4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

28
39 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan Data Pada bab ini dilakukan pengumpulan dan pengolahan data. Pengumpulan data dilakukan dibagian produksi paving block. Data yang dikumpulkan adalah data gambaran umum perusahaan mencakup profil singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan, sistem organisasi dan kepegawaian. Selain itu juga dilakukan pengumpulan data produksi, diantaranya data produksi dan jumlah produk cacat , data jenis cacat produk, proses produksi. 4.1.1 Profil Perusahaan Pada awalnya PT Varia Usaha Beton merupakan unit usaha samping dari PT Semen Gresik (Persero). Unit usaha samping ini berupa unit usaha Beton Siap Pakai (Remicon), unit usaha Tegel dan Beton Masonry dan unit usaha Pemecah Batu. Pada tahun 1989, PT Semen Gresik (Persero) menyerahkan unit usaha samping tersebut kepada salah satu anak perusahaan yaitu PT Varia Usaha. Bisnis utama PT Varia Usaha adalah jasa transportasi dan distribusi, sehingga PT Varia Usaha mendirikan perusahaan bernama PT Varia Usaha Beton untuk memproduksi produk beton. Terdiri dari unit usaha Beton Siap Pakai (Remicon), unit usaha Tegel dan Beton Masonry. Hal ini didukung dengan akte notaris no. 18/1991. Pada tahun 1992, PT Varia Usaha menyerahkan pengelolaan unit usaha Pemecah Batu di Pandaan untuk dikelola PT Varia Usaha Beton. Pada tahun 1997, PT Varia Usaha Beton membuka unit usaha baru, yaitu unit usaha Beton Pracetak atau Prategang. PT Varia Usaha Beton mengalami perlusaan usaha pertama untuk Pabrik Beton Masonry di Ujung Pandang serta persiapan perluasan Pabrik Beton Siap Pakai di Semarang pada tahun 1994. Tahun 2003, mengadakan perluasan Pabrik Beton Siap Pakai di Solo. Tahun 2007, mengadakan perluasan pabrik Beton Siap Pakai di Mataram, NTT. Tahun 2011, pengembangan usaha Beton Siap Pakai di Kudus, Jawa Tengah.Pada 2012, pengembangan usaha Beton Siap Pakai di Bali dan Educity- Surabaya, usaha Beton Masonry di Pandaan, dan usaha Bahan Galian di Mataram. PT Varia Usaha Beton adalah perusahaan yang bergerak dalam sektor konstruksi, khususnya pembangunan infrastruktur dan property. PT Varia Usaha Beton berpartisipasi melalui usaha penyediaan produk-produk dengan membuat beberapa pabrik utama, yaitu pabrik Beton Siap Pakai (BSP), pabrik Beton Precast (BPC),

Transcript of 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

Page 1: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

39

4 BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pengumpulan Data

Pada bab ini dilakukan pengumpulan dan pengolahan data. Pengumpulan data

dilakukan dibagian produksi paving block. Data yang dikumpulkan adalah data

gambaran umum perusahaan mencakup profil singkat perusahaan, visi dan misi

perusahaan, sistem organisasi dan kepegawaian. Selain itu juga dilakukan

pengumpulan data produksi, diantaranya data produksi dan jumlah produk cacat , data

jenis cacat produk, proses produksi.

4.1.1 Profil Perusahaan

Pada awalnya PT Varia Usaha Beton merupakan unit usaha samping dari PT

Semen Gresik (Persero). Unit usaha samping ini berupa unit usaha Beton Siap Pakai

(Remicon), unit usaha Tegel dan Beton Masonry dan unit usaha Pemecah Batu. Pada

tahun 1989, PT Semen Gresik (Persero) menyerahkan unit usaha samping tersebut

kepada salah satu anak perusahaan yaitu PT Varia Usaha. Bisnis utama PT Varia

Usaha adalah jasa transportasi dan distribusi, sehingga PT Varia Usaha mendirikan

perusahaan bernama PT Varia Usaha Beton untuk memproduksi produk beton. Terdiri

dari unit usaha Beton Siap Pakai (Remicon), unit usaha Tegel dan Beton Masonry.

Hal ini didukung dengan akte notaris no. 18/1991. Pada tahun 1992, PT Varia Usaha

menyerahkan pengelolaan unit usaha Pemecah Batu di Pandaan untuk dikelola PT

Varia Usaha Beton. Pada tahun 1997, PT Varia Usaha Beton membuka unit usaha

baru, yaitu unit usaha Beton Pracetak atau Prategang.

PT Varia Usaha Beton mengalami perlusaan usaha pertama untuk Pabrik

Beton Masonry di Ujung Pandang serta persiapan perluasan Pabrik Beton Siap Pakai

di Semarang pada tahun 1994. Tahun 2003, mengadakan perluasan Pabrik Beton Siap

Pakai di Solo. Tahun 2007, mengadakan perluasan pabrik Beton Siap Pakai di

Mataram, NTT. Tahun 2011, pengembangan usaha Beton Siap Pakai di Kudus, Jawa

Tengah.Pada 2012, pengembangan usaha Beton Siap Pakai di Bali dan Educity-

Surabaya, usaha Beton Masonry di Pandaan, dan usaha Bahan Galian di Mataram. PT

Varia Usaha Beton adalah perusahaan yang bergerak dalam sektor konstruksi,

khususnya pembangunan infrastruktur dan property. PT Varia Usaha Beton

berpartisipasi melalui usaha penyediaan produk-produk dengan membuat beberapa

pabrik utama, yaitu pabrik Beton Siap Pakai (BSP), pabrik Beton Precast (BPC),

Page 2: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

40

pabrik Beton Masonry (BM), dan pabrik Batu Pecah / Base Coarse (BP). Pabrik Beton

Siap Pakai (BSP) memproduksi beton siap pakai yang dikirim dengan truk mixer,

biasanya digunakan untuk pembangunan pabrik, gedung bertingkat maupun

infrastuktur seperti jalan, pelabuhan yang memerlukan kontuinitas suplai dan

stabilitas mutu. Pada pabrik Beton Precast (BPC), perusahaan memberikan fasilitas

untuk produksi tiang pancang, sheet pile, slab, grinder, bantalan rel kereta api, box

culvert, dll. Pada Pabrik Beton Masonry (BM) memproduksi genteng, paving, batako

dan sebagainya.Produk ini terdiri dari berbagai jenis dan ukuran untuk memasok

untuk keperluan real estate dan proyek-proyek perumahan lainnya. Dan pada pabrik

Batu pecah (BP) menghasilkan batu pecah dalam berbagai ukuran dan batu pecah

yang digunakan untuk mendukung kegiatan proyek sarana / prasarana dan sebagai

salah satu bahan baku utama dari produk beton.

