4 Laporan Akhir

138
i LAPORAN AKHIR

description

laporan akhit proyek terpadu

Transcript of 4 Laporan Akhir

Page 1: 4 Laporan Akhir

i

LAPORAN AKHIR

Page 2: 4 Laporan Akhir

EXECUTIVE SUMMARY

UKM Suminar Jati adalah UKM yang bergerak di bidang bisnis mebel kayu yang

terletak di Desa Genjahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa

Yogyakarta. UKM ini didirikan oleh Bapak Daryono pada tahun 1996. UKM Suminar Jati

memproduksi berbagai macam mebel kayu seperti lemari, meja, kursi, pintu, jendela dan

kusen. Kayu yang digunakan dalam pembuatan mebel ini adalah kayu jati dan kayu akasia.

Kayu-kayu tersebut didapatkan dengan membelinya pada pemilik lahan di daerah sekitar.

UKM ini memiliki 6 pekerja yang 4 diantaranya berasal dari Jepara dan 2 lainnya adalah

warga sekitar. Permasalahan yang terjadi di UKM Suminar Jati ini adalah kurangnya daya

saing UKM karena potensi yang dimiliki belum dapat dioptimalkan. Hal ini diketahui dari

pembuatan produk yang belum sesuai dengan ilmu ergonomi, tidak adanya standardisasi,

penjadwalan, penataan layout yang baik, dan peramalan permintaan di UKM tersebut.

Laporan kemajuan ini dibuat untuk membantu pihak UKM dengan menemukan 2

alternatif solusi yang dapat diterapkan di UKM Suminar Jati untuk menyelesaikan

permasalahan yang ada.

Dalam proposal sebelumnya ini terdapat 3 alternatif solusi yang kemudian dipilih

menjadi 2 alternatif solusi dengan metode AHP (Anayitical Hierarchy Process). Dua

alternatif solusi yang terpilih adalah penerapan ergonomi dalam membuat produk dan

standardisasi dalam pekerjaan melalui SOP dan time study. Dari kedua analisis tersebut

kemudian dilakukan analisis kelayakan (feasibility study) untuk melihat kedua alternatif

solusi tersebut feasible. Berdasarkan hasil analisis, kedua solusi tersebut layak untuk

diterapkan pada UKM Suminar Jati.

i

Page 3: 4 Laporan Akhir

DAFTAR ISI

EXECUTIVE SUMMARY....................................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Permasalahan......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2

1.4 Asumsi dan Batasan.....................................................................................................................2

BAB II METODE.................................................................................................................................3

2.1 Pengertian AHP (Analytical Hierarchy Process).........................................................................3

2.2 Kelebihan dan Kelemahan AHP..................................................................................................3

2.3 Tahapan AHP..............................................................................................................................4

2.4 Prinsip Dasar Aksioma AHP.......................................................................................................6

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................................8

3.1 Relationship Diagram..................................................................................................................8

3.2 Benchmarking..............................................................................................................................8

3.3 Fishbone Diagram.....................................................................................................................10

3.4 Failure Mode dan Effect Analysis (FMEA)...............................................................................11

3.5 Bussiness Model Canvas............................................................................................................14

3.6 Penentuan 3 Possible Solution dengan Metode AHP.................................................................21

3.7 Uraian Detail 3 Possible Solution..............................................................................................30

3.8 Penentuan 2 Possible Solution dengan Metode AHP.................................................................51

3.9 Analisis Kelayakan Investasi (Feasibility Study).......................................................................57

BAB IV MANAJEMEN PROYEK.....................................................................................................67

4.1 Work Breakdown Structure (WBS)...........................................................................................67

4.2 Gantt Chart................................................................................................................................68

4.3 Deliverables...............................................................................................................................69

4.4 Budget.......................................................................................................................................69

4.5 Kualifikasi Tim..........................................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................72

LAMPIRAN........................................................................................................................................73

ii

Page 4: 4 Laporan Akhir

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKM Suminar Jati tidak luput dari masalah yang timbul seiring berjalannya

waktu, masalah-masalah yang muncul juga berperan dalam berkembangnya UKM

Suminar Jati, karena semakin besar suatu UKM, masalah yang timbul akan semakin

banyak dari beberapa faktor seperti produksi, manajemen, dan lain-lain. Maka dapat

dikatakan apabila sebuah UKM dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang ada,

maka mereka seperti naik pada satu tingkat permasalahan selanjutnya yang lebih berat

dan begitu seterusnya.

Maka sebagai seorang Industrial Engineer, diharapkan dapat menyelesaikan

permasalahan yang ada di UKM Suminar Jati yang dimiliki oleh Bapak Daryono ini.

Tahapan awal dari proses penyelesaian masalah ini yang pertama yaitu mencari akar

permasalahan pada UKM Suminar Jati. Pencarian akar permasalahan di UKM Suminar

Jati dengan cara melakukan observasi langsung dengan melakukan wawancara kepada

pemiliknya yaitu Bapak Daryono, sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang ada di

UKM Suminar Jati. Hasil yang didapat dari proses wawancara, selanjutnya dilakukan

generate alternatif solusi permasalahan. Dari alternatif solusi tersebut maka dengan

bantuan ilmu keteknikindustrian, maka dapat kita pilih solusi terbaik dari beberapa

pilihan alternatif solusi yang ada.

Setelah menemukan 3 solusi yang sesuai dengan permasalahan yang ada di UKM

Suminar Jati, maka tahap selanjutnya pada laporan kemajuan kali ini adalah bagaimana

menentukan caranya untuk memilih 2 solusi terbaik dari 3 solusi yang ada sebelumnya

dengan menggunakan AHP (Analysis Hierarchy Process) yang nantinya 2 solusi terbaik

yang didapatkan dilakukan analisis kelayakan (feasibility study) menggunakan analisis

kelayakan industri untuk mengetahui solusi yang didapatkan sudah feasible untuk

diterapkan dan diaplikasikan UKM Suminar Jati baik dalam segi produksi maupun

manajemen di UKM Suminar Jati sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan

profit yang akhirnya berdampak positif pada meningkatkan daya saing dari UKM

Suminar Jati di kancah nasional.

1

Page 5: 4 Laporan Akhir

      

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dikemukakan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana menentukan 2 solusi yang possible dan feasible untuk diaplikasikan pada

UKM Suminar Jati dalam rangka meningkatkan daya saing UKM tersebut ?

2. Bagaimana cara menerapkan solusi yang dipilih pada UKM Suminar Jati?

1.3 Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan dari proyek ini adalah untuk memberikan beberapa alternatif solusi

yang dapat diaplikasikan baik dalam segi produksi maupun manajemen di UKM

Suminar Jati sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi yang

akhirnya berdampak positif pada meningkatkan daya saing dari UKM Suminar Jati

di kancah Nasional.

2. Tujuan khusus

a. Menentukan 2 alternatif solusi yang didapat dari AHP, altenatif solusi manakah

yang possible dan reliable

b. Mengevaluasi alternatif solusi yang didapat berdasarkan kaidah AKI (Analisis

Kelayakan Industri)

1.4 Asumsi dan Batasan

Asumsi dan Batasan dari proyek ini diantaranya :

1. Solusi yang ditawarkan dalam proyek ini hanya terbatas dalam ruang lingkup UKM

Suminar Jati yang terletak di Gunung Kidul.

2. Pendekatan yang digunakan dalam menentukan solusi mengacu pada bidang

keteknikindustrian.

3. Order yang diterima diasumsikan tetap yaitu 10 order tiap bulannya.

4. Analisis kelayakan tidak memperhitugkan kenaikan harga bahan bakar minyak.

2

Page 6: 4 Laporan Akhir

BAB II

METODE

Pemilihan 2 possible solution dari 3 possible solution yang akan diterapkan di UKM

Suminar Jati dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

2.1 Pengertian AHP (Analytical Hierarchy Process)

Salah satu metode yang dikembangkan untuk menyelesaikan masalah keputusan

dengan banyak kriteria adalah AHP. AHP yang dikembangkan oleh Thomas Saaty

merupakan metode untuk membuat urutan alternatif keputusan dan memilih yang

terbaik pada saat pengambilan keputusan memiliki beberapa tujuan atau kriteria untuk

mengambil keputusan tertentu. Peralatan utama AHP adalah hirarki fungsional dengan

input utamanya adalah persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan

tidak terstruktur dipecahkan kedalam kelompoknya, kemudian kelompok-kelompok

tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Permadi, 1992).

2.2 Kelebihan dan Kelemahan AHP

Layaknya sebuah metode analisis, AHP juga memiliki beberapa kelebihan dan

kelemahan dalam sistem analisisnya.

Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah:

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada

subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai

kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambil

keputusan.

Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:

1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi

seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga

model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.

2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik

sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk

3

Page 7: 4 Laporan Akhir

2.3 Tahapan AHP

Langkah-langkah dalam metode AHP :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara

jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi

yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah

lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya dikembangkan lebih lanjut dalam tahap

berikutnya.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub

tujuan-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan

kriteria yang paling bawah

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang

setingkat diatasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki

kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang

mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu

menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan.

Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu

mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan “judgement”

dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen

dibandingkan elemen lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgment seluruhnya

sebanyak n.[(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.

Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9

yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Hasil

perbandingan kemudian tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen

yang dibandingkan.

4

Page 8: 4 Laporan Akhir

Tabel 2.1. Derajat kepentingan dalam metode AHP

Intensitas Kepentingan

Keterangan

1Kedua elemen sama pentingnya, kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar

3Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya. Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya

5Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya. Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya

7Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya. Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek

9Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya. Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan. Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan

KebalikanJika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i

5. Menghitung nilai eigen dan menilai konsistensinya.

Dalam melakukan perhitungan AHP perlu dilakukan uji konsistensi untuk setiap

matriks berpasangan (Saaty, 1996). Sebuah matriks diaggap konsisten jika nilai

consistency ratio CR<0,1 atau inkonsistensi yang diperbolehkan hanya sebesar 10%.

Untuk menghitung batas inkonsistensi suatu matriks, rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut.

CR=CIRI (1)

Di mana:

CI : indeks konsistensi

RI : indeks acak

Nilai Consistency Index (CI) dapat dicari menggunakan rumus sebagai berikut.

CI=λmax−nn−1

(2)

5

Page 9: 4 Laporan Akhir

λmax : nilai maksimal eigenvalue matriks yang dicari menggunakan online matrix

calculator di http://www.wolframalpha.com/input/?i=eigenvalue+calculator

n : jumlah kriteria

Nilai (Random Index) RI diperoleh dari tabel berikut.

Tabel 2.2. Nilai Random Index (RI)Size of matrix 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15Random Index 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.54 1.56 1.57 1.58

6. Mengulangi langkah 3,4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen

vector merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada

tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara

menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom

dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan

menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen

untuk mendapatkan rata-rata.

8. Memeriksa konsistensi hirarki.

Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat indeks konsistensi.

Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan

keputusan yang mendekati valid. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian

data judgment harus diperbaiki.

2.4 Prinsip Dasar Aksioma AHP

AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu:

1. Dekomposisi

Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian

secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk

yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif.

Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang

lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki

merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin

mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan,

6

Page 10: 4 Laporan Akhir

memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu

mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.

2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments).

Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen

yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen.

Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan

berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.

3. Sintesa Prioritas

Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari

kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam

level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan

prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari

elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.

7

Page 11: 4 Laporan Akhir

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Relationship Diagram

Informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi langsung ke UKM

Suminar Jati berupa data verbal yang kemudian diloah dengan metode The Seven New Tool,

Relationship Diagram. Dari informasi-informasi tersebut kemudian disusun hingga

mendapatkan gambaran visual seperti yang ditampilkan dalam Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1 Problem Relationship Diagram

Dari relationship diagram didatas dapatkan bahwa masalah pokok yang dihadapi

oleh UKM Suminar Jati adalah rendahnya daya saing UKM dibandingkan dengan usaha

mebel sejenis di tingkat nasional maupun internasional.

8

Page 12: 4 Laporan Akhir

3.2 Benchmarking

Kelompok Mebel Jati Kencono yang merupakan paguyuban mebel UKM Suminar Jati,

terdiri dari beberapa UKM mebel lain dengan berbagai skala dari daerah Gunung Kidul.

Untuk mengetahui posisi dari UKM Suminar Jati jika dibandingkan dengan UKM Mebel

sejenis lainnya, maka dilakukan proses benchmarking. Kriteria benchmarking ditentukan

berdasarkan literatur review dan hasil brainstorming kelompok yang berkaitan dengan

indikator sebuah usaha dikatakan maju. Sedangkan pemilihan UKM kompetitor dipilih

berdasarkan lokasi UKM Mebel yang ada di Jogjakarta dalam berbagai skala. Tabel 3.1

berikut ini menunjukan benchmarking yang dilakukan.

Tabel 3.1 Benchmarking UKM

No. Kriteria UKM

NugrohoUKM Rimba

KaryaUKM Rio

AbadiUKM Suminar

JatiUKM Pak Hirkam

1Jumlah pekerja (orang)

8 8 5 6 3

2Jumlah produksi per bulan (buah)

Banyak 4 set 10 order 10 order 4 lemari

3 Jumlah mesin (buah) 5 3 7 4 3

4 Omzet per bulan

Rp 70.000.000,00

Rp 20.000.000,00

-Rp 30.000.000,00

Rp 30.000.000,00-

Rp 40.000.000,00

Rp 30.000.000,00

- Rp 50.000.000,00

Rp 10.000.000,00-

Rp 15.000.000,00

5 Product positioning

Make to stock dan make to

orderMake to order Make to order Make to order Make to order

6 Jumlah Ekspor per tahun - - - - -

7 Cara pemasaran

Mulut ke mulut

Mulut ke mulut

Mulut ke mulut

Mulut ke mulut

Mulut ke mulut

8 Ketersediaan media

Telepon, Email

Telepon, Facebook Telepon Telepon,

Email Telepon

9 PenjualanSampai Luar

Jawa Jawa Jawa Jawa Yogyakarta

Berdasarkan bechmarking yang terlah dilakukan, posisi UKM Suminar Jati masih berada

dibawah UKM Nugroho. Hal ini bisa dilihat dari jumlah omzet, order dan scope penjualan

9

Page 13: 4 Laporan Akhir

UKM Suminar Jati jauh dibawah UKM Nugroho. Selain itu jika dibanding dengan PT Nadira

Prima di Semarang (Akbar, 2011) yang telah mencapai skala nasional, UKM Suminar Jati

sangat tertinggal jauh. PT Nadira Prima memiliki pekerja 90 orang dengan omzet mencapai

Rp. 1.333.950.000,00. Dari bechmarking yang dilakukan ini dapat diketahui jika UKM

Suminar Jati masih memiliki daya saing yang rendah di tingkat nasional bahkan

internasional.

3.3 Fishbone Diagram

Setelah diketahui akar masalah yang dihadapi oleh UKM Suminar Jati, kemudian

dilakukan analisis mengenai apa saja penyebab dari akar masalah tersebut. Fishbone diagram

digunakan untuk men-generate penyebab-penyebab yang melatarbelakangi munculnya

masalah tersebut.

Gambar 3.2 Fishbone Diagram Bagian 1

10

Page 14: 4 Laporan Akhir

Gambar 3.3 Fishbone Diagram Bagian 2

3.4 Failure Mode dan Effect Analysis (FMEA)

Pada fishbone di atas, bagian pekerja dijabarkan lagi di fishbone bagian kedua untuk

mencari akar masalah yang lebih detail lagi. Setelah proses generate fishbone diagram,

kemudian dilakukan proses Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk menentukan

akar masalah mana yang akan diselesaikan. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

digunakan untuk mengevaluasi sebuah proses untuk mengidentifikasi dimana dan bagaimana

proses tersebut dapat gagal dan untuk menilai dampak relatif dari kegagalan yang berbeda

dengan tujuan untuk mengidentifikasi komponen mana dari suatu proses yang paling penting

untuk diubah.

Dari masalah-masalah yang ada di fishbone diagram, kemudian ditentukan penyebabnya

dan dibuat nilai numerik (Risk Priority Number) tentang kecenderungan terjadinya

(likelihood of occurance), kecenderungan deteksi (likelihood of detection), dan seberapa

besar dampak yang ditimbulkan (severity). Nilai yang diberikan berkisar 1 hingga 10 untuk

nilai 1 dengan sifat “sangat jarang terjadi” dan nilai 10 untuk sifat “sangat sering terjadi”.

Dari Tabel 2.2, kemudian di didapatkan nilai Risk Priority Number (RPN) untuk masing-

masing failure causes. Identifikasi dilakukan terhadap keseluruhan failure causes untuk

menentukan nilai RPN tertinggi. Dari hasil perhitungan RPN, diketahui failure causes

tertinggi ada pada pembuatan produk tidak menerapkan konsep ergonomi yang sebesar 648

(20%), sehingga failure causes inilah yang harus dirprioritaskan pertama sebagai peluang

perbaikan.

