4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004,...

24
42 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya untuk menunjukkan kepada publik: Inilah peritel asli Indonesia yang lahir dari Bumi Pertiwi dan mampu bersaing dengan peritel asing. Kini, di usianya yang ke-7 Hypermart ingin menunjukkan bahwa keinginannya menjadi No.1 Multi Format Food Retail di Indonesia bukanlah sebuah mimpi semata. Di usia yang masih muda, Hypermart menjadi hypermarket pertama yang berhasil membuka gerai ke-50 di Indonesia. Ide besar itu berawal dari toko kecil bernama Mickey Mouse, lebih dari 50 tahun silam. Dari Matahari, telah lahir pula Hypermart, hypermarket yang juga lahir dari bumi Indonesia. Tahun ini Hypermart bersiap-siap membuka tokonya yang ke-50. Momentum ini sekaligus menjadi refleksi perjalanan Hypermart di Indonesia: Lahir dengan nama Mickey Mouse dan besar dengan nama Matahari. Matahari berdiri di bawah bendera PT. Matahari Putra Prima Tbk. Mulai beroperasi sejak 24 Oktober 1958. Toko pertamanya bernama Mickey Mouse, yang didirikan Hari Darmawan. Toko ini menempati gedung dua lantai seluas sekitar 150 meter persegi di Pasar Baru, Jakarta. Inilah perusahaan ritel asli pertama di Indonesia. Pada tahun 1972, Matahari berhasil menjadi pelopor konsep toko serba ada (toserba) di Indonesia. Ekspansi bisnis Matahari yang pertama ditandai dengan mengoperasikan supermarket Super Bazaar pada 14 Juli 1991. Pada tahun 2000, Super Bazaar berganti nama menjadi Matahari Supermarket. Pada tahun 2002, Matahari memisahkan bisnis inti menjadi bisnis independen demi kemajuan perusahaan dengan mengembangkan bisnis perusahaan baru seperti Matahari Supermarket. Sebagai perusahaan retail pertama asli dari Indonesia, PT. Matahari Putra Prima Tbk tak ingin visinya menciptakan suasana belanja yang nyaman dan lengkap hanya sebatas impian. Didukung tenaga profesional di bidangnya yang

Transcript of 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004,...

Page 1: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

42

4. PEMBAHASAN

4.1 Profil Perusahaan

Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir

sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya untuk menunjukkan

kepada publik: Inilah peritel asli Indonesia yang lahir dari Bumi Pertiwi dan

mampu bersaing dengan peritel asing.

Kini, di usianya yang ke-7 Hypermart ingin menunjukkan bahwa

keinginannya menjadi No.1 Multi Format Food Retail di Indonesia bukanlah

sebuah mimpi semata. Di usia yang masih muda, Hypermart menjadi hypermarket

pertama yang berhasil membuka gerai ke-50 di Indonesia.

Ide besar itu berawal dari toko kecil bernama Mickey Mouse, lebih dari 50

tahun silam. Dari Matahari, telah lahir pula Hypermart, hypermarket yang juga

lahir dari bumi Indonesia.

Tahun ini Hypermart bersiap-siap membuka tokonya yang ke-50.

Momentum ini sekaligus menjadi refleksi perjalanan Hypermart di Indonesia:

Lahir dengan nama Mickey Mouse dan besar dengan nama Matahari. Matahari

berdiri di bawah bendera PT. Matahari Putra Prima Tbk. Mulai beroperasi sejak

24 Oktober 1958. Toko pertamanya bernama Mickey Mouse, yang didirikan Hari

Darmawan. Toko ini menempati gedung dua lantai seluas sekitar 150 meter

persegi di Pasar Baru, Jakarta. Inilah perusahaan ritel asli pertama di Indonesia.

Pada tahun 1972, Matahari berhasil menjadi pelopor konsep toko serba ada

(toserba) di Indonesia.

Ekspansi bisnis Matahari yang pertama ditandai dengan mengoperasikan

supermarket Super Bazaar pada 14 Juli 1991. Pada tahun 2000, Super Bazaar

berganti nama menjadi Matahari Supermarket. Pada tahun 2002, Matahari

memisahkan bisnis inti menjadi bisnis independen demi kemajuan perusahaan

dengan mengembangkan bisnis perusahaan baru seperti Matahari Supermarket.

Sebagai perusahaan retail pertama asli dari Indonesia, PT. Matahari Putra

Prima Tbk tak ingin visinya menciptakan suasana belanja yang nyaman dan

lengkap hanya sebatas impian. Didukung tenaga profesional di bidangnya yang

Page 2: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

43

berpayung pada visi dan misi yang sama, Matahari memperluas cakupan bisnisnya

kepada pengoperasian supermarket yang dikibarkan dengan bendera Super Bazaar

pada tahun 1991. Lokasi pertamanya bertempat di Pasar Baru 14.

Dengan mengusung konsep belanja “Muraaah Banget” berbalut suasana

yang nyaman, Hypermart sukses berekspansi di hampir seluruh wilayah

Indonesia.

Kebutuhan konsumen dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari semakin

membesar. Supermarket saja tak cukup. Perlu didirikan hypermarket, sebuah

konsep belanja dengan koleksi barang yang jauh lebih lengkap. Matahari

memandang bahwa Market place bisa ditingkatkan dari supermarket menjadi

hypermarket. Tahun 2004 menjadi sebuah awal bagi inovasi Matahari yang

diimplementasikan melalui pembukaan gerai Hypermart yang pertama di WTC

Serpong, hypermarket Matahari pertama, yang dioperasikan 22 April 2004.

Pertumbuhan pasar modern dan tingkat persaingan yang tinggi dalam

beberapa kurun waktu terakhir ini juga memaksa Hypermart menanggapi ketatnya

persaingan dengan menerapkan strategi private label, dengan mengembangkan

produk mereka sendiri, yang dikenal baik dengan Value Plus. Produk yang

menggunakan merek ini terdapat dalam berbagai kategori, mulai dari bahan

pokok, makanan beku, perlengkapan rumah tangga, barang-barang plastik,

toiletries, hingga popok bayi.

