4. BAB I

11
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk negara dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Penerapan pendidikan hendaknya berlandasakan empat pilar dasar pendidikan, yaitu: belajar mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk hidup bersama (learning to live together), dan belajar untuk menjadi jati diri (learning to be). Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kukuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No. 20 th 2003).

description

latar belakang

Transcript of 4. BAB I

Page 1: 4. BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk negara dalam rangka

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Penerapan pendidikan hendaknya

berlandasakan empat pilar dasar pendidikan, yaitu: belajar mengetahui (learning

to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk hidup bersama

(learning to live together), dan belajar untuk menjadi jati diri (learning to be).

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kukuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara (UU No. 20 th 2003). Fungsi pendidikan untuk

mempersiapkan peserta didik, dimana peserta didik yang pada hakikatnya belum

siap dan perlu untuk dipersiapkan dan belajar menyiapkan dirinya sendiri.

Pembelajaran merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan dalam

sistematik itu terdapat suatu interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa

(Azizah, 2008). Pembelajaran yang diterapkan oleh guru tidak terlepas untuk

mencapai tujuan suatu pembelajaran yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa. Secara umum prestasi belajar siswa di Indonesia ditentukan oleh

kemampuan kognitif dalam memahami sebaran materi pelajaran yang telah

Page 2: 4. BAB I

2

ditentukan di dalam kurikulum (Bahri, 2008). Fakta di lapangan, pengajaran di

Indonesia hanya berpedoman pada sebuah kurikulum yang menuntut intelegensi

tinggi dan kebanyakan guru mempersiapkan siswanya hanya untuk memperoleh

nilai yang tinggi tanpa memperhatikan kondisi pemikiran internal (kognisi) yang

terjadi di dalam diri siswa terbangun ke arah yang lebih baik atau sebaliknya.

Masalah lain yang banyak terjadi dalam proses pembelajaran berdasarkan

pengalaman adalah seringkali siswa lupa tentang materi yang sudah dijelaskan

oleh guru selang beberapa waktu tertentu dan banyak konsep-konsep dari materi

ajar sulit untuk dipahami. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi

rendah.

Fenomena pembelajaran di sekolah selama ini sebagian besar siswa kurang

aktif berinteraksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, baik melalui

pertanyaan maupun mengajukan pendapat pada saat kegiatan proses pembelajaran

terjadi di kelas. Masalah proses pembelajaran biologi ini menurut Miranda (2010)

diduga antara lain erat kaitannya dengan kemampuan berpikir. Kemampuan

berpikir yang penting bagi siswa adalah kemampuan metakognitifnya, karena

siswa mengetahui belajar secara sadar.

Kemampuan berpikir kritis yang baik akan menunjang keberhasilan

belajar siswa. Corebima (2005) menyebutkan bahwa beberapa kajian telah

mengungkapkan adanya hubungan (bahkan pengaruh) antara kemampuan

penalaran formal dan prestasi belajar biologi siswa, termasuk keterampilan

laboratorium dan kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis mengaktifkan

kemampuan analisis dan evaluasi bukti, identifikasi, pertanyaan, kesimpulan

logis, memahami aplikasi argumen (Friedrichesen, 2001:562). Proses

Page 3: 4. BAB I

3

pembelajaran diharapkan melatih siswa untuk berpikir kritis. Melalui berpikir

kritis, siswa akan dilatih untuk mengamati keadaan, memunculkan pertanyaan,

merumuskan hipotesis, melakukan observasi dan mengumpulkan data, lalu

memberikan kesimpulan. Berpikir kritis juga melatih siswa untuk berpikir logis

dan tidak menerima sesuatu dengan mudah. Menurut National Education

Association sebagai lembaga independen pemerintah Amerika yang bergerak di

bidang pendidikan, (2010:8) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis

penting untuk membantu siswa dalam mengembangkan bakatnya, melatih

konsentrasi dan memfokuskan permasalahan serta berpikir analitis.

Observasi pada proses pembelajaran Strategi Belajar Mengajar di Offering

C mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang pada akhir Agustus

hingga awal September 2015 secara umum sudah menerapkan pendekatan

saintifik Kurikulum 2013. Masalah belajar yang teramati sesuai hasil observasi

yaitu kemampuan berpikir mahasiswa kurang dikembangkan selama proses

pembelajaran dan dominansi mahasiswa yang menyampaikan argumen.

Kemampuan berpikir yang kurang dalam proses pembelajaran mengakibatkan

siswa menjadi pasif, tidak memiliki kemandirian serta kesadaran dalam belajar,

dan akhirnya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi rendah.

