4578-9988-1-SM.pdf

11
Volume 46, Nomor 3, Tahun 2012 184 MEDIA MEDIKA INDONESIANA Hak Ciptaゥ2012 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah Citra Tubuh, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Gizi, Perilaku Makan dan Asupan Zat Besi pada Siswi SMA Santi Dwi Rahayu *, Fillah Fithra Dieny * ABSTRACT The body image, mother’s education, family income, nutritional knowledge, eating behavior and iron intake among senior high school female students Background: The concept of ideal body shape in female adolescent is tall and slim that oftenly to lead restriction of the food intake especially the food sources of iron that are considered as foods with high fat. This study aimed to identify factors association between body image, mother’s education, family income, nutritional knowledge, and eating behavior with iron intake among senior high school female students. Method: This study used cross sectional design, and it was conducted on female students at SMA Negeri 1 Tangerang Selatan. The selection of 80 subjects was performed by stratified random sampling technique. Data on body image was obtained by body shape questionnaire, family income, mother’s education, nutritional knowledge and eating behavior were collected by questionnaire, and iron intake was obtained by 24-hour food recall. Data were analyzed by Rank Spearman. Result: Subjects aged in 15-17 years old. The subjects had a dissatisfaction of their body image were 41.25% subjects and 40% subjects had deficit iron intake. Subjects had inappropriate eating behavior 47.5% and 66.3% were classified as intermediate level of family income. The level of mother’s education at SMA/MA were 53.8% subjects and only 7.5% subjects had good nutritional knowledge. The subjects had a dissatisfaction of their body image would be had inappropriate eating behavior so they had lower iron intake too. The good mother’s education of subjects would be had good iron intake, moreover the higher family income that increased food expenditure so subjects had adequate iron intake. The nutritional knowledge was not correlated with iron intake. Conclusion: Body image was associated with eating behavior. Eating behavior, mother’s education, and family income were correlated with iron intake. Keywords: Body image, eating behavior, iron intake ABSTRAK Latar belakang: Konsep tubuh ideal tinggi langsing menimbulkan remaja putri melakukan pembatasan asupan makanan terhadap sumber zat besi yang dianggap sebagai makanan dengan lemak tinggi. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan antara citra tubuh, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan gizi dan perilaku makan dengan asupan zat besi pada siswi SMA. Metode: Rancangan penelitian cross sectional. Populasi adalah siswi SMA Negeri 1 Tangerang Selatan. Pemilihan 80 subyek dilakukan secara stratified random sampling. Data citra tubuh dengan body shape questionnaire, pendapatan keluarga dengan angket, pendidikan ibu, pengetahuan gizi dan perilaku makan dengan kuesioner serta asupan zat besi dengan kuesioner food recall 24 jam. Data dianalisis dengan korelasi Rank Spearman. Hasil: Subyek berusia 15-17 tahun. Subyek dengan ketidakpuasan citra tubuh sebanyak 41,25% dan 40% subyek mempunyai tingkat asupan zat besi defisit. Subyek dengan perilaku makan tidak sesuai sebanyak 47,5% dan 66,3% subyek mempunyai tingkat pendapatan keluarga ekonomi menengah. Tingkat pendidikan ibu subyek tamat SMA/MA sebanyak 53,8% dan hanya 7,5% yang mempunyai tingkat pengetahuan gizi baik. Subyek dengan citra tubuh yang tidak puas cenderung mempunyai perilaku makan yang tidak sesuai sehingga asupan zat besinya rendah. Subyek dengan ibu berlatar belakang pendidikan tinggi cenderung mempunyai asupan zat besi baik, selain itu makin tinggi pendapatan keluarga, maka pengeluaran belanja pangan makin meningkat sehingga asupan zat besi pada subyek terpenuhi. Namun pengetahuan gizi tidak berhubungan dengan perilaku makan. * Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Jl. Dr. Sutomo 14 Semarang, Jawa Tengah, Indonesia Artikel Asli M Med Indones

Transcript of 4578-9988-1-SM.pdf

  • Media Medika Indonesiana

    Volume 46, Nomor 3, Tahun 2012184

    MEDIA MEDIKAINDONESIANA

    Hak Cipta2012 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah

    Citra Tubuh, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga,Pengetahuan Gizi, Perilaku Makan danAsupan Zat Besi pada Siswi SMASanti Dwi Rahayu *, Fillah Fithra Dieny *

    ABSTRACT

    The body image, mothers education, family income, nutritional knowledge, eating behavior and iron intake among senior highschool female studentsBackground: The concept of ideal body shape in female adolescent is tall and slim that oftenly to lead restriction of the food intakeespecially the food sources of iron that are considered as foods with high fat. This study aimed to identify factors associationbetween body image, mothers education, family income, nutritional knowledge, and eating behavior with iron intake among seniorhigh school female students.Method: This study used cross sectional design, and it was conducted on female students at SMA Negeri 1 Tangerang Selatan. Theselection of 80 subjects was performed by stratified random sampling technique. Data on body image was obtained by body shapequestionnaire, family income, mothers education, nutritional knowledge and eating behavior were collected by questionnaire, andiron intake was obtained by 24-hour food recall. Data were analyzed by Rank Spearman.Result: Subjects aged in 15-17 years old. The subjects had a dissatisfaction of their body image were 41.25% subjects and 40%subjects had deficit iron intake. Subjects had inappropriate eating behavior 47.5% and 66.3% were classified as intermediate level offamily income. The level of mothers education at SMA/MA were 53.8% subjects and only 7.5% subjects had good nutritionalknowledge. The subjects had a dissatisfaction of their body image would be had inappropriate eating behavior so they had loweriron intake too. The good mothers education of subjects would be had good iron intake, moreover the higher family income thatincreased food expenditure so subjects had adequate iron intake. The nutritional knowledge was not correlated with iron intake.Conclusion: Body image was associated with eating behavior. Eating behavior, mothers education, and family income werecorrelated with iron intake.

