48017701 Jurnal Tingginya Angka Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Umur 5 14 Tahun Dikota Pontianak...

13

Click here to load reader

description

jurnal

Transcript of 48017701 Jurnal Tingginya Angka Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Umur 5 14 Tahun Dikota Pontianak...

Page 1: 48017701 Jurnal Tingginya Angka Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Umur 5 14 Tahun Dikota Pontianak Tahun 2010

1

FAKTOR TINGGINYA KARIES GIGI (DMF-T) PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR UMUR 5 S/D 14 TAHUN BERDASARKAN

NILAI STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT (OHI-S) DI KOTA PONTIANAK TAHUN 2010

RusmaliDosen Poltekkes Kemenkes Pontianak Jurusan Gigi

Abstrak : Tingginya angka karies gigi (DMF-T) pada anak usia sekolah dasar umur 5-14 tahun di Kota Pontianak . Penelitian ini dilakukan pada 400 orang anak. Rata-rata yang menjadi sampel adalah anak laki-laki (50,2%), anak yang bebas karies hanya 106 orang (26,5%), angka DMF-T keseluruhan yaitu 100,0% dan angka DMF-T perorangan adalah 7,35 (angka 7,35 artinya anak usia sekolah dasar umur 5 s/d 14 tahun mempunyai kasus gigi berlubang, gigi hilang dicabut oleh karena karies dan terdapat tambalan yang masih baik sebanyak 7 atau lebih kasus), nilai koefisien korelasi OHI-S = 0,173. Artinya mendekati 1 maka dapat disimpulkan bahwa status kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) mempunyai pengaruh yang kuat dan bermakna (p 0,00 < 0,05) terhadap angka kerusakan gigi (DMF-T). Besarnya pengaruh nilai OHI-S terhadap angka DMF-T adalah 3,6% (R2 = 0,036) dengan kekuatan sebesar 1,9% (R = 0,019). Frekuensi menyikat gigi 2 x sehari (58,5%) sudah sesuai dengan anjuran, tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pada saat menyikat gigi bersih atau tidak, karena hal tersebut merupakan faktor utama dari kerusakan gigi geligi. Walaupun rata-rata status kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) pada anak usia sekolah dasar umur 5-14 tahun di Kota Pontianak masuk katagori baik (57,0%)

Kata kunci : Angka karies gigi (DMF-T), status kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) dan frekuensi menyikat gigi.

Masalah kesehatan gigi dan mulut di Provinsi Kalimantan Barat

masih cukup tinggi, yang tergambar pada angka DMF-T perorangan

mencapai 6,11 pada anak usia 14 tahun. Angka DMF-T 6,11 tersebut

dapat disimpulkan bahwa pada anak usia 14 tahun didalam mulutnya

terdapat 6 atau lebih kasus kelainan gigi dan mulut seperti : lubang gigi,

gigi hilang atau dicabut oleh karena karies dan adanya tambalan yang

Page 2: 48017701 Jurnal Tingginya Angka Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Umur 5 14 Tahun Dikota Pontianak Tahun 2010

2

masih bagus. Prevalensi karies gigi di Provinsi Kalimantan Barat Tahun

2002 mencapai 99,0% (Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, 2002).

Kota Pontianak yang mempunyai luas wilayah 107.82 km2, yang

terdiri dari 6 Kecamatan dengan 24 Kelurahan dan terdapat 23

Puskesmas. Jumlah penduduk Kota Pontianak tergolong cukup padat,

yang pada tahun 2005 mencapai 521.369 jiwa. Kepadatan penduduk

4.836 Km², dengan rata-rata kepadatan di tingkat Provinsi Kalimantan

Barat mencapai 2.700Km². Berdasarkan data dari Badan Statistik Provinsi

Kalimantan Barat, bahwa jumlah anak usia sekolah dasar berumur antara

5-14 tahun terdiri dari laki-laki 49743 orang (52,9%) dan perempuan

44342 orang (47,1%). Dengan demikian jumlah anak usia sekolah dasar

umur antara 5 – 14 tahun berjumlah 94085 orang (Dinas Kesehatan Kota,

2008).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : a). Apakah ada

pengaruh dari status kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) terhadap tingginya

angka karies gigi (DMF-T), b). Untuk melihat angka DMF-T keseluruhan

dan perorangan, c). Untuk melihat kriteria OHI-S dan Frekuensi menyikat

gigi.

METODE

Jenis penelitian Kuantitatif dengan rancangan cross sectional.

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari s/d April 2010. Sampel

penelitian sebanyak 400 orang. Sampel diambil dengan cara Purposive

Random Sampling. Uji menggunakan pearson korelasi dan Regresi.

