan janin.
Ibnu Qayyim menghimbau agar ibu hamil menciptakan atau menyediakan
lingkungan yang sehat dan suasana yang nyaman bagi janinnya. Salah satunya
dengan menghindarkan ibu dari hal-hal yang menimbulkannya tertekan, seperti
gambar-gambar yang mengerikan, warna-warna yang buram, dan rumah-rumah
yang seram dan sempit. Karena ini akan memberi dampak yang buruk bagi janin
baik secara fisik maupun psikis janin.
Rene Van de Carr dan Lehrer juga mengatakan hal yang sama bahwa untuk
menciptakan lingkungan sehat saat kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain :
a. Mengurangi debu dan polutan udara yang di hirup . Di Negara maju secara
teknologi seperti Amerika, penggunaan negative ionizer kecil (disebut
generator ion negatif) sangat dianjurkan untuk menjaga kebersihan udara.
Dengan mengumpulkan partikel-partikel debu dan polusi dan ditarik di satu
190
tempat hingga ibu hamil (terutama) tak perlu untuk menghirupnya (Carr dan
Lehrer, 1996 : 67)
b. Menghindari produk-produk yang mengandung racun potensial, seperti
hairspray, cairan pembersih industri, pembersih oven, aerosol, minyak cat,
dan sebagainya merupakan zat- zat yang dapat menyerap dalam kulit dan
mengalir di pembuluh darah hingga dapat membahayakan janin.
c. Menggunakan air bersih untuk minum dan memasak. Penting untuk
menggunakan air bersih selama hamil, karena air yang aman untuk orang
dewasa belum tentu aman bagi janin yang sedang berkembang. Memasak air
sebelum dikonsumsi adalah langkah bijak untuk menjaga kesehatan ibu dan
janin. Air jirigen yang biasa kita temui di pasaran, terindikasi diolah dengan
cara yang tidak higienis, dan menurut analisa, bakteri tinja yang berbahaya
terkandung di dalamnya, maka perlu untuk mengkonsumsi air yang
berkualitas dan terjamin terhindar dari polusi dan kandungan zat yang
berbahaya bagi tubuh.
d. Menghindari temperatur ekstrem, karena janin yang baru berkembang tidak
dapat mengatasi fluktuasi (perubahan ekstrem) temperatur dan harus
dilindungi. Perlindungan alami terhadap janin didapat dari sistem regulasi
tubuh yang mempertahankan temperatur internal. Jika terlalu panas, maka
tubuh akan menjaga temperatur internal tetap rendah dengan melepas panas
berupa keringat.
e. Menghindari kebisingan. Tekanan dapat terjadi pada janin bila ia mendengar
bunyi di atas 100 desibel. Jika kita tak bisa menghindari suasana bising, maka
191
pelu untuk melindungi perut dengan bantalan seperti selimut untuk meredam
volume suara.
f. Mendengarkan musik yang disukai ibu hamil. Pilihlah musik yang
menenangkan karena janin pun akan menanggapi musik tersebut dan menjadi
tenang. Kecemasan dalam kehamilan akan membawa dapak negatif pada janin
dalam kandungan, dimana stres, dapat mereduksi kejadian keguguran,
kejadian lahir prematur, lahir dengan berat badan yang rendah, bayi dengan
kecacatan fisik dan mental-emosional. Dan ketenangan jiwa dibutuhkan dalam
kehamilan, dalam proses melahirkan, hingga saat menyusui.
g. Menghindari hal-hal yang membuat ibu hamil tertekan, karena jika ibu merasa
tertekan, dari suara bising, keras atau perdebatan, tubuh ibu akan bereaksi
secara fisik terhadap stres dengan mengeluarkan zat-zat kimia otak yang dapat
mencapai dan meresahkan bayi. Perlu untuk diikuti petunjuk mengurangi stres
dalam program pendidikan pralahir, dalam sesi ikatan keluarga
h. Mengusahakan untuk meluangkan waktu di luar rumah untuk mendapatkan
cahaya alami. Penelitian lain menunjukkan orang yang hidup di daerah di
sinar matahari yang sedikit cenderung menunjukkan suasana hati yang negatif,
bahkan di Uni Soviet bagian timur laut jauh orang yang tidak mendapatkan
sinar matahari dalam jangka waktu lama, sebagian dari mereka menderita
Seasonal Affective Disorder (SAD), suatu depresi yang semakin parah
sepanjang bulan-bulan musim dingin. Sinar ultraviolet juga memberikan
sebagian besar vitamin D yang dibutuhkan tubuh anak-anak untuk mencegah
penyakit- penyakit dan malformasi tulang (Carr dan Lehrer, 1996 : 71)
192
d) Masa Kelahiran (Postnatal)
1. Proses Kelahiran
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa pada saat janin berada dalam kandungan,
kepala janin berada di bagian atas. Tetapi, pada waktu akan dilahirkan, kepala
bayi berada di bagian bawah rahim dekat dengan mulut vagina, yaitu pelvis
(engaged) atas kehendak Allah. Proses perubahan ini merupakan bentuk
pertolongan Allah untuk keselamatan janin dan ibu janin.
