4. Hal 6-17

12
LAPORAN UTAMA 6 Warta BPK JUNI 2011

Transcript of 4. Hal 6-17

Page 1: 4. Hal 6-17

LAPORAN UTAMA

6 Warta BPKJUNI 2011

6 - 14 laporan utama rev.indd 6 7/27/2011 11:19:21 AM

Page 2: 4. Hal 6-17

7Warta BPK JUNI 2011

Pengganti Anggota VII BPK Mulai DicariSuksesi jajaran pimpinan BPK sedang berlangsung. Lembaga audit negara ini sudah mengirimkan surat pemberitahuan kepada DPR untuk mencari pengganti antar waktu Anggota BPK. Mengisi posisi T.M. Nurlif. Hasilnya, menunggu reses dulu.

ANggotA VII BPK t.M. Nurlif resmi diberhentikan. Ber-dasarkan UU. No 15 tahun 2006 tentang BPK, atas

usul BPK, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menandatangani Keputusan Presiden (Keppres) pem-berhentian dengan hormat beberapa bulan lalu. Penonaktifannya sebagai Anggota VII BPK sendiri sejak 20 oktober tahun lalu melalui Surat Keputusan Ketua BPK Nomor 12/K/I-XIII.2/10/2010. Ada posisi lowong di kursi kepemimpinan BPK.

Posisi yang lowong tersebut, ke-mudian diisi oleh pelaksana harian Anggota IV BPK Ali Masykur Musa. Lalu, diambil alih tugasnya langsung oleh Ketua BPK Hadi Poernomo. oleh karena berdasarkan undang-undang dan beban tugas, BPK melayangkan surat pemberitahuan kepada DPR. In-tinya, perlu penggantian antar waktu untuk mengisi posisi Anggota VII BPK.

Memang berdasarkan Pasal 4 Undang-undang No. 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, jumlah Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ditetapkan sebanyak sembilan orang. Mengingat ada satu

Anggota BPK yang mengundurkan diri dan sesuai ketentuan Pasal 22 ayat (1) UU No. 15 tahun 2006, maka diperlukan penggantian antar waktu.

t.M. Nurlif sendiri dilantik sebagai Anggota VII BPK bersamaan dengan Hadi Poernomo (Ketua), Moermahadi Soerja Djanegara (Anggota I), Taufi-equrachman Ruki (Anggota II), Hasan Bisri (Anggota III), Ali Masykur Musa (Anggota IV), dan Rizal Djalil (Ang-gota VI). Pelantikannya pada 19 ok-tober 2009. Masa jabatannya sampai 2014.

Setelah t.M. Nurlif nonaktif pada 2010 dan Keppres keluar pada tahun 2011, maka ada sisa masa tugas seki-tar 2,5 tahun. Masih cukup panjang bagi penggantinya untuk mengisi ja-batan Anggota VII BPK. Dengan ren-tang waktu masih panjang dan beban tugas yang cukup berat, sekaligus berdasarkan undang-undang, maka BPK pun mengirimkan surat pem-beritahuan/pengajuan ke DPR untuk mencari Anggota BPK baru menggan-tikan t.M. Nurlif.

gayung bersambut. Komisi XI DPR yang berwenang dalam hal ini, akhirnya membentuk panitia untuk membuka pendaftaran calon Anggota

BPK. Dalam pengumumannya, ada empat anggota DPR Komisi XI yang berwenang untuk menyaring bakal calon Anggota BPK. Keempat ang-gota DPR tersebut adalah Emir Moeis (Ketua), Achsanul Qosasi (Wakil Ke tua), Harry Azhar Azis, dan KH. Surahman Hidayat. (Wakil Ketua).

Akhirnya, pendaftaran dibuka sejak tanggal 13 Juni sampai 24 Juni 2011. Sampai batas pendaftaran, ter-saring 16 bakal calon Anggota BPK. Keenam belas bakal calon Anggota BPK ini dari beragam latar belakang profesi. Mulai dari akademisi sampai mantan pejabat di lingkungan in-stansi pengelola keuangan negara.

Menurut beberapa sumber di DPR, dari 16 calon ini, ada beberapa calon yang pernah mendaftar seleksi calon pimpinan BPK periode 2009-2014. Selain itu, ada seorang mantan anggota DPR dari Partai Demokrat.

“Semua calon berpeluang sama besar untuk mengisi posisi itu,” sing-kat Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis ketika ditanya siapa yang berpeluang besar untuk mengisi po-sisi yang ditinggalkan t.M. Nurlif.

Harry mengaku bahwa nanti 16 calon Anggota tersebut diproses di

T.M. Nurlif

foto: istimew

a

6 - 14 laporan utama rev.indd 7 7/27/2011 11:19:22 AM

Page 3: 4. Hal 6-17

LAPORAN UTAMA

8 Warta BPKJUNI 2011

DPD untuk kemudian memberikan pertimbangan kepada DPR. Setelah itu, baru DPR akan melakukan proses seleksi melalui fit and proper test.

Rencananya pada 22 Juli 2011, Komisi XI akan melakukan rapat in-ternal untuk menyiapkan proses seleksi calon Anggota BPK. Setelah reses, atau seusai Idulfitri, DPR baru akan melakukan proses seleksi calon Anggota BPK baru.

Dilema Wakil KetuaSementara itu, belum sampai

penutupan pendaftaran calon Ang-gota BPK untuk mengisi posisi Ang-gota VII BPK t.M. Nurlif, pada 20 Juni 2011, Wakil Ketua BPK Herman Widyananda meninggal dunia. Arti-nya, ada dua posisi kepemimpinan BPK yang lowong.

Jika posisi Anggota VII BPK telah mulai dicari, melalui pembukaan pendaftaran yang dilakukan Komisi XI DPR, lalu bagaimana dengan kursi

lowong yang ditinggalkan (Alm) Her-man Widyananda.

