4 Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Dan Perencanaan Pajak Terhadap Praktik Manajemen Laba

download 4 Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Dan Perencanaan Pajak Terhadap Praktik Manajemen Laba

of 8

Transcript of 4 Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Dan Perencanaan Pajak Terhadap Praktik Manajemen Laba

  • 1

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP

    PRAKTIK MANAJEMEN LABA

    Yana Ulfah

    Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda [email protected]

    Abstract

    This study examines the effect of deferred tax expense and tax planning on the probability of earnings management practise of companies. The sampling technique used is purposive sampling. Based on predefined criteria, it was acquired 26 companies for 3 years, with the number of observations in this study amounted to 78 observations.

    The data analysis technique used is the least squares multiple regression equation and use the t-test statistics for testing the partial regression coefficient. The results suggest that the deferred tax expense has partially significant effect on the probability of earnings management practise in manufacturing companies listed in BEI within the period of 2009-2011 at the level of significance less than 5% (at 0.001%), while the size of the company and tax planning have no significant effect on the probability of earning management practise.

    Keywords: earnings management, deferred tax expense, tax planning

    1.1. Pendahuluan

    Perusahaan dihadapkan dengan persaingan yang keras untuk dapat eksis dalam pasar global, khususnya untuk industri manufaktur di Indonesia. Dalam

    rangka untuk kuat bersaing, perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan

    kompetitif dari perusahaan lainnya. Perusahaan tidak hanya dituntut untuk

    menghasilkan produk yang bermutu bagi konsumen, tetapi juga mampu mengelola

    keuangannya dengan baik, artinya kebijakan pengelolaan keuangan harus dapat

    menjamin keberlangsungan usaha perusahaan. Manajemen perusahaan bertanggungjawab dalam mengelolakeuangan sesaui dengan prinsip-prinsip

    akuntabilitas dalam teori agensi.

    Dalam teori agensi ada dua poros, yaitu prinsipal dan agen. Manajemen atau

    agen dituntut memiliki kinerja bisnis yang baik yang dapat mempengaruhi

    perusahaan untuk dapat bersaing. Aktifitas manajemen banyak sekali dipraktekan pada perusahaan besar, dengan tujuan menarik para pelaku pasar untuk

    berinvestasi dalam perusahaan. Pada dasarnya aktifitas tersebut sangat merugikan

    bagi perusahaan maupun bagi emiten yang ada dalam perusahaan, karena informasi

    yang dipublikasikan hanya bersifat semu yang justru akan mempengaruhi eksistensi

    perusahaan di masa depan. Dengan demikian sedapat mungkin apa yang dialporkan

    perusahaan mendekati hal sesungguhnya terjadi, baik untuk laporan pajak maupun laporan kepada investor.

    Dalam PSAK No. 46 (IAI, 2009) menyatakan bahwa nilai pencatatan aktiva

    pajak tangguhan harus ditinjau kembali (pada tanggal neraca). Perusahaan harus

    menurunkan nilai tersebut apabila laba fiskal tidak mungkin memadai untuk

    mengkompensasi, sebagian maupun semua aktiva pajak tangguhan. Penurunan

    tersebut harus disesuaikan kembali apabila besar kemungkinan laba fiskal memadai. Dengan adanya kewajiban untuk selalu melakukan peninjuan kembali pada tanggal

    neraca, maka setiap tahun manajemen harus membuat suatu penilaian untuk

    menentukan saldo aktiva pajak tangguhan dan cadangan aktiva pajak tangguhan,

    sedangkan penilaian manajemen untuk menentukan saldo cadangan aktiva pajak

    tahunan tersebut bersifat subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Burgstahler dan Dichev (1997), Holland dan

    Ramsay (2003), Dechow, Richardson dan Tuna (2003) menggunakan distribusi laba

    untuk mendeteksi manajemen laba dalam perusahaan dan menganggap terpatahnya

    distribusi frekuensi perusahaan di sekitar ambang batas pelaporan laba dapat

    dijadikan proksi dilakukannya manajemen laba oleh suatu perusahaan. Philips,

  • 2

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    Pincus dan Rego (2003) menemukan bahwa beban pajak tangguhan dan akrual

    secara signifikan dapat mendeteksi manajemen laba yang dilakukan perusahaan dengan tujuan menghindari kerugian dan penurunan laba. Di Indonesia, Yulianti

    (2005) meneliti perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI dan menemukan bahwa

    beban pajak tangguhan dan akrual secara signifikan dapat mendeteksi manajemen

    laba yang dilakukan perusahaan dengan tujuan menghindari kerugian saja.