4.1.2 Visi dan Misi PT Varia Usaha Beton

PT Varia Usaha Beton memiliki visi dan misi sebagai berikut :

VISI :

Menjadi perusahaan beton dan aggregates ypilihan utama pelanggan di pasar

nasiomal terpilih pada tahun 2015.

MISI :

1. Memproduksi dan menjual beton dan aggregates yang memenuhi

perssyaratan pelanggan (tepat mutu, tepat waktu, dan tepat jumlah).

2. Menghasilkan laba yang mampu mendukung pertumbuhan perusahaan

secara berkelanjutan dan kesejahteraan seluruh pemangku kepentingan.

3. Menjalankan proses bisnis yang prima dengan didukung oleh karyawan

profesional, sesuai dengan perundangan dan peraturan yang berlaku.

4.1.3 Struktur Organsasi Dan Kepegawaian

Dalam mengatur dan mengelola suatu organisasi maka diperlukan aturan

pendelegasian wewenang, pembagian tugas, pembagian tanggung jawab serta hirarki

yang jelas antar jabatan. Keseluruhan elemen ini saling terkait satu dengan yang lain

dalam suatu kerangka struktur organisasi pabrik Beton Masonry PT Varia Usaha

Beton seperti dalam gambar 4.1

Page 3: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

41

STRUKTUR ORGANISASI

PLANT BM GRESIK

KETUA PLANT

BM GRESIK

REGU

PRODUKSI

REGU

JAMINAN MUTU

REGU

ADM & PERGUDANGAN

REGU

PEMELIHARAAN

PRODUKSI

Batching plant

Operator forklift

Operator loader

JAMINAN MUTUPENJUALAN &

PENAGIHANADMINISTRASI PERGUDANGAN PEMELIHARAAN ARO

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Plant BM Gresik

Page 4: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

42

1. Ketua Plant BM

Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kebijakan Bagian Operasional BM &

JSP, pencapaian sasaran kinerja bagian operasional dan pengembangan Plant BM,

dengan melakukan perencanaan, pengkoordinasian, pengadilandan penangananya

bersama dengan Kabag Operasional BM & JSP.

2. Regu Produksi

Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kebijakan produksi.

3. Regu Jaminan Mutu

Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kebijakan Bagian Produksi , aktivitas

tim jaminan untuk menunjang operasional diseluruh wilayah Indonesia dan

pengembangan bisnis perusahaan dengan melakukan penyusunan program,

perencanaan, koordinasi, pengendalian dan pennanganannya bersama Tim Inovasi.

4. Regu Administrasi & Pergudangan

Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kebijakan Plant BM, pencapaian

sasaran kinerja pengembangan Plant Beton Masonry (BM), dengan melakukan

perencanaan, pengkoordinasian, pengendalian dan penanganannya bersama dengan

kepala regu produksi & kepala regu pemeliharaan.

Regu Administrasi & Pergudangan dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

a. Administrasi

b. Pergudangan

5. Regu Pemeliharaan

Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kebijakan Plant BM, pencapaian

sasaran kinerja bagian operasional BM dan pengembangan Plant Beton Masonry

(BM), dengan melakukan perencanaan pegkoordinasian, pengendalian dan

penanganannya bersama Regu Administrasi & Pergudangan dan Regu Produksi.

Regu pemeliharaan dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Pemeliharaan

b. Account Receivable Officer (ARO)

Bertanggung jawab terhadap kebijakan perusahaan, pencapaian sasaran

kinerja plant dengan melakukan pengelolaan, pengendalian dan

penanganan piutang serta proses pembayaran sesuai persyaratan kontrak

bersama dengan Kepala Plant.

Page 5: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

43

6. Penjualan & Penagihan

Bertanggung jawab terhadap peaksanaan kbijakan Bagian Pemasaran di bidang

aktivitas pejualan diseluruh wilayah Indonesia dan pengembangan bisnis perusahaan

dengan melaksanakan program, perencanaan koordinasi, pengendalian dan

penangannya dengan Kepala Plant dan seluruh Sales.

4.1.4 Data Produksi Paving dan Jumlah Produk Cacat Tahun 2018

Data produksi paving dan jumlah produk cacat tahun 2018 di PT Varia Usaha

Beton adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Produksi Paving Dan Jumlah Produk Cacat Tahun 2018

Bulan

Jumlah

Produksi

(Unit)

Jumlah

Produk

Cacat

(Unit)

Jumlah Produk Cacat Presentase

Jumlah

Produk

Cacat

(%)

Cacat

Retak

(Unit)

Cacat

Gupil

(Unit)

Cacat

Keropos

(Unit)

Januari 450.330 2.002 667 582 753 0,4

Februari 230.002 1.570 578 468 524 0,7

Maret 581.843 3.919 1.332 1.307 1.280 0,7

April 382.710 5.272 1.667 1.848 1.757 1,4

Mei 189.101 1.347 470 448 426 0,7

Juni 242.720 1.568 2.796 2.530 2.663 0,6

Juli 364.837 2.795 953 931 911 0,8

Agustus 543.310 7.989 2.801 2.556 2.632 1,5

September 489.871 2.326 775 779 772 0,5

Oktober 307.030 1.786 593 598 595 0,6

November 321.330 1.669 557 575 537 0,5

Desember 337.570 1.573 563 485 525 0,5

Total 4.440.654 13.375 13.752 13.107 13.375 8,8

Sumber: PT Varia Usaha Beton

Page 6: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

44

Pengolahan Data

4.2.1 Operation Process Chart (OPC) Paving Block

O-5

O-6

I-1

Pencampuran Bahan

Baku

(Mixer)

