4. ENZIM
-
Upload
syarif-hidayat-amrullah -
Category
Documents
-
view
90 -
download
0
Transcript of 4. ENZIM
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
IV. ENZIM
Aktivitas sistem hidup dikontrol oleh enzim. Enzim merupakan molekul protein
yang bertindak sebagai katalis biologi dengan karakterisitk. Pertama, fungsi
dasar enzim adalah meningkatkan kecepatan reaksi. Umumnya reaksi selular
terjadi jutaan kali lebih cepat dibandingkan dengan tanpa enzim. Kedua,
umumnya enzim bekeja secara spesifik dengan hanya satu reaktan (disebut
substrat) untuk menghasilkan produk.
4.1. Sifat-safat Enzim
a. Secara kimia, umumnya enzim merupakan protein globular. (Beberapa
molekul RNA disebut ribosom dapat juga disebut enzim. Mereka
biasanya terdapat di inti sel).
b. Enzim merupakan katalis yang memecah atau mensintesis senyawa
kimia yang lebih kompleks. Enzim memungkinkan reaksi berlangsung
lebih cepat untuk mendukung hidup. Kecepatan enzim jauh melebihi
kecepatan reaksi kimia biasa, dengan menurunkan energi aktivasi. Enzim
bekerja sangat efisien. Umumnya enzim dapat mengkatalisis reaksi antara
1 dan 10,000 molekul substrat per detik.
c. Enzim hanya terdapat dalam jumlah kecil di dalam sel karena mereka
tidak dapat diubah selama reaksi.
Enzim sangat spesifik terhadap substratnya. Biasanya enzim spesifik
untuk reaksi yang spesifik.
4.2. Nomenklatur dan Klasifikasi
Enzim umumnya diberi nama dengan penambahan “-ase” pada substrat yang
dikatalisisnya. Sebagai contoh, Lipase mengkatalisis hidrolisis lipid menjadi
Biologi UNM Tahun 2008 79
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
gliserol dan asam lemak. Sukrase mengkatalisis hidrolisis sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa.
Beberapa enzim yang ditemukan sebelum sistem penamaan diatur dikenal
dengan nama umum. Contohnya adalah pepsin, tripsin, dan kimotripsin yang
mengkatalisis hidrolisis protein.
Sistem tata nama yang terakhir dikenal sebagai sistem Internasional Enzyme Commision
(IEC) didasarkan pada jenis reaksi yang dikatalisisnya. Ada enam kelompok ezim dalam
sistem ini, seperti tertera di dalam tabel berikut:
Klasifikasi Enzim menurut IEC
Kelompok Enzim Jenis Reaksi yang Dikatalisis
Oksidase atau Dehidrogenase Reaksi Oksidase-reduksi
Transferase Memindahkan gugus fungsional
Hidrolase Reaksi Hidrolisis
Liase Penambahan ikatan rangkap atau sebaliknya
Isomerase Reaksi Isomerasi
Ligase atau Sintetase Pembentukan ikatan dengan pemecahahan ATP
Sebagai contoh, bila menggunakan sistem ini, “urease” menjadi “ urea amidohidrolase.
4.3. Struktur Enzim
Sejumlah enzim memerlukan kofaktor untuk menangani reaksi. "Assisten"
tersebut adalah senyawa non-protein dan logam. Kofaktor terikat ke enzim dan
terlibat dalam reaksi dengan melepaskan elektron, proton , atau gugus kimia dari
suatu substrat.
Enzim yang lengkap dengan kofaktor disebut holoenzim, sedangkan jika hanya
bagian dari protein tanpa kofaktor disebut apoenzim (Gambar 4.1.).
Biologi UNM Tahun 2008 80
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Gbr. 4.1. Suatu apoenzim dan kofaktor berkombinasi membentuk haloenzim
Kofaktor molekul organik adalah koenzim. Dalam reaksi oksidasi -reduksi,
koenzim sering melepas elektron dari substrat dan menyerahkan ke molekul lain.
Seringkali elektron ditambahkan ke proton untuk membentuk atom hidrogen
sebelum dilewatkan. Dengan cara ini, koenzim bertindak untuk membawa
energi dalam bentuk elektron (atau atom hidrogen) dari satu senyawa ke
yang lainnya. Contoh koenzim adalah FAD, NAD, biotin atau koenzim A.