    Penelitian ini bermaksud menguji perubahan kemampuan beban pajak tangguhan yang dapat mendeteksi manajemen laba seperti yang dilakukan dalam

    penelitian Philips, Pincus dan Rego (2003) dan Yulianti (2005) dengan mengubah

    tahun observasi menjadi 6 tahun yaitu tahun 2001-2006. Selain itu, penelitian ini

    juga memasukkan unsur kualitas laba lainnya, yaitu persistensi laba sebagaimana

    penelitian yang dilakukan Hanlon (2005) yang menguji persistensi laba sebagai

    salah satu pengukur kualitas laba dengan perbedaan temporer yang mengakibatkan beban pajak tangguhan sebagai variabel independennya.

    Penelitian ini juga menganalisis pengaruh perencanaan pajak teradap manajemen

    laba.

    1.2. Teori dan Pengembangan Hipotesis

    1.2.1. Pajak Tangguhan

    Pajak tangguhan adalah saldo akun di neraca sebagai manfaat pajak yang

    jumlahnya merupakan jumlah estimasi yang akan dipulihkan dalam periode yang

    akan datang sebagai akibat adanya perbedaan sementara antara standar akuntansi keuangan dengan peraturan perpajakan dan akibat adanya saldo kerugian yang

    dapat dikompensasi pada eriode mendatang menurut PSAK No.46 (IAI, 2009: 8).

    Menurut Zain (2007:194) Kewajiban pajak tangguhan maupun aset pajak

    tangguhan dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut : 1) Apabila penghasilan sebelum pajak-PSP (Pretax Accounting Income) lebih

    besar dari penghasilan kena pajak-PKP (taxible income), maka beban pajak BP (Tax Expense) pun akan lebih besar dari pajak terutang-PT (Tax Payable), sehingga akan menghasilkan Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Taxes Liability). Kewajiban pajak tangguhan dapat dihitung

    dengan mengalikan perbedaan temporer dengan tarif pajak yang berlaku.

    2) Sebaliknya apabila penghasilan sebelum pajak (PSP) lebih kecil dari penghasilan kena pajak (PKP), maka beban pajak (BP) juga leboh kecil dari

    pajak terutang (PT), sehingga akan menghasilkan Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax Assets). Aktiva pajak tangguhan adalah sama dengan

    perbedaan temporer dengan tarif pajak pada saat perbedaan tersebut

    terpulihkan.

    1.2.2. Manajemen laba

    Menurut Schipper (1998) dalam Ujiyanto (2004) mendefinisikan manajemen

    laba sebagai pengungkapan manajemen sebagai alat intervensi langsung manajemen

    dalam proses pelaporan keuangan melalui pengolahan pendapatan atu keuntungan

    dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu bagi bagi

    manajer maupun perusahaan yang dilandasi oleh faktor ekonomi. Menurut John, Subramanyam dan Halsey (2005:118) manajemen laba

    merupakan hasil akuntansi akrual yang paling bermasalah. Penggunaan dan

    penilaian dan estimasi dalam akuntansi akrual mengizinkan manajer untuk

    menggunakan informasi dalam dan pengalaman mereka untuk menambah kegunaan

    angka akuntansi.

    1.2.3. Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba

    Keberadaan pajak sebenarnya adalah sebagai salah satu sumber penerimaan negara, disisi lain akuntansi merupakan sistem pencatatan untuk menghasilkan

    laporan keuangan. Hanlon (2005) mengatakan bahwa secara spesifik sistem

    perpajakan dirancang untuk meningkatkan pendapatan negara, sebaliknya sistem

  • 3

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    akuntansi dirancang untuk menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan dan

    diharapkan dapat menekan asimetris informasi yang mungkin terjadi antara manajemen sebagai pihak internal dan pengguna laporan keuangan sebagai pihak

    eksternal.