Pencetakan Paving

(Press Hidrolik)

Inspeksi

O-7

Pengambilan Hand Palet

(Forklift)

Selesai

O-8Pengeringan Paving

(Hand Palet)

O-4O-3O-2O-1

Air

Ditimbang

(Timbangan)

3'

Ditimbang

(Timbangan)

Semen

3'

Fly Ash

Ditimbang

(Timbangan)

3'

Ditimbang

(Timbangan)

3'

Agregat

3'

I-2

Inspeksi

1'

2'

60'

Gambar 4.1 OPC Pembuatan Paving

Page 7: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

45

Mesin-mesin yang digunakan adalah :

a. Sistem kontrol di batching batch

Pabrik batch beton modern menggunakan kontrol yang dibantu komputer

untuk memastikan pengukuran komponen atau bahan masukan yang cepat dan akurat.

b. Batching Plant

Merupakan alat yang berfungsi untuk mencampur/memproduksi beton ready

mix dalam produksi yang besar. Batching Plant digunakan agar produksi beton ready

mix tetap dalam kualitas y ang baik, sesuai standar. Tipe dry mixed yaitu batching

plant yang berfungsi untuk menimbang saja.

- Bagian-bagian batching plant antara lain :

1. Cement silo, berfungsi untuk tempat penyimpanan semen dan menjaga

semen agar tetap b aik.

2. Belt conveyor, berfungsi untuk menarik bahan/material (agregat halus) ke

atas dari bin ke storage bin.

3. Bin, sebagai tempat pengumpulan bahan/material (agregat halus) yang

berasal dari penumpukan bahan di base camp dengan bantuan wheel loader

untuk ditarik ke atas (storage bin)

4. Storage bin, digunakan untuk pemisah fraksi agregat. Storage bin dibagi

menjadi 2 (dua) fraksi yaitu : agregat butir halus (pasir), fly ash.

5. Timbangan pada alat batching plant dibagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu :

timbangan untuk agregat, timbangan untuk semen, dan timbangan untuk

air.

6. Dosage pump, digunakan untuk penambahan bahan admixture seperti

retarder.

7. Tempat penampungan air yang berfungsi sebagai supply kebutuhan air pada

ready mix.

c. Mixer

Berfungsi untuk mencampur semua bahan produksi baik aggregat, semen, air,

fly ash, dan adittif. Didalam mixer terdapat beberapa baling yang diputar secara

berkelanjutan oleh ke dua gear box.

d. Mesin Press Hidrolik

Berfungsi untuk mencetak paving menggunakan sistem press hidrolik,

adonan semen dicetak dengan molding dan dipadatkan dengan tekanan tinggi berupa

Page 8: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

46

mesin press dengan kekuatan hidrolik mesin tersebut, paving block yang dihasilkan

memiliki kualitas yang tinggi dengan kekuatan 300, K400 sampai lebih dari K480.

e. Forklift

Alat berat yang berfungsi untuk memindahkan hand palet ke tempat

pengeringan.

4.2.2 Diagram Fisbhone (Sebab-Akibat)

Penyusunan diagram fishbone atau diagram tulang ikan berfungsi untuk

menjelaskan secara ringkas penyebab kecacatan produk paving. pada diagram ini

diuraikan faktor utama atau akar penyebab permasalahan angka kecacatan produk

baik darisegi manusia (Tenaga kerja), bahan baku, mesin, metode (prosedur kerja),

maupun lingkungan. Dibawah ini adalah diagam tuang ikan berdasarkan cacat produk:

a. Cacat Retak

Kurang Pengawasan

SOP pengawasan kurang

optimal

Kualitas bahan baku

jelek

Penekanan terlalu

cepat

Kurang teliti/ kurang

hati-hati

Tempat kerja kurang

nyaman

Berdebu

Cuaca

Panas

Pengecekan kurang

menyeluruh

Paving disusun

bertumpuk-tumpuk

Adukan kurang

merata

Gambar 4.2 Diagram Fishbone Retak

Penyebab : Faktor Manusia, kurang pengawasan dan pekerja kurang teliti. Faktor

Bahan Baku, kualitas bahan baku jelek. Faktor Mesin, penekanan mesin press terlalu

Page 9: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

47

cepat. Faktor Metode, SOP pengawasan kurang, pengecekan kurang menyeluruh.

Faktor Lingkungan, tempat kerja yang kurang nyaman karena berdebu dan cuaca yang

panas.

Usulan perbaikan untuk mengurangi produk cacat retak adalah sebagai berikut :

Pengawasan pekerja

Uji kualitas bahan

baku

Memperhatikan

settingan mesin

Pengecekan secara

menyeluruh Maintenance

secara berkala

Penyusunan paving

harus rapi

Membuat SOP pengawasan

Inspeksi saat

produksi

Adonan jangan

terlalu padat

Gambar 4.3 Usulan Perbaikan Produk Cacat Retak

Usulan : Faktor manusia, lebih mengutamakan pengawasan terhadap pekerja. Faktor

material, perusahaan harus lebih memperhatikan material dengan menguji bahan baku

sebelum digunakan. Faktor Mesin, Settingan mesin harus sesuai standart, melakukan

maintenance secara berkala. Faktor metode, membuat SOP pengawasan, melakukan

pengecekan secara menyeluruh, penataan paving dengan rapi agar tidak terdapat

paving yang rusak, dan melakukan inspeksi saat proses produksi.