Akan tetapi ada juga ibu hamil yang sudah memasuki usia kehamilan 36
minggu, posisi kepala bayi tidak memasuki pelvis (not engaged). Penentuan
masuk atau tidaknya kepala bayi ke pelvis pada usia 36 minggu hanya berlaku
pada kehamilan pertama. Pasalnya, pada kehamilan yang kedua dan seterusnya,
kepala bayi akan memasuki pelvis menjelang berlangsungnya persalinan. Jika
pada kehamilan pertama usia 36 minggu kepala bayi belum masuk pelvis, berarti
ada suatu yang perlu dicurigai. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Bisa jadi
plasenta berada di bagian bawah sehingga kepala tidak bisa masuk ke dalam
pelvis. Mungkin juga ada kelainan pada kepala bayi seperti hidrosephalus (kepala
membesar berisi cairan). Kemungkinan lain adalah pinggul ibu yang memang
kecil (Wibisono dan Dewi, 2009 : 42-43)
Untuk itu ibu hamil harus rajin berdo’a kepada Allah selama masa kehamilan
supaya diberikan keselamatan, kemudahan dan kelancaran dalam persalinannya
kelak. Sebab, Apabila janin sudah siap dilahirkan, akan tetapi posisi kepalanya
masih di bagian atas (sungsang) dan tidak memasuki pelvis (not engaged), maka
hal itu akan menyebabkan kematian janin, atau janin dapat dilahirkan namun
193
dalam keadaan cacat, atau kalau tidak, ibu janin mengalami sakit yang parah,
bahkan bisa meninggal dunia.
Adapun tanda-tanda kelahiran janin yakni sebagai berikut :
a. Timbulnya kontraksi rahim secara teratur yang kadang-kadang disertai rasa
sakit
b. Keluarnya cairan kental yang terkadang disertai pendarahan. Hal tersebut
terjadi karena lendir yang semula menyumbat leher rahim terdorong keluar
akibat kontraksi rahim yang membuka mulut rahim
c. Cairan mengalir keluar melalui lubang kemaluan, disebabkan pecahnya
kantong ketuban pembungkus janin
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Prenatal menurut
Pemikiran Ibnu Qayyim Al Jauziyah
a) Faktor Genetis
Dalam hal ini Ibnu Qayyim membenarkan adanya faktor genetis yang
menyebabkan timbulnya kemiripan antara seorang anak dengan ayah, ibu, atau
sanak kerabatnya. Dan aspek-aspek yang diturunkan oleh unsur genetik meliputi
aspek fisik seperti ketampanan dan aspek psikis seperti kepribadian.
Baqir Hujjati mengutip perkataan Ibnu Qayyim yang menjelaskan bahwa,
“Sebagaimana seorang anak menyerupai ayahnya, ia juga dapat menyerupai
ibunya. Jika seorang ibu tidak memiliki peran dalam penciptaan anak, maka anak
itu tidak akan mirip dengannya.” Kemudian ia menambahkan, “Sperma laki-laki
194
saja tidak dapat menyebabkan terciptanya seorang anak, melainkan apabila ia
telah bercampur dengan sesuatu yang lain, yang berasal dari wanita.” Jelas, yang
dimaksud Ibnu Qayyim tentang sesuatu yang lain itu adalah sebagaimana yang
sekarang kita kenal dengan ovum. Kenyataan ini menunjukkan bahwa Ibnu
Qayyim benar-benar telah mengetahui hakikat masalah ini.