    Keywords: Body image, eating behavior, iron intake

    ABSTRAK

    Latar belakang: Konsep tubuh ideal tinggi langsing menimbulkan remaja putri melakukan pembatasan asupan makanan terhadapsumber zat besi yang dianggap sebagai makanan dengan lemak tinggi. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan antaracitra tubuh, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan gizi dan perilaku makan dengan asupan zat besi pada siswi SMA.Metode: Rancangan penelitian cross sectional. Populasi adalah siswi SMA Negeri 1 Tangerang Selatan. Pemilihan 80 subyekdilakukan secara stratified random sampling. Data citra tubuh dengan body shape questionnaire, pendapatan keluarga denganangket, pendidikan ibu, pengetahuan gizi dan perilaku makan dengan kuesioner serta asupan zat besi dengan kuesioner food recall24 jam. Data dianalisis dengan korelasi Rank Spearman.Hasil: Subyek berusia 15-17 tahun. Subyek dengan ketidakpuasan citra tubuh sebanyak 41,25% dan 40% subyek mempunyai tingkatasupan zat besi defisit. Subyek dengan perilaku makan tidak sesuai sebanyak 47,5% dan 66,3% subyek mempunyai tingkatpendapatan keluarga ekonomi menengah. Tingkat pendidikan ibu subyek tamat SMA/MA sebanyak 53,8% dan hanya 7,5% yangmempunyai tingkat pengetahuan gizi baik. Subyek dengan citra tubuh yang tidak puas cenderung mempunyai perilaku makan yangtidak sesuai sehingga asupan zat besinya rendah. Subyek dengan ibu berlatar belakang pendidikan tinggi cenderung mempunyaiasupan zat besi baik, selain itu makin tinggi pendapatan keluarga, maka pengeluaran belanja pangan makin meningkat sehinggaasupan zat besi pada subyek terpenuhi. Namun pengetahuan gizi tidak berhubungan dengan perilaku makan.

    * Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Jl. Dr. Sutomo 14 Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

    Artikel Asli M Med Indones

  • Artikel Asli Citra Tubuh, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga

    Volume 46, Nomor 3, Tahun 2012 185

    Simpulan: Citra tubuh berhubungan dengan perilaku makan.Perilaku makan, pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga

    berhubungan dengan asupan zat besi.

    PENDAHULUAN

    Masa remaja sebagai suatu masa seorang individumengalami perkembangan secara psikologis dan adanyaperubahan fisik yang sangat cepat.1 Perubahan fisik iniakan membuat remaja mulai menyibukkan dirinya untuklebih memperhatikan bentuk tubuh dan mengembang-kan citra individual mengenai gambaran tubuhnya.2

    Perhatian yang cukup kuat terhadap citra tubuh terjadisaat remaja merasa tidak puas terhadap bentuk tubuh-nya, khususnya terjadi pada remaja putri. Citra tubuhmerupakan hal yang sangat penting bagi remaja putrikarena kemungkinan menjadi penyebab penurunankepercayaan diri.3

    Satu sisi, perubahan psikologis yang terjadi pada remajaputri tentang konsep tubuh ideal seorang wanita adalahtinggi langsing, hal ini membawa pengaruh yang buruk,sehingga remaja akan menerapkan perilaku tidak tepatdalam mencapai bentuk tubuh yang ideal denganmelakukan diet yang ketat.4-6 Sedangkan sisi lain,seharusnya periode remaja putri merupakan fase pentingsebagai persiapan menjadi calon ibu sehingga dituntutdalam pemenuhan kebutuhan gizi. Masalah anemiadefisiensi besi dan status gizi kurang pada remaja putriakan memberikan kontribusi negatif pada masakehamilan kelak, yang dapat menyebabkan kelahiranbayi dengan berat badan lahir rendah, kesakitan bahkankematian pada ibu dan bayi.7

    Data departemen kesehatan tahun 2005 menunjukkanprevalensi anemia remaja putri di Indonesia sebesar26,5%.8,9 Penyebab utama anemia pada remaja putrikarena rendahnya asupan makanan yang mengandungzat besi terutama pada makanan hewani.10,11 Berdasar-kan hasil penelitian di Kabupaten Kudus menyatakanbahwa tingkat asupan zat besi desifit sebesar 57,7%berhubungan dengan kejadian anemia.12 Hal ini disebab-kan pembatasan asupan makanan yang keliru sepertimakanan sumber zat besi yaitu daging, hati, dan ayamsering dianggap remaja sebagai jenis makanan yangmengandung lemak tinggi. Berdasarkan penelitian diSemarang pada siswi SMA menunjukkan bahwa sebesar50,4% remaja putri melakukan upaya pencapaianbentuk tubuh ideal secara tidak tepat salah satunyadengan melakukan diet ketat.13 Hal ini berakibatterhadap kebutuhan gizi remaja putri yang tidak ter-penuhi, sehingga dapat menyebabkan defisiensi mikro-nutrien seperti anemia defisiensi zat besi.8,10 Berdasar-kan hasil penelitian yang dilakukan di KabupatenPurworejo tahun 2008 pada remaja menunjukkan bahwasebesar 56% remaja putri yang mempunyai citra tubuhnegatif menerapkan perilaku makan tidak sehat. Selain

    itu, diperoleh hasil bahwa kejadian anemia lebih besar1,6 kali terjadi pada remaja dengan citra tubuh negatifdan perilaku makan yang tidak sehat sebesar 2,7 kali.14

