49851653-low-vision-5-2003.pdf

download 49851653-low-vision-5-2003.pdf

of 30

Transcript of 49851653-low-vision-5-2003.pdf

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Menurut WHO pasien low vision adalah pasien dengan penurunan fungsi

    visual setelah penanganan maksimal dan/atau setelah koreksi terbaik, pada mata

    terbaiknya kurang dari 6/18 sampai dengan persepsi cahaya atau dengan

    gangguan lapang pandang kurang dari 10o dari titik fiksasi, keadaan ini masih

    dapat diatasi dengan rehabilitasi ataupun alat bantu untuk melakukan kegiatan

    sehari-hari.1,2,6

    Ciri-ciri umum low vision ialah menulis dan membaca dalam jarak dekat,

    Hanya dapat membaca huruf berukuran besar, memicingkan mata atau

    mengerutkan dahi ketika melihat di bawah cahaya yang terang, Terlihat tidak

    menatap lurus ke depan ketika memandang sesuatu, Kondisi mata tampak lain,

    misalnya terlihat berkabut atau berwarna putih pada bagian luar.

    Walaupun low vision dapat terjadi pada berbagai usia, tetapi terutama

    terjadi pada usia lanjut.2 hal ini sebagai akibat pertumbuhan populasi dan

    pegeseran kelompok umur yang lebih tua maka jumlah penduduk yang memiliki

    risiko low vision akan meningkat. Diperkirakan bahwa 13,5 juta penduduk Amerika

    (>45 tahun) mengalami penurunan penglihatan dan lebih dari 2/3 berumur > 65

    tahun.2,3,

    Kehilangan penglihatan menempati urutan ke-3 setelah arthritis dan

    penyakit jantung sebagai kondisi-kondisi kronis yang umumnya membutuhkan

    bantuan di dalam aktivitas sehari-sehari.3

    1

  • Penyebab low vision bisa teradi secara congenital (Lebers congenital

    anaurosis) maupun acquired. 4,5,6 Age-Related macular Degeneration (AMD)

    terjadi pada 45% pasien low vision.2,3,5,7 Glaukoma dan retinopati diabetik

    merupakan penyebab yang paling sering setelah AMD.2,3,4

    Penatalaksanaan low vision yang efektif harus mempertimbangkan setiap

    tingkat fungsi individual, objektivitas visual dan alat bantu penglihtan yang

    tersedia. Penanganan low vision harus dimulai disetiap stadium saat pasien

    mengalami kesulitan mengerjakan tugas-tugas visual yang biasa. Walaupun

    umumnya terjadi perburukan gangguan penglihatan, namun intervensi dini

    memungkinkan pasien menyesuaikan diri dengan teknik-teknik baru. Prognosis

    yang tidak pasti bukan merupakan alasan untuk menunda pengobatan.7

    I.2 Tujuan

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiagnosis low vision dan

    penatalaksanaannya.

    2

  • BAB II

    ANATOMI DAN FISIOLOGI

    II.1. Anatomi Mata

    Bola mata (bulbus okuli) terdapat di dalam rongga orbita yang

    melindungi bola mata. Bola mata digerakkan oleh otot okular. Struktur lain

    yang berhubungan dengan mata yaitu otot, fasia, alis mata, kelopak mata,

    konjungtiva, dan apparatus lakrimal.4,5

    Bola mata diselubungi oleh lemak, tetapi terdapat selubung

    membranosa yang memisahkan bola mata dari lemak yaitu fascia bulbi.

    Mata terbagi menjadi dua segmen yaitu segmen anterior yang transparan

    dan merupakan 1/6 bagian bola mata dan segmen posterior yang

    merupakan 5/6 bagian bola mata. 4,5

    Struktur yang terdapat pada mata dari anterior ke posterior yaitu

    konjungtiva, kornea, sklera, iris, aquaeus humor, lensa, uvea, badan siliar,

    vitreus humor, koroid, retina, dan saraf optik. 4,5

    3

  • Gambar 1. Anatomi mata

    II.2 Fisiologi

    Melihat Jauh

    Berkas cahaya paralel masuk ke mata melalui pupil. Cahaya dibiaskan

    pada saat melalui kornea dan lensa menuju ke makula. Selama proses ini otot

    siliar dalam keadaan lemas.

    Melihat Dekat

    Untuk melihat obyek dekat secara terfokus, otot siliar mengerut pada saat

    cahaya melalui lensa. Keadaan ini meningkatkan kekuatan lensa, dan membuat

    cahaya terfokus pada makula. Sayangnya, sebagai bagian dari proses penuaan,

    lensa akan mengeras dan tidak merespon secara sama terhadap otot siliar,

    akibatnya orang memerlukan kaca mata baca.

    Jalur Penglihatan (Visual Pathways)

    Ini adalah istilah yang diberikan kepada jalur syaraf yang menghubungkan

    bagian belakang mata dengan visual cortex, yaitu bagian otak yang menafsirkan

    4

  • citra cermin yang dilihat oleh retina. Cara kerjanya sangat rumit.

    Bidang pandang masing-masing mata terbagi menjadi sisi nasal dan sisi temporal.

    Jalur penglihatan pada masing-masing sisi terdiri dari:

    - syaraf optik yang terdiri dari urat-urat halus dari bidang nasal dan temporal;

    - chiasma, yang merupakan tempat pertemuan antara syaraf-syaraf optik dari

    kedua belah mata; urat-urat halus dari masing-masing retina melintas ke sisi

    lainnya dan urat halus temporal berada pada sisi yang sama dan membentuk

    lintasan optik (optic tract), dan radiasi optik, yang menyebar ke dalam occipital

    cortex.

