48889717-CASH-FLOW
-
Upload
andri-pernandes-panjaitan -
Category
Documents
-
view
905 -
download
8
Transcript of 48889717-CASH-FLOW
TUGAS AKHIR
ANALISIS PERENCANAAN CASH FLOW OPTIMAL
(Studi Kasus Pembangunan Gedung Instalasi Rawat Jalan RS DR. Sardjito)
DISUSUN OLEH :
ANDY SRI PURWO ANGGORO NIM. 01 511 101
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2008
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... viii
INTISARI ............................................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... ......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .. ................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian... .................................................................... 3
1.4. Batasan Masalah... ..................................................................... 3
1.5. Manfaat Peneltian........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………….…………………………. 6
2.1 Analisis Perencanaan Cash Flow Optimal Memanfaatkan Float
Time pada Proyek Pembuatan Tanggul Sungai Serang Kulon
Progo......................................................................................... 6
2.2 Analisis Perencanaan Cash Flow Optimal dengan Memanfaatkan
Float Time (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Gedung Kuliah
Unit III Universitas Sanata
Dharma).................................................................................... 7
v
2.3 Analisis Perencanaan Cash Flow Optimal dengan Memanfaatkan
Float Time pada Jembatan
Kaligareng................................................................................ 7
BAB III LANDASAN TEORI………………….…………………………. 9
3.1 Pengertian................................................................................ 9
3.2 Profil Biaya dan Pendapatan.................................................... 10
3.3 Penjadwalan Waktu................................................................. 15
3.4 Analisis Cash Flow.................................................................. 28
BAB IV METODE PENELITIAN………………….…………………………. 39
4.1 Materi Penelitian.......................................................................... 39
4.2 Objek Penelitian.......................................................................... 39
4.3 Jenis Data.................................................................................... 40
4.4 Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 40
4.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data......................................... 40
4.6 Bagan Alir Pemecahan Masalah.................................................. 41
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN……………………………………. 43
5.1 Deskripsi Umum Proyek............................................................... 43
5.2 Data RAB Proyek......................................................................... 43
5.3 Analisis Data ................................................................................ 47
5.4 Pembahasan .................................................................................. 82
vi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………... . 60
6.1 Kesimpulan................................................................................... 93
6.2 Saran.............................................................................................. 93
Daftar Pustaka
Lampiran
vii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3.1. Kurva “S” 17
Gambar 3.2. Menghitung ES dan EF 24
Gambar 3.3. Menghitung LS dan LF 25
Gambar 3.4. Titik normal TPD dan TDT 27
Gambar 3.5. Memanfaatkan Earliest Start 28
Gambar 3.6. Memanfaatkan Latest Start 28
Gambar 3.7. Modifikasi Float dengan menggeser Earliest Start 28
Gambar 3.8. Modifikasi Float dengan memperpanjang durasi 28
Gambar 3.9. Banana Curve 30
Gambar 3.10. RAB dan RAP pada cash flow 32
Gambar 3.11 Kurva S pengeluaran 32
Gambar 3.12 Profil Pendapatan dan Pengeluaran 33
Gambar 3.13 Pengaruh dari uang muka terhadap profil pendapatan dan
pengeluaran
34
Gambar 3.14. Overdraft 35
Gambar 4.1.
Flow Chart Penelitian 42
viii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 5.1. Kurva S Rencana Pembangunan Gedung Instalasi Rawat Jalan
RS Dr. Sardjito Tahap 1
43
Tabel 5.2. RAB Proyek Pembangunan Gedung Instalasi Rawat Jalan RS
Dr. Sardjito Tahap 1 untuk sistem pembayaran bulanan
59
Tabel 5.3. Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan Tanpa
Uang Muka
64
Tabel 5.4. Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan
Dengan Uang Muka 25%
72
Tabel 5.5. Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan
Dengan Uang Muka 50%
75
Tabel 5.6.
Analisis Cash Flow Proyek Pembangunan Gedung Instalasi Rawat Jalan RS Dr. Sardjito Tahap 1
78
iv
INTISARI
Keterbatasan sumber daya finansial ini seringkali kurang dicermati oleh para kontraktor, dimana kontraktor cenderung berusaha untuk mendapatkan untung yang sebesr-besarnya, tetapi kurang memahami bahwa dengan terbatasnya sumber daya finansial diperlukan adanya suatu perencanaan cash flow/aliran kas yang optimal. Tujuan penelitian tentang sumber daya finansial /cash flow proyek adalah mendapatkan format cash flow optimal dengan variasi sistem pembayaran yang dapat memberikan profit yang paling maksimal bagi pengguna jasa konstruksi.
Obyek penelitian akan dilakukan pada Proyek Pembangunan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Metode yang digunakan untuk menganalisi data adalah Penjadwalan Proyek dengan Membuat uraian dan urutan setiap kegiatan dalam aktivitas proyek, Menentukan durasi waktu untuk setiap aktivitas, dan Membuat diagram jaringan proyek dengan metode PDM dengan bantuan software Microsoft Project. Kemudian Membuat analisis cash flow optimal, dan terakhir membandingkan keuntungan maksimal
Hasil analisis data menunjukkan bahwa sistem pembayaran yang memberikan profit maksimum adalah sistem pembayaran progress bulanan pada penjadwalan kondisi EST dengan profit -0.04% untuk pembayaran uang muka 0%, profit profit 9,86%. dengan uang muka 25% dan 10,00% dengan uang muka 50%. Penjadwalan yang menghasilkan profit paling besar bagi kontraktor yaitu penjadwalan pada kondisi EST (Earliest Start Time) dan pergeseran EST.
Kata kunci: Cash Flow, PDM, EST, LST, Pergeseran EST
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu
tertentu, dengan sumber daya terbatas untuk melaksanakan suatu tugas yang telah
ditentukan berupa pembangunan/perbaikan sarana fasilitas (gedung, jalan,
jembatan, bendungan), atau berupa kegiatan penelitian/pengembangan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam proyek
konstruksi terdapat masalah-masalah yang cukup kompleks sehingga memerlukan
keahlian manajemen konstruksi untuk menghasilkan produk konstruksi yang
optimal.
Dari pengertian di atas, maka proyek merupakan kegiatan yang bersifat
sementara (waktu terbatas), tidak berulang, tidak bersifat rutin, mempunyai waktu
awal dan waktu akhir, sumber daya terbatas dan dimaksudkan untuk mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Sumber daya pada proyek konstruksi diantaranya
berupa: tenaga kerja, material, peralatan, dan finansial. Sebagai salah satu sumber
daya proyek, finansial memegang peranan yang sangat penting.
Prestasi kerja adalah realisasi rencana kerja (time shcedule) di lapangan
yang umumnya dilambangkan dengan persentase terhadap jumlah keseluruhan
pekerjaan ataupun terhadap item-item pekerjaaan tertentu. Umumnya prestasi
kerja pada suatu proyek dapat dilihat dengan jelas pada time schedule dan kurva
S. Keterlambatan turunnya dana akan mempengaruhi pekerjaan proyek, misalnya
pembelian material terlambat sehingga pekerjaan tidak dapat dilaksanakan sesuai
dengan jadwal semula. Hal semacam ini akan mempengaruhi prestasi kerja,
dimana dengan adanya keterlambatan tersebut, kontraktor akan mendapat denda
dari owner karenanya akan mengurangi laba atau bahkan menyebabkan kerugian.
Pembayaran dari owner kepada kontraktor dalam suatu proyek dapat
berupa pembayaran setiap mingguan, 10 harian, dan bulanan. Dapat pula berupa
pembayaran secara bertahap sesuai kemajuan pekerjaan di lapangan atau sering
disebut dengan termin pembayaran yang biasanya terdiri dari 10%, 20%, dan
2
25%. Ketentuan tentang besarnya termin pembayaran umumnya telah ditetapkan
pada dokumen kontrak yang telah disetujui bersama antara owner dengan
kontraktor. Terbatasnya dana yang dimiliki owner, menyebabkan termin
pembayaran yang harus dibayarkan kepada kontraktor seringkali terlambat.
Keadaan ini akan mempengaruhi kerja kontraktor dimana apabila kontraktor tidak
mempunyai modal yang cukup maka akan dilakukan pinjaman bank.
Profitabilitas kontraktor adalah keuntungan yang diperoleh kontraktor
pada suatu pelaksanaan/pengeloban proyek merupakan selisih antara Rencana
Anggaran Biaya (RAB) yang telah diajukan kontraktor kepada owner pada saat
pelelangan dan telah tertulis pada dokumen kontrak yang telah disetujui bersama,
dengan realisasi biaya pelaksanaan proyek di lapangan/Rencana Anggaran
Pelaksanaan (RAP). Untuk kontraktor, keuntungan finansial yang akan diperoleh
tergantung dari kecakapannya untuk mengatur sumber daya yang ada. Semakin
pintar kontraklor mengatur modal yang dimiliki semakin besar pula keuntungan
yang akan diperoleh. Untuk mendapatkan keuntungan, kontraktor harus menjaga
produktifitas tenaga kerja yang cukup tinggi, pengawasan ketat terhadap
penggunaan material untuk menghindari terjadinya kerusakan maupun pencurian,
penyediaan alat-alat yang diperlukan selama pembangunan, selalu mengikuti
perkembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi yang pada akhirnya akan
meningkatkan keuntungan.
Uang adalah sumber daya terpenting bagi kontraktor sebagai modal kerja
untuk melaksanakan suatu proyek. Tersedianya modal kerja (uang) dari kontraktor
akan memperlancar pekerjaan proyek konstruksi dimana kontraktor dapat terus
bekerja tanpa harus menunggu turunnya dana dari pemilik ataupun mengadakan
pinjaman dari bank sehingga memperlancar pelaksanaan pembangunan konstruksi
dan akhirnya dapat terpenuhi target jadwal waktu kerja proyek konstruksi.
Keterbatasan sumber daya finansial ini seringkali kurang dicermati oleh
para kontraktor, dimana kontraktor cenderung berusaha untuk mendapatkan
untung yang sebesr-besarnya, tetapi kurang memahami bahwa dengan terbatasnya
sumber daya finansial diperlukan adanya suatu perencanaan cash flow/aliran kas
yang optimal. Cash flow adalah alat yang paling tepat untuk manajemen biaya
3
proyek. Jika digunakan secara efektif, cash flow akan menghasilkan keuntnngan
yang eksplisit dari perencanaan finansial dan sistem kontrol/pengendalian biaya
dari proyek konstruksi. Dimana secara statistik diindikasikan bahwa banyak
perusahaan jasa konstruksi mengalami likuidasi yang diakibatkan karena
tidak/kurang baiknya perencanaan cash flow. Dengan demikian perlu diadakan
studi untuk mengkaji lebih lanjut tentang perencanaan cash flow dalam suatu
proyek konstruksi untuk mendapatkan suatu konsep cash flow yang optimal, yang
pada akhirnya dapat diperoleh keuntungan yang maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
Pokok masalah dalam penelitian ini adalah:
1. bagaimana merencanakan cash flow optimal dengan variasi sistem
pembayaran yang dapat memberikan profit yang paling maksimal bagi
pengguna jasa konstruksi?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tentang sumber daya finansial /cash flow proyek adalah:
1. mendapatkan format cash flow optimal dengan variasi sistem pembayaran
yang dapat memberikan profit yang paling maksimal bagi pengguna jasa
konstruksi.
1.4 Batasan Masalah
Untuk membatasi pembahasan supaya tidak keluar dari konteks topik yang
dibahas, maka diperlukan beberapa pembatasan dalam pembahasan Tugas akhir
ini, yaitu:
1. Penelitian dilakukan pada proyek bangunan gedung bertingkat yaitu Proyek
pembangunan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta.
2. Penelitian hanya dikhususkan pada masalah sumher daya keuangan
(finansial) proyek, tanpa melihat hubungan keterkaitannya dengan sumber
daya material maupun tenaga kerja.
4
3. Profit kontraktor termasuk di dalamnya overhead umum diasumsikan sebesar
10% dari harga kontrak.
4. PPn sebesar 10% tidak diperhitungkan dalam analisis cash flow.
5. Pembuatan cash flow berdasarkan pada Rencana Anggaran Pelaksanaan
(RAP) dengan anggapan bahwa RAP terdiri dari biaya langsung dan biaya
tidak langsung proyek (project overhead). Sedangkan RAB merupakan
jumlah total RAP ditambah profit/keuntungan dan overhead umum.
6. Cash flow optimal disini merupakan suatu cash flow yang menghasilkan
profit paling besar. Dalam penulisan Tugas Akhir ini meninjau perencanaan
cash flow pada setiap mingguan, bulanan, dan sistem pembayaran dengan
termin progress 25% dengan pembanding tanpa uang muka, dan dengan uang
muka 25% dan 50%, pada kondisi EST (Earliest Start Time), LST (Latest
Start Time), dan kondisi penggeseran (levelling).
7. Suku bunga yang berlaku di Yogyakarta digunakan 12 %
8. Proyek dengan sistem hari kerja dimana:
Hari kerja : Senin sampai Sabtu, Minggu libur
Jam kerja : 8 jam/hari
9. Diasumsikan tidak ada eskalasi harga material dan upah tenaga kerja pada
proyek tersebut.
10. Lokasi pekerjaan dan kondisi cuaca tidak berpengaruh
11. Tidak adanya kerja lembur
12. Tldak adanya penundaan proyek
13. S Curve proyek dianggap sebagai Early Start proyek.
14. Tidak ada kesulitan dalam ketersediaan dana sebagai modal kerja dan sumber
daya lainnya.
15. Overdruf negative merupakan kelebihan dana dan tidak dibungakan.
16. Retention money atau penahanan oleh owner sebesar 5 %.
17. Penggunaan program komputer hanya merupakan alat bantu pengolahan data,
sehingga bukan merupakan fokus dari studi ini.
5
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
penambahan ilmu dalam disiplin manajemen konstruksi teknik sipil untuk
mengoptimalkan manajemen proyek konstruksi dengan menggunakan
perencanaan cash flow, yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan profit
bagi kontraktor.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Desriausli (2001), Analisis Perencanaan Cash Flow Optimal
Memanfaatkan Float Time pada Proyek Pembuatan Tanggul Sungai
Serang Kulon Progo.
Dengan permasalahan bagaimana merencanakan cash flow optimal agar
pengendalian biaya proyek dapat optimal dan keuntungan kontraktor dapat
maksimal. Cash flow optimal disini merupakan suatu cash flow yang
menghasilkan profit paling besar. Penelitian ini dilakukan pada proyek
Pembangunan Tanggul Sungai Serang Kulon Progo dengan menyusun konsep
cash flow kontraktor dengan mengumpulkan data primer di lapangan yaitu time
schedule, kurva S dan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Penelitian ini
menggunakan pembayaran 10 harian, bulanan dan termin progress 10%, baik
tanpa uang muka maupun dengan uang muka 20% pada kondisi EST, LST dan
pergeseran (leveling). Hasil penelitian dapat disimpulkan keuntungan yang
optimal pada perencanaan cash flow adalah pada kondisi earliest start dengan
sistem pembayaran 10 harian yang menggunakan uang muka 20%.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis proyek yang dikerjakan. Pada
penelitian Desriausli (2001) melakukan penelitian pada proyek pembangunan
tanggul sungai sedangkan pada penelitian ini akan dilakukan pada proyek
pembangunan gedung dengan perencanaan cash flow pada setiap minggu dan
bulan dengan sistem pembayaran termin progress 25% dengan pembanding tanpa
uang muka, dan dengan uang muka 25% dan 50% pada kondisi EST (Earliest
Start Time), LST (Latest Start Time), dan kondisi penggeseran (leveling) sehingga
mendapatkan suatu bentuk cash flow yang optimal.
7
2.2 Sri Puji Agustin (2002), Analisis Perencanaan Cash Flow Optimal
dengan Memanfaatkan Float Time (Studi Kasus: Proyek Pembangunan
Gedung Kuliah Unit III Universitas Sanata Dharma).
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana
perencanaan cash flow optimal agar pengendaliaan proyek dapat optimal dengan
keuntungan yang maksimal. Metode yang digunakan sama yaitu menyusun
konsep cash flow kontraktor pada suatu proyek dengan mengumpulkan data
primer di lapangan. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa keuntungan yang
optimal pada perencanaan cash flow adalah pada kondisi earliest start dengan
sistem pembayaran mingguan yang menggunakan uang muka 20%.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis proyek yang dikerjakan. Pada
penelitian Sri Puji Agustin (2001) melakukan penelitian pada proyek
pembangunan gedung dengan pembanding uang muka 20%, sedangkan pada
penelitian ini akan dilakukan pada proyek pembangunan gedung dengan
perencanaan cash flow pada setiap minggu dan bulan dengan sistem pembayaran
termin progress 25% dengan pembanding tanpa uang muka, dan dengan uang
muka 25% dan 50% pada kondisi EST (Earliest Start Time), LST (Latest Start
Time), dan kondisi penggeseran (leveling) sehingga mendapatkan suatu bentuk
cash flow yang optimal.
2.3 Aris Trijoko & Esti Purnomo (2000), Analisis Perencanaan Cash Flow
Optimal dengan Memanfaatkan Float Time pada Jembatan
Kaligareng.
Dengan permasalahan bagaimana merencanakan cash flow yang optimal
agar pengendalian biaya proyek dapat optimal dan keuntungan kontraktor dapat
maksimal. Cash flow optimal disini merupakan suatu cash flow yang
menghasilkan profit paling besar. Penelitian ini dilakukan pada kasus proyek
Pembangunan Jembatan Kaligareng dengan menyusun konsep cash flow
kontraktor dengan mengumpulkan data primer di lapangan yaitu time schedule,
kurva S dan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Penelitian ini menggunakan
pembayaran, bulanan dan termin progress 25%, dengan uang muka 20% pada
8
kondisi EST, LST dan pergeseran (leveling). Hasil penelitian dapat disimpulkan
keuntungan yang optimal pada perencanaan cash flow adalah pada kondisi
perataan durasi yang menggunakan model awal dengan sistem pembayaran
bulanan dengan keuntungan optimal 9,6%.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis proyek yang dikerjakan. Pada
penelitian Esti Purnomo (2001) melakukan penelitian pada proyek pembangunan
jembatan sedangkan pada penelitian ini akan dilakukan pada proyek
pembangunan gedung dengan perencanaan cash flow pada setiap minggu dan
bulan dengan sistem pembayaran termin progress 25% dengan pembanding tanpa
uang muka, dan dengan uang muka 25% dan 50%.
9
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Pengertian
Pimpinan perusahaan yang berkepentingan dengan kegiatan
mengalokasikan dana tentulah menginginkan suatu metodologi atau prosedur
yang dapat dipakai sebagai alat Bantu untuk membuat suatu keputusan investasi.
Dalam proses mengkaji kelayakan proyek atau investasi dari aspek financial,
pendekatan konvensional yang dilakukan adalah dengan menganalisis perkiraan
kas keluar dan masuk (cash out dan cash in) selama umur proyek atau investasi.
Cash flow terbentuk dari perkiraan biaya pertama, modal kerja, biaya operasi,
biaya produksi dan revenue. Sistematika analisis aspek financial di atas mengikuti
urutan sebagai berikut (Soeharto, I., 1997):
1. Menentukan parameter dasar
Sebagai titik tolak analisis financial, di sini dianggap telah diselesaikan
studi-studi terdahulu yang menghasilkan parameter dasar untuk landasan
membuat perkiraan investasi. Parameter dasar memberikan ketentuan, antara lain
mengenai kapasitas produksi, teknologi yang dipakai, pilihan peralatan utama,
fasilitas pendukung, jumlah produksi, pangsa pasar, proyeksi harga produk dan
lain-lain. Dengan demikian telah ada batasan lingkup proyek yang memungkinkan
pembuatan perkiraan biaya pertama. Parameter dasar disusun berdasarkan
masukan dari pengkajian dan penelitian dari aspek-aspek yang terkait terutama
pemasaran dan teknik-teknik engineering.
2. Membuat perkiraan biaya investasi
Dikenal tiga komponen utama biaya investasi, yaitu biaya pertama atau
pembangunan, modal kerja (working capital) dan biaya operasi/produksi.