Kini Hypermart memiliki tantangan untuk mewujudkan visinya menjadi

pemimpin pasar hypermarket pada tahun 2014. Dengan konsep baru yang

memudahkan konsumen menemukan barang belanjaan primer dan sekunder dalam

satu tempat, Hypermart didesain dengan suasana hangat, menyenangkan dan

bersahabat. Konsep yang dibawa Hypermart mendapat sambutan positif bagi

pelanggan. Tingkat kunjungan terus meningkat. Hypermart terus dikembangkan.

Dalam empat tahun terakhir telah berdiri 47 gerai. Tahun Hypermart ini bersiap-

siap membuka outletnya yang ke-50.

4.2 Analisis Deskripsi Profil Responden

Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada

konsumen produk private label Hypermart, dengan jumlah responden sebanyak

Page 3: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

44

270 orang. Pada analisis ini akan dideskripsikan data hasil penyebaran kuesioner

yang terdiri dari data profil responden dan data jawaban responden.

Berikut ini akan dideskripsikan profil responden penelitian yang meliputi

jenis kelamin, usia, pekerjaan, pengeluaran rata-rata untuk sekali berbelanja di

Hypermart, jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga, frekuensi berbelanja di

Hypermart dalam 1 bulan, kategori produk private label milik Hypermart yang

paling sering dibeli, membeli produk private label milik peritel lain, nama peritel

lain yang produk private label-nya dibeli, produk private label yang sering dibeli

di peritel lain, memperoleh kualitas produk yang lebih tinggi dari harga yang

dibayar untuk produk private label milik Hypermart, serta tingkat kepuasan yang

dirasakan setelah mengkonsumsi produk private label milik Hypermart:

Tabel 4.1 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Pria 98 36.3 Wanita 172 63.7

Total 270 100.0

Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah

wanita. Pada saat penelitian dilakukan sebagian besar pengunjung adalah wanita.

Hal ini kemungkinan disebabkan adanya kebiasaan wanitalah yang berbelanja

untuk keperluan sehari-hari. Produk dari Private Label di Hypermart hampir

seluruhnya adalah produk yang berkaitan dengan keperluan rumah tangga. Wanita

juga bertindak sebagai pengambil keputusan untuk masalah-masalah penting

seperti makanan dan kesehatan, dimana kedua aspek ini merupakan akar dari isu

sosial yang berkaitan dengan kesehatan. Pemberdayaaan konsumen akan lebih

efektif kepada perempuan dibanding laki-laki. Silverstein dan Sayre (2009)

menyatakan bahwa sebanyak 44% perempuan merasa tidak berdaya sehingga

mereka akan mencari produk-produk atau brand-brand yang akan memberdayakan

mereka (dalam Irfan, 2011). Namun hasil studi tren pebelanja yang dilakukan

Nielsen selama Desember 2010 sampai Januari 2011 menunjukkan bahwa kaum

pria mengambil peran sebagai pebelanja makin banyak, meski perempuan tetap

mendominasi peran tersebut (“Tren Lelaki Pembelanja Meningkat”, 2011, Juni)

Page 4: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

45

Tabel 4.2 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase (%) 20 – 29 tahun 51 18.9 30 – 39 tahun 115 42.6 40 – 49 tahun 72 26.7 50 – 59 tahun 29 10.7 60 – 69 tahun 2 0.7 ≥ 70 tahun 1 0.4

Total 270 100.0

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa mayoritas responden berusia 30

hingga 39 tahun, dari perhitungan yang didapatkan rata-rata usia responden adalah

38 tahun. Umur memainkan peran yang penting. Menurut survey yang dilakukan

Mediastow.com di Arab Saudi Usia 30-39, pergi terutama untuk belanja bahan

makanan, sedangkan usia 40-49, pergi terutama untuk membawa anak-anak,

sementara mereka tidak pergi untuk minum kopi atau film. Dan untuk usia 50

tahun ke atas dapat dikaitkan dengan generasi yang lebih konservatif.

Tabel 4.3 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Ibu Rumah Tangga 84 31.1 Pegawai Negeri 29 10.7 Pegawai Swasta 44 16.3 Wirausaha 106 39.3 Lainnya 7 2.6

Total 270 100.0

Berikut adalah tabulasi silang (crosstab) antara jenis kelamin dengan

pekerjaan:

Tabel 4.4 Tabulasi Silang (Crosstab) Antara Jenis Kelamin Dengan Pekerjaan

Jenis Kelamin

Pekerjaan

Total Ibu Rumah Tangga

Pegawai Negeri

Pegawai Swasta Wirausaha Lainnya

Pria F 0 12 18 61 7 98 % Row 0.0 12.2 18.4 62.2 7.1 100.0

Wanita F 84 17 26 45 0 172 % Row 48.8 9.9 15.1 26.2 0.0 100.0

Total F 84 29 44 106 7 270 % Row 31.1 10.7 16.3 39.3 2.6 100.0

Page 5: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

46

Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pekerjaan

sebagai wirausaha. Kebanyakan responden adalah wirausaha yang kemungkinan

juga mempunyai toko di dalam mall City of Tomorrow. Namun dalam hal ini

yang paling banyak menjadi responden adalah wanita dan seorang ibu rumah

tangga. Survei yang dilakukan oleh MarkPlus&Co di 14 kota besar di Indonesia

dengan jumlah responden 2.200 rumah tangga menunjukkan hasil yang sangat

menarik, yaitu ibu ternyata menjadi pengambil keputusan dominan untuk

pembelian beragam produk mulai dari peralatan dapur, hingga liburan keluarga.

Itu sebabnya tak salah kalau dikatakan bahwa kaum ibu memang sangat kuat

sebagai pengambil keputusan keluarga (Kaitahu, Rumambi, & Djati, n.d.). Dalam

kategori wanita, yang kedua terbanyak adalah yang berprofesi sebagai wirausaha.