Page 10: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

48

b. Cacat Gupil

Kurang Pengawasan

Kurang hati-hati/

kurang teliti

Kondisi

lingkungan

Jadwal produksi padat

SOP pengawasan kurang

optimal

Checlist kurang optimal

Pengecekan mutu

kurang optimal

Pemeriksaan tempat

cetakan kurang

Kebersihan plat

cetakan

Mesin aus

Tempat kerja kurang

nyaman

Berdebu

Cuaca

Panas

Maintenance kurang

Tempat

penyimpanan belum

sesuai

Gambar 4.4 Diagram Fishbone Gupil

Penyebab : Faktor manusia, kurang berhati-hati dikarenakan kurangnya pengawasan

terhadap pekerja dan jadwal produksi yang padat sehingga menyebabkan human

error. Faktor Bahan Baku, pengecekan mutu kurang optimal, penyimpanan bahan

baku belum sesuai. Faktor Mesin, pemeriksaan cetakan kurang, mesin aus

dikarenakan maintenance mesin kurang. Faktor Metode, SOP pengawasan kurang

optimal. Faktor Lingkungan, tempat kurang nyaman karena berdebu dan cuaca yang

panas.

Page 11: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

49

Usulan perbaikan untuk mengurangi produk cacat gupil adalah sebagai beikut :

Melakukan

pengawasan pekera

Pekerja lebih

berhati-hati

Pengambilan

palet

Maintenance secara

berkala

Uji kualitas bahan

baku

Membuat SOP

pengambilan palet

Membuat SOP

pengawasan

Checklist secara

menyeluruh

Memperhatikan

tempat penyimpanan

material

Inspeksi saat proses

produksi

Menjaga

kebersihan plat

Gambar 4.5 Usulan Perbaikan Produk Cacat Gupil

Usulan : Faktor manusia, pekerja harus berhatihati saat pengambilan palet, melakukan

pengawasan terhadap kinerja pekerja. Faktor material, melakukann uji kualitas bahan

baku, memperhatikan tempat penyimpanan bahan baku. Faktor mesin, melakukan

maintenance secara berkala, menjaga kebersihan plat. Faktor metode, membuat SOP

pengambilan palet, inspeksi saat produksi serta membuat SOP pengawasan agar

checklist bisa menyeluruh.

Page 12: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

50

c. Cacat keropos

Kurang Pengawasan

Kurang hati-hati/

kurang teliti

Kondisi

lingkungan

Jadwal produksi padat

SOP pengawasan kurang

optimal

Checlist kurang optimal

Pengecekan mutu

kurang optimal

Pemeriksaan palet

cetakan kurang

Kebersihan palet

cetakan

Mesin aus

Tempat kerja kurang

nyaman

Berdebu

Cuaca

Panas

Maintenance kurang

Tempat

penyimpanan belum

sesuai

Gambar 4.6 Diagram Fishbone Keropos

Penyebab : Faktor manusia, kurang berhati-hati dikarenakan kurangnya pengawasan

terhadap pekerja dan jadwal produksi yang padat sehingga menyebabkan human

error. Faktor Bahan Baku, pengecekan mutu kurang optimal, penyimpanan bahan

baku belum sesuai. Faktor Mesin, pemeriksaan palet cetakan kurang, mesin aus

dikarenakan maintenance mesin kurang. Faktor Metode, SOP pengawasan kurang

optimal. Faktor Lingkungan, tempat kurang nyaman karena berdebu dan cuaca yang

panas.

Page 13: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

51

Usulan perbaikan untuk mengurangi produk cacat keropos adalah sebagai berikut:

Pekerja harus lebih

berhati-hati

Pengambilan palet

Inspeksi saat produksi

Checklist secara

menyeluruh

Uji kualitas bahan

baku

Pemeriksaan palet

cetakan

Membersihkan palet

Melakukan

maintenance secara

berkala

Memperhatikan

tempat penyimpanan

bahan baku

Pengeringan paving

sesuai SOP

Gambar 4.7 Usulan Perbaikan Produk Cacat Keropos

Usulan : Faktor manusia, Pekerja lebih berhati-hati saat pngambilan palet. Faktor

material, uji kualitas bahan baku, memperhatikan tempat penyimpanan bahan baku.

Faktor mesin, pengecekan plat cetakan sebelum digunakan, melakukan maintenane

secara berkala. Faktor metode, melakukan isnpeksi saat produksi agar bisa

menchecklist secara keseluruhan, san melakukan pengeringan paving sesuai ketetapan

agar tidak terjadi kerusakan produk.

Page 14: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

52

4.2.3 Tahap Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) digunakan untuk melihat proses

bagian mana yang paling dominan menghasilkan kegagalan-kegagalan proses

pembuatan paving block. Tahapan yang dilakukan adalah mengidentifikasi proses

produksi, mengidentifikasi moda kegagalan pada proses potensial, menentukan tngkat

kparahan (Severity), menentukan tingkat kejadian (Occurance) menentukan tingkat

deteksi (Detection).

4.2.3.1 Tahapan Proses Produksi Paving Block PT Varia Usaha Beton

Berikut ini proses produksi paving block di PT Varia Usaha Beton :

Tabel 4.2 Tahapan Proses Produksi Paving Block PT Varia Usaha Beton

NO Proses Produksi

1. Setelah material siap di gudang Jobmix dari JML ada alat untuk

produksi siap dilengkapi dengan kebutuhan SDM maka proses produksi

siap dimulai.

2. Pencampuran Raw Material sesuai jobmix dimixing kurang lebih 3

menit.

3. Setelah di mixing (campuran homogen) dilanjutkan dengan proses

pencetaan dengan sistem getar menggunakan alat Press Hidrolik.

4. Setelah selessai di cetak dibawa ke tempat pengeringan (curing)

menggunakan hand palet dengan bantuan alat forklift.

5. Setelah umur 1 hari dibawa ke tempat stampel ditempat yang sudah

disediakan dan diberi tanda untuk identifikasi produk.

6. Untuk mencapai mutu yang diharapkan diperlukan penyiraman selama

2x24 jam.

7. Setelah umur 7 hari diadakan test uji mutu sebanyak 2 cntoh untuk

dilihat tingkat kesesuaian mutu produk.

8. Apabila mutu produk tidak sesuai diadakan uji ulang, apabila tetap tidak

memenuhi syarat barang akan dijual sesuai mutu yang memenuhi.