3. Proyeksi pendapatan
Bila komponen biaya pada butir ke-2 tersebut adalah biaya yang
diperlukan (dikeluarkan) untuk merealisasikan proyek atau investasi menjadi
sebuah unit usaha yang diinginkan, maka perkiraan atau proyeksi pendapatan
(revenue) adalah perkiraan dana yang masuk sebagai hasil penjualan produksi dari
10
unit usaha yang bersangkutan. Dalam pada itu, analisis titik impas (break even
point analysis) akan menunjukkan hubungan antara jumlah produksi, harga satuan
dan profitabilitas suatu unit usaha.
4. Membuat model
Sebagai model untuk dianalisis dalam rangka mengkaji kelayakan
financial adalah aliran kas (cash flow) selama umur investasi dan bukannya neraca
atau statemen rugi laba. Aliran kas tersebut dikelompokan menjadi aliran kas
awal, operasional dan terminal. Selanjutnya, dihitung diskonto aliran kas tersebut.
Di sini diteliti pula penyusutan serta pengeruh inflasi terhadap perkiraan aliran kas
(cash flow).
3.2 Profil Biaya dan Pendapatan
3.2.1 Biaya Konstruksi
Keseluruhan biaya konstruksi biasanya meliputi analisis perhitungan
terhadap dua unsur utamanya menurut Dipohusodo (1996), yaitu :
1. Biaya Langsung
Yang termasuk biaya langsung adalah:
a. Biaya material.
Analisis meliputi perhitungan seluruh kebutuhan volume dan biaya material
yang digunakan utnuk setiap komponen bangunan, baik material pekerjaan
pokok maupun penunjang. Dalam menghitung volume material akan dijumpai
beberapa kondisi yang sekaligus membatasi pemahamannya. Pertama adalah
kebutuhan material berdasarkan pada volume pekerjaan terpasang, yaitu hasil
pekerjaan yang dibayar pemberi tugas yang akurasi dimensinya harus dijamin
benar-benar sesuai dengan spesifikasi dan garnbar. Untuk mewujudkan
pekerjaan terpasang, sudah tentu dalam pelaksanaannya membutuhkan
volume material lebih banyak. Dalam arti luas harus memperhitungkan
bagian material yang tercecer pada waktu mengangkut, kebutuhan untuk
struktur sambungan, rusak dan cacat atau susut oleh berbagai sebab lain.
Kemudian hanus memperhitungkan material yang dibutuhkan untuk
pekerjaan penunjang terkait yang bersifat sememara. Sedangkan scwaktu
11
membeli material mentah yang bakal diprosees harus dioptimalkan dua
kondisi yang biasanya tidak pernah akur, yaitu antara volume yang
dibutuhkan sesuai spesifikasi dan dimensi standar setiap satuan volume
material. Sehingga paling tidak ada tiga langkah pemahaman dalam
memperhitnngkan volume material yang diperlukan untuk mewujudkan
pekerjaan terpasang. Sudah tentu pihak pemberi tugas tidak mau tahu adanya
tingkat-tingkat pengertian tersebut, yang dikehendakinya hanya membayar
hasil terpasang yang tepat memenuhi persyaratan mutu dan dimensi. Maka
estimasi biaya selalu dimulai dari menghitung volume kebutuhan material
bersih sesuai hasil terpasang (sesuai gambar), kemudian dikembangkan
melalui analisis hitungan untuk mendapatkan kebutuhan senyatanya. Biaya
material diperoleh dengan menerapkan harga satuan yang berlaku pada saat
dibeli. Harga satuan material merupakan harga ditempat pekerjaan jadi sudah
termasuk memperhitungkan biaya pengangkutan, menaikkan dan
menurunkan, pengepakan, asuransi, pengujian, penyusutan, penyimpangan di
gudang, dan sebagainya.
b. Biaya Tenaga Kerja.
Estimasi komponen tenaga kerja merupakan aspek paling sulit dari
keseluruhan analisis biaya konstruksi. Banyak sekali faktor berpengaruh yang
harus diperhitungkan antara lain: kondisi tempat kerja, keterampilan, lama
waktu kerja, kepadatan penduduk, persaingan, produktivitas, dan indeks biaya
hidup setempat. Dari sekian banyak faktor, yang paling sulit adalah mengukur
dan menetapkan tingakt produktivitas, yaitu prestasi pekerjaan yang dapat
dicapai oleh pekerja atau regu kerja setiap satuan waktu yang ditentukan.
Tingkat produktifitas selain tergantung pada keahlian, keterampilan, juga
terkait dengan sikap mental pekerja yang sangat dipengaruhui okh keadaan
setempat dan lingkungannya. Apabila faktor-faktor lainnya dapat dengan
mudah diperhitungkan menjadi bentuk imbalan uang tenentu dan dapat
dipertahankan secara relatif konstan, tidak demikian halnya dengan
produktifitas pekerja selama konstruksi berlangsung: Sehingga menilai
produktivitas pekerja bidang konstruksi dikenal lebih sulit ketimbang pada
12
industri pabrik, manufaktur, dan sebagainya. Untuk dapat menilai
produktivitas pekerja tidak cukup hanya dengan berdasarkan ketelitian dan
kecermatan dalam mcncatat segala sesuatu yang terkait, akan tetapi
diperlukan pula pengalaman kerja dan pemahaman matang tentang perilaku
kehidupan tenaga kerja. Kualifikasi manajemen juga berpengaruh terhadap
lingkungan produktivitas tenaga kerja.
c. Biaya Peralatan.
Estimasi biaya peralatan termasuk pembelian atau sewa, mobilisasi,
demobilisasi, memindahkan, transportasi, memasang, membongkar, dan
pengoperasian selama konstruksi berlangsung. Dengan sendirinya termasuk
pula kebutuhan struktur bangunan sementara seperti landasan dan pondasi,
bengkel, gudang, garasi, kemudian perkakas, alat bantu berupa mesin-mesin
ringan ikutannya, dan bahkan upah bagi operator, mekanik dan segenap
pembantunya. Karena menyangkut pembiayaan mahal, maka untuk memilih
sesuatu peralatan harus dinilai dari segi kesangkilan termasuk
mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya berdasarkan kemampuannya,
kapasitas, cara operasi, dan spesifikasi teknis lainnya.
2. Biaya Tak Langsung
Biaya tidak langsung dibagi tiga golongan, biaya umum atau lazim disebut
overhead cost, biaya proyek dan keuntungan kontraktor.
1. Pembukuan hiaya umum biasanya tidak segera dimasukkan ke dalam
pembelanjaan suatu pekerjaan dalam proyek. Umumnya yang dikelompokkan
sebagai biaya umum adalah:
a. gaji personil tetap kantor pusat dan lapangan;
b. pengeluaran kantor pusat seperti sewa kantor pusat , telepon, dan
sebaginya
c. perjalanan beserta akomodasi
d. biaya dokumentasi
e. bunga bank
f. biaya notaris
13
g. peralatan kecil dan material habis pakai.
2. Sedangkan yang dapat dikelompokkan sebagai biaya proyek,
pengeluaraannya dapat dibebankan pada proyek tetapi tidak dimasukkan pada
biaya material, upah kerja, atau peralatan, yaitu:
a. bangunan kantor lapangan beserta perlengkapannya
b. biaya telepon kantor lapangan
c. kebutuhan akomodasi lapangan seperti listrik, air bersih, air mmum,
sanitasi, dan sebagainya
d. jalan kerja dan parkir, batas perlindungan daan pagar di lapangan
e. pengukuran lapangan
f. tanda-tanda untuk pekerjaan daan kebersihan lapangan pada umumnya
g. pelayanan keamanan daan keselamatan kerja
h. pajak pertambahan nilai
i. biaya asuransi
j. jaminann penawaran, jaminan kinerja, dan jaminan pemeliharaan
k. asuransi resiko pembangunan dan asuransi kerugian
l. surat ijin dan lisensi
m. inspeksi, pengujian, dan pengetesan
n. sewa peralatan cesar dan
o. premi pekerja bila diperlukan.
Jumlah seluruh biaya tak langsung (umum dan proyek) dapat mencapai
sekitar 12%-30% dan biaya langsung, tergantung pada macam pekerjaan dan
kondisi lapangannya. Pada penelitian ini biaya tidak langsung yang dipakai dalam
perhitungan cash flow adalah overhead proyek yang besarnya 5% dari
keseluruhan biaya konstruksi.
3. Keuntungan Kontraktor. Nilai keuntungan kontraktor pada umumnya
dinyatakan sebagai persentase dari seluruh jumlah pembiayaan. Nilainya
dapat berkisar antara 8%-12%, yang mana sangat tergantung pada seberapa
kehendak kontraktor untuk meraih pekerjaan sekaligus motivasi pemikiran
pantas tidaknya untuk mendapatkannya. Pada prinsipnya penetapan besarnya
14
keuntungan dipengaruhi oleh besarnya resiko atau kesulitan-kesulitan yang
akan dihadapi, yang seringkali tidak nampak nyata. Sebagai contoh,
keterlambatan pihak pemberi tugas dalam melaksanakan tugas untuk
membayar pekerjaan, dan sebagainya. Dalam penelitian ini keuntung
kontraktor dibuat 10%.
Estimasi keseluruhan pembiayaan di atas merupakan Rencana Anggan
Biaya (RAB) sebagai harga penawaran yang diserahkan pada waktu mengiku
pelelangan. Harga tersebut merupakan hasil estimasi nilai tertinggi yang dapat
dicapai dan aman dalam rangka upaya memenangkan lelang. Apabila kontraktor
memenangkan lelang rnaka harga penawaran tersebut merupakan kesepakata
kontrak. Kesepakatan kontrak ini selalu diharapkan agar dapat merupakan harga
yang mendekati biaya aktual (actual cost) yang biasanya sering disebut Rencan
Anggaran Pe1aksanaan (RAP) Rcncana Anggaran Pelaksanaan (RAP) menempa
posisi penting dalam keseluruhan tugas yang harus dipertanggungjawabkan
kontraktor.
3.2.2 Sumber Dana Proyek Konstruksi
Modal adalah dana yang dipersiapkan untuk pendanaan jangka panjang
pada umumnya dan konstruksi khususnya. Pada dasarnya secara potensial sumber
pendanaan proyek yang dimiliki seorang kontraktor, yaitu:
1. Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal pribadi yang dimiliki oleh kontraktor, dapat
berupa uang maupun peralatan.
2. Sumber dari Bank
Apabila kontraktor tidak mcmpunyai modal sendiri, umumnya dilakukan
pinjaman dari bank, dimana terdapat bunga pinjaman yang harus
dikembalikan oleh kontraktor selain dari jumlah uang yang dipinjam.
3. Sumber dari proyek
Sumber biaya dari proyek berasal dari proyek sendiri yaitu biasanya berupa
uang muka dan pembayaran oleh owner yang dibagi menjadi dua yaitu
15
sesuai dengan prestasi proyek dan berdasarkan waktu atau termin
pembayaran.
3.2.3 Bunga Bank
Pada pelaksanaan suatu proyek, pemilik bisa saja memberikan uang muka
baru kemudian melakukan pembayaran berdasarkan termin tertentu atau
pembayaran secara bulanan seperti yang telah disepakati bersama. Selisih antara
pendapatan (revenue) dari owner dengan pengeluaran (expense) pada pelaksanaan
proyek merupakan jumlah uang yang harus disediakan oleh kontraktor. Apabila
kontraktor tidak cukup modal, biasanya mereka akan meminjam uang dari bank
dengan jangka waktu tertentu dan bunga tertentu. Besar bunga bank tergantung
dari keadaan ekonomi, resiko yang timbul akibat meminjamkan uang dan laju
inflasi.
3.3 Penjadwalan Waktu
Perencanaan waktu merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
penyelesaian suatu proyek. Rencana kerja (time schedule) merupakan pembagian
waktu secara rinci masing-masing kegiatan/jenis pekerjaan pada suatu proyek
konstruksi, mulai dari pekerjaan awal sampai dengan pekerjaan akhir (finishing).
Ada beberapa macam rencana kerja yang digunakan dalam penulisan ini
yaitu :
1. Diagram balok/batang (bar chart)
2. Kurva S
3. Diagram jaringan kerja (network planning diagram)
1. Diagram Balok
Metode diagram balok diperkenalkan oleh H.L Gantt pada tahun1917
sebelum itu dianggap belum pernah ada prosedur yang sistematis dan analitis
dalam aspek perencanaan dan pengendalian proyek (Callahan, 1992). Diagram
balok disusun dengan maksud mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam
16
merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai, waktu penyelesaian
dan saat laporan.
Diagram balok merupakan rencana kerja yang paling sederhana dan sering
digunakan pada proyek yang tidak terlalu rumit serta mudah dibuat dan dipahami.
Pada diagram balok telah diperhatikan urutan kegiatan, meskipun belum terlihat
hubungan ketergantungan antara kegiatan yang satu dengan lainnya.
Rencana kerja ini terdiri dari arah vertikal yang menunjukan jenis pekerjaan
dan arah horisontal menunjukkan jangka waktu yang dibutuhkan oleh tiap
pekerjaan yaitu waktu mulai dan waktu akhir dengan menggunakan diagram
balok.
Cara menyusun diagram balok adalah sebagai berikut :
1) Membagi proyek menjadi sejumlah kegiatan yang jadwal pelaksanaannya
ditentukan.
2) Menentukan perkiraan waktu permulaan dan akhir bagi pelaksanaan masing-
masing kegiatan.
3) Mengganbarkan balok yang mewakili masing-masing kegiatan (harus
diperhatikan kegiatan yang harus dikerjakan secara berurutan dan yang
sejajar).
Keunggulan dan kelemahan dari diagram balok yaiu :
a. Diagram balok mudah untuk dibuat dan dipahami. Sangat bermanfaat
sebagai alat peerencanaan dan komunikasi.
b. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu
kegiatan dengan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak
yang diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal
keseluruahn proyek.
2. Kurva S
Kurva S adalah pengembangan dan penggabungan dari diagram balok dan
Hannum Curve. Diagram balok dilengkapi dengan bobot tiap pekerjaan dalam
persen (%). Dari kurva S dapat diketahui persentase (%) pekerjaan yang harus
dicapai pada waktu tertentu. Untuk menentukan bobot tiap pekerjaan harus
dihitung terlebih dahulu volume pekerjaan dan biayanya, serta biaya nominal dari
17
seluruh pekerjaan tersebut. Kurva S ini sangat efektif untuk mengevaluasi dan
mengendalikan waktu dan biaya proyek. Pada jalur bagian bawah ada persentase
rencana untuk tiap satuan waktu dan persentase komulatif dari rencana tersebut.
Di samping itu, ada persentase realisasi untuk tiap satuan waktu dari persentase
komulatif dari realisasi tersebut. Persentase kumulatif rencana dibuat sehingga
membentuk kurva-S. Berbentuk huruf S karena kegiatan proyek lazimnya pada
periode awal dan akhir berlangsung lambat. Pengembangan ini dinamakan kurva
S. Persentase kumulatif realisasi adalah hasil nyata di lapangan. Hasil realisasi
dari pekerjaan pada suatu waktu dapat dibandingan dengan kurva rencana. Jika
hasil realisasi berada di atas kurva S, maka terjadi prestasi namun jika berada di
bawah kurva S terjadi keterlambatan proyek. Dengan membandingkan kurva S
realisasi dengan kurva S rencana, penyimpangan yang terjadi dapat segera terlihat
jelas. Oleh karena kurva S mampu menampilkan secara visual penyimpangan
yang terjadi dan pembuatannya relatif cepat dan mudah, maka metode
pengendalian dengan kurva S dipakai secara luas dalam pelaksanaan proyek.
Kurva S dapat memperlihatkan beberapa segi yang berkaitan baik rencana
kerja atau pelaksanaan kegiatannya, seperti terlihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Kurva “S” (Soeharto, 1997)
18
3. Diagram Jaringan Kerja (network planning diagram)
Rencana kerja disusun berdasarkan urutan kegiatan dari suatu proyek,
sedemikian sehingga tampak keterkaitan pekerjaan yang satu dengan pekerjaan
yang lainnya.
Diagram jaringan kerja ada 3 macam yang bisa dipakai, yaitu :
a. CPM (Critical Path Method)
b. PERT (Programe Evaluation dan Review Technique)
c. PDM (Precedence Diagram Method)
Dalam menganalisis biaya proyek, akan digunakan suatu paket program
manajemen yaitu Microsoft Project yang menggunakan prinsip jaringan kerja
PDM (Precedence Diagram Method). Secara garis besar PDM mempunyai 4
macam hubungan aktivitas, yaitu :
1) Finish to Start (FS) yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya
aktivitas berikutnya tergantung pada selesainya aktivitas sebelumnya. Selang
waktu menunggu untuk dapat melanjutkan aktivitas berikutnya disebut lag,
seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
FSij
Jika FSij = 0 berarti aktivitas j dapat langsung dimulai setelah aktivitas i
selesai.
2) Start to Start (SS) yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya
aktivitas sesudahnya tergantung pada mulainya aktivitas sebelumnya. Selang
waktu antara dimulainya kedua aktivitas tersebut disebut lag, seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
SSij
i j
i
j
19
Jika SSij = 0 artinya kedua aktivitas (i & j) dimulai bersama-sama atau
aktivitas dapat dimulai bersamaan dengan aktivitas i.
3) Finish to Finish (FF) yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya
aktivitas sesudahnya tergantung pada selesainya aktivitas sebelumnya. Selang
waktu antara selesainya kedua akivitas disebut lag, seperti yang ditunjukkan
pada gambar di bawah ini.
FFij
Jika FFij = 0 selesainya kedua aktivitas (i & j) tersebut secara bersamaan.
4) Start to Finish (SF) yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya
aktivitas berikutnya tergantung pada mulainya aktivitas sebelumnya, seperti
yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
SFij
Jika SFij = X hari berarti aktivitas j akan selesai setelah X hari dari saat
dimulainya aktivitas i. Adanya hubungan start to finish ini mengakibatkan
bahwa pelaksanaan pekerjaan dapat dipecah (dibagi bertahap).
4. Perhitungan dan Analisis
Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang berbentuk kotak
segi empat. Kotak segi emapat dalam PDM menandai suatu kegiatan yang
menunjukkan identitas kegiatan dan kurun waktu kegiatan. Setiap node
mempunyai dua peristiwa yaitu peristiwa awal dan akhir (Imam Soeharto, 1997).
Hasil hitungan yang dihasilkan dalam PDM adalah :
1) Waktu mulai paling cepat atau earliest start time (EST).
i
j
i
j
20
2) Waktu selesai paling cepat atau earliest finish time (EFT).
3) Waktu mulai paling lambat atau latest start time (LST).
4) Waktu selesai paling lambat atau latest finish time (LFT).
5) Free float yaitu waktu tenggang atau keterlambatan yang diperbolehkan
untuk sesuatu aktivitas agar tidak mengganggu aktivitas berikutnya.
6) Total float yaitu waktu tenggang total untuk sesuatu aktivitas agar tidak
mengganggu waktu penyelesain aktivitas secara keseluruhan.
7) Waktu total penyelesaian proyek.
Dari hitungan di atas dapat dianalisis
1) Aktivitas-aktivitas yang kritis
2) Aktivitas-aktivitas mana yang mempunyai kelonggaran yang cukup besar
Notasi yang akan digunakan dalam hitungan adalah sebagai berikut :
i
Esi D
EFi
LSi LFi
D = durasi aktivitas, yaitu lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
aktivitas tersebut.
ES = Earliest Start yaitu saat mulai paling awal untuk suatu aktivitas.
EF = Earliest Finish yaitu saat selesai paling awal untuk suatu aktivitas.
LS = Latest Start yaitu saat mulai paling lambat.
LF = Latest Finish yaitu saat selesai paling lambat.
SS = Lead factor yaitu sejumlah waktu atau persentase pekerjaan dari suatu
aktivitas selanjutnya. Faktor tersebut merupakan faktor dalam hubungan
Start to Start.
FF = Lag factor yaitu sejumlah waktu atau persentase pekerjaan dari suatu
aktivitas yang masih harus diselesaikan ketika aktivitas sebelumnya selesai
seluruhnya.
