44078075-MENOMETRORAGIA

30
BAB I PENDAHULUAN Saat ini gangguan haid merupakan keluhan tersering bagi wanita yang datang ke poliklinik ginekologis dan menoragia merupakan salah satu diantaranya yang tersering. Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selama hidupnya bahkan banyak diantaranya harus mengalami gangguan ini setiap bulannya. Gangguan ini dapat terjadi dalam kurun waktu antara menarche dan menopause. Gangguan haid atau perdarahan abnormal menjadi masalah menarik sehubungan dengan makin meningkatnya usia harapan hidup perempuan. Penelitian ginekologis terbaru melaporkan bahwa sekitar 30% wanita premenopause mengeluhkan menstruasi yang berlebihan. World Health Organizations (WHO) baru-baru ini melaporkan bahwa 18 juta wanita golongan usia 30-55 tahun merasa bahwa perdarahan dalam menstruasinya berlebihan. Menorrhagia harus dapat dibedakan dari diagnosis ginekologis lainnya, termasuk metroragia, menometroragia, polimenorea dan perdarahan karena disfungsi uterus (dysfunctional uterine bleeding). Menoragia sendiri merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi dalam interval yang normal tapi memiliki durasi yang memanjang dan perdarahan yang berlebihan. Perdarahan yang berlebihan pada menstruasi merupakan keluhan yang subjektif, sehingga menyulitkan penegakan

Transcript of 44078075-MENOMETRORAGIA

Page 1: 44078075-MENOMETRORAGIA

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini gangguan haid merupakan keluhan tersering bagi wanita yang datang ke

poliklinik ginekologis dan menoragia merupakan salah satu diantaranya yang tersering.

Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selama hidupnya bahkan banyak

diantaranya harus mengalami gangguan ini setiap bulannya. Gangguan ini dapat terjadi dalam

kurun waktu antara menarche dan menopause. Gangguan haid atau perdarahan abnormal

menjadi masalah menarik sehubungan dengan makin meningkatnya usia harapan hidup

perempuan.

Penelitian ginekologis terbaru melaporkan bahwa sekitar 30% wanita premenopause

mengeluhkan menstruasi yang berlebihan. World Health Organizations (WHO) baru-baru ini

melaporkan bahwa 18 juta wanita golongan usia 30-55 tahun merasa bahwa perdarahan

dalam menstruasinya berlebihan. Menorrhagia harus dapat dibedakan dari diagnosis

ginekologis lainnya, termasuk metroragia, menometroragia, polimenorea dan perdarahan

karena disfungsi uterus (dysfunctional uterine bleeding). Menoragia sendiri merupakan suatu

keadaan dimana siklus menstruasi dalam interval yang normal tapi memiliki durasi yang

memanjang dan perdarahan yang berlebihan.

Perdarahan yang berlebihan pada menstruasi merupakan keluhan yang subjektif,

sehingga menyulitkan penegakan diagnosis menoragia. Regimen terapi sebaiknya mengacu

pada siklus menstruasi yang dianggap tidak normal oleh pasien, yaitu lamanya menstruasi

dan jumlah perdarahan. Keberhasilan terapi pun lagi-lagi berdasarkan penilaian subjektif

pasien sehingga pengukuran keberhasilan pun menjadi lebih sulit.

Page 2: 44078075-MENOMETRORAGIA

BAB II

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Ny. W

Usia : 40 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kp irian rt 16/ 6 kemayoran

Masuk RS tanggal : 11-08-2010

No. Rekam Medis : 87.11.10

Suami

Nama : Tn. D

Usia : 42 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kp irian rt 16/ 6 kemayoran

II. PEMERIKSAAN AWAL

a. Keluhan Utama

Keluar plek- plek darah selama tiga hari kemudian menjadi banyak selama

dua minggu

b. Riwayat Haid

- Pertama kali haid pada umur 14 tahun

Page 3: 44078075-MENOMETRORAGIA

- Haid teratur dan tidak nyeri

- Lama haid 7 hari

- Siklus 28 Hari

c. Riwayat Perkawinan

- Perkawinan ke 1

- Masih kawin

- Lama kawin 15 tahun

d. Riwayat Kehamilan

Gravida : 2

Aterm : 2

Prematur : 0

Abortus : 0

Anak hidup : 2

SC : 0

1. Laki-laki, BB 2800 gr, 39 cm, Spontan, Klinik,Bidan, Hidup,

tahun1995

2. Laki- laki, BB 3000 gr, 39 cm, Spontan,RS ,Dokter, hidup, tahun 2000

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Keluar plek- plek darah selama tiga hari kemudian menjadi banyak selama dua

minggu darah berwarna merah dan menggumpal, nyeri dan keputihan disangkal.

