4. Laporan Indoor (Dyspepsia)

10
LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN (PENYULUHAN) DISPEPSIA DAN PENANGANANNYA DI UPTD PUSKESMAS LAMPULO I. PENDAHULUAN Dispepsia merupakan kumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit perut pada saluran cerna bagian atas (SCBA). Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 80-an, yang menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit, tentunya termasuk juga di dalamnya penyakit yang mengenai lambung. Dari data negara barat didapatkan angka prevalensinya berkisar antara 7-41%, tapi hanya 10-20% yang mencari pertolongan medis. Angka insidensi dispepsia diperkirakan antara 1-8%. Menurut studi berbasiskan populasi pada tahun 2007, ditemukan peningkatan prevalensi dispepsia fungsional dari 1,9% pada tahun 1988 menjadi 3,3% pada tahun 2003. Dispepsia fungsional, pada tahun 2010, dilaporkan memiliki tingkat prevalensi tinggi, yakni 5% dari seluruh kunjungan ke sarana layanan kesehatan primer.

description

tulisan

Transcript of 4. Laporan Indoor (Dyspepsia)

Page 1: 4. Laporan Indoor (Dyspepsia)

LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN (PENYULUHAN)

DISPEPSIA DAN PENANGANANNYA DI UPTD

PUSKESMAS LAMPULO

I. PENDAHULUAN

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari

rasa tidak enak atau sakit perut pada saluran cerna bagian atas (SCBA). Istilah

dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 80-an, yang

menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri

atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang,

rasa perut penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada.

Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit,

tentunya termasuk juga di dalamnya penyakit yang mengenai lambung.

Dari data negara barat didapatkan angka prevalensinya berkisar antara 7-

41%, tapi hanya 10-20% yang mencari pertolongan medis. Angka insidensi

dispepsia diperkirakan antara 1-8%. Menurut studi berbasiskan populasi pada

tahun 2007, ditemukan peningkatan prevalensi dispepsia fungsional dari 1,9%

pada tahun 1988 menjadi 3,3% pada tahun 2003. Dispepsia fungsional, pada tahun

2010, dilaporkan memiliki tingkat prevalensi tinggi, yakni 5% dari seluruh

kunjungan ke sarana layanan kesehatan primer.

Dispepsia diklasifikasikan menjadi 2 yaitu, dispepsia organik dan

dispepsia nonorganik. proses patofisiologi yang berhungan dengan dispepsia

fungsional adalah hipersekresi asam lambung, infeksi Helicobakter pylori,

dismotilitas gastrointestinal, dan hipersensittivitas visceral. Secara klinis,

dispepsia dibagi sebagai berikut didasarkan atas gejala yang dominan, membagi

dispepsia menjadi tiga tipe:

1) Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dispepsia), dengan gejala:

- Nyeri epigastrium terlokalisasi

- Nyeri hilang setelah makan

- Nyeri saat lapar

- Nyeri episodik

Page 2: 4. Laporan Indoor (Dyspepsia)

2) Dispepsia dengan gejala dismotilitas (dysmotility-like dispepsia),dengan gejala:

- Mudah kenyang

- Perut cepat terasa penuh saat makan

- Mual

- Muntah

- Upper abdominal bloating

- Rasa tak nyaman bertambah saat makan

3) Dispepsia nonspesifik

Pasien dispepsia dalam melakukan pengobatan dengan menggunakan

modifikasi pola hidup dengan melakukan program diet yang ditujukan untuk

kasus dispepsia fungsional agar menghindari makanan yang dirasa sebagai faktor

pencetus. Pola diet yang dapat dilakukan seperti makan dengan porsi kecil tetapi

sering, makan rendah lemak, kurangi atau hindari minuma-minuman spesifik

seperti: kopi, alcohol dll, kurangi dan hindari makanan yang pedas

Terapi medikamentosa untuk kasus dispepsia hingga sekarang belum

terdapat regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi

kekambuhan. Adapun macam golongan obat antara lain :

1. Antasid

2. Antikolinergik

3. Antagonis Reseptor H2

4. Penghambat Pompa Asam

5. Sitoprotektor

6. Prokinetik

II. NAMA KEGIATAN

Penyuluhan Tentang Dispepsia dan Pencegahannya.

III. TUJUAN KEGIATAN

1. Menjelaskan tentang pengertian Dispepsia

2. Penyebab Dispepsia

3. Tanda dan gejala yang dirasakan

4. Pencegahan agar tidak terjadi Dispepsia

Page 3: 4. Laporan Indoor (Dyspepsia)

IV. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN

Kegiatan penyuluhan kesehatandilakukan pada tanggal:

Hari/Tanggal : Kamis / 11 Juni 2015

Waktu : 09.00 wib

Tempat : UPTD Puskesmas Lampulo

Topik : Dispepsia dan Pencegahannya

V. PESERTA KEGIATAN

Kegiatan diikuti oleh beberapa pasien yang berobat di UPTD Puskesmas

Lampulo, Banda Aceh.

