5. BAB III Dasar Teori

30
19 BAB III DASAR TEORI 3.1 Tambang Terbuka Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti : C 137 H 97 O 9 NS untuk bituminus dan C 24 0H 90 O 4 NS untuk antrasit. Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batubara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‗maturitas organik‘. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batubara muda) atau ‗brown coal (batubara coklat)‘ – Ini adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batubara jenis lainnya, batubara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. 19

description

PKL

Transcript of 5. BAB III Dasar Teori

  • 19

    BAB III

    DASAR TEORI

    3.1 Tambang Terbuka

    Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya

    adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,

    utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.

    Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga

    adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks

    yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus

    formula empiris seperti : C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk

    antrasit.

    Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode

    Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batubara pertama

    yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari

    setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu

    pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya gambut

    berubah menjadi lignite (batubara muda) atau brown coal (batubara coklat) Ini

    adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan

    batubara jenis lainnya, batubara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari

    hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.

    19

  • 20

    Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan

    tahun, batubara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah

    maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara sub-

    bitumen. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batubara

    menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk bitumen atau

    antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin

    tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

    Dalam usaha pertambangan, suatu hal yang penting adalah memilih metode

    yang paling cocok dengan karakteristik (alam, geologi, lingkungan) dari endapan

    yang akan ditambang. Metode tersebut hendaklah yang layak teknis, ekonomis,

    biaya rendah dan menghasilkan keuntungan yang maksimum.

    Gambar I.1 Aktivitas Tambang Terbuka

    (Sumber : Dokumentasi Penulis)

    Batuan permukaan yang terdiri dari tanah dan batuan dipisahkan pertama

    kali dengan bahan peledak. Batuan permukaan tersebut kemudian diangkut

  • 21

    dengan menggunakan katrol penarik atau dengan sekop dan truk. Setelah lapisan

    batubara terlihat, lapisan batubara tersebut digali dan dipecahkan kemudian

    ditambang secara sistematis dalam bentuk jalur-jalur. Kemudian batubara dimuat

    ke dalam truk besar atau ban berjalan untuk diangkut ke pabrik pengolahan

    batubara atau langsung ke tempat dimana batu bara tersebut akan digunakan.

    Tambang terbuka merupakan satu dari dua sistem penambangan yang

    dikenal, yaitu Tambang terbuka dan Tambang Bawah Tanah, dimana segala

    kegiatan atau aktivitas penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat

    permukaan bumi dan tempat kerja berhubungan langsung dengan dunia luar.

    Penambangan pada tambang terbuka itu sendiri dilakukan dengan beberapa

    tahapan kerja :

    1. Pengurusan surat-surat ijin yang dibutuhkan untuk kegiatan penambangan,

    pembabatan (land clearing),

    2. Pengupasan lapisan tanah penutup (stripping of overburden),

    3. Penambangan (exploitation), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling),

    dan pengolahan serta pemasaran.

    Pengelompokan Tambang Terbuka pada prinsipnya tambang terbuka dapat

    digolongkan ke dalam empat golongan :

    1. Open pit/Open mine/Open cut/Open cast

    Adalah tambang terbuka yang diterpakan pada penambangan ore

    (bijih). Misalnya nikel, tembaga, dan lain-lain.

  • 22

    2. Strip Mine

    Penerapan khusus endapan horizontal/sub-horizontal terutama untuk

    batubara, dapat juga endapan garam yang mendatar. Contoh Tambang

    Batubara di Tanjung Enim.

    3. Quarry

    AdalahTambang terbuka yang diterapkan pada endapan mineral

    industri (industrial mineral). Contoh Tambang batu pualam di Tulung

    Agung.

    4. Alluvial Mining

    Dapat dikatakan sebagai placer Mining ataupun di Australia disebut

    Beach-mine yaitu cara penambangan untuk endapan placer atau alluvial.

    Contoh tambang Cassiterite di Pulau Bangka, belitung dan sekitarnya.

    3.2 Faktor-faktor dalam Operasi Penambangan

    Secara garis besar, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan

    kegiatan penambangan dibagi dalam dua kategori, yaitu faktor teknis dan faktor

    ekonomi.

    1. Kajian Secara Teknis

    Unsur unsur teknis yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan

    aktifitas kegiatan kerja sebuah proyek penambangan meliputi :

    a. Kondisi Umum tempat proyek dilaksanakan

    Kondisi tempat kerja yang perlu diperhatikan adalah meliputi

    kondisi geologi, topografi, iklim dan sosial budaya. Keadaan umum

  • 23

    tersebut mutlak diperhitungkan guna menentukan penjadwalan waktu

    kegiatan dan yang utama sekali menetapkan efesiensi kerja kerja

    efektif dari pelaksanaan proyek tersebut.

    b. Sarana perlengkapan peralatan kerja

    Jenis perlengkapan dan peralatan kerja disesuaikan dengan

    kondisi tempat kerja, maksud pekerjaaan, kapasitas produksi, dan

    efektifitas kerja yang diinginkan. Cara pengadaannya diperhitungkan

    dengan umur produksi dan efektifitas kerja dan ketersediaan modal

    kerja yang di miliki.

    c. Metode Pelaksanaan kerja

    Dalam proyek ini pelaksanaan kegiatan pembongkaran material

    dilakukan dengan mengguanakan alat bera. Metode tersebut dipilih

    mengingat jenis materialnya merupakan material yang lunak.