11

Page 15: 4 Laporan Akhir

Tabel 3.2 FMEA pada Permasalahan UKM Suminar Jati

No Failure Mode Failure Cause Failure Effect Occurance Severity Detection RPN Persentase

1 1Produk yang tidak ergonomis

Pembuatan produk tidak menerapkan konsep ergonomi

Produk tidak nyaman 9 8 9 648 20%

2 2Produksi tidak efisien

Tidak ada penjadwalan yang teratur

Membutuhkan waktu yang lama

8 8 7 448 14%

3 Layout produksi kuarang baikJumlah order yang dapat dipenuhi sedikit

7 6 6 252 8%

4 Tidak ada standar Keuntungan tidak maksimal 8 7 8 448 14%

3 5Kurangnya kesiapan produksi

Tidak ada perkiraan demandMembutuhkan waktu yang lama untuk pemenuhan demand

8 7 6 336 11%

4 6 Pekerja kurang Kebiasaan pindah Keterbatasan order 6 6 6 216 7%

7 Terbatasnya orang yang ahli Keterbatasan order 6 6 6 216 7%

5 8 MesinTidak ada penjadwalan penggunaan mesin

Pengerjaan produksi lama 7 8 7 392 12%

9 Mesin yang digunakan kurang Pengerjaan produksi lama 6 6 6 216 7%

3172 100%

Tabel 3.3 Tabel Urutan Failure Cause

NO Failure Cause Failure Effect Occurance Severity Detection RPN Persentase Aggregat

1Pembuatan produk tidak menerapkan konsep ergonomi

Produk tidak nyaman 9 8 9 648 20% 20%

2Tidak ada penjadwalan yang teratur

Membutuhkan waktu yang lama 8 8 7 448 14% 35%

4 Tidak ada standar Keuntungan tidak maksimal 8 7 8 448 14% 49%

8Tidak ada penjadwalan penggunaan mesin

Pengerjaan produksi lama 7 8 7 392 12% 61%

5 Tidak ada perkiraan demand

Membutuhkan waktu yang lama untuk pemenuhan demand

8 7 6 336 11% 72%

3 Layout produksi kuarang baik

Jumlah order yang dapat dipenuhi sedikit

7 6 6 252 8% 80%

6 Kebiasaan pindah Keterbatasan order 6 6 6 216 7% 86%

7 Terbatasnya orang yang ahli Keterbatasan order 6 6 6 216 7% 93%

9 Mesin yang digunakan kurang

Pengerjaan produksi lama 6 6 6 216 7% 100%

Untuk mengetahui apa saja failure causes yang menyebabkan permasalahan di UKM

Suminar Jati maka failure causes tadi kemudian dibuat dalam bentuk pareto chart. Dari

pareto chart, diketahui 80% masalah yang terjadi diantaranya disebabkan oleh failure causes

sebagai berikut : 1) pembuatan produk tidak menerapkan konsep ergonomi, 2) tidak adanya

penjadwalan yang teratur, 3) tidak adanya standardisasi kerja, tidak adanya penjadwalan

12

Page 16: 4 Laporan Akhir

dalam penggunaan mesin, 4) belum adanya perkiraan demand, serta 5) layout produksi yang

kurang baik. Dengan demikian, solusi yang akan di-generate untuk menyelesaikan penyebab

permasalahan yang ada di UKM Suminar Jati haruslah dapat menyelesaikan 80% failure

causes yang ada.

Pem

buat

an p

rodu

k tid

ak m

ener

apka

n ko

nsep

erg

onom

i

Tida

k ad

a pe

njad

wal

an y

ang

tera

tur

Tida

k ad

a st

anda

r

Tida

k ad

a pe

njad

wal

an p

engg

unaa

n m

esin

Tida

k ad

a pe

rkira

an d

eman

d

Layo

ut p

rodu

ksi k

uara

ng b

aik

Kebi

asaa

n pi

ndah

Terb

atas

nya

oran

g ya

ng a

hli

Mes

in y

ang

digu

naka

n ku

rang

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

RPNAggregat

Gambar 3.4 Pareto Chart Permasalahaan UKM Suminar Jati

13

Page 17: 4 Laporan Akhir

3.5 Bussiness Model Canvas

Gambar 3.5 BMC Existing

Dari penyebab permasalahan yang dijabarkan dalam pareto chart, kemudian dibangun

beberapa alternatif solusi yang memungkinkan untuk diterapkan di UKM Suminar Jati.

Alternatif tersebut diantaranya sebagai berikut.

1. Penerapan Ergonomi dalam Desain Produk

2. Penerapan Penjadwalan (Scheduling) Produksi

3. Penerapan Standardisasi Kerja

4. Melakukan Forecast Demand/Order

5. Merubah Tata Letak Bengkel (Layout) dan Inventori

6. Perancangan dan Pembuatan Jig & Fixture sebagai Alat Bantu Produksi

Dari alternatif solusi yang ditawarkan, kemudian dipilih lima solusi yang memiliki

weight score tertinggi. Berikut ini adalah penjelasan dari keenam alternatif solusi dan sistem

scoring yang dilakukan untuk mendapatkan lima solusi terbaik.

14

Page 18: 4 Laporan Akhir

Tabel 3.4 Scoring Alternatif Solusi

Rating Weight Score

Rating Weight Score

Rating Weight Score

Rating Weight Score

Rating Weight Score

Rating Weight Score

1Desain kurang ergonomis

20% 5 1 2 0,4 2 0,4 2 0,4 2 0,4 2 0,4

2

Belum ada penjadwalan pekerja dan mesin

15% 2 0,3 3 0,45 5 0,75 3 0,45 2 0,3 2 0,3

3 Lead time produksi lama

15% 2 0,3 4 0,6 4 0,6 4 0,6 4 0,6 3 0,45

4Tidak ada standar dalam bekerja

15% 4 0,6 5 0,75 3 0,45 2 0,3 3 0,45 2 0,3

5Lay out tempat kerja yang belum baik

10% 2 0,2 2 0,2 2 0,2 2 0,2 5 0,5 2 0,2

6

Belum adanya antisipasi ketidakpastian yang terjadi

10% 2 0,2 2 0,2 2 0,2 4 0,4 3 0,3 2 0,2

7Keterbatasan pekerja yang ahli dan terampil

15% 2 0,3 2 0,3 2 0,3 3 0,45 2 0,3 2 0,3

Total 1 2,9 2,9 2,9 2,8 2,85 2,15

No. PermasalahanWeight

(%)

SolusiPenerapan Ergonomi

Standardisasi Penjadwalan Forecast Demand

Penataan Layout dan

Jig & Fixture

Nilai weight merepresentasikan tingkat kepentingan permasalahan tersebut untuk

segera diselesaikan, sedangkan nilai rating menunjukan sejauh mana solusi tersebut dapat

menyelesaikan permasalahan. Total dari nilai weight keseluruhan haruslah berjumlah 100%,

dimana rating untuk masing-masing solusi ditentukan berdasarkan hasil wawancara.

Berdasarkan hasil pengolahan scoring didapatkan lima alternatif solusi terbaik dengan nilai

weight score tertinggi, diantaranya yaitu penerapan ergonomi dalam desain produk,

penerapan penjadwalan (scheduling) produksi, penerapan standardisasi kerja, melakukan

forecast demand, dan merubah tata letak bengkel (layout) dan inventory.

Kemudian dari kelima alternatif solusi tersebut kemudian dibuat Bussiness Model

Canvas menunjukan perubahan yang terjadi pada struktur bisnis masing-masing bagian

dalam building block. Berikut ini adalah kelima Bussiness Model Canvas untuk masing-

masing solusi.

15

Page 19: 4 Laporan Akhir

3.5.1 Penerapan Ergonomi Dalam Desain Produk

Gambar 3.6 BMC Solusi Penerapan Ergonomi Dalam Desain Produk

Pada alternatif solusi ini, bagian yang mengalami perubahan ada dua yaitu pada key

activities dan value proposition.

a. Key Activities

Solusi di atas lebih memfokuskan aktivitas untuk memenuhi produksi dengan

penerapan ergonomi, karena di UKM Suminar Jati kurang memiliki standar tentang

desain produk mebel, sedangkan para konsumen ketika memesan produk tidak

memperinci tentang detail ukuran-ukuran yang ergonomis. Hal ini dapat

menimbulkan ketidaknyaman bagi konsumen saat produk tersebut akan dipakai

karena bisa saja menimbulkan efek kesehatan yang berkaitan dengan postur tubuh.

Dengan solusi ini hal yang ingin dikedepankan adalah suatu pengetahuan baru

mengenai cara mendesain suatu produk yang ergonomis khususnya pada produk

mebel sesuai dengan antropometri tubuh manusia. Output yang diharapkan dari

alternatif solusi ini adalah adanya ukuran baku yang ergonomis dalam mendesain

16

Page 20: 4 Laporan Akhir

dan membuat mebel kayu sehingga memudahkan para pengrajin membuat mebel

yang nyaman dan sesuai dengan keinginan konsumen.

b. Value Proposition

Dengan adanya penerapan ergonomi dalam desain produk, maka value proposition

yang ditawarkan oleh UKM ditambah dengan desain yang ergonomis. Bagi pihak

pengrajin dengan adanya solusi tersebut maka dapat memudahkan mereka dalam

membuat mebel yang nyaman dan sesuai dengan keinginan konsumen karena

produk mebel yang dihasilkan sudah sesuai dengan desain yang ergonomis. Hal ini

akan penting bagi konsumen, dengan adanya desain yang ergonomis ini konsumen

dapat merasa lebih nyaman dalam menggunakan produk tersebut. Dengan begitu,

kepuasan konsumen dapat meningkat dan hubungan antara konsumen dan

produsen secara tidak langsung terbina dengan baik.

3.5.2 Penerapan Penjadwalan Produksi

Gambar 3.7 BMC Solusi Penjadwalan Produksi

Pada alternatif solusi ini, bagian yang mengalami perubahan adalah pada key

activities.

a. Key Activities

Solusi diatas lebih memfokuskan aktivitas untuk menjadwalkan produksi seperti

pekerja dan mesin. Solusi diatas dipilih dengan mempertimbangkan Bussiness

17

Page 21: 4 Laporan Akhir

Model Canvas yang sudah ada dan proses produksi pada UKM Suminar Jati. Saat

ini UKM Suminar Jati masih menyiapkan segala sesuatunya baru pada saat ada

pesanan atau order yang masuk termasuk bahan baku dan bahan kebutuhan

lainnya. Sehingga hasil yang didapatkan tidak efisien dan membutuhkan banyak

waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan penjadwalan ini, proses

produksi dapat berjalan dengan lebih efisien sehingga lead time produksi dapat

diminimalkan dan waktu yang ada dapat dioptimalkan untuk mengerjakan pesana

konsumen yang lain.

3.5.3 Penerapan Standardisasi Kerja

Gambar 3.8 BMC Solusi Standarisasi Kerja

Pada alternatif solusi ini, bagian yang mengalami perubahan adalah pada key activities

dan cost structure.

a. Key Activities

Pada solusi diatas kita bisa melihat kondisi UKM Suminar Jati sekarang dimana

setiap jenis pekerjaan yang dilakukan belum memiliki prosedur atau ketentuan

yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan proses produksi, belum adanya

standar ini proses produksi sering dilakukan secara bebas tanpa ketentuan.

Sehingga dengan melakukan standardisasi pada setiap pekerjaan di UKM Suminar

Jati seperti pembuatan Standard Operational Procedure (SOP) dan melakukan

18

Page 22: 4 Laporan Akhir

time study yang benar, maka output yang dihasilkan nantinya akan lebih terjadwal

dalam melakukan proses produksi, karena memiliki pegangan dalam melakukan

pekerjaan.

b. Cost Structure

Alternatif solusi ini juga membuat bagian cost structure berubah yaitu adanya

penambahan biaya untuk melakukan pelatihan pekerja. Hal ini diperlukan karena

untuk mencapai suatu standar tertentu, pekerja harus dilatih dan dibiasakan

dengan proses produksi berdasarkan standar. Pelatihan yang dilakukan

diantaranya adalah terkait dengan prosedur dalam penyelesaian pesanan

konsumen mulai dari awal sampai akhir dan waktu baku penyelesaian masing-

masing aktivitas pekerjaan.

3.5.4 Forecast Demand

Gambar 3.9 BMC Solusi Forecast Demand

Pada alternatif solusi ini, bagian yang mengalami perubahan adalah pada key

activities.

a. Key Activities

Pemilihan solusi selanjutnya adalah melakukan forecast demand atau peramalan

permintaan. Dengan melakukan peramalan permintaan. Demand yang akan datang

dapat diperkirakan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat data historis demand

sebelumnya, sehingga pemilik UKM Suminar Jati dapat mempersiapkan

19

Page 23: 4 Laporan Akhir

segalanya yang berkaitan dengan produksi mebel seperti bahan baku kayu, dan

mempersiapkan pekerja dan nantinya output yang dihasilkan dalam solusi ini

adalah dapat mengalokasikan pekerja dan bahan baku yang digunakan untuk

membuat mebel lebih optimal dan tepat sasaran. Jika data historis belum tersedia,

pemilik UKM Suminar Jati secara bertahap juga akan mengumpulkan data

demand dari waktu ke waktu sehingga untuk periode sebelumnya sudah ada data

historis yang dimiliki.

3.5.5 Penataan Layout & Inventory

Gambar 3.10 BMC Solusi Penataan Layout

Pada alternatif solusi ini, bagian yang mengalami perubahan adalah pada key activities

dan cost structure.

a. Key Activities

Pada pemilihan solusi terakhir yaitu penataan layout dan inventory karena proses

material handling yang kurang bagus, dan waktu yang dibutuhkan dalam proses

produksi menjadi lebih lama dikarenakan proses material handling yang kurang

bagus tersebut. Dengan penataan ini, material handling mulai dari aliran barang

atau material dan pekerja dapat berjalan dengan lebih baik, dengan begitu proses

produksi membutuhkan waktu lead time yang lebih singkat. Waktu yang dihemat

tersebut nantinya dapat digunkan untuk mengerjakan order dari konsumen lain.

b. Cost Structure

20

Page 24: 4 Laporan Akhir

Alternatif solusi ini juga membuat perubahan pada cost structure dimana biaya

tersebut dikeluarkan untuk melakukan penataan layout dan inventory. Penataan ini

dilakukan dengan merubah tata letak mesin maupun posisi work in process

inventory yang ada. Hal lain yang bisa membuat adanya biaya tambahan yang

harus dikeluarkan adalah penambahan peralatan bantu yang digunakan untuk

memperbaiki tata letak di tempat produksi UKM Suminar Jati.

3.6 Penentuan 3 Possible Solution dengan Metode AHP

Pemilihan ketiga possible solution yang akan diterapkan di UKM Suminar Jati

diputuskan untuk menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP

yang dikenal komprehensif dalam pengambilan keputusan. Hal ini karena AHP dapat

menggabungkan pertimbangan dan penilaian pribadi dengan cara yang logis sebagai input

dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multiobyektif dan multi-

kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki.

Terdapat 3 bagian penting dalam metode AHP dalam penentuan 3 possible solution

yaitu:

1. State the objective

Tujuan dari metode AHP memilih 3 possible solution dari 5 possible solution

yang ada untuk meningkatkan daya saing UKM Suminar Jati

2. Define the criteria

Terdapat 6 kriteria yang dipakai dalam metode ini yaitu :

- Waktu produksi

- Tingkat penjualan

- Kualitas produk

- Kapasitas produksi

- Market Share

- Profit

3. Pick the alternatives

Melalui metode ini akan dipilih 3 dari 5 possible solution yang ada, yaitu :

Penerapan ergonomi dalam desain produk

Penerapan standardisasi kerja

Penerapan pejadwalan produksi

Penerapan forecast demand

Penataan layout dan inventory

21

Page 25: 4 Laporan Akhir

Berikut ini adalah hierarki dari AHP dalam memilih 3 possible solution dari 5

alternative solution yang ada :

Gambar 3.11 Hierarcy Process Possible Solution

Berikut ini adalah langkah-langkah yang kami lakukan untuk menentukan 3

possible solution dari 5 possible solution menggunakan metode AHP.

1. Penentuan eigenvectors dari masing-masing kriteria

Langkah pertama yang dilakukan dalam metode AHP adalah dengan

menentukan eigenvectors dari setiap kriteria yang ada. Untuk menentukan

eigenvectors dari setiap kriteria yang ada, dapat dilakukan dengan cara melakukan

pairwise comparison antara kriteria yang satu dengan kriteria yang lainnya.