21
3.3.1. Float
Float adalah waktu tenggang (waktu penundaan) yang dimiliki suatu
kegiatan non kritis untuk dimulai paling awal/dini atau paling akhir atau di
antaranya. Float terdapat pada kegiatan yang EST ≠ LST nya. Kegiatan kritis
mempunyai float = 0 (EST = LST), pekerjaan tidak dapat ditunda, jika ditunda
menyebabkan pekerjaan terlambat dan proyek akan terlambat. Bagi kontraktor
float merupakan “mitra cadangan” atau “potensi” yang dapat digunakan dalam
pengelolaan dan keberhasilan pelaksanaan proyeknya. Makin banyak kegiatan
yang mempunyai float, maka makin banyak “potensi” dan “kesempatan”
kontraktor untuk mencari variasi perencanaan dan pengendalian yang optimal
terhadap sumber daya (tenaga kerja, dan finansial/keuangan) juga bisa digunakan
untuk pengendalian waktu dan pengendalian material. Semakin sedikit kegiatan
makin sedikit atau tidak mempunyai pilihan lain bagi kontraktor kecuali dengan
melakukan pengendalian yang sangat ketat agar proyek tidak terlambat dengan
kata lain resiko proyek terlambat lebih besar.
1. Total Float
Total Float adalah waktu senggang total atau keterlambatan yang
diperkenankan untuk suatu aktivitas tanpa akan mengakibatkan keterlambatan
bagi penyelesain proyek. Notasi untuk total float adalah TTF. Total Float untuk
suatu aktivitas adalah sebagai berikut:
i
ESi D
EFi
LSi LFi
TTFi = LSi – ESi atau
TTFi = LFi – LSi
2. Free Float
Free Float adalah keterlambatan yang diperkenankan untuk suatu aktivitas
tanpa mengakibatkan keterlambatan untuk memulai aktivitas selanjutnya.
Notasi yang digunakan untuk free float adalah FRF
Untuk aktivitas yang diikuti oleh satu aktivitas
22
1) Hubungan start to start, sebagai berikut:
i j
ESi EFi ESj EFj
FRFi = ESj – ESi – SSij 2) Hubungan finish to finish, sebagai berikut:
i j
EFj
EFi
FRFi = EFj – EFi - FFij
3) Hubungan finish to start, sebagai berikut:
i j
EFi FSij ESj
FRFi = ESj – EFi = FSij
Untuk aktifitas yang diikuti oleh lebih dari satu aktifitas maka diambil hanya FRFi
yang terkecil.
Contoh :
1 2
20
FS12
1 3
18 18
FS13 = 0
23
Hubungan aktivitas 1 dengan 2
FRF1 = ES2 – EF1 – FS12 = 20 – 18 – 0 = 2
Hubungan aktivitas 1 dengan 3
FRF1 = ES3 – EF1 – FS13 = 18 – 18 – 0 = 0
Harga free float yang diambil adalah
FRF1 = min (FRF1) = 0
3.3.2. Identifikasi Jalur Kritis
Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang waktu
atau saat paling awal sama dengan saat paling akhir. Untuk mengetahui suatu
peristiwa termasuk kritis adalah apabila bilangan ruang kanan bawah sama dengan
bilangan ruang kanan atas.
Kegiatan kritis adalah kegiatan yang sangat sensitif terhadap
keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja,
walaupun kegiatan-kegiatan yang lainnya tidak terlambat, maka proyek akan
mengalami keterlambatan selama satu hari.
Lintasan kritis adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis,
peristiwa-peristiwa kritis dan dummy. Berdasarkan prosedur dan formula untuk
menghitung umur proyek dan lintasan kritis, maka dapat disimpulkan :
a. Umur lintasan kritis sama dengan umur proyek.
b. Lintasan kritis adalah lintasan yang paling lama umur pelaksanaannya
dari semua lintasan yang ada.
1. Hitungan Maju
Hitungan maju berlaku dan ditujukan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek.
b. Diambil angka ES terbesar bila leih satu kegiatan bergabung.
c. Notasi (i) bagi kegiatan terdahulu (predecessor) dan (j) kegiatan yang
sedang ditinjau.
d. Waktu awal dianggap nol
1) Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ESj, adalah sama
dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan terdahulu ESi atau EFi
24
ditambah konstrain yang bersangkutan. Karena terdapat empat konstrain,
maka bila ditulis dengan rumus menjadi:
ESj = Pilih angka
terbesar dari
ESi + SSi-j
atau
ESi + SFi-j - Dj
atau
EFi + FSi-j
atau
EFi + FFi-j - Dj
2) Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau EFj, adalah
sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan tersebut ESj, ditambah
kurun waktu kegiatan yang bersangkutan Dj. Atau ditulis dengan rumus
menjadi:
EFj = ESj + Dj, seperti terlihat pada gambar 3.2.
(i) SSi-j
FSi-j
(j)
-
ES
Di
-
EF
-
ES
Dj
-
EF
FFi-j
SFi-j
Gambar 3.2 Menghitung ES dan EF.
2. Hitungan Mundur
Hitungan mundur berlaku dan ditujukan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Menentukan LS, LF dan kurun waktu float.
b. Bila lebih dari satu kegiatan bergabung diambil angka LS terkecil.
c. Notasi (i) bagi kegiatan yang sedang ditinjau sedangkan (j) adalah
kegiatan berikutnya.
25
1) Hitunga LFi, waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang ditinjau,
yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF plus
konstrain yang bersangkutan.
LFi = Pilih angka
terkecil dari
LFj + FFi-j
atau
LSj + FSi-j
atau
LFj - SFi-j + Di
atau
LSj - SSi-j + Dj
2) Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LSi, adalah sama
dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LFi, dikurangi kurun
waktu yang bersangkutan, atau:
LSi = LFi - Di, seperti terlihat pada gambar 3.3.
(i) SSi-j
FSi-j
(j)
-
LS
Di
-
LF
-
LS
Dj
-
LF
FFi-j
SFi-j
Gambar 3.3 Menghitung LS dan LF.
3. Jalur dan Kegiatan Kritis
Jalur dan kegiatan kritis pada metode PDM mempunyai sifat yang sama
dengan CPM/AOA, yaitu:
a. Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama, ES = LS
b. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama, EF = LF
c. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai
paling akhir dengan waktu mulai paling awal, LF – ES = D
26
d. Bila hanya sebagian dari kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut
secara utuh dianggap kritis.
4. Crash Program
Dalam suatu keadaan tertentu antara umur perkiraan proyek dengan umur
rencana proyek terdapat perbedaan. Umur rencana proyek biasanya lebih pendek
daripada umur perkiraan proyek. Umur perkiraan proyek ditentukan oleh lintasan
kritis yang terlama waktu pelaksanaannya, dan waktu pelaksanaan tersebut
merupakan jumlah lama kegiatan perkiraan dan kegiatan-kegiatan kritis yang
membentuk lintasan tersebut. Sedang umur rencana proyek ditentukan
berdasarkan kebutuhan manajemen atau sebab-sebab lain.
Adakalanya jadwal proyek harus dipercepat dengan berbagai
pertimbangan dari pemilik proyek. Proses mempercepat kurun waktu tersebut
disebut crash program. Di dalam menganalisis proses tersebut digunakan asumsi
sebagai berikut:
a. Jumlah sumber daya yang tersedia tidak merupakan kendala. Ini berarti dalam
menganalisis program mempersingkat waktu, alternatif yang akan dipilih
tidak dibatasi oleh tersedianya sumber daya.
b. Bila diinginkan waktu penyelesaiaan kegiatan lebih cepat dengan lingkup
yang sama, maka keperluan sumber daya akan bertambah. Sumber daya ini
dapat berupa tenaga kerja, material, peralatan atau bentuk lain yang dapat
dinyatakan dalam sejumlah dana.
Jadi tujuan utama dari program mempercepat waktu adalah memperpendek
jadwal penyelesaian kegiatan atau proyek dengan kenaikan biaya yang minimal.
Untuk mempercepat umur suatu proyek diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
a Telah ada diagram jaringan kerja yang tepat.
b Lama kegiatan perkiraan masing-masing kegiatan telah ditentukan.
c Berdasarkan ketentuan diatas, dihitung saat paling awal (Eealiest Start) dan
saat paling lambat (Latest Start) semua peristiwa.
d Ditentukan pada umur rencana proyek (UREN)
27
Untuk tujuan mempersingkat waktu, dimulai dengan menentukan titik
awal, yaitu titik yang menujukan waktu dan biaya normal proyek. Titik ini
dihasilkan dari menjumlahkan biaya normal masing-masing kegiatan komponen
proyek, sedangkan waktu penyelesaian proyek normal dihitung dengan metode
CPM. Dari titik awal tersebut kemudian dilakukan langkah-langkah
mempersingkat waktu dengan pertama-tama terhadap kegiatan kritis. Pada setiap
langkah, tambahan biaya untuk memperpendek waktu terlihat pada slope biaya
kegiatan yang dipercepat. Dengan menambahkan biaya tersebut, maka pada setiap
langkah akan dihasilkan jumlah biaya proyek yang baru sesuai dengan kurun
waktunya. Hal ini ditunjukan dengan titik-titik yang memperlihatkan hubungan
baru antara waktu dan biaya, seperti terlihat pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Titik normal TPD dan TDT
Bila langkah mempersingkat waktu diteruskan, akan menghasilkan titik-
titik baru yang jika dihubungkan berbentuk garis-garis putus yang melengkung ke
atas (cekung), yang akhirnya langkah tersebut sampai pada titik proyek
dipersingkat (TPD) atau project crash-point. Titik ini merupakan batas maksimum
waktu proyek dapat dipersingkat. Pada TPD ini mungkin masih terdapat beberapa
kegiatan komponen proyek yang belum dipersingkat waktunya, dan bila ingin
dipersingkat juga (berarti mempersingkat waktu semua kegiatan proyek yang
secara teknis dapat dipersingkat), maka akan menaikan total biaya proyek tanpa
adanya pengurangan waktu. Titik tersebut dinamakan titik dipersingkat total
(TDT) atau all crash-point.
28
3.3.3. Penyesuaian Jadwal
Keterangan free time pada suatu kegiatan non kritis dalam suau proyek
memungkinkan kegiatan tersebut dilaksanakan lebih cepat ataupun lebih lambat
dari rencana semula. Penyesuaian jadwal pada kegiatan non kritis dapat dilakukan
dengan empat cara, yairu :
1) Pada kondisi Earliest Start dari suatu kegiatan yaitu kegiatan yang paling
awal dapat dikerjakan, seperti terlihat pada gambar 3.5.
Gambar 3.5. Memanfaatkan Earliest Start
2) Pada kondisi Latest Start dari suatu kegiatan yaitu kegiatan yang paling
akhir dapat dikerjakan, seperti terlihat pada gambar 3.6.
Gambar 3.6. Memanfaatkan Latest Start
3) ES (Earliest Start) dari suatu kegiatan yaitu kegiatan di dalam kurun waktu
float time-nya dengan catatan jangka waktu pelaksanaan (durasi) tetap
seperti jadwal semula, seperti terlihat pada gambar 3.7.
Gambar 3.7. Modifikasi Float dengan menggeser Earliest Start
4) Memperpanjang jangka waktu pelaksanaan kegiatan (durasi) tersebut di
dalam kurun float time-nya, seperti terlihat pada gambar 3.8.
Gambar 3.8. Modifikasi Float dengan memperpanjang durasi
3.4 Analisis Cash Flow
Cash flow dari suatu proyek didefinisikan sebagai daftar dari penerimaan
dan pengeluaran uang kas dari suatu proyek konstruksi, dimana dengan adanya
cash flow dapat diketahui jumlah nominal uang kas proyek pada saat tertentu.
Kontraktror adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Salah satu usaha
kontraktor untuk mengoptimalkan keuntungan adalah dengan membuat cash flow
29
proyek sehingga kontraktor dapat mengetahui kondisi keuangan pada periode
tertentu.
Untuk perencanaan dan pengendalian finansial suatu proyek konstruksi,
salah satu metode yang dapat digunakan adalah cash flow. Indikasi secara statistik
menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi
mengalami likuidasi, terutama disebabkan karena kurang optimalnya perencanaan
cash flow.
3.4.1. Cash in flow dan Cash Out flow
Jika kontraktor ingin membedakan sebuah proyek secara finansial layak
atau tidak. Dia harus melakukan perhitungan secara cermat mengenai estimasi
cash flow dari proyek tersebut. Pada setiap proyek selalu terdapat cash inflow dan
cash Outflow. Progres pembayaran yang diterima oleh kontraktor mencerminkan
arus masuk; arus keluar meliputi pembayaran kontraktor kepada subkontraktor,
pemasok dan lainnya.
Estimasi dari semua pemasukan dan pengeluaran, data transfer aktual yang
diharapkan dan data pembayaran digunakan untuk peramalan cash flow. Positif
cash flow menunjukkan kontraktor menerima pemasukan lebih besar daripada
dana yang dikeluarkan, negatif cash flow menunjukkan keadaan yang sebaliknya
(Ahuja, 1994).
Banyak proyek yang memiliki cash flow negatif hingga akhir proyek dan
diketahui ketika pebayaran final. Ini menunjukkan tipikal dana retention dan
persentase dari retensi lebih besar dari persentase keuntungan. Bagaimana juga,
akan menjadi suatu variasi yang cukup besar di dalam pola cash flow. Kontraktor
bisa mencapai positif cash flow pada saat awal dari suatu periode proyek. Ini
adalah suatu situasi yang menarik dari keberadaan kontraktor, tidak hanya
mengeliminasi pinjaman atau mencoba mereorganisasi dana, tetapi menghasilkan
dana baru yang dapat digunakan di dalam investasi. Negatif cash flow
menunjukkan indikasi perlunya mereorganisasi program kerja.
30
3.4.2. Penerapan Kurva S Pada Cash Flow
Metode untuk pemodelan cash flow adalah dengan menggunakan analisis
kurva S, yang menampilkan hubungan antara network planning dengan
pengeluaran. Biaya komulatif proyek akan membentuk kurva S.
0
20
40
60
80
100
0 3 6 9 12 15 18
Bulan
Pres
tasi
LS
ES
Gambar 3.9 Banana Curve (Burke, 1993)
Jika kurva S untuk Early Start dan Latest Start digambarkan pada suatu
grafik akan berbentuk Banana Curve, seperti terlihat pada gambar 3.9. Banana
Curve mengindikasikan perbedaan waktu dari cash flow dari aktivitas Early Start
terhadap Latest Start.
Perencanaan proyek menggunakan Early Start untuk menjamin
tersedianya float. Namun demikian, pada pelaksanaan kadang kala dirasakan
bahwa aktivitas harus dilaksanakan Latest Start. Keuntungan dari penggunaan
Latest Start adalah pembayaran dapat ditunda dan penambahan keuangan dapat
dikurangi. Kelemahan dari aktivitas Latest Start yaitu tidak adanya float.
3.4.3. Proyeksi Cash Flow
Proyeksi dari pendapatan dan pengeluaran selama umur proyek dapat
dikembangkan dari time schedule yang digunakan kontraktor. Pada kebanyakan
kontrak, owner seringkali meminta kontraktor untuk menyediakan kurva S dari
pekerjaan dan biaya terhadap umur proyek. Kontraktor membuat barchart proyek,
31
menandai biaya pada bars dan menghubungkan jumlah total pengeluaran proyek
sehingga terbentuk kurva S.
Untuk menyederhanakannya diberikan contoh proyek dengan empat
aktivitas dengan jadwal selama empat bulan, seperti terlihat pada Gambar 3.10.
Bars mewakili aktivitas-aktivitas yang diposisikan dengan skala waktu yang
menunjukkan waktu mulai dan waktu selesai.
Biaya langsung (direct cost) dihubungkan dengan tiap aktivitas yang
ditunjukkan di atas tiap bar. Diasumsikan bahwa biaya per bulan untuk biaya tidak
langsung/indirect cost (sewa kantor, telepon, listrik, dan lain-lain) adalah $ 5000.
Biaya langsung/direct cost pada akhirnya didistribusikan terhadap durasi dari
aktivitas, direct cost per bulan dapat dihitung dan ditunjukkan pada hitungan di
bawah. Direct cost pada bulan kedua, sebagai contoh, berasal dari aktivitas A, B
dan C, yang kesemuanya mempunyai bagian tertentu. Direct cost secara
sederhana dihitung berdasar porsi dari aktivitas terjadwal pada bulan kedua, yaitu:
Aktivitas A : 21 x 50.000 = 25.000
Aktivitas B : 21 x 40.000 = 20.000
Aktivitas C : 31 x 60.000 = 20.000
= 65.000
Pada Gambar 3.10 di bawah menunjukkan jumlah total pengeluaran per
bulan dan kumulatif total pengeluaran per bulan sepanjang umur proyek. Kurva S
adalah grafik yang mempresentasikan jumlah total pengeluaran komulatif proyek.
Kurva di bawah menunjukkan bahwa pada awal proyek, pengeluaran meningkat
sejalan dengan aktivitas proyek dan pada akhir proyek aktivitas menurun dan
pengeluaran menurun. Kurva ini adalah gambaran dari arus uang keluar, baik
direct cost maupun indirect cost.
Pekerjaan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
A B C D Waktu
32
Biaya Langsung $ 25,000 $ 65,000 $ 75,000 $ 15,000
Biaya Tak Langsung $ 5,000 $ 5,000 $ 5,000 $ 5,000
Total Biaya $ 30,000 $ 70,000 $ 80,000 $ 20,000
Biaya Kumulatif $ 30,000 $ 100,000 $ 180,000 $ 200,000
Gambar 3.10 RAB dan RAP pada cash flow
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu
Biay
a (R
p)
Gambar 3.11 Kurva S pengeluaran
Arus uang dari owner ke kontraktor dalam bentuk progress
payments/pembayaran. Sebagai contoh, perkiraan cash flow dibuat kontraktor
secara periodik (umumnya per bulan), tergantung dari tipe kontrak (lump sump,
harga satuan, dan lain-lain), perkiraan didasarkan pada evaluasi dari persentase
penyelesaian kontrak atau pengukuran pekerjaan nyata di lapangan. Jika
diasumsikan bahwa pada harga total kontrak telah termasuk profit sebesar 10%
dan owner menahan (retention) sebesar 5% dari biaya tiap bulan yang nanti akan
dikembalikan setelah kontraktor menyelesaikan proyek, maka progress payments
akan dibayarkan pada tiap akhir bulan, dan owner akan membayar jumlah tagihan
dikurangi retention kepada kontraktor terhitung 30 hari kemudian, seperti terlihat
pada Gambar 3.12. Perhitungan jumlah tiap pembayaran dapat dirumuskan :
Pembayaran = 1,10 (biaya langsung + biaya tidak langsung) - 0,05 (1,10 (biaya
langsung + biaya tidak langsung))
33
0
50
100
150
200
250
0 1 2 3 4 5
Bulan
Biay
a ($
1,0
00)
Kurva Biaya
Profil Pendapatan
Gambar 3.12 Profil Pendapatan dan Pengeluaran
Retention sebesar 5% dari nilai kontrak akan dikembalikan setelah proyek
selesai (setelah pemeliharaan). Guna retention adalah sebagai berikut :
1) Untuk memastikan bahwa kontraktor akan menyelesaikan proyek dengan
kondisi yang telah disetujui.
2) Sebagai bukti nyata untuk menghadapi kontraktor apabila standar pekerjaan
tidak terpenuhi atau terjadi kegagalan.
3) Menyediakan dana apabila kontraktor lain diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan.
4) Kepercayaan owner akan lebih kuat jika menggunakan jaminan uang.
Terjadinya penundaan oleh owner dan adanya retention, menyebabkan
profil revenue (pendapatan) terletak di belakang kurva S pengeluaran seperti
terlihat pada gambar di atas.
Profil pendapatan (revenue) mempunyai bentuk seperti tangga dengan
perhitungan progress payments seperti persamaan di atas. Daerah antara profil
revenue dengan profil pengeluaran (expense) menunjukkan kebutuhan kontraktor
untuk membiayai proyek sampai dengan owner melakukan pembayaran. Selisih
antara pendapatan (revenue) dengan pengeluaran (expense) menyebabkan
perlunya kontraktor untuk menyediakan dana.
34
Beberapa kontraktor mengimbangi syarat-syarat peminjaman dengan
meminta uang muka dari owner sehingga terjadi perubahan posisi dari profil
revenue seperti terlihat pada Gambar 3.13.
