4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004,...
Transcript of 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004,...
42
4. PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan
Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir
sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya untuk menunjukkan
kepada publik: Inilah peritel asli Indonesia yang lahir dari Bumi Pertiwi dan
mampu bersaing dengan peritel asing.
Kini, di usianya yang ke-7 Hypermart ingin menunjukkan bahwa
keinginannya menjadi No.1 Multi Format Food Retail di Indonesia bukanlah
sebuah mimpi semata. Di usia yang masih muda, Hypermart menjadi hypermarket
pertama yang berhasil membuka gerai ke-50 di Indonesia.
Ide besar itu berawal dari toko kecil bernama Mickey Mouse, lebih dari 50
tahun silam. Dari Matahari, telah lahir pula Hypermart, hypermarket yang juga
lahir dari bumi Indonesia.
Tahun ini Hypermart bersiap-siap membuka tokonya yang ke-50.
Momentum ini sekaligus menjadi refleksi perjalanan Hypermart di Indonesia:
Lahir dengan nama Mickey Mouse dan besar dengan nama Matahari. Matahari
berdiri di bawah bendera PT. Matahari Putra Prima Tbk. Mulai beroperasi sejak
24 Oktober 1958. Toko pertamanya bernama Mickey Mouse, yang didirikan Hari
Darmawan. Toko ini menempati gedung dua lantai seluas sekitar 150 meter
persegi di Pasar Baru, Jakarta. Inilah perusahaan ritel asli pertama di Indonesia.
Pada tahun 1972, Matahari berhasil menjadi pelopor konsep toko serba ada
(toserba) di Indonesia.
Ekspansi bisnis Matahari yang pertama ditandai dengan mengoperasikan
supermarket Super Bazaar pada 14 Juli 1991. Pada tahun 2000, Super Bazaar
berganti nama menjadi Matahari Supermarket. Pada tahun 2002, Matahari
memisahkan bisnis inti menjadi bisnis independen demi kemajuan perusahaan
dengan mengembangkan bisnis perusahaan baru seperti Matahari Supermarket.
Sebagai perusahaan retail pertama asli dari Indonesia, PT. Matahari Putra
Prima Tbk tak ingin visinya menciptakan suasana belanja yang nyaman dan
lengkap hanya sebatas impian. Didukung tenaga profesional di bidangnya yang
Universitas Kristen Petra
43
berpayung pada visi dan misi yang sama, Matahari memperluas cakupan bisnisnya
kepada pengoperasian supermarket yang dikibarkan dengan bendera Super Bazaar
pada tahun 1991. Lokasi pertamanya bertempat di Pasar Baru 14.
Dengan mengusung konsep belanja “Muraaah Banget” berbalut suasana
yang nyaman, Hypermart sukses berekspansi di hampir seluruh wilayah
Indonesia.
Kebutuhan konsumen dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari semakin
membesar. Supermarket saja tak cukup. Perlu didirikan hypermarket, sebuah
konsep belanja dengan koleksi barang yang jauh lebih lengkap. Matahari
memandang bahwa Market place bisa ditingkatkan dari supermarket menjadi
hypermarket. Tahun 2004 menjadi sebuah awal bagi inovasi Matahari yang
diimplementasikan melalui pembukaan gerai Hypermart yang pertama di WTC
Serpong, hypermarket Matahari pertama, yang dioperasikan 22 April 2004.
Pertumbuhan pasar modern dan tingkat persaingan yang tinggi dalam
beberapa kurun waktu terakhir ini juga memaksa Hypermart menanggapi ketatnya
persaingan dengan menerapkan strategi private label, dengan mengembangkan
produk mereka sendiri, yang dikenal baik dengan Value Plus. Produk yang
menggunakan merek ini terdapat dalam berbagai kategori, mulai dari bahan
pokok, makanan beku, perlengkapan rumah tangga, barang-barang plastik,
toiletries, hingga popok bayi.
Kini Hypermart memiliki tantangan untuk mewujudkan visinya menjadi
pemimpin pasar hypermarket pada tahun 2014. Dengan konsep baru yang
memudahkan konsumen menemukan barang belanjaan primer dan sekunder dalam
satu tempat, Hypermart didesain dengan suasana hangat, menyenangkan dan
bersahabat. Konsep yang dibawa Hypermart mendapat sambutan positif bagi
pelanggan. Tingkat kunjungan terus meningkat. Hypermart terus dikembangkan.
Dalam empat tahun terakhir telah berdiri 47 gerai. Tahun Hypermart ini bersiap-
siap membuka outletnya yang ke-50.
4.2 Analisis Deskripsi Profil Responden
Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada
konsumen produk private label Hypermart, dengan jumlah responden sebanyak
Universitas Kristen Petra
44
270 orang. Pada analisis ini akan dideskripsikan data hasil penyebaran kuesioner
yang terdiri dari data profil responden dan data jawaban responden.
Berikut ini akan dideskripsikan profil responden penelitian yang meliputi
jenis kelamin, usia, pekerjaan, pengeluaran rata-rata untuk sekali berbelanja di
Hypermart, jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga, frekuensi berbelanja di
Hypermart dalam 1 bulan, kategori produk private label milik Hypermart yang
paling sering dibeli, membeli produk private label milik peritel lain, nama peritel
lain yang produk private label-nya dibeli, produk private label yang sering dibeli
di peritel lain, memperoleh kualitas produk yang lebih tinggi dari harga yang
dibayar untuk produk private label milik Hypermart, serta tingkat kepuasan yang
dirasakan setelah mengkonsumsi produk private label milik Hypermart:
Tabel 4.1 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Pria 98 36.3 Wanita 172 63.7
Total 270 100.0
Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah
wanita. Pada saat penelitian dilakukan sebagian besar pengunjung adalah wanita.
Hal ini kemungkinan disebabkan adanya kebiasaan wanitalah yang berbelanja
untuk keperluan sehari-hari. Produk dari Private Label di Hypermart hampir
seluruhnya adalah produk yang berkaitan dengan keperluan rumah tangga. Wanita
juga bertindak sebagai pengambil keputusan untuk masalah-masalah penting
seperti makanan dan kesehatan, dimana kedua aspek ini merupakan akar dari isu
sosial yang berkaitan dengan kesehatan. Pemberdayaaan konsumen akan lebih
efektif kepada perempuan dibanding laki-laki. Silverstein dan Sayre (2009)
menyatakan bahwa sebanyak 44% perempuan merasa tidak berdaya sehingga
mereka akan mencari produk-produk atau brand-brand yang akan memberdayakan
mereka (dalam Irfan, 2011). Namun hasil studi tren pebelanja yang dilakukan
Nielsen selama Desember 2010 sampai Januari 2011 menunjukkan bahwa kaum
pria mengambil peran sebagai pebelanja makin banyak, meski perempuan tetap
mendominasi peran tersebut (“Tren Lelaki Pembelanja Meningkat”, 2011, Juni)
Universitas Kristen Petra
45
Tabel 4.2 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase (%) 20 – 29 tahun 51 18.9 30 – 39 tahun 115 42.6 40 – 49 tahun 72 26.7 50 – 59 tahun 29 10.7 60 – 69 tahun 2 0.7 ≥ 70 tahun 1 0.4
Total 270 100.0
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa mayoritas responden berusia 30
hingga 39 tahun, dari perhitungan yang didapatkan rata-rata usia responden adalah
38 tahun. Umur memainkan peran yang penting. Menurut survey yang dilakukan
Mediastow.com di Arab Saudi Usia 30-39, pergi terutama untuk belanja bahan
makanan, sedangkan usia 40-49, pergi terutama untuk membawa anak-anak,
sementara mereka tidak pergi untuk minum kopi atau film. Dan untuk usia 50
tahun ke atas dapat dikaitkan dengan generasi yang lebih konservatif.
Tabel 4.3 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Ibu Rumah Tangga 84 31.1 Pegawai Negeri 29 10.7 Pegawai Swasta 44 16.3 Wirausaha 106 39.3 Lainnya 7 2.6
Total 270 100.0
Berikut adalah tabulasi silang (crosstab) antara jenis kelamin dengan
pekerjaan:
Tabel 4.4 Tabulasi Silang (Crosstab) Antara Jenis Kelamin Dengan Pekerjaan
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Total Ibu Rumah Tangga
Pegawai Negeri
Pegawai Swasta Wirausaha Lainnya
Pria F 0 12 18 61 7 98 % Row 0.0 12.2 18.4 62.2 7.1 100.0
Wanita F 84 17 26 45 0 172 % Row 48.8 9.9 15.1 26.2 0.0 100.0
Total F 84 29 44 106 7 270 % Row 31.1 10.7 16.3 39.3 2.6 100.0
Universitas Kristen Petra
46
Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pekerjaan
sebagai wirausaha. Kebanyakan responden adalah wirausaha yang kemungkinan
juga mempunyai toko di dalam mall City of Tomorrow. Namun dalam hal ini
yang paling banyak menjadi responden adalah wanita dan seorang ibu rumah
tangga. Survei yang dilakukan oleh MarkPlus&Co di 14 kota besar di Indonesia
dengan jumlah responden 2.200 rumah tangga menunjukkan hasil yang sangat
menarik, yaitu ibu ternyata menjadi pengambil keputusan dominan untuk
pembelian beragam produk mulai dari peralatan dapur, hingga liburan keluarga.
Itu sebabnya tak salah kalau dikatakan bahwa kaum ibu memang sangat kuat
sebagai pengambil keputusan keluarga (Kaitahu, Rumambi, & Djati, n.d.). Dalam
kategori wanita, yang kedua terbanyak adalah yang berprofesi sebagai wirausaha.
Banyak wanita yang tidak hanya memberikan kontribusi terhadap setengah dari
pendapatan keluarga dan memiliki usaha, tetapi juga berperan sebagai penentu
pembelian dalam rumah tangga (Irfan, 2011).
Tabel 4.5 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Pengeluaran Rata-Rata dalam
sekali Berbelanja di Hypermart
Pengeluaran Rata-Rata Dalam 1 Bulan Untuk
Berbelanja di Hypermart Frekuensi Persentase (%)
≤ Rp. 100.000 30 11.1 Rp. 100.001 - Rp. 300.000 81 30.0 Rp. 300.001 - Rp. 500.000 90 33.3 Rp. 500.001 - Rp. 700.000 26 9.6 > Rp. 700.000 43 15.9
Total 270 100.0
Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pengeluaran
rata-rata untuk berbelanja di Hypermart sebesar 300.001 hingga 500.000 rupiah.
Untuk pengeluaran yang kurang dari 100.000 rupiah kemungkinan besar tidak
membeli semua kebutuhannya di Hypermart, melainkan hanya kebutuhan tertentu,
bisa juga karena hanya membeli salah satu produk private label Hypermart.
Universitas Kristen Petra
47
Tabel 4.6 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Frekuensi Berbelanja
di Hypermart Dalam 1 Bulan
Frekuensi Berbelanja di Hypermart Dalam 1 Bulan Frekuensi Persentase (%)
1 kali 69 25.6 2 - 3 kali 144 53.3 4 - 5 kali 55 20.4 > 5 kali 2 0.7
Total 270 100.0
Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam 1 bulan berbelanja
di Hypermart sebanyak 2 hingga 3 kali.