Masa jabatan Herman Widy-ananda berbeda. Dia bersama Sapto Amal Damandari dilantik pada 24 Mei 2007. Pada masa kepemimpinan Ketua Anwar Nasution. Saat itu, ia menjabat sebagai Anggota IV BPK, se-mentara Sapto Amal Damandari men-jabat sebagai Anggota VI BPK. Masa jabatannya sampai 2012.

Namun, setelah ada pergantian kepemimpinan BPK yang baru di bawah kepemimpinan Hadi Poerno-mo, keduanya masih bertugas. Hanya saja mengalami pergeseran jabatan. Herman Widyananda sebagai Wakil Ketua, sementara Sapto Amal Daman-dari sebagai Anggota V.

Dengan wafatnya pejabat wakil ketua itu, ada dua kursi lowong. Jika pengganti t.M. Nurlif tengah dicari, maka posisi Herman Widyananda ma-sih benar-benar lowong dan belum ada ke arah pergantian antarwaktu.

Dilema kemudian muncul. Jika posisi Herman Widyananda perlu di-isi, periode jabatan sebenarnya akan segera berakhir. Ada sekitar 9 bulan tersisa periode jabatan, baik itu yang dipegang Herman Widyananda mau-pun Sapto Amal Damandari.

Sementara, dalam Undang-Un-dang No. 15 tahun 2006 tentang BPK, dalam pasal 22 ayat 2 dinyatakan Peng angkatan Anggota BPK seba-gaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam waktu paling lama 6 bulan terhitung sejak tanggal pem-berhentian Anggota BPK.

Untuk pergantian Herman Widy-ananda, berdasarkan UU tersebut, Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis ketika dihubungi Warta BPK, mengakui bahwa posisinya bisa dipilih secara pergantian antarwaktu (PaW). Namun, sisa 9 bulan masa tugasnya agak sulit dilakukan. Meng-ingat singkatnya masa jabatan yang tersisa, walau dalam undang-undang tersebut masih bisa dilakukan. Sulit mencari calon Anggota BPK yang mau menjabat hanya selama sekitar 9 bu-lan.

“Apa mau calon hanya menjabat selama 9 bulan?” ucapnya.

oleh karena itu, jika BPK nanti mengirimkan surat pengajuan ke-pada DPR, pihaknya masih akan membicarakannya lagi dengan dua opsi, Apakah tetap mengisi jabatan yang kosong setelah Herman Widy-ananda wafat, atau menunggu sampai masa jabatannya berakhir. Kalau opsi menunggu sampai masa jabatannya berakhir, DPR akan melakukan pemil-ihan anggota baru sekaligus dengan posisi Sapto Amal Damandari yang juga segera berakhir. Sebab, periode jabatan keduanya sama.

Namun, lanjut Harry, pihak DPR tetap menunggu surat pemberita-huan dari BPK terkait dengan kursi lowong wakil ketua. Sampai tulisan ini naik cetak, DPR belum menerima surat pemberitahuan dari BPK. “Kita belum ada surat dari BPK”, ucap Har-ry. and

Harry Azhar Azis

foto

: ist

imew

a

6 - 14 laporan utama rev.indd 8 7/27/2011 11:19:22 AM

Page 4: 4. Hal 6-17

9Warta BPK JUNI 2011

Dr. Drs. Soemardjijo, SE, AK, MM, B.AC Saat ini menjabat Komisaris Utama Pt. Dian Bogatama

Artomoro dan staf pengajar di program Pasca Sarjana Ma-gister Manajemen Universitas Jayabaya. Sebagai pengajar pernah juga digelutinya di Sekolah tinggi Ilmu Ekonomi (StIE) trisakti. Kariernya banyak dihabiskan di perusa-haan swasta. Pernah juga menjadi Senior Auditor Kantor Akuntan Publik Drs. Henry, CPA & Sugeng Regitered Public Accountans. Pernah ikut pendaftaran calon pimpinan KPK periode 2007-2011, namun akhirnya tidak lolos ke proses selanjutnya.

Prof. Emita Wahyu Asta-mi, Phd, MBA, Akt

Emita Wahyu Astami adalah guru Besar di Univer-sitas teknologi Yogyakarta. Lulusan Doktoral Curtin Uni-versity, Australia dan Master of Business Administration di Murray State University Amerika Serikat ini, pada 2009 menjabat sebagai Direktur MM dan Dekan Fakultas Eko-nomi Universitas teknologi Yogyakarta (UTY). Dari sertifi-kasi dosen, beliau seorang ahli di bidang akuntansi. Selain di UtY, selama 15 tahun berkarier di dunia pendidikan, be-liau menjadi staf pengajar di beberapa perguruan tinggi, seperti: UgM, UNS, dan Murdoch University and Curtin Business University of technology. Walau seorang akade-misi, beliau juga pernah menjadi auditor eksternal laporan keuangan di beberapa perusahaan di Yogyakarta dan Jawa tengah sejak tahun 1986.

Dr. H. Eko Sembodo, MM, M.Ak Berasal dari kalangan internal BPK. Beliau menjadi

fungsional auditor, setelah sebelumnya menjabat sebagai Kepala BPK Perwakilan Provinsi Riau. Selain bekerja di BPK, beliau juga pernah menjadi tenaga pengajar di Un-tag ’45 Jakarta, APP Jakarta, Program Pasca Sarjana Ma-gister Manajemen Universitas Satyagama Jakarta. Sampai saat ini, ia menjadi staf pengajar Program Pasca Sarjana Magister Manajemen sekaligus Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Respati Indonesia. Pernah menjadi bakal calon

Anggota BPK periode 2009-2014 namun tak memperoleh suara.

Drs. Achmad Sanusi, M.S.P.A Malang-melintang di Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP). Menjabat sebagai Deputi Peng awasan Intern Pemerintah (PIP) Bidang Politik Sosial dan Keamanan (Polsoskam) BPKP. Pernah juga menjabat sebagai Deputi Sekretaris Wakil Presiden Bidang Dukun-gan Pengawasan Pemerintahan dan Pembangunan sampai oktober 2010. Pernah menjadi bakal calon Anggota BPK periode 2009-2014, namun hanya memperoleh 14 suara.