HASIL

Rata-rata yang menjadi sampel adalah anak laki-laki (50,2%), anak

yang bebas karies hanya 106 orang (26,5%), angka DMF-T keseluruhan

yaitu 100,0% dan angka DMF-T perorangan adalah 7,35 (angka 7,35

Page 3: 48017701 Jurnal Tingginya Angka Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Umur 5 14 Tahun Dikota Pontianak Tahun 2010

3

artinya anak usia sekolah dasar umur 5 s/d 14 tahun mempunyai kasus

gigi berlubang, gigi hilang dicabut oleh karena karies dan terdapat

tambalan yang masih baik sebanyak 7 atau lebih kasus), status

kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) masuk katagori baik (57,0%), besarnya

pengaruh OHI-S terhadap DMF-T 3,6% (R2 = 0,036) dengan kekuatan

pengaruh sebesar 1,9% (R = 0,019), frekuensi menyikat gigi 2 x sehari

(58,5%).

Tabel 1. Distribusi Umur Responden dengan Angka DMF-T

Umur (Thn)

Angka DMF-T Jlh %0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

6 18 6 5 0 2 0 0 0 0 0 31 7,87 6 1 6 0 2 0 0 0 0 0 15 3,88 8 6 12 5 3 0 0 0 0 0 34 8,59 20 22 24 8 8 2 0 0 1 0 85 21,210 21 14 31 11 8 3 3 0 0 1 92 23,011 21 13 16 15 10 2 3 2 3 0 85 21,212 9 6 9 6 3 0 1 1 1 0 36 9,013 2 4 4 2 1 0 0 2 0 0 15 3,814 1 0 2 2 1 0 0 1 0 0 7 1,8

Jumlah 106 72 109 49 38 7 7 6 5 1 400 100,0

Berdasarkan tabel 2 frekuensi menyikat gigi, yaitu menyikat 1 x

sehari sebanyak 18 orang atau 4,5%, menyikat gigi 2 x sehari sebanyak

234 orang (58,5%) dan menyikat gigi 3 x sehari sebanyak 148 orang

(37,0%).

Tabel 2. Distribusi Umur Responden Dengan Frekuensi Menyikat Gigi

Umur (Thn) Frekuensi Menyikat Gigi/Hari Jumlah %1 x 2 x 3 x

6 0 16 15 31 7,87 1 4 10 15 3,88 1 16 17 34 8,59 10 49 26 85 21,2

10 4 53 35 92 23,011 1 56 28 85 21,212 1 24 11 36 9,0

Page 4: 48017701 Jurnal Tingginya Angka Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Umur 5 14 Tahun Dikota Pontianak Tahun 2010

4

13 0 12 3 15 3,814 0 4 3 7 1,8

Jumlah 18 234 148 400 100,0Berdasarkan tabel 3 yaitu semua karakteristik mempunyai

pengaruh dan bermakna karena nilai p < 0,05, sedangkan frekuensi

menyikat gigi tidak bermakna karena nilai koefisien korelasi -0,090 dengan

p > 0,05.

Tabel 3. Distribusi Hasil Analisis Korelasi Product Moment

Karakteristik N r PUmur 400 -0,136 0,000Jenis Kelamin 400 -0,136 0,006Angka DMF-T 400 0,198 0,000Angka OHI-S 400 0,173 0,001Frekuensi Menyikat Gigi 400 -0,090 0,072

Berdasarkan tabel 4 bahwa nilai koefisien beta status Kebersihan

Gigi dan Mulut (OHI-S) adalah 0,205, nilai statistik 2,218 dan nilai p <

0,027. Frekuensi menyikat gigi dengan nilai koefisien beta 0,505, nilai

statistik -3,227 dan nilai p < 0,001.

Tabel 4. Distribusi Analisis Regresi

Karakteristik Nilai Koefisien (B) Statistik Siq(p)Status OHI-s 0,205 2.218 0,027Perilaku Menyikat Gigi 0,505 -3.227 0,001Konstanta 2.797 7.182 0,000R2 = 0,036R = 0,190

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data, dari 400 orang anak yang menjadi

subyek penelitian bahwa anak usia sekolah dasar umur 5 s/d 14 tahun.

