5. BAB II

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi fisiologi Telinga Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor karena memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Telinga menerima gelombang suara yang frekuensinya berbeda, kemudian menghantarkan informasi pendengaran kesusunan saraf pusat. Telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. 3 Gambar 2.1 Anatomi Telinga Bagian-bagian telinga a. Telinga Luar Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian 3

description

Penjelasan mengenai telinga dan otitis media

Transcript of 5. BAB II

Page 1: 5. BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi fisiologi Telinga

Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor karena

memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Telinga

menerima gelombang suara yang frekuensinya berbeda, kemudian menghantarkan informasi

pendengaran kesusunan saraf pusat. Telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar,

telinga tengah dan telinga dalam.3

Gambar 2.1 Anatomi Telinga

Bagian-bagian telinga

a. Telinga Luar

Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun telinga,

lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang

telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran timpani. Bagian

daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya

menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk

menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan

tulang dan rawan yang dilapisi kulit tipis.3

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus,

dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani

(gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus

melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan

bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan

perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus

3

Page 2: 5. BAB II

4

adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung

jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut.

Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral

mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial

tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada

membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang

mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga

mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai

sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. Di dalam saluran terdapat banyak

kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya

bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran

terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam. Peradangan pada bagian

telinga ini disebut sebagai otitis Eksterna. Hal ini biasanya terjadi karena kebiasaan mengorek

telinga & akan menjadi masalah bagi penderita diabetes mellitus (DM/sakit gula).3

Aurikula berfungsi mengumpulkan getaran udara, bentuknya berupa lempeng tulang

rawan yang elastis yang ditutupi kulit, memiliki otot intrinsic dan ekstrinsik serta di persarapi

oleh nervus fasialis. Seluruh permukaan diliputi kulit tipis dengan lapisan subkutis pada

permukaan anterolateral, serta di temukan rambut kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.

Meatus akustikus eksternal merupakan tabung berkelok – kelok yang terbentang antara

aurikula dan membrane tempani, berfungsi menghantarkan gelombang suara dari aurikula ke

membrane tempani.

Pada bagian luar banyak ditemukan rambut yang berhubungan dengan kelenjar sebasea,

sedangkan dalam liang ditemukan serumen berwarna coklat yang berfungsi sebagai pelindung.

Seruman merupakan modifikasi kelenjar keringat bergabung dengan kelenjar sebasea yang

bermuara langsung ke permukaan kulit.3

Gambar 2.2 Telinga Luar

b. Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul

otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak

pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1

Page 3: 5. BAB II

5

cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah

merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)

dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara

di bagian mastoid tulang temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli

dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara.

Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga

tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara

dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi

oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur

berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini

terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan

fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,

menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka

akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan.

Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga

tengah dengan tekanan atmosfer.3

Maleus dan incus berputar pada sumbu anterior posterior yang berjalan melalui :

1. Legamentum yang menghubungan prosesus anterior malleus dengan dinding anterior

kafumtimpani.

2. Prosesus anterior maleus dengan prosesus brevis inkudis

3. Ligamentum yang menghubungkan prosesus bepis inkudis dengan dinding posterior kafum

timpani.

Selama menghantarkan getaran dari membrane tempani ke perilimf melalui osikula

mengalami pembesaran dengan 1,3 : 1 dan luas membrane tempani lebih kurang 17 kali lebih

besar dari luas basis stapes yang berakibat tekanan efektif pada perilimf meningkat menjadi 22: 1.

Tuba auditiva merupakan bagian yang meluas dari diding anterior kavum timpani ke bawah,

depan, dan medial sampai ke nasofaring. Bagian 1/3 posterior terdiri atas tulang dan 2/3 anterior

tulang rawan . berhubungan dengan nasofaring setelah berjalan di atas muskulus konstriktor

faring superior. Tuba auditiva berfungsi membuat seimbang tekanan udara dalam kavum timpani

dan nasofaring.