Tabel 4.7 Crosstab Antara Frekuensi Berbelanja di Hypermart Dalam 1 Bulan
Dengan Pengeluaran Rata-Rata Dalam 1 Bulan Untuk Berbelanja di Hypermart
Frekuensi Berbelanja
Pengeluaran Rata-Rata Total < Rp. 100.000 Rp. 100.001 -
Rp. 300.000 Rp. 300.001 - Rp. 500.000
Rp. 500.001 - Rp. 700.000 > Rp. 700.000
1 kali F 20 22 16 3 8 69 % Row 29.0% 31.9% 23.2% 4.3% 11.6% 100.0%
2 - 3 kali F 6 37 51 19 31 144 % Row 4.2% 25.7% 35.4% 13.2% 21.5% 100.0%
4 - 5 kali F 4 22 23 3 3 55 % Row 7.3% 40.0% 41.8% 5.5% 5.5% 100.0%
> 5 kali F 0 0 0 1 1 2 % Row 0.0% 0.0% 0.0% 50.0% 50.0% 100.0%
Total F 30 81 90 26 43 270 % Row 11.1% 30.0% 33.3% 9.6% 15.9% 100.0%
Tabel 4.7 ini menunjukan bahwa mayoritas responden dengan pengeluaran
Rp 300.001-Rp 500.000 melakukan kunjungan ke Hypermart sebanyak 2-3 kali
dalam satu bulan. Mungkin dengan demikian jumlah dalam sekali transaksi
pembelian yang dilakukan tidak dalam jumlah yang sangat besar, namun dengan
frekwensi belanja yang lebih banyak.
Universitas Kristen Petra
48
Tabel 4.8 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Dalam Rumah Tangga
Jumlah Anggota Keluarga Dalam Rumah Tangga Frekuensi Persentase (%)
1 orang 13 4.8 2 orang 44 16.3 3 orang 91 33.7 4 orang 67 24.8 5 orang 43 15.9 > 5 orang 12 4.4
Total 270 100.0
Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai jumlah
anggota keluarga sebanyak 3 orang. Sejak dicanangkannya program ‘KB’ oleh
pemerintah pada tahun 1970, yang menyarankan memiliki dua anak saja,
membuat pola regenerasi menjadi berubah. Mayoritas keluarga baru setelah tahun
tersebut hanya memiliki dua anak, paling banyak tiga, sangat sedikit sekali yang
memiliki anak lebih dari jumlah tersebut, selain itu juga dikarena biaya hidup
yang semakin tinggi, kebanyakan orang saat ini berpikir untuk tidak mempunyai
banyak anak.
Tabel 4.9 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Kategori Produk Private Label
Milik Hypermart yang Paling Sering Dibeli
Kategori Produk Private Label Milik Hypermart
yang Paling Sering Dibeli Frekuensi Persentase (%)
Bahan-bahan pokok 62 23.0 Makanan dan minuman 61 22.6 Perlengkapan rumah tangga 44 16.3 Toiletries 86 31.9 Lain-lain 17 6.3
Total 270 100.0
Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden sering membeli produk
private label milik Hypermart kategori toiletries, yaitu produk yang mungkin
dianggap konsumen sebagai produk yang tidak memberikan resiko yang terlalu
besar. Kebanyakan produk yang dijual dengan private label merupakan barang
yang memiliki karakteristik faktor risiko pembuatan rendah, mudah diproduksi,
Universitas Kristen Petra
49
loyalitas konsumen rendah, serta barang kebutuhan pokok. Ada sejumlah kategori
produk yang paling banyak dijual dengan menggunakan private label. Kategori
pertama adalah barang yang terbuat dari kertas, seperti tisu dapur, tisu wajah, dan
tisu untuk toilet. Kategori selanjutnya merupakan barang kebutuhan sehari-hari
nonmakanan, seperti kapas, benang pembersih gigi, alat pembersih, hingga plastik
pembungkus makanan. Dan kategori terakhir adalah bahan makanan, yang
meliputi beras, gula, minyak goreng, makanan beku, dan sebagainya (Putranto,
2009).
Tabel 4.10 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan yang melakukan Pembelian
Produk Private Label Milik Peritel Lain
Membeli Produk Private Label Milik Peritel Lain Frekuensi Persentase (%)
Ya 119 44.1 Tidak 151 55.9
Total 270 100.0
Untuk mengetahui loyalitas pelanggan terhadap produk private label
Hypermart, maka responden diberikan pertanyaan mengenai pembelian produk
private label peritel lain. Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak
membeli produk private label milik peritel lain, ini dapat berarti responden puas
dengan produk private label Hypermart sehingga tidak membeli produk private
label peritel lain.
Tabel 4.11 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Nama Peritel Lain
yang Produk Private Label juga dibeli oleh Responden
Nama Peritel Lain yang Produk Private Label-Nya
Dibeli Frekuensi Persentase (%)
Alfamart 15 12.6 Alfamidi 2 1.7 Carrefour 57 47.9 Giant 30 25.2 Indomart 15 12.6
Total 119 100.0
Universitas Kristen Petra
50
Hasil ini menunjukan kalau mayoritas responden pernah membeli produk
private label milik pesaing, yaitu di Carrefour. Hal ini mungkin terjadi karena
konsumen kemungkinan sudah mengenal Carrefour telah terlebih dulu beroperasi
pada tahun 1998 dan memiliki 83 gerai, jika dibandingkan dengan Hypermart
yang baru beroperasi pada tahun 2004 yang baru memiliki sekitar 50 gerai.