    Visual cortex kanan menerima informasi dari kedua bagian kiri bidang

    pandang sedangkan visual cortex kiri menerima informasi dari bagian kanan

    bidang pandang. Serabut syaraf optik dari sisi temporal bidang pandang menuju

    ke cortex pada sisi yang sama, tetapi yang dari bidang nasal menyeberang pada

    chiasma dan menuju ke cortex pada sisi yang berlawanan.

    Sesungguhnya terdapat dua jalur syaraf penglihatan utama menuju ke

    visual cortex di otak, yaitu melalui lateral geniculate nucleus (LGN), dan melalui

    superior colliculus. Analisis tentang informasi visual, misalnya yang berhubungan

    dengan warna, dimulai pada visual cortex utama. Sebagian dari informasi ini

    kemudian dikirimkan kembali ke superior colliculus. Akan tetapi, informasi ke

    superior colliculus dapat diterima langsung dari retina atau melalui LGN. Jalur

    penglihatan dari retina ke LGN disebut jalur penglihatan periferal (peripheral visual

    pathways), sedangkan jalur yang menuju ke visual cortex disebut jalur penglihatan

    sentral (central visual pathways). Ketunanetraan dapat diakibatkan oleh gangguan

    pada satu atau kedua jalur ini.

    5

  • BAB III

    LOW VISION

    III.1. Definisi Low Vision

    Dikenal istilah-istilah didalam membentuk kerangka kerja yaitu disorder,

    impairment, disability dan handicap. Istilah-istilah ini menggambarkan aspek-

    aspek yang berbeda dari kondisi-kondisi pasien dan dapat diaplikasikan pada

    sejumlah organ tubuh atau sistem, termasuk sistem visual.8

    Disoreder. Aspek ini merujuk pada perubahan anatomi atau fisiologi organ.

    Biasanya dideskripsikan dalam istilah-istilah anatomis, contohnya: kekeruhan

    kornea, katarak, sikatrik retina.8

    Impairment. Terjadi perubahan pada fungsi organ, meliputi keterbatasan

    ketajaman penglihatan, lapang pandang, sensitivitas kontras atau penglihatan

    warna. Skala pengukuran yang bervariasi telah dikembangkan untuk setiap fungsi

    ini.8

    Disability. Merujuk pada ketrampilan dan kemampuan pasien. Sebagai

    contoh, pasien dengan sikatrik kornea pada 1 mata akan mengalami kerusakan

    penglihatan pada mata tersebut tetapi pasien dapat mengerjakan tugas-tugas

    secara binokular. Disability digambarkan dalam konteks ketrampilan dalam

    kehidupan sehari-hari, kemampuan membaca, menulis dan orientasi.8

    Handicap. Merupakan konsekuensi sosioekonomi dari disability. Biasanya

    digambarkan dengan usaha keras yang harus dilakukan pasien untuk mencapai

    tujuan yang sama dengan orang-orang normal. 8

    6

  • DISORDER

    Anatomic

    changes

    IMPAIRMENT

    Functional changes

    DISABILITY

    Skills and abilities

    affected

    HANDICAP

    Socioeconomic

    consequences

    EXAMPLES

    Inflamation

    Atrophy

    Scar

    Visual acquity

    Visual field

    Contrast sensitivity

    Reading

    Writing

    Daily living

    Mobility

    Extra effort

    Loss of independent

    Bagan 1. Aspek-aspek Low Vision (from Fig 1-1: Flecther DC. Low Vision Rehabilitation Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1992, p.2)

    Definisi low vision Berdasarkan kuantitas pengukuran tajam penglihatan

    dan lapang pandang. World Health Organization (WHO) mendifinisikan low vision

    pada tahun 1992 sebagai berikut:

    A person with low vision is one has impairment of visual functioning even

    after treatment and/or standard refractive correction, and has a visual acuity of les

    then 6/18 (20/60) to light perception or a visual field of less than 10 degree from

    the point of fixation, but who uses or is potentially able to use, vision for the

    planning and/or execution of a task.

    Dari pengertian WHO di atas tentang Low Vision dapat ditangkap hal

    sebagai berikut:

    Setelah diobati dan dikoreksi dengan kacamata, masih memiliki kelainan pada

    fungsi penglihatannya.

    7

    ORGAN PATIENT

  • Ketajaman penglihatan 6/18 (20/60) sampai persepsi cahaya.

    Lapang pandangnya kurang dari 10 derajat.

    Dapat menggunakan atau berpotensi untuk menggunakan sisa penglihatannya

    dalam merencanakan dan melaksanakan tugas sehari-hari. 3

    Definisi terbaru low vision meliputi pengukuran/ pemeriksaan sensitivitas

    kontras, skotoma sentral atau parasentral3 serta keluhan peningkatan kepekaan

    terhadap cahaya, kelaianan persepsi warna, adaptasi gelap, motilitas mata dan

    fusi.7,9

    Tabel 1. Tajam penglihatan dalam notasi yang berbeda. 2Kaki Meter 4-meter LogMAR Notasi desimal

    20/10 6/3 4/2 -0.3 2.020/15 6/4.5 4/3 -0.1 1.520/20 6/6 4/4 0.0 1.020/25 6/7.5 4/5 0.1 0.820/30 6/9 4/6 0.2 0.720/40 6/12 4/8 0.3 0.520/50 6/15 4/10 0.4 0.420/60 6/18 4/12 0.5 0.320/80 6/24 4/16 0.620/100 6/30 4/20 0.7 0.220/120 6/45 4/24 0.820/150 6/60 4/32 0.920/200 6/1204/2 4/40 1.0 0.120/400 6/120 4/80 1.3 0.05

    III.2 Klasifikasi

    The International Classification of Disease, 9th Revision, Clinicil Modification

    (ICD-9-CM) membagi low vision atas 5 kategori, sebagai berikut : 3,4,8,9,10

    1. Moderate visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat

    dikoreksi kurang dari 20/60 sampai 20/160.

