49-132-1-SM

download 49-132-1-SM

of 8

Transcript of 49-132-1-SM

  • 7/22/2019 49-132-1-SM

    1/8

    63Efek Hipokolesterolemia Angkak, Tempe dan Bekatul

    Perbedaan Efektifitas Bekatul, Tepung Tempe dan Angkak

    dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Total Darah

    Effectiveness Difference between Rice Barn, Tempe Powder, and

    Angkak for Reducing Level of Blood Cholesterol.

    Rista Arianti1, Virani Rizatania1 , Minidian Fasitasari2, Hadi Sarosa3

    ABSTRACK

    Background: High cholesterol is one of the risk factors for cardiovascular disease. Bekatul (rice bran), tempe

    and angkak has been used medically to lower the level of cholesterol. This study was conduted to compare the

    effectiveness of those three alternative diets for the total blood cholesterol.

    Design and Method: Randomizedposttest only control group study was used in this study. Galur Wistar rats

    were divided into 5 groups: KI (negative control feed on standard diet and aquadest for 14 days), KII (positive

    control group feed on standard diet and cows brain for 14 days), K III (feed on standard meal, aquadest, cows

    brain and rice bran 0,54 gr daily for 14 days), KIV (feed on standard meal, aquadest, cows brain and tempe

    powder 2,025 gr/150 gr BM daily for 14 days), KV (feed on standard meal, aquadest, cows brain and angkak43 mg/BM for 21 days). The One Way ANOVA was used to analyze the differences between bekatul (rice bran),

    tempe and angkak and the differences between groups were analyzed by Tukey test.

    Results:The means of total blood cholesterol for the five groups were K-I 55.36 + 1.66 mg/dl, K-II 71.35 + 3.72

    mg/, K-III 54.16 + 2.97 mg/dl, K-IV 57.17 + 5.46 mg/dl, and K-V 69.48 4.44. There was a significant difference

    between groups (p< 0.000). The Tukey Post Hoct ANOVA resulted that there was a significant difference between

    bekatul and angkak group (p0.05).

    Conclusions: Rice bran is more effective to lower cholesterol concentration in the blood than tempe powder

    and angkak, (Sains Medika, 1 (1) : 63-70).

    Keywords: angkak powder, total blood cholesterol, rice barn, tempe powder

    ABSTRAK

    Pendahuluan:Kadar kolesterol yang tinggi merupakan salah satu risiko penyakit kardiovaskuler. Bekatul, tempe

    dan angkak dapat digunakan untuk alternatif diet karena terbukti mampu menurunkan kadar kolesterol darah.

    Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan efektifitas bekatul, tepung tempe, dan tepung angkak dalam

    menurunkan kadar kolesterol-total darah.

    Metode Penelitian: Penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design ini

    menggunakan tikus jantan galur Wistar dibagi 5 kelompok secara random. K-I sebagai kontrol negatif (pakan

    standar dan aquadest) selama 14 hari, K-II diberi pakan standar, aquadest dan otak sapi sebagai kontrol positif

    selama 14 hari, K-III diberi pakan standar, aquadest, otak sapi dan bekatul 0,54 gram/ekor/hari selama 14

    hari, K-IV diberi pakan standar, aquadest, otak sapi dan tepung tempe 2,025 gram/150 gramBB/hari selama 14

    hari, K-V diberi pakan standar, aquadest, otak sapi dan angkak 43 mg /ekor/hari selama 21 hari.

    Hasil Penelitian:Hasil rerata kadar kolesterol-total darah yaitu K-I 55,36 + 1,66 mg/dl, K-II 71,35 + 3,72 mg, K-

    III 54,16 + 2,97 mg/dl, K-IV 57,17 + 5,46 mg/dl, K-V 69,48 4,44. Hasil analisis dengan uji one way Anova

    menunjukkan terdapat perbedaan kadar kolesterol-total darah antar berbagai kelompok (p

  • 7/22/2019 49-132-1-SM

    2/8

    64 Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari Juni 2009

    PENDAHULUAN

    Kolesterol diperlukan oleh tubuh manusia untuk menjaga fluiditas membran sel,

    komunikasi antar sel, pembuatan berbagai jenis hormon dan vitamin D (Mayes et al.,

    2001). Kolesterol yang berlebih dalam darah bisa menyebabkan masalah jangka panjang

    seperti aterosklerosis hingga penyakit kardiovaskuler (Widowati, 2007).