Banyak wanita yang tidak hanya memberikan kontribusi terhadap setengah dari

pendapatan keluarga dan memiliki usaha, tetapi juga berperan sebagai penentu

pembelian dalam rumah tangga (Irfan, 2011).

Tabel 4.5 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Pengeluaran Rata-Rata dalam

sekali Berbelanja di Hypermart

Pengeluaran Rata-Rata Dalam 1 Bulan Untuk

Berbelanja di Hypermart Frekuensi Persentase (%)

≤ Rp. 100.000 30 11.1 Rp. 100.001 - Rp. 300.000 81 30.0 Rp. 300.001 - Rp. 500.000 90 33.3 Rp. 500.001 - Rp. 700.000 26 9.6 > Rp. 700.000 43 15.9

Total 270 100.0

Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pengeluaran

rata-rata untuk berbelanja di Hypermart sebesar 300.001 hingga 500.000 rupiah.

Untuk pengeluaran yang kurang dari 100.000 rupiah kemungkinan besar tidak

membeli semua kebutuhannya di Hypermart, melainkan hanya kebutuhan tertentu,

bisa juga karena hanya membeli salah satu produk private label Hypermart.

Page 6: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

47

Tabel 4.6 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Frekuensi Berbelanja

di Hypermart Dalam 1 Bulan

Frekuensi Berbelanja di Hypermart Dalam 1 Bulan Frekuensi Persentase (%)

1 kali 69 25.6 2 - 3 kali 144 53.3 4 - 5 kali 55 20.4 > 5 kali 2 0.7

Total 270 100.0

Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam 1 bulan berbelanja

di Hypermart sebanyak 2 hingga 3 kali.

Tabel 4.7 Crosstab Antara Frekuensi Berbelanja di Hypermart Dalam 1 Bulan

Dengan Pengeluaran Rata-Rata Dalam 1 Bulan Untuk Berbelanja di Hypermart

Frekuensi Berbelanja

Pengeluaran Rata-Rata Total < Rp. 100.000 Rp. 100.001 -

Rp. 300.000 Rp. 300.001 - Rp. 500.000

Rp. 500.001 - Rp. 700.000 > Rp. 700.000

1 kali F 20 22 16 3 8 69 % Row 29.0% 31.9% 23.2% 4.3% 11.6% 100.0%

2 - 3 kali F 6 37 51 19 31 144 % Row 4.2% 25.7% 35.4% 13.2% 21.5% 100.0%

4 - 5 kali F 4 22 23 3 3 55 % Row 7.3% 40.0% 41.8% 5.5% 5.5% 100.0%

> 5 kali F 0 0 0 1 1 2 % Row 0.0% 0.0% 0.0% 50.0% 50.0% 100.0%

Total F 30 81 90 26 43 270 % Row 11.1% 30.0% 33.3% 9.6% 15.9% 100.0%

Tabel 4.7 ini menunjukan bahwa mayoritas responden dengan pengeluaran

Rp 300.001-Rp 500.000 melakukan kunjungan ke Hypermart sebanyak 2-3 kali

dalam satu bulan. Mungkin dengan demikian jumlah dalam sekali transaksi

pembelian yang dilakukan tidak dalam jumlah yang sangat besar, namun dengan

frekwensi belanja yang lebih banyak.

Page 7: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

48

Tabel 4.8 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Dalam Rumah Tangga

Jumlah Anggota Keluarga Dalam Rumah Tangga Frekuensi Persentase (%)

1 orang 13 4.8 2 orang 44 16.3 3 orang 91 33.7 4 orang 67 24.8 5 orang 43 15.9 > 5 orang 12 4.4

Total 270 100.0

Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai jumlah

anggota keluarga sebanyak 3 orang. Sejak dicanangkannya program ‘KB’ oleh

pemerintah pada tahun 1970, yang menyarankan memiliki dua anak saja,

membuat pola regenerasi menjadi berubah. Mayoritas keluarga baru setelah tahun

tersebut hanya memiliki dua anak, paling banyak tiga, sangat sedikit sekali yang

memiliki anak lebih dari jumlah tersebut, selain itu juga dikarena biaya hidup

yang semakin tinggi, kebanyakan orang saat ini berpikir untuk tidak mempunyai

banyak anak.

Tabel 4.9 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Kategori Produk Private Label

Milik Hypermart yang Paling Sering Dibeli

Kategori Produk Private Label Milik Hypermart

yang Paling Sering Dibeli Frekuensi Persentase (%)

Bahan-bahan pokok 62 23.0 Makanan dan minuman 61 22.6 Perlengkapan rumah tangga 44 16.3 Toiletries 86 31.9 Lain-lain 17 6.3

Total 270 100.0

Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden sering membeli produk

private label milik Hypermart kategori toiletries, yaitu produk yang mungkin

dianggap konsumen sebagai produk yang tidak memberikan resiko yang terlalu

besar. Kebanyakan produk yang dijual dengan private label merupakan barang

yang memiliki karakteristik faktor risiko pembuatan rendah, mudah diproduksi,

Page 8: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

49

loyalitas konsumen rendah, serta barang kebutuhan pokok. Ada sejumlah kategori

produk yang paling banyak dijual dengan menggunakan private label. Kategori

pertama adalah barang yang terbuat dari kertas, seperti tisu dapur, tisu wajah, dan

tisu untuk toilet. Kategori selanjutnya merupakan barang kebutuhan sehari-hari

nonmakanan, seperti kapas, benang pembersih gigi, alat pembersih, hingga plastik

pembungkus makanan. Dan kategori terakhir adalah bahan makanan, yang

meliputi beras, gula, minyak goreng, makanan beku, dan sebagainya (Putranto,

2009).

Tabel 4.10 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan yang melakukan Pembelian

Produk Private Label Milik Peritel Lain

Membeli Produk Private Label Milik Peritel Lain Frekuensi Persentase (%)

Ya 119 44.1 Tidak 151 55.9

Total 270 100.0

Untuk mengetahui loyalitas pelanggan terhadap produk private label

Hypermart, maka responden diberikan pertanyaan mengenai pembelian produk

private label peritel lain. Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak

membeli produk private label milik peritel lain, ini dapat berarti responden puas

dengan produk private label Hypermart sehingga tidak membeli produk private

label peritel lain.