Dengan demikian, menurut pendapat ini, ayah dan ibu memiliki peran dalam
memberikan pengaruh secara genetik kepada anak. Atau dengan kata lain, anak
akan mewarisi karakteristik ayah dan ibunya. Inilah yang menyebabkan
ttimbulnya kemiripan antara seorang anak dengan ayah, ibu, atau sanak
kerabatnya. Gen mencakup seluruh faktor yang ada pada saat pembuahan ovum,
sehingga janin akan terpengaruh kuat oleh faktor-faktor tersebut.
Pengaruh gen berlangsung melalui perpindahan sebagian gen kedua orang tua
kepada anak mereka. Biasanya janin menerima pengaruh gen dari kedua orang
tuanya. Seperti yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, janin itu sendiri
tercipta dari dua sel; sel jantan (sperma) dan sel betina (ovum). Pada setiap sel
terdapat beberapa benang halus yang disebut dengan kromosom. Kromosom
menurut para pakar biologi merupakan benda yang amat kecil dan bentuknya
semacam tongkat; ada yang pendek, ada yang panjang, dan ada pula yang
bengkok.
Kromosom manusia dibedakan atas autosom dan kromosom kelamin.
Kromosom tersebut terletak pada inti sel. Inti sel tubuh manusia mengandung 46
kromosom, yang terdiri atas 46 autosom dan 2 kromosom seks. Pada wanita,
195
kromosom seks berupa 2 buah kromosom X, sedangkan pria mengandung
kromosom X dan Y (Gibson, 2002 : 349 dan Suryo, 2005 : 186)
Berbagai kromososm ini terdiri dari berbagai gen yang merupakan factor
utama pengaruh genetis (wirȃtsah). Gen ayah dan ibu terjadi setelah sperma
berhasil membuahi ovum. sementara ayah dan ibu masing-masing memiliki
pengaruh genetis yang mereka peroleh dari keturunannya (nenek moyangnya).
Dr. Bentley Glass mengatakan dalam bukunya “Berbagai Gen dan Manusia”
sebagaimana dikutip oleh Baqir Hujjati (2008 : 97), bahwa sel telur yang
terbentuk dari gabungan antara sel pria dan wanita terdiri atas 300 trilyun bahan
campuran. Dan yang menyebabkan kemiripan anak dengan kedua orang tuanya
adalah adanya campuran dan komposisi yang tidak terbatas itu.
Kemudian hasil penelitian ilmuwan membuktikan bahwa jumlah gen yang ada
pada diri manusia mendekati 30000 gen. dan gen inilah yang merupakan factor
pemindah cirri-ciri khusus dari satu generasi ke generasi berikutnya. Rasulullah
SAW telah menyinggung masalah ini dalam salah satu sabdanya yang amat
popular :
ه)(رواه ابن ماج اس س د ق ر ع ال ن إ ف م ك ف ط ن ا ل و ر يـ خت
Artinya : “Pilihlah tempat menumpahkan benihmu (sperma), karena sesungguhnya gen (bawaan bapak dan ibu) menurun (kepada anak)13” (HR. Ibnu Majah dari ‘Aisyah) (Al Qazwiny, tth : 633)
13 Dalam kamus bahasa Arab al-Munjid, kata “al-irqu dassasun”,
إىل األبناء تتصل اآلباء أخالق ن إ ي أ Sesungguhnya akhlak orang tua berpindah kepada anak-anaknya (Ma’luf, 2005 : 214). Hadits ini menjelaskan bahwa anjuran untuk mencari lahan yang subur untuk menanam benih
(sperma) sehingga anak-anaknya tidak mewarisi sifat tercela (Umar, 1996 : 263)
196
Dalam hal ini Rasulullah SAW hendak menjelaskan kepada orang-orang
muslim agar mereka berhati-hati dalam menciptakan keturunan dan tidak
melalaikan pengaru faktor genetis. Dalam hadits ini dan berbagai riwayat lain,
mereka menjelaskan rahasia (ini) dan menggunakan kata al ‘irq atau al a’raq
dalam menjelaskan gen dan faktor genetik. Dalam hadits ini, Rasulullah SAW
menggunakan kata dassȃs, yang mana dalam kamus kata ini diartikan sebagai
akhlak dan sifat orang tua akan menurun kepada anak-anaknya (Ma’luf, 2005 :
214).
b) Faktor Makanan
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa makanan merupakan salah satu komponen
penting yang mendukung tumbuh kembang janin dalam kandungan. Makanan
merupakan nutrisi bagi bayi, apapun yang dimakan oleh ibu akan masuk ke dalam
tubuh janin melalui plasenta.