    Penelitian Interheart tahun 2004 seperti yang dikutip oleh Bull & Morrel (2007)

    pada 52 negara yang mencakup 30.000 orang menunjukkan bahwa hampir 50% serangan

    jantung dapat dikaitkan dengan kadar kolesterol darah yang abnormal. Orang dengan

    kadar kolesterol yang abnormal, tiga kali lebih mudah mendapat serangan jantung dan

    penyakit kardiovaskuler lain dibandingkan mereka yang memiliki kadar kolesterol normal.

    Pada tahun 2003 di Inggris lebih dari 114.000 orang meninggal akibat penyakit jantung

    koroner, 233.000 orang meninggal akibat penyakit kardiovaskuler dan 259.500 orang

    mengalami serangan jantung.

    Dalam beberapa program penelitian ilmiah, kadar kolesterol berkurang karena

    pengaturan susunan menu dan karena pemberian obat (Herslet, 2007). Orang yang

    memiliki kadar kolesterol total kurang dari 4 mmol/L, LDL kurang dari 2 mmol/L serta

    orang yang memiliki risiko tinggi penyakit kardiovaskuler perlu perhatian lebih dalam

    pemberian terapi, baik terapi obat dan terapi diet. Penelitian tentang bahan makanan

    yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk menurunkan kadar kolesterol darah telah

    banyak dilakukan (Bull & Morrel, 2007). Mahalnya obat penurun kolesterol dan belum

    terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat memungkinkan dikembangkannya

    pemanfaatan bahan makanan tradisional untuk menunjang pemakaiaan obat modern.

    Astawan dan Wresdiyati (2004) melaporkan bahwa bekatul, tempe, dan angkak

    memenuhi syarat sebagai bahan makanan tradisional penurun kadar kolesterol darahkarena terbukti berkhasiat dan aman.

    Bekatul mengandung serat pangan (dietary fiber) dan komponen bioaktif fitosterol

    yang berguna sebagai zat hipokolesterolemik atau dapat menurunkan kadar kolesterol

    darah. Efek hipokosterolemik bekatul pada kelinci dengan dosis 15-60 gram/hari selama

    14 hari. Pemberian bekatul selama tiga hari berturut-turut dengan dosis 15 gram/hari

    terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol darah hampir 40%, sebanding dengan

  • 7/22/2019 49-132-1-SM

    3/8

    65Efek Hipokolesterolemia Angkak, Tempe dan Bekatul

    Atromida-S (obat anti hiperlipidemia) 400 mg/kg BB. Dosis konsumsi bekatul yang

    dianjurkan untuk menurunkan hiperkolesterolemia adalah 30 gram/hari atau 2 kali 1

    sendok makan per hari (Damayanthi et al., 2007).

    Tempe kedelai merupakan alternatif diet karena di dalam tempe mengandung

    dua substansi yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah, yaitu isoflavon dan

    serat (Cahyadi, 2007). Arsiniati dan Tjokroprawito (1996) melaporkan bahwa pemberian

    tempe 150 gram/hari selama dua minggu pada 75 pasien (umur 40-65 tahun) dengan

    kadar kolesterol-total darah >220 mg/dl dan trigliserida >175 mg/dl terbukti menurunkan

    kadar kolesterol-total darah 8,38% dan trigliserida 9,19%.

    Efek hipokolesterolemia angkak disebabkan oleh kandungan serat dan senyawa

    bioaktif Monokolin K yang mirip dengan obat penurun kolesterol levostatin. Pemberian

    angkak 2,4 gram per hari terbukti dapat menurunkan kolesterol total sebesar 16,8 %,

    LDL kolesterol 22,3 %, dan trigliserida 13,3 % pada pasien hiperkolesterolemia (> 230

    mg/dl). Novianto (2008) melaporkan bahwa pemberian angkak 20 mg/hari dan 40 mg/

    hari selama 21 hari pada tikus yang diberi diet tinggi kolesterol menunjukan penurunan

    kadar kolesterol-total darah sebesar 13% dan 26%. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu

    dilakukan penelitian mengenai perbedaan efektifitas antara bekatul, tepung tempe dan

    tepung angkak dalam menurunkan kadar kolesterol total darah.