Pasien mengeluh pusing dan mual dan sudah minum primolut 9 hari kemudian

darah berhenti. Primolut tidak diminum darah keluar lagi.

Page 4: 44078075-MENOMETRORAGIA

Riwayat kontrasepsi : Strerilisasi

Riwayat penyakit : Keputihan

Mioma uteri tahun 2001

Riwayat penyakit keluarga : Darah tinggi, Asma dan DM disangkal

IV. PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan umum : Tampak lemas

Kesadaran : Komposmentis

TANDA VITAL :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Suhu : 36,3 oC

Nadi : 84 x/menit

Pernafasan : 22 x/menit

BB : 160 kg

TB : 65 cm

Kulit : Sianosis (+)

Kepala : Normochepal

Leher : Pembesaran KGB -, Pembesaran tyroid -

Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-

Telinga : Dalam batas normal

Page 5: 44078075-MENOMETRORAGIA

Hidung : Dalam batas normal

Mulut : Dalam batas normal

THORAKS

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5 midklavikula sinistra

Perkusi : Batas jantung dekstra Linea parasternalis dextra IV

Batas jantung sinistra Linea midclavicularis sinistra V

Auskultasi : S1 / S2 (+), murmur sistolik (-), gallop (-).

Paru

Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris

palpasi : Vokal fremitus (-/-), nyeri tekan -

perkusi : Sonor seluruh lapangan paru

auskultasi : Vesikular, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Simetris, bentuk datar

Palpasi : Nyeri tekan -

Auskultasi : Peristaltik normal

Alat kelamin: tidak dilakukan

Page 6: 44078075-MENOMETRORAGIA

Ekstremitas : Edema -, Sianosis -

V. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

INSPEKSI

Vulva :

- Tidak ada kelainan

- Ulkus -

- darah +

PALPASI

- Nyeri tekan -

Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah

Hb : 6,5 gr/dL ( n 11,7- 15,5)

USG : Hasil : Normal

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis kerja : Menometroragia dan anemia

Page 7: 44078075-MENOMETRORAGIA

VIII. PENGOBATAN/TINDAKAN

- Neurolut 2 x 1

- Kalnex 3 x 1

- Ferofort 1 x 1

- Cortidex 1 amp

- RL

- Tranfusi

FOLLOW UP

Tanggal 12-08- 2010

S : tampak sakit ringan, lemas, kepala pusing, darah sedikit

O : TD 110/70, N 80 x/ m, R 22 x/ m, S 360C, Hb 8,7 g/dl

A : Menometrorargia dan anemia

P : Neurolut 2 x 1, Kalnex 3 x 1, Ferofort 1 x 1, Cortidex 1 amp,RL

Tanggal 13-08- 2010

S : tampak sakit ringan, lemas, kepala pusing, darah sedikit

O : TD 100/70, N 80 x/ m, R 20 x/ m, S 36,40C, Hb 10,3 g/dl

A : Menometrorargia dan anemia

P : Neurolut 2 x 1, Kalnex 3 x 1, Ferofort 1 x 1, Cortidex 1 amp,nacl, tranfusi

Tanggal 14-08- 2010

S : tampak sakit ringan, darah sedikit

O : TD 110/80, N 80 x/ m, R 20 x/ m, S 360C,

A : Menometrorargia dan anemia

Page 8: 44078075-MENOMETRORAGIA

P : Neurolut 2 x 1, Kalnex 3 x 1, Ferofort 1 x 1, Cortidex 1 amp

Page 9: 44078075-MENOMETRORAGIA

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Fisiologi Menstruasi

Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel

dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin

(proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan

kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan

salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.

Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya

darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus

mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi

yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih

banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur.

Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Siklus Menstruasi Normal

Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur)

dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus

folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi

(pertumbuhan) dan masa sekresi.

Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri

dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim,

terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim).  Endometrium adalah

lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua

fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua

basalis.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:

1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan

hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH

Page 10: 44078075-MENOMETRORAGIA

2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk

merangsang hipofisis mengeluarkan LH

3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan

prolaktin

 Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang

perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1

folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel

tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan

produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi

hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan

hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen

terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan

menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen

mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf

menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum

yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic

hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka

korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron.

Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari

endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam

masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium

(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium

berada dalam kadar paling rendah

2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi

berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua

fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini

Page 11: 44078075-MENOMETRORAGIA

endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan

sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)

3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon

progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk

membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)

Siklus ovarium :

1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang

berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses

ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada

manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus

menstruasi keseluruhan

2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka

waktu rata-rata 14 hari

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus

menstruasi normal:

1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada

pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus

sebelumnya

2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari

korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini

merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium

3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH

hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level

estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis

(respon bifasik)

4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH

yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah

hormon progesteron

Page 12: 44078075-MENOMETRORAGIA

5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan

terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase

transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal

6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase

pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum

7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah

terjadi ovulasi

8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum

dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya

 

3.2. Pengertian

Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan

siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu

spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh.

Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium,

karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen

Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan

jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini sama

dengan hipermenorea.

Menometroragia, yaitu perdarahan yang terjadi dengan interval yang tidak

teratur disertai perdarahan yang banyak dan lama

3.3. Penyebab:

Sebab-sebab organik Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah

kelainan pada:

serviks uteri; seperti polip servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada

portio uteri, karsinoma servisis uteri.

Korpus uteri; polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens, abortus

incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma

korpus uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.

Page 13: 44078075-MENOMETRORAGIA

Tuba fallopii; kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.

Ovarium; radang overium, tumor ovarium.

Sebab fungsional Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab

organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi

pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan inui lebih sering

dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungís ovarium. Dua pertiga wanita

dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional

berumur diatas 40tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek

dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena

keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarana diperlukan perawatn di rumahsakit.

Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional belum diketahui

secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional,

antara lain: Kegemukan (obesitas), Faktor kejiwaan,Alat kontrasepsi hormonal Alat

kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices),Beberapa penyakit dihubungkan

dengan perdarahan rahim, misalnya: trombositopenia (kekurangan trombosit atau

faktor pembekuan darah), Kencing Manis (diabetus mellitus), dan lain-lai• Walaupun

jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ reproduksi, kista ovarium

(polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain lain.

3.4.Patogenesis

Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel

telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada

wanita premenopause (folikel persisten).Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional

(perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus

ovulasi.

Pada siklus ovulasi.

Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan

dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon

estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.

Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation), Perdarahan rahim yang sering terjadi pada

masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi,

sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah.

Page 14: 44078075-MENOMETRORAGIA

Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan

(hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang

memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding

rahim yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan

dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan

lainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.

3.4. .Gambaran klinik

Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah

perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Kejadian

tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami

menstruasi) atau masa pre-menopause.

a.Perdarahan ovulatori

Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 % dari perdarahan disfungsional dengan

siklus pendek (polimenore) atau panjang (oligomenore). Untuk menegakan diagnosis

perdarahan ovulatori perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jira karena

perdarhan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi, maka Madang-

kadang bentuk survei suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa

perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka

harus dipikirkan sebagai etiologinya:

1. korpus luteum persistens

Dalam hal ini dijumpai perdarahan Madang-kadang bersamaan dengan ovarium yang

membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kelainan ektopik karena riwayat

penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukan banyak persamaan antara

keduanya. Korpus luteum persistens dapat menimbulkan pelepasan endometrium

yagn tidak teratur (irregular shedding). Diagnosis ini di buat dengan melakukan

kerokan yang tepat pada waktunya, yaitu menurut Mc. Lennon pada hari ke 4

mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai endometrium dalam tipe sekresi

disamping nonsekresi.

2. insufisiensi korpus luteum Hal ini dapat menyebabkan premenstrual spotting,

menoragia atau polimenore. Dasarnya ahíla kurangntya produksi progesteron

disebabkan oleh gangguan LH realizing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi

endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang

seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.