    2. Kajian Secara Ekonomis

    Kajian secara ekonomis dimaksudkan untuk mengetahui sebuah

    proyek penambangan memperoleh keuntungan atau tidak. Dalam

    perhitungan aliran uang diperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh

    dalam situasi ekonomi.

    Hal-hal yang diperhatikan tersebut adalah:

    a. Nilai (value) daripada endapan mineral per unit berat (P). dan

    biasanya dinyatakan dengan ($/ton) atau (Rp/ton).

    b. Ongkos produksi (C), yaitu ongkos yang diperlukan sampai

    mendapatkan produknya diluar ongkos stripping.

  • 24

    c. Ongkos stripping of overburden (Cob),

    d. Cut Off Grade, akan menentukan batas-batas cadangan sehingga

    menentukan bentuk akhir penambangan.Tambang terbukajuga

    disebut tambang permukaanhanya memiliki nilai ekonomis apabila

    lapisan batu bara berada dekat dengan permukaan tanah. Metode

    tambang terbuka juga memberikan keuntungan yang lebih besar dari

    tambang bawah tanah, karena seluruh lapisan batu bara dapat

    dieksploitasi (90% atau lebih dari batu bara dapat diambil). Tambang

    terbuka yang besar dapat meliputi daerah berkilo-kilo meter persegi

    dan menggunakan banyak alat yang besar, termasuk dragline (katrol

    penarik), yang memindahkan batuan permukaan, power shovel (sekop

    hidrolik), truk-truk besar yang mengangkut batuan permukaan dan

    batubara, bucket wheel excavator (mobil penggali serok),dan ban

    berjalan.

    3.3 Aktifitas Pertambangan Pada Tambang Terbuka

    a.. Tahap Persiapan

    Kegiatan kegiatan yang dilakukan pada awal proses pengambilan atau

    penambangan bahan galian terdiri dari tahap persiapan (pra penambangan),

    Kegiatan tersebut meliputi :

    1. Pembuatan Jalan Rintasan

    Jalan rintasan berfungsi sebagai jalur lewatnya alat alat berat ke

    lokasi tambang, kemudian dikembangkan sebagai jalan angkut material

  • 25

    dari front penambangan ke lokasi pabrik peremukan. Pembuatan jalan

    digunakan dengan memakai Bulldozer yang nantinya digunakan pula

    sebagai pengupasan lapisan penutup.

    2. Pembersihan Lahan

    Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah

    penutup dimulai. Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan

    pohon yang tumbuh pada permukaan daerah yang akan ditambang

    dengan tujuan untuk membersihkan daerah tambang tersebut sehingga

    kegiatan penambangan dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus

    terganggu dengan adanya gangguan tetumbuhan yang ada didaerah

    penambangan. Kegiatan pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan

    Bulldozer.

    Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang yang

    mempunyai ketebalan overburden beberapa meter dengan menggunakan

    Bulldozer dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan pengupasan

    lapisan tanah penutup. Dalam pembabatan, pohon didorong kearah

    bawah lereng untuk dikumpulkan, dimana penanganan selanjutnya

    diserahkan pada penduduk setempat.

    3. Pengupasan Tanah Penutup

    Pembuangan lapisan tanah penutup dimaksudkan untuk

    membersihkan endapan batubara yang akan digali dari semua macam

    pengotor yang menutupi permukaanya, sehingga akan mempermudah

  • 26

    pekerjaan penggaliannya disamping juga hasilnya akan relatif lebih

    bersih.

    Lapisan tanah penutup pada daerah proyek terdiri atas dua jenis

    yaitu top soil dan lapisan overburden sehingga lapisan dilakukan

    terhadap lapisan top soil terlebih dahulu dan ditempatkan pada suatu

    daerah tertentu untuk tujuan reklamasi nantinya. Setelah lapisan top soil

    terkupas, selanjutnya dilakukan pengupasan pada lapisan overburden lalu

    didorong dan ditempatkan pada daerah tertentu dan sebagian lagi

    digunakan sebagai pengeras jalan.

    Kegiatan pengupasan dilakukan secara bertahap dengan

    menggunakan bulldozer, dimana tahap pengupasan awal dilakukan untuk

    menyiapkan jenjang pertama dan pengupasan berikutnya dapat dilakukan

    bersamaan dengan tahap produksi, sehingga pola yang diterapkan adalah

    seri dan paralel yang bertujuan untuk :

    a. Menghemat investasi dan biaya persiapan

    b. Menghindari pengotoran endapan batubara dari lapisan penutup,

    sehingga mempermudah dalam pekerjaan penggalian.

    c. Menghindari terjadinya longsoran dan bahaya angin.