    2. Severe visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi

    kurang dari 20/160 sampai 20/400 atau diameter lapang pandangan adalah 20

    8

  • atau kurang (diameter terbesar dari isopter Goldmann adalah III4e, 3/100,

    objek putih)

    3. Profound visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat

    dikoreksi kurang dari 20/400 sampai 20/1000, atau diameter lapang pndangan

    adalah 10 atau kurang.

    4. Near total vision loss. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi

    20/1250 atau kurang.

    5. Total blindness. No light perception.

    III.3 Etiologi dan Gejala Klinis

    Low vision dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi

    mata dan sIstem visual. Kelainan-kelainan ini dapat diklasifikasikan menjadi 4

    bagian besar yang dapat membantu dalam memahami kesulitan dan keluhan

    pasien serta memilih dan mengimplementasikan strategi untuk rehabilitasinya.3

    Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan yaitu:

    1. Penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat

    kekeruhan media (kornea, lensa, corpus vitreous).

    2. Gangguan resolusi fokus tanpa skotoma sentralis dengan ketajaman perifer

    normal, khas pada oedem makula atau albanisme

    3. Skotoma sentralis, khas untuk gangguan makula degenerative atau inflamasi

    dan kelainan-kelainan nervus optikus.

    4. Skotoma perifer, khas untuk glaukoma tahap lanjut, retinitis pigmentosa dan

    gangguan retina perifer lainnya.5,7

    Berdasarkan data tahun 2002, jumlah populasi yang buta atau mengalami

    low vision karena efek dari penyakit-penyakit infeksi menurun, tetapi meningkat

    9

  • yang disebabkan karena kondisi-kondisi yang berhubungan dengan masa hidup

    yang lebih panjang.4

    Sebelum pasien mengalami buta total, mereka mengalami penurunan

    fungsi penglihatan yang bermakna untuk beberapa tahun.3

    Ciri-ciri umum low vision:

    1. Menulis dan membaca dalam jarak dekat

    2. Hanya dapat membaca huruf berukuran besar

    3. Memicingkan mata atau mengerutkan dahi ketika melihat di bawah cahaya

    yang terang

    4. Terlihat tidak menatap lurus ke depan ketika memandang sesuatu

    5. Kondisi mata tampak lain, misalnya terlihat berkabut atau berwarna putih pada

    bagian luar.

    III.4 Diagnosis dan Penatalaksanaan

    III.4.1 Anamnesa

    Pemeriksaan low vision dimulai dengan anamnesa yang lengkap.6

    mengidentifikasi pasien-pasien tersebut dan mencatat alamat mereka penting

    didalam pencegahan, terapi medis dan pembedahan.3

    Pasien harus ditanyai mengenai sifat, lama dan kecepatan gangguan

    penglihatan. Aktivitas-aktivitas sehari-hari yang tidak dapat dilakukan harus

    dibahas secara spesifik. Gejala awal dari penderita ini biasanya yang

    bersangkutan mengalami kesulitan untuk:

    1. Mengenali wajah teman dan orang di sekitarnya

    2. Membaca, memasak, menjahit dan mengenal alat-alat di sekitarnya

    3. Melakukan aktivitas di rumah dengan penerangan yang redup

    10

  • 4. Membaca rambu-rambu lalu-lintas, bis dan nama toko

    5. Memilih dan mencocokkan warna baju

    III.4.2 Pemeriksaan/ Evaluasi fungsi visual

    Penilaian fungsi visual merupakan kunci rehabilitasi low vision dimana

    menjadi penujuk dalam usaha-usaha memaksimalkan fungsi visual melalui

    latihan-latihan dan peresepan alat-alat bantu.8

    Pemeriksaan terhadap pasien low vision berbeda dari pemeriksaan

    ophthalmologi yang lazim diterapkan.2

    Pemeriksaan Tajam Penglihatan

    Merupakan uji yang pertama di dalam penilaian fungsi visual. Ketajaman

    penglihatan menunjukkan kemampuan pengenalan detil yang berbeda dengan

    kemampuan pengenalan benda. Aktivitas sehari-hari sering membutuhkan

    pengenalan detil seperti pengenalan wajah dan identifikasi uang.8

    Untuk pemeriksaan pasien low vision, snellen chart sering tidak

    memuaskan sehingga tidak dijadikan standar pengukuran tetapi dianjurkan

    menggunakan The Early Treatment Retinopaty Charts (ETDRS), colenbrander 1-

    m chart , Bailey-Lovie Chart, LEA chart.8

    Iluminasi standar untuk pemeriksan mata normal yaitu 100 candela/m2,

    tetapi untuk pasien low vision membutuhkan iluminasi yang lebih.8

    Ketajaman penglihatan yang telah terkoreksi maksimum diukur pada jarak

    4 m, 2 m atau 1 m dengan ETDRS, yang memiliki baris-baris (masing-masing

    dengan lima huruf). Jarak pemeriksaan 4 m digunakan untuk ketajaman

    penglihatan yang kurang dari 20/200 dan jarak pemeriksaan 1 m untuk ketajaman

    penglihatan yang kurang dari 20/400.1,7,8

    11

  • Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan-kelainan yang sangat bervariasi

    sehingga tidak spesifik tehadap suatu gangguan.8

    Gambar. 2 Low Vision Test Chart15

    Pemeriksaan Penglihatan Dekat dan Kemampuan Membaca .