Page 15: 44078075-MENOMETRORAGIA

3. apopleksia uteri Pada wanita dengan hipertensi dapat terjado pecahnya pembuluh

darah dalam uterus.

4. kelainan darah Seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam

mekasnisme pembekuan darah.

b. Perdarahan anovulatoir

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan

menurunya Kadar estrogen dibawah tingkat tertentutimbul perdarahan yang Madang-

kadang bersifat siklik, Kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Fluktuasi kadar

estrogen ada sangkutpautnya dengan jumlah folikel yang pada statu waktu fungsional

aktif. Folikel – folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia, dan

kemudian diganti oleh folikel – folikel baru. Endometrium dibawah pengaruh

estrogen tumbuh terus dan dari endometrium yang mula-mula ploriferasidapat terjadi

endometrium bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran ini diperoleh pada kerokan

maka dapat disimpulkan adanya perdarahan anovulatoir.Perdarahan fungsional dapat

terjadi pada setiap waktu akan tetapi paling sering pada masa permulaan yaitu

pubertas dan masa pramenopause. Pada masa pubertas perdarahan tidak normal

disebabkan oleh karena gangguan atau keterlambatan proses maturasi pada

hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan realizing faktor tidak sempurna. Pada

masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.

Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan lambat

laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoir, pada seorang dewasa

dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak

diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas. Perdarahan

disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit metabolik,

penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor

ovarium dan sebagainya. Akan tetapi disamping itu terdapat banyak wanita dengan

perdarahan disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut. Selain itu faktor

psikologik juga berpengaruh antara lain stress kecelakaan, kematian, pemberian obat

penenang terlalu lama dan lain-lain dapat menyebabkan perdarahanan ovulatoir

3.5.Diagnosis

Page 16: 44078075-MENOMETRORAGIA

Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam pemeriksaan

pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penyakit sistemik,

maka penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan

pelvis harus diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan. Perdarahan siklik

(reguler) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia, kenaikan berat badan karena

meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau kram abdomen ) lebih cenderung

bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi dengan interval tidak

teratur setelah mengalami amenore berbulan – bulan, kemungkinan bersifat

anovulatori. Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 – 0,6 C ), peningkatan kadar

progesteron serum ( > 3 ng/ ml ) dan atau perubahan sekretorik pada endometrium

yang terlihat pada biopsi yang dilakukan saat onset perdarahan, semuannya

merupakan bukti ovulasi. Diagnosis DUB setelah eksklusi penyakit organik traktus

genitalia, terkadang menimbulkan kesulitan karena tergantung pada apa yang

dianggap sebagai penyakit organik, dan tergantung pada sejauh mana penyelidikan

dilakukan untuk menyingkirkan penyakit traktus genitalia. Pasien berusia dibawah 40

tahun memiliki resiko yang sangat rendah mengalami karsinoma endometrium, jadi

pemeriksaan patologi endometrium tidaklah merupakan keharusan. Pengobatan medis

dapat digunakan sebagai pengobatan lini pertama dimana penyelidikan secara invasif

dilakukan hanya jika simptom menetap. Resiko karsinoma endometerium pada pasien

DUB perimenopause adalah sekitar 1 persen. Jadi, pengambilan sampel endometrium

penting dilakukan.

3.6. Pemeriksaan penunjang:

1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH,

Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan

jika ada tampilan yang mengarah kesana.

2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)

histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan

perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon

terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit

organik traktus genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting

untuk melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus

perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan

Page 17: 44078075-MENOMETRORAGIA

investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam

mendeteksi abnormalitas endometrium.

3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji

coba terapeutik.

3.7. Penatalaksanaan

Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan

kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:

1. Menghentikan perdarahan. 2. Mengatur menstruasi agar kembali normal. 3.

Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.

Menghentikan perdarahan.

Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:

Kuret (curettage). Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan

tidak bagi wanita menikah tapi “belum sempat berhubungan intim”. O b a t

(medikamentosa)1. Golongan estrogen.Pada umumnya dipakai estrogen alamiah,

misalnya: estradiol valerat (nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak

membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis

lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver.