Drs. Bahrullah Akbar, BSc, SE, MBA

Menempuh pendidikan sarjana muda manajemen keuangannya (BSc) di Akade-mi Pimpinan Perusahaan, pro-gram S1 Administrasi Niaga Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Sarjana Akuntansi StIE Muchtar tholib, dan Master Business Administra-tion (MBA) University of Hull, Inggris. Kariernya dihabiskan di BPK. Pernah menjadi Staf Ahli Pemda Kabupaten Lingga

dan Lektor Institut Pemerintahan Daerah Negeri (IPDN). Sampai saat ini, mengelola pengelola situs Pusat Kajian dan Informasi Keuangan Daerah (www.pekikdaerah.com). Salah satu jajaran Dewan Pimpinan Nasional Bina Bangun Bangsa. Staf pengajar di Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Jakarta. Pernah menjadi bakal calon Anggota BPK periode 2009-2014, namun hanya memperoleh 13 suara.

Ketut Gede Widjaja, SH, MH Kariernya banyak dihabiskan di Kejaksaan Agung RI.

Pernah menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Purwakarta, Jawa Barat, Kepala Kejaksaan tinggi Provinsi Kalimantan tengah dan Kejaksaan tinggi Provinsi Riau. Pada 1982-1987, menjadi Asisten Khusus Jaksa Agung, dan pada periode 1996-1997, menjadi Staf Ahli jaksa Agung. Sam-pai saat ini, selain sebagai praktisi hukum (advokat) juga sebagai Pengajar program studi Hukum di Universitas Bhayang kara Jakarta Raya dan Universitas Sahid Jakarta.

16 Calon Anggota BPKAda 16 calon Anggota BPK Paruh Waktu pengganti T.M. Nurlif. Hampir semua calon

memiliki latar belakang keuangan negara. Berikut ini profil singkat ke-16 calon Anggota BPK itu:

6 - 14 laporan utama rev.indd 9 7/27/2011 11:19:22 AM

Page 5: 4. Hal 6-17

LAPORAN UTAMA

10 Warta BPKJUNI 2011

Dr. Eddy Rasyidin, AKN, MH Saat ini dipercaya sebagai Koordinator Staf Ahli Badan

Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI. Selain itu, sebagai pengajar pada pogram studi akuntansi pemerintah-an dan auditing di Sekolah tinggi Akuntansi Negara (StAN), Universitas Padjajaran, dan Universitas Pelita Harapan. Juga instruktur Pusat Pelatihan Auditor/Pemeriksa BUMN dan Pusat Pelatihan Akuntansi dan Keuangan StAN, Kemen-terian Keuangan dan Instruktur Pemeriksaan Pajak dan Pemeriksaan Bukti Permulaan pada Pusdiklat Pajak Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Departemen Keuangan (2006-2010). Peraih doktoral ilmu Hukum Bisnis Universitas Padjajaran ini kariernya dihabiskan di Kemen-terian Keuangan. Pernah menjadi auditor senior Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di sela-sela karier panjangnya pada Kementerian Keuangan.

Prof. Dr. Eddy Suratman, SE, MA Pengajar di Universitas tanjungpura (Untan). Dalam

manajemen, ia menduduki posisi Pembantu Rektor III Un-tan. Pernah juga mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sampai saat ini dipercaya sebagai anggota tim asistensi Menteri Keuangan bidang Desentralisasi Fiskal dan Konsultan Short Term World Bank.

Drs. Elvin Blucher Sinaga, MM, PhD Elvin Blucher Sinaga ini adalah salah satu calon yang

berasal dari partai politik. Pengusaha yang tinggal di Band-ung ini berkecimpung di dunia politik dengan masuk Partai Demokrat. Pernah terpilih sebagai Anggota DPR Komisi XI periode lalu. Selain aktif di partai, ia juga aktif di beberapa organisasi seperti Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Pa-triot Panca Marga, Asosiasi Kontraktor Ketenagalistrikan Indonesia (AKLINDo), dan Kosgoro.

Dr. H. Faisal, SHFaisal merupakan satu-satunya calon yang berlatar

belakang di dunia kedokteran. Saat ini menjadi dokter di Rumah Sakit Suyoto dan Klinik Retna. Pernah juga bekerja di Rumah Sakit thamrin Jakarta dan Rumah Sakit Islam Ja-karta. Walau berprofesi sebagai dokter, namun ia ternyata pernah menjadi Anggota DPR RI Pengganti Paruh Waktu pada periode Desember 2008-September 2009.

Drs. Iskariman Supardjo, Ak Seorang akuntan publik yang kantor akuntan publiknya.

terdaftar sebagai Auditor Bank di Bank Indonesia. Lulusan Sarjana Akuntansi Institut Ilmu Keuangan (IIK) ini per-nah menjadi Pengendali Mutu di BPKP selama dua tahun (2000-2002). Berpengalaman dalam melakukan audit di beberapa perusahaan baik di BUMN maupun perusahaan-perusahaan swasta.

Wewe Anggreaningsih, SE, Ak, Msi Lulusan pasca Sarjana Magister Sosial (Msi) Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia ini pernah bekerja di BPKP hingga tahun 2002. Ia kemudian keluar dan bekerja di Pt. Bumi Hasta Mukti, Jakarta. Saat ini ia menjabat Komisioner di perusahaan minyak bumi dan gas Bumi (Migas) nasional tersebut.

Ir. Imam Solahudin, ST, S.Ag, MsiImam Solahudin adalah calon Anggota BPK termuda.

Lahir pada 14 Juni 1971 di Bandung. Lulusan Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Ekonomi Syariah UI ini aktif di berbagai organisasi. Ia pernah menjadi Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Syariah (LPPES) periode 2005—2007.