Pada minggu ke 29 bintil-bintil indera pengecap janin telah terbentuk, ia dapat
merasakan cita rasa makanan yang di santap ibu. Sebab, jumlah senyawa kimia
yang terkandung dalam bumbu masakan akan terurai menjadi partikel-partikel
yang sangat halus. Partikel ini kemudian masuk ke dalam aliran darah, sebagian di
antaranya masuk kedalam tubuh janin melalui plasenta dan sebagian lainnya
masuk ke amnion. Melalui cairan amnion yang secara rutin diminumnya, janin
dapat merasakan cita rasa masakan tersebut (Yosadi, 2005 : 97)
Islam menganjurkan untuk memakan makanan yang halalan toyyibah, yaitu
makanan yang baik lagi sehat untuk dikonsumsi. Karena makanan juga
197
berpengaruh terhadap tingkah laku anak, jika anak diberi makanan yang haram
maka dia cenderung akan mendekati hal-hal yang haram juga, begitu pula
sebaliknya. Menurut Jalaluddin, makanan yang diperoleh dari dari sumber halal
akan mempengaruhi ketaatan seeorang, sedangkan makanan yang bersumber dari
yang haram akan memberi dampak negatif bagi pembentukan tingkah laku. Ada
semacam kecenderungan tingkah laku yang terpola dalam diri seseorang
(Jalaluddin, 2000 : 69)
Dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi, maka ada jaminan
bahwa bayi yang akan dilahirkan nantinya adalah bayi yang sehat. Meski
demikian tidak semua makanan yang ‘dianggap’ sehat baik untuk perkembangan
janin. Kesalahan dalam memilih makanan bukan tidak mungkin justru akan
menimbulkan masalah baru bagi janin saat lahir nantinya. Bukan tidak mungkin
dalam makanan yang sehat tersebut terkandung zat tertentu yang bila dikonsumsi
bisa menimbulkan dampak bagi anak yang akan dilahirkan.
Kandungan hormon estrogen yang berlebihan adalah suatu yang harus
diwaspadai bagi para ibu yang sedang hamil. Bagi orang dewasa pengaruh buruk
hormon estrogen yang berlebihan tidak terlalu berpengaruh, karena tubuh secara
alami akan membuang kelebihan zat tersebut. Namun jika terjadi pada janin dan
anak-anak akan mempengaruhi pembentukan jaringan dan organ tubuh serta
mempengaruhi kehidupannya kelak. Bila janin tersebut laki-laki, maka akan
menghambat pembentukan organ penis dan testis, lalu bisa jadi bagian
payudaranya akan mengalami pembesaran, meski tidak sebesar pada perempuan.
Selain itu hormon tersebut juga mempengaruhi orientasi seksual seorang laki-laki
198
menjadi kewanita-wanitaan. Sedangkan pada bayi perempuan, pengaruh hormon
itu bisa menyebabkan menstruasi dini.
Estrogen dalam tubuh seseorang selain karena proses alamiah dalam arti
diproduksi sendiri oleh tubuh juga bisa dipengaruhi oleh jenis makanan yang
dikonsumsi. Sat ini ditengarai banyak makanan terutama dari jenis junkfood atau
makanan siap saji yang mengandung hormon estrogen. Baik itu di dalam bahan
makanannya maupun pada pembungkusnya. Dalam beberapa penelitian
ditemukan bahwa dalam plastik-plastik pembungkus makanan tersebut terdapat
kandungan hormone estrogen yang bisa merasuk pada bahan makanan yang
dibungkusnya. Sehingga bila makanan itu dikonsumsi, tentunya hormon estrogen
yang berasal dari plastik itu akan masuk sedalam tubuh.
Manfaat gizi yang baik bagi pertumbuhan janin yaitu:
1) Gizi yang baik saat pembuahan mencegah perkembangan sel-sel otak yang
terbelakang dan abnormal
2) Gizi yang baik saat pembuahan membantu pewarisan-pewarisan gen-gen yang
sesuai.