    Perbedaan yang timbul antara akuntansi pajak dan komersial dapat

    menyediakan informasi tambahan bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kualitas current earnings (Philips, Pincus dan Rego, 2003). Alasannya karena

    peraturan perpajakan lebih membatasi keleluasaan penggunaan diskresi dalam menghitung penghasilan kena pajak, itulah sebabnya selisih laba komersial dan laba fiskal (book-tax gap) dapat menginformasikan tentang diskresi manajemen dalam

    proses akrual (Hanlon, 2005).

    Yulianti (2005) dan Philips, Pincus, Rego (2003) menggunakan beban pajak tangguhan (deferred tax expense) dan akrual untuk mendeteksi manajemen laba.

    Penelitian-peneltian ini menemukan bahwa perusahaan yang termasuk dalam kategori small profit firm memiliki rata-rata beban pajak tangguhan lebih tinggi daripada small loss firm. Yulianti (2005) dan Philips, Pincus dan Rego (2003) menduga perusahaan yang tergolong small profit firm melakukan manajemen laba dengan

    tujuan melewati batas pelaporan laba agar tidak melaporkan angka rugi. Berdasarkan

    penelitian di atas, penelitian ini menghipotesiskan:

    H1: Semakin besar beban pajak tangguhan, semakin besar probabilitas

    perusahaan melakukan manajemen laba

    1.2.4. Perencanaan Pajak dan Insentif Pajak

    Kebijakan insentif pajak diatur di dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun

    2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh). Pasal 6 ayat (1) huruf j bahwa besarnya

    Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,

    ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk sumbangan dalam rangka

    penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur

    dengan Peraturan Pemerintah.

    Penelitian yang dilakukan oleh Yin dan Cheng (2004) menggunakan proksi

    perencanaan pajak sebagai ukuran dari insentif pajak. Meskipun banyak penelitian di luar negeri yang meneliti mengenai perilaku manajemen laba dikaitkan dengan perubahan tarif pajak (Scholes et al, 1992; Guenther, 1994), tetapi hanya penelitian

    Yin dan Cheng (2004) saja yang memasukkan unsur insentif pajak dalam

    penelitiannya. Yin dan Cheng (2004) berpendapat bahwa upaya meminimalkan

    pembayaran pajak perusahaan dibatasi oleh perencanaan pajaknya. Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses

    merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian,

    perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban

    perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal

    menghindari pemborosan sumber daya. Dengan demikian, dapat dikembangkan

    hipotesis sebagai berikut: H2: Perencanaan pajak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan praktek

    manajemen laba

    Gambar 1. Model Peneltian

    Beban Pajak

    Perencanaan Pajak

    Praktik Manajemen Laba

  • 4

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    1.3. Metode Penelitian

    Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif, yang diperoleh dari publikasi laporan keuangan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan buku Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Sumber data

    yang digunakan pada penelitian ini adalah data laporan keuangan (auditan)

    perusahaan manufaktur di Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.

    Periode penelitian meliputi periode tahun 2009 dan tahun 2011.

    Obyek penelitian di dalam penelitian ini meliputi perusahaan-perusahaan di sektor manufaktur yang telah go public dan sahamnya terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia (BEI) sampai dengan akhir tahun 2011. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling (judgement sampling), yaitu

    pemilihan sampel secara tidak acak dengan kriteria sebagai berikut:

    1) Perusahaan bergerak di sektor manufaktur dan telah terdaftar di Bursa

    Efek Indonesia pada tahun 2009 atau sebelumnya. Mempunyai kelengkapan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

    2) Perusahaan yang melaporkan laba positif

    Model yang digunakan untuk pengujian probabilita beban pajak

    tangguhan dalam mendeteksi manajemen laba adalah:

    EMit = + 1DTEit+ 2TAit+ 3Init + e Keterangan: EMit : Equity Market Value

    DTEit : Beban Pajak Tangguhan.

    TAit : Ukuran Perusahaan

    Init : Perencanaan pajak.

    Pengukuran Variabel:

    (a) Manajemen laba dikur dengan skala pengukuran variable probabilitas perusahaan i melakukan manajemen laba di tahun t. EM (Equity Market Value)

    adalah laba bersih dibagi dengan nilai pasar ekuitas awal tahun yang

    menunjukkan ekspektasi pasar terhadap laba yang dilaporkan perusahaan.

