47_Paket Teknologi Pra Dan Pasca Panen Utk Peningkatan Produksi K.tanah,K.hijau Dan Aneka Kacang
-
Upload
rista-fitria -
Category
Documents
-
view
90 -
download
2
description
Transcript of 47_Paket Teknologi Pra Dan Pasca Panen Utk Peningkatan Produksi K.tanah,K.hijau Dan Aneka Kacang
TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN DESKRIPSI VARIETAS
KACANG TANAH, KACANG HIJAU DAN
ANEKA KACANG
TEKNOLOGI BUDIDAYA KACANG TANAH
1. Pola Tanam
1) Rotasi/Pola tanam kacang tanah adalah satu kali dalam satu tahun
untuk mencegah hama dan penyakit.
2) Di lahan sawah penanaman dilakukan di awal musim kemarau
sedangkan di lahan kering umumnya penanaman dilakukan di
awal musim hujan. Musim ini berbeda-beda pada masing-masing
daerah yang memungkinkan penanaman dapat dilakukan
sepanjang tahun di seluruh nusantara.
3) Di lahan kering dimana kebutuhan air kacang tanah semata-mata
bergantung pada curah hujan, pada bulan pertama diperlukan
curah hujan 100-150 mm/bulan sedang pada bulan ketiga antara
50-100 mm/bulan.
4) Di lahan Sawah tanaman kacang tanah ditanam sesudah padi
yang jatuh pada musim kemarau untuk itu perlu pengairan dan
irigasi
2. Varietas
1) Benih yang digunakan adalah benih yang berasal dari varietas
unggul nasional yang mempunyai potensi hasil tinggi seperti
Gajah, Macan, Kidang, Biawak, Kancil, Turangga dll.
2) Pemilihan varietas sebaiknya selain memperhatikan produksinya
dan adaptasinya terhadap lingkungan juga memperhatikan
kebutuhan pasar. Untuk kacang garing misalnya lebih baik
digunakan varietas berbiji dua dengan bentuk biji dan polong yang
bagus seperti Jerapah, Kancil, dan Tuban.
3) Kebutuhan benih tergantung pada ukuran biji sekitar 80 kg biji/ha
atau 120 kg polong/ha dengan daya tumbuh benih lebih 80 %.
3. Penyiapan Lahan
1) Tanah dibajak 2 kali sedalam 15-20 cm, lalu digaru, dan diratakan,
dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma dan dibuat bedengan
selebar 3-4 meter.
2) Antar bedengan dibuat saluran drainase dalam 30 cm dan lebar 20
cm yang berfungsi sebagai saluran irigasi pada saat kering.
4. Penanaman
1) Penanaman dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 40 x 10 cm, satu biji
per lubang sehingga populasi tanaman sekitar 250.000 tanaman.
2) Penanamanjugadapatdilakukan secara baris ganda (50 cm x 30
cm) x 15 cm, satu biji per lubang.
3) Penanaman dengan cara ditugal, kedalaman lubang tanam3-5 cm.
Lubang tanam ditutup dengan tanah.
5. Pemupukan
1) Dosis pupuk per hektar secara umum dapat diberikan 50 kg Urea,
50 Kg SP 36 dan 50 Kg KCL, 125 gr pupuk bio (rhizonut), dan
pupuk organik secukupnya
2) Waktu Pemberian pupuk, terdiri atas pupuk dasar : semua pupuk
bio (rhizonat) saat tanam dan ½ bagian Urea, seluruh TSP dan
KCL satu hari sebelum atau saat tanam, pupuk susulan : 1/2
bagian urea pada saat umur tanaman 21-24 HST
3) Cara Pemupukan: pupuk bio (rhizonat) dicampur dengan benih dan
disemprot dengan air sebelum ditanam, pupuk dasar disebar
merata saat pengolahan tanah akhir, pupuk susulan ditugal kiri
kanan barisan tanaman sedalam 5-7 cm atau dengan sistem garit.
4) Pada tanah yang yang bersifat masam atau pH tanahnya rendah ,
diberikan dolomit sebanyak 300-500 kg/ha dengan cara ditaburkan
merata pada saat pengolahan tanah akhir.
6. Penyiangandan pembumbunan
1) Penyiangan gulma dilakukan 2 kali selama pertumbuhan tanaman.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 15
HST sebelum tanaman berbunga atau tergantung populasi gulma.
Penyiangan dapat dilakukan dengan cara menggunakan kored
atau pancong. Penyiangan kedua dilakukan pada 45 HST setelah
ginofor masuk ke dalam tanah. Penyiangan tidak boleh dilakukan
saat pembentukan polong karena dapat menyebabkan kegagalan
pembentukan polong
2) Pembumbunan dilakukan bersamaan penyiangan.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit.
1) Pengendalian Hama dan penyakit dilakukan secara bijaksana yang
diawali dengan pemilihan benih varietas kacang tanah yang
resisten atau toleran hama penyakit pada daerah setempat.
2) Apabila hama tetap menyerang dilakukan pencegahan secara
mekanis dengan memungut hama secara manual atau bila
serangan di atas ambang ekonomi dilakukan penyemprotan
dengan pestisida.
3) Hama utama pada kacang tanah antara lain sebagai berikut
Wereng kacang tanah (Empoasca fasialin), pengerek daun
(Stmopteryx subsecivella), ulat jengkal (Plusia Chalcites) dan ulat
grayak (Prodenia litura ), ulat penggulung daun (Lamprosema
indicata), hama teresbut dapat dikendalikan dengan insektisida
endosulfan, klorfirifos, monokrotofos, metamidofos, diazinon,
(seperti Thiodan, Dursban, Azodrin, Tamaron dan Basudin). Untuk
pencegahan, pestisida tersebut dapat diaplikasikan pada umur
25,35 dan 45 HST.
4) Penyakit utama kacang tanah antara lain layu bakteri
(Pseudomonas solanacearum), bercak daun (Cercospora
sp.)penyakit karat (Puccinia arachidis). Pengendalian dapat
dilakukan dengan penanaman varietas tahan atau menggunakan
fungisida benomil, mankozeb, bitertanol, karbendazim, dan
klorotalonil (seperti Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsane,
MX200, dan Daconil). Untuk pencegahan fungisida tersebut dapat
diaplikasikan pada umur 35-45 dan 60 HST.
8. Pengairan
1) Pengairan diperlukan jika kacang tanah ditanam pada musim
kemarau. Priode kritis tanaman terhadap air adalah periode
pertumbuhan awal (umur hingga 15 hari), umur 25 hari (awal
berbunga), umur 50 hari (pembentukan dan pengisian polong), dan
umur 75 hari (pemasakan)
2) Pengairan dilakukan melalui selokanantar bedengan.
9. Panen dan Pasca Panen
1) Umur panen tergantung varietas dan musim tanam. Rata-rata umur
panen adalah 90-100 hari atau pada saat masak fisiologis dimana
tanda-tandanya adalah : kulit polong mengeras, berserat, bagian
dalam berwarna coklat, jika ditekan polong mudah pecah. Cara
panen dilakukan secara manual (dicabut), sebelum panen tanah
perlu dibasahi dengan diari agar tidak banyak polong yang
tertinggal di dalam tanah.
2) Perontokan polong dilakukan secara manual atau dipetik dengan
tangan atau menggunakan mesin pemipil polong (stripper), lalu
polong disortir dan sisihkan polong muda dan rusak.
3) Hasil panen dapat langsung dijual ke pabrik pengolahan (tenggang
waktunya tidak boleh lebih 24 jam) atau terlebih dahulu dikeringkan
4) Pengeringan dilakukan dengan dijemur pada lantai atau dengan
alas tikar selama 5-6 haridengan matahari terik atau bila musim
hujan dengan menggunakan pengering. Pengeringan dilakukan
sampai kadar air biji menjadi 10-12 % yang ditandai dengan mudah
terkelupasnya kulit biji.
5) Pengupasan atau pembijian dilakukan dengan cara sederhana
(polong dikupas dengan tangan) atau menggunakan mesin
pengupas polong (peanut sheller).
6) Penyimpanan
Penyimpanan kacang tanah dilakukan dalam gudang yang bersih,
kering tidak lembab dan sirkulasi udara baik menggunakan wadah
karung goni atau kantong plastik. Kacang tanah yang sudah
dikemas ditumpuk dengan teratur di atas kayu/rak kayu.
Pohon Industri Kacang Tanah
TEKNOLOGI BUDIDAYA KACANG HIJAU
Penerapan teknologi budidaya kacang hijau secara umum adalah sebagai
berikut :
1. Syarat Tumbuh
a. Tanah
1) Tekstur : Liat berlempung banyak mengandung bahan organik,
aerasi dan drainase yang baik.
2) Struktur tanah gembur
3) Ph 5,8 7,0 optimal 6,7
b. Iklim
1) Curah hujan optimal 50 - 200 mm/bln
2) Temperatur 25 - 27 0C dengan kelembaban udara 50 – 80% dan
cukup mendapat sinar matahari
c. Tanah
1) Tekstur : Liat berlempung banyak mengandung bahan organik,
aerasi dan drainase yang baik.
2) Struktur tanah gembur
3) Ph 5,8 7,0 optimal 6,7
2. Benih dan Varietas
1) Semua varietas kacang hijau yang telah dilepas cocok ditanam di
lahan sawah maupun tegalan.
2) Varietas terbaru tahan penyakit embun tepung dan bercak daun
seperti Sriti, Kutilang, Perkutut, dan Mural dapat dianjurkan untuk
ditanam pada daerah yang endemik penyakit tersebut.
3) Kebutuhan benih sekitar 20 kg/ha dengan daya tumbuh 90%.
3. Penyiapan lahan
1) Pada lahan bekas padi, tidak perlu dilakukan pengolahan tanah
(Tanpa Olah Tanah = TOT).
2) Tunggul padi perlu dipotong pendek dan dibersihkan seperlunya
atau dipinggirkan.
3) Apabila tanah becek maka perlu dibuat saluran drainase dengan
jarak 3 - 5 m
4) Pada lahan tegalan atau bekas tanaman palawija lain (jagung) perlu
pengolahan tanah:
a. pembajakan sedalam 15 - 20 cm,
b. kemudian dihaluskan dan diratakan.
c. saluran irigasi dibuat dengan jarak 3 - 5 m.
4. Cara tanam
1) Tanam dengan sistem tugal, dua biji/lubang.
2) Pada musim hujan, digunakan jarak tanam 40 cm x 15 cm sehingga
mencapai populasi 300 - 400 ribu tanaman/ha.
3) Pada musim kemarau digunakan Jarak tanam 40 cm x 10 cm
sehingga populasinya sekitar 400-500 ribu tanaman/ha.
4) Pada bekas tanaman padi, penanaman kacang hijau tidak boleh
lebih dari 5 hari sesudah padi dipanen,
5) Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur tidak lebih dari
7 hari.
5. Pemupukan
1) Untuk lahan yang kurang subur, tanaman dipupuk 45 kg Urea + 45 -
90 kg SP36 + SD kg KCl/ha yang diberikan pada saat tanam secara
larikan di sisi lubang tanam sepanjang barisan tanaman.
2) Bahan organik berupa pupuk kandang sebanyak 1520 ton/ha dan
abu dapur sangat baik untuk pupuk dan diberikan sebagai penutup
lubang tanam.
3) Di lahan sawah bekas padi yang subur, tanaman kacang hijau tidak
perlu dipupuk maupun diberi bahan organik.
6. Mulsa jerami
Untuk menekan serangan hama lalat bibit, pertumbuhan gulma, dan
penguapan air, jerami padi sebanyak 5 ton/ha dapat diberikan sebagai
mulsa.
7. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dua kali pada saat tanaman berumur 2 dan 4
minggu.
8. Pengairan
1) Pada daerah panas (suhu udara 30 -31 0C) dan kelembaban udara
rendah (54 – 52 %) pertanaman perlu diairi dua kali pada umur 21
hari dan 33 hari.
2) Pada daerah sedang (suhu udara 24 - 26 0C) dan kelembaban
udara sedang hingga tinggi (77 - 82 %) pengairan cukup diberikan
satu kali pada umur 21 hari atau 38 hari.
3) Periode kritis kacang hijau terhadap ketersediaan air adalah pada
saat menjelang bertunga (umur 25 hari) dan pengisian polong (45 -
50 hari), sehingga jika kekurangan air pada periode tersebut perlu
dilakukan pengairan.
9. Pengendalian hama
1) Hama utama kacang hijau adalah : lalat kacang Agmmyxa phaseoti,
ulat jengkal Piusia chaitites, kepik hijau Nezara virfduta, kepik coklat
Riptonus tinearis, penggerek polong Maruca testutalis dan Etietla
ztnckenetta, dan Kutu Thrips.
2) Pengendalian hama dapat dilakukan dengan insektisida, seperti:
Cwifldor, Regent, Curacron, Atabnon, Furadan, atau Pegassus
dengan dosis 2-3 ml/liter air dan volume semprot 5OIM>00 liter/ha.
3) Pada daerah endemik lalat bibit Agromyza phaseoti perlu tindakan
perlakuan benih dengan insektisida Carbosulfan (10 g/kg benih)
atau Fipnonil (5 cc/kg benih).
10. Pengendalian penyakit
1) Penyakit utama adalah bercak daun fcrcospeiu w-cscenst busuk
batang, embun tepung Erysiptiepoiygoni, dan penyakit puru Bsinos
giycines.
2) Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan fungisida seperti:
Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsene MX 700 atau Daconil pada
awal serangan dengan dosis 2 g/l air.
3) Penyakit embun tepung Erysiphepofygoni sangat efektif
dikendalikan dengan fungisida hexakonal yang diberikan pada umur
4 dan 6 minggu.
4) Penyakit bercak daun efektif dikendalikan dengan fungisida
hexakonazol yang diberikan pada umur 4, 5 dan 6 minggu.
11. Panen dan pascapanen
1) Panen dilakukan apabila polong sudah berwarna hitam atau coklat.
Panen dengan cara dipetik dan polong segera dijemur selama 2 - 3
hari hingga kulit mudah terbuka.
2) Pembijian dilakukan dengan cara dipukul, sebaiknya di dalam
kantong plastik atau kain untuk menghindari kehilangan hasil.
Pembersihan biji dari kotoran dengan menggunakan nyiru (tampah)
dan biji dijemur lagi sampai kering simpan yaitu kadar air mencapai
8 – 10 %.
Pohon Industri Kacang Hijau
TEKNOLOGI BUDIDAYA KORO PEDANG
1. Pengolahan tanah
Sebelum ditanami lahan perlu diolah secara sederhana yaitu dengan cara
dibajak untuk menggemburkan tanah, setelah dibajak dan diratakan maka
lahan sudah siap untuk ditanami koro pedang.
2. Benih
a. Penanganan benih sebelum ditanam
1) Benih berasal dari hasil panen saat musim tanam sebelumnya.
Sebelum dijadikan benih maka biji disortir dipilih yang bagus dan
dianggap sehat.
2) Setelah terkumpul biji hasil sortiran, biji dicuci dan di campur
dengan rizobium sesuai dosis, selanjutnya dijemur kena sinar
matahari langsung.
3) Setelah kering ditaruh diwadah tertutup dan segera ditanam.
b. Kebutuhan benih 20 – 25 kg/ha.
3. Penanaman
1) Jarak tanam ideal 1m x 1m
2) Ditugal dengan 2 biji per lubang
4. Pupuk
1) Pupuk organik dengan dosis 1 ton/ha
Diberikan pada saat sebelum tanam sekitar 500 kg, susulan I
dosis 250 kg pada saat umur 30 – 45 hari dan susulan ke II dosis
250 kg saat umur 70 – 80 hari.
2) Pupuk cair
Dosis 3 liter per ha disemprotkan pada saat tanaman berumur 15
hari setelah tanam selanjutnya di berikan setiap 10 hari sekali
sampai menjelang berbunga.
5. Pemeliharan
Disiang setiap ada rumput yang tumbuh disekitartanaman.
6. Pengendalian OPT
Dilakukan penyemprotan dengan pestisida setelah ada gejala serangan,
paling utama adalah hama ulat.
