4RANCANGAN

60
RANCANGAN PENELITIAN

Transcript of 4RANCANGAN

Page 1: 4RANCANGAN

RANCANGAN PENELITIAN

Page 2: 4RANCANGAN

Jenis-jenis Penelitian

I. Penelitian Observasional A. Penelitian Deskriptif 1. Laporan kasus dan Seri Kasus 2. Penelitian Cross Sectional Deskriptif 3. Penelitian Longitudinal Deskriptif 4. Uji diagnostik B. Penelitian Analitik 1. Penelitian Cross Sectional Analitik 2. Studi Kasus-Kontrol 3. Studi Kohort

Page 3: 4RANCANGAN

II. Penelitian Eksperimental

1. Penelitian Praeksperimental

2. Penelitian Kuasi–eksperimental

3. Penelitian Eksperimental Sungguhan

Page 4: 4RANCANGAN

Laporan Kasus (Case Report)

• Presentasi mendetail dan mendalam dari satu kasus atau sejumlah kasus yang dapat dihitung dengan jari

• Penting untuk memberikan perhatian pada kasus yang khusus (tidak biasa)

Kegunaan :• Sebagai awal untuk menarik studi lebih lanjut

(hypotesis generating)• Sebagai surveilans kasus yang jarang• Untuk memeriksa lebih mendalan mekanisme

penyakit

Page 5: 4RANCANGAN

Kelemahan :

• Mudah terkena bias oleh karena jumlah sedikit dan tidak ada pembanding tidak dapat dipakai sebagai dasar mengambil keputusan klinik

CLINICO-PATHOLOGICAL CONFERENCE

Laporan kasus lintas disiplin

• Sangat penting dalam melatih ketrampilan klinis

Page 6: 4RANCANGAN

SERI KASUS (CASE SERIES)

• Studi pada sejumlah pasien dengan penyakit tertentu

• Bersifat cross sectional (sekali periksa) tidak punya time dimension

• Tidak dapat digeneralisasikan karena populasinya tidak jelas

• Tidak punya grup kontrol• Kegunaan: sama seperti laporan kasus

dengan konsistensi lebih baik karena jumlah kasus yang lebih banyak

Page 7: 4RANCANGAN

CROSS SECTIONAL STUDY(Penelitian potong lintang)

• Prinsip dasar penelitian cross sectional adalah pemeriksaan pada sampel hanya dilakukan sekali (potong lintang) pada satu sampel pada waktu tertentu

• Strukturnya sama dengan studi kohort tetapi tidak ada follow up (tidak ada time dimension)

• Penelitian cross sectional :a.Penelitian cross sectional deskriptifb.Penelitian cross sectional analitik

Page 8: 4RANCANGAN

Studi potong lintang yang bertujuan mendeskripsikan ciri-ciri dari sampel (variabel) serta distribusinya.

Disebut juga sebagai studi prevalensi. Tujuan :

a. Mengetahui prevalensi (frekuensi) dan distribusi frekuensi ciri populasi

b. Mencari harga normal dari suatu populasi

STUDI CROSS SECTIONAL DESKRIPTIF

Page 9: 4RANCANGAN

Prevalensi : Proporsi jumlah sampel yang mempunyai ciri tertentu (numerator) dibagi seluruh sampel yang diperiksa (denominator)

Sampelyes

no

Defined population

Representatif sample

Disease/outcome present ?

Page 10: 4RANCANGAN

• Point prevalence

• Periode prevalence

• Numerator : definisikan ciri yang diteliti dengan jelas

• Denominator : populasi kemana hasil akan digeneralisasikan tergantung tujuan penelitian

Page 11: 4RANCANGAN

• Dari sampel yang merupakan representasi populasinya, dilakukan observasi/pengukuran beberapa ciri (variabel) secara potong lintang (hanya dalam satu kali pengukuran), kemudian dilakukan hubungan atau komparasi dari variabel-variabel tersebut.

• Disini tidak ada tidak ada “time dimension”, sehingga dari design-nya sendiri tidak dapat ditentukan yang mana merupakan kausa, yang mana merupakan efek

• Variabel prediktor dan variabel outcome hanya dapat ditentukan secara teoritik (hipotetik)

STUDI CROSS SECTIONAL ANALITIK

Page 12: 4RANCANGAN

Langkah-langkah

• Tentukan “reseach question” dengan jelas

• Identifikasi variabel yang akan diukur, secara teoritik mana v. bebas, mana v. tergantung

• Tetapkan subyek penelitian (populasi dan sampel)

• Tetapkan cara pengukuran dan laksanakan pengukuran

• Analisis data

Page 13: 4RANCANGAN

Analisis data :

• Uji korelasi dan regresi

• Uji komparasi

Menghitung rasio prevalen atau relative prevalence analogi risiko relatif pada studi kohort

Rasio prevalen : rasio antara proporsi subyek yang terkena faktor risiko sekaligus terkena efek, dengan proporsi subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek.

Page 14: 4RANCANGAN

Populasi

Sampel

A RF + Ds +

Ds+ Ds-

FR+

FR-

A B

C D

Page 15: 4RANCANGAN

Rasio prevalen :

RP = A/(A+B) : C/(C+D)

Mengartikan rasio prevalen :

RP = 1, v. bebas tak punya pengaruh

RP > 1, v. bebas merupakan faktor risiko

RP < 1, v. bebas merupakan faktor protektif

RP > 1, tapi 95% c. i. melewati 1 belum dapat disimpulkan

Page 16: 4RANCANGAN

Keuntungan studi cross sectional :• Merupakan awal dari studi kohort atau

eksperimental• Memungkinkan penggunaan populasi dari

masyarakat umum generalisasi cukup memadai

• Dapat melihat hubungan banyak variabel• Relatif murah, mudah, hasil cepat

diperoleh• Tak terancam drop out• Sebagai hypothesis generating

Page 17: 4RANCANGAN

Kerugian studi cross sectional :

• Tidak ada “time dimension” kemampuan menentukan sebab akibat rendah

• Tidak baik untuk penyakit dengan masa sakit yang pendek

• Perlu sampel besar jika variabel yang diteliti banyak

• Tidak efisien untuk kasus yang jarang

• Mungkin ada bias prevalen

Page 18: 4RANCANGAN

STUDI KASUS-KONTROL(CASE-CONTROL STUDY)

• Suatu studi observasional longitudinal retrospektif dengan kontrol

• Tanda khas :disamping seri kasus ada kelompok

pembandingjumlah kasus cukup banyak untuk

mengurangi faktor kebetulankedua kelompok sangat mirip kecuali bahwa

kelompok kasus ada penyakitnya sedangkan kelompok kontrol tidak ada penyakitnya

Page 19: 4RANCANGAN

Design dasar :• Ada sekelompok kasus, dan ada sekelompok kontrol yg

identik kecuali tidak adanya disease (outcome)• Dilakukan penilaian retrospektif terhadap faktor risiko

pada kedua kelompok• Besar faktor risiko dibandingkan Odd Ratio

FR+ Kasus

RETROSPEKTIF Populasi

FR-

FR+

FR- Kontrol

Page 20: 4RANCANGAN

• Population at risk seringkali “undefined”• Kasus dipilih oleh peneliti dari “pool”

pasien yang tersedia• Kontrol dipilih peneliti sehingga

menyerupai kasus• Pemaparan terhadap faktor risiko diukur

(measured), direkonstruksi, atau direkoleksi setelah terjadi penyakit

• Risiko atau insiden penyakit tidak dapat diukur secara langsung, risiko relatif terhadap pemaparan diestimasi dengan Odd ratio

Page 21: 4RANCANGAN

Langkah-langkah Studi Kasus-Kontrol

1. Tetapkan pertanyaan penelitian

2. Deskripsikan variabel peneltian : v. bebas = faktor risiko, v. tergantung = efek atau penyakit

3. Tentukan populasi dan sampel (kasus serta kontrol) dan cara pemilihan subyek penelitian

4. Lakukan pengukuran variabel (efek) dan faktor risiko

Page 22: 4RANCANGAN

Mendefinisikan variabel :

Faktor risiko• Definisikan faktor risiko : dosis, frekuensi dan

lama• Buat dalam skala dikotomis• Cara mencari informasi yang valid pada kasus

ataupun kontrol (hindari bias pengukuran)

Penyakit (efek)• Definisikan kasus (orang dengan efek) secara

eksplisit

Page 23: 4RANCANGAN

Menentukan subyek penelitianKasus• Dari populasi secara random (sulit)• Dari kumpulan kasus (rumahsakit)• Kasus baru atau lama