4.2.3.2 Moda Kegagalan Produk Paving Block PT Varia Usaha Beton

Langkah terpenting dalam menggunakan metode FMEA adalah dengan

mengidentifikasi moda kegagalan potensial. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan

terhadap proses produksi ditemukan bebarapa moda kegagalan potensial yang terjadi

yaitu sebagai berikut :

Page 15: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

53

Tabel 4.3 Moda Kegagalan Produk Paving Block PT Varia Usaha Beton

NO Nama Alat/Proses Moda Kegagalan Potensial

1. Batching Plant (Meramu bahan baku) Kesalahan pemberian komposisi

bahan baku

2. Mesin mixer (Pencampuran bahan

baku)

Mesin aus

Adukan kekurangan semen

Adukan terlalu basah/ kering

3. Mesin press hidrolik (Pencetakan

paving block)

Plat tidak bersih

4. Forklift (pengambilan hand palet

untuk dibawa ke tempat pengeringan)

Kesalahan saat pengambilan hand

palet

Setelah melakukan identifikasi moda kegagalan, selanjutnya melakukan

identifikasi faktor faktor penyebab kegagalan, karena ini akan membantu menentukan

rating occurance yang terjadi pada setiap moda kegagalan. Tabel dibawah ini

merupakan tabel yang menujukkan faktor-faktor penyebab terjadinya kegagalan.

Tabel 4.4 Faktor Penyebab Kegagalan Potensial

No Nama Alat/Proses Moda Kegagalan

Potensial

Penyebab Kegagalan

Potensial

1.

Batching Plant

(Meramu bahan

baku)

Kesalahan pemberian

komposisi bahan baku

Human eror (pekerja

kurang fokus dan

kurang teliti)

2.

Mesin mixer

(Pencampuran bahan

baku)

Mesin aus

Adukan kekurangan

semen

Adukan terlalu

basah/ kering

Jadwal

maintenance tidak

teratur

Human error

(pekerja kurang

fokus dan kurang

teliti)

3.

Mesin press hidrolik

(Pencetakan paving

block)

Plat tidak bersih Kurang perawatan

4.

Forklift (pengambilan

hand palet untuk

dibawa ke tempat

pengeringan)

Kesalahan saat

pengambilan hand palet

Human eror (pekerja

kurang fokus dan

kurang teliti)

Page 16: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

54

Setelah mengidentifikasi penyebab dari moda kegagalan setelah itu dilakukan

mengidentifikasi efek-efek yang terjadi yang dikarenakan kegagalan potensial. Tabel

dibawah ini merupakan tabel yang menunjukkan efek dari kegagalan yang terjadi dari

setiap moda kegagalan :

Tabel 4.5 Efek Kegagalan Potensial

No Nama Alat/Proses Moda Kegagalan

Potensial

Efek Kegagalan

Potensial

1.

Batching Plant

(Meramu bahan

baku)

Kesalahan pemberian

komposisi bahan baku

Komposisi produk tidak

sesuai spesifikasi produk

yang akan diproduksi

2.

Mesin mixer

(Pencampuran

bahan baku)

Mesin aus

Adukan kekurangan

semen

Adukan terlalu basah/

kering

Proses produksi

terkendala

Paving mudah retak

Paving mudah keropos

jika adukan terlalu

basah dan paving

mudah retak jika

adukan terlalu kering.

3.

Mesin press

hidrolik

(Pencetakan paving

block)

Plat tidak bersih Ukuran paving tidak

sesuai standart

4.

Forklift

(pengambilan hand

palet untuk dibawa

ke tempat

pengeringan)

Kesalahan saat pengambilan

hand palet

Ukuran tidak sesuai

standart/ Paving gerupil

4.2.3.3 Penentuan Nilai Severity Proses Produksi Paving Block

Severity merupakan tingkat keparahan atau keseriusan efek yang

ditimbulkan oleh kegagalan itu sendiri. Pada penelitian ini, rating severity diperoleh

dengan melihat bagaimana suatu moda kegagalan akan mempengaruhi produk dan

proses produksi selanjutnya. Tabel dibawah ini merupakan tingkat keparahan atas

efek yang ditimbulkan oleh kegagalan di setiap proses produksi daam pembuatan

paving block.

Page 17: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

55

Tabel 4.6 Nilai Severity

No Nama

Alat/Proses

Moda Kegagalan

Potensial

Efek Kegagalan

Potensial Severity

1. Batching Plant

(Meramu bahan

baku)

Kesalahan pemberian

komposisi pada

pencampuran bahan

raw material

Komposisi produk

tidak sesuai spesifikasi

produk yang akan

diproduksi

7

2.

Mesin mixer

(Pencampuran

bahan baku)

Mesin aus

Proses produksi

terkendala 9

Adukan kekurangan

semen

Paving mudah retak

6

Adukan terlalu basah/

kering

Paving mudah keropos

jika adukan terlalu

basah dan paving

mudah retak jika

adukan terlalu kering.

8

3.

Mesin press

hidrolik

(Pencetakan

paving block)

Plat tidak bersih Ukuran paving tidak

sesuai standart

6

4. Forklift

(pengambilan

hand palet

untuk dibawa

ke tempat

pengeringan)

Kesalahan saat

pengambilan palet

Ukuran tidak sesuai

standart/ Paving

gerupil 6

4.2.3.4 Penentuan Nilai Occurance Proses Produksi Paving Block

Occurance merupakan tingkat kejadian yang digunakan untuk mengukur

seberapa sering efek dari kegagalan tersebut muncul. Selain itu, Occurane juga dapat

digunakan untuk menentukan frekuensi terjadinya kegagalan tersebut. Tabel dibawah

ini merupakan tingkat frekuensi terjadinya kegagalan dari setiap moda kegagalan

potensial.

Page 18: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

56

Tabel 4.7 Nilai Occurance

No Nama

Alat/Proses

Moda Kegagalan

Potensial

Penyebab

Kegagalan

Potensial

Occurance

1. Batching

Plant

(Penimbangan

bahan baku)

Kesalahan

pemberian

komposisi pada

pencampuran bahan

raw material

Human eror (pekerja

kurang fokus dan

kurang teliti) 3

2.