7. Perawatan Buah
Untuk menghindari buah yang busuk akibat menempel di tanah, perlu
diberi tiang penyangga (anjang-anjang). Bila warna buah sudah
kemerahan harus selalu dipantau, begitu warna mulai coklat segera
dipetik.
8. Pasca Panen
Kacang Koro Pedang mulai dapat dipetik setelah umur 4,5 bulan, selang
2 -3 minggu berikutnya setelah pemanenan pertama dapat terus dipanen
sampai umur 6 bulan.
TEKNOLOGI BUDIDAYA KACANG NAGARA
1. Syarat tumbuh :
a. Tanah
Tanah tekstur lempung sampai lempung berpasir, podsolik merah
kuning, latosol, alluvial, gleisol dan organosol dan PH : 5.5 – 7.5
b. Iklim
Temperatur antara 25 - 29C, Curah Hujan tahunan antara 1.500 –
2.500 mm
2. Benih
a. Syarat Benih
1) Bebas hama penyakit, bernas, tidak keriput, seragam dan bersih
2) Daya Tumbuh sama atau > 80 %.
b. Kebutuhan Benih : Kebutuhan benih 40 Kg/Ha
c. Varietas : Kacang Tunggak Nagara
3. Penyiapan Lahan
a. Di Lahan Lebak.
Pengolahan lahan dilakukan dengan memotong rumput rawa
dengan menggunakan alat kait, rumput digulung seperti
menggulung kasur. Gulungan rumput dibiarkan selama dua minggu
sampai kering kemudian dihamparkan kembali sebagai mulsa.
b. Di Lahan Rawa yang kurang subur
Dilakukan dengan pembabatan semak yang diikuti pembakaran
semak. Setelah lahan siap tanam, maka dilakukan penanaman.
c. Di Lahan Kering
Pengolahan tanah dilakukan dengan 2 (dua) kali bajak dan sedikit
satu kali garu
d. Di Lahan Sawah Tadah Hujan
Di lahan sawah tadah hujan bekas tanaman padi ditanam tanpa
olah tanah, jerami digunakan sebagai mulsa
e. Di Lahan Sawah
Di lahan sawah bekas tanaman padi tidak perlu diolah, perlu
dibuatkan saluran setiap 3 m atau 4 m, dengan kedalaman saluran
antara 20 – 30 cm dengan lebar 25 – 30 cm. Saluran tersebut
berfungsi sebagai putusan bila air berlebih atau digunakan sebagai
saluran irigasi apabila diperlukan penambahan air.
4. Penanaman
a. Waktu tanam
Lahan Rawa : Musim kemarau (bulan mei/Juni)
Lahan Lebak : waktu tanam pada musim kemarau, yaitu
pada bulan Mei – Juni
Lahan Sawah : lahan sawah irigasi dan sawah tadah
hujan ditanam sesudah padi pada bulan
Juni – Juli dan pada lahan irigasi
terbatas pada bulan Maret/April
Lahan Kering : Ditanam setelah tanaman palawija lain
atau setelah padi gogo (MK) atau
menjelang musim kemarau sekitar bulan
Februari/ Maret
b. Cara dan jarak tanam
1) Cara tanam yang umum digunakan yaitu ditugal dan disebar.
Jarak tanam harus disesuaikan dengan kondisi dan kesuburan
tanah
2) Pada Lahan Lebak : Jarak tanam yang digunakan 60 cm x 100
cm. Benih ditanam sedalam 3 – 5 cm, 2-3 biji per lubang
3) Pada lahan kering : Benih ditaruh pada lubang tugal atau disebar
pada bekas alur bajak. Jarak benih dalam alur bajak sekitar 10 –
15 cm, dengan jarak tanam 44 cm x 15 – 20 cm, 2 biji per lubang
(populasi 125.000 tanaman/hektar)
4) Pada lahan Sawah : ditanam dengan cara ditugal dan jarak
tanam 30 cm x 15 – 20 cm atau 40 cm x 15 – 20 cm, 40 cm x 10
cm, 1 biji per lubang. Jumlah populasi 250.000 tanaman/hektar
5. Pemeliharaan
a. Penyulaman : Penyulaman tanaman yang mati pada umur 7 – 10
hari setelah tanam
b. Pemangkasan pucuk dilaksanakan pada umur 25 – 30 hari setelah
tanam
c. Pemupukan
1) Pupuk dasar diberikan setelah tanam dengan dosis per ha; Urea
35 kg, SP-36 70 kg, KCL 35 kg atau NPK 150 kg dan pupuk
organik 2.000 kg
2) Dosis disesuaikan dengan rekomendasi setempat
3) Lahan sawah : Pada lahan sawah bekas tanaman padi tidak
memerlukan tambahan pupuk secara langsung, cukup berasal dari
residu pupuk yang diberikan pada tanaman padi. Jenis tanah
alluvial pemupukan dengan 22,5 kg urea = 45 kg TSP + 45 kg
KCL/ha dapat meningkatkan hasil 0,17 ton/ha
4) Lahan kering : pada lahan kering respon tanaman terhadap
pemupukan berbeda tergantung pada musim dan jenis tanah.
Kacang Nagara yang ditanam pada musim kemarau kurang
respon dibanding dengan yang ditanam pada musim hujan.
Pemupukan 50 kg urea + 100 kg TSP per/ha dapat meningkatkan
hasil 20% dibandingkan tanpa pupuk
6. Pengendalian Gulma
1) Kompetisi gulma merupakan salah satu faktor yang dapat
menurunkan hasil,, apabil tidak dilakukan penanggulanga secara
tepat.
2) Jenis gulma yang sering dijumpai antara lain : Enchinochoa colona,
Amaranthus spinosus, Cyperus kilingia dan Lindrernia anaglis
3) Untuk menekan pertumbuhan gulma cukup dilakukan 2 (dua) kali
penyiangan
4) Upaya lain dilakukan dengan meningkatkan populasi tanaman
menjadi 320.000 tanaman /ha
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
1. Hama daun, penggerek polong, ulat grayak dan tikus merupakan
hama yang dominan menyerang dan menurunkan potensi hasil
kacang nagara
2. Untuk mengatasi diupayakan penggunaan pestisida secara
bijaksana sistem pemantauan di lapangan
3. Dengan menggunakan pestisida dan pemupukan yang tepat
dapat meningkatkan hasil sampai 34%.
8.Panen
Ciri tanaman yang siap untuk dipanen adalah :
1) Tanaman telah berumur 2 bulan
2) Polong masak ditandai warna polong putih kecoklatan
3) 85 – 90 % polong sudah kering
4) Polong hasil panen harus secepatnya dijemur agar lebih kering
untuk selanjutnya dilakukan pembijian
5) Pada kondisi cukup kering, masa pengeringan polong hanya
dilakukan 2 – 3 hari
6) Untuk makanan ternak dilakukan antara periode pembungaan dan
pembentukan polong
9. Pasca Panen
Polong yang telah dipetik dikumpulkan dan dijemur dibawah terik
matahari salama 3 – 4 hari. Polong yang sudah kering ditandai dengan
pecahnya sebagian polong secara otomatis. Pembijian dilakukan dengan
memasukkan polong kedalam karung kemudian di pukul-pukul atau
diinjak-injak. Kemudian biji dibersihkan dengan cara ditampi atau dengan
alat lainnya dengan prinsip pemisahan biji bernas dengan kotoran. Biji
yang telah bersih dikeringkan sampai kadar air 14% untuk selanjutnya
dilakukan penyimpanan dalam karung, sedangkan untuk benih
penyimpanan dilakukan dengan menggunakan kaleng atau drum untuk
menghindari serangan hama gudang. Apabila dilakukan penanganan
yang baik benih kacang nagara dapat disimpan lebih dari 1 tahun.
Anjuran Teknologi Budidaya Kacang Nagara (secara umum)
TEKNOLOGI BUDIDAYA KACANG MERAH
1. Penyiapan lahan
Seperti halnya penyiapan lahan untuk tanaman kedelai maupun kacang
hijau, pengolahan tanah dilakukan secara optimal, yang umumnya
diperoleh dengan dua kali pembajakan dan diikuti dengan perataan
tanah. Kacang merah tergolong tanaman yang toleran terhadap
kelembaban tanah tinggi, karenanya pembuatan saluran drainase perlu
diperhatikan dalam budidaya kacang merah.
2. Penanaman
Penanaman kacang merah dilakukan dengan menggunakan tugal,
ditanam dua hingga tiga biji perlubang, dan diperjarang menjadi dua
tanaman perumpun pada umur sekitar delapan hari setelah tanam.
Kacang merah ditanam dengan jarak 40 cm antara barisan dan 10 cm di
dalam barisan, atau setara dengan populasi 330.000 hingga 500.000
tanaman per ha. Di New South Wales dan Queensland, kacang merah
ditanam dengan populasi tinggi yaitu 500-600 ribu tan / ha (Desborough
dan Redden, 1998).
3. Pemeliharaan
a. Pemupukan
Tanaman kacang merah memiliki bintil akar yang cukup effektif dalam
menambat nitrogen udara, walaupun demikian upaya penambahan
unsur hara melalui pemupukan masih tetap diperlukan. Dosis pupuk
(N, P2O5 dan K2O) disesuaikan dengan status kesuburan tanah yang
akan digunakan, namun sebagai pedoman umum dapat mengikuti
dosis anjuran pada tanaman kedelai, yaitu Urea sekitar 75 kg, SP-36
100 kg, dan KCL 100 kg per ha, diberikan seluruhnya pada saat
tanam, 30 % pada saat tanaman berumur 20 hst dan sisanya diberikan
pada saat menjelang berbunga (Keng-Feng, 1994)
b. Pengendalian gulma, hama dan penyakit
Tanaman kacang merah dinilai kurang toleran terhadap persaingan
dengan gulma karenanya pengendalian gulma perlu mendapatkan
perhatian. Penyiangan disesuaikan dengan populasi gulma dilapang,
namun paling tidak dapat dilakukan dua kali yaitu pada umur 15 dan
25 hst.
Beberapa hama dan penyakit dapat menjadi kendala produksi kacang
merah. Seperti pada tanaman kacang hijau, hama Trips dan Aphis
dapat menyerang kacang merah. Virus merupakan kendala utama.
Izuka (1990) mengidentifikasi dan melaporkan paling tidak terdapat
enam srain virus yang dapat menjadi kendala produksi kacang merah
AzMV (adzuki bean mosaicvirus). BICMV (blckeye cowpea masaic
virus) dan AMV (alfafa mosaic virus).Adanya infeksi awal virus AzMV
dilaporkan dapat menurunkan hasil hingga 43 %.
Seperti pada biji kacang hijau, berbagai hama dapat merusak biji
kacang merah selama penyimpanan terutama Callosobruchus chinesis
dan C. maculatus. Untuk mengatasi kerusakan biji selama
penyimpanan, Ishimoto et al. (1996) mengupayakan pembentukan
kacang merah transgenic tahan hama-hama penyimpan tersebut.
4. Panen dan prosesing
Polong kacang merah masak tidak serempak, karenanya pemanenan
dilakukan antara dua hingga tiga kali. Beberapa varietas kacang merah
yang dilepas dari Taiwan pada akhir-akhir ini umumnya bertipe determinit
dan berumur antara 80-90 hari. Upaya pemuliaan di Taiwan juga
diarahkan untuk umur masak polong serempak, sehingga masa panen
dapat dilakukan sekaligus. Di Florida Selatan, masa tanam terbaik adalah
pada bulan September- Februari, dan tanaman dapat dipanen pada umur
120 hari.
Uji coba terhadap beberapa genotype introduksi asal Taiwan dan jepang
yang dilakukan di Malang, umur polong masak berkisar antara 60 hingga
70 hari. Polong yang telah masak segera dijemur dan dibijikan.
Biji kacang merah memiliki daya tumbuh cukup lama, namun selama
penyimpanan harus memperhatikan adanya serangan hama gudang.
Karenanya penyimpanan pada tempat tertutup akan cukup baik untuk
menghindari kerusakan akibat hama-hama dalam penyimpanan.