45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan
-
Upload
ryotambenk -
Category
Documents
-
view
75 -
download
0
Transcript of 45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan
5/14/2018 45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/45028579-teori-legitimasi-kekuasaan 1/12
LAPORAN 6 OKTOBER 2010
TEORI LEGITIMASI KEKUASAAN
Oleh:
Marcel (0131101056)
Nadia Oka(0131101111)
Novianti(0131101190)
Sida Smarta(0131101106)
Stephen(0131101205)
CIVIC EDUCATION
S1 BISNIS PRASETIYA MULYA BUSINESS SCHOOL
2010
5/14/2018 45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/45028579-teori-legitimasi-kekuasaan 2/12
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap negara haruslah mempunyai kekuasaan yang jelas. Sejak dulu teori-teori
yang menggolongkan negara-negara berdasarkan legitimasi kekuasaannya
sudah berkembang. Meskipun Indonesia telah menganut sistem pemerintahan
yang demokratis, akan tetapi perlu juga dianalisa berdasarkan sejarah-sejarah
dan teori-teori yang ada.
1.2 Tujuan
Menganalisa beberapa teori-teori yang ada dan juga mengkategorikan negara
Indonesia kedalam salah satu teori yang ada.
1.3 Rumusan Masalah
y Bagaimana perkembangan dari teori-teori mengenai legitimasi
kekuasaan?
y Termasuk kedalam teori legitimasi kekuasaan manakah negara
Republik Indonesia?
5/14/2018 45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/45028579-teori-legitimasi-kekuasaan 3/12
BAB II. ISI
2.1 Teori Legitimasi Kekuasaan
Negara adalah suatu organisasi kekuasaan dan organisasi itu merupakan tata
kerja daripada alat-alat perlengkapan negara yang merupakan suatu keutuhan, tata
kerja mana melukiskan hubungan serta pembagian tugas dan kewajiban antara masing-
masing alat perlengkapan negara itu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu
negara pasti dipimpim oleh pemegang kekuasaan. Dan berikut ini adalah beberapa
teori tentang bagaimana kekuasaan itu didapat.
y Teori Teokrasi
Teori ini menyatakan bahwa asal atau sumber daripada kekuasaan itu sendiri
adalah dari Tuhan.
y Teori Hukum Alam
Teori ini menyatakan bahwa kekuasaan itu berasal dari rakyat. Huku ini
mengatakan bahwa kekuasaan itu berasal dari rakyat dan asal kekuasaanyang ada
pada rakyat ini tidak lagi dianggap dari Tuhan, melainkan dari alam kodrat.
Kemudian kekuasaan yang ada pada rakyat ini diserahkan kepada seseorang yangdisebut raja, untuk menyelanggarakan kepentingan masyarakat.
1. Rousseau
Rousseau mengatakan bahwa kekuasaan itu ada pada masyarakat,
kemudian dengan melalui perjanjian masyarakat, kekuasaan itu diserahkan
kepada raja.
2. Thomas Hobbes
Thomas Hobbes mengatakan bahwa kekuasaan itu dari masing-masing
orang secara langsung diserahkan kepada raja dengan melalui perjanjian
masyarakat. Jadi sifat penyerahan kekuasaan dari orang-orang tersebut
kepada raja, atau perjanjian masyarakatnya, bersifat langsung.
Tentang pemegang kekuasaan (kekuasaan tertinggi atau kedaulatan).
Kedaulatan itu artinya adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara.
Dalam Undang-undang Dasar Negara, dikatakan bahwa kedaulatan itu adalah
5/14/2018 45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/45028579-teori-legitimasi-kekuasaan 4/12
kekuasaan yang tertinggi. Tetapi kekuasaan yang tertinggi yang terkandung dalam
Undang-undang Dasar Negara untuk apa dan bagaimana sifatnya.
Salah seorang sarjana dari Perancis yang hidup pada abad ke-XVI yang bernama Jean Bodin mengatakan bahwa kedaulatan itu adalah kekuasaan tertinggi
untuk menentukan hukum suatu negara, yang sifatnya : tunggal, asli, abadi, dan tidak
dapat dibagi-bagi. Tetapi perumusan, atau tegasnya definisi kedaulatan dari Jean
Bodin ini untuk masa sekarang tidak dapat dilaksanakan secara konsekuen, sebab pada
waktu itu ia hanya meninjau souvereiniteit dalam hubungannya dengan masyarakat di
dalam negeri itu saja. Jadi perumusannya itu bersifat intern. Hal ini terjadi karena pada
waktu itu hubungan antar negara belum intensif seperti sekarang ini. Yang sudah
barang tentu untuk dewasa ini, dimana hubungan antar negara yang satu dengan yanglainnya itu sudah sebegitu luas, mau tidak mau suatu negara itu mesti terkena
pengaruh dari hubungan antar negara-negara tersebut.
Sebagai akibat daripada hal tersebut maka orang mengenal :
1. Interne Souvereiniteit (kedaulatan kedalam)
2. Externe Souvereiniteit (kedaulatan keluar)
Menurut Jean Bodin, interne soubereiniteit itu yang memiliki adalah negara. Tetapi
perlu diingat bahwa Jean Bodin itu tidak secara tegas membedakan antara pengertian
negara dengan pengertian pemerintah.
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi. Sedangkan kekuasaan itu sendiri
mempunyai arti sebagai kemampuan dari seseorang atau golongan orang untuk
mengubah berbagai-bagai tabiat atau sikap, dalam suatu kebiasaan, menurut
keinginannya, dan untuk mencegah perubahan-perubahan tabiat atau sikap yang tidak
menjadi keinginannya dalam suatu kebiasaan.
Berikut ini adalah beberapa teori kedaulatan.
y Teori Kedaulatan Tuhan
Teori ini mengatakan bahwa kekuasaan tertinggi itu ada pada tuhan.
Teori ini berkembang pada jaman abad pertengahan, yaitu antara abad ke-V
sampai abad ke-XV. Didalam perkembangannya teori ini sangat erat
5/14/2018 45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/45028579-teori-legitimasi-kekuasaan 5/12
hubungannya dengan perkembangan agama baru yang timbul pada saat itu,
yaitu agam Kristen, yang kemudian diorganisir dalam suatu organisasi
keagamaan, yaitu gereja yang dikepalai oleh seorang Paus.Sehingga pada jaman tersebut terdapat dua organisasi kekuasaan, yaitu
organisasi kekuasaan negara yang diperintah oleh seorang raja, dan organisasi
kekuasaan gereha yang dikepalai oleh seorang Paus, karena pada waktu itu
organisasi gereja tersebut mempunyai alat-alat perlengkapan yang hampir sama
dengan perlengkapan-perlengkapan negara..
Menurut Marsilius raja itu adalah wakil daripada Tuhan untuk
melaksanakan kedaulatan atau memegang kedaulatan di dunia. Akibat dari
ajaran Marsilius ini sangat terasa di abad-abad berikutnya. Karena raja-rajamerasa berkuasa untuk berbuat apa saja yang menurut kehendaknya, dengan
alasan bahwa perbuatannya itu adalah sudah menjadi kehendak Tuhan. Raja
tidak merasa bertanggung jawab kepada siapapun kecuali kepada Tuhan.