Tabel 4.11 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Nama Peritel Lain

yang Produk Private Label juga dibeli oleh Responden

Nama Peritel Lain yang Produk Private Label-Nya

Dibeli Frekuensi Persentase (%)

Alfamart 15 12.6 Alfamidi 2 1.7 Carrefour 57 47.9 Giant 30 25.2 Indomart 15 12.6

Total 119 100.0

Page 9: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

50

Hasil ini menunjukan kalau mayoritas responden pernah membeli produk

private label milik pesaing, yaitu di Carrefour. Hal ini mungkin terjadi karena

konsumen kemungkinan sudah mengenal Carrefour telah terlebih dulu beroperasi

pada tahun 1998 dan memiliki 83 gerai, jika dibandingkan dengan Hypermart

yang baru beroperasi pada tahun 2004 yang baru memiliki sekitar 50 gerai.

Tabel 4.12 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Produk Private Label

Yang juga dibeli dari Peritel Lain

Produk Private Label yang Sering Dibeli

di Peritel Lain Frekuensi Persentase (%)

Bahan-bahan pokok 35 29.4 Makanan dan minuman 13 10.9 Perlengkapan rumah tangga 22 18.5 Toiletries 46 38.7 Lain-lain 3 2.5

Total 119 100.0

Hasil ini juga menunjukan bahwa mayoritas pembelian yang dilakukan oleh

responden yang dilakukan di peritel lain adalah produk toiletries. Produk yang

paling banyak diproduksi di bawah private label peritel.

Tabel 4.13 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Tingkat Perolehan

Kualitas Produk yang Lebih Tinggi Dari Harga yang Dibayar

Untuk Produk Private Label Milik Hypermart

Jawaban Frekuensi Persentase (%) Sangat Tidak Setuju 3 1.1 Tidak Setuju 6 2.2 Netral 149 55.2 Setuju 110 40.7 Sangat Setuju 2 0.7

Total 270 100.0

Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan kualitas

produk yang diperoleh sebanding dengan harga yang dibayarkan untuk produk

private label milik Hypermart, yaitu dimana kualitas yang didapatkan belum lebih

tinggi dari harga yang dibayarkan.

Page 10: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

51

Tabel 4.14 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan yang

Dirasakan Setelah Mengkonsumsi Produk Private Label Milik Hypermart

Jawaban Frekuensi Persentase (%) Sangat Tidak Puas 3 1.1 Tidak Puas 12 4.4 Netral 114 42.2 Puas 136 50.4 Sangat Puas 5 1.9

Total 270 100.0

Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden merasa puas setelah

mengkonsumsi produk private label milik Hypermart.

Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang paling

banyak terlibat dalam penelitian ini adalah konsumen Hypermart yang berjenis

kelamin wanita, berusia rata-rata 38 tahun, berprofesi sebagai wirausaha, memiliki

pengeluaran berbelanja di Hypermart sebesar Rp 300.001-Rp500.000, dan

memiliki jumlah anggota keluarga 3 orang.

4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas suatu instrument (kuesioner)

mutlak diperlukan agar data yang digunakan dalam mendeskripsikan masing–

masing variabel dan pengujian terhadap hipotesis betul–betul dapat diandalkan

kebenarannya. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan program

SPSS 13.0.

4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kuesioner mengukur

apa yang diinginkan. Untuk mengukur validitas digunakan korelasi product

moment pearson. Jika korelasi product moment pearson antara masing-masing

pertanyaan dengan skor total menghasilkan nilai signifikansi < 0.05 (α=5%), maka

item pertanyaan dinyatakan valid.

Berikut adalah hasil pengujian validitas masing-masing item pertanyaan

pada variabel penelitian:

Page 11: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

52

Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas

Variabel Item Nilai Korelasi Signifikansi Keterangan

Keterlibatan 1 0.855 0.000 Valid 2 0.913 0.000 Valid 3 0.744 0.000 Valid

Loyalitas Merek 1 0.838 0.000 Valid 2 0.864 0.000 Valid 3 0.843 0.000 Valid

Persepsi Harga 1 0.683 0.000 Valid 2 0.821 0.000 Valid 3 0.785 0.000 Valid

Persepsi Kualitas 1 0.870 0.000 Valid 2 0.856 0.000 Valid 3 0.793 0.000 Valid

Pengenalan 1 0.819 0.000 Valid 2 0.813 0.000 Valid 3 0.810 0.000 Valid

Persepsi Resiko 1 0.775 0.000 Valid 2 0.776 0.000 Valid 3 0.808 0.000 Valid

Keputusan Pembelian

1 0.671 0.000 Valid 2 0.790 0.000 Valid 3 0.790 0.000 Valid

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa semua item pertanyaan pada

variabel keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga, persepsi kualitas,

pengenalan, persepsi resiko dan keputusan pembelian menghasilkan nilai

signifikansi korelasi product moment pearson kurang dari 0.05, dengan demikian

item-item pertanyaan yang mengukur variabel penelitian dinyatakan valid.

4.3.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kuesioner dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk mengukur reliabilitas digunakan nilai

cronbach’s alpha. Jika nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0.6, maka

kuesioner dinyatakan reliabel. Berikut adalah hasil pengujian reliabilitas pada

variabel penelitian:

Page 12: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

53

Tabel 4.16 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha

Nilai Kritis Keterangan

Keterlibatan 0.789 0.6 Reliabel Loyalitas Merek 0.804 0.6 Reliabel Persepsi Harga 0.635 0.6 Reliabel Persepsi Kualitas 0.790 0.6 Reliabel Pengenalan 0.745 0.6 Reliabel Persepsi Resiko 0.690 0.6 Reliabel Keputusan Pembelian 0.613 0.6 Reliabel

Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui bahwa variabel keterlibatan, loyalitas

merek, persepsi harga, persepsi kualitas, pengenalan, persepsi resiko dan

keputusan pembelian mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari nilai

kritis 0.6, sehingga kuesioner yang mengukur variabel penelitian dinyatakan

reliabel.