    4. Persiapan Peralatan Penambangan

    Penambangan yang akan dilakukan difokuskan dengan

    menggunakan peralatan mekanis. Adapun alat yang digunakan

    diperlukan untuk menunjang kegiatan penambangan, yaitu :

  • 27

    a. Bulldozer, yang digunakan untuk pembersihan lahan dan

    pengupasan lapisan tanah penutup.

    b. Loader, yang digunakan untuk memuat bongkahan batubara hasil

    dari pembongkaran keatas alat angkut.

    c. Truck, yang digunakan sebagai alat angkut hasil front

    penambangan ke tempat pabrik peremukan/penggerusan.

    d. Crushing Plant, yaitu suatu unit pengolahan yang berfungsi sebagai

    alat preparasi batubara dari front penambangan guna mendapatkan

    ukuran butiran yang diinginkan oleh pasar.

    e. Pembangkit Listrik, berfungsi sebagai sumber tenaga listrik yang

    akan dipakai sebagai penerangan, untuk alat pengolahan dan

    menggerakkan alat alat yang bekerja didalam pabrik.

    f. Pompa Air, digunakan untuk memompa atau mengambil air guna

    memenuhi kebutuhan peralatan dan karyawan.

    5. Persiapan Pabrik Peremukan

    Pabrik peremukan ini harus dibuat cukup luas agar dapat

    menampung material hasil penambangan sebelum proses peremukan.

    a. Pemilihan Lokasi Peremukan dan Stock Pile

    Pemilihan lokasi biasanya bedasarkan topografi daerahnya

    yang agak landai . Lokasi pabrik dipilih daerah yang relatif datar

    dan tanpa vegetasi sehingga hanya perlu proses atau pekerjaan

    perataan seperlunya saja. dan dekat dengan Infrastruktur yang ada

    seperti jalan, dan penerangan.

  • 28

    b. Pemasangan Peralatan pada Pabrik Peremuk

    Untuk penempatan mesin peremuk dibutuhkan pondasi yang

    cukup kuat agar dapat bertahan cukup lama sesuai dengan proyek

    yang diselenggarakan dan masalah konstruksi pondasi diborongkan

    kepada pihak kontraktor dengan pihak pemasok mesin peremuk

    sebagai konsultan.

    c. Letak Kantor

    Sarana perkantoran digunakan sebagai pusat pengaturan dan

    pelaksanaan kegiatan kerja penambangan dan direncanakan berada

    pada daerah yang mudah dicapai dan dekat dengan jalan masuk.

    Bangunan ini dibuat permanen karena dipakai dalam jangka waktu

    yang sangat lama sesuai dengan umur proyek.

    d. Pusat Perawatan Alat

    Dalam menunjang kelancaran operasi dibutuhkan peralatan

    peralatan yang selalu dalam kondisi yang baik dan siap pakai.

    Untuk itu sangat dibutuhkan suatu sarana sebagai tempat

    perawatan peralatan (spare part), agar perawatan terhadap

    peralatan atau mesin mesin yang digunakan dapat dilakukan

    secara rutin baik itu dalam jenis perawatan yang ringan maupun

    pergantiaan suku cadangnya.

    e. Penerangan

    Sarana penerangan dimaksudkan untuk memberikan

    penerangan disekitar bangunan, jalan, dan terutama sekali didalam

  • 29

    kegiatan penunjang kerja. Sumber listrik untuk penerangan ini

    tidak menjadi satu dengan listrik untuk pabrik, sehingga khusus

    untuk sarana penerangan ini diperlukan sebuah generator.

    f. Sumber Air

    Air merupakan sumber sarana yang sangat vital bagi sebuah

    proyek yang melibatkan banyak tenaga kerja. Disamping air

    digunakan sebagai kebutuhan sehari hari, air juga dipakai dalam

    kegiatan penambangan yang didapat dari air tanah dengan

    melakukan pemboran.

    g. Prasarana Penunjang Lainnya

    Yang dimaksud dengan prasarana lain disini adalah prasarana

    yang dipakai untuk kepentingan umum dimana selain digunakan

    oleh perusahaan juga dapat dipakai oleh masyarakat setempat

    sehingga mempunyai dampak yang positip terhadap kehidupan

    masyarakat sekitar. Prasarana lainnya meliputi saran olahraga,

    saran tempat peribadatan, poliklinik, power house, dan pos

    keamanan.

    3.4 Operasi Penambangan

    Tujuan utama dari kegiatan penambangan adalah pengambilan endapan dari

    batuan induknya, sehingga mudah untuk diangkut dan di proses pada proses

    selanjutnya. Setelah operasi persiapan penambangan selesai dan pengupasan

    lapisan tanah penutup pada bagian atas cadangan batubara terlaksana (arah

  • 30

    kemajuan penambangan dari kontur atas ke bawah). Maka dapat dimulai kegiatan

    operasi penambangan.

