4 Perbedaan Ilmu Pengetahuan Alam Klasik Dan Ilmu Pengetahuan Modern Serta an Daya Abstraksi Manusia
-
Upload
nazar-pananto -
Category
Documents
-
view
1.996 -
download
6
Transcript of 4 Perbedaan Ilmu Pengetahuan Alam Klasik Dan Ilmu Pengetahuan Modern Serta an Daya Abstraksi Manusia
MEMAHAMI PERBEDAAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM KLASIK DAN ILMU PENGETAHUAN MODERN
SERTA PERKEMBANGAN DAYA ABSTRAKSI
MANUSIA
MAKALAH
Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah IAD
Disusun Oleh :
RAHMA ZULHIDA A1C110032
WINDA HERLINA A1C110007
SURYAPANI A1C110016
Dosen Pembimbing :
Dra. St. Wahidah Arsyad
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
2010
KATA PENGANTAR
Dalam rangka melaksanakan tugas kelompok Ilmu Alamiah Dasar (IAD)
kami susun makalah Ilmu Alamiah Dasar (IAD) untuk pegangan presentasi kami di
program studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Materi makalah ini disesuaikan dengan materi yang ada pada buku-buku
Ilmu Alamiah Dasar (IAD).
Diakui bahwa pada makalah ini tentu masih terdapat kekurangan dan
kekhilafan. Karena itu, kepada pembaca dan dosen pembimbing dimohon kritik dan
saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini. Untuk itu kami
ucapkan banyak terima kasih.
Kepada semua pihak yang telah membantu kami sampaikan ucapan terima
kasih. Semoga mereka mendapat imbalan yang lebih baik dari Allah SWT. Amin.
Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi mahasiswa UNLAM
khususnya dan para pembaca pada umumnya di mana saja berada. Amin.
Penyusun
1DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………1
Daftar Isi…………………………………………………………………………….2
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..3
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….........3
1.3 Tujuan....................................................................................................................3
Bab II
Pembahasan
2.1 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dari Deskriptif dan Kualitatif hingga
Simulatif dan Kuantitatif…………………………………………………………….4
2.1.1 Tahap Deskriptif dan Kualitatif……………………………………………...4
2.1.2 Tahap Simulatif dan Kuantitatif......................................................................6
2.2 Dinamika Ilmu Pengetahuan Alam……………………………………………...7
2.3 Peranan Matematika dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam Modern.........8
2.4 Peranan Matematika dan IPA dalam Peningkatan Daya Abstraksi Manusia……9
Penutup
Kesimpulan…………………………………………………………………………12
Daftar Pustaka……………………………………………………………………...13
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Alamiah Dasar adalah ilmu yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam
alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dari deskriptif dan
kualitatif hingga simulatif dan kuantitatif ?
2. Bagaimanakah dinamika Ilmu Pengetahuan Alam ?
3. Apa peranan Matematika dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam Modern ?
4. Apa peranan Matematika dan IPA dalam peningkatan daya abstraksi manusia ?
1.3 Tujuan
Memahami perbedaan Ilmu Pengetahuan Alam Klasik dan Ilmu
Pengetahuan Modern serta Perkembangan Daya Abstraksi Manusia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dari deskriptif dan kualitatif hingga
simulatif dan kuantitatif
2.1.1 Tahap Deskriptif dan Kualitatif
Kegiatan IPA dimulai dengan observasi dan pencatatan atas gejala-gejala
alam yang diamati. Dari pengumpulan hasil observasi ini dapat dilihat kesamaan-
kesamaan atau perbedaan-perbedaan. Kemudian timbul kebutuhan untuk
menyederhanakan dengan proses klasifikasi dan stematisasi sehingga diperoleh
prinsip-prinsip yang lebih mendasar dan bersifat umum.
Klasifikasi adalah proses untuk mengubah data yang terpisah menjadi data
yang lebih fungsional. Misalnya kata-kata: jeruk, pisang, bola, merupakan contoh
klasifikasi sederhana. Klasifikasi menyatakan kedudukan objek tertentu dalam
sebuah kelas.