Rata-rata berumur 10 tahun (23%) dengan nilai koefisien 0,136, nilai

tersebut mendekati 1 artinya umur mempunyai pengaruh yang sangat kuat

terhadap angka DMF-T. Nilai signifikasi p < 0,005 menunjukkan bahwa

Page 5: 48017701 Jurnal Tingginya Angka Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Umur 5 14 Tahun Dikota Pontianak Tahun 2010

5

pengaruh tersebut adalah bermakna. Umur 5-14 tahun tersebut termasuk

kelompok usia sekolah dasar yang memasuki usia remaja awal dan

perkembangan hormon, sehingga usia remaja awal tersebut memerlukan

perhatian khusus. Pada masa tersebut anak sudah mulai mencari jati diri,

sehingga masa usia tersebut orang tua maupun guru harus mampu

mengarahkan dan memberi dorongan untuk lebih baik (Dinas Kesehatan

Kota Pontianak, 2008).

Sampel dengan Jenis kelamin laki-laki sebanyak 201 orang

(50,2%), artinya pada penelitian ini responden yang lebih berani untuk

memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya adalah laki-laki dan memang

jumlah anak laki-laki umur 5-14 tahun di Kota Pontianak lebih banyak

dibanding dengan perempuan (52,9%) (Dinas Kesehatan Kota Pontianak,

2008). Nilai koefisien korelasi 0,136 yaitu mendekati 1, artinya jenis

kelamin mempunyai hubungan dan pengaruh bermakna yang sangat kuat

terhadap angka DMF-T (p < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Rusmali (2008) menunjukkan bahwa jenis kelamin Laki-laki

mencapai 59,8% dalam hal menyikapi mutu pelayanan. Hasil penelitian ini

juga didukung dari hasil penelitian Ware Jr (1978) dan Rangkuti (2002)

bahwa jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap keberanian seseorang

untuk memeriksakan kesehatannya. Sementara pendapat Glen at al.

(1977) yang mengatakan bahwa terdapat pemahaman yang berbeda

antara laki-laki dan perempuan, perempuan mempunyai kecenderungan

untuk lebih dalam bersikap.

Anak umur 5-14 tahun di Kota Pontianak yang tidak pernah

mengalami kerusakan gigi, gigi hilang dicabut oleh karena karies dan

tambalan yang masih baik (DMF-T) sebanyak 106 orang (26,5%). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa anak usia sekolah dasar perlu

mendapatkan perhatian khusus dalam hal pelayanan/penyuluhan

kesehatan gigi.. Gambaran angka DMF-T anak usia sekolah dasar umur 5

Page 6: 48017701 Jurnal Tingginya Angka Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Umur 5 14 Tahun Dikota Pontianak Tahun 2010

6

s/d 14 tahun di Kota Pontianak tahun 2010 adalah 100,0% dengan angka

DMF-T perorangan yaitu 7,35, artinya anak usia sekolah dasar umur 5 s/d

14 tahun didalam mulutnya terdapat 7 atau lebih kasus kesehatan gigi

dan mulut. Angka DMF-T perorangan di Kota Pontianak tahun 2010

mencapai 7,35 jauh lebih besar dibandingkan dengan angka DMF-T

perorangan di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2002 yang mencapai 6,11.

Prevalensi karies gigi di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2002 mencapai

99,0% (Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, 2002) sedangkan prevalensi

karies gigi di Kota Pontianak tahun 2010 mencapai 100,0%.

Kelompok anak usia sekolah dasar ini termasuk kelompok rentan untuk

terjadinya kasus kesehatan gigi dan mulut, sehingga perlu diwaspadai

atau dikelola secara baik dan benar. Orang yang harus berperan lebih

dalam hal memberi pengetahuan terutama dilingkungan pada saat anak

bersekolah adalah guru, hal ini dikemukakan oleh Axelsson (2000) cit.

Depkes RI (1999) bahwa karies gigi pada anak menempati posisi yang

cukup tinggi, yaitu dari 100 anak yang terserang karies hanya 10 orang

anak yang terbebas dari karies gigi. Tingginya angka karies gigi pada

anak ini disebabkan oleh pola konsumsi makan makanan yang memiliki

kadar karbohidrat tinggi. Pola konsumsi ini sangat berpengaruh untuk

terjadinya angka karies gigi, hal tersebut dimungkinkan pada saat berada

dilingkungan sekolah anak sering makan makanan jajanan dengan

kandungan karbohidrat tinggi. Berdasarkan niai koefisien korelasi 0,198

yang mendekati 1 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan pola

konsumsi sangat berpengaruh dan bermakna (p < 0,05) untuk terjadinya

kasus gigi berlubang.

Berdasarkan nilai koefisien OHI-S 0,173 yaitu mendekati 1 maka

dapat disimpulkan bahwa OHI-S sangat berpengaruh terhadap angka

kerusakan gigi (DMF-T), dan bermakna (p < 0,05). Walaupun status

kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) anak usia sekolah dasar umur 5 s/d 14

Page 7: 48017701 Jurnal Tingginya Angka Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Umur 5 14 Tahun Dikota Pontianak Tahun 2010

7

tahun di Kota Pontianak termasuk katagori baik, yaitu sebanyak 228 orang

(57,0%). Status kebersihan gigi dan mulut dapat mempengaruhi

kerusakan gigi sebesar 3,6% (R2 = 0,036) dan sisanya 96,4% oleh sebab

lain yang tidak diteliti, sedangkan kekuatan hubungan sebesar 1,9% (R =

0,019). Pada penelitian ini bahkan ditemukan status kebersihan gigi dan

mulut (OHI-S) dengan katagori buruk yaitu sebanyak 21 orang (5,2%).

Frekuensi menyikat gigi responden rata-rata 2 x sehari sebanyak

234 orang (58,5%), artinya frekuensi menyikat 2 x sehari sudah termasuk

katagori baik dan sudah sesuai dengan anjuran. Nilai koefisien korelasi

0,090 yaitu mendekati 1, artinya mempunyai hubungan yang sangat kuat

terhadap angka DMF-T, tetapi tidak bermakna karena p > dari 0,05 yaitu

0,072. Hal yang perlu diperhatikan adalah bukan frekuensi menyikatnya

tetapi cara membersihakannya, Menyikat gigi yang baik adalah minimal 2

x sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, menyikat gigi

harus dapat membersihkan seluruh deposit lunak pada permukaan gigi.

Tehnik dan cara menyikat gigi juga perlu diperhatikan disamping syarat

dari sikat gigi yang dianjurkan. Menurut Nio, B.K., (1987) tehnik dan cara

menyikat gigi yang baik dan benar bukan terletak pada frekuensi, akan

tetapi pada saat menyikat gigi apakah sudah bersih atau belum, hal

tersebut yang menjadi faktor utama untuk terjadinya karies gigi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1). Semakin

tinggi angka kerusakan gigi, maka semakin buruk status kebersihan gigi

dan mulut begitu sebaliknya, 2). Besarnya pengaruh nilai OHI-S terhadap

angka DMF-T adalah 3,6% (R2 = 0,036) dengan kekuatan sebesar 1,9%

(R = 0,019), 3). Frekuensi menyikat gigi 2 x sehari (58,5%) sudah sesuai

dengan anjuran, tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pada

Page 8: 48017701 Jurnal Tingginya Angka Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Umur 5 14 Tahun Dikota Pontianak Tahun 2010

8

saat menyikat gigi bersih atau tidak, karena hal tersebut merupakan faktor

utama dari kerusakan gigi geligi, 4). Walaupun rata-rata status kebersihan

gigi dan mulut (OHI-S) pada anak usia sekolah dasar umur 5-14 tahun di

Kota Pontianak masuk katagori baik (57,0%)

Saran

Hasil peneliti dapat disarankan kepada : 1). Pihak sekolah, orang

tua dan orang-orang yang menyediakan jajanan harus punya komitmen

untuk mengurangi jajanan dengan kandungan karbohidrat tinggi, 2). Pihak

Puskesmas selaku pemegang program UKS/UKGS untuk dapat

meningkatkan kegiatan promotif dan preventif lebih sering lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI, 1999, Pelayanan Kedokteran Keluarga Dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, Kumpulan Materi Orientasi.

Dinas Kesehatan Kalimantan Barat, 2002, Profil Dinas Kesehatan Pontianak, Pontianak. Hal. 31-33

Dinas Kesehatan Kota Pontianak, 2008, Profil Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Pontianak. Hal. 17-22

Glen, at al. 1997, Ages and Job Satisfaction Among Males and Famales : A Multivariate, Multisurvey Study, Juornal of Applied Psycology, 62, 193-388

Nio, B. K., 1987, Preventive Dentistry. Bandung: YKGI. hal: 40-48

Rangkuti, 2002, Measuring Customer Satisfaction : Tehnik Mengukur Kepuasan Pelanggan , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rusmali, 2008, Mutu Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat I (PPK I) PT. Jamsostek Cabang Kalimantan Barat Berdasarkan Persepsi Peserta, tesis, MMPKG Yogjakarta.

Ware Jr, at al. 1978, The Measurement and Meaning of PatientSatisfaction,

Page 9: 48017701 Jurnal Tingginya Angka Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Umur 5 14 Tahun Dikota Pontianak Tahun 2010

9

Health and Medical Service Review. 1(1) : 1-14.