Antrum mastoideum merupakan bagian yang terletak di belakang kavum timpani dalam pars

petrosa ossis temporalis bentuknya bundar dengan garis 1 cm. diding anterior berhubungan

dengan kavum timpani dan dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigoideum dan

sereblum.

Sellulae mastoidea yaitu prosesus mastoideus mulai berkembang pada tahun ke dua

kehidupan.Sellulae mastoid adalah suatu rongga yang berhubungan dalam prosessus

Page 4: 5. BAB II

6

mastoid,berhubungan dengan antrum dan kavum timpani sebelah atasnya serta dilapisi membrane

mukosa.

c. Telinga Dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran

(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan

VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan

kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior

dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang

berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan

dan arah gerakan seseorang.

Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah

lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti.. Di

dalam lulang labirin, namun tidak sempurna mengisinya, Labirin membranosa terendam dalam

cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam

otak melalui aquaduktus koklearis.

Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, sakulus, dan duktus semisirkularis, duktus

koklearis.

a. Atrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gempeng terpaut pada tempatnya oleh

jaringan ikat. Disini terdapat saraf (nervus akustikus) pada bagian depan dan sampingnya ada

daerah yang lonjong yang disebut macula akustika utrikola. pada dinding belakang atrikus

ada muara dari duktus semisirkularis dan pada dinding depannya ada tabung halus disebut

utrikulosa sirkularis, saluran yang menghubungkan atrikulus dengan sakulus.

b. Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada bagian depan dan

bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat, tempat terdapatnya nervus

akustikus. Pada bagian depan sakulus ditemukan serabut-serabut halus cabang nervus

akustikus yang berakhir pada macula akustika sakuli. Pada permukaan bawah sakulus ada

duktus reunien yang menghubungkan sakulus dengan duktus koklearis, di bagian sudut

sakulus ada saluran halus disebut duktus endolimfatikus, berjalan melalui aquaduktus

vestibularismenuju permukaan bagian bawah tulang temporalis dan berakhir sebagai kantong

buntu disebut sakus endolimfatikus yang terletak tepat di lapisan otak duramater.

c. Duktus semisirkularis, ada tiga tabung selaput semisrkularis yang berjalan dalam kanalis

semisrkularis (superior, posterior, dan lateralis). Penampangannya kira-kira sekitar sepertiga

penampang kanalis semisirkularis. Bagian duktus yang melebar disebut ampula selaput.

Setiap ampula mengandung satu celah siklus, sebelah dalam ada Krista ampularis yang

terlihat menonjol kedalam yang menerima ujung-ujung saraf.

d. Duktus koklearis merupakan saluran yang berbentuk agak segitiga seolah-olah membuat

batas pada koklea timpani. Atap duktus koklearis terdapat membrane vestibularis pada

alasnya terdapat membran basilaris. Duktus koklearis mulai dari kantong buntu (seikum

Page 5: 5. BAB II

7

vestibular) dan berakhir tepat diseberang kanalis lamina spiralis pada kantong buntu (seikum

ampulare) pada membrane basilaris ditemukan organ korti sepanjang duktus koklearis yang

merupakan hearing sense organ.

Gambar 2.3 Telinga Dalam

Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan mediolus terdapat ganglion spiralis

yang sebagaian besar diliputi tulang bagian bawah dan menyatu dengan membrane basilaris

melintasi duktus koklearis dan melekat pada ligamentum basilaris.

Membran basilaris : dibentuk oleh lapisan serat – serat kolagen, permukaan bawah yang

menghadap skala timpani diliputi oleh jaringan ikat fibbrosa yang mengandung pembuluh

darah.

Membran vestibularis : suatu lembaran jaringan ikat tipis, diliputi pada permukaan atas

vestibular oleh pelapis rongga perilimf yaitu jaringan epitel selapis gepeng yang terdiri atas sel

mesenkim.

Dektus koklearis : dektus ini mengandung pigmen, bentuknya lebih tinggi dan tidak beraturan,

di bawahnya terdapat jaringan ikat yang banyak mengandung kapiler yang disebut stria

vaskularis. Dektus koklearis merupakan tempat sekresi endolimf dan termasuk organ korti.