Bahkan raja merasa berkuasa menetapkan kepercayaan atau agama yang harus
dianut oleh rakyatnya atau warga negaranya. Keadaan ini semakin memuncak
pada jaman renaissance yang semula orang mengatakan bahwa hukum yang
harus ditaati itu adalah hukum Tuhan, sekarang mereka berpendapat bahwa
hukum negaralah yang harus ditaati, dan negaralah satu-satunya yang
berwenang menentukan hukum. Dengan demikian timbul ajaran baru tentang
kedaulatan.
y Teori Kedaulatan Negara
Teori kedaulatan negara mengatakan bahwa negaralah yang
menciptakan hukum, jadi segala sesuatu harus tunduk kepada negara. Negara
disini dianggap sebagai suatu keutuhan yang menciptakan peraturan-peraturan
hukum, jadi adanya hukum itu karena adanya negara, dan tiada satupun hukum
yang berlaku jika tidak dikehendaki oleh negara.
Perlu diperhatikan bahwa hakekatnya teori kedaulatan negara itu atau
Staat-Souvereiniteit, hanya mengatakan bahwa kekuasaan tertinggi itu ada
pada negara, entah kekuasaan itu sifatnya absolut, entah sifatnya terbatas, dan
ini harus dibedakan dengan pengertian ajaran Staats-Absolutisme. Karena
dalam ajaran Staats-Souvereiniteit itu ada pada prinsipnya hanya dikatakan
5/14/2018 45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/45028579-teori-legitimasi-kekuasaan 6/12
bahwa kekuasaan tertinggi itu ada pada negara, kekuasaan tertinggi ini
mungkin bersifat absolut, jadi berarti tidak mungkin bersifat terbatas, dalam
arti bahwa negara itu kekuasaannya meliputi segala segi kehidupanmasyarakat, sehingga mengakibatkan para warga negara itu tidak lagi
mempunyai kepribadian.
Menurut Georg Jellinek, hukum itu merupakan penjelmaan daripada
kehendak atau kemauan negara. Jadi negaralah yang menciptakan hukum,
maka negara dianggap satu-satunya sumber hukum, dan negaralah yang
memiliki kekuasaan tertinggi atau kedaulatan. Di luar negara tidak ada satu
orangpun yang berwenang menetapkan hukum. Dalam hal ini berarti bahwa
adat kebiasaan, yaitu hukum yang tidak tertulis, yang bukan dikeluarkan ataudibuat oleh negara, tetapi yang nyata-nyata berlaku di dalam masyarakat, tidak
merupakan hukum. Dan memang demikian juga kalau menurut Jean Bodin:
sedangkan kalau menurut Jellinek adat kebiasaan itu dapat menjadi hukum,
apabila itu sudah ditetapkan oleh negara sebagai hukum.
Menurut Krabbe diatas negara masih ada barang sesuatu souvereiniteit,
yang berdaulat yaitu kesadaran hukum. Jadi yang berdaulat bukanlah negara,
tetapi hukumlah yang berdaulat. Maka dengan demikian timbullah ajaran baru
lagi tentang kedaulatan, yaitu teori kedaulatan hukum.
y Teori Kedaulatan Hukum
Menurut teori kedaulatan hukum atau Rechts-Soubereiniteit tersebut
yang memiliki bahkan yang merupakan kekuasaan tertinggi didalam suatu
negara itu adalah hukum itu sendiri. Karena baik raja atau penguasa maupun
rakyat atau warganegara, bahkan negara itu sendiri semuanya tunduk kepada
hukum. Semua sikap, tingkah laku dan perbuatannya harus sesuai atau menurut
aturan hukum. Jadi menurut Krabbe yang berdaulat itu adalah hukum.
Menurut Krabbe yang menjadi sumber hukum itu adalah rasa hukum
yang terdapat di dalam masyarakat itu sendiri. Rasa hukum ini dalam
bentuknya yang masih sederhana, jadi yang masih bersifat primitif atau yang
tingkatannya masih rendah disebut instink hukum. Sedang dalam bentuknya
yang lebih luas atau dalam tingkatnya yang lebih tinggi disebut kesadaran
5/14/2018 45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/45028579-teori-legitimasi-kekuasaan 7/12
hukum. Jadi menurut Krabbe hukum itu tidaklah timbul dari kehendak negara,
dan dia memberikan kepada hukum suatu kepribadian tersendiri. Dan hukum
itu berlaku terlepas daripada kehendak negara. Dengan demikian menurutKrabbe hukum itu adalah merupakan penjelmaan daripada salah satu bagian
dari perasaan manusia. Terhadap banyak hal manusia itu mengeluarkan
perasaannya, sehingga orang dapat membedakan adanya bermacam-macam
norma, dan norma-norma itu sebetulnya terlepas dari kehendak kita, oleh
karena itu kita lalu mau tidak mau tentu mengeluarkan reaksi, untuk
menetapkan mana yang baik, mana yang adil, dan sebagainya.
y Teori Kedaulatan Rakyat
Ajaran dari kaum monarkomen tersebut di atas, khusunya ajaran dari
Johannes Althusius, diteruskan oleh para sarjana dari hukum alam yang
mencapai kesimpulan baru yaitu bahwa semula individu individu itu
membentuk masyarakat, dan kepada masyarakat inilah para individu inilah
menyerahkan kekuasaannya. Selanjutnya masyarakat inilah yang menyerahkan
kekuasaannya kepada raja. Sehingga sesungguhnya raja mendapatkan
kekuasaan dari individu tersebut. Akan tetapi timbul persoalan baru yang
mempermasalahkan dari mana individu mendapatkan kekuasaannya itu. Lalu
para sarjana pun memberikan jawaban bahwa individu individu tersebut
mendapatkan kekuasaan dari hukum alam. Jadi apabila disimpulkan raja
mendapatkan kekuasaan dari rakyat, maka rakyat mendapatkan kekuasaan
tertinggi, sehingga yang berdaulat adalah rakyat. Dari kesimpulan ini timbul
ide baru tentang paham kedaulatan yaitu kedaulatan rakyat yang dipelopori
oleh J.J. Rousseau. Adapun hal yang perlu diingat dari ajaran ini bahwa yang
dimaksud dengan rakyat bukanlah penjumlahan dari individu individu dalam
negara itu, melainkan adalah kesatuan yang dibentuk individu individu itu yang
mempunyai kehendak, dan kehendak itu diperoleh melalui perjanjian
masyarakat. Rousseau menyebut kehendak tadi sebagai kehendak umum atau
folonte generale. Selain itu yang perlu diingat bahwa yang dimaksud oleh
Rousseau dengan kedaulatan rakyat itu adalah cara atau sistem yang bagaimana
pemecahan suatu soal memenuhi kehendak umum.
5/14/2018 45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/45028579-teori-legitimasi-kekuasaan 8/12
Teori kedaulatan rakyat ini sendiri juga diikuti oleh Emmanuel Kant
yaitu yang mengatakan tujuan negara itu adalah untuk menegakan hukum dan
menjamin kebebasan daripada warga negaranya. Dalam melaksanakan teorikedaulatan rakyat kita harus bisa membedakan organisasi itu sendiri dalam hal
ini negara dengan alat alat yang menjalan organisasi itu. Hal ini penting sekali
sebab jatuhnya orang menjalankan organisasi itu belum tentu mengakibatkan
menjatuhkan organisasinya. Tetapi jatuhnya organisasi itu sendiri selalu
membawa akibat jatuhnya badan badan yang menjalankan organiasasi itu. Jadi
sebenarnya persolan legitimasi kekuasaan sangat erat hubungannya dengan
tujuan negara. Sebab kita dapat mengakui sah atau tidaknya kekuasaan
tergantung oleh tujuan yang direncanakan oleh pemerintah. Adapun pemerintah disini meliputi seluruh badan kenegaraan yang ada dalam negara.
2.2 Bentuk-bentuk Legitimasi
Pendobrakan legitimasi kekuasaan religius melahirkan etika politik.