    (b) Beban Pajak Tangguhan: Perhitungan tentang beban pajak tangguhan

    dihitung dengan cara membobot beban pajak tangguhan dengan total aktiva (total asset)

    (c) Ukuran Perusahaan: Ukuran Perusahaan, yang dikur dengan Ln Total Aset

    merupakan variabel kontrol dalam penelitian ini.

    (d) Insentif Pajak yang diukur dari usaha perencanaan pajak.

    Tax Plan =

    Keterangan: Tax Plan = Perencanaan Pajak PTE = Pre-Tax Income CTE = Current portion of total tax expense

    Insentif Pajak yang diukur dari usaha perencanaan pajak. Perhitungan tahun

    2009 sampai 2011, tetap mengikuti perhitungan dari penelitian sebelumnya.

    Digunakannya tarif presentase 30%, dikarenakan sebelum diberlakukannya

    UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, lapisan penghasilan kena pajak tarif ini merupakan tarif yang paling besar proporsinya.

    1.4. Hasil dan Pembahasan

    1.4.1. Anailis Deskriptif

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

    diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan website perusahaan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk kedalam kelompok perusahaan

    manufaktur.

    Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa

    Efek Indonesia dan termasuk kedalam kelompok perusahaan manufaktur selama 3

    tahun berturut-turut dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Berdasarkan

  • 5

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    kriteria yang telah ditetapkan maka diperoleh 26 perusahaan selama 3 tahun, maka

    jumlah pengamatan didalam penelitian ini berjumlah 78 pengamatan.

    1.4.2. Analisis Regresi

    Berdasarkan hipotesis yang disusun, terdapat tiga variabel bebas yang mempengaruhi probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba sebagai akibat

    dari pajak tangguhan, ukuran perusahaan dan insentif pajak.

    Tabel 1.

    Hasil Analisis Regresi

    Variabel Koefisien t-

    statistik

    Sig Keterangan

    Konstanta 2,121

    Beban Pajak Tangguhan

    0,876 3,231 0,026 Signifikan

    Ukuran Perusahaan 0,732 0,231 0,763 Tidak

    Signifikan

    Perencanaan Pajak 0,413 1,021 0,089 Tidak

    Signifikan

    Adjusted R2 = 0,327

    F-hitung = 5,433

    Sig = 0,021

    Berdasarkan model yang telah ditentukan di atas, maka hasil analisis regresi

    menghasilkan persamaan sebagai berikut:

    EMit = + 1DTEit+ 2TAit+ 3Init + e EMit = 2,121 + 0,876DTEit+ 0,732TAit+ 0,413Init

    Dari hasil analisis regresi pada tabel 1 diperoleh nilai koefisien regresi variable beban pajak tangguhan berpengaruh positif artinya setiap kenaikan beban pajak

    tangguhan, maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan

    mengalami peningkatan.

    Begitu pula variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif artinya setiap

    kenaikan ukuran perusahaan atau semakin besar perusahaan, maka probabilitas

    perusahaan melakukan manajemen laba akan mengalami kenaikan. Kemudian berikutnya adalah perencanaan pajak memiliki pengaruh positif, semakin tinggi

    perencanaan pajak maka semakin besar peluang perusahaan melalukan manajemen

    laba.

    a) Pengaruh Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba. Manajemen laba (earnings management) adalah manipulasi laba yang

    dilakukan pihak manajemen untuk mencapai tujuan tertentu. Manipulasi tersebut dilakukan agar laba nampak sebagaimana yang diharapkan. Selain itu,

    manipulasi juga dilakukan agar investor tetap tertarik dengan perusahaan

    tersebut (Wedari, 2004). Menurut Schipper (1989) dalam Ujiyantho (2004),

    mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud

    tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.

    Beban pajak tangguhan timbul akibat perbedaan temporer antara laba

    akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan antara laporan keuangan akuntansi dan

    fiskal disebabkan dalam penyusunan laporan keuangan, standar akuntansi lebih

    memberikan keleluasaan bagi manajemen dalam menentukan prinsip dan

    asumsi akuntansi dibandingkan yang diperbolehkan menurut peraturan pajak. Perbedaan temporer muncul dari komponen akrual dan arus kas operasi.

    Karena adanya perbedaan temporer itulah beban pajak tangguhan berpengaruh

    dalam usaha untuk mendeteksi pengaruh rekayasa akrual untuk meminimalkan

    pajak dalam manajemen laba (Yuliati, 2004). Efek perubahan perbedaan

    temporer yang terefleksi pada kenaikan atau penurunan aktiva dan kewajiban

  • 6

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    pajak tangguhan harus diperlakukan sebagai beban pajak tangguhan (deffered tax expenses) atau penghasilan pajak tangguhan (deffered tax income), dan

    dilaporkan dalam laporan laba-rugi tahun berjalan bersamasama beban pajak kini (current tax expenses), dengan penyajian secara terpisah (Riduwan, 2004).

    b) Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba

    Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol.

    Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif

    terhadap praktik perencanaan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan

    semakin pula praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Sebagian besar peneliti menggunakan ukuran perusahaan sebagai proksi

    sensitifitas politis dan perilaku manajer dalam melaporkan kinerja keuangannya

    (Pacecca 1995). Watt dan Zimmerman (1986) menyarankan untuk menggunakan proksi ukuran perusahaan dalam kerangka political cost. Berdasarkan size hypothesis yang dipaparkan oleh Watt dan Zimmerman (1986), berasumsi bahwa perusahaan besar secara politis, lebih besar melakukan transfer political cost dalam kerangka politic process, dibandingkan dengan perusahaan kecil. Lebih lanjut beberapa peneliti berhasil membuktikan bah- wa political process memiliki

    dampak pada pemilihan prosedur akuntansi oleh perusahaan yang berukuran

    besar (Watt dan Zimmerman 1986).

    Kencenderungan melaporkan laba positif diduga kuat sering dilakukan

    oleh perusahaan-perusahaan berukuran sedang dan besar. Alasan yang mendasari dugaan tersebut adalah karena (Kim et al. 2003)

    (1) Mempertahankan kredibilitas mereka di dalam komunitas bisnis dan tanggungjawab sosial, termasuk kredibilitas dalam penyajian informasi

    keuangan;

    (2) Kemampuan untuk menggunakan kecanggihan teknologi melalui

    sistem informasi yang memadai;

    (3) Dijadikan acuan oleh analis keuangan dalam melakukan analisa pasar;

    (4) Lebih banyak menghadapi tekanan agar kinerja mereka sesuai dengan

    yang diharapkan oleh pasar dan para analis;

    (5) Memiliki posisi tawar kepada eksternal auditor yang memeriksanya.

    c) Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba

    Perencanaan Pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban

    perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan

    seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax

    implementation) dan pengendalian pajak (tax control).

    Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih

    jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi

    kewajiban pajak.

    Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion. Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan

    apakah suatu transaksi atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila

    kejadian tersebut mempunyai dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat

    diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya,

    apakah pembayaran pajak tersebut dapat ditunda. Salah satu perencanaan pajak

    adalah dengan cara mengatur seberapa besar laba yang dilaporkan, sehingga masuk dalam indikasi adanya praktik manajemen laba.

    Strategi penghematan pajak yang dilakukan oleh perusahaan haruslah

    bersifat legal untuk menghindari pengenaan sanksi-sanksi pajak di kemudian hari. Penghematan pajak akan selalu menganut prinsip the least and latest

  • 7

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    yakni membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada saat terakhir yang

    sah menurut ketentuan dan aturan perundang-undangan. Untuk menghemat beban pajak dapat dilakukan dengan cara mengambil keuntungan dari pemilihan

    lokasi perusahaan. Untuk daerah-daerah tertentu pemerintah memberikan

    insentif pajak/fasilitas perpajakan seperti penyusutan dan amortisasi yang

    dipercepat, kompensasi kerugian yang lebih lama dari seharusnya, penundaan

    dan atau pembebasan pajak.

    1.5. Kesimpulan

    Penelitian ini menemukan bahwa memang terjadi manajemen laba dengan

    tujuan menghindari pelaporan kerugian pada perusahaan-perusahaan yang

    terdaftar di BEI tahun 2009 - 2011. Penemuan ini didasari uji statistik dan

    histogram atas distribusi laba dan manajemen laba terbukti ada dengan terpatahnya distribusi laba di sekitar titik nol (ambang batas pelaporan laba).