    METODE PENELITIAN

    Tikus jantan galur Wistar dibuat hiperkolesterolemia dengan cara diberi pakan

    standar yang dicampur dengan otak sapi 25 gram/hari/kandang dari total pemberian

    pakan campuran 100 gram/hari/kandang atau setara dengan 500 mg kolesterol. Tikus

    dibagi menjadi 5 kelompok secara random. K-I sebagai kelompok kontrol negatif yanghanya diberi aquadest. K-II sebagai kelompok kontrol positif diberi perlakuan pakan

    standart, aquadest, dan otak sapi. K-III diberi perlakuan pakan standart, aquadest, otak

    sapi dan bekatul 0,54 gram/ekor/hari. Dosis pemberian bekatul merupakan hasil konversi

    dari dosis yang dianjurkan untuk menurunkan hiperkolesterolemia 30 gram/hari atau 2

    kali 1 sendok makan per hari (Damayanthi et al., 2007). K-IV diberi pakan standart,

    aquadest, otak sapi, dan tepung tempe 2,025 gram/150 gramBB/hari. Dosis pemberian

  • 7/22/2019 49-132-1-SM

    4/8

    66 Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari Juni 2009

    tepung tempe merupakan hasil konversi pada tikus dengan berat badan 150 gram dari

    dosis manusia 150 gram/hari (Donatus et al., 1992). K-V diberi pakan standart, aquadest,

    otak sapi, dan angkak 43 mg/ekor/hari. Dosis pemberian angkak merupakan hasil konversi

    dari dosis manusia sebesar 2,4 gram perhari. Kadar kolesterol total darah pada tikus

    kelompok K-I, K-II, K-III, K-IV diukur setelah 14 hari sedangkan K-V diukur setelah 21 hari.

    Kadar kolesterol darah dianalisa dengan uji laboratorium enzimatik metode CHOD-PAP

    (Kusumawati, 2004). Data kadar kolesterol total yang diperoleh diuji normalitas dengan

    metode Saphiro-Wilk dan uji homogenitas dengan Lavene test. Apabila nilai p>0,05

    menunjukkan data terdistribusi normal dan varian data homogen. Perbedaan penurunan

    kadar kolesterol-total darah antar kelompok perlakuan dianalisa menggunakan uji

    parametrik One Way ANOVAdan dilanjutkan dengan uji Post Hoct Tukey.

    HASIL PENELITIAN

    Perbedaan efektifitas bekatul, tepung tempe, dan tepung angkak terhadap

    penurunan kadar kolesterol-total darah dapat dilihat dari rerata kadar kolesterol-total

    darah pada kelima kelompok perlakuan, sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Hasil uji

    One Way ANOVAmenunjukkan terdapat perbedaan rerata kadar kolesterol darah antar

    berbagai kelompok perlakuan (p 0,05).

    Tabel 1. Hasil rerata kadar kolesterol-total darah

    PEMBAHASAN

    Pemberian bekatul 0,54 gram/ekor per hari, tepung tempe 2,025 gram/150

    gramBB per hari selama 14 hari pada tikus yang diberi pakan tinggi kolesterol dengan

  • 7/22/2019 49-132-1-SM

    5/8

    67Efek Hipokolesterolemia Angkak, Tempe dan Bekatul

    otak sapi dapat menurunkan kadar kolesterol total darah. Fitosterol dalam bekatul dapat

    menurunkan kadar kolesterol dengan menghambat absorpsi kolesterol dari makanan,

    dan menghambat reabsorbsi kolesterol asam empedu dengan cara memodifikasi Asetil

    Ko-A karboksilase dan aktifitas 7-dehidroksilase sehingga terjadi peningkatkan ekskresi

    asam empedu melalui feses. Hal ini menyebabkan jumlah asam empedu berkurang

    sehingga akan meningkatkan pembentukan asam empedu baru dari kolesterol yang ada

    di dalam darah (Silalahi, 2008). Tempe mengandung isoflavon yang dapat menurunkan

    penyerapan kolesterol dan asam empedu pada usus halus demi menginduksi peningkatan

    ekskresi fekal asam empedu dan steroid dengan cara meningkatkan aktivitas reseptor

    LDL. Hal ini mengakibatkan hati lebih banyak merubah kolesterol dalam tubuh menjadi

    empedu sehingga terjadi peningkatan kecepatan penurunan kolesterol darah (Koswara,

    2006).