Gambar 2.4 Telinga Dalam

Page 6: 5. BAB II

8

Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada tulang

pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang

terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe. Di labirin osea terdapat koklea, vestibulum,

kanalis semisirkularis.3

kolea atau rumah siput. Penampang melintang koklea trdiri aras tiga bagian yaitu skala

vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan

dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan

skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat. Bagian atas skala

media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi

oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi

mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel

penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur,

sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.

Vestibulum, bagian tengah labirintus osseous pada vestibulum ini membuka fenestra ovale dan

fenestra rotundum dan pada bagian belakang atas menerima muara kanalis semisirkularis

Kanalis semisirkularis merupakan saluran setengah lingkaran yang terdiri dari 3 saluran.

Saluran yang satu dengan yang lainnya membentuk sudut 90%, kanalis semisrkularis superior,

kanalis semisirkularis posterior dan kanalis semisirkularis lateralis.

Gambar 2.5 Tulang Labirin

Page 7: 5. BAB II

9

Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan

yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga

dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam

cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa.

Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis

VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus.

Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis

VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis yang muncul dari koklea, bergabung

dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus,

menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam

kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius

internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak.3

2.2 Otitis Media Akut

2.2.1 Definisi

Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya

bakteri patogenik ke dalam telinga tengah.1,2

Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah.

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tube eustachius,

antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi otitis

media. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non

supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media

efusi/OME). Pembagian tersebut dapat di lihat pada gambar berikut:

Page 8: 5. BAB II

10

Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronik, yaitu otitis media supuratif akut

(otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif kronik (OMSK/OMP). Begitu juga otitis

media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media

serosa kronik. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media spesifik, seperti

otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media

adhesive.

Otitis media serosa adalah kelainan umum berupa cairan streril di telinga tengah dibelakang

membran timpani yang utuh yang menyebabkan tuli konduktif.2

2.2.2 Etiologi

1. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media yang

menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga

pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga akan terganggu

2. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya (misal : sinusitis,

hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitis alergika). Pada anak-anak, makin

sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada

bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak

horisontal.

3. Bakteri

Bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah Streptococcus

peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis, dan bakteri piogenik lain, seperti

Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris.

Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara

fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia

mukosa tuba eustachius, enzim dan antibody.

Page 9: 5. BAB II

11

Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba

eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius

terganggu, pencegahan infasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman

masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan.

Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas atas. Pada anak,

makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA.

Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya pendek, lebar dan

letaknya agak horizontal.4

2.2.3 Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yang diebabkan oleh

bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tuba eustachius. Ketika bakteri

memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkan infeksi dan terjadi pembengkakan,

peradangan pada saluran tersebut. Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius

menyebabkan stimulasi kelenjar minyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang

membran timpani. Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,

sehingga pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang osikel (maleus, incus,

stapes) yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapat bergerak bebas. Selain mengalami

gangguan pendengaran, klien juga akan mengalami nyeri pada telinga.

Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulan dapat berkembang

menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higiene kurang diperhatikan, terapi yang

terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanya daya tahan tubuh yang kurang baik.4

2.2.4 Stadium Otitis Media Akut

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membrane timpani akibat

terjadinya tekanan negative didalam telinga tengah, akibat absorbs udara. Kadang-kadang

membrane timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna kerut pucat. Efusi

mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis

media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

2. Stadium Hiperemis

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau

seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edem. Secret yang telah terbentuk mungkin

masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

3. Stadium Supurasi

Edema yang terlihat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial,

sehingga terbentuknya eksudat yang purulent di kavum timpani, menyebabkan membrane

timpani menonjol (bulging) kearah liang telinga luar.

Page 10: 5. BAB II

12

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri

ditelinga bertambah hebat.

Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat

tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis

mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai daerah yang

lebih lembek dan berwarna kekuningan. Ditempat ini akan terjadi rupture. Bila tidak dilakukan

insisi membrane timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membrane

timpani akan rupture dan nanah keluar dari liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi,

luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi rupture, maka lubang tempat

rupture (perforasi) tidak mungkin menutup kembali.

4. Stadium Perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman

yang tinggi, maka akan terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari

telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu

badab turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut

stadium perforasi.

5. Stadium Resolusi

Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan

normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan akhirnya kering.

Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun

tanda pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan secret yang

keluar terus menerus atau hiang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa

otitis media serosa bila secret menetap di cavum timpani tanpa terjadinya perforasi.3

Gambar 2.6 Otoscopy

Page 11: 5. BAB II

13

2.2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur klien.

a. Stadium Hiperemi

Nyeri dan rasa penuh dalam telinga karena tertupnya tuba eustachius yang mengalami

hiperemi dan edema

Demam

Pendengaran biasanya masih normal

b. Stadium Oklusi

Nyeri dan demam bertambah hebat

Pada anak : panas tinggi disertai muntah, kejang, dan meningismus

Pendengaran mulai berkurang

c. Stadium Supurasi

Keluar sekret dari telinga

Nyeri berkurang karena terbentuk drainase akibat membran timpani ruptur

Demam berkurang

Gangguan pendengaran bertambah karena terjadi gangguan mekanisme konduksi udara

dalam telinga tengah

d. Stadium Koalesen

Nyeri tekan pada daerah mastoid, dan akan terasa berat pada malam hari

e. Stadium Resolusi

Pendengaran membaik atau kembali normal.4

2.2.6 Terapi

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya

a. Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba

eustachius, sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes

hidung. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak<12 tahun) atau HCl efedrin 1%

dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain

itu sumber infeki harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah

kuman, bukan oleh virus atau alergi.

b. Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika.

Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin intramuscular agar didapatkan

konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,

gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika

dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka akan diberikan

eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB per hari, dibagi

dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40

mg/kg BB/hari.

Page 12: 5. BAB II

14

c. Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika , idealnya harus disertai dengan

miringotomi, bila membrane timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis

lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari.

d. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar dan kadang terlihat secret keluar

secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3%

selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya secret akan hilang dan perforasi

dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.

e. Pada stadium resolusi, maka membrane timpani berangsur normal kembali, secret tidak ada

lagi dan perforasi membrane timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan

tampak secret mengalir diliang telinga luar melalui perforasi dimembran timpani. Keadaan

ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan

demikian dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan secret masih

tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.5

Bila OMA berlanjut dengan keluarnya secret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka

keadaan ini disebut otitis media supuratif sub akut. Bila perforasi menetap dan secret tetap keluar

lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif

kronik (OMSK). Pada pengobatan OMA terdapat beberapa factor risiko yang dapat menyebabkan

kegagalan terapi. Risiko tersebut digolongkan menjadi risiko tinggi kegagalan terapi dan risiko

rendah.5

2.2.7 Komplikasi

1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secara benar dan

adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah termasuk ke otak, namun ini

jarang terjadi setelah adanya pemberian antibiotik.6

2. Mastoiditis

3. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani

4. Keseimbangan tubuh terganggu

5. Peradangan otak kejang

2.2.8 Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan audiometri

Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini menghasilkan nada-

nada murni dengan frekuensi melalui aerphon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas

ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini

menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang

paling terpengaruh.

Manfaat audiometri

1) Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga

Page 13: 5. BAB II

15

2) Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi

3) Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian pada anak-anak

b. Test Rinne

Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan

hantaran udara pada satu telinga pasien.

c. Test Weber

Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua

telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu

tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang

mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih

keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama

tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.

d. Test Swabach

Tujuannya yaitu membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa

(normal) dengan probandus. Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh

getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo

temporale.

2.2.9 Pencegahan

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya OMA pada anak antara

lain:

Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak-anak

Pemberian ASI minimal selama enam bulan

Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam keadaan berbaring

Hindari pajanan terhadap asap rokok

2.3 Rinitis Akut

2.3.1 Definisi

Rinitis akut adalah radang pada mukosa hidung yang berlangsung akut, kurang dari 12

minggu, dapat disebabkan karena infeksi virus, bakteri, ataupun iritan, yang sering ditemukan

karena menifestasi dari rinitis simplek (commen cold), influenza, penyakit eksantem (seperti

morbili, variola, varicela, pertusis), penyakit spesifik, serta sekunder dari iritasi lokal atau

trauma.7,8

2.3.2 Epidemiologi

Rinitis akut merupakan penyebab morbiditas yang signifikan walaupun sering dianggap sepele

oleh para prektisi. Gejala-gejala rinitis secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien

Page 14: 5. BAB II

16

karena gejala-gejala sistemik yang menyertainya seperti fatigue, sakit kepala, dan gangguan

kognitif.

Ada tiga hal yang dipandang dapat mempengaruhi keadaan klinis dari pasien-pasien dengan

rinitis akut. Hal tersebut termasuk usia, jenis kelamin, dan variasi musim terjadinya penyakit

tersebut. Togias telah meneliti bahwa 70% pasien yang didiagnosa dengan penyakit hidung

nonalergik terdapat pada usia dewasa > 20 tahun. Tetapi belum diketahui penyebab pasti dari

hubungan antara usia dengan rinitis alergik.9

Jenis kelamin dapat menjadi faktor risiko dari rinitis nonalergik. Settipane dan Klein

mengatakan bahwa 58% dari pasien rinitis nonalergik adalah wanita. Enberg menemukan 74%

pasien rinitis nonalergik adalah wanita. National rinitis Classification Task Force (NRCTF)

menemukan 71% pasien dengan rinitis nonalergik adalah wanita.9

2.3.3 Klasifikasi dan Etiologi

Rinitis akut terdiri atas 3 tipe, yaitu:7,8

1. Rinitis Virus

Rinitis virus terbagi 3, yaitu:

a) Rinitis Simplek (Pilek, Selesema, Comman Cold, Coryza)

Rinitis simplek disebabkan oleh virus. Infeksi biasanya terjadi melalui droplet di udara.

Beberapa jenis virus yang berperan antara lain, adenovirus, picovirus, dan subgrupnya

seperti rhinovirus, coxsakievirus, dan ECHO. Masa inkubasinya 1-4 hari dan berakhir

dalam 2-3 minggu.

Pada awalnya terasa panas di daerah belakang hidung, lalu segera diikuti dengan hidung

tersumbat, rinore, dan bersin yang berulang-ulang. Pasien merasa dingin, dan terdapat

demam ringan. Mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Awalnya, secret hidung

(ingus) encer dan sangat banyak. Tetapi bisa jadi mukopurulen bila terdapat invasi

sekunder bakteri, seperti Streptococcus Haemolyticus, pneumococcus, staphylococcus,

Haemophillus Influenzae, Klebsiella Pneumoniae, dan Mycoplasma Catarrhalis.

b) Rinitis Influenza

Virus influenza A,B atau C berperan dalam penyakit ini. Tanda dan gejalanya mirip

dengan common cold. Komplikasi sehubungan dengan infeksi bakteri sering terjadi.

c) Rinitis Eksantematous

Morbili, varisela, variola, dan pertusis, sering berhubungan dengan rinitis, dimana

didahului dengan eksantemanya sekita 2-3 hari. Infeksi sekunder dan komplikasi lebih

sering dijumpai dan lebih berat.

2. Rinitis Bakteri

Rinitis bakteri dibagi 2, yaitu:

a) Infeksi Non-spesifik

Infeksi non-spesifik dapat terjadi secara primer ataupun sekunder.

Page 15: 5. BAB II

17

1) Rinitis Bakteri Primer

Tampak pada anak dan biasanya akibat dari infeksi pneumococcus, streptococcus atau

staphylococcus. Membrane putih keabu-abuan yang lengket dapat terbentuk di rongga

hidung, yang apabila diangkat dapat menyebabkan pendarahan.

2) Rinitis Bakteri Sekunder

Merupakan akibat dari infeksi bakteri pada rinitis viral akut

b) Rinitis Difteri

Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Rinitis difteri dapat bersifat

primer pada hidung atau sekunder pada tenggorokan dan dapat terjadi dalam bentuk akut

atau kronis. Dugaan adanya rinitis difteri harus dipikirkan pada penderita dengan riwayat

imunisasi yang tidak lengkap. Penyakit ini semakin jarang ditemukan karena cakupan

program imunisasi yang semakin meningkat.

Gejala rinitis akut ialah demam, toksemia, terdapat limfadenitis, dan mungkin ada

paralisis otot pernafasan. Pada hidung ada ingus yang bercampur darah. Membrane keabu-

abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian bawah, membrannya lengket

dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan. Ekskoriasi berupa krusta coklat pada nares

anterior dan bibir bagian atas dapat terlihat. Terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin

sistemik, dan antitoksin difteri.

c) Rinitis Iritan

Tipe rinitis akut ini disebabkan oleh paparan debu, asap atau gas yang bersifat

iritatifseperti ammonia, formalin, gas asam dan lain-lain. Atau bisa juga disebabkan oleh

trauma yang mengenai mukosa hidung selama masa manipulasi intranasal,contohnya pada

pengangkatan corpus alienum. Pada rinitis iritan terdapat reaksi yang terjadi segera yang

disebut dengan “immediate catarrhal reaction” bersamaan dengan bersin, rinore, dan hidung

tersumbat. Gejalanya dapat sembuh cepat dengan menghilangkan faktor penyebab atau

dapat menetap selama beberapa hari jika epitel hidung telah rusak. Pemulihan akan

bergantung pada kerusakan epitel dan infeksi yang terjadi karenanya.9

2.3.4 Stadium

a. Stadium prodromal, pada hari pertama:

1) rasa panas dan kering pada cavum nasi.

2) bersin-bersin.

3) hidung tersumbat.

4) sekret encer jernih seperti air.

Pemeriksaan (rhinoskopi anterior/RA) cavum nasi sempit, terdapat sekret serous

dan mukosa udem dan hiperemis.

b. Stadium akut, hari kedua sampai keempat:

1) bersin-bersin berkurang.

Page 16: 5. BAB II

18

2) obstruksi nasi bertambah, akibat obstruksi nasi akut terjadi hiposmia, gangguan

gustateris, rasa makanan tidak enak.

3) sekret kental kuning.

4) badan tak enak.

Pemeriksaan cavum nasi lebih sempit, sekret mukopurulen. Mukosa lebih udem

dan hiperemis.

c. Stadium Penyembuhan (resolusi) hari kelima sampai ketujuh:

Gejala-gejala di atas berkurang (udem dan hiperemis berkurang, obstruksi berkurang,

sekret berkurang). Kadang-kadang rinitis akut didahului gejala nasofaringitis sehingga

timbul gejala panas, batuk, dan pilek. Tetapi adanya faringitis atau laringitis akut tidak

selalu didahului oleh rinitis akut.10,11

2.3.5 Manifestasi Klinis

Rinitis akut pada dasarnya memiliki tanda dan gejala yang sulit dibedakan antara tipe yang

satu dengan tipe yang lainnya. Rasa panas, kering dan gatal di dalam hidung, bersin, hidung

tersumbat, dan terdapatnya ingus yang encer hingga mukopurulen. Mukosa hidung dan konka

berubah warna menjadi hiperemis dan edema. Biasanya diikuti juga dengan gejala sistemik

seperti demam, malaise dan sakit kepala.8

Pada rinitis influenza, gejala sistemik umumnya lebih berat disertai sakit pada otot. Pada

rinitis eksantematous, gejala terjadi sebelum tanda karekteristik atau ruam muncul. Ingus yang

sangat banyak dan bersin dapat dijumpai pada rinitis iritan.