0
50
100
150
200
250
300
0 1 2 3 4 5
Bulan
Bia
ya ($
1,0
00)
Kurva Biaya
ProfilPendapatan
Gambar 3.13 Pengaruh dari uang muka terhadap profil pendapatan dan
pengeluaran
3.4.4. Syarat-syarat Overdraft
Untuk mengetahui jumlah kredit bank yang harus dibuat, kontraktor perlu
untuk mengetahui overdraft maksimum yang akan terjadi selama umur proyek.
Jika bunga rata-rata dari overdraft diasumsikan satu persen per bulan. Artinya,
kontraktor harus membayar kepada bank 1% tiap bulan untuk jumlah overdraft
pada akhir bulan, seperti terlihat pada Gambar 3.14. Yang dimaksud dengan
overdraft adalah selisih antara pengeluaran pada suatu proyek dengan pembayaran
dari owner kepada kontraktor, sehingga merupakan kebutuhan dari kontraktor
untuk menyediakan dana terlebih dahulu sebelum menerima pembayaran dari
owner (Daniel W. Halpin,1998).
35
-200
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu
Bia
ya (R
p)
Overdraft
Gambar 3.14 Overdraft
Dengan menggunakan metode-metode di atas, seluruh rencana dan proyek
yang ada bisa dihubungkan seluruh likuiditas untuk seluruh organisasi. Pada cara
ini PDM yang berbasiskan peramalan cash flow dapat membantu formula yang
berhubungan dengan kebijakan-kebijakan yang realistis, khususnya yang
memperhatikan tanggal mulai dari sebuah proyek baru, dengan atau tanpa
penawaran terhadap proyek tersebut, dan biaya konstruksi yang diperhitungkan
sesuai dengan dana yang tersedia. Pengeluaran proyek yang telah ditetapkan dan
direncanakan mengindikasikan total dana yang dibutuhkan selama periode proyek.
Dalam hal ini kunci keputusan dapat dibuat berdasarkan penawaran proyek baru
tersebut, membedakan durasi proyek dan waktu mulai optimum dengan lainnya,
jadi krisis finansial pada perusahaan dapat diantisipasi, meskipun tidak dapat
dihilangkan. Namun, pengecualian dapat dibuat pada budget working capital
untuk pengeluaran-pengeluaran yang besar seperti pembelian alat-alat baru.
3.4.5. Microsoft Project
Microsoft Project adalah program aplikasi komputer yang berguna untuk
pengelola proyek konstruksi. Microsoft Project atau sering disebut project,
sekarang ini telah mencapai versi terbaru yang bernama Microsoft Project 2000.
36
Microsoft Project adalah program aplikasi komputer yang berguna untuk
mengelola proyek konstruksi. Microsoft Project mempunyai kelebihan :
1. Project 2000 mengijinkan pemasangan prioritas pekerjaan antara 1 sampai
dengan 1000.
2. Pengetesan kalender, termasuk waktu kerja untuk sebuah pekerjaan, dapat
dilakukan.
3. Project 2000 dapat memberikan tanda kepada pemakai jika proyek selesai
sesudah batas waktu yang telah ditentukan.
4. Project 2000 menyediakan sumber daya berupa material.
5. Network Diagram View yang lengkap.
6. Pada network diagram dapat pula diatur mengenai outlining, seperti
menyembunyikan subtask dan memunculkannya kembali, serta
menampilkan hanya pekerjaan utama saja.
7. Diperkenalkan group pekerjaan dan group sumberdaya yang lebih
memudahkan pengontrolannya.
8. Pada proses penyimpan, project dapat diset sesuai dengan waktu yang
diperlukan, baik penyimpanan satu buah proyek ataupun semua proyek yang
sedang dibuka.
Dalam menggunakan program MS Project ini dimulai dengan memasukkan
data proyek yang berhubungan dengan proyek tersebut. Setelah data-data
dimasukkan pada MS Project dapat dipilih jenis-jenis pengendalian yaitu Gantt
chart, PERT, dan CPM, dari jenis-jenis pengendalian proyek inilah dapat
diperoleh cash flow proyek dari MS Project.
3.4.6. Proses Cash Flow
Langkah-langkah perhitungan cash flow pada penulisan tesis ini adalah
sebagai berikut :
1. Dari data proyek berupa kurva S biaya, penulis menyusun ulang kurva S
proyek tersebut dengan kaidah dasar yang berlaku dan logika
ketergantungan. Kemudian dengan bantuan Microsoft Project dibuat
Barchart EST, LST, penggeseran, dan perataan durasi yang kemudian
37
dihasilkan RAB. Penulis mencoba membuat actual cost proyek berupa RAP,
dengan asumsi bahwa pada nilai kontrak (RAB) sudah termasuk profit
kontraktor yang sudah termasuk overhead umum sebesar 10%. Dengan kata
lain dapat dituliskan sebagai berikut:
RAB = RAP + Profit
RAP = RAB – 10% RAB
RAP = 0.9 RAB (1)
2. Untuk tujuan ilustrasi, actual cost proyek / RAP dibedakan menjadi :
1) Biaya tak langsung / overhead proyek
Berdasarkan survei di lapangan, tidak ada ukuran yang pasti untuk
menentukan besarnya overhead pada pelaksanaan konstruksi fisik.
Untuk mempermudah perhitungan diambil asumsi bahwa besarnya
biaya tak langsung proyek adalah sebesar 5% dari RAB.
Dapat dituliskan :
Biaya tak langsung = 0,05 RAB (2)
2) Biaya Langsung
Merupakan biaya pelaksanaan konstruksi fisik yang besarnya adalah
selisih antara RAP dan biaya tak langsung, dapat dihitung sebagai
berikut:
Biaya langsung = RAP – biaya tak langsung
= 0,9 RAB – 0,05 RAB
= 0,85 RAB (3)
3) Untuk menghitung besarnya profit kontraktor, dapat dirumuskan :
Profit = 0,1 RAB (4)
4) Besarnya tagihan dari kontraktor kepada owner dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Tagihan = Prestasi
Tagihan = RAP + Profit
= 0,9 RAB + 0,1 RAB (5)
Tagihan = RAB (6)
38
5) Diasumsikan bahwa Owner melakukan penahanan sebesar 5% dari
tagihan (Halpin & Woodhead, 1998). Sehingga besarnya penahanan
dapat dihitung sebagai berikut :
Penahanan = 0,05 x Tagihan
= 0,05 x RAB
Penahanan 5% ini akan dibayar pada akhir pelaksanaan konstruksi
sebagai biaya untuk pemeliharaan.
6) Pembayaran dari owner kepada kontraktor dilakukan setelah pekerjaan
konstruksi. Besarnya pembayaran dapat dihitung dengan rumus :
Pembayaran = 1,0 (BL + BLT ) – 0,05 (( 1,0 ( BL + BLT ))
= 1,0 x RAP – 0,05 x 1,0 x RAP
= Tagihan – 0,05 x Tagihan
= Tagihan - Penahanan
7) Overdraft merupakan selisih antara biaya yang diperlukan dengan
pembayaran :
Overdraft = RAP - Pembayaran
8) Bunga Overdraft
Untuk mempermudah hitungan, besarnya bunga overdraft tiap bulan
diasumsikan sebesar 1% dari overdraft.
Bunga overdraft = 0,01 x Overdraft
39
BAB IV
METODE PENELITIAN
Suatu penelitian merupakan proses yang terdiri dari beberapa tahap. Tiap
tahapan merupakan bagian yang menentukan untuk menjalankan tahapan
selanjutnya. Teori-teori yang sudah ada merupakan dasar dalam melaksanakan
penelitian dan mengacu pada latar belakang dan tujuan yang hendak dicapai.
Untuk mendapatkan penelitian yang baik, diperlukan suatu urutan langkah yang
cermat. Hal ini dikarenakan penelitian merupakan suatu proses yang saling
berinteraksi satu sama lainnya sehingga setiap langkap perlu dilaksanakan secara
cermat.
Metodologi penelitian adalah langkah-langkah dan rencana dari proses
berpikir dan memecahkan masalah, mulai dari penelitian pendahuluan, penemuan
masalah, pengamatan, pengumpulan data baik dari referensi tertulis maupun
observasi langsung di lapangan. Melakukan pengolahan dan interpretasi data
sampai penarikan kesimpulan atas permasalahan yang diteliti.
4.1. Materi Penelitian
Pada penelitian ini akan membahas bagaimana penerapan analisis cash
flow optimal dengan memanfaatkan waktu tenggang (float time) dengan bantuan
metode PDM (Precedence Diagram Method) untuk pembuatan jadwal kegiatan
yang lebih optimal sehingga dapat memberikan profit yang maksimal pada
kontraktor.
4.2. Objek Penelitian
Obyek penelitian akan dilakukan pada Proyek Pembangunan Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta .
40
4.3. Jenis Data
Berdasarkan jenis datanya, maka data yang diperlukan terbagi dua yaitu
data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu data berupa angka yang
dapat diolah secara matematis dan analisis statistik.
Sedangkan berdasarkan sumbernya, data yang diperlukan dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Data Primer
Data primer yanitu data yang diperoleh langsung dari lapangan yaitu dari
Penanggung Jawab Proyek Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, dengan
data yang diperlukan adalah:
a. Data Cash In proyek
i. Dokumen kontrak
ii. Data pembayaran
b. Data Cash Out proyek
i. Time schedule dan kurva S
ii. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
2. Data Sekunder
Data yang didapat di luar data primer sebagai data pelengkap. Data sekunder
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data suku bunga bank yang
diperoleh dari suku bunga terakhir Bank Indonesia.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan diperoleh dengan cara mengambil data
langsung ke lapangan untuk data primer yang berhubungan langsung dengan
pelaksanaan proyek, sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara mencari
informasi dari media cetak.
4.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Penjadwalan Proyek
a. Membuat uraian dan urutan setiap kegiatan dalam aktivitas proyek.
b. Menentukan durasi waktu untuk setiap aktivitas.
41
c. Membuat diagram jaringan proyek dengan metode PDM dengan bantuan
software Microsoft Project.
2. Membuat analisis cash flow optimal pada kegiatan-kegiatan yang memiliki
waktu tenggang (float time) dengan membandingkan antara sistem
pembayaran setiap minggu, bulanan dan dengan sistem pembayaran dengan
termin progress 25% dengan pembanding tanpa uang muka dan dengan uang
muka 25% dan 50%, pada kondisi EST (Earliest Start Time), LST (Latest
Start Time), dan kondisi penggeseran (leveling) sehingga mendapatkan suatu
bentuk cash flow yang optimal. Analisis cash flow dilakukan dengan
menggunakan hitungan komputasi antara data cash in dan data cash flow dan
dicarai selisihnya sehingga diperoleh keuntungan proyek.
3. Kemudian membandingkan keuntungan maksimal yang diperoleh dari
beberapa kondisi yang ditinjau.
4.6. Tahapan Penelitian
42
Gambar 4.1 Flow Chart Penelitian
Pengumpulan Data
Penjadwalan dengan PDM
Desain Cash Flow
Float Time
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Mulai
Selesai
Optimal Tidak
Ya
EST Bulanan
-Tanpa Uang Muka - Uang Muka 25% - Uang Muka 50%
Termin 20% -Tanpa Uang Muka - Uang Muka 25% - Uang Muka 50%
Bulanan, Termin 20%
Kontrak & Sistem Pembayaran
LST Bulanan
-Tanpa Uang Muka - Uang Muka 25% - Uang Muka 50%
Termin 20% -Tanpa Uang Muka - Uang Muka 25% - Uang Muka 50%
Pergeseran Bulanan
-Tanpa Uang Muka - Uang Muka 25% - Uang Muka 50%
Termin 20% -Tanpa Uang Muka - Uang Muka 25% - Uang Muka 50%
43
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Umum Proyek
Proyek yang ditinjau dalam penelitian ini adalah Proyek Pembangunan
Gedung Instalasi Rawat Jalan RS Dr. Sardjito Tahap 1.
Pembangunan Gedung Instalasi Rawat Jalan RS Dr. Sardjito Tahap 1
Nilai Kontrak : Rp. 1.071.000.000,-
Waktu Pelaksanaan : 150 Hari Kalender
Tanggal Pekerjaan dimulai : 26 Agustus 2006
Tanggal Pekerjaan selesai : 28 Desember 2006
5.2.Data RAB Proyek
Daftar pekerjaan proyek beserta RAB nya disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.1. Daftar Pekerjaan dan RAB Proyek
Pekerjaan Durasi Nilai (Rp) Bobot (%) Pekerjaan Persiapan 18 Rp18,552,876 1.91 Pekerjaan Tanah 4 Rp4,870,505 0.50 Pekerjaan Pasangan Lantai 1 6 Rp9,553,682 0.98 Pekerjaan Pasangan Lantai 2 6 Rp9,553,682 0.98 Pekerjaan Beton Lantai 1 5 Rp65,197,325 6.70 Pekerjaan Beton Lantai 2 5 Rp65,197,325 6.70 Pekerjaan Lantai Lt1 4 Rp11,269,599 1.16 Pekerjaan Lantai Lt 2 4 Rp11,269,599 1.16 Pekerjaan Kusen dan Penggantung Lt 1 3 Rp16,851,946 1.73 Pekerjaan Kusen dan Penggantung Lt 2 3 Rp16,851,946 1.73 Pekerjaan Cat-catan Lt 1 8 Rp4,450,892 0.46 Pekerjaan Cat-catan Lt 2 8 Rp4,450,892 0.46 Pekerjaan Plafond 3 Rp11,449,433 1.18 Pekerjaan Atap 3 Rp61,967,806 6.36 Pekerjaan Sanitasi Lantai 1 4 Rp1,236,359 0.13 Pekerjaan Sanitasi Lantai 2 4 Rp1,236,359 0.13 Pekerjaan Interior 3 Rp5,574,855 0.57 Peralatan Utama Penyambungan Daya 4 Rp65,999,085 6.78 LWDP 3 Rp15,735,477 1.62 Panel 3 Rp10,010,760 1.03 Kabel Feeder 5 Rp16,814,481 1.73
44
Instalasi penerangan 6 Rp4,735,629 0.49 Instalasi Stop Kontak 6 Rp1,258,838 0.13 Instalasi Exhaust Fan 6 Rp149,862 0.02 Armature 8 Rp18,418,001 1.89 Penangkal Petir 2 Rp2,892,330 0.30 Pekerjaan Fire Protection 7 Rp7,508,070 0.77 Pekerjaan Soundsystem HS 7 Rp9,621,120 0.99 Pekerjaan Telephon 8 Rp8,512,144 0.87 Pekerjaan Air Conditioning 11 Rp83,218,192 8.55 Pekerjaan Hydrant 11 Rp31,935,524 3.28 Pekerjaan Plumbing 11 Rp37,225,642 3.82 Pekerjaan Lift 11 Rp109,773,682 11.27 Pekerjaan Infrastruktur 8 Rp58,296,194 5.99 Pekerjaan Ruang Satpam 1 Rp8,751,922 0.90 Bangunan Penunjang 5 Rp17,578,775 1.81 Pekerjaan Masjid 10 Rp71,349,147 7.33 Pekerjaan Pos Jaga 4 Rp2,217,953 0.23 Pekerjaan Interior C 9 Rp7,972,641 0.82 Pekerjaan Neon Box 1 Rp2,892,330 0.30 Pekerjaan Pagar 11 Rp11,329,543 1.16 Pekerjaan Selasar 17 Rp49,903,940 5.13 Jumlah Rp973,636,364 100.00 PPN Rp97,363,636 Total Biaya Rp1,071,000,000
Bacrchart yang didapatkan dari proyek adalah sebagai berikut:
45
46
47
5.3.Analisis Data
Analisis perencanaan biaya dilakukan dengan konsep cash flow, yaitu
membandingkan suatu bentuk cash flow yang optimal dari empat proyek tersebut
di atas dengan beberapa kondisi pembayaran yang berbeda yaitu dengan sistem
pembayaran bulanan dan sistem pembayaran termin progress 25% dengan
pembanding tanpa uang muka dan dengan uang muka 25% dan 50%. Dari
beberapa tinjauan tersebut, kemudian dibandingkan sehingga diperoleh
keuntungan yang optimum.