Koenzim merupakan molekul relatif kecil dibandingkan dengan bagian enzim. Banyak
koenzim merupakan turunan dari vitamin. Koenzim mengisi sebagian dari sisi aktif,
karena itu tanpa koenzim, enzim tidak dapat berfungsi.
vitamin Koenzim Fungsiniasin Nikotinamida adenin
dinukleotida (NAD)Oksidasi atau transfer hidrogen
riboflavin Flavin adenin dinukleotida (FAD)
Oksidasi atau transfer hidrogen
Asam pantothenat
Koenzim A (KoA) Pembawa gugus asetil
Vitamin B-12 Koenzim B-12 Transfer gugus asetilThiamin (B-1) Thiaminpyrophosphat (TPP) Transfer gugus aldehid
Vitamin adalah molekul organik kecil yang diperlukan dalam jumlah sedikit. Biasanya
bertindak sebagai koenzim atau prekursor koenzim.
Biologi UNM Tahun 2008 81
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Kofaktor anorganik disebut aktivator enzim berupa ion lseperti Mg+2, K+, Cu+2, Mn+2, Na+,
Fe+2, Zn+2 dan Ca+2.
4.4. Mekanisme Kerja Enzim
Mekanisme dasar bagaimana enzim mengkatalisis reaksi kimia dimulai dengan
pengikatan substrat ke sisi aktif (active site) enzim. Sisi aktif merupakan daerah
khusus pada enzim dimana substrat dapat berkombinasi. Pengikatan substrat ke
enzim menyebabkan perubahan dalam distribusi elektron ikatan kimia substrat
dan akhirnya meneyebabkan reaksi mendorong ke pembentukan produk. Produk
dilepas dari permukaan enzim dan enzim kemudian memulai reaksi lagi.
Ada tiga mekanisme kerja katalisis enzim. Ketiganya menguraiakan proses yang
sama, meskipun dengan jalan berbeda, dan kita perlu memahami tentang
masing-masing dintara cara tersebut.
a. Mekanisme reaksi
Di dalam reaksi kimia, substrat (S) dikonversi menjadi produk (P):
S D P
Pada reaksi yang yang dikatalisis enzim, mula-mula substrat berikatan ke sisi
aktif enzim membentuk kompleks enzim-substrat (ES), selanjutnya substrat
dikonversi menjadi produk yang masih berikatan dengan enzim, dan akhirnya
produk kemudian dilepas. Mekanisme tersebut digambarkan sebagai berikut
(Gambar 4.2.):
Biologi UNM Tahun 2008 82
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Gbr. 4.2. Mekanisme kerja enzim
b. Geometri molekul
Lokasi yang aktif mempunyai suatu bentuk geometris yang unik dan
komplementer denga bentuk geomtris substrat.
1). Teori Gembok dan Kunci
Kerja spesifik suatu enzim dengan substrat tunggal dapat dijelaskan
dengan menggunakan analogi Gembok dan Kunci (Lock and Key).
Postulat ini pertama kali dikemukakan oleh Emil Fischer pada tahun 1894.
Dalam analogi ini, Gembok adalah enzim dan Kunci adalah substrat.
Hanya kunci (substrat) dengan bentuk dan ukuran yang bersesuaian
yang cocok masuk ke lobang (sisi aktif) gembok (enzim). Ilustrasi tersebut
digambarkan dalam gambar 4.3.
Biologi UNM Tahun 2008 83
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Gbr. 4.3. Model Teori Gembok dan Kunci
2). Teori Teriduksi-cocok (Induced Fit)
Tidak semua bukti percobaan dapat dijelaskan dengan menggunakan
model yang asumsikan oleh teori Gembok dan Kunci, karena model ini
menganggap enzim sebagai molekul yang sangat kaku. Untuk itu
diusulkan suatu model yang disebut teori terinduksi-cocok.
Teori terinduksi-cocok menganggap bahwa substrat memegang peranan
dalam menentukan bentuk akhir enzim dan bahwa enzim mempunyai
bagian yang fleksibel. Hal ini menjelaskan mengapa senyawa tertentu
dapat berikatan dengan enzim tetapi tidak terjadi reaksi karena bentuk
enzim telah menyimpang terlalu jauh. Molekul lain mungkin terlalu kecil
untuk menginduksinya dan dengan demikian tidak terjadi reaksi. Hanya
substrat yang sesuai dapat menginduksi sisi aktif. Perhatikan gambar
4.4.