2.3.6 Patofisiologi

Pada stadium permulaan terjadi vasokonstriksi yang akan diikuti vasodilatasi, udem, dan

meningkatnya aktifitas kelenjar seromucinous dan goblet sel, kemudian terjadi infiltrasi leukosit

dan deskuamasi epitel. Sekret mula-mula encer dan jernih kemudian berubah menjadi kental dan

lekat (mukoid) berwarna kuning mengandung nanah dan bakteri (mukopurulen). Toksin yang

berbentuk terbentuk terserap dalam darah dan limfe, menimbulkan gejala-gejala umum. Pada

stadium resolusi terjadi proliferasi sel epitel yang telah rusak dan mukosa menjadi normal

kembali.11

2.3.7 Diagnosis

Rinitis akut umumnya didiagnosis dari gambaran klinisnya. Walaupun pada dasarnya

memiliki tanda dan gejala yang hampir sama, tetapi terdapat juga beberapa karekteristik yang

khas membedakannya. Pada rinitis bakteri difteri, diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan

kuman dari sekret hidung.8,12

2.3.8 Penatalaksanaan

Page 17: 5. BAB II

19

Rinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan setelah kurang lebih

12 minggu. Karena itu umumnya terapi yang diberikan lebih bersifat simptomatik, seperti

analgetik, antipiretik, nasal dekongestan dan antihistamin disertai dengan istirahat yang cukup.

Terapi khusus tidak diperlukan kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri,

maka antibiotik perlu diberikan. Dekongestan oral mengurangi sekret hidung yang banyak,

membuat pasien merasa lebih nyaman, namun tidak menyembuhkan.3,4,8

Lokal: tetes hidung, solution HCl ephedrine 1% dalam glucose 5%. Berfungsi untuk

melebarkan kavum nasi, pH sedikit asam yang akan menyebabkan eradikasi (desinfeksi) kuman

penyebab (mukosa cavum nasi normal pH =6,5 yaitu bersifat asam). Oleh karena lisozim

dinonaktifkan dalam suasana basa, maka setiap obat hidung harus mempunyai pH asam untuk

mencegah terjadinya aktivitas silia dan lisozim.

Umum: hindari tubuh kedinginan misalnya dengan mandi air hangat, makan makanan hangat,

pakaian hangat, tidur menggunakan selimut, dan sebagainya. Farmakologis untuk gejala sistemik

bisa diberika asetosal sebagai nlgetik dan antipiretik. Karena efek vasodilatasi perifernya,

asetosal bisa berfungsi sebagai penghangat tubuh. Bisa juga diberikan antihistamin untuk

mengurangi bersin-bersin.13

2.3.9 Pencegahan

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadnya rinitis akut adalah dengan menjaga

tubuh selalu dalam keadaan sehat. Dengan begitu dapat terbentuknya system imuitas yang

optimal yang dapat melindungi tubuh dari serangan za-zat asing. Istirahat yang cukup,

mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan olahraga yang teraturjuga baik untuk

menjaga kebugaran tubuh. Selain itu, mengikuti program imunisasi lengkap juga dianjurkan,

seperti vaksinasi MMR untuk mencegah terjadinya rinitis eksantematous.8

Pencegahan tergantung kepada :9

a. Lebih sering mencuci tangan, terutama sebelum menyentuh wajah.

b. Memperkecil kontak dengan orang-orang yang telah terinfeksi.

c. Tidak berbagi sapu tangan, alat makan, atau gelas minum.

d. Menutup mulut ketika batuk dan bersin.

2.3.10 Komplikasi

a. Otitis media akut.

b. Sinusitis paranasalis.

c. Infeksi traktus respiratorius bagian bawah seperti laring, bronchitis, pneumonia.

d. Akibat tidak langsung pada penyakit-penyakti lain yaitu jantung dan asma bronkhial.

2.3.11 Prognosis

Page 18: 5. BAB II

20

Rinitis akut merupakan “self limiting disease” umumnya sembuh dalam 7 -10 hari. Tapi dapat

lebih lama 3 minggu bila ada faringitis, laringitis atau komplikasi lain.12