Mesin mixer

(Pencampuran

bahan baku)

Mesin aus

Proses produksi

terkendala 5

Adukan kekurangan

semen

Human error

(pekerja kurang

fokus dan kurang

teliti)

3

Adukan terlalu

basah/ kering 3

3.

Mesin press

hidrolik

(Pencetakan

paving block)

Plat tidak bersih Kurang perawatan

5

4. Forklift

(pengambilan

hand palet

untuk dibawa

ke tempat

pengeringan)

Kesalahan saat

pengambilan palet

Human eror (pekerja

kurang fokus dan

kurang teliti) 7

4.2.3.5 Penentuan Nilai Detecton Proses Produksi Paving Block

Detection merupakan tingkat deteksi atau tindakan yang mirip denga

pengawasan sedini mungkin yang akan mendeteksi penyebab terjadinya moda

kegagalan sebelum komponen/produk meninggalkan area produksi. Tabel dibawah

ini merupakan hasil penilaian deteksi terjadinya kegagalan dari setiap moda kegagalan

potensial.

Page 19: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

57

Tabel 4.8 Nilai Detection

No Nama

Alat/Proses

Moda Kegagalan

Potensial

Penyebab

Kegagalan

Potensial

Detection

1. Batching

Plant

(Penimbangan

bahan baku)

Kesalahan

pemberian

komposisi pada

pencampuran bahan

raw material

Human eror (pekerja

kurang fokus dan

kurang teliti) 1

2.

Mesin mixer

(Pencampuran

bahan baku)

Mesin aus

Proses produksi

terkendala 4

Adukan kekurangan

semen

Human error

(pekerja kurang

fokus dan kurang

teliti)

1

Adukan terlalu

basah/ kering 1

3.

Mesin press

hidrolik

(Pencetakan

paving block)

Plat tidak bersih Kurang perawatan

4

4. Forklift

(pengambilan

hand palet

untuk dibawa

ke tempat

pengeringan)

Kesalahan saat

pengambilan palet

Human eror (pekerja

kurang fokus dan

kurang teliti) 4

4.2.3.6 Penentuan Nilai Risk Priority Number (RPN)

Setelah menentukan rating dari keparahan (Severity), kejadian,

(Occurance), dan deteksi (Detection), maka langkah selanjutnya yang adalah

perhitungan nilai Risk Priority Number (RPN). Moda kegagalan yang nantinya

memiliki nilai RPN tertinggi akan dilihat menggunakan metode Fault Tree Analysis

(FTA) agar diketahui permasalahannya dan dapat diberi tindakan perbaikan. Nilai

RPN diperoleh denggan mengalikan nilai rating Severity, Occurance, dan Detection

dari masing- msing moda kegagalan. Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan RPN

dari masing-masing moda kegagalan :

Page 20: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

58

Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Moda Kegagalan Potensial

No Nama

Alat/Proses

Moda Kegagalan

Potensial Pengaruh Kejadian Tingkat Frekuensi Tingkat Deteksi

1.

Batching Plant

(Penimbangan

bahan baku)

Kesalahan pemberian

komposisi pada

pencampuran bahan

baku

Komposisi bahan

baku tidak sesuai

dengan standar

sehingga dilakukan

pengerjaan ulang

sesuai dengan

spesifikasi produk

yang lain

Rendah, karena

kesalahan pemberian

komposisi tidak sering

terjadi.

Tinggi, alat mampu

mendeteksi kesalahan

saat pemberian

komposisi.

2.

Mesin mixer

(Pencampuran

bahan baku)

Mesin aus

Adukan tidak merata

dikarenakan mesin

mengalami kerusakan

sehingga proses

produksi dihentikan.

Cukup, karena

kesalahan pada mesin

cukup sering terjadi.

Cukup tinggi, alat

mampu mendeteksi

kegagalan dan

berfungsi dengan

baik.

Adukan kekurangan

semen

Adukan kekurangan

semen mengakibatkan

paving mudah retak

sehigga pelanggan

secara umum

menyadari adanya

cacat produk.

Rendah, karena

kesalahan adukan

kekurangan semen

tidak sering terjadi.

Tinggi, alat mampu

mendeteksi kegagalan

dan berfungsi dengan

baik.

Page 21: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

59

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Moda Kegagalan Potensial (Lanjutan)

No Nama

Alat/Proses

Moda Kegagalan

Potensial Pengaruh Kejadian Tingkat Frekuensi Tingkat Deteksi

Adukan terlalu

basah/ kering

Paving mudah keropos

jika adukan terlalu basah

dan paving mudah retak

jika adukan terlalu kering.

Sehingga dilakukan

pengerjaan ulang agar

sesuai dengan spesifikasi

yang diinginkan.

Rendah, karena

kesalahan adukan

terlalu basah/ kering

tidak sering terjadi.

Tinggi, alat mampu

mendeteksi kegagalan

dan berfungsi dengan

baik.

3.

Mesin press

hidrolik

(Pencetakan

paving block)

Plat tidak bersih Ukuran tidak sesuai

standar dikarenakan plat

cetakan terdapan adonan

yang mengering, sehingga

dilakukan pengerjaan

ulang.

Sedang, karena ketika

proses produksi masih

terdapat plat yang

kurang bersih.

Cukup tinggi, alat

mampu mendeteksi

kegagalan dan

sebagian besar bersifat

baik.

4.

Forklift

(pengambilan

hand palet untuk

dibawa ke tempat

pengeringan)

Kesalahan saat

pengambilan

palet

Paving tidak sesuai

standart/ paving gerupil

sehingga pelanggan

secara umum menyadari

adanya cacat produk

Tinggi, karena

operator sering

mengalami kesalahan

saat pengambilan

palet.

Cukup tinggi, alat

mampu mendeteksi

kegagalan dan

sebagian besar bersifat

baik.

Page 22: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

60

Tabel 4.11 Nilai Risk Priority Number (RPN)

No Nama Alat/Proses Moda Kegagalan

Potensial S O D RPN

1.