Ir. Kunto Endriyono, MM Pernah menjadi calon Anggota DPR RI pemilu tahun

2004 dari Partai Nasional Benteng Kemerdekaan. Masuk dalam jajaran Dewan Pengarah Lembaga Sertifikasi Pro-fesi tatalaksana Keluarga Indonesia (LSP tKI). LSP tKI adalah lembaga sertifikasi profesi yang menyelenggarakan standardisasi dan sertifikasi kompetensi kerja bagi tena-ga kerja Indonesia sektor Jasa Perorangan yang Melayani Rumah tangga sub sekor Jasa tata Laksana Rumah tangga (indoor) dan SKKNI bidang Careworker. Ia pensiun dini dari Kementerian tenaga Kerja dan transmigrasi pada Juni 2011 sebagai peneliti di kementerian tersebut.

Dr. Fadjar O.P. Siahaan, Ak Lulusan doktoral ilmu ekonomi Universitas Airlangga

(Unair) ini lama berkarier di Ditjen Pajak. Pernah menja-bat sebagai Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pa-jak Kalimantan Selatan dan tengah (periode tahun 2006-2008). Sebelumnya menjabat Kepala Kantor Wilayah XI DJP Surabaya, Kepala Kantor wilayah DJP Jawa Bagian timur I. Walau bekerja sebagai pejabat Ditjen Pajak, ternyata ia pernah menjadi Anggota MPR periode 1997-2002. Aktif juga di Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) sebagai Wakil Ketua Umum periode 2006-2010. Wakil Ketua Umum Komite olahraga Nasional Indonesia (KoNI) Provinsi Jawa timur periode 2000-sekarang. Saat ini, ia juga menjadi tenaga Ahli BPK.Selain itu, ia juga menjadi Dosen Luar Biasa di Unair.

Dr. Jupri Bandang, P.K, Ak, MM Selain Fadjar o.P. Siahaan, Jupri Bandang juga meru-

pakan calon Anggota BPK Paruh Waktu yang meniti karier di Ditjen Pajak. Pernah menjabat sebagai Direktur Penyulu-han (sekarang bernama P2Humas) Ditjen Pajak, dan tera-khir sebagai Kakanwil DJP Bengkulu Lampung. and

6 - 14 laporan utama rev.indd 10 7/27/2011 11:19:22 AM

Page 6: 4. Hal 6-17

11Warta BPK JUNI 2011

KEPUtUSAN Presiden tentang masa jabatan Ketua KPK Busy-ro Muqoddas akhirnya diteken pada, Selasa, 26 Juni 2011.

Keppres ini merupakan tindak lanjut presiden terhadap putusan MK terkait masa jabatan ketua selama 4 tahun.

Menurut Staf Khusus Presiden Bi-dang Hukum Denny Indrayana, Keppres Nomor 33/P tahun 2011 menyatakan masa jabatan Busyo Muqoddas selaku Komisioner KPK adalah 4 tahun, terhi-tung akhir 2010 hingga 2014.

“Sikap Presiden tersebut merupakan bentuk penghormatan terhadap supre-masi hukum dan kepada KPK, terutama dalam agenda pemberantasan korupsi,” tegas Denny yang juga menjabat sebagai Sekretaris Satuan tugas Pemberantasan Mafia Hukum .

Masa jabatan Busyro sempat men-jadi perdebatan di masyarakat. Pasal-nya, menurut Keppres No 129/P/-2010, Busyro masuk di tengah-tengah masa jabatan KPK periode 2007–2011 untuk mengisi satu dari lima pimpinan kolek-tif KPK yang kosong ditinggal Antasari Azhar. Adapun, dalam Pasal 34 UU No. 30 tahun 2002 hanya disebutkan masa jabatan pimpinan KPK adalah 4 tahun.

Hal itulah yang dipersoalkan be-berapa elemen masyarakat sipil yang tergabung dalam Koalisi Pemantau Pera-dilan dalam gugatan uji materiilnya yang diajukan ke MK beberapa waktu lalu. Mereka meminta agar MK memutus-kan aturan masa jabatan pimpinan KPK seba gaimana diatur dalam Pasal 34, baik itu pimpinan KPK yang diangkat secara bersamaan maupun pimpinan penggan-ti, menjabat empat tahun.

Hasilnya, gugatan uji materiil itu diterima seluruhnya. Dalam putusan yang dibacakan pada 20 Juni 2011, MK memutuskan masa jabatan pimpinan pengganti KPK Busyro Muqoddas adalah 4 tahun. Hal itu diungkapkan dalam si-dang pleno pembacaan putusan atas pengujian UU Nomor 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK).

“Mengabulkan permohonan para pemohon untuk seluruhnya,” kata Ketua MK Mahfud MD saat membacakan amar

Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan jabatan Busyro Muqoddas selama 4 tahun, putusan sekaligus merevisi Surat Keputusan Presiden Nomor 129/P tahun 2010 tentang pengangkatan Busyro yang ditetapkan berdasarkan rekomendasi DPR.

Busyro Muqoddas Menjabat 4 Tahun

foto: istimewaBusyro Muqoddas

6 - 14 laporan utama rev.indd 11 7/27/2011 11:19:23 AM

Page 7: 4. Hal 6-17

LAPORAN UTAMA

12 Warta BPKJUNI 2011

putusan atas perkara bernomor regis trasi 5/PUU-IX/2011 dalam si-dang yang dia pimpin.

Putusan MK tersebut mem-batalkan penafsiran DPR yang menyatakan bahwa posisi Busyro Muqoddas adalah 1 tahun, mengikuti berakhirnya masa jabatan pimpi-nan KPK yang lain. Putusan ini juga sekaligus merevisi surat Keputusan Presiden Nomor 129/P tahun 2010 tentang pengangkatan Busyro yang ditetapkan berdasarkan rekomen-dasi DPR.