Ada dua perkembangan dalam pengertian manusia yang secara terpisah. Yang
pertama, kesadaran bahwa hanya ada satu Allah dan segala dimensi yang lain
adalah ciptaan belaka. Yang kedua, lahir bersama dengan filsafat paham
modern di Yunani. Kenegaraan merupakan sesuatu yang biasa bagi mereka dan
kekuasaan nampak sebagaimana adanya. Dua perkembangan penduniawian
bidang kekuasaan politik itu secara mendalam mempengaruhi dua lingkungan
budaya dan agama besar di dunia ini. Pertama di dunia Kristen dan kedua di
dunia Islam.
y Paham Umum Legitimasi
Menurut Max Weber ³kekuasaan adalah kemampuan untul, dalam suatu
hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawaanan, dan apa pun dasar kemampuan ini´. Setiap kekuasaan negara
memiliki otoritas dan wewenang. Otoritas adalah kekuasaan yang
dilembagakan, yaitu kekuasaan yang tidak hanya de facto menguasai,
melainkan juga berhak untuk menuntut ketaatan, jadi berhak untuk
5/14/2018 45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/45028579-teori-legitimasi-kekuasaan 9/12
memberikan perintah. Wewenang memiliki keabsahan apabila sesuai dengan
norma-norma yang ada.
y Obyek LegitimasiAda dua pertanyaan legitimasi
1. Legitimasi materi wewenang
mempertanyakan wewenang dari segi fungsi. Wewenang tertinggi dalam
dimensi politis kehidupan manusia menjelmadalam dua lembaga yang
sekaligus merupakan dua dimensi hakiki kekuasaan politik. Dalam hukum
sebagai lembaga penataan masyarakat yang normatif, dan dalam kekuasaan
negara sebagai lembaga penataan efektif.
2. Legitimasi subyek kekuasaan
Mempertanyakan apa yang menjadi dasar wewenang seseorang. Ada 3
macam legitimasi subyek kekuasaan, yaitu legitimasi religius, legitimasi
eliter, legitimasi demokratis.
Legitimasi religius
Mendasarkan hak untuk memerintah pada faktor-faktor yang
adiduniawi. Ada dua paham legitimasi religius, yaitu penguasa
dipandang sebagai manusia yang memiliki kekuatan-kekuatan
adiduniawi dan wewenang penguasa pada penetapan oleh Allah.
Perbedaan antara dua paham tersebut ialah bahwa paham gaib tidak
memungkinkan tuntutan legitimasi moral, sedangkan paham
penetepan oleh Allah Yang Esa malah mempertajam tuntutan itu.
Legitimasi eliter
Mendasarkan hak untuk memerintah pada kecakapan khusus suatu
golongan untuk memerintah. Untuk memerintah rakyat dibutuhkan
kualifikasi khusus. Kita dapat membedakan antara sekurang-
kurangnya empat macam legitimasi eliter. Yang tertua adalah
legitimasi arsitokratis (suatu golongan dianggap lebih unggul dari
masyarakat lain dalam kemampuan memimpin), legitimasi
pragmatis (golongan yang de facto menganggap diri paling cocok
untuk memegang kekuasaan dan sanggup untuk merebut serta untuk
menangani), legitimasi ideologis (mengandaikan ada suatu ideologi
5/14/2018 45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/45028579-teori-legitimasi-kekuasaan 10/12
yang mengikat seluruh masyarakat), legitimasi teknokratis ( di
zaman yang modern ini hanya mereka yang bertanggung jawab
yang dapat menjalankan pemerintahan) Legitimasi demokratis
Berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat, yang akan merupakan salah
satu pokok pembahasan dalam buku ini.