Biologi UNM Tahun 2008 84
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Gbr. 4.4. Model Teori Terinduksi-cocok
Interaksi substrat dan sisi aktif: Enzim memiliki berbagai tingkat
spesifisitas. Beberapa enzim mempunyai spesifisitas untuk satu substrat
dan tidak untuk yang lain, sedangkan enzim lainnya bereaksi dengan
substrat dengan gugus fungsi, rantai samping, atau posisi pada rantai
yang serupa.
c. Perubahan Energi
Cara enzim bekerja dapat juga dijelaskan dengan memperhitungkan
perubahan energi yang berlangsung selama reaksi kimia. Kita akan
mempertimbangkan bahwa suatu produk mempunyai tingkat energi lebih
rendah daripada substrat, sehingga substrat secara alami menjadi produk
(dengan kata lain keseimbangan ke arah produk). Sebelum dapat berubah
menjadi produk, substrat harus mencapai suatu “batas energi” yang disebut
energi aktivasi (EA). Energi aktivasi adalah energi yang diperlukan untuk
memulai suatu reaksi. Semakin besar energi aktivasi, semakin lambat reaksi
berlangsung karena hanya sedikit molekul substrat yang mempunyai energi
cukup untuk melampaui pembatas energi aktivasi. Umumnya reaksi fisiologis
mempunyai energi aktivasi besar. Enzim dapat mereduksi energi aktivasi
Biologi UNM Tahun 2008 85
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
suatu reaksi, sehingga banyak molekul dapat dengan mudah melampaui
batas energi aktivasi dan secara cepat beubah menjadi produk (Gambar 4.5.)
Gbr. 4.5. Energi aktivasi yang diperlukan suatu reaksi dengan dan tanpa enzim.
Sebagai contoh, untuk reaksi katalase (2H2O2 à 2H2O + O2) energi aktivasinya
adalah 86 kJ mol-1 dengan tanpa enzim, dan 1kJmol-1 bila dengan enzim katalase.
4.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
Reaksi dengan enzim dapat mencapai 106 – 1012 kali lebih cepat dibanding
reaksi tanpa enzim. Enzim secara khas bereaksi antara 1-10,000 molekul per
detik.
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu:
a. Konsentrasi enzim
Bila konsentrasi substrat cukup tersedia, peningkatan konsentrasi enzim akan
meningkatkan kecepatan reaksi enzim.
Biologi UNM Tahun 2008 86
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
b. Konsentrasi substrat
Pada konsentrasi enzim yang tetap dan konsentrasi substrat rendah,
konsentrasi substrat merupakan faktor pembatas. Apabila konsentrasi
substrat ditingkatkan, kecepatan reaksi enzim akan meningkat. Namun, pada
konsentrasi substrat yang sangat tinggi, enzim akan menjadi jenuh dengan
substrat dan konsentrasi substrat yang lebih tinggi tidak meningkatkan
kecepatan reaksi.
c. Temperatur
Tiap enzim mempunyai temperatur optimum dimana dapat bekerja dengan
baik. Sampai dengan temperatur optimum kecepatan reaksi meningkat
dengan meningkatnya temperatur. Peningkatan kecepatan terjadi karena
molekul enzim dan substrat keduanya mempunyai energi kinetik yang lebih
untuk lebih sering bertabrakan, dan juga karena lebih banyak molekul
mempunyai energi yang cukup untuk melampaui pembatas energi aktivasi.
Biologi UNM Tahun 2008 87
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Peningkatan kecepatan reaksi terkait dengan temperatur dapat dihitung
sebagai Q10 yang berarti peningkatan relatif untuk tiap 10oC.
Bila temperatur terus meningkat di atas temperatur optimum, panas tersebut
menyebabkan enzim mengalami denaturasi. Akibatnya enzim kehilangan
bentuk fungsionalnya oleh rusaknya ikatan hidrogen. Temperatur dingin,
pada sisi lain, menurunkan aktivitas enzim oleh penurunan gerak molekuler.
d. pH
Tiap enzim mempunyai pH optimum yang membantu menjaga bentuk tiga-
dimensiolnya. Perubahan dalam pH dapat menyebabkan denaturasi enzim
dengan mengubah muatan enzim, sebagai contoh gugus R asam karboksil
menjadi tidak bermuatan pada pH rendah (COOH), tetapi bermuatan pada pH
tinggi (COO-). Perubahan ikatan ion enzim berkontribusi dalam bentuk
fungsionalnya.
Untuk kebanyakan enzim pH optimum antara 7-8 (pH fisiologis umumnya
sel), tetapi beberapa enzim dapat bekerja pada pH ekstrem, seperti enzim
protease di dalam lambung hewan, yang mempunyai pH optimum 1.
Biologi UNM Tahun 2008 88
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
5.6. Pengaturan Kerja Enzim
Jalur metabolisme merujuk pada reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Secara
hipotetik jalur metabolisme ditunjukkan berikut ini:
Reaksi terjadi dalam urutan dan dikatalisis oleh enzim khusus pada tiap tahap.
Intermediat dapat digunakan sebagai titik awal untuk jalur berikutnya. Sebagai
contoh, “C” di dalam diagram di atas dapat digunakan untuk menghasilkan “D”
tetapi juga dapat digunakan untuk menghasilkan “F”.
Sel telah membangun mekanisme kontrol untuk mengatur konsentrasi enzim dan
aktivitasnya. Pengaturan enzim terdiri atas:
1. Pengaturan genetik
2. Pengaturan enzim yang telah dihasilkan, yang terdiri atas:
a. Inhibisi kompetitif
b. Inhibisi nonkompetitif
c. Inhibisi feedback
Biologi UNM Tahun 2008 89
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
1. Pengaturan Sintesis Protein (Genetic Regulation)
Enzim adalah protein. Sel dapat mengaturnya dengan membuat lebih atau
kurang dari yang dibutuhkannya. Pengaturan sintesis protein di bahas dalam
mata kuliah lain.
2. Pengaturan Enzim yang Telah Diproduksi
Inhibitor menghambat aktivitas enzim, mereduksi kecepatan reaksi. Inhibitor
terdapat secara alami, tetapi juga dapat dibuat sebagai obat, pestisida dan
bahan penelitian. Terdapat dua macam inhibitor.
a. Inhibitor kompetitif
Molekul inhibitor mempunyai struktur yang serupa dengan molekul substrat
dan bersesuaian dengan sisi aktif enzim. Artinya berkompetisi dengan
substrat untuk sisi aktif (Gambar 4.7.). Dengan demikian, reaksi berlangsung
lebih lambat. Obat anti bakterial merupakan contoh inihibitor kompetitif.
Biologi UNM Tahun 2008 90
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Gbr. 4.7. Inhibitor kompetitif
b. Inhibitor Nonkompetitif
Bentuk lain inihibisi adalah inihibitor nonkompetitif. Inihibitor ini berikatan
pada sisi allosterik enzim. Sisi allosterik berbeda lokasinya dengan sisi aktif
(Gambar 4.8).
Gbr. 4.8. Inhibitor nonkompetitf
Pengikatan suatu inhibitor pada sisi allosterik menyebabkan perubahan bentuk
enzim, dimana sisi aktif mengalami distorsi sehingga tidak dapat berfungsi.
Pengikatan biasannya bersifat temporer. Racun adalah inhibitor yang berikatan
secara irreversibel. Sebagai contoh, penicilin menghambat enzim yang
diperlukan bakteri untuk membangun dinding selnya.
Penghambatan Umpan-balik (Feedback Inhibiton)
Penghambatan umpan-balik negatif seperti halnya termostat. Bila kondisi dingin,
termostat menyalakan pemanas sehingga menghasilkan panas. Panas
menyebabkan pemanas termostat kembali memadamkan pemanas. Panas
mempunyai efek negatif terhadap termostat; ini merupakan umpan-balik
terhadap tahap awal dalam urutan terkontrol seperti dalam diagram berikut:
Biologi UNM Tahun 2008 91
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Sejumlah jalur enzimatik diatur dengan penghambatan umpan-balik. Bila produk
enzim terakumulasi, produk tersebut menghentikan enzim, seperti halnya panas
menyebabkan termostat kembali menghentikan produksi panas. Produk akhir
jalur reaksi berikatan secara allosterik pada enzim pertama dalam jalur dan
menghentikan urutan reaksi berikutnya (Gambar 4.9.dan 4.10). Pada umumnya
sel mengalami Penghambatan umpan-balik.
Gbr. 4.9. Penghambatan umpan-balik
Biologi UNM Tahun 2008 92
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Gbr. 4.10. Penghambatan umpan-balik
Biologi UNM Tahun 2008 93