Batching Plant

(Penimbangan

bahan baku)

Kesalahan pemberian

komposisi pada

pencampuran bahan raw

material

7 3 1 21

2.

Mesin mixer

(Pencampuran

bahan baku)

Mesin aus

9 5 4 180

Adukan kekurangan

semen 6 3 1 18

Adukan terlalu basah/

kering 8 3 1 24

3.

Mesin press

hidrolik

(Pencetakan paving

block)

Plat tidak bersih

6 5 4 120

4.

Forklift

(pengambilan hand

palet untuk dibawa

ke tempat

pengeringan)

Kesalahan saat

pengambilan palet

6 7 4 168

Dari tabel diatas dapat dilihat mode-mode kegagalan yang menyebabkan cacat

dan perhitungan RPN. Hasil dari perhitungan nilai Risk Priority Number (RPN)

ditemukan nilai kegagalan tertinggi yaitu; dalam proses mixing sebesar 180 dan dalam

proses pengambilan palet sebesar 168 dan di deskripsikan dibawah ini :

1. Cacat dalam proses mixing bahan baku yaitu terjadi karena mesin aus. Efek

dari penyebab kegagalan tersebut adalah adukan tidak merata. Berdasarkan hal

tersebut cacat dibagian mixing (hasil adukan terlalu basah atau kering) dibobot

nilai :

a. Severity adalah 9 dibuktikan dengan fakta dilapangan bahwa cacat proses

pengadukan jika terlalu kering mengakibatkan adukan paving tidak

merata.

b. Occurance adalah 5 dibuktikan dengan fakta dilapangan kesalahan pada

mesin cukup sering terjadi

Page 23: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

61

c. Detection adalah 4 dibuktikan dengan fakta dilapangan pencegahan yang

telah dilakukan masih mengalami kegagalan produk, pencegahan yang

dilakukan seperti pengawasan pada tiap proses produksi. Jumlah

kegagalan produk setelah mengalami proses detection berada pada rating

4 dalam standar nilai detection. Yang bahwasannya 75%-80% alat kontrol

mampu mendeteksi kegagalan dan sebagian besar berfungsi degan baik.

d. Berdasarkan poin a,b, c bahwa nilai severity bernilai 9, nilai occurance

bernilai 5 dan nilai detection adalah 4 , sehingga nilai RPN yang diperoleh

adalah 140, ini merupakan hasil dari perkalian antara S,O, dan D yang

dirumuskan sebagai berikut :

RPN = S x O x D

= 9 x 5 x 4

= 180

2. Cacat dalam proses pengambilan palet, efek dari penyebab kegagalan

tersebut adalah bentuk paving tidak sempurna/ tidak sesuai standart.

Berdasarkan hal tersebut dibobot nilai :

a. Severity adalah 6 dibuktikan dengan fakta dilapangan bahwa cacat

disebabkan kesalahan pada saat pengambilan palet mengakibatkan

paving tidak sesuai standart/ paving gerupil sehingga pelanggan secara

umum menyadari adanya cacat produk.

b. Occuranve adalah 7 dibuktikan dengan fakta dilapangan bahwa dimana

masih terdapat produk yang cacat berupa produk yang tidak sesuai

standart.

c. Detection adalah 4 dibuktikan dengan faktor dilapangan pencegahan

yang dilakukan masih mengalami kegagalan produk berupa produk

yang tidak sesuai standart, oleh karena itu rating detectionnya adalah 4.

Yang berarti 65%-70% alat kontrol mampu mendeteksi kegagalan dan

sebagian besar berfungsi baik.

d. Berdasarkan poin a,b, c bahwa nilai severity bernilai 6, nilai occurance

bernilai 7 dan nilai detection adalah 4 , sehingga nilai RPN yng

diperoleh adalah 168, ini merupakan hasil dari perkalian antara S,O,

dan D yang dirumuskan sebagai berikut :

RPN = S x O x D

=6 x 7 x 4

= 168

Page 24: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

62

4.2.4 Tahap Fault Tree Analysis (FTA)

Analisis Fault Tree Analysis (FTA) merupakan analisis yang digunakan untuk

mengetahui akar penyebab masalah. FTA merupakan metode yang berupa akar pohon

penyebab masalah penentuan FTA dilakukan pada moda kegagalan yang memiliki

nilai tertinggi pada metode FMEA. Dimana pada kasus ini terdapat 2 moda kegagalan

tertinggi, yaitu :

1. Mesin aus (Proses Mixing) dengan nilai RPN sejumlah 180.

2. Kesalahan saat pengambilan hand palet dengan nilai RPN sejumlah 168.

Moda kegagalan mixing, proses pengambilan hand palet merupakan moda

kegagalan yang memiliki nilai RPN yang palig tinggi. Sehingga moda kegagalan ini

perlu dilakukan analisis untuk menentukan akar peyebab masalah yang ada . Berikut

adalah hasil pembuatan diagram Fault Tree Analysis (FTA) dari masing-masing moda

kegagalan.

1. Proses Mixer (Mesin Aus)

Gambar 4.8 Diagram Fault Tree Analysis (FTA) Bagian Mixer

Potensi penyebab kegagalan produk dalam proses mixer yang mesin aus, hal

tersebut disebabkan oleh 2 faktor yaitu kerusakan pada motor dan jadwal maintenance

yang tidak teratur. Kerusakan pada motor disebabkan oleh dua faktor yaitu pelumasan

Page 25: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

63

motor yang tidak teratur dan tegangan listrik yang dipakai tidak sesuai dengan

tegangan kerja alat yang dipakai.

2. Proses pengambilan palet

Gambar 4.9 Fault Tree Analysis (FTA) Mesin Press

Potensi penyebab kegagalan produk dalam proses pengambilan palet

mengakibatkan produk gagal pada saat proses produksi. Ada 2 faktor yang

menyebabkan moda kegagalan pada pengambilan palet yaitu paving tersentuh tangan

pekerja saat pengambilan sehingga terdapat paving gupil karena human error dan

karena jatuh yang disebabkan penataan yang tidak stabil karena human error.