3) Gizi yang baik selama kehamilan menjamin perkembangan otak yang sehat.
4) Gizi yang baik membantu janin dan bayi memberi tanggapan yang sesuai
dengan lingkungan.
5) Stimulasi bayi memiliki pengaruh yang lebih besar pada bayi bergizi baik, dari
pada bayi-bayi yang bergizi buruk dan terbelakang (Muamanah, 2006 : 93)
Apabila janin kekurangan gizi, maka akan terjadi :
1) Otak bayi kekurangan DNA dan kecenderungan genetiknya otak jenisnya
199
2) Konsentrasi protein di dalam sel-sel otak tidak mencukupi ukuran dan berat
otak kurang dari normalisolasi sel syaraf (mielinasi) tertunda
3) Dendrite membentuk percabangan yang lebih sedikit daripada normal
4) Bayi tidak dapat memberikan tanggapan terhadap stimulasi sensorik secara
normal
5) Pertumbuhan dan kesehatan fisik tidak seimbang sikap tertahan aktivitas dan
koordinasi motorik tidak seimbang (Muamanah, 2006 : 94)
Beberapa makanan yang hasrus dihindari ketika ibu sedang hamil antara lain ;
1) Makanan yang berkalori rendah, yaitu makanan yang mengandung banyak
lemak dan gula namun rendah zat gizi, kosentrasi karbohidrat menyebabkan
darah tidak dapat memasuki pembuluhpembuluh kapiler dalam tubuh dan bisa
menyebabkan janin kekurangan gizi dan oksigen.
2) Keju lembek, susu yang disterilkan, selada kol atau kubis yang siap saji dan
pasta yang diketahui mengandung bakterilisteria. Penyakit ini menyebabkan
keguguran atau bayi lahir mati.
3) Daging mentah atau belum dimasak dapat menyebabkan penyakit
toksoplasmosis, suatu jenis penyakit yang menyebabkan kerusakan otak janin
dan kebutaan (Dougall, 2003 : 12)
4) Alkohol, akan menyempitkan pembuluh darah yang akan mengurangi jumlah
darah dan gizi yang dapat masuk kedalam janin melalui ari-ari, sehingga
terjadi kerusakan otak, persalinan prematur, dan berbagai kerusakan pada
syaraf bayi.
200
5) Merokok, merokok dapat menyempitkan pembuluh darah ari-ari, sehingga
aliran zat-zat makanan kejanin teerhambat. Biasanya bayi berukuran lebih
kecil dan dari bayi normal, detak jantung meningkat untuk menghindari
pengurangan oksigen dan zat-zat makanan.
6) Minuman berkafein, kafein membuat seluruh pembuluh darah di tubuh
menyempit. Itu sebabnya, aliran darah keplasenta janin akan berkurang,
selanjutnya pasokan makanan kejanin juga ikut berkurang. Dengan begitu,
janin bisa kekurangan gizi.
Selain itu juga ibu hamil dilarang untuk mengkonsumsi obat-obatan terlarang
dan zat adiktif, bahkan tidak menggunakannya minimal tiga bulan sebelum
kehamilan. Efek negatif yang terjadi pada janin bila ibu masih menggunakan
narkoba ketika hamil, adalah:
1) Berat badan lahir rendah (BBLR) biasanya dibawah 2,5 kg atau lebih kecil.
2) Perkembangan otak terganggu, yang akan berpengaruh pada IQ.
3) Dapat menimbulkan gangguan motorik, bayi bisa spastik, bahkan mengalami
kelumpuhan. Saat lahir memang tidak terdeteksi, tetapi akan ketahuan saat
muali belajar berjalan.
4) Gangguan jantung, biasanya perkembangan jantung tidak sempurna.
5) Menimbulkan kecacatan pada bayi bahkan bisa mengakibatkan kematian
6) Keguguran, terutama pada tiga bulan pertama, saat embrionik dan
organogenesis sedang dalam masa pertumbuhan (Muamanah, 2006 : 95)
201
c) Faktor Lingkungan
Dalam hal ini Ibnu Qayyim menegaskan bahwa pada saat janin berada dalam
kandungan ibunya, semua hal yang dialami dan dirasakan oleh janin akan
membekas seumur hidupnya. Karena pada dasarnya janin dalam kandungan telah
hapal dan mengenal kondisi dan situasi di sana.