5.3.1. Penjadwalan PDM
Penjadwalan proyek dengan metode PDM diolah dengan menggunakan
Software Microsoft Project Barchart disusun dari identifikasi pekerjaan yang ada
dan hubungan antar pekerjaan menggunakan Microsoft Project. Hasilnya adalah
sebagai berikut:
48
Tabel 5.2. Daftar Pekerjaan, Durasi, Biaya Predecessors dan Successors
Kode Nama pekerjaan Durasi (Mgu) Biaya Predecessors 1 Pekerjaan Persiapan 18 Rp20.408.163,89
2 Pekerjaan Tanah 4 Rp5.357.555,14 1SS+1 day
3 Pekerjaan Pasangan Lantai 1 6 Rp10.509.050,47 2SS+1 day
4 Pekerjaan Pasangan Lantai 2 6 Rp10.509.050,47 5SS+1 day
5 Pekerjaan Beton Lantai 1 5 Rp71.717.057,37 "1SS+3 days;2SS+3 days;3SS+3 days"
6 Pekerjaan Beton Lantai 2 5 Rp71.717.057,37 5FS+1 day
7 Pekerjaan Lantai Lt1 4 Rp12.396.558,36 "5FS+7 days;6SS+1 day"
8 Pekerjaan Lantai Lt 2 4 Rp12.396.558,36 4FS+7 days
9 Pekerjaan Kusen dan Penggantung Lt 1 3 Rp18.537.140,79 3FS+1 day
10 Pekerjaan Kusen dan Penggantung Lt 2 3 Rp18.537.140,79 4FS+1 day
11 Pekerjaan Cat-catan Lt 1 8 Rp4.895.981,16 9FS+1 day
12 Pekerjaan Cat-catan Lt 2 8 Rp4.895.981,16 10FS+1 day
13 Pekerjaan Plafond 3 Rp12.594.375,78 14FS+1 day
14 Pekerjaan Atap 3 Rp68.164.586,19 4FS+1 day
15 Pekerjaan Sanitasi Lantai 1 4 Rp1.359.994,77 20FS+1 day
16 Pekerjaan Sanitasi Lantai 2 4 Rp1.359.994,77 20FS+1 day
17 Pekerjaan Interior 3 Rp6.132.340,04 14FS+1 day
18 Peralatan Utama Penyambungan Daya 4 Rp72.598.993,37 "15FS+1 day;16FS+1 day"
19 LWDP 3 Rp17.309.024,30 5FS+2 days
20 Panel 3 Rp11.011.836,41 5FS+2 days
21 Kabel Feeder 5 Rp18.495.928,83 19FS+1 day
22 Instalasi penerangan 6 Rp5.209.192,08 5FS+2 days
23 Instalasi Stop Kontak 6 Rp1.384.721,94 5FS+2 days
24 Instalasi Exhaust Fan 6 Rp164.847,85 5FS+2 days
49
25 Armature 8 Rp20.259.800,83 19SS+1 day
26 Penangkal Petir 2 Rp3.181.563,51 19SS+1 day
27 Pekerjaan Fire Protection 7 Rp8.258.877,31 23SS+1 day
28 Pekerjaan Soundsystem HS 7 Rp10.583.232,00 23SS+1 day
29 Pekerjaan Telephon 8 Rp9.363.357,91 23SS+1 day
30 Pekerjaan Air Conditioning 11 Rp91.540.011,39 23SS+1 day
31 Pekerjaan Hydrant 11 Rp35.129.076,94 23SS+1 day
32 Pekerjaan Plumbing 11 Rp40.948.206,07 23SS+1 day
33 Pekerjaan Lift 11 Rp120.751.050,50 23SS+1 day
34 Pekerjaan Infrastruktur 8 Rp64.125.813,85 35FS+1 day
35 Pekerjaan Ruang Satpam 1 Rp9.627.114,47 5FS+2 days
36 Bangunan Penunjang 5 Rp19.336.652,87 5FS+2 days
37 Pekerjaan Masjid 10 Rp78.484.061,63 5FS+2 days
38 Pekerjaan Pos Jaga 4 Rp2.439.748,19 35FS+1 day
39 Pekerjaan Interior C 9 Rp8.769.905,65 35SS+1 day
40 Pekerjaan Neon Box 1 Rp3.181.563,51 39FS+1 day
41 Pekerjaan Pagar 11 Rp12.462.497,50 5FS+2 days
42 Pekerjaan Selasar 17 Rp54.894.334,22 5SS+1 day
43 Selesai 0 days Rp0
"40;42;41;37;36;24;33;32;31; 30;29;28;27;22;18;25;26;21; 7;11;17;8;12;38;34;13"
50
5.3.1. Hubungan dan Karakteristik tiap item Pekerjaan
Berdasarkan data hubungan tiap item pekerjaan yang diperoleh dari analisis
dengan menggunakan PDM, yang diolah dengan software Microsoft Project 2003,
dapat ditentukan mana pekerjaan kritis dan non kritis (yang memiliki float). Jenis
Pekerjaan kritis dan non kritis dapat dilihat pada tabel beikut:
51
Tabel 5.3. Daftar Pekerjaan, Durasi, Mulai, Selesai, LS, LF, dan Lintasan Kritis
Kode Nama pekerjaan Durasi (Mgu) Start Finish Late Start Late Finish Slack (mgu) Critical 1 Pekerjaan Persiapan 18 28/08/2008 8:00 31/12/2008 17:00 29/08/2008 8:00 01/01/2009 17:00 0,2 wks Yes 2 Pekerjaan Tanah 4 29/08/2008 8:00 25/09/2008 17:00 01/09/2008 8:00 26/09/2008 17:00 0,2 wks Yes 3 Pekerjaan Pasangan Lantai 1 6 01/09/2008 8:00 10/10/2008 17:00 02/09/2008 8:00 13/10/2008 17:00 0,2 wks Yes 4 Pekerjaan Pasangan Lantai 2 6 05/09/2008 8:00 16/10/2008 17:00 08/09/2008 8:00 17/10/2008 17:00 0,2 wks Yes 5 Pekerjaan Beton Lantai 1 5 04/09/2008 8:00 08/10/2008 17:00 05/09/2008 8:00 09/10/2008 17:00 0,2 wks Yes6 Pekerjaan Beton Lantai 2 5 10/10/2008 8:00 13/11/2008 17:00 03/12/2008 8:00 06/01/2009 17:00 7,6 wks No 7 Pekerjaan Lantai Lt1 4 20/10/2008 8:00 14/11/2008 17:00 10/12/2008 8:00 06/01/2009 17:00 7,4 wks No 8 Pekerjaan Lantai Lt 2 4 28/10/2008 8:00 24/11/2008 17:00 10/12/2008 8:00 06/01/2009 17:00 6,2 wks No 9 Pekerjaan Kusen dan Penggantung Lt 1 3 14/10/2008 8:00 03/11/2008 17:00 21/10/2008 8:00 10/11/2008 17:00 1 wk No
10 Pekerjaan Kusen dan Penggantung Lt 2 3 20/10/2008 8:00 07/11/2008 17:00 21/10/2008 8:00 10/11/2008 17:00 0,2 wks Yes 11 Pekerjaan Cat-catan Lt 1 8 05/11/2008 8:00 30/12/2008 17:00 12/11/2008 8:00 06/01/2009 17:00 1 wk No12 Pekerjaan Cat-catan Lt 2 8 11/11/2008 8:00 05/01/2009 17:00 12/11/2008 8:00 06/01/2009 17:00 0,2 wks Yes 13 Pekerjaan Plafond 3 11/11/2008 8:00 01/12/2008 17:00 17/12/2008 8:00 06/01/2009 17:00 5,2 wks No 14 Pekerjaan Atap 3 20/10/2008 8:00 07/11/2008 17:00 25/11/2008 8:00 15/12/2008 17:00 5,2 wks No 15 Pekerjaan Sanitasi Lantai 1 4 04/11/2008 8:00 01/12/2008 17:00 11/11/2008 8:00 08/12/2008 17:00 1 wk No 16 Pekerjaan Sanitasi Lantai 2 4 04/11/2008 8:00 01/12/2008 17:00 11/11/2008 8:00 08/12/2008 17:00 1 wk No 17 Pekerjaan Interior 3 11/11/2008 8:00 01/12/2008 17:00 17/12/2008 8:00 06/01/2009 17:00 5,2 wks No 18 Peralatan Utama Penyambungan Daya 4 03/12/2008 8:00 30/12/2008 17:00 10/12/2008 8:00 06/01/2009 17:00 1 wk No 19 LWDP 3 13/10/2008 8:00 31/10/2008 17:00 11/11/2008 8:00 01/12/2008 17:00 4,2 wks No 20 Panel 3 13/10/2008 8:00 31/10/2008 17:00 20/10/2008 8:00 07/11/2008 17:00 1 wk No 21 Kabel Feeder 5 04/11/2008 8:00 08/12/2008 17:00 03/12/2008 8:00 06/01/2009 17:00 4,2 wks No 22 Instalasi penerangan 6 13/10/2008 8:00 16/12/2008 17:00 03/11/2008 8:00 06/01/2009 17:00 3 wks No 23 Instalasi Stop Kontak 6 13/10/2008 8:00 16/12/2008 17:00 21/10/2008 8:00 24/12/2008 17:00 1,2 wks No 24 Instalasi Exhaust Fan 6 13/10/2008 8:00 16/12/2008 17:00 03/11/2008 8:00 06/01/2009 17:00 3 wks No
52
25 Armature 8 14/10/2008 8:00 08/12/2008 17:00 12/11/2008 8:00 06/01/2009 17:00 4,2 wks No 26 Penangkal Petir 2 27/10/2008 8:00 07/11/2008 17:00 24/12/2008 8:00 06/01/2009 17:00 8,4 wks No 27 Pekerjaan Fire Protection 7 14/10/2008 8:00 29/12/2008 17:00 22/10/2008 8:00 06/01/2009 17:00 1,2 wks No 28 Pekerjaan Soundsystem HS 7 14/10/2008 8:00 01/12/2008 17:00 19/11/2008 8:00 06/01/2009 17:00 5,2 wks No 29 Pekerjaan Telephon 8 14/10/2008 8:00 08/12/2008 17:00 12/11/2008 8:00 06/01/2009 17:00 4,2 wks No 30 Pekerjaan Air Conditioning 11 14/10/2008 8:00 29/12/2008 17:00 22/10/2008 8:00 06/01/2009 17:00 1,2 wks No 31 Pekerjaan Hydrant 11 14/10/2008 8:00 29/12/2008 17:00 22/10/2008 8:00 06/01/2009 17:00 1,2 wks No 32 Pekerjaan Plumbing 11 14/10/2008 8:00 29/12/2008 17:00 22/10/2008 8:00 06/01/2009 17:00 1,2 wks No 33 Pekerjaan Lift 11 14/10/2008 8:00 29/12/2008 17:00 22/10/2008 8:00 06/01/2009 17:00 1,2 wks No 34 Pekerjaan Infrastruktur 8 04/11/2008 8:00 29/12/2008 17:00 12/11/2008 8:00 06/01/2009 17:00 1,2 wks No 35 Pekerjaan Ruang Satpam 1 27/10/2008 8:00 31/10/2008 17:00 27/10/2008 8:00 31/10/2008 17:00 0 wks Yes 36 Bangunan Penunjang 5 13/10/2008 8:00 14/11/2008 17:00 03/12/2008 8:00 06/01/2009 17:00 7,4 wks No 37 Pekerjaan Masjid 10 13/10/2008 8:00 19/12/2008 17:00 29/10/2008 8:00 06/01/2009 17:00 2,4 wks No 38 Pekerjaan Pos Jaga 4 04/11/2008 8:00 01/12/2008 17:00 10/12/2008 8:00 06/01/2009 17:00 5,2 wks No 39 Pekerjaan Interior C 9 28/10/2008 8:00 29/12/2008 17:00 28/10/2008 8:00 29/12/2008 17:00 0 wks Yes 40 Pekerjaan Neon Box 1 31/12/2008 8:00 06/01/2009 17:00 31/12/2008 8:00 06/01/2009 17:00 0 wks Yes 41 Pekerjaan Pagar 11 13/10/2008 8:00 26/12/2008 17:00 22/10/2008 8:00 06/01/2009 17:00 1,4 wks No42 Pekerjaan Selasar 17 05/09/2008 8:00 01/01/2009 17:00 10/09/2008 8:00 06/01/2009 17:00 0,6 wks No 43 Selesai 0 days 06/01/2009 17:00 06/01/2009 17:00 06/01/2009 17:00 06/01/2009 17:00 0 days Yes
53
Dari tabel di atas dapat disusun Bharchart dan Kurva S PDM pada kondisi
EST, LST dan Geser Optimum. Pada tabel dan gambar berikut:
54
Gambar 5.1. Kurva S Penjadwalan EST Proyek Pembangunan Sardjito
55
Gambar 5.2. Kurva S Penjadwalan LST Proyek Pembangunan Sardjito
Gambar 5.2. Kurva S Penjadwalan LST Proyek Pembangunan Sardjito
56
Gambar 5.3. Kurva S Penjadwalan Geser Proyek Pembangunan Sardjito
57
5.3.2. Langkah-langkah Perhitungan Cash Flow
Langkah-langkah perhitungan cash flow pada penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
1. Dari data proyek berupa kurva S biaya, penulis menyusun ulang kurva S
proyek tersebut dengan kaidah dasar yang berlaku dan logika ketergantungan.
Kemudian dengan bantuan Microsoft Project dibuat Barchart EST, LST, dan
penggeseran yang kemudian dihasilkan RAB. Penulis mencoba membuat RAP,
dengan asumsi bahwa pada nilai kontrak (RAB) sudah termasuk profit
kontraktor yang sudah termasuk overhead umum sebesar 10%. Dengan kata
lain dapat dituliskan sebagai berikut:
RAB = RAP + Profit
RAP = RAB – 10% RAB
RAP = 0.9 RAB (1)
2. Untuk perhitungan cash flow ini akan ditinjau berdasarkan pembayaran sistem
pembayaran bulanan dan termin progress 20%, dengan pembanding tanpa uang
muka dan dengan uang muka 20% dan 30%.
3. Untuk tujuan ilustrasi, RAP dibedakan menjadi :
1) Biaya tak langsung / overhead proyek
Berdasarkan survei di lapangan, tidak ada ukuran yang pasti untuk
menentukan besarnya overhead pada pelaksanaan konstruksi fisik. Untuk
mempermudah perhitungan diambil asumsi bahwa besarnya biaya tak
langsung proyek adalah sebesar 5% dari RAB.
Dapat dituliskan :
Biaya tak langsung = 0,05 RAB (2)
2) Biaya Langsung
Merupakan biaya pelaksanaan konstruksi fisik yang besarnya adalah selisih
antara RAP dan biaya tak langsung, dapat dihitung sebagai berikut:
Biaya langsung = RAP – biaya tak langsung
= 0,9 RAB – 0,05 RAB
= 0,85 RAB (3)
3) Untuk menghitung besarnya profit kontraktor, dapat dirumuskan :
58
Profit = 0,1 RAB (4)
4) Besarnya tagihan dari kontraktor kepada owner dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Tagihan = Prestasi
Tagihan = RAP + Profit
= 0,9 RAB + 0,1 RAB (5)
Tagihan = RAB (6)
5) Diasumsikan bahwa Owner melakukan penahanan sebesar 5% dari tagihan
(Halpin & Woodhead, 1998). Sehingga besarnya penahanan dapat dihitung
sebagai berikut :
Penahanan = 0,05 x Tagihan (7)
= 0,05 x RAB (8)
Penahanan 5% ini akan dibayar pada akhir pelaksanaan konstruksi sebagai
biaya untuk pemeliharaan.
6) Pembayaran dari owner kepada kontraktor dilakukan setelah pekerjaan
konstruksi. Besarnya pembayaran dapat dihitung dengan rumus :
Pembayaran = Tagihan – 0,05 x Tagihan (9)
= Tagihan – Penahanan (10)
7) Overdraft merupakan selisih antara biaya yang diperlukan dengan
pembayaran :
Overdraft = RAP – Pembayaran (11)
8) Bunga Overdraft
Untuk mempermudah hitungan, besarnya bunga overdraft tiap bulan
diasumsikan sebesar 12% per tahun atau 1% per bulan dari overdraft.
Bunga overdraft = 0,01 x Overdraft (12)
Dalam analisis cash flow ini ditinjau terhadap dua sistem pembayaran
yaitu sistem pembayaran bulanan (MC) dan sistem termin 25%, kelemahan dari
sistem pembayaran bulanan adalah pada saat dilakukan pembayaran dapat terjadi
tidak sesuai dengan perencanaan yang ada sedangkan kelemahan sistem termin
59
25% adalah kontraktor tidak akan dibayar apabila progress pekerjaan belum
tercapai.
5.3.3. Analisis Cash Flow
a. Perhitungan Cash Flow Tanpa Uang Muka
Dari Microsoft Project diperoleh cash flow berdasarkan berbagai kondisi
keuangan proyek, sebagai contoh untuk proyek Pembangunan Pembangunan
Gedung Instalasi Rawat Jalan RS Dr. Sardjito Tahap 1, seperti terdapat dalam
Tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1 RAB Proyek Pembangunan Pembangunan Gedung Instalasi Rawat
Jalan RS Dr. Sardjito Tahap 1 untuk sistem pembayaran bulanan
Bulan EST (Rp) % LST (Rp) % Pergeseran (Rp) %
1 34.100.602,42 3,18%
25.896.620,58 2,42% 33.289.622,16 3,11%
2 222.974.522,36 20,82%
123.376.750,19 11,52% 149.632.273,21 13,97%
3 365.716.921,37 34,15%
265.719.354,08 24,81% 349.090.375,76 32,59%
4 311.085.660,98 29,05%
331.667.609,55 30,97% 307.866.579,25 28,75%
5 137.122.292,87 12,80%
324.339.665,60 30,28% 231.121.149,62 21,58%
Jumlah 1.071.000.000,00 100,00%
1.071.000.000,00 100,00% 1.071.000.000,00 100,00%
Perhitungan berdasarkan EST dengan sistem pembayaran bulanan tanpa
uang muka pada proyek Pembangunan Pembangunan Gedung Instalasi Rawat
Jalan RS Dr. Sardjito Tahap 1 adalah sebagai berikut:
1. Cash Out Bulan ke-1
Yang dimaksud cash out dari proyek adalah RAP, Biaya Langsung dan Biaya
Tak Langsung.
RAB bulan ke-1 = Rp 34,100,602.42
Berdasarkan persamaan (1) besarnya RAP adalah
RAP1 = 0,90 x RAB
60
= 0,85 RAB + 0,05 RAB
= BL + BTL
= 0,90 x Rp 34,100,602.42 = Rp 30,690,542.18
Besarnya biaya tak langsung (BTL) dihitung dengan persamaan (2)
BTL1 = 0,05 x RAB
= 0,05 x Rp 34,100,602.42 = Rp 1,705,030.12
Sedangkan Biaya Langsung (BL) dihitung dengan persamaan (3)
BL1 = 0,85 x RAB
= 0,85 x Rp 34,100,602.42 = Rp 28,985,512.06
2. Cash In Bulan ke-1
Yang termasuk kedalam cash in proyek adalah RAB, profit atau keuntungan,
tagihan dan retensi atau penahanan oleh owner.
Profit kontraktor dapat dihitung dengan persamaan (4)
Profit1 = 0,1 x RAB
= 0,1 x Rp 34,100,602.42 = Rp 3,410,060.24
Besarnya tagihan yang dibuat kontraktor berdasarkan persamaan (5)
Tagihan1 = Prestasi
= RAP + Profit
= Rp 30,690,542.18 + Rp 3,410,060.24
= Rp 34,100,602.42
Berdasarkan persamaan (6) owner melakukan retensi sebesar:
Retensi1 = 0,05 x Tagihan
= 0,05 x Rp 34,100,602.42
= Rp 1,705,030.12
Setelah diketahui besarnya tagihan dan retensi, maka berdasarkan persamaan
(7) besarnya pembayaran yang dilakukan owner kepada kontraktor pada
pembayaran bulan ke-2 adalah sebagai berkut:
Pembayaran1 = Tagihan - Retensi
= Rp 34,100,602.42 - Rp 1,705,030.12
= Rp 32,395,572.30
61
3. Cash Flow Bulan ke-1
Overdraft pada akhir pembayaran 1 dapat dihitung dengan persamaan (8)
Overdraft pembayaran ke-1 = Cash in – Cash out
= 0 – Rp 30,690,542.18
= – Rp 30,690,542.18
dari perhitungan di atas di peroleh bunga overdraft berdasrarkan persamaan
(9), yaitu
Bunga overdraft = 0,01 x Overdraft
= 0,01x Rp 30,690,542.18
= Rp 306.905,42
Overdraft + bunga overdraft = Rp 30,690,542.18 + Rp 3,682,865.06
= Rp 34,373,407.24
4. Cash Out Bulan ke-2
Yang dimaksud cash out dari proyek adalah RAP, Biaya Langsung dan Biaya
Tak Langsung.
RAB bulan ke-2 = Rp 218.645.452,43
Berdasarkan persamaan (1) besarnya RAP adalah
RAP2 = 0,90 x RAB
= 0,85 RAB + 0,05 RAB
= BL + BTL
= 0,90 x Rp 218.645.452,43 = Rp 196.780.907,19
Besarnya biaya tak langsung (BTL) dihitung dengan persamaan (2)
BTL2 = 0,05 x RAB
= 0,05 x Rp 218.645.452,43 = Rp 10.932.272,62
Sedangkan Biaya Langsung (BL) dihitung dengan persamaan (3)
BL2 = 0,85 x RAB
= 0,85 x Rp 218.645.452,43 = Rp 185.848.634,57
5. Cash In Bulan ke-2
Yang termasuk ke dalam cash in proyek adalah RAB, profit atau keuntungan,
tagihan dan retensi atau penahanan oleh owner.
Profit kontraktor dapat dihitung dengan persamaan (4)
62
Profit2 = 0,1 x RAB
= 0,1 x Rp 218.645.452,43 = Rp 21.864.545,24
Besarnya tagihan yang dibuat kontraktor berdasarkan persamaan (5)
Tagihan2 = Prestasi
= RAP + Profit
= Rp 196.780.907,19 + Rp 21.864.545,24
= Rp 218.645.452,43
Berdasarkan persamaan (6) owner melakukan retensi sebesar:
Retensi2 = 0,05 x Tagihan
= 0,05 x Rp 218.645.452,43
= Rp 10.932.272,62
Setelah diketahui besarnya tagihan dan retensi, maka berdasarkan persamaan
(7) besarnya pembayaran yang dilakukan owner kepada kontraktor pada
pembayaran bulan ke-3 adalah sebagai berkut:
Pembayaran3 = Tagihan bulan ke-2 – Retensi bulan ke-2
= Rp 218.645.452,43 - Rp 10.932.272,62
= Rp 207.713.179,81
6. Cash Flow Bulan ke-2
Overdraft pada akhir pembayaran 2 dapat dihitung dengan persamaan (8)
Overdraft pembayaran ke-2 = (Cash in bulan ke-2 – Cash out bulan ke-2)
+ (Overdraft + bunga) bulan ke-1
= (Rp 32,395,572.30 - Rp 196.780.907,19) + (-Rp
30,690,542.18 ) + (- Rp 306.905,42)
= – Rp 199.278.945,42
Dari perhitungan di atas di peroleh bunga overdraft berdasrarkan persamaan
(9), yaitu
Bunga overdraft2 = 0,01 x Overdraft
= 0,01 x (–Rp 195.935.084,29)
= -Rp 1.959.350,84
Overdraft + bunga overdraft = (–Rp 195.935.084,29) + (-Rp 1.959.350,84)
63
= (-Rp 197.894.435,13)
Dengan cara yang sama dengan menggunakan rumus di atas, perhitungan
cash flow pembayaran bulan berikutnya dapat dilanjutkan sampai pembayaran
100% dan biaya pekerjaan untuk pembayaran terakhir ini, diterima pada awal
bulan ke-6, seperti terlihat ada Tabel 5.2 dan hasil selengkapnya terdapat pada
lampiran.