Berdasarkan fakta mengenai kurangnya berpikir kritis maka perlu

dilakukan inovasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang aktif yang sesuai

digunakan dalam pembelajaran SBM ini adalah pembelajaran yang berpusat pada

mahasiswa dan mahasiswa juga harus ikut terjun dengan maksimal dalam

pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat diajukan adalah dengan menerapkan

model pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan

Page 4: 4. BAB I

4

berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran Think Pair Share

(TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran

TPS memiliki prosedur yang secara eksplisit memberikan siswa lebih banyak

waktu untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Selain itu

model TPS ini relative sederhana, tidak menyita waktu dalam mengatur tempat

duduk dimana siswa dikelompokkan secara berpasangan sehingga dapat

mengaktifkan proses diskusi dalam pembelajaran kooperatif. Keaktifan siswa

dalam pembelajaran kooperatif dapat terjadi apabila siswa melibatkan diri mereka

dalam proses pembelajaran.

Salah satu upaya untuk mendukung proses pembelajaran di kelas agar

lebih bervariasi dan menarik untuk siswa selain ditunjang dengan model

pembelajaran dapat melakukan Lesson study. Menurut Susilo (2011:20) melalui

Lesson study guru dapat belajar dari pembelajaran yang kurang sempurna setelah

guru merancang, melaksanakan dan mendiskusikan pembelajaran yang telah

dilakukan. Potensi pengembangan Lesson Study dalam Praktik Pengalaman

Lapangan (PPL) menurut Widodo (2008) bahwa partisipasi dalam lesson study

bukanlah hanya bermanfaat bagi peserta didik namun juga bagi pengembangan

profesionalisme guru yang bersangkutan.

Berdasarkan paparan latar belakang masalah, maka dilakukan penelitian

tindakan kelas dengan judul “Penerapan Think Pair Share Berbasis Lesson Study

untuk Meningkatkan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kelas SBM-C Mahasiswa

Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang”.

Page 5: 4. BAB I

5

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan peningkatan berpikir kritis mahasiswa sebagai

dampak penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbasis Lesson

Study pada mahasiswa program studi biologi matakuliah strategi belajar

mengajar.

2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar kognitif mahasiswa sebagai

dampak penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbasis Lesson

Study pada mahasiswa program studi biologi matakuliah strategi belajar

mengajar.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. peneliti, penelitian ini diharapkan dapat berlatih untuk menjadi calon Dosen

yang lebih profesional sehingga menjadi lebih baik.

2. mahasiswa, melalui penelitian ini diharapkan berpikir kritis dan hasil belajar

mahasiswa meningkat.

3. Rekan dosen model, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam mencari alternatif model pembelajaran untuk

menciptakan situasi yang kondusif dalam proses belajar mengajar sehingga

mutu pendidikan Biologi meningkat terutama seperti matakuliah strategi

belajar mengajar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi Dosen

Page 6: 4. BAB I

6

model dalam memodifikasi kebiasaan mengajar dengan memperhatikan

psikologis mahasiswa.

4. lembaga, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan teori

pendidikan khususnya tentang model pembelajaran dan memberikan saran

dan masukan dalam rangka perbaikan pembelajaran

D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian menggunakan strategi think pair share berbasis lesson study.

2. Penelitian ini mengkaji berpikir kritis dan hasil belajar. Aspek berpikir kritis

dapat diukur dengan

3. Penelitian ini terbatas pada mata kuliah Strategi Belajar Mengajar (SBM)

untuk siklus I dan siklus II.

4. Subjek tindakan kelas adalah mahasiswa SBM-offering C semester 5, tahun

ajaran 2015/2016 yang berjumlah 16 orang.

E. Definisi Operasional

1. Think pair share Instrumen motivasi pada penelitian ini difokuskan pada

pengamatan

2. Lesson Study (LS)adalah suatu proses kolaboratif yang dilakukan suatu tim

mengajar dengan tahap plan, do dan see. Keterlaksanaan kegiatan LS inidiukur

dengan menggunakan lembar observasi dan lembar keterlaksanaan LS.

3. Kemampuan Berpikir Kritis diamati melalui pengamatan aspek-aspek

kemampuan berpikir kritis merupakan skor yang diperoleh siswa setelah

Page 7: 4. BAB I

7

mengerjakan soal tes uraian yang mengacu pada indikator (1) kemampuan

merumuskan masalah, (2) memberikan argumen, (3) melakukan deduksi, (4)

melakukan induksi, (5) melakukan evaluasi, (6) memutuskan dan melaksanakan

tindakan. Keseluruhan aspek tersebut diamati dengan menggunakan lembar

observasi kemampuan berpikir kritis siswa dan juga tes tertulis.

4. Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah

mengalami aktivitas belajar (Chatrina, dkk. dalam Umiadari, 2011). Hasil belajar

kognitif siswa adalah hasil yang didapatkan setelah siswa menyelesaikan

pembelajaran dengan pendekatan kosntekstual dengan metode Think Pair Share

dan mengikuti evaluasi yang dilakukan dengan test tertulis dan assesmen kegiatan

siswa.