    Setelah ditentukan ketajaman penglihatan jarak jauh, dilakukan pengukuran

    ketajaman pengukuran penglihatan jarak dekat (membaca). Terdapat perbedaan

    jarak standar baca. Beberapa menggunakan 33 cm (untuk 3-D add); yang lain

    menggunankan 14 inchi (35 cm, 2.86-D add) atau 40 cm (16 inchi, 2.5-D add).

    Tetapi ukuran ini tidak dapat digunakan untuk mengukur jarak baca pasien low

    vision.8

    Pemilihan uji baca yang tepat adalah penting. Kartu bacaan dengan

    ukuran-ukuran huruf yang geometrik dan dengan pencatatan ukuran symbol lebih

    disukai kerena dilengkapi dengan perhitungan. Kartu yang memenuhi standar di

    atas adalah The Minnesota Low Vision Reading Test (MNReadtest), dimana

    setiap kalimat disesuaikan jarak dan penempatannya. Colenbrander 1-m chart

    juga mempunyai segmen-segmen pembacaan yang sama. Rangkaian-rangkaian

    ini mengikuti perhitungan dan perbandingan dari kecepatan baca ketepatan

    didalam hubungannya dengan ukuran huruf.8

    12

  • Jenis uji baca lain adalah papper visual skills fir reading test, The Morgan

    Low Vision Reading Comprehension Assesment.8

    Pengukuran Sensitivitas Kontras

    Bukan merupakan indikator yang spesifik untuk masalah-maslah yang

    bervariasi di dalam sistem penglihatan. Sensitivitas kontras merupakan

    kemampuan mendeteksi benda pada kontras yang rendah.8

    Pasien akan mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari

    seperti mengendarai kendaraan di saat hujan atau kabut, menuruni tangga,

    menuangkan susu kedalam mangkuk putih.8

    Pembesaran dilakukan bila tidak dapat mengenal huruf dengan kontras

    tinggi saat membaca. Penurunan sensitivitas kontras sering ditemukan pada

    pasien makular oedem.8

    Pelli-Robson chart dan LEA low contrast chart memberikan huruf-huruf

    atau symbol-simbol yang besar dengan penurunan kontras. Alternative lain yaitu

    Bailey-Lovie chart.8

    Pendekatan lain yang lebih inovasi yaitu the SKILL card yang

    mengkombinasikan efek-efek kontras dengan iluminasi rendah. Pada salah satu

    sisi mempunyai huruf-huruf regular (huruf berwarna hitam dengan latar belakang

    putih); sisi yang lainnya mempunyai kontras yang rendah, low luminance chart

    (huruf berwarna hitam dengan latar belakang abu-abu gelap).8

    Sensitivitas kontras dapat dinilai baik secara monokular maupun binokular

    dengan Vistech Contrast Sensitivity Vision Test.1,7,12 Hilangnya sasaran frekuensi

    tinggi dan sedang adaah kesulitan membaca dengan alat bantu optis untuk low

    vision.7

    13

  • Gambar. 3 Contrast Sensitivity

    Chart 15

    Pemeriksaan lapang

    pandangan

    Perimetri makular

    merupakan salah satu

    pengukuran yang terpenting dari aspek-aspek penilaian low vision, tetapi sering

    neglected (diabaikan).

    Skotoma makular memberikan dampak mayor didalam aktivitas sehari-hari

    dan terjadi pada 83% pasien. Terdapatnya skotoma sentral atau parasentral

    menimbulkan masalah didalam kecepatan membaca dibandingkan gangguan

    pada tajam penglihtan.8

    Amsler grid digunakan untuk mencari adanya skotoma sentralis dan

    menentukan posisi dan kepadatannya serta daerah distorsinya. Perlu dicatat

    apakah distorsi yang dilihat pasien berkurang pada penglihatan binokular atau

    monokular. Apabila dengan penglihatan binokular distorsinya kurang maka pasien

    mungkin calon untuk pengunaan lensa baca mengkoreksi kedua mata daripada

    penggunaan lensa monokular biasa. Skotoma sentralis juga dapat digrafikkan

    pada layar singgung.7

    Walaupun mudah digunakan, uji Amsler Grid dan perimetri lainnya tidak

    sensitive untuk mendeteksi skotoma monokular yang kecil dan tidak akurat dalam

    menentukan perluasan skotoma. Scanning Laser Ophthalmoscope (SLO) adalah

    instumen yang lebih disukai tetapi harganya mahal.8

    14

  • Tangent screen dapat memberikan hasil yang tepat jika dilakukan oleh

    perimestrist yang ahli dan sesuai dengan protokol pengujian.8

    Perimetri makular paling baik dilakukan dengan teknik hybrid dimana

    menggunakan intesitas stimulus yang tunggak untuk seluruh lokasi uji, seperti

    perimetri kinetik, tetapi target berada pada lokasi retina yang spesifik, seperti

    perimetri statik.8

    Untuk pasien retinitis pigmentosa, lapang pandangan perifer sebaiknya

    dipriksa pada layar singgung dan untuk pasien glaukoma dan defisit neurologik

    pada perimeter Goldmann.1,7

    III.4.3 Pemilihan dan Peresepan Alat-Alat Bantu

    Alat-alat bantu optik maupun non optik dapat membantu pasien

    menggunakan sisa penglihatannya dan meningkatkan kualitas hidup pasien serta

    mengurangi ketergantungan pasien kepada orang lain.1,3

    Jenis alat bantu optik untuk low vision:

    1. Kacamata

    a. Visus kedua mata sama

    b. Jarak fokus

    c. Binokular dan monokular

    2. Kaca pembesar

    a. Membaca spot

    b. Tangkai pegang dan kaki penyangga

    3. Teleskop

    a. Melihat jauh

    b. Penampilan kurang baik

    15

  • c. Lapang pandang sempit

    d. Gangguan tata nilai ruang

    e. Perlu latihan khusus

    f. Galilean dan kaplerian

    Jenis alat bantu non optik untuk low vision:

    1. Alat bantu tulis

    2. Lampu penerangan

    a. Kontras >>

    b. Lampu pijar 60 Watt atau lampu neon 11 Watt

    3. Video pembesar

    a. Kamera dan monitor

    b. Pembesaran 140x

    c. Menggerakkan kamera atau objek

    4. Perangkat lunak komputer

    a. Zoom Text dan Jaws

    b. Tampilkan di monitor lebih besar (visual)

    c. Suara (non visual)

    d. Gabungan visual - non visual

    Low Vision Aids

    Low vision aids diperlukan bila kacamata, pembedahan dan obat-obatan

    tidak dapat menolong dalam waktu yang lama. Alat yang sudah tersedia dari yang

    sederhana sampai yang elektronik dengan berbagai pembesaran, kekuatan, dan

    kegunaan yang berbeda. Alat-alat seperti ini biasanya dipakai untuk melihat dekat,

    membaca surat, membaca koran, menonton televisi dan film, membaca menu

    restoran dan membaca label produk makanan ataupun minuman dan lain-lain,

    16

  • seperti: sistem pembesaran video, mesin baca elektronik, kaca mata baca

    mikroskopik, teleskopik baca, kaca mata teleskopik, teleskop tangan, kaca mata

    autofokus, teknologi akses untuk internet dan komputer, lampu untuk penerangan

    dan pembesaran, aplikasi suara untuk program komputer dan alat

    pembesaran/magnifiers yang terdiri dari hand magnifier dan stand magnifier. 1,9,13

    Hand Magnifier (kaca pembesar yang dipegang) penggunaannya untuk:

    a. Membaca tanda, label, harga buku

    b. Mengenali uang

    c. Mengamati benda seperti tanaman atau serangga

    d. Menulis

    Kelebihan:

    a. Mudah dibawa

    b. Tersedia kekuatan rendah sampai tinggi

    c. Murah

    d. Dapat dipakai pada posisi dan sudut apapun

    e. Memungkinkan memantulkan sinar ke tulisan atau benda

    Kekurangan:

    a. Sulit untuk menentukan jarak yang sesuai

    b. Memerlukan tangan untuk memegangnya

    c. Sulit dipegang dengan tetap

    d. Sulit untuk menulis

    e. Jarak baca dapat berubah-ubah

    Stand Magnifier (kaca pembesar dengan kaki) penggunaannya untuk :

    a. Membaca surat kabar atau buku

    b. Melihat diagram atau gambar

    17

  • Kelebihan:

    a. Memiliki jarak yang tetap untuk setiap gerakan

    b. Mudah dipakai

    c. Tersedia dari kekuatan rendah sampai tinggi

    d. Memungkinkan sinar mengenai tulisan jika kaki-kaki kecil dan sempit

    e. Dapat memakai alat bantu lain

    Kekurangan:

    a. Memerlukan tangan untuk memegangnya

    b. Tidak terpakai untuk suatu aktifitas, seperti menulis

    c. Tidak kelihatan normal

    d. Harganya mahal

    e. Perlu penyangga buku

    Kunci keberhasilan penatalaksanaan pasien low vision adalah instruksi

    pasien yang benar. Peresepan lensa tanpa instruksi yang jelas hanya berhasil

    pada 50% kasus, sedangkan dengan instruksi angka keberhasilannya meningkat

    sampai 90%.3,8

    Pasien menggunakan alat di bawah pengawasan seorang instruktur terlatih

    sampai tercapai kecakapan dan efikasi. Dilakukan pembahasan tentang mekanika

    alat-alat bantu, semua pertanyaan pasien dijawab, tujuan pemakaian alat

    diperjelas dan pasien diberi cukup waktu dalam keadaan tenang untuk mencoba

    ketrampilan yang baru mereka peroleh. Hal ini mungkin berlangsung dalam satu

    sesi atau lebih karena sebagian pasien memerlukan percobaan pemakaian alat

    bantu di rumah atau pekerjaan sebelum mereka yakin.7

    Dokter harus terbiasa dengan alat-alat yang tersedia serta keunggulan dan

    kekurangan masing-masing alat agar dapat memberi petunjuk yang sesuai bagi

    18

  • instruktur memahami bagaimana gejala penyakit dan ketajaman penglihatan

    mempengaruhi indikasi pemakaian kacamata, lensa kontak, teleskop, lensa

    intraokular dan alat-alat bantu low vision.7

    19

  • Tabel. 2 Aktivitas sehari-hari yang sangat terganggu akibat penurunan penglihatan dan saran-saran alat-alat bantu penglihatan kurang yang sesuai.Aktivitas Alat Bantu Optik Alat Bantu Non-Optikberbelanja Kaca pembesar Cahaya, petunjuk warnaMenyusun makanan kecil

    Kacamata bifokal Petunjuk warna, penyimpanan kosntan

    Makan di luar Kaca pembesar Senter, lampu mejaMembedakan uang Kacamata bifocal, kaca

    pembesarSusun dalam kompartemen-kompartemen

    Kacamata berkekuatan tinggi, kacamata bifokal, kaca pembesar, kaca pembesr berdiri, CCTV

    Cahaya, tulisan brkontras tinggi, tulisan berukuran besar

    Menulis Kaca pembesar sedang, teleskop yang dapat difokuskan, CCTV

    Cahaya, pena berujung besar, tinta hitam

    Menelpon Kaca pembesar Huruf telepon berukuran besar, catatan dengan tulisan tangan.

    Menyebrang Teleskop Tongkat, menyakan arahMencari tanda taksi dan bis

    Teleskop

    Membaca label obat Kaca pembesar Kode warna, huruf berukuran besar

    Membaca huruf di kompor

    Kaca pembesar Kode warna

    Menyesuaikan termostat

    Kaca pembesar Model dengan huruf berukuran besar

    Menggunakan komputer Kacamata warna kontras, program dengan huruf berukuran besar

    Membaca tanda Kacamata Bergerak lebih dekatMenonton pertandingan olahraga

    Teleskop Duduk dibarisan depan

    III.5 Rehabilitasi

    III.5.1 Pelayanan low vision klinis

    a. Pelatihan penggunaan alat bantu

    b. Oftalmologis, optometris, ahli rehabilitasi

    III.5.2 Pelatihan rehabilitasi

    a. Pelatihan kegiatan sehari-hari

    b. RTs, RTAs, VRAs

    20

  • III.5.3 Pelatihan orientasi dan mobilitas

    a. Pelatihan kemandirian

    b. O & M

    III.5.4 Konseling

    a. Individu atau kelompok

    b. Badan psikososial

    Low vision specialist/low vision care adalah optometri atau dokter spesialis

    mata yang telah berpengalaman untuk melakukan pemeriksaan, terapi dan

    memanajemeni pasien dengan kegagalan visus yang tidak selalu memberikan

    terapi dengan obat-obatan, pembedahan dan kaca mata/lensa kontak. Mereka ini

    mempunyai lisensi untuk memeriksa, mendiagnosa, dan merehabilitasi beragam

    penyakit yang berhubungan dengan mata. 5,8

    Tujuan utama dari rehabilitasi ini adalah untuk meminimalisasi handicap

    yang disebabkan oleh suatu kelainan. Visual impairment ini diminimalisasi dengan

    pengobatan medis yang teratur dan pembedahan pada mata, sedang visual

    disability direduksi dengan pemakaian alat bantu dan terapi latihan dan visual

    induced handicap direduksi dengan intervensi oleh petugas rehabilitasi profesional

    3,5,7

    Sejumlah rehabilitasi profesional mengadakan layanan untuk pasien low

    vision termasuk terapi okupasi (occupational therapists/OTs), spesialis orientasi

    dan mobilisasi (O&M), guru rehabilitasi dan asisten untuk low vision. Dokter

    spesialis mata selayaknya mengetahui keberadaan layanan lokal ini untuk

    memberikan rujukan 1,2,5,10

    Terapi okupasi membantu orang yang mempunyai hambatan (handicaps).

    Terapi ini membantu pasien agar dapat hidup mandiri dan mengisi kehidupan

    21

  • dengan aktivitas, dengan memberikan keahlian. Spesialis orientasi dan mobilisasi

    membantu pasien dengan kesulitan berjalan/beraktifitas dihubungkan dengan

    kehilangan penglihatan, lewat pendidikan dan pelatihan keahlian, aktivitas mandiri

    dilatih dan dijaga. Guru rehabilitasi membantu pasien dengan mengasah keahlian

    yang dihubungkan dengan aktifitas sehari-hari. Asisten pada pasien low vision

    adalah orang yang khusus untuk melatih pasien low vision (ophthalmic medical

    personal/OMP), maka OMP tidak berperan sendiri, pada tempat pelayanan primer

    OMP ini sebagai asisten dokter spesialis mata di klinik maupun di kantor. 2,4,6,11

    Pasien dapat dilatih agar dapat mengembangkan kemampuan untuk

    mengefektifkan penglihatannya dengan memakai alat bantu sebelumnya.

    Kemampuan ini meliputi scanning, tracing, spotting, dan trakking. 1,2,8

    Scanning adalah kumpulan informasi visual dengan pergerakan mata atau

    kepala. Terapis mengajak pasien untuk memandang dengan sistematis daripada

    secara acak. 2.4

    Tracing adalah kemampuan untuk menentukan letak garis lingkungan

    sekitar, melalui scanning dan kemudian mengikuti garis visual. Mengenali pinggir

    jalan sampai lampu lalu-lintas dan membiarkan pasien untuk menyebrang dengan

    aman, merupakan salah satu contoh tracing 2,7,10

    Spotting kemampuan untuk mempertahankan fiksasi pada sebuah target

    sampai dapat dikenali. Seseorang melihat orang (scan) dengan tinggi 10-20 kaki

    dan yang dilihat (spot) hanya sebagian, merupakan salah satu contoh spotting.

    Guna mempertahankan fiksasi maka pasien dapat menggunakan alat bantu

    seperti teleskop untuk membaca tanda. 4,7,9

    22

  • Tracking adalah kemampuan mengikuti pergerakan obyek lewat mata dan

    atau pergerakan kepala, sebagai contoh adalah membiarkan pasien mengikuti

    pergerakan bus sampai busnya berhenti 3,7,15

    Memahami kemampuan ini dan mengerti perluasan dari skotoma atau

    kehilangan lapangan pandang, pasien low vision menggunakan kemampuan

    mereka untuk mengenali obyek atau orang. Alat bantu penglihatan akan

    memberikan keberhasilan dari kemampuan dasar ini 2,14

    Lingkungan rumah biasanya familier dan relatif statis. Orang dengan low

    vision cenderung mudah untuk mengitari rumah mereka, pengaturan cahaya dan

    kontras, penambahan alat bantu dengan perabaan dapat meningkatkan

    keamanan dan fungsinya. Meningkatkan penerangan pada tangga dan bagian

    tempat kerja (seperti dapur atau tempat laundri) menurunkan resiko trauma dari

    jatuh dan kecelakaan. Kontras yang maksimal dapat membantu aktivitas sehari-

    hari menjadi lebih mudah. Alat bantu perabaan, seperti tombol kompor atau

    tombol telepon, akan membantu aktivitas rutin sehari-hari 3,5,12

    Lingkungan luar rumah cenderung kurang dikenali oleh pasien dan lebih

    mudah berubah. Ini merupakan penyulit, bahkan mustahil, untuk memodifikasi

    lingkungan. Aktivitas luar rumah menjadi perubahan yang bermakna untuk pasien

    ini, maka dari itu kebanyakan pasien cenderung menarik diri dari lingkungan luar

    dan dengan resiko sosialisasinya terganggu. 2,8,17

    III.6 Low Vision pada Anak Remaja

    Kebanyakan pasien low vision pada orang dewasa disebabkan oleh

    penyakit pada mata, mereka memerlukan bantuan pada melihat/membaca yang

    merupakan hal yang penting untuk kehidupan sosial mereka. Anak dengan low

    23

  • vision memerlukan bantuan untuk dilatih walau visusnya jelek atau tidak ada

    visus. Kebanyakan anak-anak ini juga mengalami gangguan fisik dan mental yang

    juga menentukan keberhasilan pembauran dengan lingkungan

    sekitarnya/masyarakat. Keberhasilan pembauran ini dalam perkembangannya

    memerlukan intervensi berbeda sesuai dengan umur, penting untuk diperhatikan

    kebutuhan tiap kelompok anak. 1,5,12

    III.7 Infan (balita/kanak-kanak)

    Dokter spesialis mata memegang peranan penting pada pemeriksaan dan

    penatalaksanaan pada anak yang dicurigai menderita low vision. Diagnostik yang

    tepat dan prognostik yang realistik akan menolong untuk menentukan panduan

    untuk merencanakan rehabilitasi. Anak yang buta atau akan menjadi buta

    sebaiknya dilatih untuk menggunakan huruf Braille dan dibantu oleh sebuah tim

    yang terdiri dari ahli pediatrik, terapis dan rehabilitasi (orientasi dan mobilitas),

    intervensi ini bersifat individual, tiap anak mempunyai perbedaan dalam

    kapabilitas dan perubahannya. 2,10,12

    III.8 Anak Prasekolah

    Anak yang tumbuh memiliki keinginan dan kebutuhan yang berkembang.

    Anak memerlukan pelatihan orientasi dan mobilitas sedini mungkin. Pengenalan

    alat pembesar yang dapat dipegang dengan tangan (handheld magnifier) pada

    masa ini biasanya dengan baik dapat diterima. CCTV yang membantu penglihatan

    orang dewasa, juga pada anak sekaligus merupakan wadah untuk mendidik anak.

    Teleskop untuk melihat jarak yang jauh dapat diterima oleh anak sehingga anak

    dapat mengeksplorasi dunia di sekitarnya. 3,7,11

    24

  • III.9 Anak Sekolah

    Alat untuk membantu pasien low vision tersedia juga untuk anak yang

    sudah sekolah. Teleskop tangan diperlukan oleh mereka untuk melihat papan

    tulis. Pembesaran yang dapat dipegang dengan tangan dan yang berdiri

    diperlukan untuk membaca dan menulis baik di rumah maupun di sekolah. CCTV

    atau komputer dengan huruf yang besar, dapat berguna untuk memberikan

    petunjuk. 4,11,13

    Anak yang sudah beranjak dewasa baik laki-laki ataupun perempuan

    biasanya akan mengekspresikan cita-citanya. Orang tua dan tim rehabilitasi

    penglihatan diperlukan untuk menghadapi ini, sebab keberhasilan program

    rehabilitasi ini tergantung pada partisipasi aktif yang berkelanjutan dari si anak itu

    sendiri. 6,14

    III.10 Remaja

    Penggunaan alat bantu low vision pada pasien remaja biasanya ditolak

    oleh mereka. Tekanan, persepsi dapat mempengaruhi mereka dalam pemilihan

    alat bantu untuk penglihatan mereka agar mereka dapat kelihatan normal.

    Komunikasi yang baik dan memahami perasaan sensitif mereka terhadap hal ini

    merupakan cara untuk memaksimalkan fungsi penglihatan mereka dan

    meminimalkan gangguan kosmetik yang terjadi dengan pemakaian alat ini,

    contoh, teleskop tangan lebih disukai daripada kacamata teleskop. 7,13

    Alat bantu untuk pasien low vision tidak akan mengurangi hambatan

    penglihatan pasien, kecuali jika alat ini digunakan agar penglihatan mereka efektif.

    Hal ini akan bergantung pada motivasi mereka untuk beradaptasi, tercapainya

    25

  • kemampuan untuk memaksimalkan penglihatan mereka dengan atau tanpa alat

    bantu, memanipulasi lingkungan rumah, yang tentunya dibantu oleh orang yang

    profesional dalam merehabilitasi penglihatan 4.7.10

    Orang dewasa dengan kehilangan penglihatan ini mengalami juga

    gangguan psikologis sebagai respon keadaan mereka. Sejalan dengan waktu

    intervensi dan pendekatan, kebanyakan pasien akan termotivasi untuk

    memaksimalkan penglihatannya. Kuncinya adalah berempati terhadap

    ketidakmampuan penglihatannya dan kemampuan penglihatannya yang ada saat

    ini. 5,8,11

    Anak-anak cenderung dapat menerima status penglihatannya dan tidak

    mengalami hambatan mengenai motivasi. Remaja perlu perjuangan, tetapi lebih

    baik jika mereka dikumpulkan dalam satu kelompok dengan remaja lain dengan

    low vision juga. 2,7,9

    26

  • BAB IV

    KESIMPULAN

    World Health Organization (WHO) mendifinisikan low vision pada tahun

    1992 adalah pasien dengan penurunan fungsi visual setelah penanganan

    maksimal dan/atau setelah koreksi terbaik, pada mata terbaiknya kurang dari 6/18

    sampai dengan persepsi cahaya atau dengan gangguan lapang pandang kurang

    dari 10o dari titik fiksasi, keadaan ini masih dapat diatasi dengan rehabilitasi

    ataupun alat bantu untuk melakukan kegiatan sehari-hari.1,2,6

    Gejala awal dari pasien low vision ini biasanya yang bersangkutan

    mengalami kesulitan untuk mengenali wajah teman dan orang di sekitarnya,

    membaca, memasak, menjahit dan mengenal alat-alat di sekitarnya, melakukan

    aktivitas di rumah dengan penerangan yang redup, membaca rambu-rambu lalu-

    lintas, bis dan nama toko, memilih dan mencocokkan warna baju.

    Pemeriksaan untuk mendiagnosis low vision meliputi riwayat lengkap

    penyakit penderita , riwayat pengobatan sebelumnya, hal yang bersifat khusus

    seperti: penglihatan saat membaca, saat di dapur, saat menonton televisi, ada

    tidak masalah dengan intensitas cahaya, penglihatan saat bepergian, saat di

    tempat kerja, di sekolah dan lain-lain.1,6,9 Komponen yang biasanya diukur pada

    orang dengan mengalami defisit visual adalah pemeriksaan tajam penglihatan,

    pemeriksaan penglihatan dekat dan kemampuan membaca, pengukuran

    sensitivitas kontras dan pemeriksaan lapang pandangan.

    Kunci keberhasilan penatalaksanaan pasien low vision adalah instruksi

    pasien yang benar. Peresepan lensa tanpa instruksi yang jelas hanya berhasil

    27

  • pada 50% kasus, sedangkan dengan instruksi angka keberhasilannya meningkat

    sampai 90%.3,8

    28

  • Daftar Pustaka

    1. Faye EE. Low Vision. Duanes Clinical Ophthamology, Volume 1, Chapter 46,

    2004, p.1-46

    2. Low Vision, 2008, available at:

    http://kellog/umich.edu/patientcare/conditions/lowvision.html

    3. American Academy Of Ophthamology. Vision Rehabilitattion. Clinical Optics,

    Secsion 3, Chapter 8, 2008-2009, p.243-267

    4. Low Vision, 2008, available at: http://en.wikipwedia.org/wiki/lowvision

    5. How to Cope with Low Vision. Available at:

    http://www.allaboutvision.com/lowvision.html

    6. Low Vision Rehabilitation. Available at: http://www.avclinic.com/lowvision.html

    7. Faye EE. Penglihatan Kurang. Oftalmologi Umum. Edisi 14, Bab 22, p.415-423

    8. Flecther DC. Low Vision rehabilitation. Ophthamology Monographs, American

    Academy of Ophthamology, 1999, p.1-133

    9. Kageyama JY, Chun MW. Video-Based Low Vision Devicecs. Duanes Clinical

    Ophthamology, Volume 1, Chapter 46A, 2004, p.1-8

    10.Khurana AK. Community Ophthalology. Comprehensive Ophthamology, Fourth

    Edition, Chapter 20, p,443-444

    11.American Academy of Ophthamology. Optics of Human Eye. Clinical Optics,

    Section 3, Chapter 3, 2008-2009, p.105-115

    12.Chang DF. Pemeriksaan Oftalmologik. Oftalmologi Umum. Edisi 14, Bab 2,

    p.52

    13.Living With Low Vision. Available at: http://www.lowvisioninfo.org/living.html

    29

  • 14.Low Vision Rehabilitation. Available at:

    http://www.drdavidnelson.com/lowvision.html

    30