    Citra tubuh merupakan faktor individual, dimana remajaputri yang mempunyai ketidakpuasaan terhadap bentuktubuhnya akan menerapkan perilaku makan yang tidaksesuai yaitu melakukan diet dengan melewatkan waktumakan dan mengurangi makanan sumber zat besi yangdianggap mengandung tinggi lemak seperti daging danproduk susu, hal ini dapat menyebabkan penurunanasupan zat besi.15,16

    Tingkat asupan zat besi terhadap kejadian anemia secaratidak langsung disebabkan oleh keadaan sosial ekonomimeliputi tingkat pendidikan orang tua dan pendapatankeluarga yang rendah.17,18 Berdasarkan hasil penelitiandi India menunjukkan bahwa prevalensi anemia tingkatberat pada remaja putri sebesar 17,3% berasal darikelompok ekonomi rendah. Hal ini didukung pula olehhasil penelitian di Bangladesh yang menyatakan bahwatingkat pendapatan yang rendah memiliki hubungandengan tingkat asupan zat besi yang berasal darimakanan hewani seperti daging, ikan, unggas danlainnya.17 Tingkat pendidikan ibu berhubungan denganprevalensi anemia remaja putri tingkat berat sebesar7,5%.18 Tingkat pendidikan ibu dapat menentukanpengetahuan dan keterampilan dalam menentukan menumakanan bagi keluarganya yang akan berpengaruhterhadap status kesehatan pada semua anggota keluarga-nya.

    Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tangerangprevalensi anemia remaja sebesar 41,7%. Selain itu,berdasarkan hasil penelitian pada remaja putri diTangerang menunjukkan bahwa sebesar 59% tingkatasupan zat besi masih rendah dibandingkan denganangka kecukupan gizi (AKG).9 Berdasarkan latarbelakang tersebut penelitian ini akan menganalisishubungan antara citra tubuh, pendidikan ibu,pendapatan keluarga, pengetahuan gizi dan perilakumakan dengan asupan zat besi pada siswi SMA Negeri1 Tangerang Selatan.

    METODE

    Penelitian ini merupakan penelitian analitikobservasional dengan rancangan cross sectionaldibidang gizi masyarakat. Penelitian dilakukan di SMANegeri 1 Tangerang Selatan pada bulan Januari 2011.Populasi dalam penelitian adalah siswi kelas X dan XIdi SMA Negeri 1 Tangerang Selatan. Berdasarkanperhitungan menggunakan rumus estimasi proporsididapatkan jumlah minimal 60 subyek dan dalam

  • Media Medika Indonesiana

    Volume 46, Nomor 3, Tahun 2012186

    penelitian ini diperoleh 80 subyek dengan menggunakanmetode pengambilan sampel yaitu stratified randomsampling, yang sebelumnya telah dipilih sesuai dengankriteria inklusi yakni tidak absen selama pengambilandata, tidak sedang menjalankan diet khusus, dan bukanvegetarian.

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalahidentitas subyek, status gizi, citra tubuh, pendidikan ibu,pendapatan keluarga, pengetahuan gizi, dan perilakumakan serta asupan zat besi. Variabel dalam penelitianini meliputi variabel bebas antara lain citra tubuh,pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan pengetahuangizi, variabel antara adalah perilaku makan dan variabelterikat adalah asupan zat besi. Citra tubuh adalahpersepsi seorang remaja terhadap penampilan bentuktubuhnya, sebagai salah satu aspek psikologis yaituperhatian terhadap bentuk tubuh.11 Citra tubuh diukurmenggunakan body shape questionnaire (BSQ) yangberisi 34 pertanyaan mengenai kepuasan subyekterhadap bentuk tubuhnya yang terdiri atas pertanyaanfavorable dan unfavorable.19 Hasil skor citra tubuhkemudian diinterpretasikan dalam empat kategori yaitutidak ada perhatian (no concern, skor 110-138),ketidakpuasan sedang (moderate alteration, skor >138 -167) dan sangat tidak puas (severe alteration, skor>167).19

    Asupan zat besi sebagai variabel terikat dalampenelitian ini adalah rata-rata jumlah asupan makananatau minuman sumber zat besi yang dihitung berdasar-kan data hasil food recall 24 jam selama 3 hari tidakberturut-turut. Pengambilan data dilakukan denganwawancara terhadap responden. Hasil analisis rata-rataasupan kemudian dibandingkan dengan angka kecukup-an gizi (AKG) 2004 kemudian dikalikan 100%, makadidapatkan persen tingkat kecukupan asupan zat besi.Tingkat asupan zat besi dibagi menjadi empat kategoriyaitu baik (100% AKG), sedang (80-99% AKG),kurang (70-79% AKG), dan defisit (80% jawaban benar), cukup(60-80% jawaban benar) dan kurang (

  • Artikel Asli Citra Tubuh, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga

    Volume 46, Nomor 3, Tahun 2012 187

    Tabel 1. Distribusi n menurut usia

    Usia n %15 tahun 13 16,2516 tahun 40 5017 tahun 27 33,75Total 80 100

    Tabel 2. Distribusi n menurut status gizi

    Status gizi n %Kegemukan 3 3,75Kelebihan berat badan 3 3,75Normal 72 90Kurus 1 1,25Sangat kurus 1 1,25Total 80 100

    Keterangan:Kegemukan : > + 2 SD Kurus : + 1 SD Sangat kurus : 167Ketidakpuasan sedang (moderate alteration) : skor >138 - 167

    Sedangkan bila dilihat dari ketidakpuasan citra tubuhberdasarkan status gizi subyek diperoleh bahwa dari41,25% yang menyatakan tidak puas terhadap citratubuhnya tidak hanya terjadi pada subyek dengankelebihan berat badan saja, namun juga pada subyekdengan status gizi normal sebanyak 28 subyek.