Ibnu Qayyim menganjurkan agar ibu hamil menjadikan kandungan sebagai
tempat yang menyenangkan bagi janin, yaitu dengan memberikan lingkungan
sehat yang nyaman. Yaitu dengan menghindarkan ibu dari hal-hal yang
menimbulkannya tertekan, karena ini akan memberi dampak yang buruk bagi
janin baik secara fisik maupun psikis janin.
Rahim ibu merupakan lingkungan pertama yang membentuk seorang manusia.
Lingkungan pertama ini sangat erat hubungannya dengan perkembangan janin.
Janin adalah bagian yang tak terpisahkan dari ibu yang mengandungnya. Karena
itulah, semua kondisi dan keadaan yang dialami oleh ibu akan berpengaruh
terhadap janin.
Hasil studi dan riset yang dilakukan oleh para ahli membuktikan bahwa
kesehatan jasmani dan kondisi psikis ibu sangat berpengaruh pada janin. Rasa
cemas, kalut, takut, dan sebagainya dapat mengakibatkan hal yang serupa pada
jiwa anak (Aqil, 1985 : 46-47)
Taqi Falsafi (2002 : 157) mengatakan bahwa ketegangan dan goncangan yang
dialami oleh seorang ibu hamil akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan
pada janin. Bahkan hal itu akan membuat anak yang ia kandung menjadi seorang
yang emosional. Karena itu, perlu adanya program bimbingan bagi para ibu hamil
202
untuk menghindarkan semua pikiran yang dapat mengusik ketenangannya dan
menciptakan ketegangan dan kecemasan, serta menjaga agar suasana
kehidupannya selalu harmonis dan menyenangkan
Menurut Bruce Lipton seperti yang dikutip oleh Campbell (2002 : 35), ketika
janin tumbuh, jalur perkembangannya tergantung pada informasi yang diterima
lewat darah ibu. Apabila campuran hormon ibu sering mengisyaratkan kecemasan
atau ketakutan yang luar biasa, janin cenderung memilih program-program
genetik yang berfungsi menguatkan sistem perlindungan yaitu biasanya sambil
mengorbankan pertumbuhan. Sebaliknya, apabila hormon-hormon sang ibu
menginformasikan lingkungan penyayang dan serba mendukung, pertumbuhan
akan didahulukan. Proses ini dilakukan sang bayi untuk beradaptasi dengan dunia
yang akan segera dimasukinya, karena itu ia mampu bertahan hidup.
Apabila kegoncangan emosi terjadi dalam bulan pertama kehamilan dapat
menyebabkan gangguan sentral, misalnya kelainan yang disebut mongolismus
atau “down syndrome”. Bila kegoncangan psikis terjadi pada tahap fetus, yang
terjadi adalah sindrom nafsu makan terhambat. Ditemukan sedikit aktivitas
spontanitas; pada umumnya terjadi tingkah laku apatis (Monk dan Knoer, 1985 :
51)
Emosi atau suasana hati orang tua yang sedang melakukan proses pertemuan
sel sperma dan sel telur (pembuahan) akan mempengaruhi kesehatan jasmani dan
rohani (IQ, EQ & SQ) anak yang akan dilahirkan. Anggapan negatif akan
membentuk interaksi antara orang tua dan anak yang tidak sehat, sehingga sangat
mengganggu pertumbuhan jiwa dan kepribadian anak itu sendiri. Ketika anak
203
dipersepsi secara positif, maka akan lahir optimisme dalam keluarga dan secara
dialektik anak-anakpun akan menemukan kebahagiaan arahan dan proses
pembelajaran yang ceria.
Stres, gairah hidup, kecemasan, mempengaruhi degub jantung, kualitas
pernafasan dan sikap tubuh. Stres adalah suatu kekuatan yang memaksa seseorang
untuk berubah, bertumbuh, berjuang, beradaptasi atau mendapatkan keuntungan.
Semua kehidupan bahkan yang bersifat positif menyebabkan stress (Judith, 2002 :
1) Epinefrin (adrenalin) suatu hormon stres, dilepaskan dari kelenjar adrenal.