Tabel 4.12 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Produk Private Label
Yang juga dibeli dari Peritel Lain
Produk Private Label yang Sering Dibeli
di Peritel Lain Frekuensi Persentase (%)
Bahan-bahan pokok 35 29.4 Makanan dan minuman 13 10.9 Perlengkapan rumah tangga 22 18.5 Toiletries 46 38.7 Lain-lain 3 2.5
Total 119 100.0
Hasil ini juga menunjukan bahwa mayoritas pembelian yang dilakukan oleh
responden yang dilakukan di peritel lain adalah produk toiletries. Produk yang
paling banyak diproduksi di bawah private label peritel.
Tabel 4.13 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Tingkat Perolehan
Kualitas Produk yang Lebih Tinggi Dari Harga yang Dibayar
Untuk Produk Private Label Milik Hypermart
Jawaban Frekuensi Persentase (%) Sangat Tidak Setuju 3 1.1 Tidak Setuju 6 2.2 Netral 149 55.2 Setuju 110 40.7 Sangat Setuju 2 0.7
Total 270 100.0
Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan kualitas
produk yang diperoleh sebanding dengan harga yang dibayarkan untuk produk
private label milik Hypermart, yaitu dimana kualitas yang didapatkan belum lebih
tinggi dari harga yang dibayarkan.
Universitas Kristen Petra
51
Tabel 4.14 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan yang
Dirasakan Setelah Mengkonsumsi Produk Private Label Milik Hypermart
Jawaban Frekuensi Persentase (%) Sangat Tidak Puas 3 1.1 Tidak Puas 12 4.4 Netral 114 42.2 Puas 136 50.4 Sangat Puas 5 1.9
Total 270 100.0
Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden merasa puas setelah
mengkonsumsi produk private label milik Hypermart.
Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang paling
banyak terlibat dalam penelitian ini adalah konsumen Hypermart yang berjenis
kelamin wanita, berusia rata-rata 38 tahun, berprofesi sebagai wirausaha, memiliki
pengeluaran berbelanja di Hypermart sebesar Rp 300.001-Rp500.000, dan
memiliki jumlah anggota keluarga 3 orang.
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas suatu instrument (kuesioner)
mutlak diperlukan agar data yang digunakan dalam mendeskripsikan masing–
masing variabel dan pengujian terhadap hipotesis betul–betul dapat diandalkan
kebenarannya. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan program
SPSS 13.0.
4.3.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kuesioner mengukur
apa yang diinginkan. Untuk mengukur validitas digunakan korelasi product
moment pearson. Jika korelasi product moment pearson antara masing-masing
pertanyaan dengan skor total menghasilkan nilai signifikansi < 0.05 (α=5%), maka
item pertanyaan dinyatakan valid.
Berikut adalah hasil pengujian validitas masing-masing item pertanyaan
pada variabel penelitian:
Universitas Kristen Petra
52
Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas
Variabel Item Nilai Korelasi Signifikansi Keterangan
Keterlibatan 1 0.855 0.000 Valid 2 0.913 0.000 Valid 3 0.744 0.000 Valid
Loyalitas Merek 1 0.838 0.000 Valid 2 0.864 0.000 Valid 3 0.843 0.000 Valid
Persepsi Harga 1 0.683 0.000 Valid 2 0.821 0.000 Valid 3 0.785 0.000 Valid
Persepsi Kualitas 1 0.870 0.000 Valid 2 0.856 0.000 Valid 3 0.793 0.000 Valid
Pengenalan 1 0.819 0.000 Valid 2 0.813 0.000 Valid 3 0.810 0.000 Valid
Persepsi Resiko 1 0.775 0.000 Valid 2 0.776 0.000 Valid 3 0.808 0.000 Valid
Keputusan Pembelian
1 0.671 0.000 Valid 2 0.790 0.000 Valid 3 0.790 0.000 Valid
Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa semua item pertanyaan pada
variabel keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga, persepsi kualitas,
pengenalan, persepsi resiko dan keputusan pembelian menghasilkan nilai
signifikansi korelasi product moment pearson kurang dari 0.05, dengan demikian
item-item pertanyaan yang mengukur variabel penelitian dinyatakan valid.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kuesioner dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk mengukur reliabilitas digunakan nilai
cronbach’s alpha. Jika nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0.6, maka
kuesioner dinyatakan reliabel. Berikut adalah hasil pengujian reliabilitas pada
variabel penelitian:
Universitas Kristen Petra
53
Tabel 4.16 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha
Nilai Kritis Keterangan
Keterlibatan 0.789 0.6 Reliabel Loyalitas Merek 0.804 0.6 Reliabel Persepsi Harga 0.635 0.6 Reliabel Persepsi Kualitas 0.790 0.6 Reliabel Pengenalan 0.745 0.6 Reliabel Persepsi Resiko 0.690 0.6 Reliabel Keputusan Pembelian 0.613 0.6 Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui bahwa variabel keterlibatan, loyalitas
merek, persepsi harga, persepsi kualitas, pengenalan, persepsi resiko dan
keputusan pembelian mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari nilai
kritis 0.6, sehingga kuesioner yang mengukur variabel penelitian dinyatakan
reliabel.