Dasar pertimbangan hukum pu-tusan tersebut, MK menganggap Pasal 34 UU KPK telah secara jelas menyatakan masa jabatan pimpinan KPK adalah 4 tahun, tanpa melihat apakah pimpinan diangkat bersa-ma-sama atau tidak. Pertimbangan lainnya, jika masa jabatan pimpinan pengganti ditetapkan hanya 1 tahun, tidak adil bagi Busyro karena proses seleksinya sama seperti pimpinan KPK lainnya.

Alasan lain, jabatan 1 tahun bagi Busyro melanggar prinsip keman-faatan hukum dan mengakibatkan pemborosan secara tidak wajar. Jika DPR merujuk pada konsep pergan-

tian antarwaktu (PAW), seharusnya pimpinan pengganti tidak melalui proses seleksi ketat oleh Panitia Seleksi, melainkan cukup mengam-bil calon pimpinan KPK nomor urut enam dalam periode Antasari Azhar.

Dalam putusannya, MK juga me-nyatakan demi asas kemanfaatan, putusan ini dinyatakan berlaku su-rut (retroaktif), seperti yang sudah menjadi yurisprudensi dalam perka-ra penetapan anggota DPR periode 2009-2014 berdasarkan perhitu-ngan tahap III yang semula telah ditetapkan secara salah oleh KPU.

Putusan MK itu ditetapkan ber-samaan dengan hari terakhir masa pendaftaran calon pimpinan KPK periode 2012-2015. Dapat dipas-tikan, sesuai pernyataan sejumlah anggota panitia seleksi, pihaknya hanya akan memilih delapan calon untuk diajukan ke Presiden dan ke-mudian disampaikan ke DPR guna menjalani tes yang dialami Busyro sebelumnya.

Sekretaris Panitia Seleksi (Pan-sel) calon pimpinan KPK Achmad Ubee mengatakan Pansel akan tetap mematuhi putusan MK walau ada tekanan dari Komisi III DPR agar

mengirimkan 10 nama calon pimpi-nan KPK ke DPR. “Pansel berpedo-man untuk menghormati dan melak-sanakan putusan MK tersebut,” ujar Achmad Ubee,

terkait putusan MK, Koordinator ICW Danang Widoyoko menyatakan optimismenya terhadap keberlang-sungan kerja-kerja KPK di bidang pemberantasan korupsi. Dengan adanya satu pimpinan lama di KPK, lembaga ini tidak harus memulai dari nol, berbeda ketika seluruh pimpi-nannya adalah orang baru. Selain itu, dengan pergantian berjenjang, akan lebih menjamin independensi KPK karena tidak dikuasi oleh rezim ter-tentu. “Kalau pergantiannya seren-tak cenderung akan mencerminkan rezim tertentu,” kata Danang

.Sementara itu, anggota tim kua-sa hukum pemohon yang juga Wakil Direktur Yayasan Lembaga Ban-tuan Hukum Indonesia Alvon Kur-nia Palma meminta Presiden segera memperbarui Keppres pengangka-tan Busyro dengan menyesuaikan putusan MK. “Karena putusan MK itu seting kat UU, seluruh lembaga negara wajib segera melaksanakan,” tukasnya. bd

foto: istimewa

6 - 14 laporan utama rev.indd 12 7/27/2011 11:19:23 AM

Page 8: 4. Hal 6-17

13Warta BPK JUNI 2011

SAAt ini ada dua jabatan kosong dalam jajaran ang-gota BPK. Satu adalah posisi Anggota VII yang diting-gal teuku Muhammad Nurlif lantaran kasus cek dana pelawat deputi gubernur Bank Indonesia. Satu lagi

adalah posisi wakil ketua yang ditinggal almarhum Herman Widyananda.

DPR agaknya akan memproses pengganti Nurlif terlebih dahulu. Pendaftaran untuk pergantian antar waktu (PAW) tutup 24 Juni. tercatat 14 orang yang mendaftar dan Komisi XI segera melaksanakan fit and proper test terhadap mereka.

Eva Kusuma Sundari, anggota BAKN (Badan Akuntabili-tas Keuangan Negara) DPR memiliki pandangan berbeda. Dia berpendapat sebenarnya untuk PAW, demi efisiensi dan efektivitas tidak perlu dibuat suatu proses komplet seperti awal memilih semua calon anggota BPK periode 2009-2014.

“Cukup menggunakan sistem ranking (berdasarkan su-

ara terbanyak fit proper test sebelum-nya). Saya melihatnya sebagai satu pa-ket atau satu periode, jadi untuk PAW bagusnya diteruskan saja dari peringkat yang sudah ada. tinggal menyelesaikan,” paparnya di ruang kerjanya, belum lama ini.

Menurut dia, mekanisme PAW sebaik nya juga berlaku untuk semua Komisi, bukan hanya untuk calon ang-gota BPK. Alangkah baiknya, lanjutnya, dibuat konsensus baru di semua Komisi bahwa ketika ada kasus-kasus berhenti di tengah jalan, diberlakukan sistem ranking lama.

“Ini seperti kasus Andi Nurpati (KPU), Antasari Azhar (KPK), dulu di MK juga pernah terjadi, dan kini BPK. Jadi kalau dilakukan proses ulang dari nol, akan sangat melelahkan dan not worth it . Contohnya PAW di KPU, menggunakan sistem ranking karena ada konsensus internal,” jelasnya.

Eva menambahkan jika diulang bu-kan hanya menghabiskan waktu, akan

tetapi juga biaya. Setidaknya, dari mulai proses menerima surat dari BPK, perekrutan, fit and proper test hingga pengangkatan membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Mungkin, tambahnya, untuk meneruskan posisi yang ditinggal teuku Muhammad Nurlif, masih tersisa sekitar 2 tahun. Namun, bagaimana dengan posisi wakil ketua yang ditinggal alm. Herman Widyananda, yang hanya efektif seki-tar 9 bulan, jika dilakukan proses perekrutan dari awal lagi. Sebab, masa jabatan alm Herman akan berakhir 2012. Her-man Widyananda menjabat sebagai anggota BPK sejak 2007.

“Cobalah kita menghitung secara rasional saja, berapa bu-lan tersisa untuk meneruskan jabatan alm Herman. Bayang-kan, proses di DPR ketika surat masuk sekitar satu bulan, belum lagi persiapan lain-lain. Jadi waktu habis hanya untuk preparation tok! Begitu diangkat, mau apa dia [anggota BPK yang baru]… karena masa baktinya hanya tinggal beberapa

Eva Kusuma Sundari, Anggota Badan Akuntabilitas Keuangan Negara DPR

‘Pilih Calon Anggota BPK dengan Akuntabilitas’

foto: istimewaEva Kusuma Sundari

6 - 14 laporan utama rev.indd 13 7/27/2011 11:19:23 AM

Page 9: 4. Hal 6-17

LAPORAN UTAMA

14 Warta BPKJUNI 2011

bulan saja. Apalagi sekarang belum ada kabar apakah BPK sudah mengajukan atau belum pengganti alm Herman,” tutur Eva yang juga President ASEAN Inter-Parliamentary Myanmar Caucus.

Namun, tambahnya, karena proses pergantian Nurlif sedang dilaksanakan DPR, hal itu bisa diteruskan. Semen-tara untuk PAW Herman, sebaiknya ti-dak dilakukan karena masa bakti yang hanya sebentar. tugas-tugasnya bisa dirangkap oleh anggota lain.

“Jadi menurut saya ini discretion saja dan ini akan membantu DPR juga. Saya melihat tidak worth it jika dipak-sakan karena masa kerja yang sangat pendek,” tegasnya.

Eva juga menyinggung tentang beberapa kelemahan dalam UU No 15 tahun 2006. Misalnya pada Bab IV tentang Pemilihan Anggota. “Saya lihat sangat normatif sekali. tidak ada yang langsung merujuk pada kemampuan,” katanya.

Pada pasal 13, tidak disebutkan calon anggota harus memiliki kecaka-pan atau berlatar belakang tertentu. Jadi masih sangat umum. Padahal, di UU No. 5 tahun 1973, justru lebih clear. Di situ disebutkan, salah satu syarat untuk dapat diusulkan menjadi salah satu calon anggota BPK harus mempu-nyai kecakapan dan pengalaman dalam bidang Keuangan dan Administrasi Negara. Hal itu langsung merujuk pada kompetensi atau kecakapan.

Menurut dia, kompetensi sese-orang calon sangat diperlukan karena bidang ke-BPK-an suatu yang spesifik dan memerlukan kemampuan khusus. Ini bukan jabatan politis, setidaknya dibutuhkan background knowledge standar.

Hal tersebut, lanjutnya, memung-kinkan, jika di internal memiliki level of wisdom bahwa harus ada prinsip akuntabilitas dalam melaksanakan tu gas-tugas negara. Akuntabilitas itu ukurannya bukan hanya masalah yang berkaitan dengan penggunaan keua-ngan akan tetapi konsep ini juga ber-laku pada kompetensi.

“Seperti misalnya, tentang isu perempuan, bahwa jajaran BPK itu ti-dak accountable menurut gender main-

streaming karena tidak ada perempuan sama sekali dalam jajaran anggotanya. Jadi pengembangan konsep akuntabili-tas itu termasuk juga berkaitan dengan kompetensi,” jelasnya.

Dia menambahkan hal ini adalah tantangan kenegarawanan. “Kan, nega-ra rugi jika harus membiayai sesu-atu yang out put-nya tidak dapat di-harapkan. Heran saya, kok di UU lama ada, malah di UU yang baru [UU No. 15/2006 ] hilang. Aneh..!” ucap politisi Partai PDI P ini.

Maksudnya adalah, tupoksi harus menjadi indikator untuk menentukan kualifikasi anggota, karenanya tidak

bisa dibuat umum yang nantinya akan mengorbankan kepentingan rakyat.

Atau mungkin juga bisa dipakai logika kuota. Artinya, misalnya, untuk BPK yang jumlahnya sembilan orang, dikasih satu posisi untuk bidang non-teknis. Namun, mostly harus punya background yang berkaitan dengan tu-gas ke-BPK-an. Bidang ekonomi misal-nya.

“Mungkin dengan kuota ada keadi-lan untuk memastikan antara prinsip demokrasi dan akuntabilitas. Namun, background tetap harus relevan de-ngan tupoksinya. Kalau mau mema-sukkan azas demokrasi, harus diberi kuota nonteknis berapa,” jelasnya.

Fenomena Pencari KerjaHal lain yang disinggung Eva adalah

fenomena orang yang ‘mencari kerja’ dengan melamar ke berbagai Komisi ketika pembukaan pendaftaran. Dia melihat ini terjadi, di mana orang-orang tersebut melamar ketika pembu-kaan pendaftaran Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komnas HAM.

Namun karena tidak qualified dan tidak memiliki back up politik, mere-

ka selalu terlempar. Di satu sisi, hal ini baik karena terbuka kesempatan bagi semua orang, demokratis. Namun, tetap saja tidak boleh mengorbankan kualitas.

“HAM boleh saja, tapi pelayanan publik tetap nomor satu, Nah, pelaya-nan publik tersebut tergantung dari input yang masuk. Kaitannya dengan input yang masuk, saya cenderung me-masang kualifikasi yang berdampak pada output. Seperti UU BPK sekarang, akhirnya seolah-olah siapapun bisa masuk. Bahkan yang tidak punya kuali-fikasi sekalipun. Sebab memang tidak disebutkan di dalamnya,” katanya.

Menurut Eva, harus ada keseim-bangan antara demokrasi dan akun-tabilitas. Akuntabilitas itu harus sam-pai pada indikator yang terukur.

“ok setiap orang bisa masuk un-tuk pekerjaan ini tapi pekerjaan ini membutuhkan kualifikasi seperti ini. Jadi fair kan? Jadi tidak sembarangan juga. Ini juga untuk mencegah adanya ‘petua lang-petualang,” katanya.

Dalam UU No 5/1973 dalam Bab III tentang tempat, Bentuk, Susunan dan Keanggotaan BPK, Pasal 9 ayat 3 disebutkan; ‘Untuk menjamin kontinui-tas kerja BPK dan tanpa mengabaikan penyegaran, maka setiap pergantian ke-anggotaan BPK sedapat-dapatnya tiga orang lama diangkat kembali.’

Namun hal ini tidak terungkap dalam UU No 15/2006. Meskipun me-mang dalam pemilihan terdapat ang-gota-anggota lama. Alangkah baiknya hal itu tercantum dalam UU BPK se-hingga menjadi clear guna memastikan kesinambungan.

Eva setuju ada kesinambungan atau keterwakilan anggota lama guna memastikan hal-hal yang telah digarap sebelumnya bisa ditindaklanjuti atau tidak ‘mentah’.

“Kasus ini sama seperti saat pemili-han di Komnas HAM, semua anggota baru. Seharusnya kemarin dimasukkan elemen lama, jadi untuk kasus-kasus yang masih belum selesai dan gan-tung, ini perlu orang-orang yang bisa menjelaskan. Jadi saya setuju itu juga berlaku untuk BPK. Akan berbeda ka-lau ada yang senior,” tuturnya. dr

Mekanisme PAW sebaiknya juga berlaku untuk semua Komisi,

bukan hanya untuk calon anggota BPK

6 - 14 laporan utama rev.indd 14 7/27/2011 11:19:24 AM

Page 10: 4. Hal 6-17

15Warta BPK JUNI 2011

PerINcIaNNya, dari 32 enti­tas, sebanyak 23 mendapat­kan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan

sembilan memperoleh status Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

Kesembilan entitas yang belum WTP adalah Mahkamah agung, Ke­menterian Kebudayaan dan Pariwi­sata, Kementerian Koordinator Bi­dang Kesejahteraan rakyat, Kemen­terian Sosial, Kementerian Tenaga

LKKL 32 Entitas No Disclaimer

Kerja dan Transmigrasi, Kemente­rian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Na­sional (Bakosurtanal), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Dalam kesempatan itu, disampai­kan juga opini atas laporan keuangan BPK. Sebagai lembaga negara yang menyampaikan opini terkait dengan laporan keuangan entitas pengelola keuangan negara, tentu tidak mung­kin memeriksa dirinya sendiri. Ses­uai dengan Pasal 32 UU No. 15/2006 tentang BPK, pemeriksaan pengelo­laan dan tanggung jawab keuangan BPK diperiksa oleh akuntan publik. audit atas BPK dilakukan oleh Wisnu B. Soewito & rekan dan memberikan opini WTP.

Mengenai laporan hasil pemerik­saan pada 32 entitas, Ketua BPK Hadi Poernomo bersyukur karena sekitar 70% entitas telah mendapat­kan opini WTP. Sementara sisanya mendapatkan WDP. Dia berharap, seperti juga yang dikehendaki pemerintah, semua mendapatkan opini WTP tahun depan.

Jika dilihat perkembangan ha­sil opini, perolehan 2010 lebih baik dibandingkan dengan tahun sebe­lumnya. Pada 2008, entitas yang mendapat opini WTP baru 15, naik menjadi 23 entitas. Sementara dari 14 entitas yang mendapatkan opini WDP, turun menjadi sembilan enti­tas.

Menteri Sekretariat Negara Sudi

LaporaN Keuangan Kementerian/Lembaga 2010 di 32 entitas yang menjadi wilayah pemeriksaan auditorat Keuangan Negara III (aKN III) BpK tidak ada lagi yang mendapat opini disclaimer. Demikian keterangan dari auditor Utama aKN III J. Widodo Hario Mumpuni pada saat penyerahan Laporan Hasil pemeriksaan di lingkungan aKN III atas laporan keuangan 2010, di auditorium Kantor BpK pusat, Jumat, medio Juni lalu.

warta bpk : riantoKetua BPK RI Hadi Poernomo menyerahkan hasil pemeriksaan LKKL tahun 2010 kepada Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi.

war

ta b

pk: r

iant

oAGENDA

15 - 17 agenda.indd 15 7/27/2011 11:21:54 AM

Page 11: 4. Hal 6-17

AGENDA

16 Warta BPKJUNI 2011

Silalahi, mewakili 32 entitas yang hadir, menyampaikan terima ka­sihnya kepada BPK karena proses pemeriksaan BPK bisa diselesaikan tepat waktu dan menghasilkan hasil pemeriksaan yang cermat, teliti, aku­rat, dan akuntabel. Selain itu, seluruh pemeriksaan itu telah dilaksanakan secara obyektif, profesional, inde­penden, dan sesuai standar pemerik­saan keuangan negara.

“Kami, atas nama entitas kemen­terian dan lembaga yang menerima hasil pemeriksaan laporan keuangan, menerima dengan ikhlas, berbagai kekurangan. Semoga hasil pemerik­saan laporan keuangan yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu menjadi bagian pertanggungjawa­ban konstitusional kita pada selu­ruh masyarakat, bangsa dan negara, pada pengelolaan keuangan negara,” tegasnya.

Dia menambahkan pengelolaan

keuangan negara berperan pen­ting dalam memastikan keberhasi­lan penyelenggaraan pemerintahan guna mensukseskan pembangunan. Pengelolaan keuangan negara yang berkualitas juga, sesungguhnya merupakan salah satu unsur pen­ting dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan ber­wibawa.

Oleh karena itu, semua berke­wajiban untuk saling bersinergi dan terus mengupayakan pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada aturan, efisien, ekonomis, efek­tif, transparan, bertanggungjawab, dan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Untuk mewujudkan hal itu, perlu terus menerapkan prin­sip dan standar akuntansi pada pe­ngelolaan keuangan negara. Tujuan­nya, guna meningkatkan transparan­si dan akuntabilitas.

Di sisi lain, perlunya meningkat­

kan kualitas pengendalian internal. Salah satunya, meningkatkan peran inspektorat di kementerian dan lem­baga pemerintah. Peningkatan peran tersebut terutama pada kegiatan monitoring, pengawasan, dan evalu­asi pengelolaan negara.

Sudi mengajak kepada semua en­titas yang menerima Laporan Hasil Pemeriksaan BPK untuk menyikapi secara konstruktif, opini, temuan, simpulan, dan rekomendasi BPK. Menyikapinya dengan menindaklan­juti apa yang terangkum dalam hasil pemeriksaan BPK ini.

“Mari kita jadikan laporan hasil pemeriksaan ini sebagai motivasi yang dapat mendorong kita untuk melanjutkan produktivitas dan pe­ngabdian dalam memelihara dan meningkatkan tertib administrasi pengelolaan keuangan negara yang semakin berkualitas,” tuturnya. and

Foro bersama usai penyerahan laporan hasil pemeriksaan di lingkungan Auditorat Keuangan negara III, atas laporan keuangan 2010.

warta bpk: rianto

15 - 17 agenda.indd 16 7/27/2011 11:21:57 AM

Page 12: 4. Hal 6-17

17Warta BPK JUNI 2011

PerHeLaTaN penting digelar di aula el Tari Kupang, Nusa Teng­gara Timur pada 8 Juli lalu. Se­

jumlah kepala daerah mulai dari bu­pati hingga wali kota se­provinsi Nusa Tenggaran Timur (NTT) bertandang ke aula el Taring. Maklum, di sana me­mang sedang digelar acara penandatan­gan nota kesepahaman antara BPK dengan pemerintah daerah se­NTT. Penandatanganan ini terkait dengan pengembangan dan pengelolaan sistem informasi untuk akses data dalam rang­ka pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Penandatanganan dilakukan Kepala Perwakilan BPK rudi Irwanto Hamo­nangan Sinaga dengan gubernur NTT, bupati dan wali kota se­NTT. Penan­datangann disaksikan oleh Ketua BPK Hadi Poernomo, anggota I BPK Moer­mahadi Soerja Djanegara, Gubernur NTT Frans Lebu raya, Pimpinan DPrD se­NTT, Muspida NTT dan para pejabat

di lingkungan BPK. Dalam sambutannya Ketua BPK

mengatakan dengan adanya MOU ini jika ada keganjilan atau sesuatu yang tidak benar, bisa terdeteksi sejak dini sudah bisa melihat sehingga kerugian negara bisa dicegah secepat mungkin.

“Mudah­mudahan dengan duku­ngan pemerintah ini dapat lebih meng­optimalkan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sehingga hasil­nya dapat dipergunakan untuk rakyat,” katanya.

Hadi Poernomo menambahkan dengan adanya kerja sama antara BPK dan pemda untuk menggunakan sistem online dalam auditing, sudah ada keter­bukaan dari pemerintah untuk dia­wasi dan diperiksa anggarannya secara transparan.

Inisiatif BPK ini juga sudah ditinda­klanjuti dengan penandatanganan MoU dengan lembaga negara, kementerian, lembaga nonkementerian dan BUMN

Mendeteksi Kerugian negara Sedini MungkinBpK menandatangani nota kesepaham dengan pemerintah daerah se-Nusa Tenggara Timur. Untuk itu Gubernur Nusa Tenggara Timur Fans Lebu raya berjanji akan mendukung sistem e-audit yang akan dilakukan BpK.

serta pemda.“Secara keseluruhan sejak ditanda­

tangani untuk pertama kali pada 3 Juni 2010 hingga hari ini sudah 999 entitas yang menandatangani nota kesepaha­man, termasuk 22 pemerintah daerah se­Provinsi NTT,” jelasnya.

Kepala BPK Perwakilan Provinsi NTT rudi Irwanto Hamonangan Sinaga mengungkapkan bahwa penandatanga­nan MoU ini merupakan langkah stra­tegis dalam rangka mewujudkan siner­gi antara BPK dengan para pemangku kepentingan, termasuk pemda.

Dalam melaksanakan tugas peme­riksaan pengelolaan dan tanggung ja­wab keuangan negara, BPK mendapat kewenangan meminta data atau doku­men kepada pihak yang diperiksa atau pihak lain yang terkait.

Untuk mempermudah perolehan data atau dokumen tersebut, lanjut rudi, BPK membentuk pusat data de­ngan auditee melalui strategi link and match. Melalui pusat data tersebut, BPK dapat melakukan perekaman, pengola­han, pemanfaatan dan monitoring data yang bersumber dari berbagai pihak dalam rangka pemeriksaan atas penge­lolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dengan cara ini monitoring keuangan negara akan semakin kuat dan pemeriksaan BPK semakin efisien, efektif dan ekonomis. “Konsep ini dise­but dengan BPK Sinergi,” tegasnya.

Gubernur NTT Fans Lebu raya me­nyambut baik adanya penandatanga­nan MOU antara BPK dengan pemda se­Provinsi NTT. Bahkan, dia berjanji akan mendukung sistem e­audit yang akan dilakukan BPK. Menurut dia, ba­nyak manfaat yang diperoleh dari pe­nandatanganan MOU ini.

Bupati Sabu raijua Marthen Luther Dira Tome mengatakan dirinya akan secepatnya menyiapkan tenaga teknis untuk diberi pembekalan soal peng­gunaan teknologi informasi terkait penerapan kesepakatan dengan BPK tersebut. bw

Kepala Perwakilan BPK Provinsi nTT, Rudi Irwanto Hamonangan Sinaga bersama Gubernur Provinsi nTT, Frans Lebu Raya, saat penyerahan penandatanganan nota kesepahaman mengenai akses data yang disaksikan Ketua BPK, Hadi Poernomo, dan Anggota I BPK, Moermahadi Soerja Djanegara.

15 - 17 agenda.indd 17 7/27/2011 11:22:00 AM