Kontrol• Memilih kontrol lebih sulit karena semata-semata ditentukan

oleh peneliti• Kontrol dapat dipilih dari populasi yang sama dengan kasus

(nested cases control study)• Dapat juga dari populasi lain tetapi dipasangkan (matched case

control study)• Dapat dipilih lebih dari satu kelompok kontrol

Menetapkan besar sampelSampel tergantung pada : Besar densitas exposure faktor risiko pada populasi Besar Odd ratio terkecil yang dianggap bermakna Besar alfa dan power of test yang diinginkan

Page 24: 4RANCANGAN

Melakukan pengukuran :

• Bisa dengan melihat catatan, tetapi sering hanya dengan anamnesis

• Cukup sulit, lakukan validasi dengan berbagai cara

Analisis hasil :

• Dihitung Odd ratio

• Hitung 95% confidence interval

• Uji kemaknaan dengan uji X2

Page 25: 4RANCANGAN

Cases Non-cases

Exposed A B

Not exposed C D

ODDS Ratio = {A/A+C}:{C/A+C} / {B/B+D:D/B+D}

A/C AD

= ----- = ----

B/D BC

Page 26: 4RANCANGAN

• Jika kasus jarang maka Odds ratio akan mendekati Relative Risk

• Population Attributable Risk : seberapa besar proporsi kasus dapat dicegah jika faktor risiko dihilangkan

p(1-r)

• PAR = -----------

p(r-1) - 1

Page 27: 4RANCANGAN

Bias dalam Studi Kasus-Kontrol

• Selection bias : kesalahan dalam pemilihan kasus dan kontrol

• Measurement bias : kesalahan recall

• Confounding bias

Page 28: 4RANCANGAN

Kekuatan Studi Kasus-Kontrol• Satu-satunya jalan untuk

meneliti kasus yang jarang atau masa latennya panjang

• Hasil diperoleh dengan cepat

• Biaya lebih murah• Subyek penelitian lebih

sedikit• Loss to follow up lebih

sedikit• Dapat mengidentifikasi

berbagai faktor risiko sekaligus

Kelemahan Studi Kasus Kontrol

• Measurement bias cukup besar

• Selection bias dalam pemilihan kasus dan kontrol

• Tidak dapat memberikan insidence rates

• Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel tergantung

Page 29: 4RANCANGAN

STUDI KOHORT

Kuliah untuk Mahasiswa S3

Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Page 30: 4RANCANGAN

Studi Kohort (Cohort Study)

• Suatu penelitian epidemiologik berupa studi observasional longitudinal prospektif

• Studi Kohort dibagi 2 :Kohort DeskriptifKohort Analitik

• Kohort : sekumpulan tentara Romawi yang berangkat ke medan perang

• Kohort : sekumpulan subyek yang mempunyai kesamaan tertentu pada awal disusunnya

Page 31: 4RANCANGAN

• Prinsip Studi Kohort : melakukan pengamatan longitudinal pada suatu kohort terhadap pengaruh faktor risiko untuk menimbulkan penyakit (efek)

• Kohort pada awal penelitian belum terkena efek (population at risk), diobservasi timbulnya efek pada akhir penelitian

• V. bebas : faktor risiko = kausa

• V. tergantung : penyakit = efek = outcome

Page 32: 4RANCANGAN

STUDI KOHORT DESKRIPTIF

1. Studi insiden : pengamatan pada kohort tunggal untuk timbulnya penyakit

2. Studi prognosis analisis kesintasan secara umum dapat digolongkan sebagai studi kohort deskriptif

Page 33: 4RANCANGAN

• Observasi longitudinal prospektif pada sekelompok kohort yang belum terkena efek, selama periode tertentu, kemudian dihitung jumlah efek yang terjadiPopulation

at risk observasi prospektif Efek

periode waktu tertentu

STUDI INSIDEN

Page 34: 4RANCANGAN

• Incidence rate = jumlah efek dibagi jumlah subyek per satuan waktu

• Angka insiden = jumlah kasus baru dibagi jumlah populasi per satuan waktu pengamatan

• Contoh :Insiden anemia aplastik di Bali pada orang dewasa adalah 7/1.000.000/tahun

Hal penting yang perlu diperhatikan :1. Definisi efek (outcome) yang jelas2. Definisi kohort yang diamati3. Cara pengamatan efek yang valid

Page 35: 4RANCANGAN

STUDI KOHORT ANALITIK

• Prinsip dasar : sekelompok subyek yang belum terkena efek (population at risk) diamati secara prospektif, kemudian dibandingkan insiden efek pada kelompok yang terpapar faktor risiko dengan insiden pada kelompok kontrol (yang tidak terpapar)

• Population at risk : populasi yang belum terkena efek tetapi mempunyai risiko untuk terjadi efek

Page 36: 4RANCANGAN

Penelitian Observasi Terjadimulai disini prospektif efek???