    Kegiatan penambangan terbagi atas tiga kegiatan, yaitu pembongkaran,

    pemuatan dan pengangkutan. Adapun rincian dari ketiga kegiatan tersebut adalah:

    1. Pembongkaran

    Pembongkaran merupakan kegiatan untuk memisahkan antara

    endapan bahan galian dengan batuan induk yang dilakukan setelah

    pengupasan lapisan tanah penutup endapan batubara tersebut selesai.

    Pembongkaran dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan mekanis

    maupun peralatan non mekanis.

    Untuk kegiatan pembongkaran batubara menggunakan pemboran yang

    kemudian dilakukan peledakan. setelah batuan diledakkan kemudian

    digusur menggunakan alat bulldozer, yang kemudian dikumpulkan di tepi

    batas penambangan atau tepi jalan tambang tiap blok. Banyaknya batubara

    yang dibongkar tiap-tiap blok tidak sama, tergantung persyaratan kualitas

    yang diminta oleh konsumen.

    2. Pemuatan

    Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau

    mengisikan material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke

    dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan dilakukan setelah kegiatan

    penggusuran, pemuatan dilakukan dengan menggunakan alat muat Wheel

    Loader dan diisikan ke dalam alat angkut.

  • 31

    Kegiatan pemuatan bertujuan untuk memindahkan batubara hasil

    pembongkaran kedalam alat angkut. Pengangkutan dilakukan dengan sistem

    siklus, artinya truck yang telah dimuati langsung berangkat tanpa harus

    menunggu truck yang lain dan setelah membongkar muatan langsung

    kembali ke lokasi penambangan untuk dimuati kembali

    3. Pengangkutan

    Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut atau

    membawa material atau endapan bahan galian dari front penambangan

    dibawa ke tempat pengolahan untuk proses lebih lanjut.

    Kegiatan pengangkutan menggunakan Dump Truck yang kemudian

    dibawa ke tempat pengolahan untuk dilakukan proses peremukan

    (crushing), jumlah truk yang akan digunakan tergantung dari banyaknya

    material batubara yang akan diangkut.

    3.5 Perencanaan Sistem Penyaliran

    Penyaliran adalah suatu upaya atau cara untuk mencegah, mengeringkan

    dan mengeluarkan air yang terdapat atau menggenangi suatu daerah tertentu.

    Sedangkan penyaliran pada tambang terbuka adalah upaya penyaliran didalam

    lingkungan tambang yang dilakukan untuk mencegah masuknya air atau

    mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan. Upaya ini dilakukan

    dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi terganggunya aktivitas

    penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan terutama pada

    musim hujan.

  • 32

    Air yang masuk ke daerah tambang (air tambang) harus dapat dikendalikan

    dengan baik. Penanganan masalah ini dapat dilakukan dengan cara memilih

    sistem penyaliran yang sesuai dengan metode penambangan yang diterapkan.

    Perencanaan sistem penyaliran tambang didasarkan pada aspek hidrogeologi

    (airtanah) dan aspek hidrologi (curah hujan, penguapan, limpasan, penyerapan).

    Dari kedua aspek tersebut kandungan air tambang berasal dari:

    1. Air permukaan tanah

    Yaitu air yang terdapat dan mengalir di atas permukaan tanah.

    Termasuk dalam air permukaan adalah air limpasan permukaan, air dari

    sungai, rawa atau danau yang terdapat di daerah tersebut, air buangan

    (limbah) dan sumber mata air (spring).

    2. Air tanah

    Air tanah adalah air yang bergerak didalam tanah yang terdapat

    didalam ruangan-ruangan antar butir tanah yang berasal dari anfiltrasi air

    permukaan.

    3.6 Macam Sistem Penyaliran

    Penanganan masalah air tambang dalam sistem tambang terbuka dapat

    dibedakan menjadi dua cara atau sistem yaitu:

    1. Mine Dewatering

    Adalah suatu penanganan masalah air tambang dengan cara

    mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan (dengan

    memanfaatkan beda tinggi dan gaya grafitasi) melalui saluran penyaliran

  • 33

    menuju kolam penampungan (sump). Sistem ini biasa diterapkan untuk

    penanganan limpasan dari air hujan.

    a. Penyaliran dengan tunnel/adit method

    Sistem ini dilakukan dengan cara, air yang masuk kedalam

    tambang dikeluarkan dengan cara mengalirkan air dari dasar tambang

    keluar daerah tambang melalui terowongan (tunnel/adit). Cara

    penyaliran ini hanya dapat diterapkan untuk tambang yang terletak di

    daerah pegunungan atau yang berbukit. Kelemahan dari sistem ini

    adalah dapat menyebabkan lereng kurang mantap.

    b. Penyaliran secara open sump

    Sistem ini dilakukan dengan cara, air yang masuk kedalam

    tambang dikumpulkan ke suatu sumuran (sump) yang dibuat di dasar

    tambang, kemudian dari sumuran tersebut air dipompa dan dialirkan

    dengan pipa untuk dikeluarkan dari tambang. Sistem penyaliran air

    pada umumnya banyak digunakan di tambang-tambang terbuka.

    c. Penyaliran dengan sistem saluran terbuka

    Penyaliran dengan sistem saluran terbuka yaitu dengan membuat

    suatu paritan untuk mengalirkan air ke tempat yang lebih rendah

    (kolam penampungan). Penyaliran sistem saluran terbuka termasuk

    dalam penyaliran gaya berat, yaitu air mengalir ke tempat yang lebih

    rendah karena gaya grafitasi akibat dari perbedaan ketinggian tempat.

