5. BAB IV - eprints.walisongo.ac.ideprints.walisongo.ac.id/1491/5/115112044_Tesis_Bab4.pdf · 2- 5-...
Transcript of 5. BAB IV - eprints.walisongo.ac.ideprints.walisongo.ac.id/1491/5/115112044_Tesis_Bab4.pdf · 2- 5-...
83
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah
SD Muhammadiyah 01 Wuled terletak di Jalan Raya Desa Wuled-Tirto,
Rt/Rw: 4/2, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah,
berdiri pada tahun 1953, dengan nama Sekolah Rakyat dan pada tahun 1956
telah terdaftar sebagai Sekolah Rakyat yang termasuk dalam lingkungan Majlis
Perwakilan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan No. surat 236/L/147,
berdasar surat tersebut pada tahun 1979 Pimpinan Pusat Muhammadiyah
mengukuhkan sebagai Sekolah Dasar yang beroperasi sejak tahun 1956 dengan
no surat 3560/I-072/JTg-54/79. Pada tahun 1994 ditetapkan atas nama
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah Kepala Dinas P Dan K
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Slamet Haryanto sebagai sekolah dasar
swasta. Adapun status gedung adalah milik sendiri, satu komplek dengan
masjid milik yayasan.
Visi Sekolah Dasar Muhammadiyah 01 Wuled adalah:
“Terbentuknya manusia muslim unggul, berbudaya dan berakhlak mulia”.
Sedangkan misi Sekolahnya dirumuskan sebgai berikut:
1. Membangun semangat keunggulan secara intensif di bidang akademik
2. Menyiapkan generasi yang unggul di bidang imtaq dan iptek
3. Menumbuhkan pengamalan ajaran agama sehingga terbangun insan yang
cerdas, cendekia, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia
4. Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif, dan
berprestasi sesuai dengan perkembangan zaman
84
5. Memberikan bekal pemahaman dasar-dasar ilmu keIslaman
6. Mengintegrasikan pelajaran agama dalam semua materi pelajaran
7. Menumbuhkan budaya lokal yang Islami.
Guru SD Muhammadiyah 01 terdiri dari 9 guru, dan 1 kepala sekolah.
Adapun kualifikasi pendidikan guru belum keseluruhan memenuhi hanya 3
guru yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan itu pun guru agama
sedangkan untuk guru kelas belum memenuhi kualifikasi S1, 3 guru masih
dalam proses pendidikan lanjut sedangkan 2 guru hanya berkualifikasi
pendidikan SMA. Keadaan guru dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1. Keadaaan Guru SD Muhammadiyah 01 Wuled
No Nama / NIP L/P
Tempat/Tgl Lahir
Jbtn Ijazah
Terakhir SK. Pertama Dari, No. Tgl
TMT
SK. Terakhir Dari, No.
Tgl
MK Meng
ajar
Kelas
Ket
Th Bln
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. Risdiani, S.Ag. P Pkl, 24- 6- 1976
KS S1. 1999 Akta IV. 2002
Dikdas. Cab. III.A/2.B/94/01
1 Juli 2001 - 11 8 VI
2. Atikah P Pkl, 12- 8- 1960
GK MA 1979
Dikdas. Cab. B-2/10/VIII/80
1 Peb 1980
- 33 1 III
3. Sri Nanik P Pkl, 17- 8- 1968
GK DII PAI 2001
Dikdas. Cab. B-2/10/VIII/88
1 Sep 1988
- 24 6 IV
4. Kasturah P
Pkl, 28- 4- 1974
GK D2 PGSD 2006
Dikdas. Cab. III.A/10-1/IX/97
1 Sep 1995 - 17 6 V
Kuliah
5. Eri Wahyuningsih, S.Pd.I.
P Pkl, 8- 4- 1981
GK SMA 2000 Dikdas. Cab. III.A/2.B/94/01
1 Juli 2001 - 11 8 I
Kuliah
6. Nur Yasin, S.Pd.I.
L Pkl, 3-5-1983
GA S1. PAI
2007
Dikdas. Cab. 09/Kep./IV-4/D/05
18 Juli 2005 - 7 8
IV, V,
VI
7.
Tuti Isnaini
P Pkl, 29- 3- 1987
GK
MA 2006 Dikdas. Cab. 12/Kep./IV.4/D/06
1 Okt 2006
- 6 6 II
Kuliah
8. M. Khoirul Hidayat
L Pkl, 23-3-1993
GK SMK 2010 Dikdas. Cab. 1/IX/2011
1 Sept 2011
- 1 6 VI Kuliah
9.
Endang Sulasih, S.Pd.I. NIP : 197003032007012015
P Pkl, 3-3-1970
GA S.1 PAI
2010
Bupati Pkl. 813/115/2007
1 Juli 2011
Bupati Pkl.
823/75/KP/IV/201
1
1 8 I, II, III
10 Rudjito L
Pkl, 2- 5- 1962
Pnjga SD 1990 Dikdas. Cab. 17/Kep./IV-4/D/2005
1 Nov 2005 - 7 4 -
85
Sedangkan alat peraga PAI yang tersedia di SD Muhammadiyah 01 Wuled
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Alat Peraga PAI di SD Muhammadiyah 01 Wuled
No Nama Peraga Jumlah Keterangan 1. Peraga shalat (gambar, CD dan
miniatur gerakan shalat) 1 set Baik
2. Peraga wudlu (Gambar dan CD tata cara wudlu)
1 set Baik
3. Peraga huruf Hijaiyah (gambar) 2 buah Baik 4. Peraga/media kisah nabi (CD kisah
nabi) 4 keping Baik
5. Peraga BTQ (Tulisan Ayat-ayat pilihan)
3 buah Rusak sedang
6. P3Q (Peraga Praktik Pembelajran al- Qur’an)
2 set Baik
Rombongan belajar terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa Tahun Pelajaran
2012/2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Rombongan Belajar SD Muhammadiyah 01 Wuled
No Jumlah Kelas Siswa Tahun 2012/2013
Keterangan
L P Jml 1. I 26 10 36 2. II 14 16 30 3. III 14 17 31 4. IV 19 12 31 5. V 12 17 29 6. VI 18 12 30
Jumlah 103 84 187
Adapun Aktifitas Siswa di samping kegiatan belajar mengajar di pagi
hari, siswa diberi tambahan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
diantaranya: Pramuka/Hisbul Wathan (HW), Seleksi Tilawah Qur’an (STQ),
86
Olah Raga, Seni Tari, Pelajaran tambahan khusus mata pelajaran yang di- UN-
kan, Bahasa Inggris, Melukis dan Tapak Suci.
B. Kondisi Awal
Kondisi awal sebelum diadakan tindakan, hasil data diperoleh melalui
test pra siklus. Pendeskripsian data dilakukan peneliti untuk memberi
penjelasan mengenai kompetensi guru dalam penggunaan alat peraga, meliputi
keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga dan keterampilan guru
dalam membuat alat peraga pembelajaran PAI, hasil penelitian pada tahap
terlebih dahulu dihitung klasifikasi skor pencapaian skala. Skor tertinggi
diperoleh apabila semua item dijawab, selanjutnya masing-masing skor pada
tiap guru dimasukkan dalam kelas interval. Kelas interval disusun berdasarkan
skor total tertinggi apabila semua dijawab dengan angka 5 (sangat terampil),
maka skor total tertinggi 40 (5 x 8) dan untuk skor terendah apabila semua
jawaban dengan pilihan angka 1 (sangat tidak terampil), maka skor terendah 8
(1 x 8). Kemudian skor tertinggi dan terendah digunakan untuk menentukan
interval dengan rumus sebagai berikut:
Kelas Interval = (skor total tertinggi – skor terendah) 5 (alternatif jawaban)
Berdasar kelas interval tersebut, maka dapat digunakan untuk membuat
tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan kategori jawaban skala
mengenai keterampilan guru dalam menggunakan dan membuat alat peraga
pembelajaran PAI sebagai berikut:
87
Tabel 4.4 Kategori Interval
Interval Kategori 36-40 Sangat terampil 29-35 Terampil 22-28 Cukup terampil 15-21 Kurang terampil 8-14 Sangat tidak terampil
Deskripsi data keterampilan guru SD Muhammadiyah 01 Wuled dalam
menggunakan alat peraga pembelajaran sebelum diadakan tindakan adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.5 Data Hasil Test pra siklus
Kompetensi/keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga pembelajaran PAI
No
Kode Guru
Alat peraga Ju
mla
h ni
lai t
iap
guru
Sko
r ra
ta-r
ata
tiap
gu
ru
Kat
ego
ri
wu
dlu
Sh
alat
Kis
ah N
abi
Hu
ruf
Hija
iyah
BT
Q
P3
Q
1. AT 18 17 16 18 18 15 102 17 Kurang terampil
2. SN 23 20 19 21 20 17 120 20 Kurang terampil
3. KS 30 32 23 24 24 17 150 25 Cukup terampil
4. EW 24 28 20 22 22 16 132 22 Cukup terampil
5. NY 36 35 27 28 25 23 174 29 Terampil
6. ES 37 35 34 34 35 23 198 33 Terampil
Jumlah 146
Cukup Terampil Nilai tertinggi 33 Nilai terendah 17
Mean (rata-rata) 24,3
88
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Test pra siklus dari Skor Rata-Rata Tiap Guru
Kategori Interval Frekuensi Prosentase
Sangat terampil 36-40 0 0% Terampil 29-35 2 34%
Cukup terampil 22-28 2 33% Kurang terampil 15-21 2 33%
Sangat tidak terampil 8-14 0 0% Jumlah 6 100%
Tabel di atas dapat dilihat, bahwa hasil test pra siklus menunjukkan
keterampilan guru dalam penggunaan alat peraga wudlu terdapat 1 guru yang
kurang terampil, 2 guru cukup terampil, 1 guru terampil dan 2 guru sangat
terampil dan tidak ada guru yang sangat tidak terampil. Pada penggunaan alat
peraga Shalat terdapat 2 guru kurang terampil, 1 guru cukup terampil dan 3
guru terampil, dan tidak ada guru yang sangat tidak terampil dan sangat
terampil. Penggunaan alat peraga kisah nabi terdapat 3 guru kurang terampil
dan 2 guru cukup terampil, serta 1 guru terampil, untuk kategori sangat
terampil dan sangat tidak terampil masing-masing 0. Untuk alat peraga
selanjutnya yaitu huruf Hijaiyah tedapat kategori sama yaitu kurang terampil,
cukup terampil dan terampil masing-masing 2 orang guru sedangkan sangat
tidak terampil dan sangat terampil masing-masing 0. Pada alat peraga BTQ
terdapat 2 guru kurang terampil, 3 guru cukup terampil dan 1 guru terampil,
dan kategori sangat tidak terampil dan sangat terampil 0. Sedangkan pada alat
peraga P3Q juga terdapat kesamaan pada kategori kurang terampil, cukup
terampil dan terampil masing-masing 2 guru dan 0 pada kategori sangat
terampil dan sangat tidak terampil.
89
Berdasar data di atas, dari hasil nilai rata-rata tiap guru dalam
penggunaan alat peraga pembelajaran PAI dapat dijelaskan bahwa skor sama
terdapat pada kelas Interval kurang terampil dan cukup terampil, masing-
masing sebanyak 2 guru atau 33 %, dan 34% pada kategori terampil,
sedangkan kelas interval lainnya kategori sangat tidak terampil dan sangat
terampil 0%.
Sedangkan keterampilan dalam membuat alat peraga dengan hasil:
Tabel 4.7 Data Hasil Test pra siklus
Keterampilan guru dalam membuat alat peraga pembelajaran PAI
No
Kode Guru
Alat peraga yang dibuat
Jum
lah
nila
i tia
p gu
ru
Sko
r ra
ta-r
ata
tiap
gu
ru
Kat
ego
ri
Per
ilaku
ter
pu
ji
Tat
a ca
ra b
ersu
ci
Ru
kun
iman
Ru
kun
isla
m
Ad
zan
dan
Iqo
mah
Zak
at
1. AT 14 15 16 16 14 15 90 15 Kurang terampil
2. SN 16 16 18 18 18 16 102 17 Kurang terampil
3. KS 18 26 29 29 18 30 150 25 Cukup terampil
4. EW 17 19 20 20 18 20 114 19 Kurang terampil
5. NY 21 18 20 23 23 21 126 21 Kurang terampil
6. ES 31 30 30 31 22 30 174 29 Terampil
Jumlah 126
Kurang Terampil Nilai tertinggi 29 Nilai terendah 15
Mean (rata-rata) 21
90
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Test pra siklus
Kategori Interval Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0%
Terampil 29-35 1 17% Cukup terampil 22-28 1 17% Kurang terampil 15-21 4 66%
Sangat tidak terampil 8-14 0 0% Jumlah 6 100%
Tabel di atas dapat dilihat hasil test pra siklus menunjukkan bahwa
keterampilan guru dalam membuat alat peraga pembelajaran secara
keseluruhan pada kategori kurang terampil, dari hasil dari test dapat dijelaskan
untuk pembuatan alat peraga perilaku terpuji terdapat 1 guru pada kategori
sangat tidak terampil , 4 guru kurang terampil, 1 guru terampil dan untuk guru
cukup terampil dan sangat terampil masing-masing 0. Pada pembuatan alat
peraga tata cara bersuci terdapat 4 guru kurang terampil, 1 guru cukup
terampil, 1 guru terampil dan 0 guru pada kategori sangat tidak terampil dan
sangat terampil. Untuk pembuatan alat peraga rukun Iman terdapat 4 guru
kurang terampil dan 2 guru terampil seangkan untuk kategori lainnya masing-
masing 0. Pembuatan alat peraga rukun Islam menunjukkan 3 guru kurang
terampil dan 3 guru terampil, untuk kategori sangat tidak terampil, cukup
terampil dan sangat terampil masing-masing 0. Pada pembuatan alat peraga
Adzan dan Iqomah terdapat 1 guru sangat tidak terampil, 3 guru kurang
terampil dan 2 guru cukup terampil, kategori sangat terampil dan terampil 0.
Sedangkan untuk pembuatan alat peraga zakat terdapat 4 guru kurang terampil,
2 guru cukup terampil dan kategori sangat terampil, sangat tidak terampil dan
terampil masing-masing 0.
91
Berdasar tabel di atas juga memaparkan, bahwa hasil test yang
diadakan pada pra siklus secara keseluruhan dari nilai rata-rata tiap guru skor
sama terdapat pada interval 22-28 dan 29-35 sebanyak 1 guru atau 17%
termasuk kategori kurang terampil dan cukup terampil, sedangkan skor
terbanyak ditempati pada kelas interval 15-21 sebanyak 4 guru atau 66%
termasuk kategori kurang terampil. Sedangkan kelas interval lainnya kategori
tidak terampil dan sangat terampil 0%. Jika dilihat dari rata-rata hasil test pra
siklus, skala keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga pembelajaran
sebesar 24,3 ini menunjukkan secara keseluruhan keterampilan guru SD
Muhammadiyah 01 Wuled dalam menggunakan alat peraga berada pada
kategori cukup terampil. Sedangkan skala keterampilan guru dalam membuat
alat peraga pembelajaran sebesar 21 kategori kurang terampil.
Berdasar hasil test pra siklus di atas, peneliti kemudian mengadakan
refleksi dan identifikasi masalah, serta merumuskan tindakan yang akan
dilakukan. Adapun hasil refleksi adalah guru SD Muhammadiyah 01 Wuled
belum secara optimal menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran
PAI. Keterampilan guru dalam mengunakan alat peraga tergolong cukup
terampil dan keterampilan guru dalam membuat alat peraga pembelajaran PAI
masih tergolong pada kategori kurang terampil. Berdasar hasil refleksi maka
dibutuhkan adanya sebuah tindakan, dan tindakan yang dipilih adalah
mengadakan kegiatan pelatihan yaitu in House Training, sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan keterampilan tersebut. Hal ini sebagaimana
pendapat Danim (2011: 96) bahwa in House Trining merupakan salah satu
sarana untuk peningkatan kompetensi guru (lihat bab II halaman 50).
92
C. Hasil Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan pada siklus I dilaksanakan pada minggu kedua
bulan April tahun 2013. Adapun tahapan perencanaan dalam siklus I
meliputi: mempersiapkan tempat, jadwal, desain format iHT, materi,
scenario pembelajara, pelaksanaan iHT, pelatih dan peserta, membuat
lembar obsevasi, wawancara, dan evaluasi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan iHT dimulai pada tanggal 7 April 2013 di ruang kelas II SD
Muhammadiyah 01 Wuled, selama 1 minggu dari pukul 08.30-13.30 Wib.
Pada pelaksanaan iHT tahap I, peneliti dan guru pengamat melakukan
observasi tentang pelaksanaan dan aktivitas yang dilaksanakan peserta
dalam pelatihan. dari hasil observaasi diperoleh bahwa pelaksanaan iHT
dapat dikategorikan baik sedangkan peserta pelatihan di kategorikan cukup
aktif mengkuti jalannya kegiatan. Sedangkan hasil wawancara yang
diadakan peneliti kepada peserta pelatihan setelah pelaksanaan iHT,
diperoleh hasil bahwa peserta terkesan dengan pelaksanaan iHT karena
merupakan pengalaman pertama, dapat menambah wawasan dan
pengetahuan serta ide-ide yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
PAI, peserta menyarankan agar diadakan kegiatan iHT pada waktu yang
akan datang. Akan tetapi peserta juga menyarankan agar pelatih tidak terlau
cepat dalam menyampaikan materi, cakupan materi tidak hanya pada kelas
tinggi, dan penyediaan alat peraga agar dilengkapi.
93
3. Pengamatan
Setelah diadakan kegiatan iHT, sebagi tindak lanjut untuk mengetahui
peningkatan kompetensi guru dalam pengunaan alat peraga pembelajaran
PAI, peneliti bersama guru pengamat melakukan kegiatan supervisi pada
proses pembelajaran PAI yang dilakukan oleh guru di kelas.
Data yang diperoleh setelah diadakan tindakan pada siklus I melalui
hasil supervisi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Data Hasil Test Siklus I
Kompetensi/keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga pembelajaran PAI
No
Kode Guru
Alat peraga
Jum
lah
nila
i tia
p g
uru
Sko
r ra
ta-r
ata
nila
i tia
p gu
ru
Kat
ego
ri
w
ud
lu
Sh
alat
kis
ah N
abi
Hu
ruf
Hija
iyah
BT
Q
P3
Q
1. AT 24 23 18 22 23 16 126 21 Kurang terampil
2. SN 33 31 20 27 26 19 156 26 Kurang terampil
3. KS 37 37 26 36 35 21 192 32 Cukup terampil
4. EW 37 37 22 26 26 20 168 28 Cukup terampil
5. NY 37 37 30 36 36 22 198 33 Terampil
6. ES 37 37 34 34 36 26 204 34 Terampil
Jumlah 174
Terampil Nilai tertinggi 21 Nilai terendah 34
Mean (rata-rata) 29
94
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Siklus I
Kategori Interval Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0%
Terampil 29-35 3 50% Cukup terampil 22-28 2 33% Kurang terampil 15-21 1 17%
Sangat tidak terampil 8-14 0 0% Jumlah 6 100%
Tabel di atas terlihat, bahwa hasil test siklus I menunjukkan
keterampilan guru dalam penggunaan alat peraga wudlu dan alat peraga
shalat terdapat kesamaan yaitu 1 guru cukup terampil, 1 guru terampil dan 4
guru sangat terampil dan guru yang sangat tidak terampil 0. Pada
penggunaan alat peraga kisah nabi terdapat 2 guru kurang terampil, 2 guru
cukup terampil dan 2 guru terampil, dan 0 guru yang sangat tidak terampil
dan sangat terampil. Penggunaan alat peraga kisah nabi terdapat 3 guru
kurang terampil dan 2 guru cukup terampil, serta 1 guru terampil, untuk
kategori sangat terampil dan sangat tidak terampil masing-masing 0. Untuk
alat peraga selanjutnya yaitu huruf Hijaiyah tedapat kategori sama yaitu
kurang terampil, cukup terampil dan terampil masing-masing 2 orang guru
sedangkan sangat tidak terampil dan sangat terampil masing-masing 0. Pada
alat peraga BTQ terdapat 2 guru kurang terampil, 3 guru cukup terampil dan
1 guru terampil, dan kategori sangat tidak terampil dan sangat terampil 0.
Sedangkan pada alat peraga P3Q juga terdapat kesamaan pada kategori
kurang terampil, cukup terampil dan terampil masing-masing 2 guru dan 0
pada kategori sangat terampil dan sangat tidak terampil.
Berdasar data di atas, dari hasil nilai rata-rata tiap guru dalam
penggunaan alat peraga pembelajaran PAI dapat dijelaskan bahwa skor
95
sama terdapat pada kelas Interval kurang terampil dan cukup terampil,
masing-masing sebanyak 2 guru atau 33 %, dan 34% pada kategori terampil,
sedangkan kelas interval lainnya kategori sangat tidak terampil dan sangat
terampil 0%. Dari tabel di atas dapat dilihat hasil test pada siklus I
menunjukkan bahwa skor terbanyak terdapat pada interval 29-35 sebanyak 3
guru atau 50% termasuk kategori terampil, urutan kedua ditempati pada
kelas interval 22-28 sebanyak 2 guru atau 33% termasuk kategori cukup
terampil, urutan ketiga pada kelas interval 15-21 sebanyak 1 guru atau 17%
dalam kategori kurang terampil,.
Sedangkan keterampilan dalam membuat alat peraga dengan hasil:
Tabel 4.11 Data Hasil Test Siklus I
Keterampilan guru dalam membuat alat peraga pembelajaran
No
Kode Guru
Alat peraga yang dibuat
Jum
lah
nila
i tia
p gu
ru
Sko
r ra
ta-r
ata
tiap
gu
ru
Kat
ego
ri
Per
ilaku
ter
pu
ji
Tat
a ca
ra b
ersu
ci
Ru
kun
iman
Ru
kun
isla
m
Ad
zan
dan
Iqo
mah
Zak
at
1. AT 15 16 18 18 18 17 102 17 Kurang terampil
2. SN 20 17 19 21 22 21 120 20 Kurang terampil
3. KS 23 28 30 31 27 29 168 28 Cukup terampil
4. EW 23 20 20 22 20 21 126 21 Kurang terampil
5. NY 25 25 28 34 32 30 174 29 Terampil
6. ES 32 32 34 33 31 30 192 32 Terampil
Jumlah 147
Cukup Terampil Nilai tertinggi 32 Nilai terendah 17
Mean (rata-rata) 24,5
96
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Hasil Test Siklus I
Kategori Interval Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0%
Terampil 29-35 2 33% Cukup terampil 22-28 1 17% Kurang terampil 15-21 3 50%
Sangat tidak terampil 8-14 0 0% Jumlah 6 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil test siklus I keterampilan guru
dalam membuat alat peraga pembelajaran secara keseluruhan pada kategori
cukup terampil, dari hasil dari test dapat dijelaskan untuk pembuatan alat
peraga perilaku terpuji terdapat 2 guru kurang terampil, 2 guru cukup
terampil dan 1 guru terampil, untuk guru sangat tidak terampil dan sangat
terampil masing-masing 0. Pada pembuatan alat peraga tata cara bersuci
terdapat 3 guru kurang terampil, 2 guru cukup terampil, 1 guru terampil dan
0 guru pada kategori sangat tidak terampil dan sangat terampil. Untuk
pembuatan alat peraga rukun Iman terdapat 3 guru kurang terampil dan 1
guru cukup terampil dan 2 guru terampil sedangkan untuk kategori lainnya
masing-masing 0. Pembuatan alat peraga rukun Islam menunjukkan 2 guru
kurang terampil, 1 guru cukup terampil dan 3 guru terampil, untuk kategori
sangat tidak terampil dan sangat terampil masing-masing 0. Pada pembuatan
alat peraga Adzan dan Iqomah terdapat 2 guru kurang terampil, 2 guru
cukup terampil dan 2 guru terampil, kategori sangat terampil dan sangat
tidak terampil 0. Sedangkan untuk pembuatan alat peraga zakat terdapat 4
guru kurang terampil dan 3 guru pada kategori terampil, sedangkan kategori
lainnya masing-masing 0.
97
Berdasar tabel di atas juga memaparkan, bahwa hasil test pada siklus I
menunjukkan bahwa skor terbanyak terdapat pada interval 15-21 sebanyak 3
guru atau 50% termasuk kategori kurang terampil, urutan kedua ditempati
pada kelas interval 29-35 sebanyak 2 guru atau 33% termasuk kategori
terampil, urutan ketiga pada kelas interval 22-28 sebanyak 1 guru atau 17%
dalam kategori cukup terampil, sedangkan kelas interval lainnya kategori
sangat tidak terampil 0% dan kategori sangat terampil 0%. Jika dilihat dari
rata-rata hasil test pada siklus I, skala keterampilan guru dalam
menggunakan alat peraga pembelajaran sebesar 29, secara keseluruhan
menunjukkan keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga berada
pada kategori terampil. Sedangkan skala keterampilan guru dalam membuat
alat peraga pembelajaran sebesar 24,5 pada kategori cukup terampil.
Hasil test pra siklus dan test pada siklus I dapat dilihat perbedaaan
dengan membandingkan antara tes awal keterampilan guru dalam
menggunakan alat peraga dengan jumlah rata-rata sebesar 24,3 dan hasil tes
akhir pada siklus I dengan jumlah rata-rata 29. Sedangkan tes awal
keterampilan guru dalam membuat alat peraga dengan jumlah rata-rata
sebesar 21 dan hasil tes pada siklus I dengan jumlah rata-rata 24,5. Data
tersebut nampak menujukkan peningkatan keterampilan guru dalam
menggunakan alat peraga pembelajaran dari nilai rata-rata keseluruhan 24,3
menjadi 29. Sedangkan keterampilan guru dalam membuat alat peraga
pembelajaran dari 21 menjadi 24,5 setelah dilakukan tindakan. Untuk
membuktikan apakah IHT dapat meningkatkan keterampilan guru dalam
menggunakan dan membuat alat peraga pembelajaran maka peneliti
98
melakukan uji hipotesis berdasar data hasil test pra siklus dan test pada
siklus I, dapat disajikan dalam tabel persiapan perhitungan uji t tentang
keterampilan dalam menggunakan alat peraga pembelajaran PAI sebagai
berikut:
Tabel 4.13 Tabel Persiapan Uji t
Keterampilan dalam Menggunakan Alat Peraga Pembelajaran PAI
No
Keterampilan dalam menggunakan alat peraga
pembelajaran B b b2
Test pra siklus Test Siklus I
1 17 21 4 -0,67 0,44 2 20 26 6 1,33 1,78 3 25 32 7 2,33 5,44 4 22 28 6 1,33 1,78 5 29 33 4 -0,67 0.44 6 33 34 1 -3,67 13,4 ∑ 146 174 28 -0 23,3 M 24,3 29 4,67 -0 3,89
Keterangan:
B = Perbedaan hasil test pra siklus dan test siklus I
MB = Mean B (Rata-rata perbedaan hasil test)
b = B – MB (Perbedaan hasil test dikurangi rata-rata
perbedaan).
∑ b = 0,00
Kemudian dihitung dengan uji t, sebagai berikut :
t = Me - Mk √ ∑ b2
N(N-1)
99
t = 29 – 24,3 √ 23,3
6 (5)
t = 4,7 √ 23,3
30
t = 4,7 √ 0,776 t = 4,7 0,881 t = 5,334
Hasil perhitungan dapat dijadikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
No Kelompok X N thitung ttabel Ket
1 Test pra siklus 24,3 6 5,334 2,447 Signifikan
2 Test siklus I 29 6
Sedangkan uji t tentang keterampilan dalam membuat alat peraga
pembelajaran adalah sebagai berikut:
100
Tabel 4.15 Tabel Persiapan Uji t
Keterampilan dalam Membuat Alat Peraga Pembelajaran PAI
No Keterampilan dalam membuat
alat peraga pembelajaran B b b2
Test pra siklus Test siklus I
1 15 17 2 -1,5 2,25 2 17 20 3 -0,5 0,25 3 25 28 3 -0,5 0,25 4 19 21 2 -1,5 2,25 5 21 29 8 4,5 20,3 6 29 32 3 -0,5 0,25 ∑ 126 147 21 0 25,5 M 21 24,5 3,5 0 4,25
Keterangan :
B = Perbedaan hasil test pra siklus dan test siklus I
MB = Mean B (Rata-rata perbedaan hasil test)
b = B – MB (Perbedaan hasil test dikurangi rata-rata
perbedaan hasil test).
∑ b = 0,00
Kemudian dihitung dengan uji t, sebagai berikut :
t = Me - Mk √ ∑ b2
N(N-1)
t = 24,5 – 21 √ 25,5
6 (5)
t = 3,5 √ 25,5
30
t = 3,5 √ 0,85
101
t = 3,5 0,921 t = 3,800
Hasil perhitungan dapat dijadikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
No Kelompok X N thitung ttabel Ket
1 Test pra siklus 21 6 3,800 2,447 Signifikan
2 Test siklus I 24,5 6
Data di atas menunjukkan bahwa IHT signifikan dapat meningkatkan
kompetensi guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran karena thitung >
ttabel. Namun demikian hasil yang didapat belumlah memenuhi indikator
keberhasilan yang ditetapkan sebesar 75% untuk keterampilan dalam
mengunakan alat peraga pembelajaran PAI dan 50% untuk keterampilan
dalam membuat alat peraga pembelajaran PAI.
4. Refleksi
Berdasar hasil data di atas, peneliti dan pengamat serta guru SD
Muhammadiyah menganalisa dan merefleksikan tentang kekurangan dan
kelebihan pada siklus I untuk dijadikan referensi perbaikan pada siklus II.
Kelebihan yang didapat pada siklus I adalah: IHT berjalan dengan baik
sehingga menambah wawasan, pengetahuan serta ide-ide yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran PAI, dan meningkatkan keterampilan dalam
menggunakan dan membuat alat peraga pembelajan PAI, peserta juga
merasa terkesan. Sedangkan kekurangannya: alat peraga belum lengkap
102
karena didominasi alat peraga yang berupa gambar bukan replika seperti
bentuk aslinya, cakupan materi belum sepenuhnya memenuhi untuk kelas
rendah, pelatih terlalu cepat menyampaikan materi, praktek membuat alat
peraga belum maksimal, peserta belum sepenuhnya aktif dalam kegiatan
IHT sehingga perolehan hasil setelah diadakan supervisi walaupun
meningkat belum mencapai indikator yang ditetapkan untuk keterampilan
dalam mengunakan alat peraga pembelajaran sebesar 66% hanya mencapai
50%. Sedangkan keterampilan membuat alat peraga PAI hanya mencapai
33% di bawah indikator yang ditetapkan sebesar 50%. Oleh karena itu,
penelitian ini perlu dilanjut pada siklus berikutnya yaitu siklus II.
A. Hasil Siklus II
1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan pada siklus II pada hakikatnya sama seperti yang
dilakukan pada siklus I, hanya saja perlu ada perbaikan-perbaikan berdasar
hasil refleksi pada siklus I, dalam siklus II peneliti melakukan perencanaan
untuk: penyediaan alat peraga yang akan digunakan dalam IHT dengan
lengkap; cakupan materi pelatihan yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran kelas rendah dan tinggi; meminta pelatih untuk tidak terlalu
cepat dalam menyampaikan materi; meningkatkan suasana yang
menyenangkan sehingga pelatih dan peserta dapat berinteraksi dengan baik;
meningkatkan keterampilan guru agar dapat membuat alat peraga agar
disertai petunjuk.
103
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Tindakan pada siklus II dalam penelitian ini dilaksanakan pada minggu
ketiga bulan April tahun 2013. Pelaksanaan IHT dilakukan pada minggu
kedua bulan April 2013 di ruang kelas I SD Muhammadiyah 01 Wuled dari
pukul 08.30-13.30 Wib. Pada pelaksanaan IHT tahap II, peneliti dan guru
pengamat melakukan observasi tentang pelaksanaan dan aktivitas yang
dilaksanakan peserta dalam pelatihan. dari hasil observaasi diperoleh bahwa
pelaksanaan IHT dapat dikategorikan sangat baik sedangkan peserta
pelatihan di kategorikan aktif mengkuti jalannya kegiatan. Sedangkan hasil
wawancara yang diadakan peneliti kepada peserta pelatihan setelah
pelaksanaan IHT, diperoleh hasil bahwa peserta lebih terkesan dengan
pelaksanaan IHT II dibandingkan pelaksanaan yang pertama, dapat
menambah wawasan dan pengetahuan serta ide-ide yang dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran PAI, peserta menyarankan agar diadakan
kegiatan IHT pada waktu yang akan datang untuk mata pelajaran yang lain.
3. Pengamatan (Observasi)
Tindakan yang dilakukan setelah pelaksanaan IHT adalah pengamatan
pada proses pembelajaran guru di kelas. Data yang diperoleh setelah
diadakan tindakan pada siklus I melalui hasil supervisi adalah sebagai
berikut:
104
Tabel 4.17 Data Hasil Test Siklus II
Keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga pembelajaran
No
Kode Guru
Alat peraga
Jum
lah
nila
i tia
p g
uru
Sko
r ra
ta-r
ata
nila
i tia
p gu
ru
Kat
ego
ri
w
ud
lu
Sh
alat
kis
ah N
abi
Hu
ruf
Hija
iyah
BT
Q
P3
Q
1. AT 29 28 21 27 26 19 150 25 Cukup terampil
2. SN 36 35 27 28 25 23 174 29 Terampil
3. KS 37 37 34 34 36 26 204 34 Terampil
4. EW 37 37 24 28 28 26 180 30 Terampil
5. NY 38 38 32 36 36 30 210 35 Terampil
6. ES 37 38 33 35 36 31 210 35 Terampil
Jumlah 188
Terampil Nilai tertinggi 35 Nilai terendah 25
Mean (rata-rata) 31,3
Tabel 4. 18 Distribusi Frekuensi Hasil Siklus II
Kategori Interval Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0%
Terampil 29-35 5 83% Cukup terampil 22-28 1 17% Kurang terampil 15-21 0 0%
Sangat tidak terampil 8-14 0 0% Jumlah 6 100%
Tabel di atas memperlihatkan, bahwa hasil test siklus II
menunjukkan keterampilan guru dalam penggunaan alat peraga wudlu yaitu
1 guru terampil, 5 guru sangat terampil dan 0 guru pada kategori sangat
tidak terampil, kurang terampil dan cukup terampil. Pada penggunaan alat
105
peraga shalat terdapat 1 guru cukup terampil, 1 guru terampil dan 4 guru
sangat terampil, dan kategori guru sangat tidak terampil dan kurang terampil
0. Penggunaan alat peraga kisah nabi terdapat 3 guru terampil dan 3 guru
cukup terampil, sedangkan untuk kategori sangat terampil, kurang terampil
dan sangat tidak terampil 0. Untuk alat peraga selanjutnya yaitu huruf
Hijaiyah tedapat 3 guru cukup terampil dan 2 guru terampil, serta 1 guru
sangat terampil, untuk kategori kurang terampil dan sangat tidak terampil
masing-masing 0. Pada alat peraga BTQ terdapat kesamaan untuk kategori
guru cukup terampil, dan sangat terampil masing-masing 3, sedangkan
untuk kategori lainnya masing-masing 0. Untuk penggunaan alat peraga
P3Q juga terdapat 2 guru terampil, 3 guru cukup terampil dan 1 guru pada
kategori kurang terampil, selanjutnya untuk kategori sangat terampil dan
sangat tidak terampil masing-masing 0.
Berdasar data di atas, dari hasil nilai rata-rata tiap guru dalam
penggunaan alat peraga pembelajaran PAI dapat dijelaskan bahwa hasil test
siklus II menunjukkan skor terbanyak terdapat pada interval 29-35 sebanyak
5 guru atau 83% termasuk kategori terampil, urutan kedua ditempati pada
kelas interval 22-28 yakni 1 guru atau 17% termasuk kategori cukup
terampil, sedangkan kelas interval lainnya kategori sangat tidak terampil
0%, kurang terampil 0% dan sangat terampil 0%.
Hasil keterampilan dalam membuat alat peraga pada siklus ini adalah:
106
Tabel 4.19 Data Hasil Test Siklus II
Keterampilan guru dalam membuat alat peraga pembelajaran
No
Kode Guru
Alat peraga yang dibuat
Jum
lah
nila
i tia
p gu
ru
Sko
r ra
ta-r
ata
tiap
gu
ru
Kat
ego
ri
Per
ilaku
ter
pu
ji
Tat
a ca
ra b
ersu
ci
Ru
kun
iman
Ru
kun
isla
m
Ad
zan
dan
Iqo
mah
Zak
at
1. AT 18 19 18 20 20 19 114 19 Kurang terampil
2. SN 24 19 22 22 23 22 132 22 Cukup terampil
3. KS 30 29 32 33 26 30 180 30 Terampil
4. EW 28 23 31 32 28 32 174 29 Terampil
5. NY 31 30 34 34 32 31 192 32 Terampil
6. ES 35 34 36 35 35 35 210 35 Terampil
Jumlah 166
Cukup Terampil Nilai tertinggi 35 Nilai terendah 19
Mean (rata-rata) 27,83
Tabel 4. 20 Distribusi Frekuensi Hasil Test Siklus II
Kategori Interval Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0%
Terampil 29-35 4 66% Cukup terampil 22-28 1 17% Kurang terampil 15-21 1 17%
Sangat tidak terampil 8-14 0 0% Jumlah 6 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil test siklus II keterampilan guru
dalam membuat alat peraga pembelajaran secara keseluruhan pada kategori
cukup terampil, dari hasil dari test dapat dijelaskan untuk pembuatan alat
peraga perilaku terpuji terdapat 1 guru kurang terampil, 2 guru cukup
terampil dan 3 guru terampil, untuk guru sangat tidak terampil dan sangat
terampil masing-masing 0. Pada pembuatan alat peraga tata cara bersuci
107
terdapat 2 guru kurang terampil, 1 guru cukup terampil, 3 guru terampil dan
0 guru pada kategori sangat tidak terampil dan sangat terampil. Untuk
pembuatan alat peraga rukun Iman terdapat 1 guru kurang terampil dan 1
guru cukup terampil dan 3 guru terampil, sedangkan 1 guru untuk kategori
sangat terampil, dan 0 guru dengan kategori sangat tidak terampil.
Pembuatan alat peraga rukun Islam menunjukkan 1 guru kurang terampil, 1
guru cukup terampil dan 4 guru terampil, untuk kategori sangat tidak
terampil dan sangat terampil masing-masing 0. Pada pembuatan alat peraga
Adzan dan Iqomah terdapat 1 guru kurang terampil, 3 guru cukup terampil
dan 2 guru terampil, kategori sangat terampil dan sangat tidak terampil 0.
Sedangkan untuk pembuatan alat peraga zakat terdapat 1 guru kurang
terampil dan 1 guru pada cukup terampil, sedangkan 4 guru untuk kategori
terampil, untuk kategori sangat tidak terampil dan sangat terampil masing-
masing 0.
Berdasar tabel di atas juga memaparkan, bahwa hasil test pada siklus II
menunjukkan bahwa skor terbanyak terdapat pada interval 29-35 sebanyak 4
guru atau 66% termasuk kategori terampil, sedangkan urutan kedua sama-
sama ditempati pada kategori kurang terampil 17% dan cukup terampil
17%, adapun urutan berikutnya ada pada kategori sangat tidak terampil 0%
dan sangat terampil 0%, skala keterampilan guru dalam menggunakan alat
peraga pembelajaran sebesar 31,3. Sedangkan skala keterampilan guru
dalam membuat alat peraga pembelajaran sebesar 27,83 maka dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan keterampilan guru dalam
menggunakan alat peraga di SD Muhammadiyah 01 Wuled berada pada
108
kategori terampil dan keterampilan dalam membuat alat peraga pada
kategori cukup terampil.
Hasil test I dan test pada siklus II dapat dilihat perbedaaan dengan
membandingkan antara tes akhir siklus I keterampilan guru dalam
menggunakan alat peraga pembelajaran dengan jumlah rata-rata 29 dan hasil
tes akhir pada siklus II dengan jumlah rata-rata 31,3. Sedangkan tes siklus I
keterampilan guru dalam membuat alat peraga pembelajaran dengan jumlah
rata-rata 24,5 dan hasil tes akhir pada siklus II dengan jumlah rata-rata 27,83
setelah dilakukan tindakan. Untuk membuktikan kembali apakah IHT dapat
meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan dan membuat alat
peraga pembelajaran maka peneliti melakukan uji hipotesis berdasar data
hasil test siklus I dan test siklus II, dapat disajikan dalam tabel persiapan
perhitungan uji t tentang keterampilan dalam menggunakan alat peraga
pembelajaran PAI sebagai berikut:
Tabel 4.21 Tabel Persiapan Uji t
Keterampilan dalam Menggunakan Alat Peraga Pembelajaran PAI
No
Keterampilan dalam menggunakan alat peraga
pembelajaran B b b2
Test Siklus I Test Siklus II
1 21 25 4 1,67 2,78 2 26 29 3 0,67 0,44 3 32 34 2 -0,33 0,11 4 28 30 2 -0,33 0,11 5 33 35 2 -0,33 0,11 6 34 35 1 -1,33 1,78 ∑ 174 188 14 0 5,33 M 29 31,3 2,33 0 0,89
109
Keterangan :
B = Perbedaan hasil test siklus I dan test siklus II
MB = Mean B (Rata-rata perbedaan hasil test)
b = B – MB (Perbedaan hasil test dikurangi rata-rata
perbedaan hasil test).
∑ b = 0,00
Kemudian dihitung dengan uji t, sebagai berikut :
t = Me - Mk √ ∑ b2
N(N-1)
t = 31,3 – 29
√ 5,33 6 (5)
t = 2,3 √ 5,33
30
t = 2,3 √ 0,178 t = 2,3 0,421 t = 5,463
Hasil perhitungan dapat dijadikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.22 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
No Kelompok X N t hitung t tabel Ket
1 Test siklus I 29 6 5,463 2,447 Signifikan
2 Test siklus II 31,3 6
110
Sedangkan uji t tentang keterampilan dalam membuat alat peraga
pembelajaran adalah sebagai berikut:
Tabel 4.23 Tabel Persiapan Uji t
Keterampilan dalam Membuat Alat Peraga Pembelajaran PAI
No Keterampilan dalam membuat alat
peraga pembelajaran B b b2 Test siklus I Test siklus II
1 17 19 2 -1,33 1,78 2 20 22 2 -1,33 1,78 3 28 30 2 -1,33 1,78 4 21 29 8 4,67 21,8 5 29 32 3 -0,33 0,11 6 32 35 3 -0,33 0,11 ∑ 147 167 20 0 27,3 M 24.5 27,833 3,33 0 4,56
Keterangan :
B = Perbedaan hasil test I dan test II
MB = Mean B (Rata-rata perbedaan hasil test)
b = B – MB (Perbedaan hasil test dikurangi rata-rata
perbedaan hasil test).
∑ b = 0,00
Kemudian dihitung dengan uji t, sebagai berikut :
t = Me - Mk √ ∑ b2
N(N-1)
t = 27,8 – 24,5 √ 27,3
6 (5) t = 3,3
√ 27,3 30
111
t = 3,3 √ 0,91 t = 3,3 0,954 t = 3,459
Hasil perhitungan dapat dijadikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.24
Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
No Kelompok X N t hitung t tabel Ket
1 Test siklus I 24,5 6 3,459 2,447 Signifikan
2 Test siklus II 27,83 6
Berdasar data hasil siklus II di atas, maka peneliti menyimpul bahwa IHT
signifikan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam penggunaan alat
peraga pembelajaran, dan melampaui indikator yang telah ditetapkan 66%
menjadi 83% untuk keterampilan dalam mengunakan alat peraga
pembelajaran PAI dan 50% menjadi 66% untuk keterampilan dalam
membuat alat peraga pembelajaran PAI.