4.4 Deskripsi Jawaban Responden

Pada deskripsi jawaban responden akan dijelaskan jawaban responden pada

masing-masing variabel penelitian. Deskripsi jawaban responden dilakukan

dengan menghitung nilai rata-rata (mean) jawaban responden terhadap masing-

masing pertanyaan dan secara keseluruhan. Untuk mengkategorikan rata-rata

jawaban responden digunakan interval kelas yang dicari dengan rumus sebagai

berikut:

8.0515

KelasJumlahTerendahNilaiTertinggiNilaiKelasInterval =

−=

−=

(4.1)

Dengan interval kelas 0.8 kemudian disusun kriteria rata-rata jawaban

responden yang disajikan pada Tabel di bawah ini:

Tabel 4.17 Kategori Rata-Rata Jawaban Responden

Interval Kategori 4.20 < a =< 5.00 Sangat Tinggi (ST) 3.40 < a =< 4.20 Tinggi (T) 2.60 < a =< 3.40 Sedang (SD) 1.80 < a =< 2.60 Rendah (R) 1.00 < a =< 1.80 Sangat Rendah (SR)

Page 13: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

54

4.4.1 Keterlibatan

Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel keterlibatan:

Tabel 4.18 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Keterlibatan

Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Mencari informasi sebelum membeli produk value plus Hypermart 3 21 108 106 32 3.53 T

Membutuhkan waktu untuk memutuskan membeli produk value plus Hypermart 4 10 98 123 35 3.65 T

Selalu membandingkan produk value plus dengan merek lain yang sejenis 5 10 131 101 23 3.47 T

Keterlibatan 3.55 T

Berdasarkan Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden

pada item-item pertanyaan variabel keterlibatan termasuk dalam kategori tinggi

(T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private label di Hypermart mencari

informasi sebelum membeli produk value plus Hypermart dan membutuhkan

waktu untuk memutuskan membeli produk value plus Hypermart. Selain itu rata-

rata konsumen produk private label di Hypermart juga membandingkan produk

value plus dengan merek lain yang sejenis. Secara keseluruhan diketahui bahwa

tingkat keterlibatan konsumen produk private label di Hypermart tergolong tinggi,

hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban responden pada variabel

keterlibatan sebesar 3.55.

4.4.2 Loyalitas Merek

Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel loyalitas merek:

Tabel 4.19 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Loyalitas Merek

Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Akan membatalkan membeli produk merek lain jika terdapat produk value plus Hypermart

10 30 121 95 14 3.27 SD

Akan selalu membeli ulang produk value plus Hypermart 5 30 126 94 15 3.31 SD

Akan merekomendasikan produk value plus Hypermart ke orang lain 5 28 113 100 24 3.41 T

Loyalitas Merek 3.33 SD

Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden

pada item-item pertanyaan variabel loyalitas merek termasuk dalam kategori

sedang (SD) dan tinggi (T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private

Page 14: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

55

label di Hypermart hanya kadang-kadang saja membatalkan membeli produk

merek lain jika terdapat produk value plus Hypermart, rata-rata konsumen produk

private label di Hypermart juga kadang-kadang saja membeli ulang produk value

plus Hypermart. Akan tetapi rata-rata konsumen produk private label di

Hypermart merekomendasikan produk value plus Hypermart ke orang lain. Secara

keseluruhan diketahui bahwa tingkat loyalitas merek konsumen produk private

label di Hypermart tergolong sedang, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata

jawaban responden pada variabel loyalitas merek sebesar 3.33.

4.4.3 Persepsi Harga

Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel persepsi harga:

Tabel 4.20 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Persepsi Harga

Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Produk value plus Hypermart sesuai dengan kualitas produk 3 18 116 111 22 3.49 T

Yakin produk value plus Hypermart memberikan harga yang sesuai/tidak berlebihan

0 12 128 108 22 3.52 T

Produk value plus Hypermart sering memberikan potongan harga 0 3 113 107 47 3.73 T

Persepsi Harga 3.58 T

Berdasarkan Tabel 4.20 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden

pada item-item pertanyaan variabel persepsi harga termasuk dalam kategori tinggi

(T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private label di Hypermart

menyatakan produk value plus Hypermart sesuai dengan kualitas produk, rata-rata

konsumen produk private label di Hypermart juga yakin produk value plus

Hypermart memberikan harga yang sesuai atau tidak berlebihan. Selain itu rata-

rata konsumen produk private label di Hypermart menyatakan produk value plus

Hypermart sering memberikan potongan harga. Secara keseluruhan diketahui

bahwa tingkat persepsi konsumen produk private label di Hypermart terhadap

harga produk private label milik Hypermart tergolong tinggi, dengan kata lain

konsumen produk private label di Hypermart memiliki persepsi yang baik

mengenai harga produk private label milik Hypermart, hal ini ditunjukkan dengan

nilai rata-rata jawaban responden pada variabel persepsi harga sebesar 3.58.

Page 15: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

56

4.4.4 Persepsi Kualitas

Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel persepsi kualitas:

Tabel 4.21 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Persepsi Kualitas

Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Fungsi produk value plus Hypermart sesuai harapan 1 9 120 131 9 3.51 T

Tamplian fisik produk value plus Hypermart dapat menunjukkan kualitas produk

1 11 109 138 11 3.54 T

Produk value plus Hypermart konsisten dengan apa yang dispesifikasikan 0 10 130 116 14 3.50 T

Persepsi Kualitas 3.52 T

Berdasarkan Tabel 4.21 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden

pada item-item pertanyaan variabel persepsi kualitas termasuk dalam kategori

tinggi (T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private label di Hypermart

menyatakan fungsi produk value plus Hypermart sesuai harapan, rata-rata

konsumen produk private label di Hypermart juga menyatakan tamplian fisik

produk value plus Hypermart dapat menunjukkan kualitas produk. Selain itu rata-

rata konsumen produk private label di Hypermart menyatakan produk value plus

Hypermart konsisten dengan apa yang dispesifikasikan. Secara keseluruhan

diketahui bahwa tingkat persepsi konsumen produk private label di Hypermart

terhadap kualitas produk private label milik Hypermart tergolong tinggi, dengan

kata lain konsumen produk private label di Hypermart memiliki persepsi yang

baik mengenai kualitas produk private label milik Hypermart, hal ini ditunjukkan

dengan nilai rata-rata jawaban responden pada variabel persepsi kualitas sebesar

3.52.

Page 16: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

57

4.4.5 Pengenalan

Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel pengenalan:

Tabel 4.22 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Pengenalan

Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Mengetahui kategori produk value plus Hypermart 2 12 122 120 14 3.49 T

Selalu mengetahui harga produk value plus Hypermart sesuai spesifikasi 3 9 131 112 15 3.47 T

Mengenal dengan baik produk value plus dari logo yang terdapat pada produk 3 7 113 123 24 3.59 T

Pengenalan 3.52 T

Berdasarkan Tabel 4.22 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden

pada item-item pertanyaan variabel pengenalan termasuk dalam kategori tinggi

(T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private label di Hypermart

mengetahui kategori produk value plus Hypermart, rata-rata konsumen produk

private label di Hypermart juga mengetahui harga produk value plus Hypermart

sesuai spesifikasi. Selain itu rata-rata konsumen produk private label di

Hypermart mengenal dengan baik produk value plus dari logo yang terdapat pada

produk. Secara keseluruhan diketahui bahwa tingkat pengenalan konsumen

produk private label di Hypermart terhadap produk private label milik Hypermart

tergolong tinggi, dengan kata lain konsumen produk private label di Hypermart

memiliki pengenalan yang baik terhadap produk private label milik Hypermart,

hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban responden pada variabel

pengenalan sebesar 3.52.

4.4.6 Persepsi Resiko

Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel persepsi resiko:

Tabel 4.23 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Persepsi Resiko

Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Merasa tidak dirugikan dengan membeli produk value plus Hypermart 0 10 127 120 13 3.50 T

Tidak merasa membuang waktu ke toko untuk membeli produk value plus Hypermart

4 9 106 133 18 3.56 T

Begitu yakin dengan kinerja produk value plus Hypermart 2 6 133 103 26 3.54 T

Persepsi Resiko 3.53 T

Page 17: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

58

Berdasarkan Tabel 4.23 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden

pada item-item pertanyaan variabel persepsi resiko termasuk dalam kategori tinggi

(T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private label di Hypermart merasa

tidak dirugikan dengan membeli produk value plus Hypermart, rata-rata

konsumen produk private label di Hypermart juga tidak merasa membuang waktu

ke toko untuk membeli produk value plus Hypermart. Selain itu rata-rata

konsumen produk private label di Hypermart yakin dengan kinerja produk value

plus Hypermart. Secara keseluruhan diketahui bahwa tingkat persepsi konsumen

produk private label di Hypermart terhadap resiko produk private label milik

Hypermart tergolong tinggi, dengan kata lain konsumen produk private label di

Hypermart memiliki persepsi yang baik mengenai resiko produk private label

milik Hypermart, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban responden

pada variabel persepsi resiko sebesar 3.53.

4.4.7 Keputusan Pembelian

Berikut adalah deskripsi jawaban responden pada variabel keputusan

pembelian:

Tabel 4.24 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Keputusan Pembelian

Pertanyaan Skor Jawaban Mean Kategori 1 2 3 4 5 Membeli produk value plus Hypermart sesuai dengan yang dibutuhkan 0 4 113 130 23 3.64 T

Membeli produk value plus Hypermart lebih dari yang dibutuhkan untuk persediaan

3 12 138 96 21 3.44 T

Selalu membeli produk value plus Hypermart karena tidak akan mendapatkan produk tersebut di tempat lain

6 12 97 116 39 3.63 T

Keputusan Pembelian 3.57 T

Berdasarkan Tabel 4.24 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden

pada item-item pertanyaan variabel keputusan pembelian termasuk dalam kategori

tinggi (T). Hal ini berarti rata-rata konsumen produk private label di Hypermart

membeli produk value plus Hypermart sesuai dengan yang dibutuhkan, rata-rata

konsumen produk private label di Hypermart juga membeli produk value plus

Hypermart lebih dari yang dibutuhkan untuk persediaan. Hal ini dapat disebabkan

karena untuk produk-produk tertentu, tidak dapat disimpan terlalu lama untuk

Page 18: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

59

persediaan karena mungkin akan mengalami kerusakan, sedangkan produk yang

lainnya dibeli untuk persediaan karena produk tidak mudah rusak jika disimpan

dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain itu rata-rata konsumen produk

private label di Hypermart membeli produk value plus Hypermart karena tidak

akan mendapatkan produk tersebut di tempat lain. Secara keseluruhan diketahui

bahwa tingkat keputusan pembelian konsumen produk private label di Hypermart

tergolong tinggi, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban responden

pada variabel keputusan pembelian sebesar 3.57.

4.5 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor

keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga, persepsi kualitas, pengenalan dan

persepsi resiko terhadap keputusan pembelian produk private label di Hypermart.

Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS 13.0.

4.5.1 Persamaan Regresi

Regresi antara keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga, persepsi

kualitas, pengenalan dan persepsi resiko terhadap keputusan pembelian produk

private label di Hypermart menghasilkan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 0.333 + 0.004 X1 + 0.147 X2 + 0.104 X3 + 0.143 X4 + 0.179 X5 + 0.348 X6

Penjelasan masing-masing koefisien regresi adalah sebagai berikut:

a = Konstanta = 0.333

Menunjukkan besarnya keputusan pembelian produk private label

di Hypermart. Artinya apabila keterlibatan, loyalitas merek,

persepsi harga, persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko

sama dengan nol (tidak memberikan pengaruh), maka keputusan

pembelian produk private label di Hypermart adalah sebesar 0.333.

b1 = Koefisien regresi untuk keterlibatan (X1) = 0.004

Nilai koefisien regresi keterlibatan bernilai positif. Jadi apabila

keterlibatan konsumen produk private label semakin tinggi, maka

keputusan pembelian terhadap produk private label di Hypermart

semakin tinggi pula.