    Pada Tabel 5, berdasarkan hasil penelitian diketahuibahwa sebanyak 15% mempunyai tingkat pengetahuangizi yang kurang dan hanya 7,5% yang mempunyaitingkat pengetahuan gizi baik.

    Pada Tabel 6, sebagian besar ibu mempunyai tingkatpendidikan yang cukup baik karena sudah menempuhwajib belajar 9 tahun, sebanyak 53,75% berlatarbelakang pendidikan SMA/MA.

    Tabel 4. Distribusi citra tubuh subyek berdasarkan status gizi

    Status giziCitra tubuh

    TotalTidak ada perhatian Ketidakpuasan ringan Ketidakpuasan sedang Sangat tidak puas

    n n n n nKegemukan - 1 1 1 3Kelebihan berat badan 1 1 1 - 3Normal 44 23 3 2 72Kurus 1 - - - 1Sangat kurus 1 - - - 1Total 47 25 5 3 80

    Tabel 5. Distribusi n menurut tingkat pengetahuan gizi

    Tingkat pengetahuan gizi n %Baik >80% jawaban benar22 6 7,5Cukup 60-80% jawaban benar 62 77,5Kurang

  • Media Medika Indonesiana

    Volume 46, Nomor 3, Tahun 2012188

    Tabel 6. Distribusi n menurut tingkat pendidikan ibu

    Tingkat pendidikan ibu n %SD/MI 7 8,75SMP/MTs 16 20,0SMA/MA 43 53,75Diploma 8 10,0PTN 6 7,5Total 80 100

    Pada Tabel 7, pendapatan keluarga per bulan berkisarantara Rp.1.500.000,- s.d. Rp.19.000.0000,-, denganrata-rata Rp.5.341.875,- 3.167.302. Sebanyak 66,25%berada pada tingkat ekonomi menengah denganpendapatan keluarga Rp.1.000.000.- s.d.Rp.5.000.000,- .

    Tabel 7. Distribusi n menurut tingkat pendapatan keluarga

    Tingkat pendapatan keluarga n %Ekonomi menengah 53 66,25Ekonomi menengah ke atas 19 23,75Ekonomi atas 8 10,0Total 80 100

    Keterangan:24- Ekonomi menengah : Rp.1.000.000,- s.d. Rp.5.000.000,-- Ekonomi menengah ke atas : >Rp.5.000.000,- s.d. Rp.10.000.000,-- Ekonomi atas : Rp.10.000.000

    Pada Tabel 8, berdasarkan hasil pengukuran 47,5%subyek mempunyai perilaku makan yang tidak sesuai.Perilaku makan tidak sesuai yang dilakukan subyekantara lain oleh pengurangan frekuensi makan menjadidua kali dalam sehari dengan menghindari makan pagiatau makan malam, makan tidak teratur, mengurangiporsi atau jumlah makanan yang dikonsumsi, danmenghindari jenis makanan sumber zat besi yangdianggap mengandung lemak tinggi seperti: daging, hatiayam atau hati sapi.

    Tabel 8. Distribusi n menurut perilaku makan

    Perilaku makan n %Tidak sesuai 38 47,5Sesuai 42 52,5Total 80 100

    Keterangan: - Sesuai : mean skor-T (50)- Tidak sesuai : < mean skor-T (

  • Artikel Asli Citra Tubuh, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga

    Volume 46, Nomor 3, Tahun 2012 189

    kemampuan untuk membeli yang lebih baik danmemudahkan dalam pemilihan bahan makanan sumberzat besi. Analisis bivariat antara pendapatan keluargadengan pengeluaran belanja pangan menunjukkan adakorelasi positif, artinya semakin rendah pendapatankeluarga, maka pengeluaran belanja pangan subyeksemakin rendah (r=0,839; p=0,000). Pengeluaranbelanja pangan dengan asupan zat besi menunjukkanadanya korelasi positif, artinya semakin rendahpengeluaran belanja pangan, maka asupan zat besisubyek semakin rendah (r=0,255; p=0,022).

    Gambar 1. Hubungan antara citra tubuh dengan perilakumakan

    Gambar 2. Hubungan antara pengetahuan gizi denganperilaku makan

    Gambar 3. Hubungan antara perilaku makan dengan asupanzat besi

    Gambar 4. Hubungan antara pendidikan ibu dengan asupanzat besi

    Gambar 5. Hubungan antara pendapatan keluarga denganpengeluaran belanja pangan

    Gambar 6. Hubungan pengeluaran belanja pangan denganasupan zat besi

    PEMBAHASAN

    Sebagian besar subyek (50%) berusia 16 tahun, usia 17tahun sebanyak 27 subyek (33,75%) dan usia 15 tahunsebanyak 13 subyek (16,25%). Masa remaja menengah(middle adolescence) akan selalu berusaha untukmeningkatkan perhatian terhadap bentuk tubuhnyadengan melakukan sesuatu agar penampilan fisiknyaterlihat lebih baik, namun menginginkan hasil yangcepat. Tahap ini pengaruh teman sebaya lebih besardaripada orang tua atau orang dewasa lainnya, remaja