Dosis dan cara pemberian: Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum

selama 7-10 hari.Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui

bokong) Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan

diberikan Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan

lewat selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak

boleh lebih 4 kali sehari. Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg

setiap 4 jam sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui

perbaikan proliferatif endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi,

termasuk peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit. Terapi estrogen bermanfaat

menghentikan perdarahan khususnya pada kasus endometerium atrofik atau

inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB sekunder akibat depot

progestogen ( Depo Provera ). Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan

dihentikan,perdarahan timbul lagi.

Page 18: 44078075-MENOMETRORAGIA

2. Obat KombinasiTerapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan

paling efektif. Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang

banyak atau perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik

adalah memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat dihentikan setelah 3 – 6 bulan dan

dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang normal.

Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan berkelanjutan

diperlukan. Paparan estrogen kronik dapat menimbulkan endometrium yang berdarah

banyak selama penarikan progestin . Speroff menganjurkan pengobatan dengan

menggunakan kombinasi kontrasepsi oral dengan regimen menurun secara bertahap.

Dua hingga empat pil diberikan setiap hari setiap enam hingga duabelas jam , selama

5 sampai 7 hari untuk mengontrol perdarahan akut. Formula ini biasanya mengontrol

perdarahan akut dalam 24 hingga 48 jam ; penghentian obat akan menimbulkan

perdarahan berat. Pada hari ke 5 perdarahan ini, mulai diberikan kontrasepsi oral

siklik dosis rendah dan diulangi selama 3 siklus agar terjadi regresi teratur

endometrium yang berproliferasi berlebihan. Cara lain, dosis pil kombinasi dapat

diturunkan bertahap ( 4 kali sehari, kemudian 3 kali sehari, kemudian 2 kali sehari )

selama 3 hingga 6 hari, dan kemudian dilanjutkan sekali setiap hari. Kombinasi

kontrasepsi oral menginduksi atrofi endometrium, karena paparan estrogen progestin

kronik akan menekan gonadotropin pituitari dan menghambat steroidogenesis

endogen. Kombinasi ini berguna untuk tatalaksana DUB jangka panjang pada pasien

tanpa kontraindikasi dengan manfaat tambahan yaitu mencegah kehamilan.

Khususnya untuk pasien perimenarche, perdarahan berat yang lama dapat

mengelupaskan endometrium basal, sehingga tidak responsif terhadap progestin.

Kuretase untuk mengontrol perdarahan dikontraindikasikan karena tingginya resiko

terjadinya sinekia intrauterin ( sindroma Asherman ) jika endometrium basal dikuret.

OC aman pada wanita hingga usia 40 dan diatasnya yang tidak obes, tidak merokok

dan tidak hipertensi.

3. Golongan progesteronePertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar

perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone

mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara

lain: Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7 10

hari. Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari. Kaproas hidroksi-

progesteron 125 mg secara intramuscular

Page 19: 44078075-MENOMETRORAGIA

4. OAINS

Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser dan

Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7 hingga

10 hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi

umumnya dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan

dan berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah selama menstruasi

( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar pada DUB ovulatori

dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.2Mengatur menstruasi agar

kembali normal Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan

untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian: Golongan

progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke

14-15 menstruasi.Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.

Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik.

Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75

gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu

sekitar 4 kantong darah

2.8 Prognosis

Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit

(patofisiologi)Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat

memberikan angka kesembuhan hingga 90 %Pada wanita muda, yang sebagian besar

terjadi dalam siklus anovulasi, dapat diobati dengan hasil baik.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba bagus ida. Reproduksi wanita Arcan Jakarta, 2005

Prawirohardjo sarwono, Ilmu Kebidanan , PT BPSSP Jakarta 2009

B, Achmad. Ilmu Kesehatan Reproduksi Ginekologi.Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran

Page 20: 44078075-MENOMETRORAGIA

http:/www.emedicine. com.fastsplash.obgyn

LAPORAN KASUS

MENOMETRORAGIA

Page 21: 44078075-MENOMETRORAGIA

Disusun oleh :

Dadang Acep

(2006730012)

Pembimbing Klinik:

( Dr. H. Aranda T Sp.OG)

KEPANITERAAN KLINIK RSIJ CEMPAKA PUTIH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2010