Page 19: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

60

b2 = Koefisien regresi untuk loyalitas merek (X2) = 0.147

Nilai koefisien regresi loyalitas merek bernilai positif. Jadi apabila

loyalitas konsumen produk private label semakin tinggi, maka

keputusan pembelian terhadap produk private label di Hypermart

semakin tinggi pula.

b3 = Koefisien regresi untuk persepsi harga (X3) = 0.104

Nilai koefisien regresi persepsi harga bernilai positif. Jadi apabila

persepsi harga konsumen produk private label semakin tinggi,

maka keputusan pembelian terhadap produk private label di

Hypermart semakin tinggi pula.

b4 = Koefisien regresi untuk persepsi kualitas (X4) = 0.143

Nilai koefisien regresi persepsi kualitas bernilai positif. Jadi apabila

persepsi kualitas konsumen produk private label semakin tinggi,

maka keputusan pembelian terhadap produk private label di

Hypermart semakin tinggi pula.

b5 = Koefisien regresi untuk pengenalan (X5) = 0.179

Nilai koefisien regresi pengenalan bernilai positif. Jadi apabila

pengenalan konsumen produk private label semakin tinggi, maka

keputusan pembelian terhadap produk private label di Hypermart

semakin tinggi pula.

b6 = Koefisien regresi untuk persepsi resiko (X6) = 0.348

Nilai koefisien regresi persepsi resiko bernilai positif. Jadi apabila

persepsi resiko konsumen yang negatif terhadap produk private

label semakin tinggi, maka keputusan pembelian terhadap produk

private label di Hypermart semakin tinggi pula.

4.5.2 Nilai R dan R Square

Berikut adalah nilai R (korelasi berganda) dan nilai R Square (koefisien

determinasi berganda) yang dihasilkan dari model regresi:

Tabel 4.25 Nilai R dan R Square

R R Square 0.714 0.509

Page 20: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

61

Berdasarkan Tabel 4.25 diketahui bahwa nilai R yang diperoleh sebesar

0.714 menunjukkan bahwa hubungan faktor keterlibatan, loyalitas merek, persepsi

harga, persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko dengan keputusan

pembelian produk private label di Hypermart tergolong kuat.

Nilai R Square yang diperoleh sebesar 0.509, menunjukkan bahwa

kemampuan faktor keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga, persepsi kualitas,

pengenalan dan persepsi resiko dalam menjelaskan variasi perubahan keputusan

pembelian produk private label di Hypermart adalah sebesar 50.9% dan sisanya

49.1% dijelaskan oleh faktor lain. Dengan kata lain, keputusan pembelian produk

private label di Hypermart dipengaruhi oleh faktor keterlibatan, loyalitas merek,

persepsi harga, persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko sebesar 50.9%

dan sisanya 49.1% dipengaruhi oleh faktor lain selain keterlibatan, loyalitas

merek, persepsi harga, persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko. Menurut

Burton et al (1998) hal ini memberikan sebuah pertanyaan menarik bagi manajer

pemasaran adalah apakah ada perbedaan signifikan dalam kecenderungan

konsumen terhadap pembelian produk privae label akibat faktor demografi yang

berbeda (dalam Chen, 2005). Karena faktor-faktor demografi memiliki hubungan

yang signifikan dengan karakteristik psikografis dan karena itu berguna dalam

segmentasi pasar, targeting dan komunikasi (Ailawadi et al., 2001). Dengan

meninjau beberapa faktor demografis termasuk usia, pendapatan rumah tangga

tahunan, pendidikan, gender dan ukuran rumah tangga (dalam Chen, 2005).

4.5.3 Uji Hipotesis Pengaruh Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap

variabel terikat digunakan uji F. Dengan ketentuan jika F hitung > F tabel

dan nilai signifikansi < 0.05 (α=5%), maka variabel bebas secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Hasil uji F antara faktor keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga,

persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko terhadap keputusan pembelian

produk private label di Hypermart adalah sebagai berikut:

Page 21: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

62

Tabel 4.26 Hasil Uji F

Model Sum of Squares df Mean

Square F hitung Sig.

Regression Residual Total

44.832 43.174 88.006

6 263 269

7.472 0.164

45.516 0.000

Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai F hitung = 45.516 > F tabel 2.133

(df1=6, df2=263, α=0.05) dan nilai signifikansi = 0.000 < 0.05, maka disimpulkan

bahwa faktor keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga, persepsi kualitas,

pengenalan dan persepsi resiko secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian produk private label di Hypermart. Hal ini berarti

peningkatan keterlibatan, loyalitas merek, pengenalan, persepsi harga, persepsi

kualitas dan persepsi resiko secara bersama-sama akan meningkatkan keputusan

pembelian produk private label di Hypermart.

4.5.4 Uji Hipotesis Pengaruh Parsial (Uji t)

Untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel

terikat digunakan uji t. Dengan ketentuan jika t hitung > t tabel dan nilai

signifikansi < 0.05 (α=5%), maka variabel bebas secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat.