    persen_fe125.00100.0075.0050.0025.00

    pangan

    3000000

    2500000

    2000000

    1500000

    1000000

    500000

    R Sq Linear = 0.117

    pangan

    30000002500000200000015000001000000500000

    pendapatan

    20000000

    15000000

    10000000

    5000000

    0R Sq Linear = 0.685

    fe

    125.00100.0075.0050.0025.00

    thn_didik

    16.00

    14.00

    12.00

    10.00

    8.00

    6.00R Sq Linear = 0.131

    t_skor

    70.0060.0050.0040.0030.0020.00

    pengetahuan

    100

    90

    80

    70

    60

    50

    40R Sq Linear = 0.015

    fe

    125.00100.0075.0050.0025.00

    t_skor

    70.00

    60.00

    50.00

    40.00

    R Sq Linear = 0.6830.00

    20.00

    t_skor70.0060.0050.0040.0030.0020.00

    c

    180

    160

    140

    120

    100

    80

    60R Sq Linear = 0.143

  • Media Medika Indonesiana

    Volume 46, Nomor 3, Tahun 2012190

    menginginkan kebebasan yang ditunjukkan denganpenolakan terhadap pola makan keluarga dan jugasering mencoba menjadi seorang vegetarian.8,29 Hal inididukung hasil penelitian di Bosnia dan Herzegovinayang menyatakan bahwa ketidakpuasan terhadap bentuktubuh lebih sering terjadi pada remaja putri dibanding-kan wanita dewasa ataupun, karena remaja putri lebihmudah dipengaruhi oleh media dan tren saat ini dimanawanita dengan penampilan tubuh yang ideal lebihmempunyai daya tarik.30

    Status gizi remaja merupakan keadaan terpenuhinyakebutuhan terhadap zat gizi, yaitu keseimbangan antaraasupan dan penyerapan zat gizi yang dibutuhkan untukberbagai proses biologis, diantaranya untuk prosespertumbuhan dan perkembangan.10,20 Berdasarkan hasilpengukuran status gizi menunjukkan bahwa sebagianbesar mempunyai status gizi normal sebanyak 72subyek (90%), status gizi kurus dan sangat kurusmasing-masing sebanyak 1 subyek (1,25%), serta statusgizi kegemukan dan kelebihan berat badan masing-masing sebanyak 3 subyek (3,75%). Hasil penelititan inihampir sama dengan penelitian di Australia, menunjuk-kan dari 380 subyek yang mempunyai status gizi baiksebanyak 319 subyek (84%). Status gizi remaja di-pengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalahperilaku makan.31 Hasil penelitian ini diketahui bahwaterdapat beberapa subyek yang mempunyai perilakumakan sesuai meliputi kebiasaan sarapan pagi, tidakmenghindari makan disaat lapar dan tidak melakukankontrol terhadap jumlah dan jenis makanan yangdikonsumsi.

    Perkembangan citra tubuh pada remaja putri yangsangat memperhatikan bentuk tubuhnya merupakangambaran terjadinya masalah gizi pada remaja putri.Remaja putri lebih memperhatikan perubahan ukurantubuh dan penampilan fisiknya sehingga menerapkanperilaku yang tidak tepat untuk mencapai bentuk tubuhyang ideal.4,5,6 Citra tubuh merupakan salah satu bagiankognitif dari faktor individu yang mempengaruhi gayahidup seseorang yang ditunjukkan dengan perilakumakan.11 Berdasarkan hasil pengukuran citra tubuhmelalui body shape questionnaire (BSQ) diketahuibahwa sebagian besar subyek berada pada kategori citratubuh positif sebanyak 47 subyek (58,75%). Subyekdengan citra tubuh yang negatif sebanyak 33 subyek(41,25%) terdiri atas ketidakpuasan ringan sebanyak 25subyek (31,25%), ketidakpuasan sedang sebanyak 5subyek (6,25%), dan sangat tidak puas sebanyak 3subyek (3,75%).

    Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapatsubyek dengan status gizi normal namun mempunyaicitra tubuh negatif sebanyak 28 subyek, diantaranyaketidakpuasan ringan sebanyak 23 subyek, ketidak-

    puasan sedang sebanyak 3 subyek dan sangat tidak puassebanyak 2 subyek. Hal ini memperlihatkan bahwameskipun subyek telah mempunyai tubuh ideal akanselalu menjaga bentuk badannya karena cenderungmenilai ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuransebenarnya. Hasil penelitian di Brazil menyatakanbahwa remaja yang mengalami ketidakpuasaan terhadapcitra tubuh lebih sering menerapkan perilaku makanyang tidak sesuai yang bertujuan untuk mengurangiberat badan.32 Hal ini mendukung hasil penelitian diYogyakarta yang menyatakan bahwa remaja putrisangat menyukai bentuk tubuh dengan berat badan yangrendah dibandingkan bila berat badan yang besar,karena konsep tubuh ideal seorang wanita adalahmemiliki tubuh tinggi langsing.33

    Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa adanyakorelasi negatif antara citra tubuh dengan perilakumakan, artinya Subyek dengan citra tubuh yang tidakpuas cenderung mempunyai perilaku makan yang tidaksesuai. Hal ini mendukung penelitian di Semarang padasiswi SMA menunjukkan bahwa sebesar 50,4% remajaputri melakukan upaya pencapaian bentuk tubuh idealsecara tidak tepat dan penelitian lain menyatakan bahwaada hubungan antara citra tubuh dengan perilakumakan.13,34