Di samping klasifikasi sederhana terdapat pula system klasifikasi yang lebih
kompleks. Misalnya di atas akan disusun berdasarkan suatu tujuan tertentu sebagai
berikut. Kalau tujuannya atas dasar dapat menggelinding maka jeruk dan bola
tergolong dalam satu klasifikasi. Bila tujuan klasifikasi adalah kelompok buah-
buahan maka pisang dan jeruk berada pada satu golongan.
Dalam sejarah perkembangan IPA, contoh klasifikasi yang berhasil adalah
klasifikasi tumbuhan dan hewan yang membedakan spesies, genus, dan familia.
Dalam kimia terdapat klasifikasi unsure yang berupa system periodic unsure yang
disusun pertama kali oleh Demiri Mendelejef (1869 Rusia).
Setelah pengetahuan yang terkumpul berdasarkan klasifikasi telah cukup
banyak, timbul kebutuhan untuk membandingkan. Konsep perbandingan ini
merupakan konsep yang lebih tinggi dan lebih efektif.
Konsep “panas”, “panjang”, “kecil”, hanya menyatakan kedudukannya pada
suatu keadaan tertentu, tetapi konsep “lebih panas”, “lebih panjang”, “lebih kecil”
menggambarkan hubungan kedudukan antara objek yang satu jika dibandingkan
terhadap objek yang lain.
Pernyataan “lebih panjang”, “lebih panas” dan sebagainya ini merupakan
contoh suatu konsep perbandingan, kedua konsep di atas, yaitu konsep klasifikasi
dan komparatif (perbandingan) masih bersifat kualitatif.
Dalam sejarah perkembangan Ilmu Kimia penggunaan metode kualitatif ini
pernah menghasilkan suatu teori pembakaran yang dikenal dengan nama teori
flogiston (abad ke-18). Menurut teori ini dikatakan bahwa suatu zat dapat terbakar
karena zat itu mengandung “zat api” atau “flogiston”. Makin banyak suatu zat
mengandung flogiston makin mudah terbakar. Arang dianggap sebagai sepenuhnya
berisi flogiston.
Pada peristiwa pembakaran logam dapat diterangkan secara kualitatif
sebagai berikut:
1. Logam dibakar = kapur logam + flogiston
2. Arang = flogiston
3. Kapur logam + arang = logam (flogiston).
Sejumlah peristiwa yang lain yang berhubungan dengan pembakaran dapat
diterangkan teori flogiston ini.
Namun beberapa kelemahan terdapat dalam teori flogiston ini, di antaranya:
1. Flogiston adalah suatu zat hipotesis sebab tidak dapat dirasa dan diraba.
2. Massa logam bertambah setelah pembakaran menyatakan bahwa flogiston
bermassa negative.
Kelemahan itu tidak mampu menumbangkan teori flogiston, bahkan masih
dapat bertahan lama sekali. Ini disebabkan karena metode penelitian pada waktu itu
tekanannya secara kuantitatif sehingga hasil-hasil yang ditunjukkan secara
kuantitatif seringkali diabaikan.
Pernyataan yang bersifat kualitatif ini kadang-kadang sudah merupakan
pengetahuan yang memadai dan bermanfaat terutama untuk bidang di mana metode
kuantitatif belum dapat berkembang. Sebagai contoh kaidah-kaidah dalam ilmu
social kebanyakan masih berupa pernyataan yang bersifat kualitatif. Ini disebabkan
karena kesulitan dalam teknik pengukuran terhadap gejala social. Namun sedikit
demi sedikit kesulitan ini dapat diatasi, sehingga ahli-ahli dalam ilmu social dewasa
ini telah memasuki tahap yang bersifat kuantitatif.
2.1.2 Tahap Simulatif dan Kuantitatif
Misalkan pada tahap kuantitatif kita telah menemukan prinsip bahwa “semua
logam jika dipanasi akan bertambah panjang”. Pernyataan semacam ini memang
telah cukup bermanfaat. Tetapi kita masih berusaha untuk mengetahui seberapa
banyak bertambah panjangnya. Dengan kata lain timbul kebutuhan untuk
mengkuantifikasikan data sehingga dapat diperoleh pengukuran yang lebih teliti
dengan tujuan agar kesimpulan yang diperoleh lebih mendekati kebenaran.
Untuk memperoleh pengukuran yang saksama dilakukan proses simulasi,
yaitu dengan menirukan atau mengulangi peristiwa alam dengan jalan melakukan
percobaan-percobaan.
Pada contoh di atas tadi, setelah dilakukan percobaan dari beberapa logam
diperoleh hubungan sebagai berikut:
Lt = L0 (1 + 4t)
di mana: Lt = panjang logam pada suhu t°
L0 = panjang logam pada suhu t0
= koefisien mulai panjang.
t = perbedaan suhu (selisih antara t dan t0).
Dari persamaan di atas dapat memberikan keterangan yang lebih jelas dan
lebih eksak, sebab menunjukkan seberapa bertambah panjangnya logam, yang
disebabkan oleh kenaikan suhu tertentu.
Contoh lain mengenai keberhasilan metode kuantitatif ini adalah penemuan
hukum ketetapan massa oleh Antoine Laurent Lavoirsier (1743-1794). Hukum ini
menyatakan bahwa massa zat sebelum dan setelah reaksi senantiasa sama.
Hukum ketetapan massa ini dapat menumbuhkan teori flogiston dan
menggantinya dengan teori oksidasi. Suatu zat dapat terbakar bukan karena
melepaskan flogiston tetapi karena zat itu mengikat oksigen. Sehingga bertambah
massanya kapur logam (oksida logam) setelah reaksi bukan karena flogiston
bermassa negative, tetapi karena logam mengikat oksigen. Di sini berlaku bahwa
massa logam ditambah oksigen sama dengan massa “kapur logam” atau oksida
logam.
6
Metode kuantitatif berkembang sebagai akibat penggunaan matematika
dalam IPA sifat kuantitatif ini dapat meningkatkan daya control dan daya ramal dari
ilmu serta dapat memberikan jawaban yang lebih eksak. Dengan demikian akan
menghasilkan pemecahan masalah sehingga menjadi lebih saksama, cermat, tepat,
dan hasilnya lebih mendekati kebenaran. Dengan kata lain pengetahuan yang
diperoleh melalui metode kuantitatif menjadi lebih dapat diandalkan.
2.2 Dinamika Ilmu Pengetahuan Alam
Telah dikemukakan bahwa kegiatan IPA berawal dari pengamatan dan
pencatatan baik terhadap gejala-gejala alam pada umumnya maupun dalam
percobaan-percoban yang dilakukan dalam laboratorium. Dari hasil pengamatan
atau observasi ini manusia berusaha untuk merumuskan konsep-konsep, prinsip-
prinsip, hukum, dan teori.
Jika dilihat dari arah prosesnya maka dalam hal ini eksperimen mendahului
teori. Proses IPA tidak berhenti di sini tetapi dari hasil IPA yang berupa konsep,
hukum, dan teori ini masih terbuka kesempatan untuk diuji kebenarannya. Demikian
proses IPA berlangsung terus sehingga selalu terdapat mekanisme control, bersifat
terbuka untuk selalu diuji kembali dan bersifat kumulatif. Pengetahuan yang
diperoleh selalu bertumpu di atas dasar-dasar sebelumnya dalam kerangka yang
bersifat kumulatif, sehingga karenanya bersifat konsisten dan sistematis. Dengan
kata lain IPA berkembang secara dinamis.