Pembayaran terakhir diperoleh:
= tagihan bulan 5 – retensi bulan ke 5
= Rp 25.144.616,00 – Rp 1.257.230,80
= Rp 23.887.385,20
Awal pembayaran bulan ke-7 mendapat pengembalian retensi sebesar Rp
48.681.829,95. Overdraft pada akhir bulan bertanda positif berarti tidak
diperlukan pinjaman uang sehingga bunga overdraft nol. Pada penutupan terakhir
menghasilkan angka sebesar Rp 89.460.723,20 yang berarti keuntungan/profit
yang didapatkan kontraktor sebesar:
= %19,9%10093,598.636.973,2089.460.723 Rp
=×⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛
Sedangkan dengan melihat pada Tabel 5.2, overdraft maksimum terjadi
pada bulan ke-4 sebesar Rp 242.592.275,73 yang berarti kontraktor harus
menyediakan dana minimum sebesar Rp 242.592.275,73 untuk membiayai
proyek.
64
Tabel 5.2 Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan Tanpa Uang Muka (EST)
Pem Baya ran
RAB (a)
Cash Out Cash In Cash Flow
RAP (b=0,9xa)
Biaya Langsung (c=0,85xa)
Biaya Tak Langsung (d=0,05xa)
Profit (e=0,10xa)
Tagihan (f=b+e)
Penahanan (g=0,05xf)
Pembayaran (h=f-g)
Overdraft (i=h-b)
Bunga Overdraft (j=0,01xi)
Overdraft+ Bunga (k=i+j)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 34,100,602.42
30,690,542.18
28,985,512.06
1,705,030.12
3,410,060.24
34,100,602.42
1,705,030.12
(30.690.542,18) (306.905,42)
(30.997.447,60)
2 222,974,522.36
200,677,070.12
189,528,344.01
11,148,726.12
22,297,452.24
222,974,522.36
11,148,726.12
32,395,572.30
(199.278.945,42)
(1.992.789,45)
(201.271.734,88)
3 365,716,921.37
329,145,229.23
310,859,383.16
18,285,846.07
36,571,692.14
365,716,921.37
18,285,846.07
211,825,796.24
(318.591.167,87)
(3.185.911,68)
(321.777.079,55)
4 311,085,660.98
279,977,094.88
264,422,811.83
15,554,283.05
31,108,566.10
311,085,660.98
15,554,283.05
347,431,075.30
(254.323.099,13)
(2.543.230,99)
(256.866.330,12)
5 137,122,292.87
123,410,063.58
116,553,948.94
6,856,114.64
13,712,229.29
137,122,292.87
6,856,114.64
295,531,377.93
(84.745.015,77)
-
(84.745.015,77)
6 -
-
-
-
-
-
130,266,178.23
45.521.162,45
-
45.521.162,45
7 53,550,000.00
99.071.162,45
-
99.071.162,45
1,071,000,000.00
963,900,000.00
910,350,000.00
53,550,000.00
107,100,000.00
1,071,000,000.00
53,550,000.00
1,071,000,000.00
9,25
Profit =(Angka Penutupan Akhir/RAB total)x100% = 99.071.162,45/1,071,000,000.00x100%
= 9,25%
65
Tabel 5.3 Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan Tanpa Uang Muka (LST)
Pem Baya ran
RAB (a)
Cash Out Cash In Cash Flow
RAP (b=0,9xa)
Biaya Langsung (c=0,85xa)
Biaya Tak Langsung (d=0,05xa)
Profit (e=0,10xa)
Tagihan (f=b+e)
Penahanan (g=0,05xf)
Pembayaran (h=f-g)
Overdraft (i=h-b)
Bunga Overdraft (j=0,01xi)
Overdraft+ Bunga (k=i+j)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 25,896,620.58
23,306,958.52
22,012,127.49
1,294,831.03
2,589,662.06
25,896,620.58
1,294,831.03
(23.306.958,52) (233.069,59)
(23.540.028,11)
2 123,376,750.19
111,039,075.17
104,870,237.66
6,168,837.51
12,337,675.02
123,376,750.19
6,168,837.51
24,601,789.55
(109.977.313,73)
(1.099.773,14)
(111.077.086,86)
3 265,719,354.08
239,147,418.67
225,861,450.97
13,285,967.70
26,571,935.41
265,719,354.08
13,285,967.70
117,207,912.68
(233.016.592,86)
(2.330.165,93)
(235.346.758,78)
4 331,667,609.55
298,500,848.60
281,917,468.12
16,583,380.48
33,166,760.96
331,667,609.55
16,583,380.48
252,433,386.38
(281.414.221,00)
(2.814.142,21)
(284.228.363,21)
5 324,339,665.60
291,905,699.04
275,688,715.76
16,216,983.28
32,433,966.56
324,339,665.60
16,216,983.28
315,084,229.07
(261.049.833,18)
(2.610.498,33)
(263.660.331,51)
6 -
-
-
-
-
-
308,122,682.32
44.462.350,81
444.623,51
44.906.974,32
7 53,550,000.00
98.012.350,81
-
98.012.350,81
1,071,000,000.00
963,900,000.00
910,350,000.00
53,550,000.00
107,100,000.00
1,071,000,000.00
53,550,000.00
1,071,000,000.00
9,15
Profit =(Angka Penutupan Akhir/RAB total)x100% = 98.012.350,81 /1,071,000,000.00x100%
= 9,15%
66
Tabel 5.4 Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan Tanpa Uang Muka (Geser)
Pem Baya ran
RAB (a)
Cash Out Cash In Cash Flow
RAP (b=0,9xa)
Biaya Langsung (c=0,85xa)
Biaya Tak Langsung (d=0,05xa)
Profit (e=0,10xa)
Tagihan (f=b+e)
Penahanan (g=0,05xf)
Pembayaran (h=f-g)
Overdraft (i=h-b)
Bunga Overdraft (j=0,01xi)
Overdraft+ Bunga (k=i+j)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 33,289,622.16
29,960,659.94
28,296,178.84
1,664,481.11
3,328,962.22
33,289,622.16
1,664,481.11
(29.960.659,94) (299.606,60)
(30.260.266,54)
2 149,632,273.21
134,669,045.89
127,187,432.23
7,481,613.66
14,963,227.32
149,632,273.21
7,481,613.66
31,625,141.05
(133.304.171,38)
(1.333.041,71)
(134.637.213,09)
3 349,090,375.76
314,181,338.18
296,726,819.40
17,454,518.79
34,909,037.58
349,090,375.76
17,454,518.79
142,150,659.55
(306.667.891,73)
(3.066.678,92)
(309.734.570,65)
4 307,866,579.25
277,079,921.33
261,686,592.36
15,393,328.96
30,786,657.93
307,866,579.25
15,393,328.96
331,635,856.97
(255.178.635,00)
(2.551.786,35)
(257.730.421,35)
5 231,121,149.62
208,009,034.66
196,452,977.18
11,556,057.48
23,112,114.96
231,121,149.62
11,556,057.48
292,473,250.29
(173.266.205,72)
(1.732.662,06)
(174.998.867,78)
6 -
-
-
-
-
-
219,565,092.14
44.566.224,36
-
44.566.224,36
7 53,550,000.00
98.116.224,36
-
98.116.224,36
1,071,000,000.00
963,900,000.00
910,350,000.00
53,550,000.00
107,100,000.00
1,071,000,000.00
53,550,000.00
1,071,000,000.00
9,16
Profit =(Angka Penutupan Akhir/RAB total)x100% = 98.116.224,36 /1,071,000,000.00x100%
= 9,16%
67
b. Dengan Uang Muka
Perhitungan cash flow dengan uang muka memiliki langkah yang sama
dengan perhitungan cash flow tanpa uang muka di atas. Uang muka yang
dibayarkan oleh owner akan dicoba sebesar 25% dan 50% dari nilai kontrak dan
pengembalian uang muka dilakukan setiap pembayaran sampai proyek selesai
100%. Bunga dari uang muka dibayar sampai proyek selesai.
Pembayaran 1 = (Tagihan – Retensi) (Uang muka/lama pembayaran)
Overdraft 1 = RAP – pembayaran (uang muka)
1. Cash Out Bulan ke-1
Yang dimaksud cash out dari proyek adalah RAP, Biaya Langsung dan Biaya
Tak Langsung.
RAB bulan ke-1 = Rp 34,100,602.42
Berdasarkan persamaan (1) besarnya RAP adalah
RAP1 = 0,90 x RAB
= 0,85 RAB + 0,05 RAB
= BL + BTL
= 0,90 x Rp 34,100,602.42 = Rp 18.566.841,13
Besarnya biaya tak langsung (BTL) dihitung dengan persamaan (2)
BTL1 = 0,05 x RAB
= 0,05 x Rp 34,100,602.42 = Rp 1,705,030.12
Sedangkan Biaya Langsung (BL) dihitung dengan persamaan (3)
BL1 = 0,85 x RAB
= 0,85 x Rp 34,100,602.42 = Rp 28,985,512.06
2. Cash In Bulan ke-1
Yang termasuk ke dalam cash in proyek adalah RAB, profit atau keuntungan,
tagihan dan retensi atau penahanan oleh owner.
Profit kontraktor dapat dihitung dengan persamaan (4)
Profit1 = 0,1 x RAB
= 0,1 x Rp 34,100,602.42 = Rp 3,410,060.24
Besarnya tagihan yang dibuat kontraktor berdasarkan persamaan (5)
Tagihan1 = Prestasi
68
= RAP + Profit
= Rp 30,690,542.18 + Rp 3,410,060.24
= Rp 34,100,602.42
Berdasarkan persamaan (6) owner melakukan retensi sebesar:
Retensi1 = 0,05 x Tagihan
= 0,05 x Rp 34,100,602.42
= Rp 1,705,030.12
Setelah diketahui besarnya tagihan dan retensi, maka berdasarkan persamaan
(7) besarnya pembayaran yang dilakukan owner kepada kontraktor pada
pembayaran bulan ke-1 atau uang muka adalah sebesar 20% dari nilai
kontrak, sebagai berkut:
Pembayaran pertama adalah uang muka sebesar:
= 25% x Rp 973.636.598,93 = Rp 243.409.149,73
3. Cash Flow Bulan ke-1
Overdraft pada akhir pembayaran 1 dapat dihitung dengan persamaan (8)
Overdraft pembayaran ke-1 = Cash in – Cash out
= Rp 243.409.149,73 – Rp 30,690,542.18
= Rp 224.842.305,61
Karena overdraft bernilai positif, maka bunga overdraft adalah nol atau tidak
ada bunga.
Bunga overdraft = 0,12 x Overdraft
= 0,01 x Rp 0
= 0
Overdraft + bunga overdraft = Rp 224.842.305,61 + 0
= Rp 224.842.305,61
4. Cash Out Bulan ke-2
Yang dimaksud cash out dari proyek adalah RAP, Biaya Langsung dan Biaya
Tak Langsung.
RAB bulan ke-2 = Rp 218.645.452,43
Berdasarkan persamaan (1) besarnya RAP adalah
RAP2 = 0,90 x RAB
69
= 0,85 RAB + 0,05 RAB
= BL + BTL
= 0,90 x Rp 218.645.452,43 = Rp 196.780.907,19
Besarnya biaya tak langsung (BTL) dihitung dengan persamaan (2)
BTL2 = 0,05 x RAB
= 0,05 x Rp 218.645.452,43 = Rp 10.932.272,62
Sedangkan Biaya Langsung (BL) dihitung dengan persamaan (3)
BL2 = 0,85 x RAB
= 0,85 x Rp 218.645.452,43 = Rp 185.848.634,57
5. Cash In Bulan ke-2
Yang termasuk ke dalam cash in proyek adalah RAB, profit atau keuntungan,
tagihan dan retensi atau penahanan oleh owner.
Profit kontraktor dapat dihitung dengan persamaan (4)
Profit2 = 0,1 x RAB
= 0,1 x Rp 218.645.452,43 = Rp 21.864.545,24
Besarnya tagihan yang dibuat kontraktor berdasarkan persamaan (5)
Tagihan2 = Prestasi
= RAP + Profit
= Rp 196.780.907,19 + Rp 21.864.545,24
= Rp 218.645.452,43
Berdasarkan persamaan (6) owner melakukan retensi sebesar:
Retensi2 = 0,05 x Tagihan
= 0,05 x Rp 218.645.452,43
= Rp 10.932.272,62
Setelah diketahui besarnya tagihan dan retensi, maka berdasarkan persamaan
(7) besarnya pembayaran yang dilakukan owner kepada kontraktor pada
pembayaran bulan ke-2 adalah sebagai berkut:
Pembayaran2 = (Tagihan ke-1–Retensi ke-1)– ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛Pembayaran Jml
muka Uang
= (Rp 20.629.826,81-Rp 1,705,030.12 )- 6
9,73243.409.14 Rp
70
= (- Rp 20.969.856,16)
6. Cash Flow Bulan ke-2
Overdraft pada akhir pembayaran 2 dapat dihitung dengan persamaan (8)
Overdraft pembayaran ke-2 = (Cash in bulan ke-2 – Cash out bulan ke-2)
+ (Overdraft + bunga) bulan ke-1
= (Rp 20.969.856,16 – (Rp 196.780.907,19) + (Rp
224.842.305,61) + (Rp 0,00)
= Rp 7.091.542,26
Karena nilai overdraft positif maka bunga overdraft adalah nol atau tidak ada
bunga overdraft.
Bunga overdraft2 = 0,12 x Overdraft
= 0,01 x Rp 0,00
= Rp 0,00
Overdraft + bunga overdraft = Rp 7.091.542,26 + Rp 0,00
= Rp 7.091.542,26
Dengan cara yang sama, dengan menggunakan rumus di atas, perhitungan
cash flow pembayaran berikutnya dapat dilanjutkan sampai pembayaran 100%
dan biaya pekerjaan untuk pembayaran terakhir ini, diterima pada awal bulan ke-
7, seperti terlihat ada Tabel 5.3 dan hasil lengkapnya terdapat pada lampiran.
Pembayaran terakhir diperoleh:
= (tagihan bulan 6 – retensi bulan ke 6) - ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛Pembayaran Jml
muka Uang
= (Rp 25.144.616,00 – Rp 1.257.230,80) - ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
69,73243.409.14 Rp
= - Rp 16.680.806,42
Awal pembayaran bulan ke-8 mendapat pengembalian retensi sebesar Rp
48.681.829,95. Overdraft pada akhir bulan bertanda positif berarti tidak
diperlukan pinjaman uang sehingga bunga overdraft nol. Pada penutupan terakhir
menghasilkan angka sebesar Rp 95.366.663,24 yang berarti keuntungan/profit
yang didapatkan kontraktor sebesar:
71
= %795,9%10093,598.636.973,2495.366.663 Rp
=×⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛
Sedangkan dengan melihat pada Tabel 5.3, overdraft maksimum terjadi
pada bulan ke-4 sebesar Rp 117.098.503,72 yang berarti kontraktor harus
menyediakan dana minimum sebesar Rp 117.098.503,72 untuk membiayai
proyek.
Dengan cara perhitungan yang sama seperti di atas, untuk kondisi
penjadwalan latest start time dan pergeseran ditunjukkan dalam Tabel 5.3. dengan
pembanding tanpa uang muka, uang muka 25% dan uang Muka 30%. Sedangkan
hasil analisis untuk sistem pembayaran progress 25%, selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran, dengan hasil analisis cash flow untuk kedua sistem pembayaran
yaitu sistem bulanan dan sistem progress 25% terdapat dalam tabel 5.4 sampai
dengan tabel 5.5.