Hasil uji t antara faktor keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga,

persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko terhadap keputusan pembelian

produk private label di Hypermart adalah sebagai berikut:

Tabel 4.27 Hasil Uji t

Variabel Bebas B Std. Error Beta t hitung Sig. Keterangan

Keterlibatan 0.004 0.039 0.005 0.111 0.912 tidak signifikan Loyalitas Merek 0.147 0.040 0.184 3.669 0.000 signifikan Persepsi Harga 0.104 0.049 0.104 2.102 0.037 signifikan Persepsi Kualitas 0.143 0.056 0.137 2.557 0.011 signifikan Pengenalan 0.179 0.056 0.182 3.211 0.001 signifikan Persepsi Resiko 0.348 0.060 0.337 5.811 0.000 signifikan

Page 22: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

63

4.6 Uji Pengujian Hipotesis

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan diatas maka dapat diketahui

sebagai berikut:

1. Hasil uji t antara keterlibatan terhadap keputusan pembelian, menghasilkan

nilai t hitung = 0.111< t tabel 1.969 (df=263, α/2=0.025) dan nilai

signifikansi = 0.912 > 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa faktor keterlibatan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian produk private label di Hypermart. Koefisien regresi keterlibatan

sebesar 0.004 menunjukkan bahwa keterlibatan mempunyai arah pengaruh

positif terhadap keputusan pembelian produk private label di Hypermart,

akan tetapi pengaruh positif tersebut tidak signifikan. Hal ini berarti apabila

tingkat keterlibatan konsumen semakin tinggi, bisa meningkatkan keputusan

pembelian produk private label di Hypermart, akan tetapi peningkatannya

tidak nyata. Berdasarkan hasil ini hipotesis pertama penelitian yang

menduga bahwa keterlibatan berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian produk private label, ditolak.

2. Hasil uji t antara loyalitas merek terhadap keputusan pembelian,

menghasilkan nilai t hitung = 3.669 > t tabel 1.969 (df=263, α/2=0.025)

dan nilai signifikansi = 0.000 < 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa faktor loyalitas merek berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian produk private label di Hypermart. Koefisien regresi

loyalitas merek sebesar 0.147 menunjukkan bahwa loyalitas merek

mempunyai arah pengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk

private label di Hypermart, dimana pengaruh positif tersebut signifikan. Hal

ini berarti apabila tingkat loyalitas merek konsumen semakin tinggi, akan

meningkatkan keputusan pembelian produk private label di Hypermart

secara nyata. Berdasarkan hasil ini hipotesis kedua penelitian yang menduga

bahwa loyalitas merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian produk private label, diterima.

3. Hasil uji t antara persepsi harga terhadap keputusan pembelian,

menghasilkan nilai t hitung = 2.102 > t tabel 1.969 (df=263, α/2=0.025)

dan nilai signifikansi = 0.037 < 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat

Page 23: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

64

disimpulkan bahwa faktor persepsi harga berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian produk private label di Hypermart. Koefisien regresi

persepsi harga sebesar 0.104 menunjukkan bahwa persepsi harga

mempunyai arah pengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk

private label di Hypermart, dimana pengaruh positif tersebut signifikan. Hal

ini berarti apabila konsumen memiliki persepsi harga yang semakin baik,

akan meningkatkan keputusan pembelian produk private label di Hypermart

secara nyata. Berdasarkan hasil ini hipotesis ketiga penelitian yang menduga

bahwa persepsi harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

produk private label, diterima.

4. Hasil uji t antara persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian,

menghasilkan nilai t hitung = 2.557 > t tabel 1.969 (df=263, α/2=0.025)

dan nilai signifikansi = 0.011 < 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa faktor persepsi kualitas berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian produk private label di Hypermart. Koefisien regresi

persepsi kualitas sebesar 0.143 menunjukkan bahwa persepsi kualitas

mempunyai arah pengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk

private label di Hypermart, dimana pengaruh positif tersebut signifikan. Hal

ini berarti apabila konsumen memiliki persepsi kualitas yang semakin baik,

akan meningkatkan keputusan pembelian produk private label di Hypermart

secara nyata. Berdasarkan hasil ini hipotesis keempat penelitian yang

menduga bahwa persepsi kualitas berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian produk private label, diterima.

5. Hasil uji t antara pengenalan terhadap keputusan pembelian, menghasilkan

nilai t hitung = 3.211 > t tabel 1.969 (df=263, α/2=0.025) dan nilai

signifikansi = 0.001 < 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa faktor pengenalan berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian produk private label di Hypermart. Koefisien regresi pengenalan

sebesar 0.179 menunjukkan bahwa pengenalan mempunyai arah pengaruh

positif terhadap keputusan pembelian produk private label di Hypermart,

dimana pengaruh positif tersebut signifikan. Hal ini berarti apabila

konsumen memiliki pengenalan yang semakin baik, akan meningkatkan

Page 24: 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan · 4.1 Profil Perusahaan Hypermart mulai beroperasi pada 2004, Hypermart yang kala itu hadir sebagai peritel paling bungsu, mengejar ketertinggalannya

Universitas Kristen Petra

65

keputusan pembelian produk private label di Hypermart secara nyata.

Berdasarkan hasil ini hipotesis kelima penelitian yang menduga bahwa

pengenalan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk

private label, diterima.

6. Hasil uji t antara persepsi resiko terhadap keputusan pembelian,

menghasilkan nilai t hitung = 5.811 > t tabel 1.969 (df=263, α/2=0.025)

dan nilai signifikansi = 0.000 < 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa faktor persepsi resiko berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian produk private label di Hypermart. Koefisien regresi

persepsi resiko sebesar 0.348 menunjukkan bahwa persepsi resiko

mempunyai arah pengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk

private label di Hypermart, dimana pengaruh positif tersebut signifikan. Hal

ini berarti apabila konsumen memiliki persepsi resiko yang semakin baik,

akan meningkatkan keputusan pembelian produk private label di Hypermart

secara nyata. Berdasarkan hasil ini hipotesis keenam penelitian yang

menduga bahwa persepsi resiko berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian produk private label, diterima.

Dilihat dari nilai Beta, di antara faktor loyalitas merek, persepsi harga,

persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi resiko yang mempunyai pengaruh

dominan terhadap keputusan pembelian produk private label di Hypermart adalah

persepsi resiko, karena variabel tersebut memiliki nilai B terbesar yaitu 0.348.