    Pemberian angkak dengan dosis 43 mg/hari selama 21 hari pada tikus yang diberi

    pakan tinggi kolesterol dengan otak sapi juga menunjukkan penurunan kadar kolesterol

    total darah. Hal ini disebabkan karena angkak mengandung bioaktif Monokolin K, mirip

    dengan obat penurun kolesterol lovastatin. Monokolin K mampu menurunkan

    menghambat kerja enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl CoA reductase (HMG-CoA

    reductase), sehingga proses sintesis (pembentukan) kolesterol terhambat dan pada

    akhirnya kadar kolesterol darah menurun (Tisnadjaja, 2006).

    Bekatul lebih efektif dalam menurunkan kadar kolesterol darah dibandingkan

    dengan tepung tempe dengan tepung angkak. Hal ini dimungkinkan karena kandungan

    serat dalam bekatul lebih tinggi dari keduanya, yaitu 12,52 gram serat tiap 100 gram

    bekatul (Hubeis, 1997), sedangkan tempe mengandung serat 1,4 gram/100 gram (Cahyadi,

    2007) dan 70 gram tepung angkak menghasilkan 3,5 gram. Serat pangan mengikat asamempedu di dalam saluran pencernaan sehingga menurunkan penyerapan kembali asam

    empedu oleh dinding usus halus karena terbuang bersama dengan feses. Hal ini

    menyebabkan jumlah asam empedu berkurang sehingga akan meningkatkan

    pembentukan asam empedu baru dari kolesterol yang ada di dalam darah. Pengikatan

    asam empedu menyebabkan penyerapan lemak dalam usus terganggu (Astawan &

    Wresdiyati, 2004).

  • 7/22/2019 49-132-1-SM

    6/8

    68 Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari Juni 2009

    Pemberian angkak dengan dosis 43 mg/hari selama 21 hari belum dapat

    menurunkan kolesterol hingga batas normal, hal ini diduga karena kurangnya waktu

    perlakuan. Penelitian Wang (2000) yang melibatkan 46 orang pasien kadar kolesterol

    tinggi (> 230 mg/dl) yang dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama terdiri dari

    188 pria dan 136 wanita dengan usia rata-rata 56 tahun yang menerima pemberian angkak

    dengan dosis 1,2 g/hari dan kelompok lain diberi plasebo. Setelah 8 minggu perlakuan

    terdapat penurunan kolesterol total sebesar 22,7%, LDL kolesterol 31% dan trigliserida

    34%, sementara HDL meningkat sebesar 20%.

    Pemberian pakan dalam bentuk pellet memungkinkan terjadinya bias karena dosis

    yang masuk dalam tubuh tidak optimal, hal ini ditunjukan dengan adanya rerata sisa

    pakan setiap hari yaitu K-I 6,142 gram, K-II 20,678 gram, K-III 24,55 gram dan K-IV 30, 892

    gram, K-V 26,095 gram, hal ini menunjukan bahwa makin banyak sisa pakan maka makin

    sedikit yang mempengaruhi kadar kolesterol sehingga makin sedikit pula yang diserap

    oleh tubuh tikus. Perawatan beberapa tikus dalam satu kandang membatasi ruang gerak

    tikus dan memungkinkan terjadinya perebutan makanan sehingga perlu dilakukan

    penelitian dengan perawatan satu tikus satu kandang. Kelompok kontrol tidak selalu

    menjadi harga normal yang baku sehingga perlu penelitian dengan menggunakan

    rancangan penelitian lain.

    KESIMPULAN

    Pemberian bekatul dengan dosis 0,54 gram/ekor per hari, tepung tempe 2,025

    gram/150 gramBB per hari dan tepung angkak 43 mg/hari menunjukkan penurunan kadar

    kolesterol total darah. Di lihat dari rerata bekatul menunjukan kadar kolesterol total darah

    yang lebih rendah dibandingkan tepung tempe dan tepung angkak.