Jadi, proses IPA yang dinamis ini oleh karena menggunakan metode
keilmuan di mana peranan teori dan eksperimen saling memperkuat. Sebagai
contoh: dengan menggunakan teori optic memungkinkan dibuatnya alat-alat optic
dengan posisi yang tinggi dan dengan kemampuan yang lebih besar. Selanjutnya
dengan alat-alat yang berkemampuan besar ini memungkinkan diperbaruinya teori
yang telah ada. Namun demikian manakah yang dipentingkan lebih dahulu, teori
atau eksperimen? IPA modern lebih menekankan teori yang mendahului
eksperimen. Sebagai contoh teori relativitas Eintein (1905) yang menyatukan
hubungan kesetaraan antara massa dengan energi, disusun lebih dahulu baru
kemudian diciptakan eksperimen sehingga diketemukan tenaga nuklir. Dengan
demikian IPA modern lebih menekankan kepada masalah melihat masa depan dan
berusaha untuk meramalkan gejala-gejala baru secara ilmiah.
Keuntungan dari IPA yang dinamis ini adalah perkembangan IPA yang pesat
sehingga dalam jangka waktu 10 - 15 tahun pengetahuan IPA telah menjadi lipat
dua. Kemajuan IPA ini mendukung perkembangan teknologi yang pada gilirannya
dapat menaikkan kesejahteraan manusia.
Namun demikian hasil IPA yang banyak ini bila tidak diarahkan
pemanfaatannya justru akan merugikan manusia, bahkan dapat menghancurkan
peradaban manusia itu sendiri. Beberapa penemuan yang dapat merugikan misalnya
senjata nuklir, senjata kimiawi dan biologis serta timbulnya pencemaran udara, air
dan tanah, yang dapat mengganggu keseimbangan dan keserasian lingkungan hidup.
Pada dasarnya hasil-hasil IPA memang bersifat netral, tetapi
pemanfaatannya yang tidak terarah dan tidak terkendali oleh nilai-nilai kemanusiaan
adalah sangat berbahaya. Demikian pula, meskipun hasil IPA netral, tetapi
keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan eksperimen dan keputusan untuk
memilih fakta yang diperlukan adalah tidak bebas dari nilai. Dan di sinilah peranan
dan perlunya nilai kemanusiaan yang luhur sangat diperlukan untuk menuntun
perkembangan dan pemanfaatan IPA ke arah yang lebih benar.
Jadi perkembangan IPA yang dinamis ini di samping banyak memberikan
keuntungan juga membawa risiko. Agar risiko sekecil-kecilnya maka arah
perkembangan IPA dan pemanfaatan hasil IPA harus dilandasi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang luhur.
2.3 Peranan Matematika dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam Modern
Mengembangkan metode kuantitatif, meningkatkan daya control dan daya
ramal dari ilmu serta dapat memberikan jawaban yang lebih eksak. Menghasilkan
pemecahan masalah sehingga menjadi lebih saksama, cermat, tepat, dan hasilnya
lebih mendekati kebenaran.
8
2.4 Peranan Matematika dan IPA dalam peningkatan daya abstraksi manusia
Dampak atau efek dari ilmu alamiah dan teknologi yang telah dikembangkan
manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya sehingga lebih mudah dan
menyenangkan dapat bersifat positif artinya benar-benar bermanfaat, dan dapat juga
bersifat negative, karena menimbulkan akibat sampingan. Akibat negative itu bila
dibiarkan akan membawa malapetaka. Karena itu, manusia setelah mengetahui
beberapa hasil ilmu alamiah dan teknologi, mencoba mengatasi juga dengan ilmu
alamiah dan teknologi yang baru.
a) Sandang
Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi telah banyak sumbangannya dalam
bidang sandang. Andaikata tidak, maka kita barangkali masih hidup dalam zaman
purba di mana manusia masih menggunakan kulit kayu atau daun-daun sebagai
penutup tubuh kita. Baik pada abad yang lalu maupun masa kini ilmu pengetahuan
alam dan teknologi telah menolong manusia dalam pengadaan sandang berupa
mesin-mesin tekstil. Bila pada abad yang lalu mesin-mesin itu dapat mempercepat
proses pembuatan tekstil yang umumnya masih terbuat dari kapas, maka pada abad
sekarang ini Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi telah mampu menyumbangkan
kepada manusia serat-serat sintetis baik yang terbuat dari pokok-pokok kayu yang
diproses secara kimiawi menjadi benang (rayon) maupun dari bahan galian
misalnya hasil samping sulingan batu bara dan minyak bumi menjadi serat-serat
sintetis seperti polyester, popipropilen, polietilin dan sebagainya. Dengan teknologi
itu orang tidak perlu menunggu terlalu lama hasil serta tanaman kapas. Dengan
serat-serat sintetis itu orang dapat membuat serat tekstil secara besar-besaran dalam
waktu yang singkat. Kelemahan-kelemahan dari tekstil sintetis dapat dikurangi
dengan teknologi nuklir seperti yang telah diterangkan di muka sehingga hasilnya
cukup nyaman sebagai bahan sandang.