    Secara psikologis remaja putri dengan citra tubuh yangnegatif tidak mempunyai kepercayaan diri yang baik,sehingga pola berpikirnya akan mengarahkannya untukmenerapkan perilaku makan yang tidak sesuai dalamrangka mewujudkan keinginan memperoleh bentuktubuh ideal tanpa memperhatikan kebutuhan gizitubuhnya.14,33 Hasil penelitian lain pada remaja di Brazilmenunjukkan adanya hubungan antara citra tubuhdengan perilaku makan, terlihat dari prevalensi skornilai perilaku makan yang lebih besar 2 kali lipat padasubyek dengan ketidakpuasan citra tubuh tingkat sedangdan sangat tidak puas sebesar 66,7% dibandingkandengan subyek yang mempunyai citra tubuh positif danketidakpuasan citra tubuh tingkat ringan sebesar33,3%.32 Hal ini serupa dengan hasil penelitian di Mesirmenunjukkan remaja putri dengan citra tubuh yangnegatif akan mengalami tingkat depresi yang lebih beratsehingga mudah mengalami gangguan makan.35

    Pengetahuan gizi yang diperoleh remaja dalam kurunwaktu tertentu akan berpengaruh terhadap persepsiremaja tentang gizi.10,23 Tingkat pengetahuan gizi padasubyek sebagian besar terdapat pada kategori cukupsebanyak 62 subyek (77,5%), kurang sebanyak 12subyek (15%), dan hanya 6 subyek (7,5%) dengankategori baik. Hasil analisis bivariat antara pengetahuangizi dengan perilaku makan menunjukkan bahwa tidakadanya hubungan yang signifikan. Hal ini diduga karenapeningkatan pengetahuan yang baik belum tentu dapat

  • Artikel Asli Citra Tubuh, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga

    Volume 46, Nomor 3, Tahun 2012 191

    merubah perilaku makan remaja, adanya kecenderunganremaja putri yang lebih memperhatikan penampilan danbentuk tubuhnya. Remaja putri dengan pengetahuan giziyang baik belum dapat menerjemahkan informasi yangdiperolehnya dalam bentuk perilaku makan sehari-hari.38 Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwapengetahuan gizi remaja putri lebih dipengaruhi olehbeberapa faktor, antara lain yaitu pola makan keluarga,media massa, dan pengaruh teman sebaya. Hal inididukung oleh hasil penelitian di Bangladesh yangmenyatakan bahwa pengetahuan gizi yang diperolehremaja putri dianggap belum mampu untuk mengubahpersepsi remaja putri terhadap gizi dan kesehatan tanpaadanya komunikasi dan interaksi secara langsungdengan petugas kesehatan terkait.36 Berdasarkan hasilpenelitian yang dilakukan di Belgia menyatakan bahwaseorang remaja yang mempunyai pengetahuan gizi yangbaik maka tercermin perilaku makan yang sesuai.Remaja putri dengan pengetahuan gizi yang baik lebihmemahami keterkaitan antara perilaku makan dengankesehatan dirinya, sehingga remaja berusaha untukmengkonsumsi makanan yang sehat.37

    Pendidikan ibu dapat menentukan pengetahuan danketerampilan dalam menentukan menu makanan bagikeluarganya yang akan berpengaruh terhadap statuskesehatan pada semua anggota keluarganya. Kurangnyapengetahuan dan keterampilan dalam pemilihankeragaman bahan makanan dan jenis masakan akanmempengaruhi asupan makan anggota keluarga.10,23,39

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkatpendidikan ibu pada subyek sebagian besar adalah tamatSMA/MA sebanyak 43 subyek (53,75%), tamatSMP/MTs sebanyak 16 subyek (20%), tamat diplomasebanyak 8 subyek (10%), tamat SD/MI sebanyak 7subyek (8,75%) dan tamat PTN sebanyak 6 subyek(7,5%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwaantara pendidikan ibu dengan asupan zat besi terdapatkorelasi positif artinya subyek dengan ibu berlatarbelakang pendidikan tinggi cenderung mempunyaiasupan zat besi baik. Hal ini mendukung hasil penelitiandi India yang menunjukkan bahwa pendidikan ibu dariremaja putri berhubungan dengan prevalensi anemiatingkat berat (p=

  • Media Medika Indonesiana

    Volume 46, Nomor 3, Tahun 2012192

    dengan asupan zat besi, artinya perilaku makan yangtidak sesuai pada subyek, maka akan membuat tidakterpenuhinya asupan zat besi. Perilaku makan remajaputri antara lain dipengaruhi oleh faktor keluarga danlingkungan sekitar, hal ini terlihat dari hasil penelitianyaitu kebiasaan makan keluarga pada beberapa subyekyang tidak harus mengkonsumsi lauk hewani setiap kalimakan cukup dengan lauk nabati dan sayuran danlingkungan mikro sekitar remaja seperti pengaruh temansebaya, tren makanan siap saji dan makanan kantinsekolah mempengaruhi perilaku makan remaja terhadapasupan zat besi. Hasil penelitian di Bangladeshmenunjukkan sebagian besar remaja yang mengalamianemia mempunyai perilaku makan yang tidak sesuaiyaitu dengan mengurangi asupan makanan sumber zatbesi mencakup jenis, n, jumlah serta adanya pantangantertentu sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan untuktubuh. Asupan makanan yang mengandung zat besimempunyai hubungan yang signifikan terhadap upayapenurunan kejadian anemia.17,43,44