4.4 Deskripsi Jawaban Responden
Pada deskripsi jawaban responden akan dijelaskan jawaban responden pada
masing-masing variabel penelitian. Deskripsi jawaban responden dilakukan
dengan menghitung nilai rata-rata (mean) jawaban responden terhadap masing-
masing pertanyaan dan secara keseluruhan. Untuk mengkategorikan rata-rata
jawaban responden digunakan interval kelas yang dicari dengan rumus sebagai
berikut:
8.0515
KelasJumlahTerendahNilaiTertinggiNilaiKelasInterval =
−=
−=
(4.1)
Dengan interval kelas 0.8 kemudian disusun kriteria rata-rata jawaban
responden yang disajikan pada Tabel di bawah ini:
Tabel 4.17 Kategori Rata-Rata Jawaban Responden
Interval Kategori 4.20 < a =< 5.00 Sangat Tinggi (ST) 3.40 < a =< 4.20 Tinggi (T) 2.60 < a =< 3.40 Sedang (SD) 1.80 < a =< 2.60 Rendah (R) 1.00 < a =< 1.80 Sangat Rendah (SR)
Universitas Kristen Petra
54
4.4.1 Keterlibatan
Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel keterlibatan:
Tabel 4.18 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Keterlibatan
Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Mencari informasi sebelum membeli produk value plus Hypermart 3 21 108 106 32 3.53 T
Membutuhkan waktu untuk memutuskan membeli produk value plus Hypermart 4 10 98 123 35 3.65 T
Selalu membandingkan produk value plus dengan merek lain yang sejenis 5 10 131 101 23 3.47 T
Keterlibatan 3.55 T
Berdasarkan Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden
pada item-item pertanyaan variabel keterlibatan termasuk dalam kategori tinggi
(T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private label di Hypermart mencari
informasi sebelum membeli produk value plus Hypermart dan membutuhkan
waktu untuk memutuskan membeli produk value plus Hypermart. Selain itu rata-
rata konsumen produk private label di Hypermart juga membandingkan produk
value plus dengan merek lain yang sejenis. Secara keseluruhan diketahui bahwa
tingkat keterlibatan konsumen produk private label di Hypermart tergolong tinggi,
hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban responden pada variabel
keterlibatan sebesar 3.55.
4.4.2 Loyalitas Merek
Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel loyalitas merek:
Tabel 4.19 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Loyalitas Merek
Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Akan membatalkan membeli produk merek lain jika terdapat produk value plus Hypermart
10 30 121 95 14 3.27 SD
Akan selalu membeli ulang produk value plus Hypermart 5 30 126 94 15 3.31 SD
Akan merekomendasikan produk value plus Hypermart ke orang lain 5 28 113 100 24 3.41 T
Loyalitas Merek 3.33 SD
Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden
pada item-item pertanyaan variabel loyalitas merek termasuk dalam kategori
sedang (SD) dan tinggi (T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private
Universitas Kristen Petra
55
label di Hypermart hanya kadang-kadang saja membatalkan membeli produk
merek lain jika terdapat produk value plus Hypermart, rata-rata konsumen produk
private label di Hypermart juga kadang-kadang saja membeli ulang produk value
plus Hypermart. Akan tetapi rata-rata konsumen produk private label di
Hypermart merekomendasikan produk value plus Hypermart ke orang lain. Secara
keseluruhan diketahui bahwa tingkat loyalitas merek konsumen produk private
label di Hypermart tergolong sedang, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata
jawaban responden pada variabel loyalitas merek sebesar 3.33.
4.4.3 Persepsi Harga
Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel persepsi harga:
Tabel 4.20 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Persepsi Harga
Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Produk value plus Hypermart sesuai dengan kualitas produk 3 18 116 111 22 3.49 T
Yakin produk value plus Hypermart memberikan harga yang sesuai/tidak berlebihan
0 12 128 108 22 3.52 T
Produk value plus Hypermart sering memberikan potongan harga 0 3 113 107 47 3.73 T
Persepsi Harga 3.58 T
Berdasarkan Tabel 4.20 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden
pada item-item pertanyaan variabel persepsi harga termasuk dalam kategori tinggi
(T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private label di Hypermart
menyatakan produk value plus Hypermart sesuai dengan kualitas produk, rata-rata
konsumen produk private label di Hypermart juga yakin produk value plus
Hypermart memberikan harga yang sesuai atau tidak berlebihan. Selain itu rata-
rata konsumen produk private label di Hypermart menyatakan produk value plus
Hypermart sering memberikan potongan harga. Secara keseluruhan diketahui
bahwa tingkat persepsi konsumen produk private label di Hypermart terhadap
harga produk private label milik Hypermart tergolong tinggi, dengan kata lain
konsumen produk private label di Hypermart memiliki persepsi yang baik
mengenai harga produk private label milik Hypermart, hal ini ditunjukkan dengan
nilai rata-rata jawaban responden pada variabel persepsi harga sebesar 3.58.
Universitas Kristen Petra
56
4.4.4 Persepsi Kualitas
Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel persepsi kualitas:
Tabel 4.21 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Persepsi Kualitas
Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Fungsi produk value plus Hypermart sesuai harapan 1 9 120 131 9 3.51 T
Tamplian fisik produk value plus Hypermart dapat menunjukkan kualitas produk
1 11 109 138 11 3.54 T
Produk value plus Hypermart konsisten dengan apa yang dispesifikasikan 0 10 130 116 14 3.50 T
Persepsi Kualitas 3.52 T
Berdasarkan Tabel 4.21 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden
pada item-item pertanyaan variabel persepsi kualitas termasuk dalam kategori
tinggi (T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private label di Hypermart
menyatakan fungsi produk value plus Hypermart sesuai harapan, rata-rata
konsumen produk private label di Hypermart juga menyatakan tamplian fisik
produk value plus Hypermart dapat menunjukkan kualitas produk. Selain itu rata-
rata konsumen produk private label di Hypermart menyatakan produk value plus
Hypermart konsisten dengan apa yang dispesifikasikan. Secara keseluruhan
diketahui bahwa tingkat persepsi konsumen produk private label di Hypermart
terhadap kualitas produk private label milik Hypermart tergolong tinggi, dengan
kata lain konsumen produk private label di Hypermart memiliki persepsi yang
baik mengenai kualitas produk private label milik Hypermart, hal ini ditunjukkan
dengan nilai rata-rata jawaban responden pada variabel persepsi kualitas sebesar
3.52.