Dampak negative dari segala penemuan Ilmu Pengetahuan Alam dan
teknologi ini sehubungan dengan polimersintetis yaitu bahwa bahan-bahan berupa
polimersintetis itu yang dalam kata sehari-hari disebut “plastic” menimbulkan
keuntungan dan kerugian. Keuntungannya sudah jelas kita dapat memproduksi serat
tekstil untuk sandang, bahkan hampir semua kebutuhan sehari-hari yang berupa alat
rumah tangga tidak luput dari penggunaan plastic sebagai bahan dasarnya. Yang
menjadi masalah sekarang ialah bahwa sampah-sampah plastic itu tidak dapat
dihancurkan oleh bakteri-bakteri pembusuk. Sampah-sampah lain yang berasal dari
bahan alam dengan cepat dapat dihancurkan oleh bakteri pengurai. Untuk menjawab
tantangan ini kiranya perlu diciptakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam dan
teknologi yang lebih maju lagi misalnya dengan menciptakan jenis polimer yang
dapat dihancurkan oleh bakteri pembusuk dengan jalan mencampur polimer itu
dengan suatu bahan lain yang menjadi makanan bakteri pengurai. Cara lain ialah
memusnahkan sampah plastic itu dengan membakarnya atau mengolahnya kembali
menjadi bahan plastic lagi.
b) Papan
Di muka dikemukakan bahwa burung camar semua pandai membuat sarang
yang begitu indah, namun setelah berabad-abad lamanya ternyata tidak terlihat
adanya kemajuan sedikit pun. Burung itu membuat sarangnya secara naluriah.
Berbeda dengan manusia yang oleh Tuhan diberi karunia keunggulan berupa akal
dan budi. Dengan akal inilah manusia dapat menyempurnakan rumah tinggalnya
dari gua-gua alami ke pohon-pohon, kemudian berkembang lagi menjadi rumah di
atas tiang-tiang penyangga, dan lebih maju lagi pada masa kini kita telah mampu
membuat rumah tembok dengan penuh kenyamanan. Bahkan manusia masa kini
telah mampu membuat gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi ke
angkasa. Untuk mencapai puncaknya orang tidak perlu meniti tangga langkah demi
lagkah, tetapi cukup tekan tombol dan beberapa detik kemudian sampai ke lantai
yang ke-60 dan seterusnya. Uraian di atas menunjukkan dampak positif Ilmu
Pengetahuan Alam dan teknologi dalam bidang papan.
Teknologi selalu mempunyai kelemahan. Sebagai contoh, dengan alat-alat
modern, sekarang orang begitu mudah membabat hutan untuk bangunan atau
perabot lainnya. Apalagi dengan prinsip ekonomi memperoleh untung sebesar-
besarnya membuat orang menjadi lupa, sehingga timbul akibat sampingan dari
penebangan hutan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah Ilmu Lingkungan.
Pohon-pohon yang relative mudah yang seharusnya tidak boleh dibabat, sehingga
menimbulkan akibat berantai, mulai dari erosi, pendangkalan sungai, kematian
sumber air, kemerosotan kesuburan tanah, banjir dan selanjutnya rantai itu sampai
pada kesengsaraan manusia itu sendiri yang sebenarnya tidak ikut secara langsung
menikmati hasil hutan itu. Ini merupakan suatu hal yang mulai terasa di beberapa
bagian pulau kita.
c) Pangan
Dampak positif Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi di bidang pangan
jelas dikemukakan di muka, misalnya saja dalam memperoleh bibit unggul yang
banyak produksinya dalam waktu relative singkat melalui nuklir. Contoh-contoh
lain yaitu penggunaan mekanisasi pertanian di mana orang memungut hasil
produksi yang telah besar menggunakan tenaga manusia yang relative lebih sedikit.