    SARAN

    Penelitian lanjutan dengan perlakuan yang sama menggunakan metode pre

    posttest controlled group design dan memperpanjang waktu perlakuan perlu dilakukan.

    Hewan uji tikus sebaiknya dipelihara dalam kandang individual agar tidak terjadi rebutan

    makanan, sehingga makanan yang masuk pada tubuh tikus dapat dikontrol.

  • 7/22/2019 49-132-1-SM

    7/8

    69Efek Hipokolesterolemia Angkak, Tempe dan Bekatul

    DAFTAR PUSTAKA

    Arsiniati, M.B.A. dan Tjokroprawito, A., 1996, The effect of tempeh (soybean cake) andtempeh formula on lipid profile of hyperlipidaemic patients, The 5 thInternational

    Symposium on Clinical Nutrition, Healthy Eating Club website &Asia Pacific Journalof Clinical Nutrition, 5 (4), http://apjcn.nhri.org.tw/server/APJCN/Volume5/vol5.4/vol5n4s2p4.html, Dikutip tanggal 22.07.2008.

    Astawan, M. dan Wresdiyati, T., 2004, Diet Sehat dengan Makanan Berserat, TigaSerangkai, Solo, hal. 1.

    Bull, E. dan Morell, J., 2007, Kolesterol, Erlangga, Jakarta, hal. 26-28, 45-46.

    Cahyadi, W., 2007, Kedelai Khasiat dan Tekhnologi, Cetakan I, Bumi Aksara, Jakarta, hal.41-47.

    Damayanthi, E.,Tiong ,T.L., and Arbianto, L., 2007,Rice Bran, Cetakan I, Penerbit Plus,Bandung, hal. 29-48.

    Donatus, A. I., Suhardjono, D., Nurlaila., Sugiyanto., Hakim, L.,Wahyono, D., dan Mulyono,1992, Petunjuk Praktikum Toksikologi, Laboratorium Farmakologi dan ToksikologiFakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta, hal.4.

    Herslet, L., 2007, Kolesterol, Kesaint Blanc anggota IKAPI, Jakarta, hal. 35, 66.

    Hubeis, M., 1997, Mempelajari Pemanfaatan Bekatul dalam Formula Pembuatan RotiManis dan Biskuit Berserat Tinggi, Buletin Tekhnologi dan Industri Pangan, Volume

    VIII No. 3.

    Koswara, S., 2006, Isoflavon, Senyawa Multi-manfaat Dalam Kedelai, Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor, http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/ISOFLAVON,%20ZAT%20MULTI%20MANFAAT%20%20DALAM%20KEDELAI.pdf,Dikutip tanggal 21.02.2008.

    Kusumawati, D., 2004,Bersahabat Dengan Hewan Coba, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta, hal. 73.

    Mayes, P.A., Rodweell, V. W., Granner, D, K., and Murray, R.K., 2003, Biokimia Harper,

    Cetakan I, Edisi XXV, EGC, Jakarta, hal. 270-290.

    Novianto, A., 2008, Pengaruh Ekstrak Angkak Terhadap Kadar Kolesterol Darah, KaryaTulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung, Semarang.

    Silalahi, J., 2008, Fitosterol dalam Margarine: Cara Efektif Menurunkan Kolesterol,Laboratorium Kimia Bahan Makanan Jurusan Farmasi Fakultas MIPA UniversitasSumatera Utara, http://abichan.wordpress.com, Dikutip tanggal 22.07.2008.

    Tisnadjaja, D., 2006, Bebas Kolesterol dan Demam Berdarah dengan Angkak, Cetakan I,Penebar Swadaya, Jakarta, hal. 3 11,17,26 31,43 47.

  • 7/22/2019 49-132-1-SM

    8/8

    70 Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari Juni 2009

    Wang, E.J., 2000, Production of The secondary Metabolites C-Aminobutyric acid andMonacolin K by Monacus, http://www.fao.org/DOCREP/x5483E.html, Dikutiptanggal 19.01.2008.

    Widowati, W., 2007, Peran Antioksidan Sebagai Agen Hipokolesterolemia, PencegahOksidasi Lipid dan Aterosklerosis, Majalah Kedokteran Damianus Vol. 6 (3), 227.