VI. METODE PENYULUHAN

Adapun metode penyuluhan yang dilakukan yaitu dengan cara komunikasi

langsung kepada ibu-ibu dan bapak-bapak yang berobat saat dilakukan

penyuluhan dengan materi penyuluhan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan

memberi kesempatan interaksi tanya jawab sesudah materi penyuluhan selesai

disampaikan.Metode kegiatan penyuluhan dibagi dalam 3 tahap yaitu :

a. Tahap pengenalan dan penggalian pengetahuan peserta

Setelah memberi salam dan perkenalan pemateri terlebih dahulu

menyampaikan maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi

disampaikan.

b. Penyampaian Materi

Materi disampaikan dengan menggunakan alat bantu penyajian berupa

leaflet. Dan disela materi penyaji memberikan kesempatan bertanya jika ada

materi yang tidak dimengerti.

c. Penutup

Setelah penyampaian materi, penyaji memberikan kesempatan peserta untuk

bertanya.

Page 4: 4. Laporan Indoor (Dyspepsia)

VII. MATERI PENYULUHAN

Dispepsia

Dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak

nyaman di epigastrium, disertai mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa

penuh diperut.

Klasifikasi

1. Jika nyeri ulu hati yang dominan disebut Dispepsia Tipe seperti Ulkus (ulcer

like dyspepsia).

2. Bila kembung, mual, cepat kenyang merupakan keluhan yang paling sering

dikemukakan disebut Dispepsia tipe Dismotilitas (dismotility like dyspepsia).

3. Bila tidak ada keluhan yang dominan, dikategorikan sebagai Dispepsia tipe non

spesifik.

Etiologi Dispepsia

1. Dispepsia organik

Misalnya; tukak peptik, gastritis, pankreatitis, kholesistitis, dan lainnya

2. Dispepsia fungsional

Keluhan dispepsia yang telah berlangsung dalam beberapa minggu (beberapa

kepustakaan ± 2 minggu) tanpa didapatkan kelainan atau gangguan

struktural/organik/ metabolik berdasarkan pemeriksaan klinik, laboratorium,

radiologi dan endoskopi.

Faktor Risiko

1. Seorang pecandu alkohol.

2. Seorang perokok.

3. Makan makanan pedas, asam, tinggi lemak.

4. Mengkonsumsi kafein terlalu banyak.

5. Sedang menderita obesitas.

6. Sedang mengalami stress.

7. Terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori (Hp).

Manifestasi Klinik / Gejala Klinik

1. Nyeri perut (abdominal discomfort)

2. Rasa perih di ulu hati

Page 5: 4. Laporan Indoor (Dyspepsia)

3. Mual, kadang-kadang sampai muntah

4. Nafsu makan berkurang

5. Rasa lekas kenyang

6. Perut kembung

7. Rasa panas didada dan perut

8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

Pencegahan

Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang

dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkonsumsi

makanan yang berkadar asam tinggi, pedas, alkohol, dan pantangan merokok, bila

harus mengkonsumsi obat secara wajardan tidak menggangu fungsi lambung.

VIII. TANYA JAWAB DENGAN PESERTA

1. Pencegahan apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya

dispepsia?

Yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko dispepsia adalah dengan

memodifikasi gaya hidup, Hal ini merupakan suatu bentuk pencegahan yang

komprehensif dalam menurunkan prevalensi dari dispepsia.

Adapun hal-hal yang dapat dilakukan antara lain :

1. Hindari berolah raga setelah makan

2. Jauhkan diri dari alkohol

3. Menerapkan diet makanan lembut

2. Apa saja yang membuat seseorang terkena dispepsia?

1. Diet dan lingkungan

2. Sekresi asam lambung

3. Fungsi motorik lambung (motilitas)

4. Persepsi viseral lambung

5. Psikogenik

6. Infeksi Helicobacter pylori (Hp)

7. Kapasitas akomodasi lambung

8. Peran hormonal

9. Aktivitas mioelektrik lambung

Page 6: 4. Laporan Indoor (Dyspepsia)

IX. PENUTUP

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat

dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan tinjauan tugas penyuluhan ini.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad

SAW beserta keluarga dan sahabat beliau, amin.

Penyuluhan kesehatan mengenai Dyspepsia di lakukan di wilayah kerja

Puskesmas Lampulo, Banda Aceh pada tanggal 11 Juni 2015, peserta merupakan

pasien yang berobat kepskesmas.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

dokter yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penyusun

sehingga penyuluhan kesehatan ini dapat terselesaikan. Tak lupa penulis

mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga tugas ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam tinjauan kepustakaan ini

banyak terdapat kejanggalan dan kekurangan. Oleh karenanya penyusun sangat

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan tinjauan kepustakaan

ini.

Dokter pembimbing I

d r. Roosmy NIP. 19641116 2001122 001

Dokter pembimbing II Dokter pembimbing III

d r. Cut Santia d r. Nabil Berry

Banda Aceh, Juni 2015Disetujui Kepala Puskesmas Lampulo

Hayatun Rahmi, SKMNIP. 19670730 198803 2 002

Page 7: 4. Laporan Indoor (Dyspepsia)

NIP. 19711014 200312 2 003 X. DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN