4 kebijakan moneter

3
 PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH Sofi Khusniaty Safarina DIV Reguler Akuntansi, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Tangerang email: sofikhusniaty@gmail.om  Abstrak  –Salah satu permasalahan ekonomi yang sering kita temui adalah masalah stabilitas nilai tukar rupiah.  Ketika nilai tukar rupiah melemah, maka hal ini akan memicu terjadinya i nflasi. Dengn adanya inflasi akan terjadi kenai kan harga-ha rga dalam kegiatan ekonomi sehari-hari . Pelemahan nilai tukar rupiah dapat kita lihat di  sepanjang tahun 2!" lalu. Dalam hal ini, kebijakan fiskal dari pemerintah dan juga kebijakan moneter dari #ank  $ndonesia mempunyai peranan utama dalam mengatasi permasalahan ekonomi tersebut. #agaimana kebijakan  #ank $ndonesia dalam menghadapi permasalahan stabilitas nilai tukar rupiah ini akan coba diuraikan dalam tulisan ini.  Kata Kunci % nilai tukar r upiah, #$ rate, inflasi, moneter, #ank $ndonesia. 1. PE NDAHULUAN !el emahan nilai tukar ru"ia h aka n memi u ter#a$inya inflasi, $imana harga%harg a &arang melon#ak naik yang mengaki&atkan kesta&ilan ekonomi men#a$i ti$ak ter#aga. 'aik ke&i#a kan fiskal $ari "emerin tah mau"un ke&i#akan moneter $ari 'ank In$onesia sama% sa ma me mi liki "e ra n an $i l $alam me ng ha$a "i  "ermasalahan e konomi ini. Da lam "e la ks an aa nnya, 'ank In$onesia me mil iki keena nga n unt uk me lak uka n ke& i#a kan moneter mela lui "ene ta"an sasa ran% sasaran moneter (se" erti uang &ere $ar atau suku &unga ) $enga n tu#ua n utama men#a ga sasaran la#u inflasi yang $iteta "kan oleh !eme rinta h. Sea ra o"er asion al, "enge n$ali an sa sa ra n%sasara n mo neter te rs e&ut me nggunaka n instrumen%instrumen, antara lain o"erasi "asar ter&uka $i "asar uang &a ik ru"i ah ma u"un a luta as ing ,  "eneta"an tingkat $iskonto, "eneta"an a$angan a#i& minimum, $an "engaturan kre$it atau "em&iayaan. Da la m tuli san ini akan $i &aha s me ngenai masalah "el emaha n nil ai tukar ru"ia h ya ng ter #a$i sel ama tah un *+- $i In$onesi a. Sel an# utny a, aka n $i&ahas "ul a &ag aimana ke& i#a kan monete r yan g $i ke luar kan ol eh 'a nk In $onesi a $alam ra ngka mengatasi terse&ut. 2. LANDASAN TEORI e &i #a ka n mo ne te r a$alah u"ay a untuk men a"ai tingk at "ertu m&uh an ekono mi yang tingg i seara &erk elan# utan $enga n teta" mem" erta hankan kesta&ilan harga. /ntuk mena"ai tu#uan terse&ut 'ank Sentral ata u 0to rit as 1on eter &er usa ha me nga tur ke se im&a ngan antara "e rs e$ ia an ua ng $e ngan  "erse$iaan &arang agar inflasi $a"at terken$ali, ter a"ai ke se m" at an ke r# a "e nu h $a n ke la n ar an $a la m  "asokan2$istri&usi &arang. e&i#akan moneter $ilakukan antara lain $engan salah satu namun ti$ak ter &at as "a$ a ins tru men se& aga i &er ikut ya itu suk u  &unga, giro a#i& minimum, interensi $i"asar aluta asi ng $an se &ag ai tem"at ter akh ir &ag i &an k%&ank untuk memin#am uang a"a&i la meng alami kesu litan likui$itas. !en gat ura n #umlah uang ya ng &er e$a r "a$a ma syar akat $i atur $e ngan a ra me na m&ah at au me nguran gi #umlah uan g yan g &ere$a r. e &i# aka n moneter $a"at $igolongkan men#a$i $ua, yaitu: e &i# akan moneter eks"ansif (  &onetary e'pansi(e policy) A$alah suatu ke&i#akan $alam rangka menam&ah  #umlah uang yang &ere$ar. e&i#akan ini $ilakukan untuk mengatasi "engangguran $an meningkatkan $aya &eli masyarakat ("ermintaan masyarakat) "a$a saat "erekonomian mengalami resesi atau $e"resi. e &i# aka n ini $is e&u t #uga ke&i#a kan mon ete r longgar (easy money policy) e &i# akan 1one ter o ntra kt if (  &onetary contracti(e policy) A$alah suatu ke&i#akan $alam rangka mengurangi  #umlah uang yang &ere$ar. e&i#akan ini $ilakukan  "a$a saat "erekonomian mengalami inflasi. Dise&ut  #uga $engan ke&i#akan uang ketat ( tight money  policy) e &i# aka n moneter $a" at $il aku kan $en gan men#alankan instrumen ke&i#akan moneter, yaitu antara lain: 0"e rasi !a sar Ter&u ka ()p en &ark et  )peration) 0"erasi "asar ter&uka a$alah ara mengen$alikan uang yang &ere$ar $engan men#ual atau mem&eli surat &erharga "emerintah (goernment seurities). 3i ka ingi n me na m&ah #uml ah ua ng &e re $a r,  "emerintah akan mem&eli surat &erharga  "emerintah. Namun, &ila ingin #umlah uang yang  &ere$ar &erkurang, maka "emerintah akan men#ual surat &erharga "emerintah ke"a$a masyarakat. Surat  &erharga "emerintah antara lain $iantaranya a$alah S'I atau singkatan $ari Sertifikat 'ank In$onesia $an S'!/ atau singkatan atas Surat 'erharga !asar /ang. 4asilitas Diskonto (  Discount *ate)

description

KEBIJAKAN

Transcript of 4 kebijakan moneter

PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH

Sofi Khusniaty SafarinaDIV Reguler Akuntansi, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Tangerangemail: [email protected]

AbstrakSalah satu permasalahan ekonomi yang sering kita temui adalah masalah stabilitas nilai tukar rupiah. Ketika nilai tukar rupiah melemah, maka hal ini akan memicu terjadinya inflasi. Dengn adanya inflasi akan terjadi kenaikan harga-harga dalam kegiatan ekonomi sehari-hari. Pelemahan nilai tukar rupiah dapat kita lihat di sepanjang tahun 2013 lalu. Dalam hal ini, kebijakan fiskal dari pemerintah dan juga kebijakan moneter dari Bank Indonesia mempunyai peranan utama dalam mengatasi permasalahan ekonomi tersebut. Bagaimana kebijakan Bank Indonesia dalam menghadapi permasalahan stabilitas nilai tukar rupiah ini akan coba diuraikan dalam tulisan ini.

Kata Kunci: nilai tukar rupiah, BI rate, inflasi, moneter, Bank Indonesia.

1. PENDAHULUANPelemahan nilai tukar rupiah akan memicu terjadinya inflasi, dimana harga-harga barang melonjak naik yang mengakibatkan kestabilan ekonomi menjadi tidak terjaga. Baik kebijakan fiskal dari pemerintah maupun kebijakan moneter dari Bank Indonesia sama-sama memiliki peran andil dalam menghadapi permasalahan ekonomi ini.Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan.Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai masalah pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi selama tahun 2013 di Indonesia. Selanjutnya, akan dibahas pula bagaimana kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam rangka mengatasi tersebut.

2. LANDASAN TEORIKebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy) Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)Kebijakan moneterdapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain: Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

3. PEMBAHASANSepanjang tahun 2013, nilai tukar rupiah terus menerus mengalami pelemahan. Pada awal Januari 2013 nilai tukar rupiah masih berada pada angka Rp 9.733,- per USD. Hingga pada awal Juli, rupiah semakin melemah mencapai angka Rp 10.010,- per USD. Nilai tukar ini terus menerus melemah hingga akhir tahun. Nilai terendah mencapai Rp 12.331,- per USD pada tanggal 30 Desember 2013. Secara umum, pergerakan nilai tukar rupiah dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Anjloknya nilai tukar rupiah ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut adalah defisit neraca berjalan Indonesia yang masih besar. Selama tahun 2013 lalu, baik neraca perdagangan maupun neraca pembayaran Indonesia berada pada posisi defisit terburuk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan faktor eksternal adalah rencana Bank Sentral AS untuk kembali menarik dana likuiditas atau yang biasa dikenal dengan sebutantappering offdari negara-negara berkembang, dikarenakan kondisi perekonomian AS yang mulai membaik pasca krisis 2008-2009. Hal ini memberikan dampak negatif terhadap pasar yang membuat hampir seluruh mata uang di negara berkembang juga anjlok walaupun hal ini masih menjadi spekulasi.Secara umum, pelemahan nilai tukar rupiah mengakibatkan kenaikan inflasi. Inflasi yang semakin tinggi ini memicu terjadinya penurunan daya beli masyarakat, yang nantinya akan mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, banyak investor asing yang melakukan net sell dari awal tahun hingga saat ini yang dinilai sebagai akibat berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.Dampak pelemahan nilai mata uang di tiap negara berbeda-beda. Di Indonesia tentu berbeda dengan negara lain. Kadang di negara lain dampaknya lebih kuat. Misalnya di Thailand, India, atau di Malaysia, harga-harga dikendalikan pemerinatah, bahan pangan tidak impor. Maka dampak nilai tukar mata uang tidak terlalu berpengaruh kepada masyarakat. Di Indonesia, misalnya rakyat miskin yang hanya makan nasi dengan lauk tempe saja, akan terkena dampak merosotnya nilai mata uang. Karena berasnya impor, bahan tempe yaitu kedelai juga impor, bawangnya impor. Maka dampak merosotnya rupiah akan sangat dirasakan bagi rakyat miskin Indonesia.Bank Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan moneter untuk menghadapi pelemahan rupiah. Gubernur BI menaikkan BI Rate hingga mencapai 7,5 persen pada Desember dari 5,75 persen pada Mei. Selain itu, BI juga meningkatkan jumlah Bilateral Swap Agreement (BSA) dengan sejumlah negara untuk mengantisipasi dampak terburuk dari melemahnya rupiah apabila cadangan devisa USD97 miliar dipakai.Hingga saat ini, BI masih konsisten menerapkan kebijakan uang ketat dengan mempertahankan BI rate sebesar 7,5 persen. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,51% pada 2014 dan 41% pada 2015. Selain bertujuan untuk menekan inflasi dan memberi kekuatan rupiah untuk menghadapi mata uang dollar Amerika, kenaikan BI rate juga bertujuan untuk memperkuat likuiditas keuangan, dimana BI berharap dana asing yang keluar akibat pelemahan rupiah dapat kembali masuk ke Indonesia.Peningkatan Bilateral Swap Agreement juga ditempuh BI yang bertujuan untuk mempromosikan perdagangan bilateral dan memperkuat kerja sama keuangan yang bermanfaat bagi pengembangan ekonomi kedua Negara. Perjanjian ini merupakan bentuk komitmen antar kedua bank sentral untuk mendukung stabilitas makro ekonomi dan keuangan regional dalam menghadapi ketidakpastian global yang masih tinggi. Komitmen BI melaluiBilateral Swap Agreement(BSA) bisa dijadikan sebagai cadangan devisa lapis kedua kalau ada kemungkinan arus dana asing keluar. Indonesia melalui BI saat ini telah menjalin kerja sama Bilateral Swap Agreement dengan beberapa negara seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan Chiang Mai.Dengan langkah-langkah kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia diharapkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dapat terus menguat. Dari data BI mengenai nilai tukar rupiah awal tahun 2014 ini dapat kita lihat bahwa meskipun nilai tukar rupiah masih naik turun, akan tetapi tren yang terlihat adalah semakin menguat. Hal ini dapat kita amati dari grafik di bawah ini.

Guna mengatasi masalah perekonomian ini, kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan kebijakan fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah harus mampu bersinergi dan berkoordinasi dengan lebih baik lagi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi dapat terwujud dan kestabilan ekonomi dapat tetap terjaga.

4. KESIMPULANNilai tukar rupiah mengalami pelemahan sepanjang tahun 2013. Secara umum, pelemahan nilai tukar rupiah mengakibatkan kenaikan inflasi yang menggangu stabilitas ekonomi. Permasalahan ini disebabkan oleh faktor internal berupa defisit neraca berjalan yang masih besar dan faktor eksternal berupa rencana tappering off oleh Bank Sentral AS. Untuk menghadapi permasalahan tersebut, Bank Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan moneter untuk menghadapi pelemahan rupiah, yaitu menaikkan BI Rate hingga mencapai 7,5 persen dan meningkatkan jumlah Bilateral Swap Agreement (BSA). Sinergi antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal juga merupakan hal yang penting guna mewujudkan kestabilan ekonomi.

5. DAFTAR REFERENSI[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter diakses pada tanggal 29 April 2014.[2] http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/transaksi-bi/Default.aspx diakses pada tanggal 29 April 2014.[3] http://ekbis.sindonews.com/read/2013/12/30/109/821857/menanti-keperkasaan-rupiah-di-2014 diakses pada tanggal 29 April 2014.[4] https://www.ipotnews.com/index.php?jdl=Jaga_Stabilitas__RI_Akan_Perbanyak_Bilateral_Swap_Agreement&level2=newsandopinion&id=2541437&img=level1_topnews_2#.U0wHHvmSyvU diakses pada tanggal 29 April 2014.