Sumbangan Ilmu Pengetahuan Alam di bidang pangan pun telah banyak
dimanfaatkan orang misalnya dengan cara pemupukan yang tepat dan penggunaan
bakteri yang sanggup menunjang akar-akar tanaman mengambil zat hara dengan
lebih baik sehingga produksi bertambah banyak. Penggunaan Bioteknologi,
misalnya hormone tumbuhan yang mampu memacu tumbuhnya daun, bunga atau
buah yang jauh lebih lebat dan sebagainya, juga telah banyak diterapkan dalam
dunia pertanian.
Dampak negative Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi juga ada, misalnya
pemakaian racun pemberantas hama tanaman (pestisida) ternyata tidak saja dapat
memberantas hama, tetapi juga membunuh hewan ternak, meracuni hasil panen,
meracuni manusia itu sendiri. Tampaknya setiap penggunaan teknologi maju selalu
mempunyai dampak negative. Karena itu, kesadaran dan tanggung jawab manusia
itu sendiri juga perlu ikut ditingkatkan untuk kepentingan bersama dan generasi
yang akan datang, dan di sinilah pentingnya menghayati prinsip-prinsip Ilmu
Lingkungan.
11
PENUTUP
Kesimpulan:
2.1 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dari deskriptif dan kualitatif hingga
simulatif dan kuantitatif
2.1.1 Tahap Deskriptif dan Kualitatif
Pernyataan yang bersifat kualitatif merupakan pengetahuan yang memadai
dan bermanfaat terutama untuk bidang di mana metode kuantitatif belum dapat
berkembang. Sebagai contoh kaidah-kaidah dalam ilmu social kebanyakan masih
berupa pernyataan yang bersifat kualitatif. Ini disebabkan karena kesulitan dalam
teknik pengukuran terhadap gejala social.
2.1.2 Tahap Simulatif dan Kuantitatif
Metode kuantitatif berkembang sebagai akibat penggunaan matematika
dalam IPA sifat kuantitatif ini dapat meningkatkan daya control dan daya ramal dari
ilmu serta dapat memberikan jawaban yang lebih eksak. Dengan demikian akan
menghasilkan pemecahan masalah sehingga menjadi lebih saksama, cermat, tepat,
dan hasilnya lebih mendekati kebenaran.
2.2 Dinamika Ilmu Pengetahuan Alam
Perkembangan IPA yang dinamis di samping banyak memberikan
keuntungan juga membawa risiko. Agar risiko sekecil-kecilnya maka arah
perkembangan IPA dan pemanfaatan hasil IPA harus dilandasi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang luhur.
2.3 Peranan Matematika dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam Modern
Menghasilkan pemecahan masalah sehingga menjadi lebih saksama, cermat,
tepat, dan hasilnya lebih mendekati kebenaran.
2.4 Peranan Matematika dan IPA dalam peningkatan daya abstraksi manusia
Dampak dari IPA dan teknologi yang telah dikembangkan manusia dalam
memenuhi kebutuhannya sehingga lebih mudah dapat bersifat positif dan dapat juga
bersifat negative. Bila akibat negative dibiarkan akan membawa malapetaka. Karena
itu, manusia setelah mengetahui beberapa hasil ilmu alamiah dan teknologi,
mencoba mengatasi juga dengan ilmu alamiah dan teknologi yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
Hossein, Sayyed. 1993. Menjelajah Dunia Modern. Mizan. Bandung.
Margono. 1984. Ilmu Alamiah Dasar. UNS. Surakarta.
Purnama, Heri. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Rineka Cipta. Jakarta.
Roosmini, Mien. 1990. Ilmu Alamiah Dasar. IKIP. Semarang.
Supatmo, A. 1991. Ilmu Alamiah Dasar. Rineka Cipta. Jakarta.
13