    Kolam penampungan ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-

  • 34

    partikel padat yang ikut dalam aliran air, sehingga tidak terbawa

    keluar dari daerah penambangan.

    2. Mine Drainage

    Adalah suatu penanganan masalah air tambang yang dilakukan dengan

    cara mencegah masuknya air limpasan seeprti air sungai dan penanganan air

    tanah yang masuk kedalam lingkungan tambang. Yang termasuk dalam

    penyaliran secara mine drainage adalah:

    a. Siemens drainage method

    Sistem penyaliran inkonvensional, membuat lubang bor sampai

    batas aquifer. Dimana pada kedalaman lubang bor tersebut

    dimasukkan casing yang bertujuan agar air mudah masuk kedalam

    pipa, banyaknya pipa dan kedalaman lubang bor dibuat lebih dalam

    daripada tinggi jenjang.

    b. Small pipe with vaccum pump drainage

    Sistem penyaliran dimana pada kedalaman lubang bor

    dimasukkan pipa dan diberi pasir. Pasir tersebut berfungsi sebagai

    saringan sehingga yang masuk hanya material yang larut dalam air.

    Langkah pembuatan dari sistem ini adalah dengan membuat lubang

    bor berdiameter 6 8 inchi lubang bor. Lalu dimasukkan pipa

    berdiameter 2 5 inchi, kemudian memasukkan pasir sebagai

    saringan, dan melalui pipa kecil lubang bor dibuat vaccum dengan

    pipa.

  • 35

    c. Deep well pump method drainage

    Yaitu suatu sistem penyaliran yang digunakan untuk material

    dengan permeabilitas rendah dan jenjang yang tinggi. Prinsipnya

    dibuat lubang bor dan dipasangi casing. Kemudian pompa

    dimasukkan kedalaman lubang bor dan pompa tersebut secara

    otomatis bekerja bila tercelup air.

    d. Electro osmosis system drainage

    Sistem penyaliran yang ummnya digunakan pada daerah yang

    mempunyai permeabilitas rendah dan sangat kecil. Caranya dibuat dua

    lubang bor dimana lubang satu sebagai anoda dan yang satu sebagai

    katoda. Air sekitar lubang bor akan terionisasi dimana ion H+ akan

    mengalir ke katoda sehingga akan terjadi netraliasasi H+ dan OH

    -,

    membentuk H2O (air) kemudian air yang terkumpul dipompa keluar

    lubang bor.

    3.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran

    Perencanaan sistem penyaliran pada tambang terbuka dipengaruhi oleh

    beberapa faktor yaitu:

    1. Curah Hujan

    Curah hujan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

    pemilihan suatu sistem penyaliran yang akan diterapkan pada suatu tambang

    terbuka, karena besar kecilnya curah hujan pada suatu daerah tambang akan

    mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang harus ditangani. Jadi debit

  • 36

    air tambang yang akan dikelurkan dari daerah tambang tersebut adalah

    banyaknya air hujan yang jatuh di daerah tangkapan hujan.

    Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan

    sistem penyaliran adalah curah hujan rata-rata yang jatuh di daerah yang

    direncanakan. Besarnya curah hujan dinyatakan dalam mm, yang berarti

    jumlah air hujan yang jatuh pada satu satuan luas. Curah hujan 1 mm berarti

    pada luasan 1 m2 terdapat air sebanyak 1 liter. Derajat curah hujan

    dinyatakan dalam curah hujan per satuan waktu yang disebut intensitas

    hujan.

    2. Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)

    Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian ada yang meresap kedalam

    tanah dan sebagian ada yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke

    tempat yang lebih rendah. Daerah Tangkapan Hujan (DTH) adalah daerah

    tempat air hujan yang mengalir di permukaan tanah mengumpul dan

    mengalir menuju tempat yang lebih rendah. penentuan daerah tangkapan

    hujan didasarkan pada peta topografi daerah yang akan diteliti, dan dibatasi

    oleh pegunungan serta bukit, pada daerah yang rendah akan mengumpulkan

    air hujan sementara dan dibendung.

    Pada daerah penelitian, daerah tangkapan hujan meliputi daerah

    penambangan, daerah yang sudah dan belum ditambang, bukit dan lembah.

    Kemudian daerah tersebut diukur luasnya dengan menggunakan planimeter

    atau komputer. Perhitungan luas Daerah Tangkapan Hujan (DTH) secara

    komputer dilakukan dengan memasukkan data koordinat sumbu (x, y) titik

  • 37

    puncak bukit disekeliling penambangan yang merupakan batas dari tiap-tiap

    Daerah Tangkapan Hujan (DTH).