2.3 Kriteria Legitimasi
Pada prinsipnya ada 3 kemungkinan kriteria legitimasi, yaitu :
a. Legitimasi Sosiologis
Legitimasi sosiologis yaitu mempertanyakan mekanisme motivatif
mana yang nyata-nyata memmbuat masyarakat mau menerima
wewenang penguasa. Sejauh sosiologis membatasi diri pada
penggambaran fungsi-fungsi yang terdapat dalam masyarakat,
sosiologis mengajukan pertanyaan apakah, dan karena motivasi
manakah, suatu tatanan kenegaraan diterima dan disetujui oleh
masyarakat.
Max Weber merumuskan tiga motivasi penerimaan kekuasaan klasik :
y Legitimasi Tradisional
Adalah keyakinan masyarakat tradisional, bahwa pihak yang
menurut tradisi lama memegang pemerintahan memang berhak
untuk berkuasa (ex : bangsawan atau keluarga raja)
y Legitimasi Karismatik
Adalah rasa hormat, kagum atau cinta masyarakat kepada
seorang pribadi sehingga dengan sendirinya bersedia untuk taat
kepadanya (ex : seseorang yang dianggap memiliki kesaktian)
y Legitimasi Rasional-Legal
Adalah kepercayaan pada tatanan hokum rasional yang
melandasi kedudukan seorang pemimpin
5/14/2018 45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/45028579-teori-legitimasi-kekuasaan 11/12
b. Legalitas
Kata µlegal¶ berarti µsesuai dengan hukum¶. Legalitas adalah kesesuaian
dengan hokum yang berlaku. Legalitas adalah salah satu kemungkinan bagi keabsahan wewenang dan menuntut agar wewenang dijalankan
sesuai dengan hukum yang berlaku. Adalah cukup jelas bahwa legalitas
tidak mungkin merupakan tolak ukur paling fundamental bagi
keabsahan wewenang politis, karena legalitas hanya dapat
memperbandingkan suatu tindakan dengan hukum yang berlaku, maka
selalu sudah diandaikan keabsahan hukum.
Pendasaran wewenang politik pada legalitas akhirnya merupakan
regressus ad infinitum (mundur tanpa akhir) karena hukum positif yang
mendasari legalitas selalu harus berdasarkan suatu hukum positif lagi.
Dengan kata lain, legitimasi paling fundamental tidak dapat didasarkan
pada penetapan hukum positif.
c. Legitimasi Etis
Mempersoalkan keabsahan wewenang kekuasaan politik dari segi
norma-norma moral. Setiap tindakan negara (eksekutif atau legislatif)
dapat harus dipertanyakan dari segi norma-norma moral. Legitimasi
etis yang menjadi pokok bahasan etika politik tidak menyangkut
masing-masing kebujaksanaan dari kekuasaan politik, melainkan dasar
kekuatan politis itu sendiri.
5. Kekhasan Legitimasi Etis
a. Legitimasi etis dan legalitas
Legitimasi etis dimaksud pembenaran atau pengabsahan wewenang
negara berdasarkan prinsip-prinsip moral, maka legalitas menyangkut
fungsi-fungsi kekuasaan negara dan menuntut agar fungsi-fungsi itu
diperoleh dan dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Namun legalitas semata-mata tidak dapat menjamin legitimasi etis. Dikarenakan,
legalitas hanya memakai hukum yang berlaku sebagai kriteria keabsahan.
5/14/2018 45028579-Teori-Legitimasi-Kekuasaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/45028579-teori-legitimasi-kekuasaan 12/12
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa teori-teori yang ada, kami menyimpulkan negara
Indonesia menganut teori kedaulatan rakyat, karena teori ini menggambarkan
bahwa kekuasaan ada pada rakyat yang diwalkan oleh seseorang yang dipilih
langsung oleh rakyat. Adapun struktur lembaga negara di Indonesia seperti
DPR bersifat menampung setiap aspirasi dari masyarakat dan bertujuan untuk
kebaikan masyarakat itu sendiri. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh J.J. Rousseau bahwa kedaulatan rakyat itu adalah cara atau sistem yang
bagaimana pemecahan suatu soal memenuhi kehendak umum.