    Namun penelitian ini tidak menemukan adanya manajemen laba dengan tujuan

    menghindari pelaporan penurunan laba, bukti bahwa manajemen laba menghindari

    penurunan laba tidak terjadi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI

    adalah berdasarkan perhitungan menggunakan tabel frekuensi didapat hasil jumlah perusahaan yang melaporkan penurunan laba melebihi jumlah ekspektasinya.

    Beban pajak tangguhan berpengaruh positif artinya setiap kenaikan beban

    pajak tangguhan, maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan

    mengalami peningkatan. Perbedaan temporer muncul dari komponen akrual dan arus

    kas operasi. Karena adanya perbedaan temporer itulah beban pajak tangguhan

    berpengaruh dalam usaha untuk mendeteksi pengaruh rekayasa akrual untuk meminimalkan pajak dalam manajemen laba.

    Kencenderungan melaporkan laba positif diduga kuat sering dilakukan oleh

    perusahaan-perusahaan berukuran sedang dan besar, hal ini dilakukan dengan

    berbagai alasan diantaranya adalah menjaga persaingan bisnis, meraih dana dari

    investor dan lebih banyak menghadapi tekanan agar kinerja mereka sesuai dengan

    yang diharapkan oleh pasar dan para analis. Perencanaan pajak memiliki pengaruh positif, semakin tinggi perencanaan

    pajak maka semakin besar peluang perusahaan melalukan manajemen laba.Salah

    satu perencanaan pajak adalah dengan cara mengatur seberapa besar laba yang

    dilaporkan, sehingga masuk dalam indikasi adanya praktik manajemen laba.

    DAFTAR PUSTAKA

    Burgstahler, David C., and Ilia D. Dichev, 1997. Earnings Management to Avoid Earnings Decreases and Losses. Journal of Accounting and Economics, vol 24

    (1997), pp. 99 126. Dechow, P., S. Richardson, and I. Tuna, 2003. Why Are Earnings Kinky? An

    Examination of the Earnings Management Explanation. Review of Accounting Studies, vol 8 (2003), pp. 355 384.

    Guenther, David. 1994. Earnings Management in Response to Corporate Tax Rate Changes: Evidence from the 1986 Tax Reform Act. The Accounting Review.

    1994: 230-243.

    Hanlon, M. 2005. The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and Cash Flow When Firms Have Large Book-tax Differences. The Accounting Review 80 (March). pp 137-166.

    Holland, D, and Alan Ramsay, 2003. Do Australian companies manage earnings to meet simple earnings benchmarks?. Accounting and Finance, vol 43 (2003), pp.

    41 - 62.

    Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Strandar Akuntansi Keuangan, Salemba

    Empat Jakarta. John J. Wild, dkk. 2005. Financial Statement Analysis (analisis laporan keuangan).

    penerbit Salemba Empat, edisi 8, buku satu.

  • 8

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    Kim, Yangseon., Caixing Liu dan S. Ghon Rhee. 2003. The Effect of Size on Earnings Management. Social Science Research Network Electronic Paper Collection. (http://papers.ssrn.com)

    Phillips, John., M. Pincus and S. Rego. 2003. Earnings Management: New Evidence Based on Deferred Tax Expense. The Accounting Review, vol 78, pp.491 521.

    Riduwan, Akhmad. 2004. Pengaruh Alokasi Pajak Antar Periode Berdasarkan PSAK No. 46 Terhadap Koefisien Respon Laba Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi. Surabaya: STIESIA.

    Scholes, M.S., G.P. Wilson and M.A. Wolfson. 1992. Firms Responses to Anticipated Reduction in Tax Rates: The Tax Reform Act of 1986. Journal of Accounting Research. 1992: 161-185.

    Ujiyantho, Muh Arief. 2004. Asimetri Informasi Dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Dalam Hubungan Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi.

    Watts, Ross L., and J L Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. New Jersey:

    Prentice-Hall, Inc.

    Wedari, Linda Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen laba. Simposium Nasional Akuntansi.

    Yin, Jennifer, and Agnes Cheng. 2004. Earnings Management of Profit Firms and Loss Firms in Response to Tax Rate Reductions. Review of Accounting and Finance volume 3. 2004: 67 92

    Yulianti. 2005. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan Mendeteksi Manajemen Laba. . Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.

    Zain, Mohammad.. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.