Penentuan pairwise comparison dilakukan dengan berdiskusi dengan pihak pemilik

UKM. Berikut ini adalah pairwise comparison antar kriteria yang ada :

22

Page 26: 4 Laporan Akhir

Tabel 3.5. Pairwise Comparison Antar Kriteria

Waktu

produksi

Tingkat

penjuala

n

Kualitas

produk

Kapasitas

produksi

Market

shareProfit

Waktu

produksi1 1/3 1 1/3 1/3 1/5

Tingkat

penjualan3 1 3 3 1 1

Kualitas

produk1 1/3 1 1/3 1/3 1/3

Kapasitas

produksi3 1/3 3 1 1/3 1/3

Market

share3 1 3 3 1 1/3

Profit 5 1 3 3 3 1

Keterangan : 1 = equal, 3 = moderate, 5 = strong, 7 = very strong, 9 = extreme

Dari pairwise comparison di atas kemudian ditentukan nilai eigenvectors-nya

melalui Row Geometric Mean Methods dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 3.6. Hasil Perhitungan Eigenvector

KriteriaGeometric

mean

Normalized

weight

Waktu produksi 0.44151389 0.061370967

Tingkat penjualan 1.73205081 0.240757167

Kualitas produk 0.48074986 0.066824814

Kapasitas

produksi0.83268318 0.115743974

Market share 1.44224957 0.200474443

Profit 2.2649344 0.314828634

Jumlah 7.1941817 1

Kemudian setelah diketahui eigenvectornya, kita perlu melakukan perhitungan

konsistensi melihat Consistency Ratio (CR). Untuk mendapatkan hasil yang

23

Page 27: 4 Laporan Akhir

konsisten, nilai CR harus < 0,1. Apabila tidak konsisten, maka matriks

perbandingannya harus diubah. CR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

CI (Consistency Index) = λmax – n/n-1

CR (Consistency Ratio) = CI/random index for size n

Dari hasil perhitungan, ternyata didapatkan hasil CR yaitu 0,089. Hal ini

berarti penilaian terhadap kriteria sudah konsisten karena CR < 0,1.

2. Penentuan eigenvectors untuk masing-masing solusi

Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai eigenvectors dari setiap solusi

yang ada terhadap masing-masing kriteria. Untuk menentukan eigenvectors dari

setiap solusi yang ada, dapat dilakukan dengan cara melakukan pairwise

comparison antara solusi yang satu dengan solusi yang lainnya untuk masing-

masing kriteria yang ada (terdapat 6 kriteria). Berikut ini adalah pairwise

comparison antara solusi yang ada :

Tabel 3.7. Pairwise Comparison antar Solusi terhadap Kriteria 1

Penerapa

n

Ergonomi

Standardisas

i Pekerja

Penjadwala

n

Forecas

t

Demand

Penataan

Layout dan

Inventory

Penerapan

Ergonomi1.00 0.20 0.20 3.00 0.33

Standardisasi

Pekerja5.00 1.00 1.00 5.00 3.00

Penjadwalan 5.00 1.00 1.00 5.00 3.00

Forecast

Demand0.33 0.20 0.20 1.00 0.33

Penataan

Layout dan

Inventory

3.00 0.33 0.33 3.00 1.00

24

Page 28: 4 Laporan Akhir

Tabel 3.8. Pairwise Comparison antar Solusi terhadap Kriteria 2

 

Penerapa

n

Ergonomi

Standardisas

i Pekerja

Penjadwala

n

Forecas

t

Demand

Penataan

Layout dan

Inventory

Penerapan

Ergonomi 1.00 5.00 5.00 7.00 5.00

Standardisasi

Pekerja 0.20 1.00 1.00 0.33 1.00

Penjadwalan 0.20 1.00 1.00 1.00 3.00

Forecast

Demand 0.14 3.00 1.00 1.00 3.00

Penataan

Layout dan

Inventory 0.20 1.00 0.33 0.33 1.00

Tabel 3.9. Pairwise Comparison antar Solusi terhadap Kriteria 3

 

Penerapan

Ergonomi

Standardisasi

Pekerja

Penjadwala

n

Forecast

Demand

Penataan

Layout dan

Inventory

Penerapan

Ergonomi 1.00 3.00 7.00 7.00 7.00

Standardisasi

Pekerja 0.33 1.00 5.00 5.00 5.00

Penjadwalan 0.14 0.20 1.00 1.00 1.00

Forecast

Demand 0.14 0.20 1.00 1.00 1.00

Penataan

Layout dan

Inventory 0.14 0.20 1.00 1.00 1.00

Tabel 3.10. Pairwise Comparison antar Solusi terhadap Kriteria 4

25

Page 29: 4 Laporan Akhir

 

Penerapa

n

Ergonomi

Standardisas

i Pekerja

Penjadwala

n

Forecas

t

Demand

Penataan

Layout dan

Inventory

Penerapan

Ergonomi 1.00 0.20 0.20 1.00 0.33

Standardisasi

Pekerja 5.00 1.00 1.00 5.00 5.00

Penjadwalan 5.00 1.00 1.00 5.00 3.00

Forecast

Demand 1.00 0.20 0.20 1.00 0.33

Penataan

Layout dan

Inventory 3.00 0.20 0.33 3.00 1.00

Tabel 3.11. Pairwise Comparison antar Solusi terhadap Kriteria 5

Penerapa

n

Ergonomi

Standardisasi

PekerjaPenjadwalan

Forecast

Demand

Penataan

Layout dan

Inventory

Penerapan

Ergonomi 1.00 3.00 5.00 5.00 5.00

Standardisasi

Pekerja 0.33 1.00 3.00 3.00 3.00

Penjadwalan 0.20 0.33 1.00 1.00 1.00

Forecast Demand 0.20 0.33 1.00 1.00 1.00

Penataan Layout

dan Inventory 0.20 0.33 1.00 1.00 1.00

Tabel 3.12. Pairwise Comparison antar Solusi terhadap Kriteria 6

  Penerapan Standardisasi Penjadwalan Forecast Penataan

26

Page 30: 4 Laporan Akhir

Ergonomi Pekerja DemandLayout dan

Inventory

Penerapan

Ergonomi 1.00 5.00 5.00 7.00 5.00

Standardisasi

Pekerja 0.20 1.00 1.00 0.33 1.00

Penjadwalan 0.20 1.00 1.00 1.00 3.00

Forecast Demand 0.14 3.00 1.00 1.00 3.00

Penataan Layout

dan Inventory 0.20 1.00 0.33 0.33 1.00

Dari masing-masing pairwise comparison untuk solusi di atas maka dengan

cara yang sama untuk menentukan eigenvector untuk masing-masing kriteria

didapatkan hasil eigenvector untuk masing-masing solusi sebagai berikut :

Tabel 3.13 Eigenvector untuk Setiap Solusi terhadap Kriteria 1

 

Geometric

Mean

Normalized

Weight

(Eigenvector) λ

Penerapan Ergonomi 0.525305561 0.07951115 5.373494

Standardisasi Pekerja 2.37144061 0.358945314 5.086329

Penjadwalan 2.37144061 0.358945314 5.086329

Forecast Demand 0.338503759 0.051236509 5.30427

Penataan Layout dan

Inventory 1 0.151361713 5.172388

Tabel 3.14 Eigenvector untuk Setiap Solusi terhadap Kriteria 2

  Geometric

Mean

Normalized

Weight

λ

27

Page 31: 4 Laporan Akhir

(Eigenvector)

Penerapan Ergonomi 3.876159242 0.563440967 5.416616

Standardisasi Pekerja 0.581810759 0.084572381 5.289491

Penjadwalan 0.902880451 0.131243275 5.219519

Forecast Demand 1.051547497 0.152853611 5.37753

Penataan Layout dan

Inventory 0.467043677 0.067889765 5.300494

Tabel 3.15 Eigenvector untuk Setiap Solusi terhadap Kriteria 3

 

Geometric

Mean

Normalized

Weight

(Eigenvector) λ

Penerapan Ergonomi 4.003898643 0.527823473 5.15564

Standardisasi Pekerja 2.108423032 0.277947887 5.126976

Penjadwalan 0.49111861 0.06474288 5.023279

Forecast Demand 0.49111861 0.06474288 5.023279

Penataan Layout dan

Inventory 0.49111861 0.06474288 5.023279

Tabel 3.16 Eigenvector untuk Setiap Solusi terhadap Kriteria 4

 

Geometric

Mean

Normalized

Weight

(Eigenvector) λ

Penerapan Ergonomi 0.421684606 0.062525352 5.084186

Standardisasi Pekerja 2.626527804 0.389448825 5.227136

Penjadwalan 2.37144061 0.351625731 5.027938

Forecast Demand 0.421684606 0.062525352 5.084186

Penataan Layout dan

Inventory 0.902880451 0.133874741 5.259582

Tabel 3.17 Eigenvector untuk Setiap Solusi terhadap Kriteria 5

  Geometric

Mean

Normalized

Weight

λ

28

Page 32: 4 Laporan Akhir

(eigenvector)

Penerapan Ergonomi 3.27194695 0.498072002 5.090133

Standardisasi Pekerja 1.551845574 0.236229635 5.077046

Penjadwalan 0.581810759 0.088566121 5.013836

Forecast Demand 0.581810759 0.088566121 5.013836

Penataan Layout dan

Inventory 0.581810759 0.088566121 5.013836

Tabel 3.18 Eigenvector untuk Setiap Solusi terhadap Kriteria 6

 

Geometric

Mean

Normalized

Weight

(Eigenvector) λ

Penerapan Ergonomi 3.876159242 0.563440967 5.416616

Standardisasi Pekerja 0.581810759 0.084572381 5.289491

Penjadwalan 0.902880451 0.131243275 5.219519

Forecast Demand 1.051547497 0.152853611 5.37753

Penataan Layout dan

Inventory 0.467043677 0.067889765 5.300494

Dari hasil perhitungan, ternyata didapatkan hasil CR untuk semua kriteria

sudah menunjukkan hasil < 0,1. Hal ini berarti penilaian antar solusi terhadap

kriteria sudah konsisten.

3. Penentuan Ranking

Penentuan ranking untuk masing-masing solusi dilakukan dengan perkalian

matriks antara matriks eigenvector solusi dengan matriks criteria ranking (criteria

eigenvectors).

Tabel 3.19 Global Weight untuk masing-masing Alternatif

  F G H I J K Criteria Ranking

Hasil Perkalian

A 0.0795 0.5634 0.5278 0.0625 0.4981 0.5634 0.0614 0.4603

29

Page 33: 4 Laporan Akhir

B 0.3589 0.0846 0.2779 0.3894 0.2362 0.0846 0.2408 0.1800

C 0.3589 0.1312 0.0647 0.3516 0.0886 0.1312x

0.0668=

0.1577

D 0.0512 0.1529 0.0647 0.0625 0.0886 0.1529 0.1157 0.1174

E 0.1514 0.0679 0.0647 0.1339 0.0886 0.0679 0.2005 0.0846

0.3148

Keterangan :

A = Penerapan Ergonomi pada F = Waktu produksi

desain produk G = Tingkat penjualan

B = Standardisasi kerja H = Kualitas produk

C = Penjadwalan I = Kapasitas produksi

D = Forecast Demand J = Market share

E = Penataan Layout K = Profit

3.7 Uraian Detail 3 Possible Solution

3.1

3.2

3.7.1 Penerapan Ergonomi dalam Desain Produk

Untuk melihat bagaimana solusi penerapan standardisasi pekerja mampu

menyelesaikan permasalahan di UKM, maka dapat dilihat di gambar 3.12

30

Page 34: 4 Laporan Akhir

Gambar 3.12 Causal Loop Diagram Penerapan Egonomi dalam Desain Produk

Pada causal loop diagram (CLD) di atas, dapat dilihat hubungan antar elemen

atau variabel yang berhubungan dengan usaha meningkatkan daya saing UKM. Dapat

dilihat bahwa salah satu penyebab UKM berkembang adalah adanya profit yang terus

bertambah. Semakin profit bertambah, maka UKM juga makin berkembang. Profit

sendiri akan terus bertambah apabila tingkat penjualan produk juga bertambah, atau

sebaliknya bila tingkat penjualan rendah maka profit akan menurun. Tingkat penjualan

ini akan dipengaruhi oleh daya saing dari UKM itu sendiri menghadapi kompetitor

yang ada.

Untuk meningkatkan daya saing, maka salah satu upaya yang bisa dilakukan

UKM Suminar Jati adalah dengan meningkatkan kualitas produknya. Apabila kualitas

produk yang dihasilkan oleh UKM Suminar Jati meningkat, maka daya saing dari UKM

suminar Jati tentu akan meningkat, bahkan mampu bersaing dengan perusahaan mebel

kelas atas.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas produk UKM Suminar Jati yaitu

dengan menerapkan ergonomi pada desain produknya. Dengan penerapan ergonomi,

maka produk dari UKM Suminar Jati tidak akan kalah oleh produk dari UKM lain,

bahkan dari perusahaan mebel yang lebih besar.

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan dan

elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang mengaplikasikan teori,

prinsip, data dan metode untuk merancang suatu sistem yang optimal, dilihat dari sisi

manusia dan kinerjanya (International Ergonomics Association, 2002). Ergonomi juga

mempelajari gerakan tubuh manusia yang berkaitan dengan aktivitasnya. Tujuannya

adalah menciptakan kenyamanan sebuah sarana. Di dalam ilmu ergonomi terdapat satu

bagian yang khusus mempelajari ukuran tubuh manusia yaitu Antropometri.

Antropometri secara luas digunakan untuk pertimbangan ergonomis dalam suatu

perancangan produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia.

Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang sangat

komplek, harus berpedoman kepada antropometri pemakainya.

Penerapan ergonomi dalam perancangan mebel yang ada di UKM sangat

diperlukan, karena dimensi dari mebel yang dihasilkan harus berdasarkan kebutuhan

“human dimension” setiap pengguna mebel tersebut. Perancangan mebel yang

berpedoman pada standar antropometri tubuh manusia untuk saat ini belum diterapkan

31

Page 35: 4 Laporan Akhir

di UKM Suminar Jati. Proses perancangan hanya didasari oleh kemampuan dan

pengetahuan sebatas fungsionalnya semata, sehingga standar ukuran yang diterapkan

pada mebel hanya didasarkan pada pengalaman dari mencoba dan memperkirakan

kesesuaian bagi penggunanya.

Solusi untuk melakukan penerapan ergonomi dalam desain produk di UKM

Suminar Jati diawali dengan proses mencari variabel antropometri yang relevan dalam

pembuatan mebel. Variabel tersebut diantaranya adalah tinggi bahu duduk, tinggi siku

duduk, tinggi popliteal, paha popliteal, lebar pinggul, dan lebar bahu. Hal selanjutnya

yang dilakukan adalah mencari ukuran antropometri tubuh manusia rata-rata penduduk

Indonesia untuk masing-masing variabel antropometri. Berdasarkan ukuran-ukuran

tersebut kemudian dibuatlah contoh gambar desain yang sesuai dengan antropometri

tubuh manusia menggunakan software grafis. Kemudian dari ukuran dan desain yang

telah dibuat tersebut akan disusun sebuah katalog yang berisi kumpulan ukuran dan

desain tersebut.

Proses selanjutnya yang dilakukan dalam solusi ini adalah memberikan

pengetahuan tentang ergonomi khususnya yang berhubungan dengan proses desain

langsung kepada pihak UKM Suminar Jati. Penyuluhan ini akan disampaikan oleh

pembicara yang berasal dari kalangan akademisi atau pakar bidang ergonomi sehingga

materi yang disampaikan lebih tepat dan dapat diterima oleh pihak UKM. Penyuluhan

tersebut akan dilakukan sebanyak dua kali, penyuluhan bagian pertama akan lebih

berfokus pada penyampaian pengetahuan ergonomi sebagai dasar dalam perancangan

desain mebel. Pada bagian kedua, materi akan disampaikan kepada pihak UKM secara

langsung di bengkel produksi sambil mempraktikkan pengetahuan yang telah diterima.

Dengan solusi tersebut diharapkan daya saing produk dapat meningkat yang

berpengaruh terhadap daya saing UKM Suminar Jati. Penerapan solusi tersebut dapat

ditampilkan dalam flowchart seperti pada gambar 3.13

32

Page 36: 4 Laporan Akhir

Gambar 3.13 Flowchart Penerapan Ergonomi dalam Desain Produk

33

Page 37: 4 Laporan Akhir

Gambar 3.14 Business Model Canvas Solusi Penerapan Ergonomi dalam Desain Produk

Value Propositions

Nilai yang ditawarkan oleh UKM Suminar jati kepada konsumen adalah suatu

produk mebel dengan harga yang relatif murah dibanding dengan UKM lain, namun

tetap dengan kualitas produk yang terjaga. Selain kedua nilai tersebut, nilai lain yang

diberikan pada konsumen adalah desain yang sesuai keinginan konsumen. Konsumen

biasanya sudah memiliki gambaran mebel yang dikehendaki seperti apa oleh karena itu

UKM Suminar Jati menawarkan kemudahan bagi konsumen untuk membuat sendiri

desain produk yang akan mereka beli. Sehingga saat datang ke UKM konsumen tinggal

berkonsultasi tentang produk yang diinginkan. Selanjutnya UKM Suminar Jati akan

membuatkan produk sesuai dengan keinginan konsumen.

Melalui solusi penerapan ergonomi dalam desain produk, maka nilai dalam value

proposition yang ditawarkan oleh UKM ditambah dengan desain produk yang

ergonomis. Bagi pihak pengrajin dengan adanya solusi tersebut maka dapat

memudahkan mereka dalam membuat mebel yang nyaman dan sesuai dengan

keinginan konsumen karena produk mebel yang dihasilkan sudah sesuai dengan desain

yang ergonomis. Hal ini akan penting bagi konsumen, dengan adanya desain yang

ergonomis ini konsumen dapat merasa lebih nyaman dan terhindar dari cedera yang

34

Page 38: 4 Laporan Akhir

dapat ditimbulkan karena ukuran produk yang tidak sesuai. Dengan penerapan

ergonomi ini, daya saing produk akan meningkat karena produk dibuat sesuai dengan

standar yang ada, kepuasan konsumen juga dapat ditingkatkan dan hubungan antara

UKM dan konsumen secara tidak langsung dapat terbina dengan lebih baik.

Customer Segments

Dalam proses bisnisnya, UKM ini tidak membedakan segmen dari

konsumennya. Hal ini dikarenakan konsumen atau pasar UKM Suminar Jati saat ini

terbatas pada konsumen rumah tangga. Dimana produk mebel yang dihasilkan adalah

berbagai kelengkapan rumah tangga seperti meja, kursi, lemari, pintu, jendela hingga

kusen pintu maupun jendela untuk membangun rumah.

Channels

UKM Suminar Jati dalam menyalurkan produknya dilakukan dengan

mengirimnya secara langsung kepada konsumen, hal ini dikarenakan sebagian besar

produk yang dibuat adalah make to order. Produk yang telah dibuat sebelum dikirimkan

disimpan terlebih dahulu di gudang yang dimiliki UKM Suminar Jati. Selanjutnya

untuk menyalurkan produk tersebut ke tangan konsumen bisa dengan dikirimkan

langsung ke konsumen dengan bantuan truk, atau bisa diambil sendiri ke lokasi UKM

Suminar Jati di Gunung Kidul.

Customer Relationships

Kualitas hubungan dengan konsumen ditunjukkan dengan beberapa indikator,

yaitu banyaknya jumlah konsumen baru, jumlah konsumen yang tetap dan peningkatan

penjualan. Untuk membina hubungan yang baik dengan konsumen, UKM Suminar Jati

memberikan pelayanan kepada konsumen baik pada saat pembelian maupun pasca

pembelian berupa personal assistance. Dengan layanan tersebut, konsumen dapat

melakukan pemesanan via telepon atau mengirimkan desain produk yang diinginkan

via email. Selain itu konsumen disediakan fasilitas oleh pihak UKM untuk melakukan

co-creation dimana konsumen nantinya dapat membuat desain produk sesuai dengan

desain yang diinginkan.

35

Page 39: 4 Laporan Akhir

Key Activities

Aktivitas kunci yang ada di UKM Suminar Jati adalah membuat mebel

kelengkapan rumah tangga. Proses tersebut mulai dari proses pengadaan bahan baku

dan bahan pelengkap untuk pembuatan mebel. Proses selanjutnya adalah membuat

desain mebel yang akan diproduksi yang dilanjutkan dengan pemotongan kayu sesuai

pola dan model dari produk yang dibuat. Setelah itu, dilakukan penghalusan komponen,

perakitan komponen, pengampelasan dan yang terakhir adalah finishing produk yang

dibuat.

Dengan solusi penerapan ergonomi, aktivitas kunci di UKM mengalami

sedikit perubahan yaitu membuat produk yang ergonomis. Sebelumnya di UKM

Suminar Jati standar ukuran yang diterapkan pada mebel hanya didasarkan pada

pengalaman dari mencoba dan memperkirakan kesesuaian bagi penggunanya. Padahal

konsumen ketika memesan produk juga tidak mengetahui detail ukuran-ukuran yang

ergonomis. Jika produk yang dibuat tidak sesuai dengan ergonomi maka dapat

menimbulkan ketidaknyaman bagi konsumen saat produk tersebut akan dipakai karena

bisa saja menimbulkan efek kesehatan yang berkaitan dengan postur tubuh.

Key Resources

Resources utama pada UKM Suminar Jati adalah bahan baku pembuatan

produk, pekerja, mesin dan katalog yang berisi daftar ukuran baku ergonomi. Bahan

baku kayu yang digunakan dibeli di daerah Gunung Kidul secara langsung sehingga

kualitas bahan baku kayu yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Resource selanjutnya adalah pekerja atau pengrajin kayu, karena tanpa pekerja tersebut

UKM Suminar jati tidak dapat melakukan produksinya dikarenakan semua proses

produksi dilakukan secara manual oleh pekerja. Resource berikutnya adalah mesin,

untuk melakukan produksi pekerja mutlak membutuhkan mesin untuk mengolah bahan

baku menjadi produk jadi. Dengan bantuan mesin, proses produksi lebih cepat karena

waktu yang dibutuhkan lebih sedikit, dan beban yang ditanggung pekerja juga lebih

ringan. Selanjutnya resource yang terakhir yang merupakan tambahan karena

penerapan solusi ini adalah katalog ukuran baku ergonomi untuk melakukan

perancangan produk yang ergonomis. Dengan adanya katalog tersebut, proses

perancangan produk yang ergonomis dapat dilakukan dengan lebih mudah.

36

Page 40: 4 Laporan Akhir

Key Partners

Dalam melakukan proses bisnisnya, UKM Suminar Jati memiliki partner

dalam memenuhi kebutuhan bahan baku untuk pembuatan mebel seperti kayu pada

supplier kayu. Yang menjadi supplier kayu untuk UKM Suminar Jati adalah pemilik

lahan kayu jati atau akasia di Gunung Kidul. Partner yang kedua adalah pemilik truk di

Gunung Kidul yang digunakan untuk mengirim produk ke tangan konsumen. Pada

bagian key partner ini ada penambahan partner yaitu pakar di bidang ergonomi yang

memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada pihak UKM Suminar Jati.

Cost Structure

Biaya yang dikeluarkan UKM Suminar Jati untuk menjalankan usahanya

adalah biaya untuk pembelian bahan baku kayu, bahan pelengkap atau pendukung yang

dibutuhkan untuk pembuatan produk, biaya penggunaan listrik untuk produksi, biaya

perawatan mesin, membayar gaji karyawan, biaya untuk menyewa truk pada saat akan

mengirimkan produk jadi ke konsumen. Biaya tambahan yang harus dikeluarkan

dengan adanya solusi ini adalah biaya untuk investasi penyuluhan dan pembuatan

katalog ergonomi. Biaya investasi penyuluhan ini adalah biaya yang digunakan untuk

melakukan pelatihan dan penyuluhan oleh pakar ergonomi yang diajak kerja sama.

Revenue Streams

Pemasukan yang didapatkan oleh UKM Suminar Jati didapatkan dari penjualan setiap

produk yang berhasil dijual ke customer, dimana harga jual setiap produk berdasarkan

kesepakatan antara pihak UKM dan customer.

3.7.2 Penerapan Standardisasi Kerja

Untuk melihat bagaimana solusi penerapan standardisasi pekerja mampu

menyelesaikan permasalahan di UKM, maka dapat dilihat di gambar 3.15

37

Page 41: 4 Laporan Akhir

Gambar 3.15 Causal Loop Diagram Standardisasi Pekerja

Causal loop diagram (CLD) di atas menggambarkan tentang hubungan

antarelemen atau variabel yang berhubungan dengan penyelesaian masalah

menggunakan solusi standardisasi kerja. Pada CLD di atas terlihat bahwa apabila

tingkat penjualan UKM naik, maka profit UKM akan naik juga, begitu juga sebaliknya.

Profit yang meningkat, akan membuat UKM berkembang. Berkembangnya UKM,

misal dengan menambah mesin atau pekerja, akan meningkatkan kemampuan

penjualan UKM.

Tetapi, tingkat penjualan yang meningkat juga akan mempengaruhi permintaan

yang tidak bisa diterima karena keterbatasan kapasitas, sehingga UKM perlu

mengembangkan kapasitasnya. Pengembangan UKM ini seperti disebutkan di atas,

misal dengan menambah mesin. Tetapi suatu saat kapasitas produksi UKM tidak akan

mampu menerima permintaan yang terus bertambah, sehingga perlu dilakukan

alternatif lain dalam mengembangkan kapasitas produksi UKM Suminar Jati, yaitu

perbaikan pada UKM.

Salah satu alternatif solusi adalah dengan melakukan standardisasi pekerja.

dengan melakukan standardisasi pekerja, maka pekerja akan mampu bekerja dengan

lebih efisien dan mempersingkat waktu produksi. Waktu produksi yang makin singkat

38

Page 42: 4 Laporan Akhir

membuat kemampuan atau kapasitas UKM untuk menerima permintaan atau order

akan meningkat. Sehingga jumlah permintaan yang ditolak akan berkurang dan

akhirnya bisa menambah profit dari UKM Suminar Jati.

Standardisasi kerja yang dimaksud di sini adalah membuat pekerja mampu

melakukan pekerjaan sesuai standar. Untuk itu, hal pertama yang dilakukan adalah

melakukan pengamatan dan melakukan time study. Tujuannya untuk menentukan

waktu standar dari pekerjaan yang dilakukan.

Time study diawali dengan memilih pekerjaan yang akan diukur. Lalu membagi

siklus pekerjaan yang berlangsung ke dalam elemen-elemen kegiatan ketentuan:

1. Elemen – elemen kerja dibuat sedetail dan sependek mungkin akan tetapi

masih mudah untuk diukur waktunya dengan teliti.

2. Handling time seperti loading dan unloading time harus dipisahkan dari

machining time.

3. Elemen – elemen kerja yang konstan harus dipisahkan dengan elemen kerja

yang variabel.

Setelah dilakukan pembagian elemen kerja, maka selanjutnya dilakukan

pengamatan dan pengukuran waktu untuk setiap elemen. Pengamatan dan pengukuran

dilakukan beberapa kali untuk meminimalkan kesalahan yang mungkin terjadi. Setelah

itu dicari rata-rata dari pengukuran yang sudah dilakukan.

Langkah berikutnya adalah mencari performance rating dari pekerjaan yang

dilakukan. Metode yang bisa dilakukan untuk menentukan performance rating

diantaranya skill and effort rating, westing house system’s rating, synthetic rating, dan

performance rating atau speed rating. Nilai dari performance rating ini akan digunakan

untuk menentukan waktu normal dari kegiatan atau pekerjaan yang diamati. Nilai dari

waktu standar dihitung dengan cara :

Waktu normal = rata-rata waktu × (1+performance rating) (3)

Setelah diketahui waktu normal dari kegiatan atau pekerjaan yang diamati,

selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menentukan allowance. Allowance diperlukan

karena pada kenyataannya, pekerja tidak mampu untuk bekerja secara terus-menerus

dan memerlukan waktu khusus untuk keperluan istirahat atau keperluan pribadi.

Allowance dapat diklasifikasikan menjadi special allowances, contingency allowances,

39

Page 43: 4 Laporan Akhir

policy allowances dan relaxation allowance. Allowance digunakan untuk mengubah

waktu normal menjadi waktu standar, caranya

Waktu standar = waktu normal × (1+total allowance) (4)

Setelah didapatkan waktu standar, maka pekerja di UKM Suminar Jati dapat

diberi target yang jelas. Dimana pekerja harus bisa mencapai waktu standar yang sudah

dihitung sebelumnya. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan pelatihan yang

diberikan pada pekerja di UKM Suminar Jati. Pelatihan ini termasuk pemberian

pemahaman kepada pekerja UKM Suminar Jati tentang pentingnya bekerja dengan

standar yang pasti untuk kemajuan bisnis.

Selain adanya waktu standar sebagai target yang harus dicapai, UKM Sunminar

Jati bisa membuat SOP mengenai proses produksi yang dilakukan. SOP tersebut

mengacu kepada standar yang sudah ditentukan sebelumnya. Sehingga dalam

melakukan proses produksi, pekerja bisa mengacu kepada SOP tersebut.

SOP tersebut tidak hanya berisi mengenai waktu standar saja, melainkan juga

cara pengerjaan, perawatan mesin, perawatan perlatan, dan lain sebagainya yang

termasuk dalam proses produksi UKM Suminar Jati.

Untuk membuat SOP tersebut, maka diperlukan pengamatan langsung ke tempat

produksi UKM Suminar Jati. Cara paling sederhana dalam menentukan apa yang perlu

diberi standar, adalah dengan melibatkan pekerja dan pemilik untuk mengidentifkasi

masalah-masalah yang terjadi. Dari masalah-masalah tersebut kemduian dipilih

masalah mana yang memungkinkan untuk diselesaikan dan dibuat standarnya.

Dari penyelesaian permasalahan tersebut, dibuat langkah-langkahnya secara lebih

detail. Sehingga pekerja bisa mengacu pada langkah-langkah tersebut. Langkah-

langkah inilah yang kemudian menjadi SOP UKM Suminar Jati.

Pelatihan akan diberikan beberapa kali, supaya pekerja benar-benar mengerti dan

mampu mencapai standar waktu yang ada. Pelatihan akan diajukan ke Balai Latihan

Kerja dan Pengembangan Produktivitas DIY seksi pengembangan produktivitas.

Dimana salah satu kegiatannya adalah bimbingan konsultasi peningkatan produktivitas

yang tujuannya untuk memotivasi dan membantu perusahaan serta UKM dalam

mengidentifikasi permasalahan dan melakukan perbaikan menuju peningkatan

produktivitas dan daya saing secara berkesinambungan.

Dengan adanya pelatihan dan SOP tersebut, maka diharapkan pekerja pada UKM

Suminar Jati mampu bekerja sesuai dengan standar dan SOP yang sudah ditetapkan.

40

Page 44: 4 Laporan Akhir

Dengan bekerja sesuai standar tersebut, maka waktu pengerjaan akan lebih cepat

dibandingkan sebelumnya. Masalah-masalah yang ditemui juga akan makin berkurang

karena pekerja bekerja sesuai SOP yang sudah dibuat, sehingga permasalahan akan

lebih cepat dideteksi dan diselesaikan. Dengan makin cepatnya pengerjaan, maka UKM

Suminar Jati akan mampu menerima lebih banyak order dibandingkan sebelumnya.

41

Page 45: 4 Laporan Akhir

Gambar 3.16 Flowchart Penerapan Standardisasi Kerja

42

Page 46: 4 Laporan Akhir

SOP dibuat berdasarkan proses pembuatan furniture yang ada di UKM Suminar

Jati. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh para pekerja di UKM Suminar

Jati agar menghasilkan produk yang layak jual dan juga berdaya saing tinggi sehingga

dapat meningkatkan daya saing UKM Suminar Jati di kancah nasional maupun

internasional.. Tahap-tahap dari pembuatan furniture di UKM Suminar Jati, yaitu

proses pembuatan, pengaturan alat, proses pemotongan log, proses sanding, proses

menutup pori-pori, proses dempul dan proses penyemprotan cat.

1. Proses Pembuatan

Proses keseluruhan untuk membuat sebuah furniture, mulai tahap awal hingga

selesai adalah sebagai berikut.

a. Mempelajari desain dari konsumen

b. Menyesuaikan desain konsumen dengan katalog yang ada

c. Memilih material kayu yang sesuai serta dengan ukuran yang tepat

d. Memotong kayu sesuai ukuran desain

e. Menghaluskan kayu dengan amplas

f. Menyambung lembaran kayu yang akan disambung dengan menggunakan lem

dan sekrup

g. Tahap Finishing

2. Pengaturan Alat

Tahap ini digunakan untuk memastikan bahwa alat yang akan digunakan untuk

pemrosesan membuat furniture dalam keadaan prima dan dapat digunakan sesuai

fungsinya.

a. Memastikan mata pahat diganti setiap 2 minggu sekali

b. Pahat mesin serut digerinda ulang untuk menajamkan mata pisau dilakukan

setiap 2 hari sekali. Lifetime pahat berumur 5 bulan, dan harus segera diganti

jika sudah waktunya.

c. Penajaman dengan gerinda setiap 2-3 hari. Penggantian gergaji setiap 1,5-2

bulan.

d. Pahat gerinda berupa lembar amplas diganti setiap 1 jam saat dilakuakn

pemakaian penuh

3. Pemotongan Log

a. Mengatur mesin Sawing dengan Jig Fixture sesuai dengan tebal log yang

diinginkan

b. Hidupkan saklar mesin sawing

43

Page 47: 4 Laporan Akhir

c. Dorong log ke mesin Sawing,sehingga log terpotong dengan benar

d. Setelah selesai, log dipisahkan sesuai dengan tebal kayu yang dihasilkan

4. Proses Sanding

Proses sanding digunakan untuk menghaluskan dan meratakan permukaan kayu

sebelum dilakukan proses finishing, bahan baku yang digunakan adalah campuran dari

sanding sealer serta tinner yang digunakan sebagai campuran. Sanding sealer yang

digunakan sudah terdapat kandungan pengering, sehingga lebih cepat untuk masuk

pada proses selanjutnya. Langkah melakukan proses sanding yaitu :

a. Membuat campuran sanding dengan mecampur sanding sealer 121 dengan

500 ml tiner

b. Setelah tercampur masukkan campuran sanding ke dalam tabung kompresor.

c. Semprotkan campuran sanding dengan menggunakan tekanan pada

kompresor ke permukaan furniture

5. Proses Menutup Pori-Pori

Proses ini adalah proses awal sebelum dilakukan proses finishing, proses ini

memerlukan bahan baku berupa batu kapur dan air yang digunakan sebagai lapisan

awal sebelum dilakukan proses sanding dan dempul agar proses selanjutnya

menghasilkan hasil yang optimal, tahapnya yaitu :

a. Menutup pori-pori kayu dengan menggunakan campuran kapur dan air

b. Proses ini dilakukan sebanyak 3 kali dengan durasi 5 menit setiap kalo

pemprosesan

c. Setelah melakukan penutupan pori-pori, tahap terakhir adalah didiamkan

selama 10 menit

d. Melakukan pengamplasan

e. Dibersihkan dengan menggunakan lap, sebelum dilakukan proses selanjutnya

6. Proses Dempul

Proses dempul adalah proses dimana kayu yang berlubang saat digunakan untuk

membuat furniture ditutup dengan menggunakan campuran dempul, sehingga pada saat

proses finishing tidak terlihat kayu yang berlubang san menghasilkan hasil yang bagus

pada furniture nantinya.

a. Campurkan 1 kaleng wood filler dengan 20 ml tinner

b. Tahap pertama, lakukan pendempulan pada lubang-lubang di furniture, lalu

didiamkan selama 1 hari

44

Page 48: 4 Laporan Akhir

c. Setelah kering, lakukan pendempulan tahap kedua guna menutup sempurna

lubang pada kayu

d. Lakukan pengamplasan setelah tahap pengamplasan kedua kering

e. Dilakukan proses selanjutnya

7. Penyemprotan Cat

Tahap ini adalah tahap terakhir pada proses finishing, setelah melewati proses

penutupan pori-pori, sanding, serta dempul. Tahap ini dilakukan oleh pekerja yang

memiliki keahlian khusus dalam mel;akukan pengecetan, karena apabila dilakukan

sembarangan oleh pekerja lain maka hasil yang didapatkan adalah warna cat yang

didapat akan jelek dan berewarna tidak rata. Dan pada proses ini dibedakan menjadi 2

warna yatu warna natural dan glossy, dimana warna natural lebih banyak disukai oleh

konsumen asing, serta warna glossy lebih disukai konsumen lokal.

Berikut tahap-tahap melakukan proses cat untuk menciptakan warna natural

ataupun warna glossy :

A. Glossy/ Mengkillap

a. Campur 1 kaleng cat melamine glossy dengan 500 ml tinner

b. Masukan campuran cat dan tinner kedalam compressor

c. Setting tekanan compressor 5-35 Mpa

d. Semprotkan cat merata ke seluruh permukaan furniture

e. Tunggu hingga kering

B. Dop/ Natural

a. Campur 1 kaleng cat Dop/ Natural dengan 500 ml tinner

b. Masukan campuran cat dan tinner kedalam compressor

c. Setting tekanan compressor 5-35 Mpa

d. Semprotkan cat merata ke seluruh permukaan furniture

e. Tunggu hingga kering

45

Page 49: 4 Laporan Akhir

Proses pembuatan furniture dari awal sampai akhir dapat digambarkan

menggunakan Assembly Chart (AC) dan Operation Process Chart (OPC). Assembly

chart dapat dilihat pada Gambar 3.17 dan Operation Process Chart dapat dilihat pada

Gambar 3.18.

Gambar 3.17 Assembly Chart Pembuatan Furniture

46

Page 50: 4 Laporan Akhir

Gambar 3.18 Operation Process Chart Pembuatan Furniture

47

Page 51: 4 Laporan Akhir

Gambar 3.19 Business Model Canvas Standardisasi Kerja

Value Proposition

Nilai yang ditawarkan oleh UKM Suminar Jati kepada customer mereka adalah

dapat memproduksi produk mebel dengan biaya yang murah dengan UKM lain, akan

tetapi dengan memegang kualitas produk yang tetap terjaga atau bagus, sehingga

produk yang dihasilkan tidak terkesan murahan. Selanjutnya UKM Suminar Jati

menawarkan kemudahan dalam customer membuat sendiri desain produk yang akan

mereka beli.

Customer Segments

Dalam proses bisnisnya, UKM ini tidak membedakan segmen dari konsumennya.

Hal ini dikarenakan konsumen atau pasar UKM Suminar Jati saat ini terbatas pada

konsumen rumah tangga. Dimana produk mebel yang dihasilkan adalah berbagai

kelengkapan rumah tangga seperti meja, kursi, lemari, pintu, jendela hingga kusen pintu

maupun jendela untuk membangun rumah.

Channels

UKM Suminar Jati dalam menyalurkan produknya dilakukan dengan

mengirimnya secara langsung kepada konsumen, hal ini dikarenakan sebagian besar

48

Page 52: 4 Laporan Akhir

produk yang dibuat adalah make to order. Produk yang telah dibuat sebelum dikirimkan

disimpan terlebih dahulu di gudang yang dimiliki UKM Suminar Jati. Selanjutnya

untuk menyalurkan produk tersebut ke tangan konsumen bisa dengan dikirimkan

langsung ke konsumen dengan bantuan truk, atau bisa diambil sendiri ke lokasi UKM

Suminar Jati di Gunung Kidul.

Customer Relationships

Kualitas hubungan dengan konsumen ditunjukkan dengan beberapa indikator,

yaitu banyaknya jumlah konsumen baru, jumlah konsumen yang tetap dan peningkatan

penjualan. Untuk membina hubungan yang baik dengan konsumen, UKM Suminar Jati

memberikan pelayanan kepada konsumen baik pada saat pembelian maupun pasca

pembelian berupa personal assistance. Dengan layanan tersebut, konsumen dapat

melakukan pemesanan via telepon atau mengirimkan desain produk yang diinginkan

via email. Selain itu konsumen disediakan fasilitas oleh pihak UKM untuk melakukan

co-creation dimana konsumen nantinya dapat membuat desain produk sesuai dengan

desain yang diinginkan.

Key Activities

Aktivitas kunci yang ada di UKM Suminar Jati adalah membuat mebel

kelengkapan rumah tangga. Proses tersebut mulai dari proses pengadaan bahan baku

dan bahan pelengkap untuk pembuatan mebel. Proses selanjutnya adalah membuat

desain mebel yang akan diproduksi yang dilanjutkan dengan pemotongan kayu sesuai

pola dan model dari produk yang dibuat. Setelah itu, dilakukan penghalusan komponen,

perakitan komponen, pengampelasan dan yang terakhir adalah finishing produk yang

dibuat.

Dalam penerapan solusi ini, pihak UKM Suminar Jati perlu melakukan aktifitas

tambahan yaitu melakukan time study dan pelatihan kepada pekerjanya. Sehingga ada

perubahan dalam key activities dari UKM Suminar Jati. Aktivitas ini perlu ditambah

mengingat keadaan UKM Suminar Jati yang belum memiliki standar untuk pekerja

maupun untuk proses produksinya. Sehingga selama ini proses produksi berlangsung

dengan kurang efisien dan waktu pengerjaan menjadi berlangsung lama dan tidak pasti.

Selain itu perlu dilakukan pengamatan dan pendampingan untuk membuat SOP.

SOP tersebut akan menjadi acuan pekerja dalam pekerjaan yang dilakukan. SOP

49

Page 53: 4 Laporan Akhir

tersebut berisi panduan-panduan yang terkait dengan proses produksi di UKM Suminr

Jati, seperti cara pengerjaan, perawatan mesin, perawatan perlatan, dan lain sebagainya.

Dengan adanya time study dan peningkatan standar pekerja, maka diharapkan

kemampuan pekerja meningkat dan mampu mencapai target standar berupa waktu

standar produksi. Standar dan panduan pekerja bisa dilihat dalam SOP yang sudah

dibuat sebelumnya. Dengan demikian proses produksi menjadi lebih cepat dan UKM

Suminar Jati mampu menerima pesanan lebih banyak lagi.

Key Resources

Pada penerapan solusi ini, ada satu sumber daya yang bertambah dalam bisnis

UKM Suminar Jati, yaitu SOP dan standar kerja. SOP ini digunakan sebagain standar

dan panduan untuk pekerja. Dengan mengacu pada SOP ini, maka pekerja akan mampu

bekerja sesuai standar dan meningkatkan efisiensi pekerjaan yang dilakukan. Sehingga

SOP ini menjadi bagian penting dalam proses produksi di UKM Suminar Jati.

Key Partners

Dalam melakukan solusi ini, UKM Suminar Jati memerlukan bantuan dari pihak

luar. Pihak luar membantu dalam melakukan time study, melakukan pelatihan pekerja,

dan membuat SOP. Adanya kerja sama dengan pihak luar ini, merupakan kerja sama

yang penting untuk melakukan solusi ini, sehingga akan mengubah key partner UKM

Suminar Jati.

Cost Structure

Biaya yang dikeluarkan UKM Suminar Jati untuk menjalankan usahanya adalah

biaya untuk pembelian bahan baku kayu, bahan pelengkap atau pendukung yang

dibutuhkan untuk pembuatan produk, biaya penggunaan listrik untuk produksi, biaya

perawatan mesin, membayar gaji karyawan, biaya untuk menyewa truk pada saat akan

mengirimkan produk jadi ke konsumen.

Alternatif solusi ini juga membuat bagian cost structure berubah yaitu adanya

penambahan biaya untuk melakukan time study, pembuatan SOP, dan pelatihan pekerja.

Hal ini diperlukan karena untuk mencapai suatu standar tertentu, pekerja harus dilatih

dan dibiasakan dengan proses produksi berdasarkan standar. Standar yang dimaksud

adalah SOP yang didalamnya termasuk waktu standar yang didapatkan dari time study

50

Page 54: 4 Laporan Akhir

yang dilakukan sebelumnya. Untuk melakukan time study diperlukan biaya investasi

yang merubah cost structure, termasuk untuk membuat SOP UKM Suminar Jati.

Pelatihan yang diberikan bertujuan untuk menabah kemampuan pekerja dalam

mencapai standar yang sudah ditentukan. Pelatihan dilakukan beberapa kali dan

memerlukan biaya. Keperluan biaya ini akan mengubah cost structure juga.

Revenue Streams

Pemasukan yang didapatkan oleh UKM Suminar Jati didapatkan dari penjualan

setiap produk yang laku ke customer, dimana harga jual setiap produk berdasarkan

kesepakatan antara pengrajin dan customer.

3.7.3 Penjadwalan Pekerja

Untuk melihat bagaimana solusi penjadwalan pekerja mampu

menyelesaikan permasalahan di UKM, maka dapat dilihat di Gambar 3.20

diabawah ini.

Gambar 3.20 Causal Loop Digram Penjadwalan Pekerja

Pada causal loop diagram (CLD) diatas dapat dilihat jika dilakukan penjadwalan

pekerja maka akan berdampak positif pada proses produksi yang semakin efisien.

Proses produksi yang efisien ini akan memberikan impact berupa kenaikan kapasitas

produksi sehingga berimbas pada kenaikan tingkat penjualan. Dengan semakin

51

Page 55: 4 Laporan Akhir

tingginya tingkat penjualan maka secara langsung profit yang didapatkan akan semakin

bertambah, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan UKM yang kemudian

menambah upaya perbaikan UKM tersebut. Sehingga jika kapasitas produksi

cenderung kecil, maka akan memberikan pengaruh negatif jika permintaan melebihi

kapasitas, yang pada kahirnya tingkat penjualan pun menurun.

Proses penerapan penjadwalan pekerja ini melewati beberapa tahapan. Tahap

pertama dimulai dengan melakukan observasi langsung pada proses kerja di UKM

Sumniar Jati. Pada obeservasi ini dicatat data-data seperti jumlah pekerja, jumlah alat

dan mesin, serta lama waktu yang dibutuhkan untuk setiap proses pengerjaan. Dari

data-data inilah kemudian disusun menjadi sebuah daftar untuk kemudian disesuaikan

dengan jumlah order yang masuk.

Setelah itu dilakukan penyuluhan kepada pekerja mengenai proses penjadwalan

yang akan diterapkan. Output dari solusi ini berupa papan jadwal yang terdiri dari 2

papan, yaitu papan job order, yang berisi daftar pekerja dan order yang dikerjakan dan

papan daily schedule yang berisi jadwal penggunaan alat atau mesin. Keseluruhan

proses penerapan penjadwalan tersebut digambarkan secara sistematis pada Gambar

3.21 berikut.

52

Page 56: 4 Laporan Akhir

Gambar 3.21 Flowchart Penerapan Penjadwalan Pekerja

Gambar 3.22 BMC Penjadwalan Pekerja

53

Page 57: 4 Laporan Akhir

Value Proposition

Nilai yang ditawarkan oleh UKM Suminar Jati kepada customer mereka adalah

dapat memproduksi produk mebel dengan biaya yang murah dengan UKM lain, akan

tetapi dengan memegang kualitas produk yang tetap terjaga atau bagus, sehingga

produk yang dihasilkan tidak terkesan murahan. Selanjutnya UKM Suminar Jati

menawarkan kemudahan dalam customer membuat sendiri desain produk yang akan

mereka beli.

Customer Segments

Dalam proses bisnisnya, UKM ini tidak membedakan segmen dari konsumennya.

Hal ini dikarenakan konsumen atau pasar UKM Suminar Jati saat ini terbatas pada

konsumen rumah tangga. Dimana produk mebel yang dihasilkan adalah berbagai

kelengkapan rumah tangga seperti meja, kursi, lemari, pintu, jendela hingga kusen pintu

maupun jendela untuk membangun rumah.

Channels

UKM Suminar Jati dalam menyalurkan produknya dilakukan dengan

mengirimnya secara langsung kepada konsumen, hal ini dikarenakan sebagian besar

produk yang dibuat adalah make to order. Produk yang telah dibuat sebelum dikirimkan

disimpan terlebih dahulu di gudang yang dimiliki UKM Suminar Jati. Selanjutnya

untuk menyalurkan produk tersebut ke tangan konsumen bisa dengan dikirimkan

langsung ke konsumen dengan bantuan truk, atau bisa diambil sendiri ke lokasi UKM

Suminar Jati di Gunung Kidul.

Customer Relationships

Kualitas hubungan dengan konsumen ditunjukkan dengan beberapa indikator,

yaitu banyaknya jumlah konsumen baru, jumlah konsumen yang tetap dan peningkatan

penjualan. Untuk membina hubungan yang baik dengan konsumen, UKM Suminar Jati

memberikan pelayanan kepada konsumen baik pada saat pembelian maupun pasca

pembelian berupa personal assistance. Dengan layanan tersebut, konsumen dapat

melakukan pemesanan via telepon atau mengirimkan desain produk yang diinginkan

via email. Selain itu konsumen disediakan fasilitas oleh pihak UKM untuk melakukan

54

Page 58: 4 Laporan Akhir

co-creation dimana konsumen nantinya dapat membuat desain produk sesuai dengan

desain yang diinginkan.

Key Activities

Aktivitas kunci yang ada di UKM Suminar Jati adalah membuat mebel

kelengkapan rumah tangga. Proses tersebut mulai dari proses pengadaan bahan baku

dan bahan pelengkap untuk pembuatan mebel. Proses selanjutnya adalah membuat

desain mebel yang akan diproduksi yang dilanjutkan dengan pemotongan kayu sesuai

pola dan model dari produk yang dibuat. Setelah itu, dilakukan penghalusan komponen,

perakitan komponen, pengampelasan dan yang terakhir adalah finishing produk yang

dibuat.

Dalam proses produksinya, UKM Sumniar Jati menerapkan penjadwalan yang

teratur bagi pekerjanya. Penjadwalan ini meliputi penjadwalan pekerja dan order yang

sedang dikerjakan pekerja tersebut, serta penjadwalan peralatan dan mesin serta target

dari masing-masing pekerja pada alat atau mesin tertentu. Penjadwalan ini dicatat

dalam suatu papan yang diletakan di tempat produksi atau bengkel dan diisi secara

berkala.

Key Resources

Pada penerapan solusi ini, ada satu sumber daya yang bertambah dalam bisnis

UKM Suminar Jati, yaitu papan jadwal. Papan ini digunakan untuk mengatur serta

mendisiplinkan penggunaan alat dan mesin yang digunakan dalam produksi karena

adanya keterbatasan jumlah alat dan mesin. Papan ini terdiri dari dua jenis, yaitu papan

job order yang berisi daftar pekerja serta jenis order yang dikerjakan, serta papan daily

scheduling yang berisi daftar pekerja serta jadwal pemakaian alat dan mesin yang

diletakan di tempat produksi.

Key Partners

Dalam melakukan solusi ini, UKM Suminar Jati memerlukan bantuan dari pihak

luar. Pihak luar membantu dalam melakukan penyuluhan mengapa perlunya dibuat

suatu penjadwalan serta dalam bagaimana pembuatan penjadwalan yang baik dan

benar.

55

Page 59: 4 Laporan Akhir

Cost Structure

Biaya yang dikeluarkan UKM Suminar Jati untuk menjalankan usahanya adalah

biaya untuk pembelian bahan baku kayu, bahan pelengkap atau pendukung yang

dibutuhkan untuk pembuatan produk, biaya penggunaan listrik untuk produksi, biaya

perawatan mesin, membayar gaji karyawan, biaya untuk menyewa truk pada saat akan

mengirimkan produk jadi ke konsumen.

Alternatif solusi ini juga membuat bagian cost structure berubah yaitu adanya

penambahan biaya untuk investasi penerapan penjadwalan, seperti pembelian papan

penjadwalan serta untuk biaya penyuluhan tentang pentingnya dilakukan penjadwalan

dan bagaimana cara melakukan penjadwalan yang benar.

Revenue Streams

Pemasukan yang didapatkan oleh UKM Suminar Jati didapatkan dari penjualan

setiap produk yang laku ke customer, dimana harga jual setiap produk berdasarkan

kesepakatan antara pengrajin dan customer.

3.8 Penentuan 2 Possible Solution dengan Metode AHP

Pemilihan kedua possible solution yang akan diterapkan di UKM Suminar Jati

diputuskan untuk menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Terdapat 3

bagian penting dalam metode AHP dalam penentuan 2 possible solution yaitu :

1. State the objective

Tujuan dari metode AHP memilih 2 possible solution dari 3 possible solution

yang ada untuk meningkatkan daya saing UKM Suminar Jati

2. Define the criteria

Terdapat 6 kriteria yang dipakai dalam metode ini yaitu :

- Waktu produksi

- Tingkat penjualan

- Kualitas produk

- Kapasitas produksi

- Market Share

- Profit

3. Pick the alternatives

56

Page 60: 4 Laporan Akhir

Melalui metode ini akan dipilih 2 dari 3 possible solution yang ada, yaitu :

Penerapan ergonomi dalam desain produk

Penerapan standardisasi kerja

Penerapan pejadwalan produksi

Berikut ini adalah hierarki dari AHP dalam memilih 2 possible solution dari 3 alternative

solution yang ada :

Gambar 3.23 Hierarcy Process 2 Possible Solution

Berikut ini adalah langkah-langkah yang kami lakukan untuk menentukan 2 possible

solution dari 3 possible solution menggunakan metode AHP.

1. Penentuan eigenvectors dari masing-masing kriteria

Karena criteria untuk memilih 2 possible solution dari 3 possible solution

sama dengan criteria saat memilih 3 possible solution dari 5 possible solution, maka

didapatkan hasil eigenvector untuk masing-masing criteria adalah sama seperti

sebelumnya.

2. Penentuan eigenvectors untuk masing-masing solusi

Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai eigenvectors dari setiap solusi

yang ada terhadap masing-masing kriteria. Untuk menentukan eigenvectors dari setiap

solusi yang ada, dapat dilakukan dengan cara melakukan pairwise comparison antara

solusi yang satu dengan solusi yang lainnya untuk masing-masing kriteria yang ada

(terdapat 6 kriteria). Berikut ini adalah pairwise comparison antara solusi yang ada :

57

Page 61: 4 Laporan Akhir

Tabel 3.20. Pairwise Comparison antar solusi terhadap kriteria 1

 

Penerapa

n

Ergonomi

Standardisas

i Pekerja

Penjadwala

n

Penerapan Ergonomi 1.00 0.20 0.20

Standardisasi Pekerja 5.00 1.00 1.00

Penjadwalan 5.00 1.00 1.00

Tabel 3.21. Pairwise Comparison antar solusi terhadap kriteria 2

 

Penerapan

Ergonomi

Standardisasi

Pekerja Penjadwalan

Penerapan Ergonomi 1.00 5.00 5.00

Standardisasi Pekerja 0.20 1.00 1.00

Penjadwalan 0.20 1.00 1.00

Tabel 3.22. Pairwise Comparison antar solusi terhadap kriteria 3

 

Penerapan

Ergonomi

Standardisasi

Pekerja Penjadwalan

Penerapan Ergonomi 1.00 3.00 7.00

Standardisasi Pekerja 0.33 1.00 5.00

Penjadwalan 0.14 0.20 1.00

Tabel 3.23. Pairwise Comparison antar solusi terhadap kriteria 4

 

Penerapan

Ergonomi

Standardisasi

Pekerja Penjadwalan

Penerapan Ergonomi 1.00 0.20 0.20

Standardisasi Pekerja 5.00 1.00 1.00

Penjadwalan 5.00 1.00 1.00

58

Page 62: 4 Laporan Akhir

Tabel 3.24. Pairwise Comparison antar solusi terhadap kriteria 5

 

Penerapan

Ergonomi

Standardisasi

Pekerja Penjadwalan

Penerapan Ergonomi 1.00 3.00 5.00

Standardisasi Pekerja 0.33 1.00 3.00

Penjadwalan 0.20 0.33 1.00

Tabel 3.25. Pairwise Comparison antar solusi terhadap kriteria 6

 

Penerapan

Ergonomi

Standardisasi

Pekerja Penjadwalan

Penerapan Ergonomi 1.00 5.00 5.00

Standardisasi Pekerja 0.20 1.00 1.00

Penjadwalan 0.20 1.00 1.00

Dari masing-masing pairwise comparison untuk solusi di atas maka dengan

cara yang sama untuk menentukan eigenvector untuk masing-masing kriteria

didapatkan hasil eigenvector untuk masing-masing solusi sebagai berikut :

Tabel 3.26 Eigenvector untuk Setiap Solusi terhadap Kriteria 1

 

Geometric

Mean

Normalized Weight

(Eigenvector)

λ

Penerapan

Ergonomi 0.34199519 0.090909091

3

Standardisasi

Pekerja 1.70997595 0.454545455

3

Penjadwalan 1.70997595 0.454545455 3

Tabel 3.27 Eigenvector untuk Setiap Solusi terhadap Kriteria 2

59

Page 63: 4 Laporan Akhir

Geometric

Mean

Normalized Weight

(Eigenvector)

λ

Penerapan

Ergonomi 2.92401774 0.714285714

3

Standardisasi

Pekerja 0.58480355 0.142857143

3

Penjadwalan 0.58480355 0.142857143 3

Tabel 3.28 Eigenvector untuk Setiap Solusi terhadap Kriteria 3

Geometric

Mean

Normalized Weight

(Eigenvector)

λ

Penerapan

Ergonomi 2.75892418 0.649118005

3.064

Standardisasi

Pekerja 1.1856311 0.278954565

3.064

Penjadwalan 0.30571071 0.07192743 3.064

Tabel 3.29 Eigenvector untuk Setiap Solusi terhadap Kriteria 4

Geometric

Mean

Normalized Weight

(eigenvector)

λ

Penerapan

Ergonomi 0.34199519 0.090909091

3

Standardisasi

Pekerja 1.70997595 0.454545455

3

Penjadwalan 1.70997595 0.454545455 3

Tabel 3.30 Eigenvector untuk Setiap Solusi terhadap Kriteria 5

60

Page 64: 4 Laporan Akhir

Geometric

Mean

Normalized Weight

(Eigenvector)

λ

Penerapan

Ergonomi 2.46621207 0.636985572

3.039

Standardisasi

Pekerja 1 0.258284994

3.039

Penjadwalan 0.40548013 0.104729434 3.039

Tabel 3.31 Eigenvector untuk Setiap Solusi terhadap Kriteria 6

Geometric

Mean

Normalized Weight

(Eigenvector)

λ

Penerapan

Ergonomi 2.92401774 0.714285714

3

Standardisasi

Pekerja 0.58480355 0.142857143

3

Penjadwalan 0.58480355 0.142857143 3

Dari hasil perhitungan, ternyata didapatkan hasil CR untuk semua kriteria

sudah menunjukkan hasil < 0,1. Hal ini berarti penilaian antar solusi terhadap

kriteria sudah konsisten

3. Penentuan Ranking

Penentuan ranking untuk masing-masing solusi dilakukan dengan perkalian

matriks antara matriks eigenvector solusi dengan matriks criteria ranking (criteria

eigenvectors).

Tabel 3.32 Global Weight untuk masing-masing Alternatif

61

Page 65: 4 Laporan Akhir

  F G H I J K

Criteria

Ranking

Hasil

Perkalian

A 0.3420 2.9240 2.7589 0.3420 2.4662 2.9240 0.0614 0.5840

B 1.7100 0.5848 1.1856 1.7100 1.0000 0.5848 x 0.2408 0.2303

C 1.7100 0.5848 0.3057 1.7100 0.4055 0.5848 0.0668 = 0.1857

0.1157  

0.2005  

0.3148

Keterangan :

A = Penerapan Ergonomi pada F = Waktu produksi

desain produk G = Tingkat penjualan

B = Standardisasi kerja H = Kualitas produk

C = Penjadwalan I = Kapasitas produksi

D = Forecast Demand J = Market share

E = Penataan Layout K = Profit

Dari hasil perhitungan AHP didapatkan 2 possible solution dengan ranking

paling ringgi adalah penerapan ergonomi dalam desain produk dan standarisasi

kerja.

62

Page 66: 4 Laporan Akhir

3.9 Analisis Kelayakan Investasi (Feasibility Study)

Feasibility study dilakukan untuk menilai apakah solusi yang ditawarkan layak untuk

diterapkan. Pertimbangan didasarkan dari biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang

didapatkan. Apabila keuntungan yang didapatkan lebih besar, maka solusi layak untuk

diterapkan.

Analisis kelayakan dilakukan dengan menggunakan delta analysis pada masing-

masing solusi yang ditawarkan. Dalam analis kelayakan ini, akan ditampilkan juga analisis

kelayakan terhadap usaha yang sedang berjalan. Pada tabel 3.33 akan ditampilkan rincian

biaya investasi awal yang digunakan dalam melakukan usaha mebel UKM Suminar Jati.

Tabel 3.33 Rincian Biaya Investasi Awal UKM Suminar Jati

No. Jenis Biaya SatuanJumla

h

Harga per

satuanTotal

1 Beli Tanah m2 300 Rp150,000.00 Rp45,000,000.00

2Membangun gedung

tempat kerjam2 200 Rp450,000.00 Rp90,000,000.00

3Mesin dan alat-alat

produksi       

  Mesin serut buah 1 Rp500,000.00 Rp500,000.00

  Mesin gerinda buah 1 Rp750,000.00 Rp750,000.00

  Mesin bobok buah 1 Rp1,500,000.00 Rp1,500,000.00

  Gergaji mesin buah 1 Rp3,000,000.00 Rp3,000,000.00

  Mesin kompresor buah 1 Rp3,000,000.00 Rp3,000,000.00

4 Peralatan kecil        

 

Tatah manual, pisau

raut, pahat, palu, tang,

tatah ukir, obeng, drip,

meteran gulung, mistar,

pensil tukang, dll.

    Rp1,000,000.00 Rp1,000,000.00

5 Perizinan     Rp2,000,000.00 Rp2,000,000.00

  Jumlah Biaya Investasi Rp146,750,000.00

63

Page 67: 4 Laporan Akhir

Berikut ini adalah cash flow dari UKM Suminar Jati pada tabel 3.34

Tabel 3.34 Cash Flow Existing UKM Suminar Jati

No End of Year 0 1 2 3 4 5

1 Cash Inflow            

  Revenue   Rp1,002,600,000.00

Rp1,002,600,000.00

Rp1,002,600,000.00

Rp1,002,600,000.00

Rp1,002,600,000.00

2 Cash Outflow              Investment -Rp146,000,000.00            Cost   -Rp919,050,000.00 -Rp919,050,000.00 -Rp919,050,000.00 -Rp919,050,000.00 -Rp919,050,000.00               

  Working Capital   Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00

 Investment in Working Capital

-Rp57,500,000.00         Rp57,500,000.00

                 Depreciation   Rp29,200,000.00 Rp29,200,000.00 Rp29,200,000.00 Rp29,200,000.00 Rp29,200,000.00

3Net Cash Flow Before Tax

-Rp203,500,000.00 Rp83,550,000.00 Rp83,550,000.00 Rp83,550,000.00 Rp83,550,000.00 Rp141,050,000.00

  Taxable Income   Rp54,350,000.00 Rp54,350,000.00 Rp54,350,000.00 Rp54,350,000.00 Rp111,850,000.00

  Income Tax   Rp543,500.00 Rp543,500.00 Rp543,500.00 Rp543,500.00 Rp1,118,500.00

4Net Cash Flow After Tax

-Rp203,500,000.00 Rp83,006,500.00 Rp83,006,500.00 Rp83,006,500.00 Rp83,006,500.00 Rp139,931,500.00

   NPV Rp134,768,228.45 IRR 33.317%

64

Page 68: 4 Laporan Akhir

Pada tabel 3.34 ditampilkan cash flow existing dari UKM Suminar Jati. Pada tabel tersebut

dapat terlihat bahwa net cash flow after tax per tahun dari UKM Suminar Jati sebesar

Rp8,006,500.00. Angka ini diharapkan dapat ditingkatkan melalui solusi yang akan diterapkan.

Pendapatan yang diterima UKM Suminar Jati rata-rata sebesar Rp1,002,600,000.00 tiap

tahunnya. Pendapatan tersebut berasal dari penjualan produk yang dibuat oleh UKM Suminar

Jati. Asumsi yang digunakan, bahwa UKM menerima order sebanyak 10 order tiap bulan, satu

terdiri dari 12 bulan, dan asumsi bahwa harga tiap order sama. Penghitungan dilakukan selama 5

tahun yang dipertimbangkan berdasarkan umur mesin yang ada.

Cara penghitungan pendapatan UKM dapat dilihat pada tabel 3.35. Setelah menghitung

biaya yang dibutuhkan untuk membuat produk, pemilik mengalikan 10% dari biaya tersebut

untuk biaya pekerja, dan 10% lagi untuk margin keuntungan pemilik. Sehingga total dari biaya

tanpa pekerja, biaya pekerja, dan margin keuntungan menjadi harga jual atau pendapatan.

Tabel 3.35 Penghitungan Pendapatan

No Rincian Jumlah per Bulan Jumlah per Tahun

1 Total Biaya produksi Rp 69,625,000.00 Rp 835,500,000.00

2

Keuntungan yang diambil    

- Pekerja Rp 6,962,500.00 Rp 83,550,000.00

- Owner Rp 6,962,500.00 Rp 83,550,000.00

3 Pendapatan Rp 83,550,000.00 Rp 1,002,600,000.00

Rincian biaya tetap dan variabel dapat dilihat pada tabel 3.36. Pada tabel 3.36, biaya lain-

lain adalah biaya yang dikeluarkan pemilik ketika ada pekerja yang lembur. Seperti menyediakan

kopi, rokok, dan uang makan tambahan. Nilai pajak diambil 1% sesuai dengan PP No.46 Tahun

2013.

65

Page 69: 4 Laporan Akhir

Tabel 3.36 Perhitungan Biaya

No Jenis Biaya Biaya per Bulan Biaya per Tahun

1

Biaya Variabel    

a. Biaya Bahan Baku Produksi Rp 50,000,000.00 Rp 600,000,000.00

b. Biaya Bahan Baku Lainnya Rp 7,500,000.00 Rp 90,000,000.00

c. Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 6,962,500.00 Rp 83,550,000.00

d. Biaya Transportasi Rp 9,250,000.00 Rp 111,000,000.00

Total Biaya Variabel Rp 73,712,500.00 Rp 884,550,000.00

2

Biaya Operasional    

a. Listrik dan Telepon Rp 510,000.00 Rp 6,120,000.00

b. Air Rp 180,000.00 Rp 2,160,000.00

c. Akomodasi Rp 1,350,000.00 Rp 16,200,000.00

d.Biaya Pemeliharaan Rp 400,000.00 Rp 4,800,000.00

Lain-lain Rp 435,000.00 Rp 5,220,000.00

Total Biaya Overhead Rp 2,875,000.00 Rp 34,500,000.00

Jumlah Total Rp 76,587,500.00 Rp 919,050,000.00

Nilai working capital diambil dari pembelian bahan baku yang digunakan untuk memulai

proses produksi mebel. Cash flow existing ditampilkan pada tabel 3.34. Berdasarkan cash flow

pada UKM Suminr Jati tersebut, maka untuk kedua solusi yang ditawarkan, perlu dilakukan

analisis kelayakan. Tujuannya untuk melihat apakah biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan

solusi akan memberikan keuntungan atau tidak.

Solusi pertama yang dianalisis adalah solusi penerapan ergonomi pada desain produk.

Dengan penerapan solusi ini, profit margin diproyeksikan dapat ditingkatkan sebesar 2%. Profit

margin semula yang diambil oleh pemilik adalah sebesar 10%. Angka sebesar 2% merupakan

hasil diskusi dan analisis bersama pemilik UKM Suminar Jati. Analisis cash flow solusi dengan

skenario peningkatan profit margin 2% dapat dilihat pada Tabel 3.37.

66

Page 70: 4 Laporan Akhir

Tabel 3.37 Cash Flow Solusi Penerapan Ergonomi pada Desain Produk

No End of Year 0 1 2 3 4 5

1 Cash Inflow              Revenue   Rp13,925,000.00 Rp16,710,000.00 Rp16,710,000.00 Rp16,710,000.00 Rp16,710,000.002 Cash Outflow              Investment -Rp1,493,000.00            Cost   Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00                 Working Capital   Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00

  Investment in Working Capital -Rp57,500,000.00         Rp57,500,000.00

3 Net Cash Flow Before Tax -Rp58,993,000.00 Rp13,925,000.00 Rp16,710,000.00 Rp16,710,000.00 Rp16,710,000.00 Rp74,210,000.00

  Taxable Income -Rp58,993,000.00 Rp13,925,000.00 Rp16,710,000.00 Rp16,710,000.00 Rp16,710,000.00 Rp74,210,000.00  Income Tax   Rp139,250.00 Rp167,100.00 Rp167,100.00 Rp167,100.00 Rp742,100.00

4 Net Cash Flow After Tax -Rp58,993,000.00 Rp13,785,750.00 Rp16,542,900.00 Rp16,542,900.00 Rp16,542,900.00 Rp73,467,900.00

Pada solusi ini, direncanakan akan ada 2 kali pelatihan yang dilakukan dan pembuatan katalog ukuran antropometri yang bisa

digunakan dalam perancangan produk mebel UKM Suminar Jati. Untuk itu diperlukan biaya investasi dalam menerapkan solusi ini.

Rincian biaya investasi dapat dilihat pada tabel 3.38.

67

Page 71: 4 Laporan Akhir

Tabel 3.38 Investasi Solusi Perapan Ergonomi pada Desain Produk

Keterangan Biaya Jumlah Total

Mencetak katalog Rp 200,00 30 lembar Rp 6.000,00

Mencetak cover katalog Rp 3.500,00 2 lembar Rp 7.000,00

Pembicara Rp 90.000,00 12 JPL Rp 1.080.000,00

Konsumsi Rp 5.000,00 40 buah Rp 200.000,00

Peminjaman LCD Rp 200.000,00 1 buah Rp 200.000,00

TOTAL Rp 1.493.000,00

Hasil yang diharapkan pada solusi ini berupa peningkatan daya saing dari UKM Suminar

Jati. Dengan adanya nilai tambahan pada produk UKM Suminar Jati, yaitu produk yang

ergonomis, maka pemilik bisa menaikkan harga jual dari produk. Berdasarakan hasil diskusi

dengan pemilik UKM Suminar Jati, pemilik berani mengambil keuntungan lebih besar dari

sebelumnya 10% menjadi 12%. Peningkatan ini dapat dilaksanakan pada bulan ketiga, dimana

pelatihan sudah selesai dilakukan.

Untuk melihat kelayakan dari investasi solusi ini, dapat dilihat pada tabel 3.39.

Tabel 3.39 Perhitungan NPV dan IRR Solusi Penerapan Ergonomi pada Desain Produk

Interest Rate (/tahun) 11,25%

NPV Rp32,691,293.58

IRR 26.214%

Nilai interest rate didapatkan dari BI rate × 1,5. Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat

bahwa nilai NPV dari solusi ini memiliki nilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa investasi

yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan yang bisa menutup biaya investasi yang

dikeluarkan. Nilai IRR sendiri menunjukkan angka yang lebih besar daripada interest rate. Dari

penilaian NPV dan IRR, maka bisa disimpulkan bahwa solusi ini layak untuk diterapkan.

68

Page 72: 4 Laporan Akhir

Pada analisis kelayakan solusi ini dilakukan sensitivity analysis juga untuk mengetahui

sejauh mana solusi ini layak untuk diterapkan. Sensitivity analysis dilakukan dengan membuat

beberapa skenario peningkatan profit margin yang diambil pemilik UKM Suminar Jati.

Dari beberapa skenario yang telah dilakukan, didapatkan hasil perbandingan IRR dan

NPV antar skenario dalam sensitivity analysis yang dilakukan. Nilai perbandingan IRR dan NPV

dapat dilihat pada tabel 3.40.

Tabel 3.40 Analisis Sensitivitas Solusi Penerapan Ergonomi dalam Desain Produk

Peningkatan Profit

Margin0% 0,87815% 1% 2% 3%

NPV -Rp25,588,656.49 Rp612.58 Rp3,551,318.54 Rp32,691,293.58 Rp61,831,268.61

IRR -0.711% 11.250% 12.892% 26.214% 39.295%

Berdasarkan nilai NPV dan IRR yang didapatkan, bisa dikatakan bahwa solusi penerapan

ergonomi dalam desain produk akan layak diterapkan jika profit margin minimal dapat

ditingkatkan sebesar 0,87815%. Dengan peningkatan profit margin sebesar 0,87815% IRRnya

lebih besar dari interest rate dan NPVnya lebih besar dari 0. Oleh karena itu, dengan adanya

penerapan ergonomi dalam desain produk yang harapannya profit margin dapat ditingkatkan 2%,

maka solusi penerapan ergonomi dalam desain produk ini layak untuk dijalankan.

Untuk solusi kedua, dilakukan juga hal yang sama, yaitu menganalisis cash flow dari

penerapan solusi dan dilihat apakah solusi layak diterapkan atau tidak. Cash flow dari penerapan

solusi standardisasi pekerja dapat dilihat pada tabel 3.41.

69

Page 73: 4 Laporan Akhir

Tabel 3.41 Cash Flow Solusi Standardisasi Pekerja

No End of Year 0 1 2 3 4 51 Cash Inflow              Revenue   Rp116,970,000.00 Rp200,520,000.00 Rp200,520,000.00 Rp200,520,000.00 Rp200,520,000.002 Cash Outflow              Investment -Rp4,265,000.00            Cost   -Rp103,197,500.00 -Rp176,910,000.00 -Rp176,910,000.00 -Rp176,910,000.00 -Rp176,910,000.00                 Working Capital   Rp69,000,000.00 Rp69,000,000.00 Rp69,000,000.00 Rp69,000,000.00 Rp69,000,000.00

  Investment in Working Capital -Rp69,000,000.00         Rp69,000,000.00

3 Net Cash Flow Before Tax -Rp73,265,000.00 Rp13,772,500.00 Rp23,610,000.00 Rp23,610,000.00 Rp23,610,000.00 Rp92,610,000.00

  Taxable Income -Rp73,265,000.00 Rp13,772,500.00 Rp23,610,000.00 Rp23,610,000.00 Rp23,610,000.00 Rp92,610,000.00  Income Tax   Rp137,725.00 Rp236,100.00 Rp236,100.00 Rp236,100.00 Rp926,100.00

4 Net Cash Flow After Tax -Rp73,265,000.00 Rp13,634,775.00 Rp23,373,900.00 Rp23,373,900.00 Rp23,373,900.00 Rp91,683,900.00

70

Page 74: 4 Laporan Akhir

Pada solusi ini, direncanakan adanya time study untuk mengukur waktu kerja yang

standar dari kegiatan produksi di UKM Suminar Jati. Selain itu dilakuakan juga pelatihan dan

pembuatan SOP dari kegiatan produksi di UKM Suminar Jati. Untuk itu diperkirakan butuh 5

kali pelatihan. Rincian biaya untuk menerapkan solusi ini dapat dilihat pada tabel 3.42.

Tabel 3.42 Investasi Solusi Standardisasi Pekerja

Keterangan Biaya Jumlah TotalPulpen Rp 3.000,00 5 buah Rp 15.000,00 Kertas Rp 200,00 50 lembar Rp 10.000,00 Konsumsi Rp 5.000,00 5 buah Rp 25.000,00 Pembicara Rp 90.000,00 30 JPL (5 pertemuan) Rp 2.700.000,00 Konsumsi Rp 5.000,00 100 buah Rp 500.000,00 Proyektor Rp 200.000,00 5 buah Rp 1.000.000,00 Kertas Instruksi Rp 500,00 30 lembar Rp 15.000,00

TOTAL Rp 4.265.000,00

Setelah diterapkannya solusi ini, berdasarkan hasil wawancara dan penilaian dari pihak

Disperindagkop DIY yang pernah melakukan hal yang sama, diharapkan adanya peningkatan

produktivitas sebesar 20%. Sehingga, kemampuan menerima order meningkat dari 10 order

menjadi 12 order tiap bulannya.

Karena adanya peningkatan penerimaan order tersebut, maka ada juga peningkatan

pada biaya variabel dan investasi di working capital. Setelah adanya produktivitas yang

meningkat tentunya diperlukan investasi working capital untuk menunjang kegiatan produksi

yang meningkat sehingga untuk biaya variabel meningkat juga 20%.

Untuk melihat kelayakan dari investasi solusi ini, dapat dilihat pada tabel 3.43.

Tabel 3.43 Perhitungan NPV dan IRR Solusi Standardisasi Pekerja

Interest Rate (per tahun) 11.25%

NPV Rp43,912,929.95

IRR 27.06%

Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa NPV solusi ini bernilai positif. Hal ini

menunjukkan bahwa biaya investasi yang dikeluarkan dapat kembali melalui keuntungan

yang didapatkan setelahnya. Sedangkan nilai IRR juga di atas nilai interest rate. Sehingga

bisa disimpulkan bahwa solusi standardisasi pekerja layak untuk diterapkan dengan asumsi

65

Page 75: 4 Laporan Akhir

peningkatan produktivitas dapat mencapai 20% sehingga UKM Suminar Jati dapat

mengurangi adanya penolakan order yang sering dilakukan sebelumnya.

Kemudian dilakukan juga analisis sensitivitas untuk melihat kondisi terbaik dan

terburuk dalam peningkatan produktivitas yang terjadi seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 3.44 Analisis Sensitivitas Solusi Standardisasi Kerja

Peningkatan

produktivita

s

0% 10% 11.403% 15% 20%

NPV-

28,360,656.49-Rp3,488,999.92

Rp493.50 Rp 8,946,828.37

Rp43,912,929.9

5

IRR -2% 0% 11.250% 15% 27.06%

i 11.25% 11.25% 11.25% 11.25% 11.25%

Dapat dilihat dengan menggunakan analisis sensitivitas, agar solusi penerapan

standarisasi kerja ini dapat layak diterapkan, maka produktivitas pekerja dan kapasitas UKM

harus dapat meningkat minimal 11,403% agar IRRnya lebih besar dari interest rate dan

NPVnya lebih besar dari 0. Oleh karena itu, dengan adanya standarisasi kerja yang dapat

meningkatkan 20% produktivitas (peningkatkan 20 % produktivitas didapatkan berdasarkan

hasil wawancara dari pihak Disperindagkop yang pernah menerapkan solusi ini), maka solusi

standardisasi kerja ini layak untuk dijalankan.

Jadi, berdasarkan analisis kelayakan yang sudah dijelaskan di atas, kedua solusi yang

ditawarkan layak untuk diterapkan. Kelayakan ini dinilai dari nilai NPV dan IRR dari

masing-masing solusi.

66

Page 76: 4 Laporan Akhir

67

Page 77: 4 Laporan Akhir

BAB IV

MANAJEMEN PROYEK

4.1 Work Breakdown Structure (WBS)

Gambar 4.1 Work Breakdown Structure

68

Page 78: 4 Laporan Akhir

4.2 Gantt Chart

Gambar 4.2 Gantt Chart

69

Page 79: 4 Laporan Akhir

4.3 Deliverables

1. Penerapan Ergonomi dalam Desain Produk

- Desain mebel 3D

- Gambar teknik dari desain mebel

- Analisis antropometri dari desain mebel

- Analisis bahan yang digunakan

- Hasil uji terhadap desain mebel

- Hasil analisis kelayakan (feasibility study)

2. Penerapan Standardisasi Kerja

- Hasil analisis time study

- Standard Operating Procedure

- Adanya training untuk pekerja mengenai SOP standarisasi kerja

- Hasil analisis improvement

- Hasil feasibility study

70

Page 80: 4 Laporan Akhir

4.4 Budget

Tabel 4.1 Budget yang diperlukan

Planning

N

o Kegiatan Harga

Jumla

h Total Harga

1 Cetak Proposal Rp 10.000,00 12 Rp 120.000,00

2 Komunikasi Rp 10.000,00 8 Rp 80.000,00

      Total Rp 200.000,00

Survey

N

o Kegiatan Harga

Jumla

h Total Harga

1 Transportasi Rp 50.000,00 8 Rp 400.000,00

2 Komunikasi Rp 10.000,00 8 Rp 80.000,00

3 Konsumsi Rp 10.000,00 8 Rp 80.000,00

      Total Rp 560.000,00

Expo

N

o Kegiatan Harga

Jumla

h Total Harga

1 Dekorasi Rp 150.000,00 1 Rp 150.000,00

2 Cetak Proposal Rp 15.000,00 3 Rp 45.000,00

3 Poster Rp 15.000,00 4 Rp 60.000,00

4 Snack Rp 10.000,00 4 Rp 40.000,00

5 Sticker Rp 8.000,00 5 Rp 40.000,00

6 Konsumsi Rp 8.000,00 8 Rp 64.000,00

      Total Rp 399.000,00

Total anggaran dana Rp 1.159.000,00

4.5 Kualifikasi Tim

Di sini kami adalah pihak konsultan yang diminta secara khusus untuk mencari 5

alternatif solusi yang tepat dari permasalahan yang ada pada UKM Suminar Jati. 5

alternatif solusi ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing Usaha Kecil Menengah

di Yogyakarta dalam rangka meningkatkan daya saing di skala Nasional khususnya di

UKM Suminar Jati yang bergerak dibidang kerajinan mebel.

71

Page 81: 4 Laporan Akhir

Tim kami terdiri dari 9 orang dengan tugas masing-masing adalah sebagai

berikut:

Willy Dwi Nugroho dan Intan Rosmala Sari pada bagian project management

Setiya Wahyu Nugraha dan Wino Frans Limbong pada bagian engineering

Icko Judha Darma Putra, Randy Julianto dan Aditya Risqi untuk bagian public

relation

Titi Iswari dan Novita Nur Syahfitri untuk bagian feasibility study

Bagian project management bertugas untuk mengelola project yang ada baik

dari segi scope management, time management, dan cost management. Contoh dari

tugas project manager adalah mulai dari pembuatan proposal, penyusunan work

breakdown structure, gantt chart, dan budgeting dari solusi yang akan dijalankan.

Kemudian bagian engineering bertugas untuk mengelola segala hal mengenai

engineering, misalkan untuk pengadaan alat dan material dalam rangka memenuhi

kebutuhan dalam pelaksanaan alternatif solusi.

Untuk bagian public relation bertugas sebagai pihak perantara antara pemilik

proyek dengan konsumen. Peran public relation ini sangat penting karena

menyangkut kesepakatan dan hubungan yang baik antara kedua belah pihak.

Selanjutnya adalah bagian feasibility study. Bagian ini merupakan bagian yang

penting karena bagian ini yang bertugas untuk melakukan analisis kelayakan industri

pada masing-masing alternatif solusi sehingga nantinya dapat dipilih solusi terbaik

dari beberapa alternatif solusi yang ada.

72

Page 82: 4 Laporan Akhir

DAFTAR PUSTAKA

Braun, William, 2001, The Systems Modeling Workbook, Springer, Berlin.Ergonomi Fit, 2011, Antropometri, (diakses http://ergonomi-fit.blogspot.com/2011/03

/antropometri.html tanggal 27 Oktober 2014)Hamid, Edy Suandi dan Susilo, Sri Y., 2011, Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 12, No. 1, hlm. 45-55.

ITS, Bab II Tinjauan Pustaka, (diakses http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7041-2502100008-bab2.pdf tanggal 27 Oktober 2014)

Ningrum, Putri A.H., 2010, Analisis Strategi Pemasaran Usaha Jasa Pembuatan dan Perbaikan Furniture UD. Suryani Furniture, Bogor, Jawa Barat, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Oakland, John S., 2003, Statistical Process Control, 5th ed., Butterworth-Heinemann, Burlington.

Osterwalder, A dan Pigneur, Y., 2010, Business Model Generation : A Handbook for Visionaries, Game Changers , and Challengers, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey.

Permadi S., Bambang, 1992, AHP, Pusat Antar Universitas-EK-UI, Jakarta.Saaty, T. L. (1996), The Analytical Hierarchy Process. Pittsburgh, PA: RWS Publications.Tambunan, Tulus., Ukuran Daya Saing Koperasi dan UKM (diakses

www.kadin/indonesia.or.id tanggal 4 Oktober 2014)Ulrich, Karl T. dan Eppinger, Steven D., 2008, Product Design and Development, 4th ed.,Mc

Graw Hill Inc., New York

73

Page 83: 4 Laporan Akhir

LAMPIRAN

Lampiran 1. Team ResumeIntan Rosmala Sari

Pernah bekerja sebagai asisten untuk Laboratorium Proses dan

Sistem Produksi dan turut serta dalam proyek pembuatan machining

centre untuk Industri Kecil Menengah (IKM) di Yogyakarta. Selain itu,

selama 2 periode menjabat sebagai Sekretaris untuk bersama PH

mengatur budgeting dan planning HMTI. Saya juga terlibat dalam Project

Management Competition 2014 suatu kompetisi mengenai project

managemet yang diselenggarakan oleh Project Management Institute. Saya dalam event

tersebut sebagai staff event division.