    3. Air Limpasan ( Run Off )

    Air limpasan berasal dari sumber yang mengalir di atas permukaan

    tanah dan air yang menginfiltrasi dan mencapai lapisan impermiabel atau

    disebut aliran dibawah permukaan tanah (subsurface), kemudian sebagian

    mengalir ke sungai. Aliran dibawah permukaan mencapai sungai dalam

    waktu yang cukup cepat sehingga debit air tersebut termasuk dalam

    limpasan permukaan. Limpasan (run off) tergantung pada:

    a. Kondisi fisik daerah pengaliran, seperti tata guna lahan, luas daerah,

    keadaan topografi, dan jenis tanah.

    b. Kondisi faktor meteorologi, yang meliputi jenis presipitasi, intensitas

    curah hujan, lamanya curah hujan.

    Penentuan jumlah limpasan hujan suatu daerah sering menggunakan

    metode rasional, dengan memakai bebrapa asumsi sebagai berikut:

    a. Frekuensi limpasan sama dengan frekuensi hujan.

    b. Hujan terdistribusi secara merata pada seluruh daerah pengaliran.

    c. Laju limpasan yang dihitung merupakan fungsi intensitas hujan rata-

    rata selama waktu konsentrasi.

    4. Jenis dan Sifat Fisik Tanah

    Semua jenis tanah terdiri dari butiran-butiran dan ruang antar butir

    yang disebut pori-pori. Sebagian besar pori-pori ini satu dengan yang

    lainnya saling berhubungan sehingga dapat dilalui oleh air. Peristiwa

  • 38

    lengketnya air diantara ruangan antar butir atau pori-pori ini disebut

    rembesan. Sedangkan daya atau kemampuan tanah atau butiran untuk dilalui

    oleh air (cairan) disebut permeabilitas. Permeabilitas untuk setiap jenis

    tanah berbeda satu dengan yang lainnya. Di suatu tambang (sumuran

    terbuka) permeabilitas lapisan tanah di daerah tambang tersebut penting

    sekali diketahui untuk memperkirakan jumlah air yang akan masuk kedalam

    tambang tersebut.

    3.8 Dimensi Saluran Penyaliran

    Dimensi saluran penyaliran dibuat berdasarkan debit total air yang mengalir

    dan harus dapat menampung debit air limpasan maksimum selama periode ulang

    hujan yang terjadi. Berbagai bentuk rancangan saluran penyaliran diantaranya

    adalah persegi panjang, segitiga, atau trapesium. Bentuk saluran penyaliran ini

    disesuaikan dengan beberapa faktor, yaitu: jenis tanah, kekasaran tanah, mampu

    menampung debit air limpasan, dinding saluran harus kuat agar tidak terjadi

    penggerusan akibat aliran air.

    3.9 Dasar Perhitungan Penyaliran

    Beberapa data yang digunakan sebagai perhitungan dalam merencanakan

    sistem penyaliran pada tambang terbuka adalah:

    1. Data Curah Hujan

    Dalam perencanaan sistem penyaliran untuk air permukaan pada suatu

    tambang, diperlukan suatu prakiraan hujan, yaitu curah hujan dengan

  • 39

    periode ulang tertentu yang ditetapkan sebagai acuan dalam perancangan.

    Untuk menentukan prakiraan hujan, perlu dilakukan analisis frekuensi dari

    data curah hujan yang tersedia. Makin lama selang waktu pengukuran akan

    semakin akurat pula hasil analisis frekuensi. Salah satu metode dalam

    analisis frekuensi yang sering digunakan dalam menganalisa data curah

    hujan adalah metode distribusi ekstrim tipe pertama yang dikenal sebagai

    metode distribusi Gumbel.

    Dari data curah hujan yang didapat, dipilih harga maksimum pada

    masing-masing sampel yang jika nilai dari data bertambah maka distribusi

    harga maksimum akan mendekati sebuah harga limit. Oleh karena itu proses

    pengolahan data curah hujan menggunakan analisis regresi dari data yang

    telah dikoreksi.

    Rumus persamaan regresinya adalah:

    YX

    1

    dimana:

    X = harga tinggi hujan harian maksimum (mm/24 jam)

    Y = variasi reduksi

    1 = adalah koefisien, dengan perhitungan:

    YnX

    1

    dimana:

    n

    x

    1

    keterangan:

    x = angka maksimum tinggi hujan tahun

    ke 1 sampai tahun ke n

    x = standart deviasi yang diharapkan n = standart deviasi harga tinggi hujan (dari data)

  • 40

    2. Periode Ulang Hujan (PUH)

    Periode ulang hujan adalah suatu periode tahun dimana hujan dengan

    tinggi intensitas yang sama kemungkinan dapat terjadi lagi sekali dalam

    batas periode (tahun). Penetapan periode ulang hujan sebenarnya lebih

    ditekankan pada masalah yang perlu diambil, sesuai dengan perencanaan.

    Faktor resiko digunakan apabila terjadi kerusakan pada sistem penyaliran.