72
Tabel 5.5 Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan Dengan Uang Muka 20% (EST)
Pem Bayar
an
RAB (a)
Cash Out Cash In Cash Flow
RAP (b=0,9xa)
Biaya Langsung (c=0,85xa)
Biaya Tak Langsung (d=0,05xa)
Profit (e=0,10xa)
Tagihan (f=b+e)
Penahanan (g=0,05xf)
Pembayaran (h=f-g)
Overdraft (i=h-b)
Bunga Overdraft (j=0,01xi)
Overdraft+ Bunga (k=i+j)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 34,100,602.42
30,690,542.18
28,985,512.06
1,705,030.12
3,328,962.22
33,289,622.16
1,664,481.11
214.200.000,00 183.509.457,82
- 183.509.457,82
2 222,974,522.36
200,677,070.12
189,528,344.01
11,148,726.12
14,963,227.32
149,632,273.21
7,481,613.66
(10.444.427,70) (27.612.040,00)
- (27.612.040,00)
3 365,716,921.37
329,145,229.23
310,859,383.16
18,285,846.07
34,909,037.58
349,090,375.76
17,454,518.79
168.985.796,24 (187.771.472,99) (1.877.714,73)
(189.649.187,72)
4 311,085,660.98
279,977,094.88
264,422,811.83
15,554,283.05
30,786,657.93
307,866,579.25
15,393,328.96
304.591.075,30 (165.035.207,30) (1.650.352,07)
(166.685.559,38)
5 137,122,292.87
123,410,063.58
116,553,948.94
6,856,114.64
23,112,114.96
231,121,149.62
11,556,057.48
252.691.377,93 (37.404.245,03)
- (37.404.245,03)
6 - -
-
-
-
-
87.426.178,23 50.021.933,20
- 50.021.933,20
7 53.550.000,00 103.571.933,20
- 103.571.933,20
1,071,000,000.00
963,900,000.00
910,350,000.00
53,550,000.00
107,100,000.00
1,071,000,000.00
53,550,000.00
1.071.000.000,00
9,671
Profit =(Angka Penutupan Akhir/RAB total)x100% = 103.571.933,20 /1,071,000,000.00x100%
= 9.671 %
73
Tabel 5.6 Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan Dengan Uang Muka 20% (LST)
Pem Bayar
an
RAB (a)
Cash Out Cash In Cash Flow
RAP (b=0,9xa)
Biaya Langsung (c=0,85xa)
Biaya Tak Langsung (d=0,05xa)
Profit (e=0,10xa)
Tagihan (f=b+e)
Penahanan (g=0,05xf)
Pembayaran (h=f-g)
Overdraft (i=h-b)
Bunga Overdraft (j=0,01xi)
Overdraft+ Bunga (k=i+j)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 25,896,620.58
23,306,958.52
22,012,127.49
1,294,831.03
25.896.620,58 1.294.831,03
214.200.000,00 190.893.041,48 -
190.893.041,48 25.896.620,58
2 123,376,750.19
111,039,075.17
104,870,237.66
6,168,837.51
123.376.750,19 6.168.837,51
(18.238.210,45) 61.615.755,86 -
61.615.755,86 123.376.750,19
3 265,719,354.08
239,147,418.67
225,861,450.97
13,285,967.70
265.719.354,08 13.285.967,70
74.367.912,68 (103.163.750,13) (1.031.637,50)
(104.195.387,63) 265.719.354,08
4 331,667,609.55
298,500,848.60
281,917,468.12
16,583,380.48
331.667.609,55 16.583.380,48
209.593.386,38 (193.102.849,85) (1.931.028,50)
(195.033.878,35) 331.667.609,55
5 324,339,665.60
291,905,699.04
275,688,715.76
16,216,983.28
324.339.665,60 16.216.983,28
272.244.229,07 (214.695.348,32) (2.146.953,48)
(216.842.301,80) 324.339.665,60
6 - -
-
-
-
265.282.682,32
48.440.380,52 -
48.440.380,52 -
7 53.550.000,00
101.990.380,52 -
101.990.380,52
1,071,000,000.00
963,900,000.00
910,350,000.00
53,550,000.00
1.071.000.000,00 53.550.000,00
1.071.000.000,00 9,523
1.071.000.000,00
Profit =(Angka Penutupan Akhir/RAB total)x100% = 101.990.380,52 /1,071,000,000.00x100%
= 9,523 %
74
Tabel 5.6 Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan Dengan Uang Muka 20% (Geser)
Pem Bayar
an
RAB (a)
Cash Out Cash In Cash Flow
RAP (b=0,9xa)
Biaya Langsung (c=0,85xa)
Biaya Tak Langsung (d=0,05xa)
Profit (e=0,10xa)
Tagihan (f=b+e)
Penahanan (g=0,05xf)
Pembayaran (h=f-g)
Overdraft (i=h-b)
Bunga Overdraft (j=0,01xi)
Overdraft+ Bunga (k=i+j)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 33,289,622.16
29,960,659.94
28,296,178.84
1,664,481.11
3.328.962,22
33.289.622,16
1.664.481,11
214.200.000,00
184.239.340,06
-
184.239.340,06
2 149,632,273.21
134,669,045.89
127,187,432.23
7,481,613.66
14.963.227,32
149.632.273,21
7.481.613,66
(11.214.858,95)
38.355.435,22
-
38.355.435,22
3 349,090,375.76
314,181,338.18
296,726,819.40
17,454,518.79
34.909.037,58
349.090.375,76
17.454.518,79
99.310.659,55
(176.515.243,42)
(1.765.152,43)
(178.280.395,85)
4 307,866,579.25
277,079,921.33
261,686,592.36
15,393,328.96
30.786.657,93
307.866.579,25
15.393.328,96
288.795.856,97
(166.564.460,20)
(1.665.644,60)
(168.230.104,80)
5 231,121,149.62
208,009,034.66
196,452,977.18
11,556,057.48
23.112.114,96
231.121.149,62
11.556.057,48
249.633.250,29
(126.605.889,18)
(1.266.058,89)
(127.871.948,07)
6 - -
-
-
-
-
176.725.092,14
48.853.144,07
-
48.853.144,07
7 53.550.000,00
102.403.144,07
-
102.403.144,07
1,071,000,000.00
963,900,000.00
910,350,000.00
53,550,000.00
107.100.000,00
1.071.000.000,00
53.550.000,00
1.071.000.000,00
9,561
Profit =(Angka Penutupan Akhir/RAB total)x100% = 102.403.144,07 /1,071,000,000.00x100%
= 9.561 %
75
Tabel 5.5 Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan Dengan Uang Muka 25% (EST)
Pem Bayar
an
RAB (a)
Cash Out Cash In Cash Flow
RAP (b=0,9xa)
Biaya Langsung (c=0,85xa)
Biaya Tak Langsung (d=0,05xa)
Profit (e=0,10xa)
Tagihan (f=b+e)
Penahanan (g=0,05xf)
Pembayaran (h=f-g)
Overdraft (i=h-b)
Bunga Overdraft (j=0,01xi)
Overdraft+ Bunga (k=i+j)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 34,100,602.42
30,690,542.18
28,985,512.06
1,705,030.12
3,410,060.24
34,100,602.42
1,705,030.12
267,750,000.00 237.059.457,82
- 237.059.457,82
2 222,974,522.36
200,677,070.12
189,528,344.01
11,148,726.12
22,297,452.24
222,974,522.36
11,148,726.12
(21,154,427.70) 15.227.960,00
- 15.227.960,00
3 365,716,921.37
329,145,229.23
310,859,383.16
18,285,846.07
36,571,692.14
365,716,921.37
18,285,846.07
158,275,796.24 (155.641.472,99) (1.556.414,73)
(157.197.887,72)
4 311,085,660.98
279,977,094.88
264,422,811.83
15,554,283.05
31,108,566.10
311,085,660.98
15,554,283.05
293,881,075.30 (143.293.907,30) (1.432.939,07)
(144.726.846,38)
5 137,122,292.87
123,410,063.58
116,553,948.94
6,856,114.64
13,712,229.29
137,122,292.87
6,856,114.64
241,981,377.93 (26.155.532,03)
- (26.155.532,03)
6 - -
-
-
-
-
76,716,178.23 50.560.646,20
- 50.560.646,20
7 53,550,000.00 104.110.646,20
- 104.110.646,20
1,071,000,000.00
963,900,000.00
910,350,000.00
53,550,000.00
107,100,000.00
1,071,000,000.00
53,550,000.00
1,071,000,000.00
9,721
Profit =(Angka Penutupan Akhir/RAB total)x100% = 104.110.646,20 /1,071,000,000.00x100%
= 9.721 %
76
Tabel 5.6 Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan Dengan Uang Muka 25% (LST)
Pem Bayar
an
RAB (a)
Cash Out Cash In Cash Flow
RAP (b=0,9xa)
Biaya Langsung (c=0,85xa)
Biaya Tak Langsung (d=0,05xa)
Profit (e=0,10xa)
Tagihan (f=b+e)
Penahanan (g=0,05xf)
Pembayaran (h=f-g)
Overdraft (i=h-b)
Bunga Overdraft (j=0,01xi)
Overdraft+ Bunga (k=i+j)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 25,896,620.58
23,306,958.52
22,012,127.49
1,294,831.03
2,589,662.06
25,896,620.58
1,294,831.03
267,750,000.00
244,443,041.48 -
244,443,041.48
2 123,376,750.19
111,039,075.17
104,870,237.66
6,168,837.51
12,337,675.02
123,376,750.19
6,168,837.51
(28,948,210.45)
104,455,755.86 -
104,455,755.86
3 265,719,354.08
239,147,418.67
225,861,450.97
13,285,967.70
26,571,935.41
265,719,354.08
13,285,967.70
63,657,912.68
(71,033,750.13)
(710,337.50)
(71,744,087.63)
4 331,667,609.55
298,500,848.60
281,917,468.12
16,583,380.48
33,166,760.96
331,667,609.55
16,583,380.48
198,883,386.38
(171,361,549.85)
(1,713,615.50)
(173,075,165.35)
5 324,339,665.60
291,905,699.04
275,688,715.76
16,216,983.28
32,433,966.56
324,339,665.60
16,216,983.28
261,534,229.07
(203,446,635.32)
(2,034,466.35)
(205,481,101.67)
6 - -
-
-
-
-
254,572,682.32
49,091,580.65 -
49,091,580.65
7 53,550,000.00
102,641,580.65 -
102,641,580.65
1,071,000,000.00
963,900,000.00
910,350,000.00
53,550,000.00
107,100,000.00
1,071,000,000.00
53,550,000.00
1,071,000,000.00
9.584
Profit =(Angka Penutupan Akhir/RAB total)x100% = 102,641,580.65 /1,071,000,000.00x100%
= 9.584 %
77
Tabel 5.6 Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan Dengan Uang Muka 25% (Geser)
Pem Bayar
an
RAB (a)
Cash Out Cash In Cash Flow
RAP (b=0,9xa)
Biaya Langsung (c=0,85xa)
Biaya Tak Langsung (d=0,05xa)
Profit (e=0,10xa)
Tagihan (f=b+e)
Penahanan (g=0,05xf)
Pembayaran (h=f-g)
Overdraft (i=h-b)
Bunga Overdraft (j=0,01xi)
Overdraft+ Bunga (k=i+j)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 33,289,622.16
29,960,659.94
28,296,178.84
1,664,481.11
3,328,962.22
33,289,622.16
1,664,481.11
267,750,000.00
237.789.340,06
-
237.789.340,06
2 149,632,273.21
134,669,045.89
127,187,432.23
7,481,613.66
14,963,227.32
149,632,273.21
7,481,613.66
(21,924,858.95)
81.195.435,22
-
81.195.435,22
3 349,090,375.76
314,181,338.18
296,726,819.40
17,454,518.79
34,909,037.58
349,090,375.76
17,454,518.79
88,600,659.55
(144.385.243,42)
(1.443.852,43)
(145.829.095,85)
4 307,866,579.25
277,079,921.33
261,686,592.36
15,393,328.96
30,786,657.93
307,866,579.25
15,393,328.96
278,085,856.97
(144.823.160,20)
(1.448.231,60)
(146.271.391,80)
5 231,121,149.62
208,009,034.66
196,452,977.18
11,556,057.48
23,112,114.96
231,121,149.62
11,556,057.48
238,923,250.29
(115.357.176,18)
(1.153.571,76)
(116.510.747,94)
6 - -
-
-
-
-
166,015,092.14
49.504.344,20
-
49.504.344,20
7 53,550,000.00
103.054.344,20
-
103.054.344,20
1,071,000,000.00
963,900,000.00
910,350,000.00
53,550,000.00
107,100,000.00
1,071,000,000.00
53,550,000.00
1,071,000,000.00
9,622
Profit =(Angka Penutupan Akhir/RAB total)x100% = 105,355,492.70 /1,071,000,000.00x100%
= 9.837 %
78
Tabel 5.7 Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan Dengan Uang Muka 30% (EST)
Pem Bayar
an
RAB (a)
Cash Out Cash In Cash Flow
RAP (b=0,9xa)
Biaya Langsung (c=0,85xa)
Biaya Tak Langsung (d=0,05xa)
Profit (e=0,10xa)
Tagihan (f=b+e)
Penahanan (g=0,05xf)
Pembayaran (h=f-g)
Overdraft (i=h-b)
Bunga Overdraft (j=0,01xi)
Overdraft+ Bunga (k=i+j)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 34,100,602.42
30,690,542.18
28,985,512.06
1,705,030.12
3.410.060,24
34.100.602,42
1.705.030,12
321.300.000,00
290.609.457,82
-
290.609.457,82
2 222,974,522.36
200,677,070.12
189,528,344.01
11,148,726.12
22.297.452,24
222.974.522,36
11.148.726,12
(31.864.427,70)
58.067.960,00
-
58.067.960,00
3 365,716,921.37
329,145,229.23
310,859,383.16
18,285,846.07
36.571.692,14
365.716.921,37
18.285.846,07
147.565.796,24
(123.511.472,99)
-
(123.511.472,99)
4 311,085,660.98
279,977,094.88
264,422,811.83
15,554,283.05
31.108.566,10
311.085.660,98
15.554.283,05
283.171.075,30
(120.317.492,57)
-
(120.317.492,57)
5 137,122,292.87
123,410,063.58
116,553,948.94
6,856,114.64
13.712.229,29
137.122.292,87
6.856.114,64
231.271.377,93
(12.456.178,23)
-
(12.456.178,23)
6 - -
- -
66.006.178,23 53.550.000,00
-
53.550.000,00
7 53.550.000,00
107.100.000,00
-
107.100.000,00
1,071,000,000.00
963,900,000.00
910,350,000.00
53,550,000.00
107.100.000,00
1.071.000.000,00
53.550.000,00
1.071.000.000,00
10,000
Profit =(Angka Penutupan Akhir/RAB total)x100% = 107,100,000.00 /1,071,000,000.00x100%
= 10.000 %
79
Tabel 5.8 Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan Dengan Uang Muka 30% (LST)
Pem Bayar
an
RAB (a)
Cash Out Cash In Cash Flow
RAP (b=0,9xa)
Biaya Langsung (c=0,85xa)
Biaya Tak Langsung (d=0,05xa)
Profit (e=0,10xa)
Tagihan (f=b+e)
Penahanan (g=0,05xf)
Pembayaran (h=f-g)
Overdraft (i=h-b)
Bunga Overdraft (j=0,01xi)
Overdraft+ Bunga (k=i+j)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 25,896,620.58
23,306,958.52
22,012,127.49
1,294,831.03
2.589.662,06
25.896.620,58
1.294.831,03
321.300.000,00
297.993.041,48
-
297.993.041,48
2 123,376,750.19
111,039,075.17
104,870,237.66
6,168,837.51
12.337.675,02
123.376.750,19
6.168.837,51
(39.658.210,45)
147.295.755,86
-
147.295.755,86
3 265,719,354.08
239,147,418.67
225,861,450.97
13,285,967.70
26.571.935,41
265.719.354,08
13.285.967,70
52.947.912,68
(38.903.750,13)
-
(38.903.750,13)
4 331,667,609.55
298,500,848.60
281,917,468.12
16,583,380.48
33.166.760,96
331.667.609,55
16.583.380,48
188.173.386,38
(149.231.212,35)
(1.492.312,12)
(150.723.524,48)
5 324,339,665.60
291,905,699.04
275,688,715.76
16,216,983.28
32.433.966,56
324.339.665,60
16.216.983,28
250.824.229,07
(191.804.994,44)
(1.918.049,94)
(193.723.044,39)
6 - -
-
-
-
-
243.862.682,32
50.139.637,93
-
50.139.637,93
7 53.550.000,00
103.689.637,93
-
103.689.637,93
1,071,000,000.00
963,900,000.00
910,350,000.00
53,550,000.00
107.100.000,00
1.071.000.000,00
53.550.000,00
1.071.000.000,00
9,682
Profit =(Angka Penutupan Akhir/RAB total)x100% = 103.689.637,93 /1,071,000,000.00x100%
= 9.682 %
80
Tabel 5.9 Analisis Cash Flow Dengan Sistem Pembayaran Bulanan Dengan Uang Muka 30% (Geser)
Pem Bayar
an
RAB (a)
Cash Out Cash In Cash Flow
RAP (b=0,9xa)
Biaya Langsung (c=0,85xa)
Biaya Tak Langsung (d=0,05xa)
Profit (e=0,10xa)
Tagihan (f=b+e)
Penahanan (g=0,05xf)
Pembayaran (h=f-g)
Overdraft (i=h-b)
Bunga Overdraft (j=0,01xi)
Overdraft+ Bunga (k=i+j)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 33,289,622.16
29,960,659.94
28,296,178.84
1,664,481.11
3.328.962,22
33.289.622,16
1.664.481,11
321.300.000,00
291.339.340,06
-
291.339.340,06
2 149,632,273.21
134,669,045.89
127,187,432.23
7,481,613.66
14.963.227,32
149.632.273,21
7.481.613,66
(32.634.858,95)
124.035.435,22
-
124.035.435,22
3 349,090,375.76
314,181,338.18
296,726,819.40
17,454,518.79
34.909.037,58
349.090.375,76
17.454.518,79
77.890.659,55
(112.255.243,42)
-
(112.255.243,42)
4 307,866,579.25
277,079,921.33
261,686,592.36
15,393,328.96
30.786.657,93
307.866.579,25
15.393.328,96
267.375.856,97
(121.959.307,77)
-
(121.959.307,77)
5 231,121,149.62
208,009,034.66
196,452,977.18
11,556,057.48
23.112.114,96
231.121.149,62
11.556.057,48
228.213.250,29
(101.755.092,14)
-
(101.755.092,14)
6 - -
-
-
-
-
155.305.092,14
53.550.000,00
-
53.550.000,00
7 53.550.000,00
107.100.000,00
-
107.100.000,00
1,071,000,000.00
963,900,000.00
910,350,000.00
53,550,000.00
107.100.000,00
1.071.000.000,00
53.550.000,00
1.071.000.000,00
10,000
Profit =(Angka Penutupan Akhir/RAB total)x100% = 107,100,000.00 /1,071,000,000.00x100%
= 10.000 %
81
Tabel 5.10. Analisis Cash Flow Proyek Pembangunan Pembangunan
Pembangunan Gedung Instalasi Rawat Jalan
RS Dr. Sardjito Tahap 1
Kurva
Sistem Pembayaran Bulanan Sistem Pembayaran Progress 25% Overdraft
Maksimum (Rp)
Penutupan Akhir (Rp)
Profit (%) Overdraft
Maksimum (Rp)
Penutupan Akhir (Rp)
Profit (%)
1. Tanpa UM
a. EST 99.071.162,45 99.071.162,45 9,25 98.223.712,30 98.223.712,30 9,17 b. LST 98.012.350,81 98.012.350,81 9,15 98.012.350,81 98.012.350,81 9,15 c. Geser 98.116.224,36 98.116.224,36 9,16 98.116.224,36 98.116.224,36 9,16 2. UM 20% a. EST 183.509.457,82 103.571.933,20 9,67 237.059.457,82 105.592.129,96 9,86 b. LST 190.893.041,48 101.990.380,52 9,52 244.443.041,48 102.641.580,65 9,58 c. Geser 184.239.340,06 102.403.144,07 9,56 237.789.340,06 105.355.492,70 9,84 2. UM 25% a. EST 237.059.457,82 104.110.646,20 9,72 237.059.457,82 104.110.646,20 9,72 b. LST 244.443.041,48 102.641.580,65 9,58 244.443.041,48 102.641.580,65 9,58 c. Geser 237.789.340,06 103.054.344,20 9,62 237.789.340,06 103.054.344,20 9,623. UM 30% a. EST 290.609.457,82 107.100.000,00 10,00 290.609.457,82 107.100.000,00 10,00 b. LST 297.993.041,48 103.689.637,93 9,68 297.993.041,48 105.196.873,18 9,82 c. Geser 291.339.340,06 107.100.000,00 10,00 291.339.340,06 107.100.000,00 10,00
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penjadwalan secara
umum EST memiliki tingkat profit yang lebih besar dibandingkan dengan LST
dan Geser walaupun secara bulanan prosentase EST pada awal-awal bulan lebih
kecil. Hal ini dikarenakan perhitungan profit didasarkan pada penutupan akhir
overdraft pada EST yang memang lebih besar dari LST dan Geser.
82
5.4.Pembahasan
Perencanaan cash flow yang optimal diperoleh dengan membandingkan
sistem pembayaran bulanan dan progress 25% dengan meninjau sistem
pembayaran tanpa uang muka,uang muka 20%, uang muka 25% dan uang muka
30%. Perencanaan cash flow juga ditinjau terhadap tiga kondisi penjadwalan
proyek yang berbeda yaitu dengan memanfaatkan float time sehingga terdapat tiga
kondisi penjadwalan yaitu earliest start time (EST), latest start time (LST), dan
pergeseran earliest start time.
5.4.1 Grafik Cash Flow
Dari keempat proyek yang ditinjau, diperoleh grafik cash flow yang terdiri
dari grafik cash flow tanpa uang muka dan grafik cash flow dengan uang muka.
a. Tanpa Uang Muka
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.4 sampai Tabel 5.5, maka
diperoleh perbandingan biaya penutupan akhir seperti ditunjukkan pada tabel 6.1
berikut:
Tabel 5.11 Biaya penutupan akhir dengan sistem pembayaran tanpa uang muka
Penjadwalan Biaya Penutupan Akhir (Rp)
Bulanan Progress 25% a. EST 104.110.646,20 105.592.129,96 b. LST 102.641.580,65 102.641.580,65 c. Geser 103.054.344,20 105.355.492,70
Dari Tabel 5.11 di atas terlihat bahwa keuntungan tertinggi dihasilkan oleh
sistem pembayaran progress 25% dengan penjadwalan kondisi pergeseran
earliest start time dengan penutupan akhir sebesar Rp 105.592.129,96.
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dibuat suatu grafik cash flow untuk masing-
masing proyek dengan penutupan akhir tertinggi, seperti ditunjukkan dalam
gambar 5.2
83
Gambar 5.2 Grafik cash flow untuk Proyek Pembangunan RS Dr. Sardjito
(Kondisi EST dengan sistem bulanan)
Gambar 5.2 Grafik cash flow untuk Proyek Pembangunan RS Dr. Sardjito
(Kondisi EST dengan sistem Progress 25%)
Pada grafik cash flow tanpa uang muka, proyek yang ditinjau, terlihat
bahwa di awal, kontraktor sudah meminjam uang ke bank, hal tersebut
ditunjukkan oleh nilai overdraft yang negatif. Dari penutupan akhir proyek terlihat
84
bahwa dengan sistem pembayaran progress 25%, nilai penutupan akhir
pada kondisi pergeseran waktu start lebih besar dari nilai penutupan akhir dengan
sistem bulanan. Hal ini terjadi karena progress proyek tercapai 25% dalam waktu
yang kurang dari satu bulan. Jadi semakin lama kontraktor menerima uang dari
owner, semakin berkurang kuntungan yang diperoleh kontraktor. Untuk
pembayaran progress 25% penutupan akhir menjadi lebih besar karena kontraktor
menerima uang lebih cepat dari owner sehingga keuntungan menjadi lebih
maksimal.