4. Refleksi
Sebagaimana data yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dan guru
pengamat merefleksikan dan mengevaluasi bahwa IHT terbukti dapat
meningkatkan kompetensi guru dalam penggunaan alat peraga PAI, hal ini
dapat ditelaah dari hasil peningkatan frekuensi yang diperoleh pada hasil
test pra siklus, test pada siklus I dan siklus II. Berikut data distribusi
112
frekuensi hasil peningkatan keterampilan guru dalam menggunakan alat
peraga pembelajaran secara keseluruhan:
Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Hasil Secara Keseluruhan
Keterampilan dalam Menggunakan Alat Peraga Pembelajaran PAI
Kategori Interval Pra Siklus I Siklus II
Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0% 0 0% 0 0%
Terampil 29-35 2 34% 3 50% 5 83% Cukup terampil 22-28 2 33% 2 33% 1 17% Kurang terampil 15-21 2 33% 1 17% 0 0%
Sangat tidak terampil 8-14 0 0% 0 0% 0 0% Jumlah 6 100% 6 100% 6 100%
Data di atas menunjukkan bahwa pada kondisi awal sebelum diadakan
tindakan terdapat 2 guru yang yang terampil atau sebesar 33%, pada siklus I
meningkat menjadi 3 guru yang terampil atau sebesar 50% dan pada siklus
II meningkat lagi menjadi 5 guru yang terampil atau sebesar 83%
melampaui indikator yang ditetapkan sebesar 66% guru terampil dalam
menggunakan alat peraga pembelajaran. Sedangkan hasil yang diperoleh
untuk keterampilan membuat alat peraga pembelajaran dapat dilihat pada
data distribusi frekuensi hasil peningkatan keterampilan guru dalam
membuat alat peraga pembelajaran secara keseluruhan:
Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Hasil Secara Keseluruhan
Keterampilan dalam Membuat Alat Peraga Pembelajaran PAI
Kategori Interval Pra Siklus I Siklus II
Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0% 0 0% 0 0%
Terampil 29-35 1 17% 2 33% 4 66% Cukup terampil 22-28 1 17% 1 17% 1 17% Kurang terampil 15-21 4 66% 3 50% 1 17%
Sangat tidak terampil 8-14 0 0% 0 0% 0 0% Jumlah 6 6 100% 6 100% 6
113
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada kondisi awal sebelum diadakan
tindakan terdapat 1 guru yang yang terampil atau sebesar 17%, pada siklus I
meningkat menjadi 2 guru yang terampil atau sebesar 33% dan pada siklus
II meningkat lagi menjadi 4 guru yang terampil atau sebesar 66%
melampaui indikator yang ditetapkan sebesar 50% guru terampil dalam
membuat alat peraga pembelajaran PAI. Adapun signifikansi IHT dapat
meningkatkan kompetensi guru dalam penggunaan alat peraga pembelajran
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.27 Hasil Uji Hipotesis Keseluruhan
Keterampilan Guru dalam Menggunakan Alat Peraga Pembelajaran
No Pra siklus-Siklus I Siklus I-Siklus II ttabel
Ket
thitung
1 5,334 5,463 2,447 Signifikan
Tabel 4.28 Hasil Uji Hipotesis Keseluruhan
Keterampilan Guru dalam Membuat Alat Peraga Pembelajaran
No Pra siklus-Siklus I Siklus I-Siklus II ttabel
Ket
thitung
1 3,800 3,459 2,447 Signifikan
Kedua tabel di atas menunjukkan bahwa thitung > ttabel, hal ini membuktikan
bahwa IHT benar-benar signifikan dapat meningkatkan keterampilan guru
114
dalam menggunakan dan membuat alat peraga pembelajaran PAI di SD
Muhammadiyah 01 Wuled.
E. Pembahasan
Alat peraga merupakan alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi
iklim, kondisi dan juga lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh
guru. Di samping itu alat peraga juga dapat membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa, mempermudahkan siswa memahami konsep/prinsip,
memperjelas informasi atau pesan pembelajaran serta mengefektifkan
pembelajaran (Nasution, 2005: 7.4); menangkap suatu objek atau peristiwa-
peristiwa tertentu, dapat memanipulasi keadaan dan peristiwa atau objek
tertentu, sehingga menambah gairah dan motivasi belajar siswa, karena
memiliki nilai praktis dalam mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
dan mengatasi batas ruang kelas serta memperjelas bunyi-bunyi yang sangat
lemah sehingga dapat ditangkap oleh telinga (Sanjaya, 2011: 208-211)
Berkaitan akan hal itu, maka alat peraga memiliki perang yang sangat
penting dalam proses pembelajran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
peneliti adalah memberikan dan menyediakan layanan kepada guru untuk
meningkatkan kompetensinya, khususnya kompetensi guru dalam penggunaan
alat peraga pembelajaran melalui kegiatan pelatihan atau in House Training
(iHT). Hal ini seperti penelitian yang dilakukan oleh Nur Khoiri dan Siti
Fathonah (2010: 8), berdasar hasil penelitiannya terdapat peningkatkan
penguasaan materi dan peningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam
menggunakan alat peraga struktur atom dari limbah kertas. Kegiatan iHT
bertujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
115
dan juga profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. Hal ini di perkuat
dengan pendapat Moekijat dalam Kamil (2010: 11) bahwa tujuan pelatihan
adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif; meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara
rasional; meningkatkan dan mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan
kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan pimpinan. iHT dalam
penelitian ini, dilaksanakan berdasar permintaan pihak sekolah, pesertanya
adalah guru SD Muhammadiyah 01 Wuled, dengan materi pelatihan yang
disesuaikan dengan kebutuhan guru, dan dilaksanakan di sekolah itu sendiri.
Sebagaimana paparan sebelumnya, kondisi awal sebelum diadakan
tindakan kompertensi guru SD Muhammadiyah 01 Wuled dalam menggunakan
alat peraga, dan keterampilan dalam membuat alat peraga PAI, terlihat
belumlah memenuhi indikator yang diharapkan, proses pembelajaran PAI
belum berjalan secara maksimal dan bermakna. Kompetensi guru dalam
penggunaan alat peraga masih dalam kategori cukup terampil dan keterampilan
dalam membuat alat peraga pada kategori kurang terampil. Setelah peneliti
melakukan uji coba tindakan melalui in Haouse Training, dapat diketahui
secara keseluruhan ada peningkatan kompetensi dalam menggunakan alat
peraga dengan kategori terampil dan keterampilan guru dalam membuat alat
peraga pada kategori cukup terampil. Hal ini menunjukkan bahwa melalui iHT
ternyata signifikan dapat meningkatkan kompetenasi dan keterampilan
tersebut. Namun demikian dari hasil data yang diperoleh belum memenuhi
indikator yang telah ditetapkan. Untuk itu, maka ditetapkan tindakan
116
selanjutnya atau siklus II sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi dan
keterampilan tersebut sehingga mencapai indikator yang telah ditetapkan.