Willy Dwi NugrohoPernah menjalankan beberapa proyek kepanitiaan dalam

berbagai jobdesk. Antara lain koordinatur umum, sie dokumentasi,

sie konsumsi, dan sie dana usaha. Dalam berbagai acara tersebut,

semua berlangsung dengan cukup baik. Dengan keikutsertaan dalam

berbagai kegiatan kepanitaan, melatih saya untuk bekerja dalam tim

dan menjalankan proyek dalam jangka waktu yang lama dan dengan

berbagai macam tanggung jawab yang berbeda. Sehingga saya

memiliki cukup pengalaman dalam mengerjakan suatu proyek dan bisa membantu dalam

pengerjaan proyek ini.

Acara yang pernah ditangani antara lain Lustrum III Teknik Industri Universitas Gadjah Mada,

Schemework 2013, CAE 2013, Chronics 2012, Earth Power 2013. Dan sekarang sedang menjadi

asisten laboratorium perancangan dan pengembangan produk.

Icko Judha Dharma PutraSaya sebelumnya pernah berada didalam acara “Industrial Visit

Goes To Bangkok” 2 tahun berturut-turut sebagai bagian publikasi di

tahun pertama, saya bertugas untuk menginformasikan tentang acara

ini kepada seluruh mahasiswa Teknik Industri, dan membantu rekan

panitia untuk mencari perusahaan-perusahaan dan universitas tdi

Thailand. Hasilnya adalah peserta sesuai dengan target, dan acara

“Industrial Visit Goes To Bangkok” berjalan dengan lancar. Ditahun

berikutnya dengan acara yang sama saya ditugaskan sebagai Steering Committee, yang

ditugaskan sebagai pengawas dalam acara tersebut, dan bagaimana acara tersebut berjalan

dengan lancar dan minimal sama dengan tahun sebelumnya. Pengalaman lain saya adalah

74

Page 84: 4 Laporan Akhir

berkecimpung pada bagian konsumsi di berbagai acara di HMTI UGM, seperti “Invasion”,

”Supply Chain Management”, Kuliah Kerja Lapangan Mahasiswa Teknik Industri 2014 “dan

“Speakster”. Di bagian acara saya bergabung pada acara “Pengenalan Teknik Industri”

Setiya Wahyu NugrahaSaya pernah tergabung dalam kepanitiaan suatu acara workshop

berskala nasional pada bidang Supply Chain Management yaitu

SCHEMEWORKS (Supply Chain Management Workshop). Pada acara

yang dilaksanakan pada tahun 2013 tersebut, saya berada di sie

perlengkapan bersama beberapa anggota lainnya. Di sie perlengkapan

tersebut, saya mendapat pengalaman dalam melakukan kerjasama dan

koordinasi dengan sie lainnya maupun pihak terkait lainnya demi terselenggaranya acara

mulai dari berkoordinasi tentang kebutuhan lokasi, fasilitas, dan perlengkapan yang

dibutuhkan. Pengalaman tersebut diharapkan dapat menjadi bekal dalam melaksanakan

proyek yang akan dijalankan di waktu mendatang.

Wino Frans LimbongPengalaman saya mengerjakan suatu proyek adalah pada saat

saya memiliki tugas besar dalam mata kuliah P3 (Perencangan dan

Pengembangan Produk). Pada saat itu topic utama nya adalah membuat

serta mengembangkan suatu produk yang bertemakan add on devices,

dimana proses pengerjaan produk tersebut menambah wawasan dan

pengalaman saya tentang bagaimana cara memulai untuk membuat

suatu produk, mulai dari segi pertimbangan keinginan konsumen hingga pangsa pasar yang

dituju, serta pertimbangan biaya dan aspek-aspek lainnya yang membutuhkan ilmu teknik

industry seperti HOQ, pareto chart, Screening and Scoring, Benchmarking, Desain produk

menggunakan software, serta timeline dan gantchart.

Titi IswariSaya pernah berada dalam suatu proyek dalam bidang lean and development

di sebuah perusahaan manufaktur pesawat. Dalam proyek ini saya bertugas

untuk mencari akar masalah dari penurunan performansi dan efisiensi dari

mesin-mesin yang memproduksi komponen pesawat pada perusahaan

tersebut kemudian menyusun tindakan improvement untuk menaikkan

performansi dan efisiensi pada mesin-mesin tersebut. Proyek yang

berlangsung selama kurang lebih 1 bulan ini berhasil diselesaikan dengan

baik. Saya berhasil menemukan akar penyebab penurunan performansi dan efisiensi mesin

menggunakan tool OEE (Overall Equipment Efficiency) dan Pareto Chart serta menyusun tindakan

improvement dengan tool Total Productive Maintenance. Hal-hal yang dilakukan selama proyek ini

berlangsung antara lain menentukan permasalahan, menentukan asumsi dan batasan masalah,

75

Page 85: 4 Laporan Akhir

membuat timeline kerja, studi literature, pengambilan data, pengolahan dan analisis data serta

penyusunan alternatif solusi untuk improvement.

Novita Nur SyahfitiriSaya mengikuti beberapa organisasi di kampus seperti HMTI, BEM, KMT

dan SKI. Saat mengikuti organisasi – organisasi tersebut, terdapat berbagai

pengalaman kepanitiaan yang saya rasakan. Kepanitiaan yang saya ikuti di

HMTI yaitu sebagai ketua dalam Training Kewirausahaan, sebagai Dana

Usaha dalam MARCH, sebagai kesekertariatan dalam Epic-B. sedangkan

untuk di BEM kepanitiaan yang saya ikuti yaitu sebgai koordinator acara

Sekolah Kaderisasi dan seksi acara Recruitment Limited Edition. Sedangkan

untuk di KMT dan SKI kepanitiaan yang saya ikuti yaitu sebagai humas dalam acara Salam Ukhuwah

Teknik, menjadi sekertaris dalam acara MED. Terdapat pula beberapa agenda fakultas yang saya

ikuti seperti PPSMB dan Teleskop. Selama dua tahun berturut –turut saya menjadi pemandu dalam

PPSMB. Selain menjadi panitia saya pernah sekali menjadi juri public speaking dalam acara EIC.

Pengalaman dalam mengikuti beberapa kepanitiaan dan berada di bidang yang berbeda – beda

memberikan saya banyak pelajaran.

Aditya Risqi PratamaSaya mempunyai beberapa pengalaman organisasi seperti menjadi

kepala divisi internal departemen Technopreneurship BEM KMFT

UGM.Sebuah organisasi dibawah naungan BEM yang bergerak dalam

mewujudkan kemandirian BEM dalam bentuk menyuplai dana melalui

kegiatan kewirausahaan. Selain itu beberapa acara kampus dalam

skala regional seperti lomba MARCH (Marketing Challenge)

mengampu di bidang publikasi dan dokumentasi, kemudian try out

nasional ujian masuk UGM TOBAT 2013, saya menjadi koor publikasi dan dokumentasi serta koor

dekorasi. Pada acara TOBAT 2013 ini skala acaranya cukup besar sehingga banyak peserta yang

berasal dari luar Yogyakarta bahkan juga banyak yang berasal dari luar pulau Jawa seperti

Kalimantan, Palembang, dan Sulawesi ikut serta dalam acara ini. Jadi setelah melalui acara tersebut

saya mendapat pengalaman banyak bagaimana cara untuk mengkoordinasi dan menjalankan tugas

kegiatan. Tentunya pengalaman kerja tersebut diharapkan menjadi bekal yang cukup untuk

menjalankan tugas pada acara proyek terpadu ini.

76

Page 86: 4 Laporan Akhir

Lampiran 2. Cash Flow Solusi Penerapan Ergonomi pada Desain Produk Skenario Peningkatan Profit Margin 0%

No End of Year 0 1 2 3 4 51 Cash Inflow              Revenue   Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.002 Cash Outflow              Investment -Rp1,493,000.00            Cost   Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00                 Working Capital   Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00

  Investment in Working Capital -Rp57,500,000.00         Rp57,500,000.00

3 Net Cash Flow Before Tax -Rp58,993,000.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp57,500,000.00

  Taxable Income -Rp58,993,000.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp57,500,000.00  Income Tax   Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp575,000.00

4 Net Cash Flow After Tax -Rp58,993,000.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp56,925,000.00

77

Page 87: 4 Laporan Akhir

Lampiran 3. Cash Flow Solusi Penerapan Ergonomi pada Desain Produk Skenario Peningkatan Profit Margin 0,8782%

No End of Year 0 1 2 3 4 5

1 Cash Inflow              Revenue   Rp6,114,467.50 Rp7,337,361.00 Rp7,337,361.00 Rp7,337,361.00 Rp7,337,361.002 Cash Outflow              Investment -Rp1,493,000.00            Cost   Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00                 Working Capital   Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00

  Investment in Working Capital -Rp57,500,000.00         Rp57,500,000.00

4 Net Cash Flow Before Tax -Rp58,993,000.00 Rp6,114,467.50 Rp7,337,361.00 Rp7,337,361.00 Rp7,337,361.00 Rp64,837,361.00

  Taxable Income -Rp58,993,000.00 Rp6,114,467.50 Rp7,337,361.00 Rp7,337,361.00 Rp7,337,361.00 Rp64,837,361.00  Income Tax   Rp61,144.68 Rp73,373.61 Rp73,373.61 Rp73,373.61 Rp648,373.61

5 Net Cash Flow After Tax -Rp58,993,000.00 Rp6,053,322.83 Rp7,263,987.39 Rp7,263,987.39 Rp7,263,987.39 Rp64,188,987.39

78

Page 88: 4 Laporan Akhir

Lampiran 4. Cash Flow Solusi Penerapan Ergonomi pada Desain Produk Skenario Peningkatan Profit Margin 1%

No End of Year 0 1 2 3 4 51 Cash Inflow              Revenue   Rp6,962,500.00 Rp8,355,000.00 Rp8,355,000.00 Rp8,355,000.00 Rp8,355,000.002 Cash Outflow              Investment -Rp1,493,000.00            Cost   Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00                 Working Capital   Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00

  Investment in Working Capital -Rp57,500,000.00         Rp57,500,000.00

3 Net Cash Flow Before Tax -Rp58,993,000.00 Rp6,962,500.00 Rp8,355,000.00 Rp8,355,000.00 Rp8,355,000.00 Rp65,855,000.00

  Taxable Income -Rp58,993,000.00 Rp6,962,500.00 Rp8,355,000.00 Rp8,355,000.00 Rp8,355,000.00 Rp65,855,000.00  Income Tax   Rp69,625.00 Rp83,550.00 Rp83,550.00 Rp83,550.00 Rp658,550.00

4 Net Cash Flow After Tax -Rp58,993,000.00 Rp6,892,875.00 Rp8,271,450.00 Rp8,271,450.00 Rp8,271,450.00 Rp65,196,450.00

79

Page 89: 4 Laporan Akhir

Lampiran 5. Cash Flow Solusi Penerapan Ergonomi pada Desain Produk Skenario Peningkatan Profit Margin 3%

No End of Year 0 1 2 3 4 5

1 Cash Inflow              Revenue   Rp20,887,500.00 Rp25,065,000.00 Rp25,065,000.00 Rp25,065,000.00 Rp25,065,000.002 Cash Outflow              Investment -Rp1,493,000.00            Cost   Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00                 Working Capital   Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00

  Investment in Working Capital -Rp57,500,000.00         Rp57,500,000.00

3 Net Cash Flow Before Tax -Rp58,993,000.00 Rp20,887,500.00 Rp25,065,000.00 Rp25,065,000.00 Rp25,065,000.00 Rp82,565,000.00

  Taxable Income -Rp58,993,000.00 Rp20,887,500.00 Rp25,065,000.00 Rp25,065,000.00 Rp25,065,000.00 Rp82,565,000.00  Income Tax   Rp208,875.00 Rp250,650.00 Rp250,650.00 Rp250,650.00 Rp825,650.00

4 Net Cash Flow After Tax -Rp58,993,000.00 Rp20,678,625.00 Rp24,814,350.00 Rp24,814,350.00 Rp24,814,350.00 Rp81,739,350.00

80

Page 90: 4 Laporan Akhir

Lampiran 6. Cash Flow Solusi Standardisasi Kerja Peningkatan Produktivitas 0%

No End of Year 0 1 2 3 4 51 Cash Inflow              Revenue   Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.002 Cash Outflow              Investment -Rp4,265,000.00            Cost   Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00                 Working Capital   Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00 Rp57,500,000.00

  Investment in Working Capital -Rp57,500,000.00         Rp57,500,000.00

3 Net Cash Flow Before Tax -Rp61,765,000.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp57,500,000.00

  Taxable Income -Rp61,765,000.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp57,500,000.00  Income Tax   Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp575,000.00

4 Net Cash Flow After Tax -Rp61,765,000.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp56,925,000.00

81

Page 91: 4 Laporan Akhir

Lampiran 7. Cash Flow Solusi Standardisasi Kerja Peningkatan Produktivitas 10%

No End of Year 0 1 2 3 4 5

1 Cash Inflow              Revenue   Rp58,485,000.00 Rp100,260,000.00 Rp100,260,000.00 Rp100,260,000.00 Rp100,260,000.002 Cash Outflow              Investment -Rp4,265,000.00            Cost   -Rp53,611,250.00 -Rp91,905,000.00 -Rp91,905,000.00 -Rp91,905,000.00 -Rp91,905,000.00                 Working Capital   Rp63,250,000.00 Rp63,250,000.00 Rp63,250,000.00 Rp63,250,000.00 Rp63,250,000.00

  Investment in Working Capital -Rp63,250,000.00         Rp63,250,000.00

3 Net Cash Flow Before Tax -Rp67,515,000.00 Rp4,873,750.00 Rp8,355,000.00 Rp8,355,000.00 Rp8,355,000.00 Rp71,605,000.00

  Taxable Income -Rp67,515,000.00 Rp4,873,750.00 Rp8,355,000.00 Rp8,355,000.00 Rp8,355,000.00 Rp71,605,000.00  Income Tax   Rp48,737.50 Rp83,550.00 Rp83,550.00 Rp83,550.00 Rp716,050.00

4 Net Cash Flow After Tax -Rp67,515,000.00 Rp4,825,012.50 Rp8,271,450.00 Rp8,271,450.00 Rp8,271,450.00 Rp70,888,950.00

82

Page 92: 4 Laporan Akhir

Lampiran 8. Cash Flow Solusi Standardisasi Kerja Peningkatan Produktivitas 11,43%

No End of Year 0 1 2 3 4 5

1 Cash Inflow              Revenue   Rp66,690,445.50 Rp114,326,478.00 Rp114,326,478.00 Rp114,326,478.00 Rp114,326,478.002 Cash Outflow              Investment -Rp4,265,000.00          

  Cost   -Rp61,132,908.38 -Rp104,799,271.50

-Rp104,799,271.50

-Rp104,799,271.50

-Rp104,799,271.50

                 Working Capital   Rp64,056,725.00 Rp64,056,725.00 Rp64,056,725.00 Rp64,056,725.00 Rp64,056,725.00

  Investment in Working Capital -Rp64,056,725.00         Rp64,056,725.00

3 Net Cash Flow Before Tax -Rp68,321,725.00 Rp5,557,537.13 Rp9,527,206.50 Rp9,527,206.50 Rp9,527,206.50 Rp73,583,931.50

  Taxable Income -Rp68,321,725.00 Rp5,557,537.13 Rp9,527,206.50 Rp9,527,206.50 Rp9,527,206.50 Rp73,583,931.50  Income Tax   Rp55,575.37 Rp95,272.07 Rp95,272.07 Rp95,272.07 Rp735,839.32

4 Net Cash Flow After Tax -Rp68,321,725.00 Rp5,501,961.75 Rp9,431,934.44 Rp9,431,934.44 Rp9,431,934.44 Rp72,848,092.19

83

Page 93: 4 Laporan Akhir

Lampiran 9. Cash Flow Solusi Standardisasi Kerja Peningkatan Produktivitas 15%

No End of Year 0 1 2 3 4 51 Cash Inflow              Revenue   Rp87,727,500.00 Rp150,390,000.00 Rp150,390,000.00 Rp150,390,000.00 Rp150,390,000.002 Cash Outflow              Investment -Rp4,265,000.00          

  Cost   -Rp80,416,875.00 -Rp137,857,500.00

-Rp137,857,500.00

-Rp137,857,500.00 -Rp137,857,500.00

                 Working Capital   Rp66,125,000.00 Rp66,125,000.00 Rp66,125,000.00 Rp66,125,000.00 Rp66,125,000.00

  Investment in Working Capital -Rp66,125,000.00         Rp66,125,000.00

3 Net Cash Flow Before Tax -Rp70,390,000.00 Rp7,310,625.00 Rp12,532,500.00 Rp12,532,500.00 Rp12,532,500.00 Rp78,657,500.00

  Taxable Income -Rp70,390,000.00 Rp7,310,625.00 Rp12,532,500.00 Rp12,532,500.00 Rp12,532,500.00 Rp78,657,500.00  Income Tax   Rp73,106.25 Rp125,325.00 Rp125,325.00 Rp125,325.00 Rp786,575.00

4 Net Cash Flow After Tax -Rp70,390,000.00 Rp7,237,518.75 Rp12,407,175.00 Rp12,407,175.00 Rp12,407,175.00 Rp77,870,925.00

84