Analisis Cacat Produk dan Penyebab Kecacatan Produk

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan

metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan metode Fault Tree Analysis

(FTA) , dan didapatkan hasil Risk Priority Number (RPN) untuk proses mixing

sebesar 180, dan proses pengambilan palet sebesar 168. Kedua proses tersebut

mendapatkan nilai RPN yang tinggi dan merupakan proses yang berpengaruh

terhadap proses produksi, penyebab terjadinya kegagalan diakibatkan human error

dan mesin. Dan efek dari kegagalan proses pada moda kegagalan potensial

Page 26: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

64

menyebabkan beberapa kecacatan seperti retak, pecah, gerupil, keropos. Kecacatan

produk sering terjadi karena human error dan mesin. Lebih lengkapnya dapat dilihat

pada tabel 4.7 dan 4.8 halaman 47-48.

Penyebab dari kegagalan produksi pada perusahaan bersumber pada

menurunnya konsistensi kerja pegawai yang mengakibatkan kurangnya konsentrasi

serta ketelitian pekerja yang mengakibatkan kegagalan mesin yang bermasalah pada

komponen-komponen dan peralatan yang digunakan mengalami penurunan fungsi

yang dikarenakan intensitas penggunaan yang tinggi (aus) , jadwal maintenance yang

tidak teratur. Sehingga dampak yang ditimbulkan sangat berpegaruh terhadap

penurunan kualitas produk paving yang melebihi batas toleransi yang telah ditetapkan

oleh perusahaan.

Analisis PT Varia Usaha Beton Dalam Penurunan Tingkat Produk Cacat

Berdasarkan upaya yang dilakukan perusahaan dalam penurunan tingkat

produk cacat yaitu dilakukan pemeriksaan pada produk yang sedang dalam proses

produksi. Jika terdapat kegagalan pada proses produksi, perusahaan melakukan

perbaikan pada waktu yang sama serta dilakukan perbaikan pada waktu yang sama

serta dilakukan pemeriksaan mesin ketika terjadi permasalahan tanpa mengetahui

penyebab kecacatan produk tersebut. Upaya yang dilakukan dinilai belum mampu

dalam upaya penurunan tingkat kecacatan produk karena masih terdapat kegagalan

produk yang melebihi batas toleransi yang ditentukan perusahaan. Dampak dari

adanya kegagalan produk adalah melakukan tindakan inspeksi dan rework atau

perbaikan ulang produk yang dapat menambah waktu pengerjaan kembali. Hal ini

mengakibatkan biaya yang dikeluarkan semakin besar dan membuat kerugian bagi

perusahaan dikarenakan produk cacat dijual kembali dengan harga yang lebih murah

sehingga mengurangi kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Berdasarkan

hal ini dapat dikatakan bahwa dalam proses produksi paving block secara masal (mass

production), perusahaan sudah cukup memperhatikan kualitas produk tetapi masih

terdapat kegagalan produk yang didasari oleh pekerja yang kurang memperhatikan

kualitas produk dan hanya mengutamakan target produksi yang telah ditentukan.

Kualitas produk diabaikan karena produk yang mengalam kegaalan dapat dilakukan

perbaikan ulang dan hasil dari perbaikan ulang terdapat cacat minor yang tidak

mempengaruhi penurunan kualitas, serta produk yang mengalami kegagalan akan

dijual dengan harga murah sehingga menyebabkan kerugian pada perusahaan.

Kualitas berpengaruh terhadap image perusahaan, dimana produk yang berkualitas

akan mendapatkan kepuasan pada konsumen dan akan memberikan image yang baik

bagi perusahaan, sedangkan jika produk yang dihasilkan tidak pada kualitas yang baik

maka konsumen akan merasa dirugikan dan berdampa pada kurangnya kepercayaan

Page 27: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

65

konsumen serta dapat memberikan image yang tidak baik bagi perusahaanyaitu

konsumen tidak ingin membeli produk dari perusahaan dan berdampak luas terhadap

konsumen yang lain.

Analisis Usulan Perbaikan Berdasarkan Failure Mode and Effect Analysis

(FMEA) Dan Fault Tree Analysis (FTA)

Bersasarkan penilaian RPN yang telah didapat, proses mixing bahan baku dan

proses pengambilan palet yang mempunyai tingkat kegagalan tertinggi. Dampak yang

ditimbulkan dari kedua proses produksi ini sangat berpengaruh terhadap penurunan

kualitas produk paving yang berada diluar batas toleransi yang telah ditetapkan oleh

perusahaan. Hal ini menandakan bahwa pada proses produksi paving block terdapat

moda kegagalan yang harus dilakukan untuk kedua proses tersebut dilakukan

berdasarkan penyebab-penyebab kegagalan yang telah dianalisis berdasarkan Failure

Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA) sehingga diketahui

permasalahan yang terjadi untuk dilakukannya perbaikan. Usulan perbaikan terhadap

kedua proses produksi bisa dilihat pada dibawah ini :

Page 28: 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA …

66

Tabel 4.12 Usulan Perbaikan Bagian Mixer dan Pencetakan

No Nama

Alat/Proses

Moda Kegagalan

Potensial Efek Kegagalan Potensial Usulan Perbaikan

1. Mesin mixer

(Pencampuran

bahan baku)

Mesin Aus Proses produksi terkendala Memeriksa mesin sebelum

digunakan

Melakukan maintenance

pada mesin secara berkala

Memberikan arahan sebelum

pekerja memulai pekerjaanya

Melakukan pengawasan pada

saat proses mixing

Melakukan pengawasan

terhadap pekerja

Melakukan inspeksi pada saat

produksi

2. Forklift

(pengambilan

palet untuk

dibawa ke tempat

pengeringan)

Kesalahan saat

pengambilan palet

Ukuran tidak sesuai standart/

Paving gerupil

Pekerja lebih fokus saat

bekerja

Pekerja harus berhati-hati

agar tidak terjadi kegagalan

produk

Melakukan pengawasan

terhadap pekerja