EfekPopulation at risk

+FR+

-

+FR-

-

Skema dasar Studi Kohort Analitik

Page 37: 4RANCANGAN

Langkah-langkah Studi Kohort

1. Tetapkan pertanyaan penelitian dengan jelas2. Identifikasi, klasifikasi dan definisi operasional

variabel3. Menetapkan subyek penelitian

a. Menetapkan kohort yang terkena pemaparan

b. Menetapkan kelompok kontrol4. Pengamatan timbulnya efek5. Analisis hasil

Page 38: 4RANCANGAN

Identifikasi variabel :• V. bebas = faktor risiko• V. tergantung = efek• Variabel lain yang berpengaruh• Berikan definisi dan cara mengukurnya

Menetapkan kohort• Faktor inklusi :

at riskbelum terkena efekawalnya belum terpapar

• Kriteria diagnosis efek yang jelas

Page 39: 4RANCANGAN

Memilih kelompok kontrola. Studi kohort dengan kontrol internalb. Studi kohort dengan kontrol eksternal• Kontrol internal dengan jumlah besar tak perlu

matching• Matching perlu pada kontrol eksternal atau kohort

dengan sampel kecil

Mengamati timbulnya efek• Lama pengamatan tergantung karakteristik

penyakit• Kriteria efek yang jelas• Apakah perlu blinding?• Cara pengamatan : - pengamatan tunggal

- pengamatan kontinyu• Masalah loss to follow up

Page 40: 4RANCANGAN

Analisis hasilCases Non-cases

Exposed A B A+B

Not exposed C D C+D

A+C B+D

• Risiko relatif (RR) = A/(A+B) : C/(C+D)• Hitung 95% confidence interval• Cara mengartikan sama dengan Odds ratio• PAR = insiden klp terexposed – insiden non-exposed

Page 41: 4RANCANGAN

STUDI KOHORT RETROSPEKTIF

• KONSEP DAN ARAH PENELTIAN SAMA TETAPI MEMAKAI DATA-DATA RETROSPEKTIF

KEUNTUNGAN :- LEBIH MURAH DAN HASIL SEGERA

KERUGIAN :- MEASUREMENT BIAS SANGAT BESAR

Page 42: 4RANCANGAN

Nested Case-Control Study

• Dalam suatu studi kohort, beberapa faktor risiko dalam bentuk bahan pemeriksaan laboratorium disimpan. Pada akhir studi kasus yang mendapat efek, dicarikan kontrol dari kohortnya sendiri yang tidak terkena efek. Faktor risikonya diperiksa, kemudian dihitung Odds ratio-nya

Page 43: 4RANCANGAN

Studi kohort dengan faktor risiko multiple

• Faktor risiko lebih dari satu terhadap timbulnya efek

• Analisis :satu persatugabungananalisis regresi multiple atau regresi

logistik

Page 44: 4RANCANGAN

Kelebihan Studi Kohort

1. Studi epidemiologik paling kuat untuk mengungkap hubungan kausa efek

2. Bersifat prospektif sehingga pengukuran variabel lebih akurat

3. Baik untuk kasus fatal dan progresif

4. Dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu faktor risiko tertentu

Page 45: 4RANCANGAN

Kekurangan Studi Kohort

1. Perlu waktu lama

2. Biaya mahal dan rumit

3. Tidak efisien untuk kasus jarang

4. Masalah drop out

5. Masalah etika

Page 46: 4RANCANGAN

UJI DIAGNOSTIK(DIAGNOSTIK TEST)

Page 47: 4RANCANGAN

UJI DIAGNOSTIK

Diagnosis penyakit :• Pemeriksaan klinik• Pemeriksaan laboratorik• Pemeriksaan penunjang laindiagnosis TIDAK GAMPANG ditest validitas

alat diagnostik tersebutUJI DIAGNOSIS ialah usaha membandingkan

hasil alat diagnosis tersebut dengan alat diagnosis yang sudah baku (baku emas)

Page 48: 4RANCANGAN

STRUKTUR UJI DIAGNOSTIK• Suatu penelitian observasional, cross sectional,

bisa :deskriptifanalitik

• Didapatkan 2 variabel :variabel prediktor : alat diagnostik yang akan

diujivariabel outcome : hasil pemeriksaan gold

standard• Dianalisis dalam tabel 2 x 2

Page 49: 4RANCANGAN

Variabel Uji Diagnostik

Variabel prediktor :• hasil alat diagnostik yang akan diuji• data nominal dikhotomus• Cut off point• Tidak boleh mengandung komponen gold

standard

Variabel outcome• hasil baku emas (gold standard)• gold standard : yang terbaik saat ini

Page 50: 4RANCANGAN

HASIL BAKU EMAS (PENYAKIT)

YA TIDAK

---------------------------------------------------------------

YA PB PS

Hasil Uji

TIDAK NS NB

---------------------------------------------------------------

STRUKTUR UJI DIAGNOSTIK

PB = positif benar PS = positif salah

NB = negatif benar NS = negatif salah

Page 51: 4RANCANGAN

Mengapa perlu dilakukan uji diagnostik

• Mencari tes yang nilainya tidak jauh dari uji standar

• Memberi kenyamanan yang lebih

• Lebih mudah atau lebih sederhana

• Lebih murah

• Dapat mendiagnosis penyakit lebih dini

Page 52: 4RANCANGAN

ANALISIS UJI DIAGNOSTIK

• Dasarnya suatu uji kai skuer – tabel 2x2• Hasil uji :

1. Sensitifitas (Sensitivity)

2. Spesifisitas (Specificity)

3. Nilai prediktif positif (Positive predictive value)

4. Nilai prediktif negatif (Negative predictive value)

5. Likehood ratio

Page 53: 4RANCANGAN

SENSITIFITAS

• Kemampuan suatu tes menyatakan hasil positif pada orang yang memang ada penyakitnya

• Sensitive test rarely miss people with disease

• To rule out disease

• The test result negative the most helpful

• Tes yang sensitif baik untuk skrining

Page 54: 4RANCANGAN

SPESIFISITAS

• Kemampuan suatu tes memberi hasil negatif pada orang yang tidak mempunyai penyakit

• Specific test rarely missclassify people without disease as diseased

• To rule in disease

• The test result positive the most heplful

• Baik untuk konfirmasi penyakit

Page 55: 4RANCANGAN

NILAI PREDIKTIF POSITIF• Proporsi kasus yang mempunyai penyakit dari

kasus dengan hasil uji positif

NILAI PREDIKTIF NEGATIF• Proporsi kasus yang tidak mempunyai penyakit

dari kasus dengan hasil uji negatif

AKURASI• Proporsi kasus “true positif” ditambah “true

negative” diantara seluruh sampel yang diperiksa

Page 56: 4RANCANGAN

Penyakit (Hasil Baku Emas)

Ya Tidak Jumlah

----------------------------------------------------------

Positif A B A + B

Hasil Uji

Negatif C D C + D

----------------------------------------------------------

A + C B + D

Page 57: 4RANCANGAN

• Sensitifitas A/(A + C)• Spesifisitas D/(B + D)• Nilai Pred. PositifA/(A + B)• Nilai Pred. Negatif D/(C + D)• Akurasi (A + D)/(A + B + C + D)• Likehood ratio : probability hasil test pada orang

dengan penyakit dibagi probability hasil test pada orang tanpa penyakit

• Prior probability – berhubungan dengan prevalence

• Posterior probability – berhubungan dengan hasil tes

Page 58: 4RANCANGAN

• Selalu ada “trade off” antara sensitivity dan specificity

• Mana yang dipentingkan tergantung tujuan uji :

- Tujuan skrining sensitivity

- Tujuan konfirmasi specifity

- Tujuan klinis keseimbangan keduanya

- Tujuan monitoring presisi tinggi

Page 59: 4RANCANGAN

RECEIVER OPERATORCHARACTERISTIC CURVE

• Grafik yang menunjukkan sensitifitas dan spesifisitas dalam cut-off point yang berbeda-beda

Page 60: 4RANCANGAN

Langkah-langkah uji diagnostik

1. Tentukan pertanyaan penelitian

2. Menetapkan tujuan uji diagnostik

3. Memilih subyek penelitian

4. Menetapkan baku emas

5. Melakukan pengukuran

6. Melakukan analisis