Berdasar hasil data pada siklus II, diperoleh data yang menunjukkan
adanya peningkatan kompetensi dan keterampilan guru, walaupun pada
kategori yang sama seperti pada siklus ke I, namun telah memenuhi
ketercapaian indikator yang telah ditetapkan yaitu 66% untuk kompetensi
dalam penggunaan alat peraga dan 50% keterampilan dalam membuat alat
peraga pembelajran. Berdasar hasil yang dicapai secara keseluruhan, maka
dapat disimpulkan bahwa iHT signifikan dapat meningkatkan kompetensi guru
dalam mengunakan alat peraga dan meningkatkan keterampilan guru dalam
membuat alat peraga pembelajaran PAI di Sd Muhammadiyah 01 Wuled pada
tahun pelajaran 2012/2013. Hal Ini terbukti dengan prosentase keterampilan
guru dalam menggunakan alat peraga PAI sebelum dilakukan tindakan sebesar
33%, meningkat menjadi 66% pada siklus I dan 83% setelah diadakan siklus II.
Begitu pula prosentase keterampilan guru dalam membuat alat peraga PAI
sebelum dilakukan tindakan sebesar 17%, meningkat 33% pada siklus I dan
pada siklus II meningkat menjadi 66%. Maka hipotesis juga menyatakan
bahwa IHT signifikan dapat menigkatkan kompetensi guru dalam pengguaan
alat peraga PAI di SD Muhammadiyah 01 Wuled, pada Tahun Pelajaran
2012/2013 dapat diterima kebenarannya.
Adanya peningkatan kompetensi dan keterampilan guru tersebut tentu
saja dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti yang telah dikemukakan pada
bab II halaman 42 diantaranya adalah latar belakang pendidikan guru. Seorang
guru yang telah menekuni pendidikan keguruan tentu memiliki muatan ilmu
117
pengetahuan tentang keguruan yang lebih luas, jika dibandingkan dengan guru
yang tidak pernah menekuni pendidikan keguruan, hal ini kemudian
mempengaruhi kegiatan dan pengalaman dalam pembelajaran khususnya
dalam penggunaan alat peraga dan keterampilan dalam membuat alat peraga
pembelajaran, karena dengan latar belakang pendidikan keguruan, seorang
guru dapat menerapkan metode yang tepat, mengelola waktu yang tersedia dan
juga mampu dalam penggunaan alat peraga pembelajaran, sehingga pada
akhirnya alat peraga yang digunakan dapat tepat guna dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Hal ini sesuai apa yang dikemukaan oleh Siagian (2003: 127)
menurutnya tingkat pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti dapat
mencerminkan kemampuan intelektual dan jenis keterampilan yang dimiliki
oleh orang bersangkutan, untuk itu latar belakang pendidikan dan pelatihan
pada hakikatnya juga mempengaruhi guru dalam proses pembelajaran termasuk
keterampilan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran.
Berdasar hasil analisis data juga terlihat bahwa guru SD
Muhammadiyah 01 Wuled yang menduduki kategori terampil adalah mereka-
mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan keguruan dan telah
memenuhi kualifikasi pendidikan S1, sedangkan untuk kategori kurang
terampil dan cukup terampil adalah guru dengan tingkat pendidikan belum S1.
Selain faktor latar belakang pendidikan di atas, terdapat factor lain yang
mempengaruhi kompetensi dan keterampilan guru dalam menggunakan dan
membuat alat peraga pembelajran PAI yaitu factor ketersediaan dan kondisi
siswa. Di SD Muhammadiyah 01 Wuled, ketersediaan alat peraga belumlah
mencakup semua materi dalam pelajaran PAI. Alat peraga yang ada didominasi
118
untuk materi al-Qur’an, dan Ibadah Syariah untuk bab shalat dan wudlu. Untuk
materi Aqidah dan Akhlaq belumlah memenuhi kebutuhan guru akan alat
peraga. Sehingga guru dituntut mengembangkan sendiri untuk alat peraga yang
belum tersedia, misalnya pada materi akhlaq tentang perilaku terpuji, materi
Aqidah pada bab rukun Iman dan rukun Islam serta bab zakat. Berdasar hasil
data terlihat bahwa guru SD Muhammadiyah banyak yang terampil dalam
penggunaan alat peraga Al-Qur’an dan Ibadah syariah karena alat peraga telah
memadai dan tersedia di sekolah.
Sedangkan untuk alat peraga yang belum tersedia, guru
mengembangkannya dengan memilih dan membuatan alat peraga sederhana
yang disesuaikan dengan kondisi siswa, hal ini dimaksudkan agar alat peraga
yang akan digunakan dan dibuat dapat dipahami serta dimengerti oleh peserta
didik, karena siswa terlibat didalammnya. Dengan mengetahui kondisi siswa
maka menggunakan media akan berjalan dengan lancar dan baik untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan (Asnawir dan Usman, 2002:
16). Untuk itu dalam pembuatan alat peraga hendaklah memilih bahan yang
mudah didapat, tahan lama dan dengan warna yang menarik sehingga dapat
memotivasi siswa dalam pembelajaran.
Berkenaan dengan hal di atas, maka indikator seorang guru yang
terampil dalam penggunaan alat peraga pembelajaran dalam Depdiknas (2006:
15) dijelaskan sebagai berikut: guru mampu menggunakan alat peraga berdasar
prinsip-prinsip penggunaan alat peraga/media pembelajaran; mampu
menyesuaikan penggunaan alat peraga/media dengan materi yang disampaikan;
mampu mengoperasikan alat peraga/media yang telah ada; mampu
119
mendemonstrasikan alat peraga/media pembelajaran, mampu memusatkan
perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran melalu alat peraga/media yang
digunakan; mampu menyampaikan pesan yang menarik melalui alat
peraga/media yang digunakan; melibatkan siswa dalam penggunaan alat peraga
pembelajaran, mampu memanfaatkan lingkungan dan sumber belajar lainnya
secara efektif dan efisien (sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan).
Sedangkan Suyitno (2007: 11) menjelaskan indikator guru terampil
dalam membuat alat peraga pembelajaran adalah sebagai berikut: guru
membuat alat peraga PAI sesuai dengan materi pelajaran; mampu membuat
alat peraga PAI yang dapat memperjelas konsep pembelajaran; mampu
merangkai satu atau beberapa alat peraga PAI dengan bahan yang mudah
dijangkau; mampu menggunaan/menguji cobakan alat peraga yang dibuat;
mampu merancang kegiatan pemecahan masalah untuk implementasi alat
peraga; menyusun alat peraga yang mengandung unsur pendidikan; mampu
membuat alat peraga yang dapat digunakan oleh guru lainnya; mampu
membuat alat peraga yang mudah dalam pengelolannya.
F. Keterbatasan Penelitian
Sebagaimana hasil penelitian yang telah peneliti paparkan, penelitian
ini pada akhirnya tidaklah terlepas dari keterbatasan. Keterbatasan yang
dialami peneliti adalah keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran dengan
cakupan materi yang luas, sehingga demonstrasi penggunaan alat peraga
pembelajaran PAI terkadang menghabiskan waktu yang banyak; penyediaan
alat peraga yang belum memadai karena di dominasi pada materi Al-Qur’an
sedangkan materi ibadah syariah hanya sebagian, begitu juga dengan alat
120
peraga Aqidah Akhlaq belum memenuhi kebutuhan yang perlukan oleh guru,
sehingga guru mendapati kesulitan dalam memperagakannya di kelas, serta
latar belakang pendidikan guru yang belum seluruhnya memenuhi kualifikasi
pendidikan S1 sehingga kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan
oleh pelatih khususnya dalam menggunakan dan membuat alat peraga
pembelajran PAI.