Hormon ini bersama dengan hormon lainnya beredar dalam tubuh untuk
meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, kecepatan pernafasan dan
mengubah proses tubuh lainnya, kadar gula darah meningkat, sel-sel melepaskan
lemak ke dalam aliran darah untuk meningkatkan persediaan energi bagi otot.
Hasil respon stress adalah kewaspadaan, kesadaran, keadaan tegang yang
mempersiapkan seseorang untuk menghadapi bahaya (Judith, 2002 : 4)
Stres akan menyebabkan diproduksinya hormon-hormon yang diberikan
melalui plasenta dan masuk ke dalam peredaran darah bayi, sehingga bayi
menerima pesan-pesan tersebut. Dengan cara itu, struktur kimia tubuh yang paling
mendasar pada bayi dibentuk sedikit demi sedikit oleh ibunya (Campbell, 2002 :
33) Kondisi emosi tertentu yang sering terjadi atau berlangsung lama pada sang
ibu dapat mengakibatkan perubahan-perubahan organik dalam bayi yang belum
lahir. Bayi yang berat lahir rendah dan sering menangis kebanyakan terlahir ibu
yang sangat cemas selama kehamilan, atau mempunyai sikap negatif terhadap
kehamilannya.
204
Oleh karena itu, pada saat hamil seorang perempuan dituntut untuk selalu
berhati-hati dalam melakukan aktifitas kesehariannya, hal ini bukan tanpa alasan.
Sebab nasib janin yang ada dalam kandungan akan sangat dipengaruhi oleh apa
yang dilakukan oleh sang ibu.
B. Implikasi Pendidikan Prenatal Perspektif Ibnu Qayyim Al Jauziyah bagi
Pendidikan Islam
Menurut pandangan Islam, pendidikan diberikan kepada manusia bukan hanya
ketika telah terlahir ke dunia. Bahkan jauh sebelumnya, yang meliputi aturan-aturan
kehidupan sebelum kelahiran, yaitu tahapan sebelum terbentuknya sebuah keluarga
dan juga aturan-aturan kehidupan setelah pernikahan hingga terlahirnya seorang bayi.
Maka mendidik anakpun bermakna menyiapkan anak untuk sebuah masa yang
lebih maju seoptimal mungkin. Karena itu, paradigma untuk mendidik anak
cenderung pada bagaimana olah potensi anak dapat berlangsung seoptimal mungkin,
sekaligus sedini mungkin, sebab waktu sangatlah berharga dalam upaya melahirkan
generasi yang unggul. Asumsinya, semakin dini olah potensi anak dapat
dilangsungkan, semakin berkualitaslah outcomenya, sehingga makin kuatlah ia
menghadapi kompetisi dalam kompetisi dalam hiruk pikuk dunia dimasa depan
(Islam, 2004 : v)
Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pembentukan identitas anak menurut Islam
dimulai sejak anak dalam kandungan, bahkan sebelum membina rumah tangga harus
mempertimbangkan kemungkinan dan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat
membentuk kepribadian anak (Nata, 2005 : 251)
205
Keistimewaan-keistimewaan pendidikan anak dalam kandungan (anak pra-lahir)
merupakan hasil dari sebuah proses yang sistematis dengan merangkaikan langkah,
metode, dan materi yang dipakai oleh orang tuanya dalam melakukan pendidikan
(stimulasi edukatif) dan orientasi serta tujuan ke mana keduanya mengarah dan
mendidik.
Tujuan pendidikan anak dalam Islam begitu menyeluruh (komprehensif) dan
universal, menerobos ke berbagai aspek, baik aspek spiritual, intelektual, imajinatif,
jasmaniah, ilmiah maupun bahasa. Oleh karena itu pendidikan anak dalam kandungan
harus mendorong semua aspek tersebut ke arah keutamaan serta pencapaian seluruh
kesempurnaan hidup berdasarkan nilai-nilai Islam. Dan begitu juga dalam program
dan langkah-langkah (Islam, 2004 : 11)
Pendidikan bisa berhasil pada hakikatnya akan ditentukan oleh dua faktor
besar yang masing-masing akan saling memberikann aksi dan reaksi serta saling
mempengaruhi terhadap individu. Di samping itu manusia merupakan makhluk
yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, seiring
dengan pendapat Elizabeth B. Hurlock sebagaiaman dikutip oleh Paul Henry
Mussen (1998 : 55),
“The Heredity endowment, wich serve as the foundation for later development, is fixed at the time. Thi is true not only of obysical and mental traits but also of the individuals sex” Pernyataan di atas menjelaskan bahwa perawatan dan perilaku yang mendidik
terhadap anak dalam kandungan merupakan tahap awal dalam proses pendidikan
anak, sehingga lazim kalau tahapan ini akan menentukan pendidikan dan
perkembangan pada tahap berikutnya. Proses yang dilakukan oleh orang tua baik
secara sadar atau tidak sadar akan mempengaruhi perkembangan janin.