Universitas Kristen Petra
57
4.4.5 Pengenalan
Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel pengenalan:
Tabel 4.22 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Pengenalan
Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Mengetahui kategori produk value plus Hypermart 2 12 122 120 14 3.49 T
Selalu mengetahui harga produk value plus Hypermart sesuai spesifikasi 3 9 131 112 15 3.47 T
Mengenal dengan baik produk value plus dari logo yang terdapat pada produk 3 7 113 123 24 3.59 T
Pengenalan 3.52 T
Berdasarkan Tabel 4.22 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden
pada item-item pertanyaan variabel pengenalan termasuk dalam kategori tinggi
(T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private label di Hypermart
mengetahui kategori produk value plus Hypermart, rata-rata konsumen produk
private label di Hypermart juga mengetahui harga produk value plus Hypermart
sesuai spesifikasi. Selain itu rata-rata konsumen produk private label di
Hypermart mengenal dengan baik produk value plus dari logo yang terdapat pada
produk. Secara keseluruhan diketahui bahwa tingkat pengenalan konsumen
produk private label di Hypermart terhadap produk private label milik Hypermart
tergolong tinggi, dengan kata lain konsumen produk private label di Hypermart
memiliki pengenalan yang baik terhadap produk private label milik Hypermart,
hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban responden pada variabel
pengenalan sebesar 3.52.
4.4.6 Persepsi Resiko
Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel persepsi resiko:
Tabel 4.23 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Persepsi Resiko
Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Merasa tidak dirugikan dengan membeli produk value plus Hypermart 0 10 127 120 13 3.50 T
Tidak merasa membuang waktu ke toko untuk membeli produk value plus Hypermart
4 9 106 133 18 3.56 T
Begitu yakin dengan kinerja produk value plus Hypermart 2 6 133 103 26 3.54 T
Persepsi Resiko 3.53 T
Universitas Kristen Petra
58
Berdasarkan Tabel 4.23 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden
pada item-item pertanyaan variabel persepsi resiko termasuk dalam kategori tinggi
(T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private label di Hypermart merasa
tidak dirugikan dengan membeli produk value plus Hypermart, rata-rata
konsumen produk private label di Hypermart juga tidak merasa membuang waktu
ke toko untuk membeli produk value plus Hypermart. Selain itu rata-rata
konsumen produk private label di Hypermart yakin dengan kinerja produk value
plus Hypermart. Secara keseluruhan diketahui bahwa tingkat persepsi konsumen
produk private label di Hypermart terhadap resiko produk private label milik
Hypermart tergolong tinggi, dengan kata lain konsumen produk private label di
Hypermart memiliki persepsi yang baik mengenai resiko produk private label
milik Hypermart, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban responden
pada variabel persepsi resiko sebesar 3.53.
4.4.7 Keputusan Pembelian
Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel keputusan
pembelian:
Tabel 4.24 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Keputusan Pembelian
Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Membeli produk value plus Hypermart sesuai dengan yang dibutuhkan 0 4 113 130 23 3.64 T
Membeli produk value plus Hypermart lebih dari yang dibutuhkan untuk persediaan
3 12 138 96 21 3.44 T
Selalu membeli produk value plus Hypermart karena tidak akan mendapatkan produk tersebut di tempat lain
6 12 97 116 39 3.63 T
Keputusan Pembelian 3.57 T
Berdasarkan Tabel 4.24 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden
pada item-item pertanyaan variabel keputusan pembelian termasuk dalam kategori
tinggi (T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private label di Hypermart
membeli produk value plus Hypermart sesuai dengan yang dibutuhkan, rata-rata
konsumen produk private label di Hypermart juga membeli produk value plus
Hypermart lebih dari yang dibutuhkan untuk persediaan. Hal ini dapat disebabkan
karena untuk produk-produk tertentu, tidak dapat disimpan terlalu lama untuk
Universitas Kristen Petra
59
persediaan karena mungkin akan mengalami kerusakan, sedangkan produk yang
lainnya dibeli untuk persediaan karena produk tidak mudah rusak jika disimpan
dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain itu rata-rata konsumen produk
private label di Hypermart membeli produk value plus Hypermart karena tidak
akan mendapatkan produk tersebut di tempat lain. Secara keseluruhan diketahui
bahwa tingkat keputusan pembelian konsumen produk private label di Hypermart
tergolong tinggi, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban responden
pada variabel keputusan pembelian sebesar 3.57.
4.5 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor
keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga, persepsi kualitas, pengenalan dan
persepsi resiko terhadap keputusan pembelian produk private label di Hypermart.
Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS 13.0.
4.5.1 Persamaan Regresi
Regresi antara keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga, persepsi
kualitas, pengenalan dan persepsi resiko terhadap keputusan pembelian produk
private label di Hypermart menghasilkan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 0.333 + 0.004 X1 + 0.147 X2 + 0.104 X3 + 0.143 X4 + 0.179 X5 + 0.348 X6
Penjelasan masing-masing koefisien regresi adalah sebagai berikut:
a = Konstanta = 0.333
Menunjukkan besarnya keputusan pembelian produk private label
di Hypermart. Artinya apabila keterlibatan, loyalitas merek,
persepsi harga, persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko
sama dengan nol (tidak memberikan pengaruh), maka keputusan
pembelian produk private label di Hypermart adalah sebesar 0.333.
b1 = Koefisien regresi untuk keterlibatan (X1) = 0.004
Nilai koefisien regresi keterlibatan bernilai positif. Jadi apabila
keterlibatan konsumen produk private label semakin tinggi, maka
keputusan pembelian terhadap produk private label di Hypermart
semakin tinggi pula.
Universitas Kristen Petra
60
b2 = Koefisien regresi untuk loyalitas merek (X2) = 0.147
Nilai koefisien regresi loyalitas merek bernilai positif. Jadi apabila
loyalitas konsumen produk private label semakin tinggi, maka
keputusan pembelian terhadap produk private label di Hypermart
semakin tinggi pula.
b3 = Koefisien regresi untuk persepsi harga (X3) = 0.104
Nilai koefisien regresi persepsi harga bernilai positif. Jadi apabila
persepsi harga konsumen produk private label semakin tinggi,
maka keputusan pembelian terhadap produk private label di
Hypermart semakin tinggi pula.
b4 = Koefisien regresi untuk persepsi kualitas (X4) = 0.143
Nilai koefisien regresi persepsi kualitas bernilai positif. Jadi apabila
persepsi kualitas konsumen produk private label semakin tinggi,
maka keputusan pembelian terhadap produk private label di
Hypermart semakin tinggi pula.
b5 = Koefisien regresi untuk pengenalan (X5) = 0.179
Nilai koefisien regresi pengenalan bernilai positif. Jadi apabila
pengenalan konsumen produk private label semakin tinggi, maka
keputusan pembelian terhadap produk private label di Hypermart
semakin tinggi pula.
b6 = Koefisien regresi untuk persepsi resiko (X6) = 0.348
Nilai koefisien regresi persepsi resiko bernilai positif. Jadi apabila
persepsi resiko konsumen yang negatif terhadap produk private
label semakin tinggi, maka keputusan pembelian terhadap produk
private label di Hypermart semakin tinggi pula.
4.5.2 Nilai R dan R Square
Berikut adalah nilai R (korelasi berganda) dan nilai R Square (koefisien
determinasi berganda) yang dihasilkan dari model regresi:
Tabel 4.25 Nilai R dan R Square
R R Square 0.714 0.509
Universitas Kristen Petra
61
Berdasarkan Tabel 4.25 diketahui bahwa nilai R yang diperoleh sebesar
0.714 menunjukkan bahwa hubungan faktor keterlibatan, loyalitas merek, persepsi
harga, persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko dengan keputusan
pembelian produk private label di Hypermart tergolong kuat.
Nilai R Square yang diperoleh sebesar 0.509, menunjukkan bahwa
kemampuan faktor keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga, persepsi kualitas,
pengenalan dan persepsi resiko dalam menjelaskan variasi perubahan keputusan
pembelian produk private label di Hypermart adalah sebesar 50.9% dan sisanya
49.1% dijelaskan oleh faktor lain. Dengan kata lain, keputusan pembelian produk
private label di Hypermart dipengaruhi oleh faktor keterlibatan, loyalitas merek,
persepsi harga, persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko sebesar 50.9%
dan sisanya 49.1% dipengaruhi oleh faktor lain selain keterlibatan, loyalitas
merek, persepsi harga, persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko. Menurut
Burton et al (1998) hal ini memberikan sebuah pertanyaan menarik bagi manajer
pemasaran adalah apakah ada perbedaan signifikan dalam kecenderungan
konsumen terhadap pembelian produk privae label akibat faktor demografi yang
berbeda (dalam Chen, 2005). Karena faktor-faktor demografi memiliki hubungan
yang signifikan dengan karakteristik psikografis dan karena itu berguna dalam
segmentasi pasar, targeting dan komunikasi (Ailawadi et al., 2001). Dengan
meninjau beberapa faktor demografis termasuk usia, pendapatan rumah tangga
tahunan, pendidikan, gender dan ukuran rumah tangga (dalam Chen, 2005).
4.5.3 Uji Hipotesis Pengaruh Simultan (Uji F)
Untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap
variabel terikat digunakan uji F. Dengan ketentuan jika F hitung > F tabel
dan nilai signifikansi < 0.05 (α=5%), maka variabel bebas secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Hasil uji F antara faktor keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga,
persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko terhadap keputusan pembelian
produk private label di Hypermart adalah sebagai berikut:
Universitas Kristen Petra
62
Tabel 4.26 Hasil Uji F
Model Sum of Squares df Mean
Square F hitung Sig.
Regression Residual Total
44.832 43.174 88.006
6 263 269
7.472 0.164
45.516 0.000
Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai F hitung = 45.516 > F tabel 2.133
(df1=6, df2=263, α=0.05) dan nilai signifikansi = 0.000 < 0.05, maka disimpulkan
bahwa faktor keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga, persepsi kualitas,
pengenalan dan persepsi resiko secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian produk private label di Hypermart. Hal ini berarti
peningkatan keterlibatan, loyalitas merek, pengenalan, persepsi harga, persepsi
kualitas dan persepsi resiko secara bersama-sama akan meningkatkan keputusan
pembelian produk private label di Hypermart.
4.5.4 Uji Hipotesis Pengaruh Parsial (Uji t)
Untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel
terikat digunakan uji t. Dengan ketentuan jika t hitung > t tabel dan nilai
signifikansi < 0.05 (α=5%), maka variabel bebas secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat.