Berdasarkan grafik di atas untuk pembayaran bulanan penutupan akhir
yang diperoleh dari penjadwalan earliest start time (EST) lebih besar
dibandingkan dengan dua penjadwalan lainnya dan mampu menutup kerugian
karena bunga yang ditimbulkan dari besarnya progres pekerjaan penjadwalan EST
di bulan-bulan awal. Sedangkan untuk pembayaran progress 25% penjadwalan
EST justru lebih menguntungkan karena pembayaran didasarkan pada prosentase
pekerjaan yang telah diselesaikan yaitu per 25% progress, sehingga semakin cepat
pekerjaan selesai, maka semakin cepat pula kontraktor mendapatkan pembayaran
atau semakin besar prosentase pekerjaan di awal, maka kontraktor juga akan
mendapatkan keuntungan yang semkin besar pula.
b. Dengan Uang Muka 20%
Dengan uang muka 20% dari owner semua overdraft bernilai positif di
awal proyek sampai akhir proyek, kecuali pada pembayaran bulanan karena
pembayaran owner sesuai dengan prestasi stiap bulannya dan biaya proyek setiap
bulannya berubah-ubah sehingga mengakibatkan kontraktor pada bulan tertentu
meminjam uang ke bank untuk biaya proyek, sehingga menyebabkan keuntungan
kontraktor tidak maksimal. Pada pembayaran dengan sistem bulanan penutupan
akhir maksimal terjadi pada kondisi EST, dan untuk sistem pembayaran progress
20% kondisi penjadwalan yang memberikan biaya penutupan akhir maksimal
adalah penjadwalan pada kondisi EST, seperti terdapat dalam Tabel 5.6 berikut:
Tabel 5.6 Biaya penutupan akhir dengan sistem pembayaran uang muka 20%
85
EST, (165,035,207.30)
EST, (37,404,245.03)
LST, 190,893,041.48
LST, 61,615,755.86
LST, (103,163,750.13)
LST, (193,102,849.85)LST, (214,695,348.32)
LST, 48,440,380.52
LST, 101,990,380.52
Geser, 184,239,340.06
Geser, 38,355,435.22
Geser, (176,515,243.42)Geser, (166,564,460.20)
Geser, (126,605,889.18)
Geser, 48,853,144.07
Geser, 102,403,144.07
EST, 183,509,457.82
EST, (27,612,040.00)
EST, (187,771,472.99)
EST, 50,021,933.20
EST, 103,571,933.20
(250,000,000.00)
(200,000,000.00)
(150,000,000.00)
(100,000,000.00)
(50,000,000.00)
-
50,000,000.00
100,000,000.00
150,000,000.00
200,000,000.00
250,000,000.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Pembayaran Ke
Bia
ya (R
p)
Gambar 5.3 Grafik cash flow untuk Proyek Pembangunan RS Dr. Sardjito
(Kondisi EST dengan sistem bulanan Uang muka 20%)
EST, 237,059,457.82 LST, 244,443,041.48
LST, 104,455,755.86
LST, (71,033,750.13)
LST, (171,361,549.85)
LST, (203,446,635.32)
LST, 49,091,580.65
LST, 102,641,580.65
Geser, 237,789,340.06
Geser, 81,195,435.22
Geser, (143,573,289.06)Geser, (142,567,353.42)
Geser, (113,078,811.32)
Geser, 51,805,492.70 EST, 15,227,960.00
EST, (155,489,193.39)
EST, (141,585,212.97)
EST, (24,429,750.76)
EST, 52,042,129.96
EST, 105,592,129.96 Geser, 105,355,492.70
(250,000,000.00)
(200,000,000.00)
(150,000,000.00)
(100,000,000.00)
(50,000,000.00)
-
50,000,000.00
100,000,000.00
150,000,000.00
200,000,000.00
250,000,000.00
300,000,000.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Pembayaran Ke
Bia
ya (R
p)
Gambar 5.3 Grafik cash flow untuk Proyek Pembangunan RS Dr. Sardjito
(Kondisi EST dengan sistem progress 25% Uang muka 20%)
Penjadwalan Biaya Penutupan Akhir (Rp)
Bulanan Progress 25% a. EST 104.110.646,20 104.110.646,20 b. LST 102.641.580,65 102.641.580,65 c. Geser 103.054.344,20 103.054.344,20
86
c. Dengan Uang Muka 25%
Dengan uang muka 25% dari owner semua overdraft bernilai positif di
awal proyek sampai akhir proyek, kecuali pada pembayaran bulanan karena
pembayaran owner sesuai dengan prestasi stiap bulannya dan biaya proyek setiap
bulannya berubah-ubah sehingga mengakibatkan kontraktor pada bulan tertentu
meminjam uang ke bank untuk biaya proyek, sehingga menyebabkan keuntungan
kontraktor tidak maksimal. Pada pembayaran dengan sistem bulanan penutupan
akhir maksimal terjadi pada kondisi EST, dan untuk sistem pembayaran progress
25% kondisi penjadwalan yang memberikan biaya penutupan akhir maksimal
adalah penjadwalan pada kondisi EST, seperti terdapat dalam Tabel 5.6 berikut:
Tabel 5.6 Biaya penutupan akhir dengan sistem pembayaran uang muka 25%
Penjadwalan Biaya Penutupan Akhir (Rp)
Bulanan Progress 25% a. EST 104.110.646,20 105.592.129,96 b. LST 102.641.580,65 102.641.580,65 c. Geser 103.054.344,20 105.355.492,70
(143,293,907.30)
(26,155,532.03)
LST, 244,443,041.48
LST, 104,455,755.86
LST, (71,033,750.13)
LST, (171,361,549.85)LST, (203,446,635.32)
LST, 49,091,580.65
LST, 102,641,580.65
Geser, 237,789,340.06
Geser, 81,195,435.22
Geser, (144,385,243.42)Geser, (144,823,160.20)Geser, (115,357,176.18)
Geser, 49,504,344.20
Geser, 103,054,344.20
237,059,457.82
15,227,960.00
(155,641,472.99)
50,560,646.20
104,110,646.20
(250,000,000.00)
(200,000,000.00)
(150,000,000.00)
(100,000,000.00)
(50,000,000.00)
-
50,000,000.00
100,000,000.00
150,000,000.00
200,000,000.00
250,000,000.00
300,000,000.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Pembayaran Ke
Biay
a (R
p)
Gambar 5.3 Grafik cash flow untuk Proyek Pembangunan RS Dr. Sardjito
(Kondisi EST dengan sistem bulanan Uang muka 25%)
87
EST, 237,059,457.82 LST, 244,443,041.48
LST, 104,455,755.86
LST, (71,033,750.13)
LST, (171,361,549.85)
LST, (203,446,635.32)
LST, 49,091,580.65
LST, 102,641,580.65
Geser, 237,789,340.06
Geser, 81,195,435.22
Geser, (144,385,243.42)Geser, (144,823,160.20)
Geser, (115,357,176.18)
Geser, 49,504,344.20
Geser, 103,054,344.20
EST, 15,227,960.00
EST, (155,641,472.99)
EST, (143,293,907.30)
EST, (26,155,532.03)
EST, 50,560,646.20
EST, 104,110,646.20
(250,000,000.00)
(200,000,000.00)
(150,000,000.00)
(100,000,000.00)
(50,000,000.00)
-
50,000,000.00
100,000,000.00
150,000,000.00
200,000,000.00
250,000,000.00
300,000,000.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Pembayaran Ke
Bia
ya (R
p)
Gambar 5.3 Grafik cash flow untuk Proyek Pembangunan RS Dr. Sardjito
(Kondisi EST dengan sistem progress 25% Uang muka 25%)
d. Dengan Uang Muka 30%
Dengan sistem pembayaran Dengan Uang Muka 30%, biaya penutupan
akhir lebih besar dari sistem pembayaran dengan uang muka 25%, hal ini berarti
lebih banyak yang muka yang dibayarkan, maka profit kontraktor akan semakin
besar. Biaya penutupan akhir maksimal untuk sistem pembayaran Dengan Uang
Muka 30% diberikan dengan penjadwalan pada kondisi EST, baik pada sistem
pembayaran bulanan maupun dengan sistem progress 25%. dengan data seperti
terdapat dalam Tabel 5.7 berikut:
Tabel 5.7 Biaya penutupan akhir dengan sistem pembayaran uang Muka 30%
Penjadwalan Biaya Penutupan Akhir (Rp)
Tanpa Uang Muka Progress 25% a. EST 107.100.000,00 107.100.000,00 b. LST 103.689.637,93 105.196.873,18 c. Geser 107.100.000,00 107.100.000,00
88
EST, (12,456,178.23)
EST, 53,550,000.00
LST, 297,993,041.48
LST, 147,295,755.86
LST, (38,903,750.13)
LST, (149,231,212.35)
LST, (191,804,994.44)
LST, 50,139,637.93
LST, 103,689,637.93
Geser, 291,339,340.06
Geser, 124,035,435.22
Geser, (112,255,243.42)Geser, (121,959,307.77)Geser, (101,755,092.14)
Geser, 53,550,000.00
Geser, 107,100,000.00
EST, 290,609,457.82
EST, 58,067,960.00
EST, (123,511,472.99)
EST, (120,317,492.57)
EST, 107,100,000.00
(300,000,000.00)
(200,000,000.00)
(100,000,000.00)
-
100,000,000.00
200,000,000.00
300,000,000.00
400,000,000.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Pembayaran Ke
Bia
ya (R
p)
Gambar 5.8 Grafik cash flow untuk Proyek Pembangunan RS Dr. Sardjito
(Kondisi EST dengan sistem bulanan Uang Muka 30%)
LST, (12,456,178.23)
LST, 53,550,000.00
EST, 297,993,041.48
EST, 147,295,755.86
EST, (38,903,750.13)
EST, (149,231,212.35)
EST, (190,312,682.32)
EST, 51,646,873.18
EST, 105,196,873.18
Geser, 291,339,340.06
Geser, 124,035,435.22
Geser, (112,255,243.42)Geser, (121,959,307.77)Geser, (101,755,092.14)
Geser, 53,550,000.00
Geser, 107,100,000.00
LST, 290,609,457.82
LST, 58,067,960.00
LST, (123,511,472.99)
LST, (120,317,492.57)
LST, 107,100,000.00
(300,000,000.00)
(200,000,000.00)
(100,000,000.00)
-
100,000,000.00
200,000,000.00
300,000,000.00
400,000,000.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Pembayaran Ke
Bia
ya (R
p)
Gambar 5.8 Grafik cash flow untuk Proyek Pembangunan RS Dr. Sardjito
(Kondisi EST dengan sistem progress 25% Uang Muka 30%)
5.4.2 Persentase Profit Proyek
Persentase keuntungan atau profit yang diperoleh oleh kontraktor
diperoleh berdasarkan analisis cash flow dengan membandingkan sistem
pembayaran bulanan dan progress 25% dengan pembanding tanpa uang muka,
89
uang muka 25% dan uang Muka 30%. Dari pembanding ini maka akan diperoleh
profit yang paling maksmimal untuk masing-masing proyek yang ditinjau.
a. Persentase Profit untuk Pembayaran Tanpa Uang Muka
Berdasarkan hasil analisis profit dengan cash flow, maka untuk masing-
masing proyek yang ditinjau dapat diketahui persentase profit proyek terhadap
nilai RAB, seperti terdapat dalam Tabel 5.8 berikut:
Tabel 5.8 Persentase profit proyek dengan sistem pembayaran tanpa uang muka
Penjadwalan Profit
Bulanan Progress 25% a. EST 9,25 9,17 b. LST 9,15 9,15 c. Geser 9,16 9,16
Dengan sistem pembayaran tanpa uang muka, profit proyek maksimal
diberikan oleh sistem pembayaran progress bulanan pada penjadwalan kondisi
EST dengan profit -0.04%. Hal ini dapat terjadi karena dengan sistem pembayaran
progress 25% jadwal pembayaran lebih lambat dari pembayaran dengan sistem
bulanan atau progress 25% tercapai setelah waktu satu bulan sehingga biaya
pinjaman kontraktor dari bank akan lebih besar dibandingkan dengan sistem
pembayaran bulanan.
b. Persentase Profit untuk Pembayaran dengan Uang Muka 20%
Persentase keuntungan atau profit proyek untuk masing-masing proyek
dengan sistem pembayaran dengan uang muka 20% terdapat dalam Tabel 5.9
berikut:
90
Tabel 5.9 Persentase profit proyek dengan sistem pembayaran
dengan uang muka 20%
Penjadwalan Profit
Bulanan Progress 20% a. EST 9,67 9,86 b. LST 9,52 9,58 c. Geser 9,56 9,84
Dengan sistem pembayaran dengan uang Muka 20%, profit proyek
maksimal diberikan oleh sistem pembayaran progress 25% pada penjadwalan
kondisi EST dengan profit 9,86%. Hal ini dapat terjadi karena dengan sistem
pembayaran progress 25% jadwal pembayaran lebih cepat dari pembayaran
dengan sistem bulanan atau progress 25% tercapai sebelum waktu satu bulan
sehingga biaya pinjaman kontraktor dari bank akan lebih kecil dibandingkan
dengan sistem pembayaran bulanan.
Dengan sistem pembayaran dengan uang Muka 20% memberikan
keuntungan yang lebih besar dari sistem pembayaran tanpa uang muka, hal ini
terjadi karena dengan adanya uang muka, maka dapat mengurangi jumlah
pinjaman bank yang dilakukan kontraktor untuk menyelesaikan pekerjaannya.
c. Persentase Profit untuk Pembayaran dengan Uang Muka 25%
Persentase keuntungan atau profit proyek untuk masing-masing proyek
dengan sistem pembayaran dengan uang muka 25% terdapat dalam Tabel 5.9
berikut:
Tabel 5.9 Persentase profit proyek dengan sistem pembayaran
dengan uang muka 25%
Penjadwalan Profit
Bulanan Progress 25% a. EST 9,72 9,86 b. LST 9,58 9,58 c. Geser 9,62 9,84
91
Dengan sistem pembayaran dengan uang muka 25%, profit proyek
maksimal diberikan oleh sistem pembayaran progress 25% pada penjadwalan
kondisi EST dengan profit 9,86%. Hal ini dapat terjadi karena dengan sistem
pembayaran progress 25% jadwal pembayaran lebih cepat dari pembayaran
dengan sistem bulanan atau progress 25% tercapai sebelum waktu satu bulan
sehingga biaya pinjaman kontraktor dari bank akan lebih kecil dibandingkan
dengan sistem pembayaran bulanan.
Dengan sistem pembayaran dengan uang muka 25% memberikan
keuntungan yang lebih besar dari sistem pembayaran tanpa uang muka, hal ini
terjadi karena dengan adanya uang muka, maka dapat mengurangi jumlah
pinjaman bank yang dilakukan kontraktor untuk menyelesaikan pekerjaannya.
d. Persentase Profit untuk Pembayaran Dengan Uang Muka 30%
Persentase keuntungan atau profit proyek untuk masing-masing proyek
dengan sistem pembayaran Dengan Uang Muka 30% terdapat dalam Tabel 5.10
berikut:
Tabel 5.10 Persentase profit proyek dengan sistem pembayaran
Dengan Uang Muka 30%
Penjadwalan Profit
Bulanan Progress 25% a. EST 10,00 10,00 b. LST 9,80 9,86 c. Geser 10,00 10,00
Dengan sistem pembayaran Dengan Uang Muka 30%, profit proyek
maksimal diberikan oleh sistem pembayaran bulanan dan progress 25% pada
penjadwalan kondisi EST maupun Pergeseran EST dengan profit 10,0%. Hal ini
dapat terjadi karena dengan sistem pembayaran progress 25% jadwal pembayaran
lebih cepat dari pembayaran dengan sistem bulanan atau progress 25% tercapai
92
sebelum waktu satu bulan sehingga biaya pinjaman kontraktor dari bank akan
lebih kecil dibandingkan dengan sistem pembayaran bulanan.
Dengan sistem pembayaran Dengan Uang Muka 30% memberikan
keuntungan yang lebih besar baik dari sistem pembayaran tanpa uang muka
maupun dengan uang muka 25%, hal ini berarti semakin besar uang muka yang
diberika owner, maka profit kontraktor akan semakin besar, karena kemungkinan
untuk melakukan pinjaman ke bank akan lebih kecil.
93
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan untuk perencanaan cash flow yang
telah dilakukan, maka terdapat bebepara hal yang menjadi kesimpulan dari
penelitian ini, yaitu:
Pembayaran pada kondisi penjadwalan est memiliki profit dan penutupan
akhir lebih besar di banding penjadwalan lst, dan pergeserean est walaupun secara
presentase perkembangan pekerjaan lebuh besar pada b ulan bulan awal lebih
besar di karenakan :
Sistem pembayaran yang memberikan profit maksimum adalah sistem
pembayaran bulanan pada penjadwalan kondisi EST dengan profit 9.25%
untuk pembayaran uang muka 0%, pembayaran progress 25% pada
penjadwalan kondisi EST dengan profit 9,86%. dan uang muka 20%, progress
25% serta bulanan pada penjadwalan kondisi EST dengan profit 9,72%.
Sedangkan untuk sistem pembayaran dengan uang muka 30%, baik bulanan
maupun progress 25% memperoleh profit 10,00% pada penjadwalan EST dan
pergerseran EST.
Penjadwalan yang menghasilkan profit paling besar bagi kontraktor yaitu
penjadwalan pada kondisi EST (Earliest Start Time) dan pergeseran EST.
6.2 Saran
Untuk memperoleh hasil yang lebih memuaskan dan lebih lengkap, maka
terdapat beberapa saran yang perlu penulis sampaikan untuk melengkapi atau
melanjutkan penelitian-penelitian yang sejenis, sebagai berikut:
94
1. Untuk memperolah pembanding yang lebih lengkap, disarankan selaian
sistem pembayaran, maka nilai kontrak proyek pun perlu untuk
dibandingkan antara proyek kecil, sedang, dan besar.
2. Penjadwalan dengan sistem pegeseran EST, disarankan untuk dicoba
bebarapa alternatif pergeseran waktu, untuk memperoleh waktu yang
menghasilkan profit yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002, Panduan Praktis Pengolahan Proyek Konstruksi dengan
Microsoft Project 2000, Cetakan Pertama, Andi Offset, Yogyakarta.
Ahuja H.N., 1984, Project Management, Techniques in Planning and Controlling
Construction Project, John Wiley & Sons Inc. Aris Trijoko & Esti Purnomo, 2000, Analisis Perencanaan Cash Flow Optimal
dengan Memanfaatkan Float Time pada Jembatan Kaligareng, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Asworth Allan, 1994, Perencanaan Biaya Bangunan, Gramedia, Yakarta. Bachtiar I., 1996, Rencana dan Estimate Real of Cost, Cetakan Kedua, Penerbit
Bumi Aksara, Jakarta. Budiman Proboyo, 2001, Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek: Klasifikasi
dan Peringkat Dari Penyebab-penyebabnya, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Burke Rory, 1993, Project Management Planning and Control, Second edition,
John Willey & Sons, New York. Desriausli & Nita Yogitasari, 2001, Analisis perencanaan Cash Flow Optimal
Memanfaatkan Float Time pada Proyek Pembuatan Tanggul Sungai Serang Kulon Progo, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Halpin, W. Daniel and Woodhead, W. Ronald, 1998, Construction Management,
Second Edition, John Willey & Sons, New York. Hendra Kusuma, 2004, Manajemen Produksi, Perencaan dan Pengendalian
Produksi, Edisi Ketiga, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Herjanto, 1997, Manajemen Produksi dan Operasi, PT. Gramedia Widiasarana,
Jakarta. Iman Soeharto, 1997, Manajemen Proyek, Dari Konseptual Sampai Operasional,
Penerbit Erlangga, Yakarta. Istimawan Dipohusodo, 1996, Manajemen Proyek dan Konstruksi, Cetakan
Pertama, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
James A.F. Stoner & Freeman, 1999, Management, Prentice/Hall Internacional,
Inc. engelwood Cliffs, New York. Johannes Soeprapto, 1988, Riset Operasi Untuk Pengambilan Keputusan, UI-
Press, Jakarta. Michael T. Callahan, Daniel G. Quackenbush, AIA, James E. Rowings P.E.,
1992, Construction Project Schedulling, John Willwy & Sons, New York.
Pangestu Subagyo, Marwan Asri, T. Hani Handoko, 1991, Dasar-dasar
Operation Riset, BPFE, Yogyakarta. PT. PP-General Contractor, 2003, Buku Referensi untuk Kontraktor Bangunan
Gedung dan Sipil, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Richard I. Levin, David S. Rubin, Joel P. Stinson, Everette S. Gardner Jr, 1997,
Pengambilan Keputusan secara Kwantitatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sri Puji Agustin, 2002, Analisis Perencanaan Cash Flow Optimal dengan
Memanfaatkan Float Time (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Unit III Universitas Sanata Dharma), Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Sudrajat Sastraatmadja, 1984, Analisis (Cara Modern): Anggaran Biaya
Pelaksanaan, Penerbit NOVA, Bandung. Soegeng Djojowirono, 1972, Manajemem Konstruksi, Biro Penerbit, Keluarga
Mahasiswa Teknik Sipil, fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tarsis tarmudji, 1995, Mengenal Manajemen Proyek, Penerbit Liberti,
Yogyakarta. Tubagus Haidar Ali, 1986. Prinsip – Prinsip Networking Planning, Jakarta; PT.
Gramedia