4 Macam Sistem Rujukan Upaya Kesehatan

download 4 Macam Sistem Rujukan Upaya Kesehatan

of 3

Transcript of 4 Macam Sistem Rujukan Upaya Kesehatan

4 MACAM SISTEM RUJUKAN UPAYA KESEHATANTanggal : 24 March 2010 | Oleh : Putu Sudayasa | Skip ke Komentar | Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari internal dan rujukan eksternal.

: rujukan

Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit

pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk

Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit

dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah). Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan rujukan Kesehatan.

Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi

upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.

Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya

berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja). Demikianlah sepintas ulasan beberapa jenis sistem rujukan pelayanan kesehatan, khususnya yang sering dilakukan dalam pelayanan

puskesmas. Informasi tentang upaya rujukan ini dikutip dari berbagai sumber referensi pelayanan kesehatan masyarakat dan dikolaborasikan dengan sedikit pengalaman pengabdian saya saat bertugas keliling puskesmas. Mudah-mudahan memberikan pemahaman yang bermanfaat.

Pasien Terlantar, Sistem Rujukan Tidak BerfungsiEvy Rachmawati | Rabu, 23 Juli 2008 | 17:20 WIB Dibaca: 128 Komentar: 1

|

Share:

JAKARTA,RABU - Kasus terlantarnya puluhan pasien rawat jalan dan keluarga mereka oleh pihak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta baru-baru ini merupakan salah satu contoh tidak berfungsinya sistem rujukan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan beban rumah sakit rujukan terlampau berat sehingga melebihi kapasitas yang tersedia. Sebagaimana diberitakan Kompas, sebanyak 26 pasien rawat jalan RSCM, Jakarta, telantar dan mengungsi ke Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (16/7)lalu . Penderita penyakit berat, seperti tumor ganas dan kelainan saluran kencing, itu terpaksa mengungsi karena tidak tertampung di RSCM. Menurut Ketua Yayasa n Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Huzna Zahir, Rabu (23/7), usai menghadiri diskusi bulanan di Kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Jalan Sam Ratulangi, Jakarta Pusat, masalah itu terjadi karena masih ada sejumlah titik lemah atau celah dalam program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Huzna menyatakan, terlantarnya puluhan pasien ini tidak terlepas dari terlalu beratnya beban rumah sakit rujukan nasional itu. "Memang dalam kasus ini sulit untuk menyalahkan sepenuhnya pihak RSCM jika persoalannya terkait dengan kapasitas, kecuali kalau itu terjadi karena pihak rumah sakit menolak merawat pasien rawat inap padahal masih tersedia tempat rawat inap," ujarnya. Jadi harus dievaluasi lebih lanjut siapa yang bertanggung jawab. "Apakah dalam pedoman Jamkesmas sudah diatur pihak mana yang berkewajiban menanggung biaya akomodasi pasien yang dirujuk dari daerah ke rumah sakit rujukan nasional," kata Huzna. Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) atau pemerintah daerah setempat yang merujuk pasien seharusnya menanggung biaya akomodasi pasien bersangkutan. Ketua Pengurus Besar IDI Fahmi Idris menambahkan, masalah ini bukan hanya terkait kesehatan. Jika rumah sakit menolak melayani pasien, itu adalah masalah kesehatan. "Tapi ini kan masalahnya pasien rawat jalan dan keluarganya tidak bisa ditampung oleh RSCM. Jadi, seharusnya masalah ini menjadi tanggung jawab lintas departemen," kata Fahmi. Agar tidak terulang lagi kasus serupa, Fahmi menyatakan pemerintah seharusnya membenahi sistem rujukan agar beban rumah sakit rujukan seperti RSCM tidak terlampau berat dan melebihi kapasitas yang ada. Sistem kesehatan dan penyediaan fasilitas perawatan kesehatan di RSUD juga perlu diperkuat agar jumlah pasien yang dirujuk tidak terlalu banyak.