Hasil uji t antara faktor keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga,
persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko terhadap keputusan pembelian
produk private label di Hypermart adalah sebagai berikut:
Tabel 4.27 Hasil Uji t
Variabel Bebas B Std. Error Beta t hitung Sig. Keterangan
Keterlibatan 0.004 0.039 0.005 0.111 0.912 tidak signifikan Loyalitas Merek 0.147 0.040 0.184 3.669 0.000 signifikan Persepsi Harga 0.104 0.049 0.104 2.102 0.037 signifikan Persepsi Kualitas 0.143 0.056 0.137 2.557 0.011 signifikan Pengenalan 0.179 0.056 0.182 3.211 0.001 signifikan Persepsi Resiko 0.348 0.060 0.337 5.811 0.000 signifikan
Universitas Kristen Petra
63
4.6 Uji Pengujian Hipotesis
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan diatas maka dapat diketahui
sebagai berikut:
1. Hasil uji t antara keterlibatan terhadap keputusan pembelian, menghasilkan
nilai t hitung = 0.111< t tabel 1.969 (df=263, α/2=0.025) dan nilai
signifikansi = 0.912 > 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa faktor keterlibatan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian produk private label di Hypermart. Koefisien regresi keterlibatan
sebesar 0.004 menunjukkan bahwa keterlibatan mempunyai arah pengaruh
positif terhadap keputusan pembelian produk private label di Hypermart,
akan tetapi pengaruh positif tersebut tidak signifikan. Hal ini berarti apabila
tingkat keterlibatan konsumen semakin tinggi, bisa meningkatkan keputusan
pembelian produk private label di Hypermart, akan tetapi peningkatannya
tidak nyata. Berdasarkan hasil ini hipotesis pertama penelitian yang
menduga bahwa keterlibatan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian produk private label, ditolak.
2. Hasil uji t antara loyalitas merek terhadap keputusan pembelian,
menghasilkan nilai t hitung = 3.669 > t tabel 1.969 (df=263, α/2=0.025)
dan nilai signifikansi = 0.000 < 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa faktor loyalitas merek berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian produk private label di Hypermart. Koefisien regresi
loyalitas merek sebesar 0.147 menunjukkan bahwa loyalitas merek
mempunyai arah pengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk
private label di Hypermart, dimana pengaruh positif tersebut signifikan. Hal
ini berarti apabila tingkat loyalitas merek konsumen semakin tinggi, akan
meningkatkan keputusan pembelian produk private label di Hypermart
secara nyata. Berdasarkan hasil ini hipotesis kedua penelitian yang menduga
bahwa loyalitas merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian produk private label, diterima.
3. Hasil uji t antara persepsi harga terhadap keputusan pembelian,
menghasilkan nilai t hitung = 2.102 > t tabel 1.969 (df=263, α/2=0.025)
dan nilai signifikansi = 0.037 < 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat
Universitas Kristen Petra
64
disimpulkan bahwa faktor persepsi harga berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian produk private label di Hypermart. Koefisien regresi
persepsi harga sebesar 0.104 menunjukkan bahwa persepsi harga
mempunyai arah pengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk
private label di Hypermart, dimana pengaruh positif tersebut signifikan. Hal
ini berarti apabila konsumen memiliki persepsi harga yang semakin baik,
akan meningkatkan keputusan pembelian produk private label di Hypermart
secara nyata. Berdasarkan hasil ini hipotesis ketiga penelitian yang menduga
bahwa persepsi harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk private label, diterima.
4. Hasil uji t antara persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian,
menghasilkan nilai t hitung = 2.557 > t tabel 1.969 (df=263, α/2=0.025)
dan nilai signifikansi = 0.011 < 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa faktor persepsi kualitas berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian produk private label di Hypermart. Koefisien regresi
persepsi kualitas sebesar 0.143 menunjukkan bahwa persepsi kualitas
mempunyai arah pengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk
private label di Hypermart, dimana pengaruh positif tersebut signifikan. Hal
ini berarti apabila konsumen memiliki persepsi kualitas yang semakin baik,
akan meningkatkan keputusan pembelian produk private label di Hypermart
secara nyata. Berdasarkan hasil ini hipotesis keempat penelitian yang
menduga bahwa persepsi kualitas berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian produk private label, diterima.
5. Hasil uji t antara pengenalan terhadap keputusan pembelian, menghasilkan
nilai t hitung = 3.211 > t tabel 1.969 (df=263, α/2=0.025) dan nilai
signifikansi = 0.001 < 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa faktor pengenalan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian produk private label di Hypermart. Koefisien regresi pengenalan
sebesar 0.179 menunjukkan bahwa pengenalan mempunyai arah pengaruh
positif terhadap keputusan pembelian produk private label di Hypermart,
dimana pengaruh positif tersebut signifikan. Hal ini berarti apabila
konsumen memiliki pengenalan yang semakin baik, akan meningkatkan
Universitas Kristen Petra
65
keputusan pembelian produk private label di Hypermart secara nyata.
Berdasarkan hasil ini hipotesis kelima penelitian yang menduga bahwa
pengenalan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk
private label, diterima.
6. Hasil uji t antara persepsi resiko terhadap keputusan pembelian,
menghasilkan nilai t hitung = 5.811 > t tabel 1.969 (df=263, α/2=0.025)
dan nilai signifikansi = 0.000 < 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa faktor persepsi resiko berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian produk private label di Hypermart. Koefisien regresi
persepsi resiko sebesar 0.348 menunjukkan bahwa persepsi resiko
mempunyai arah pengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk
private label di Hypermart, dimana pengaruh positif tersebut signifikan. Hal
ini berarti apabila konsumen memiliki persepsi resiko yang semakin baik,
akan meningkatkan keputusan pembelian produk private label di Hypermart
secara nyata. Berdasarkan hasil ini hipotesis keenam penelitian yang
menduga bahwa persepsi resiko berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian produk private label, diterima.
Dilihat dari nilai Beta, di antara faktor loyalitas merek, persepsi harga,
persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko yang mempunyai pengaruh
dominan terhadap keputusan pembelian produk private label di Hypermart adalah
persepsi resiko, karena variabel tersebut memiliki nilai B terbesar yaitu 0.348.