    Ketidakpuasan terhadap citra tubuh merupakan faktorpenting terjadinya gangguan perilaku makan sehinggaremaja terus memperhatikan berat badan dan bentuktubuhnya.32 Penelitian di Italia menyatakan bahwafenomena ketidakpuasan terhadap persepsi bentuk tubuhyang tidak sesuai dengan keinginan hampir terjadi padasebagian besar remaja.45 Hal ini dikarenakan remajaputri yang lebih memperhatikan ukuran berat badan danpenampilan dibandingkan dengan makanan, sehinggamengakibatkan remaja putri kurang memperhatikanasupan gizi yang dibutuhkan.8,10,32

    Citra tubuh merupakan faktor individual, dimana remajaputri yang mempunyai ketidakpuasaan terhadap bentuktubuhnya akan menerapkan perilaku makan yang tidaksesuai yaitu melakukan diet dengan melewatkan waktumakan dan mengurangi makanan sumber zat besi yangdianggap mengandung tinggi lemak seperti daging danproduk susu, hal ini dapat menyebabkan penurunanasupan zat besi.15,16

    Masalah gizi pada remaja yang terjadi karena kebiasaanmakan yang salah, antara lain obesitas, kurang gizikronis, dan kekurangan zat gizi mikro seperti anemiagizi. Penyebab utama anemia pada remaja putri karenarendahnya asupan makanan yang mengandung zat besiterutama pada makanan hewani.10,11

    Persentase tingkat asupan zat besi pada subyekmenunjukkan bahwa sebagian besar mengalami defisitsebanyak 32 subyek (40%), kurang sebanyak 21 subyek(26,25%), sedang sebanyak 20 subyek (25%) dan hanya7 subyek (8,75%) dengan kategori baik. Asupan zat besiyang defisit disebabkan oleh perilaku makan subyekterhadap makanan sumber zat besi yang kurang sesuai

    salah satunya adalah beberapa subyek menghindarimakan hati sapi atau hati ayam dengan alasan tidak sukadengan rasa dan baunya yang amis dan menghindarimakan daging sapi, keju, hati sapi atau hati ayam karenadianggap mengandung lemak tinggi, namun ada pulabeberapa subyek lainnya yang makan dengan komposisilengkap (nasi, sayur, lauk hewani dan lauk nabati).Perilaku makan subyek dalam hal ini dipengaruhi olehfaktor lain, seperti pola makan keluarga, teman sebaya,dan media massa. Bahan makanan sumber zat besi yangsangat sering dikonsumsi subyek adalah telur ayam,tempe, bakso, ayam, susu bubuk, dan susu UHT serta eskrim. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwaterdapat subyek dengan perilaku makan yang tidaksesuai mempunyai asupan zat besi defisit (

  • Artikel Asli Citra Tubuh, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga

    Volume 46, Nomor 3, Tahun 2012 193

    organisasi remaja melalui program kelompok diskusiremaja sebagai wadah untuk membantu menyelesaikanmasalah remaja terhadap gizi dan kesehatan denganbantuan para ahli seperti dokter, perawat, ahli gizi danpsikolog.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sarwono SW. Psikologi remaja. Jakarta: PT. RajaGrafindo. 2010:11-2.

    2. Santrock WJ. Perkembangan sosio-emosional masaremaja dalam life span development. Jilid 2. Jakarta:Erlangga. 2002:8.

    3. Santrock WJ. Remaja. Edisi 11. Jakarta: Erlangga.2007:91-2.

    4. Cohen SB. Media exposure and the subsequent effectson body dissatisfaction, disordered eating, and drive forthinness: a review of the current research. The WesleyenJournal of Psychology.2006;1:57-71.

    5. Thompson JK. Body image, eating disorder and obesity.USA: American Psychological Association. 2000:32-6.

    6. Robles DS. Thinness and Beauty: When Food Becomesthe Enemy. The International Journal of Research andReview.2009;2:1-9.

    7. Drupadi H. Thesis: Nutritional Health of IndonesianAdolescent Girls the Role of Riboflavin and Vitamin Aon Iron status. Program Pasca Magister. Netherlands;Ponsen and Looijen B.V Wageningen the Netherlands;2005:1-2.

    8. Tarwoto, Aryani R, Nuraeni A, Miradwiyana B,Nurbayani S, Aminah S. dkk. Kesehatan remaja problemdan solusinya. Jakarta: Salemba Medika. 2010:25-8.

    9. Kurniawan YA, Muslimatun S, Achadi EL, danSastroamidjojo S. Anaemia and iron deficiency anaemiaamong young adolescent girls from peri urban coastalarea of Indonesia. Asia Pacific Journal of ClinicalNutrition. 2006;15(3):350-6.

    10. Arisman MB. Gizi dalam daur kehidupan. Edisi 2.Jakarta: EGC. 2009:75-80.

    11. Stang J and Story M. Guidelines for nutrition services.Departement of Health and Human Services: US.2005:1-11;101-2;155.

    12. Farida I. Determinan kejadian anemia pada remaja putridi Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Semarang.Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro; 2006.

    13. Dieny FF. Citra tubuh dan perilaku tidak tepat dalampencapaian bentuk tubuh ideal pada siswi SMA diSemarang tahun 2009. Semarang. Program PascaSarjana Universitas Diponegoro; 2009.

    14. Masita. Hubungan citra tubuh dengan kejadian anemiapada remaja di Kabupaten Purworejo. Yogyakarta.Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada; 2008.

    15. Doeschka J, Anschutz and Rutger CME. The effect ofplaying with thin dolls on body image and food intake inyoung girls. Sex Roles. 2010;63:621-30.

    16. Nowak M. The weight-conscious adolescent: bodyimage, food intake, and weight-related behavior. journalof adolescent health. 2000;23 (No.6):389-98.

    17. Bhargava A. Howarth EB, Nevin SS. Dietary intakesand socioeconomics of Bangladesh women. The Journalof Nutrition. 2001;131:758-64.

    18. Gawarika RS and Mishra AK. Prevalence of anaemia inadolescent girl belonging to different economic group.Indian Journal of Community Medicine. 2006;31(4):1-2.

    19. Di Pietro M and Da Silveira XD. Internal validity,dimentionality and performance of the body shapequestionnaire in a group of Brazilian college student.Brazilia Journal Psychiatry. 2008;(3):1-4.

    20. Supariasa ID, Bakri B, dan Fajar I. Penilaian status gizi.Jakarta: EGC. 2001:59-61.

    21. Widajanti L. Survei konsumsi gizi. Semarang:Universitas Diponegoro. 2007:41-5.

    22. Baliwati YF, Khomsan A, dan Dwiriani CM. Pengantarpangan dan gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.2004:32.

    23. Notoatdmojo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta. 2003:121-2.

    24. Departemen Kesehatan RI. Profil kesehatan 2008.2009:6-12.

    25. Azwar S. Sikap manusia teori dan pengukurannya.2009:3-7.

    26. Aziz A. Metode penelitian keperawatan dan teknikanalisis data. Jakarta: Salemba Medika. 2009:63-4.

    27. Sugiyono. Statistik untuk peneltian. Bandung: CV.Alfabeta. 2005:55-8.

    28. World Health Organization. Growth References 5-19years for adolescence. Diunduh dari http://www.who.int//growthreferences5-19yearsforadolescence 2007-pdf// pada tanggal 11 November 2010.

    29. Spear B. Nutrition in adolescent. Krauses Food,Nutrition and Diet Therapy. Philadelpia: Saunders;2004:284-301.

    30. Sivert SS and Sinanovic O. Body dissatisfaction-is age afactor. Journal Series Philosophy, Psychology, andHistory. 2008;7;1:55-61.

    31. ODea AJ and Caputi P. Association betweensocioeconomic status, weight, age and gender, and thebody image and weight control pratices of 6 to 19 yearsold children and adolescents. Health Education Journal.2001;16;5:521-32.

    32. Bosi MLM, Uchimura KY and Luiz RR. Eatingbehavior and body image among psychology students.Journal Brazailian Psiquatr. 2009;58;3:150-5.

    33. Mulatsih R. Hubungan antara citra tubuh dengan statusgizi pada remaja putri di SMPN 8 Yogyakarta. ProgramSarjana Universitas Gajah Mada; 2008.

    34. Setyorini K. Hubungan antara body image danpengetahuan gizi dengan perilaku makan remaja putri(Studi Kasus di Kelas X dan XI SMAN 4 Semarang).Program Sarjana Universitas Diponegoro;2010.

    35. Monir ZM, Khalifa AG, Hassaballa F, Tawfeek S,Mohamed A, Abu SM, et all. Eating behavior andproblems in Egyptian adolescents; relation to dietaryintake. Journal of American Science. 2010;.6;12:1145-57.

    http://www.who

  • Media Medika Indonesiana

    Volume 46, Nomor 3, Tahun 2012194

    36. Alam N, Roy SK, Ahmed T and Ahmed AMS.Nutritional status, dietary intake, and relevantknowledge of adolescent girls in rural Bangladesh.Journal Health Population Nutrition. 2010; 28;1:86-93.

    37. De Vriendt T, Matthys C, Verbek W, Pynaert I and DeHenauw S. Determinants of nutrition knowledge inyoung and middle-aged Belgian women and theassociation with their dietary behavior. Appetite Journal.2009;52:788-92.

    38. Kanashiro HM, Bartolini RM, Fukumoto MN, UribeTG, Robert RC and Bentley ME. Formative research todevelop a nutrition education intervention to improvedietary iron intake among women and adolescent girlsthrough community kitchens in Lima, Peru. AmericanJournal of Nutrition. 2003;133:3978S-91S.

    39. Proverawati A dan Asfuah S. Gizi untuk kebidanan.Yogyakarta: Muha Medika. 2009:141-8.

    40. Hulshofi KFAM, Brussaardi JH, Kruizinga AG, TelmanJ and Lo Wik MRH. Socio-economic status, dietaryintake and 10y trends: The Dutch national foodconsumption survey. European Journal of ClinicalNutrition. 2003;57:128-37.

    41. Bharati P, Ghosh R and Gupta R. Socioeconomiccondition and anaemia among the mahishya populationof Southern west Bengal, India. Mal. JournalNutrition.2004;10;1:23-30.

    42. Shubhada JK and Rashmi HP. Supplementation withiron and folic acid enhances growth in adolescent Indiangirls. Journal of Nutrition 2000; 130;2:452S-455S.

    43. Jackson RT and Al-Mousa Z. Iron deficiency is a moreimportant cause of anaemia than hemoglobinopathies inKuwaiti adolescent girls. Journal of Nutrition.2000;130:1212-6.

    44. Hashizume M, Shimoda T, Sasaki S, Kunii O, Caypil W,Dauletbaev D, et al. Anaemia in relation to lowbioavailability of dietary iron among school-agedchildren in the Aral Sea region, Kazakhstan.International Journal of Food Sciences and Nutrition.2004;55;1:37-43.

    45. Pruneti C, Fontana F and Biccheri L. Eating behaviorand body image percception: an epidemiological studyon Italian adolescents. Acta BioMedica AteneoParmense. 2004;75:179-84.