    Sehingga tidak membahayakan. Salah satu pertimbangan penentuan periode

    ulang hujan adalah resiko yang dapat ditimbulkan bila curah hujan melebihi

    curah hujan rencana, untuk perancangan sarana penyaliran pada daerah

    tambang beberapa harga acuan periode ulang hujan terdapat dalam tabel

    berikut :

    Tabel 3.1. Periode Ulang Hujan untuk Sarana Penyaliran Pada Daerah

    Tambang

    Keterangan Periode ulang hujan (tahun)

    Daerah terbuka

    Sarana tambang

    Lereng tambang & penimbunan

    Sumuran utama

    Penyaliran keliling tambang

    Pemindahan aliran sungai

    0,5

    2 5 5 10 10 15 25

    100

    Dari tabel diketahui bahwa periode ulang hujan (PUH) untuk beberapa

    daerah adalah berbeda satu dengan yang lain. Untuk perancangan sistem

    penyaliran ini menggunakan periode ulang hujan untuk prakiraan hujan

    dengan intensitas curah hujan yang tinggi dan sama akan terjadi pada 25

    tahun lagi. Untuk menghitung curah hujan maksimum dalam hubungannya

  • 41

    dengan periode ulang hujan, digunakan metode Gumbel yang mendasarkan

    pada distribusi normal.

    Rumus: )( YnYrn

    xXXr

    dimana:

    Xr = hujan harian maksimum (mm/24 jam)

    dengan PUH selama r tahun

    X = curah hujan rata-rata

    x = standart deviasi

    x = standart deviasi yang diharapkan Yr = variasi reduksi untuk PUH selama r tahun

    Yn = harga rata-rata yang diharapkan

    3. Intensitas Curah Hujan

    Intensitas curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh dalam area

    tertentu dalam jangka waktu yang relatif sangat singkat dinyatakan dalam

    mm/dtk, mm/mnt atau mm/jam. Untuk mengetahui nilai intensitas curah

    hujan disuatu tempat, maka digunakan alat pencatat curah hujan. Intensitas

    curah hujan biasanya dinotariskan dengan huruf I dengan satuan mm/jam,

    yang artinya tinggi/kedalaman yang terjadi adalah sekian mm dalam periode

    waktu satu jam. Untuk itu hanya didapat dari data pengamatan curah hujan

    otomatis.

    Seandainya curah hujan harian didaerah penelitian diketahui tidak

    terdistribusi merata setiap tahun, maka menurut Monobe, Intensitas curah

    hujan dapat dihitung dengan rumus perkiraan intensitas curah hujan untuk

    waktu lama waktu hujan sembarang yang dihitung dari data curah hujan

    harian yaitu:

  • 42

    3

    2

    24 24

    24

    t

    RI

    dimana :

    I = Intensitas curah hujan (mm

    /jam)

    T = lama waktu hujan (jam)

    R24 = Curah hujan harian maksimum (mm)

    Pengelompokkan keadaan dan intensitas curah hujan berdasarkan

    pada lamanya hujan yang turun pada satuan waktu tertentu dan banyaknya

    curah hujan yang turun.

    Tabel 3.2. Keadaan dan Intensitas Curah Hujan

    Keadaan curah hujan Curah hujan (mm)

    1 jam 24 jam

    Hujan sangat ringan

    Hujan ringan

    Hujan normal

    Hujan lebat

    Hujan sangat lebat

    < 1

    1 5 5 10 10 20 > 20

    < 5

    5 20 20 50 50 100 > 100

    4. Waktu Konsentrasi (Time of Concentration)

    Waktu konsentrasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan

    air dari titik terjauh pada daerah pengaliran smpai ke titik terendah dimana

    air tersebut tertampung. Rumus empiris yang terkenal dengan rumus

    Kirpich:

    77,0

    385,077,00195,00195,0

    LH

    LSLtc

    dimana:

    tc = waktu konsentarasi (menit)

    L = jarak terjauh dalam daerah pengaliran (m)

  • 43

    S = kemiringan (slope) = (H/L)

    H = selisih ketinggian tempat (m)

    Makin kecil daerah pengaliran maka jangka waktu curah hujan atau

    waktu konsentrasi makin pendek dan intensitas curah hujan makin besar

    begitu juga sebaliknya.

    5. Debit Air Limpasan (Run Off)

    Debit air limpasan ditentukan oleh struktur tanah dalam daerah

    pengaliran. Debit dari air limpasan ini digunakan untuk perencanaan sistem

    penyaliran daerah pengaliran dengan menggunakan metode rasional:

    Q = 0,278 x C x I x A

    dimana:

    Q = debit air limpasan (m3/detik)

    C = koefisien limpasan

    I = intensitas curah hujan (mm/jam)

    A = luas daerah tangkapan hujan (km2)

    Tabel 3.3. Harga Koefisien Limpasan

    Kemiringan Jenis lahan C

    < 3 %

    datar

    Sawah, rawa 0,2

    Hutan, perkebunan 0,3

    Perumahan 0,4

    3% - 15%

    sedang

    Hutan, perkebunan 0,4

    Perumahan 0,5

    Semak-semak agak jarang 0,6

    Lahan terbuka, daerah timbunan 0,7

    15%

    curam

    Hutan 0,6

    Perumahan 0,7

    Semak-semak agak jarang 0,8

    Lahan terbuka, daerah tambang 0,9

  • 44

    Dari harga koefisien limpasan di atas, maka koefisien air limpasan

    tiap jenis lahan berbeda-beda nilainya, untuk daerah tambang dan

    kemiringan daerah yang lebih dari 15% maka dipakai nilai 0,9.