206
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh A. Aziz El Qussy bahwa
lingkungan mulai bekerja sejak detik pertama, demikian juga keturunan mulai
bekerja sejak detik pertama. Dan tidak mungkin pengaruh keturunan akan
kelihatan kecuali dalam lingkungan. Oleh karena itu kenyataan-kenyataan hidup
ini dalam waktu apapun adalah dari kedua kelompok yaitu faktor keturunan dan
lingkungan (Mansur, 2004 : 214)
Namun mengenai pengaruh faktor genetik dan lingkungan terdapat
perselisihan pendapat. Sebagian menyatakan bahwa faktor keturunan (gen) lebih
berpengaruh dibanding faktor lingkungan. August Comte, Herbert Spencer dan
Sayyid Quthub adalah di atara mereka yang meyakini bahwa factor keturunan
yang membentuk individu dari sisi jasmani, akal dan akhlak. Sedangkan pengaruh
lingkungan terhadap terhadap berbagai perkara ini sangat lemah. Missal, jika
seseorang berambut hitam, berwarna hijau, ataupun menderita kelemahan mental
dan gila lantaran faktor keturunan, maka lingkungan tidak akan mampu
mengadakan perubahan.
Kelompok lain yakin bahwa faktor lingkungan lebih berpengaruh dibanding
faktor keturunan. Misal, Stewart Mill, John Locke, dan yang lain mengatakan
bahwa faktor pendidikan di rumah dan sekolah serta masyarakat adalah
pembentuk individu.
Namun para cendekiawan sepakat bahwa kondisi berbegai individu di setiap
kehidupan merupakan akibat dan efek dari kedua faktor tersebut. Dengan kata
lain, pertumbuhan atau terhentinya katakteristik keturunan pada diri seseorang
amat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pendidikan dan pembinaan.
207
Wodwoorth sebagaimana dikutup oleh Baqir Hujjati (2008 : 134)
menyerupakan pengaruh lingkungan pada kehidupan, pertumbuhan, dan perilaku
manusia sebagai kawasan yang berbentuk persegi panjang. Sebagaimana kawasan
empat persegi panjang yang bergantung pada panjang dan lebar, maka begitu pula
aktivitas, kegiatan, dan perilaku seseorang amat bergantung pada faktor keturunan
dan lingkungan; satu sama lain saling mempengaruhi. Kita juga mengalami
kesulitan untuk mengetahui pengaruh salah satu di antara kedua faktor tersebut
pada diri manusia. Adakalanya seseorang mudah marah lantaran sifat ini
merupakan sifat yang berasal dari keturunan. Namun bisa jadi pula lingkunganlah
yang menciptakan karakter tersebut.
Ringkasnya, faktor genetis dan lingkungan satu sama lain saling mendominasi.
Sebab, masing-masing di antara keduanya membentuk kepribadian manusia dan
membengun perilakunya. Akan tetapi, untuk mengukur seberapa besar peranan
keduanya dalam mempengaruhi perkembangan individu memang cukup sulit dan
rumit, namun yang jelas pengaruh keduanya tidak pasti sama.
Melalui perawatan anak dalam kandungan atau sebelum lahir (prenatal) secara
intensif baik dari segi fisik maupun psikis diharapkan akan ada peningkatan
kualitas sifat-sifat bawaan atau keturunan, sehingga mendominasi dan
mengantisipasi pengaruh lingkungan yang merugikan. Oleh karena itu, orang tua
harus memperhatikan tumbuh kembang anak sejak masih dalam kandungan, serta
menjauhkan dari bahaya-bahaya selama masa kehamilan. Sebab masa kehamilan
merupakan awal kehidupan yang akan memberikan pengaruh terhadap
perkembangan dan pembentukan janin selanjutnya, baik fisik maupun psikis.