    6. Bentuk dan Dimensi Saluran Penyaliran

    Dalam merancang bentuk saluran air, saluran air tersebut harus dapat

    memenuhi hal-hal sebagai berikut:

    a. Dapat mengalirkan debit air yang direncanakan

    b. Kecepatan air sedemikian sehingga tidak terjadi pengendapan

    c. Kecepatan air sedemikian sehingga tidak merusak saluran

    d. Mudah dalam menggali saluran

    Bentuk penampang saluran air umumnya dipilih berdasarkan debit

    air, tipe material pembentuk saluran, serta kemudahan dalam pembuatannya.

    Perhitungan kapasitas pengaliran suatu saluran air dihitung dengan

    menggunakan persamaan manning:

    2/13/21SR

    nAQ

    dimana:

    Q = debit air yang masuk tambang

    A = luas penampang basah (m2)

    n = koefisien kekasaran dinding/saluran

    menurut manning=0,03

    R = jari-jari hidrolis (m)

    S = kemiringan dasar saluran

  • 45

    Gambar 3.1. Bentuk-bentuk Penampang Saluran Penyaliran

    (a) Penampang segitiga:

    = 90o A = h2 P = 22h R = 22/h

    (b) Penampang segi empat:

    b = 2h A = h2 P = 4h R = h

    (c) Penampang trapesium:

    = 60o A = 2

    2h P = h32 R = h

    dimana:

    P = keliling penampang basah

    d = tinggi penampang basah

    Bentuk yang paling umum dipakai adalah bentuk trapesium, sebab

    stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan. Dalam menentukan

    dimensi saluran penyaliran berbentuk trapesium yang paling efisien maka

    luas penampang basah saluran (A), jari-jari hidrolis (R), kedalaman aliran

    (h), lebar dasar saluran (b), panjang sisi saluran dari dasar ke permukaan (a),

    h

    h h

    b

    (a) (b) (c)

  • 46

    lebar permukaan aliran (B), dan kemiringan dinding saluran (m) = 1/tg

    mempunyai hubungan sebagai berikut:

    A = b.h + mh2

    R = 0,5 h

    B = b + 2 mh

    b/h = 2 {(1 + m2)0,5

    -m}

    a = h/sin

    Untuk dimensi saluran penyaliran berbentuk trapesium dengan luas

    penampang basah paling ekonomis akan didapat bila sudut kemiringan

    dinding saluran dibuat sebesar 60o, maka:

    m = 1/tg = 1/tg 60

    o

    = 0,58

    sehingga harga b/h adalah:

    b/h = 2 {(1 + m2)0,5

    -m}

    = 2 {(1 + 0,582)0,5

    -0,58}

    = 1,1521

    Gambar 3.2. Penampang Saluran Penyaliran Bentuk Trapesium

  • 47

    Kemiringan dasar saluran ditentukan dengan pertimbangan bahwa

    suatu aliran dapat mengalir secara alamiah tanpa adanya pengendapan

    Lumpur pada dasar saluran tersebut. Menurut Pf Heder (surface miring),

    kemiringan saluran antara 0,25 0,5% cukup untuk mencegah terjadinya

    pengendapan Lumpur.

    7. Kapasitas Pompa

    Kapasitas pompa merupakan debit air yang dikeluarkan pompa dalam

    selang waktu tertentu. Kapasitas pompa yang ada dihitung berdasarkan hasil

    pengukuran tinggi muka air debit pada saat dilakukan pemompaan.

    Qp = QL + Qz

    Dimana :

    Qp = Kapasitas pompa (m3/menit)

    QL = Debit air yang berkurang pada saat selang waktu tertentu (m3/menit)

    Qz = Debit air tanah (m3/menit)

    8. Head Total Pompa

    Head total pompa dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

    Hr = hs + hp + hf + hv

    Dimana:

    a = panjang sisi saluran dari dasar ke permukaan air

    b = lebar dasar saluran

    B = lebar permukaan saluran

    h = kedalaman air

    = sudut kemiringan saluran

    m = 1/tg

  • 48

    Dimana :

    Hr = Head total (m)

    hs = Beda tinggi flens isap dan flens keluar (m)

    hp = Tekanan bekerja pada kedua permukaan di anggap sama (hp=0)

    hf = Kerugian head (m)

    hv = Head kecepatan keluar (m)

    9. Daya Pompa

    Daya pompa dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

    P = n

    HQpw

    .75

    ...1000

    Dimana :

    P = Daya pompa (Hp)

    w = Berat jenis cairan (ton/m3)

    Qp = Kapasitas pompa (m3/menit)

    H = Total head (m)

    n = Efisiensi pompa (0,5 0,6)