4. BAB I
-
Upload
fatimahnurmalasari -
Category
Documents
-
view
214 -
download
1
description
Transcript of 4. BAB I
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk negara dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Penerapan pendidikan hendaknya
berlandasakan empat pilar dasar pendidikan, yaitu: belajar mengetahui (learning
to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk hidup bersama
(learning to live together), dan belajar untuk menjadi jati diri (learning to be).
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kukuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara (UU No. 20 th 2003). Fungsi pendidikan untuk
mempersiapkan peserta didik, dimana peserta didik yang pada hakikatnya belum
siap dan perlu untuk dipersiapkan dan belajar menyiapkan dirinya sendiri.
Pembelajaran merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan dalam
sistematik itu terdapat suatu interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa
(Azizah, 2008). Pembelajaran yang diterapkan oleh guru tidak terlepas untuk
mencapai tujuan suatu pembelajaran yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa. Secara umum prestasi belajar siswa di Indonesia ditentukan oleh
kemampuan kognitif dalam memahami sebaran materi pelajaran yang telah
2
ditentukan di dalam kurikulum (Bahri, 2008). Fakta di lapangan, pengajaran di
Indonesia hanya berpedoman pada sebuah kurikulum yang menuntut intelegensi
tinggi dan kebanyakan guru mempersiapkan siswanya hanya untuk memperoleh
nilai yang tinggi tanpa memperhatikan kondisi pemikiran internal (kognisi) yang
terjadi di dalam diri siswa terbangun ke arah yang lebih baik atau sebaliknya.
Masalah lain yang banyak terjadi dalam proses pembelajaran berdasarkan
pengalaman adalah seringkali siswa lupa tentang materi yang sudah dijelaskan
oleh guru selang beberapa waktu tertentu dan banyak konsep-konsep dari materi
ajar sulit untuk dipahami. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi
rendah.
Fenomena pembelajaran di sekolah selama ini sebagian besar siswa kurang
aktif berinteraksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, baik melalui
pertanyaan maupun mengajukan pendapat pada saat kegiatan proses pembelajaran
terjadi di kelas. Masalah proses pembelajaran biologi ini menurut Miranda (2010)
diduga antara lain erat kaitannya dengan kemampuan berpikir. Kemampuan
berpikir yang penting bagi siswa adalah kemampuan metakognitifnya, karena
siswa mengetahui belajar secara sadar.
Kemampuan berpikir kritis yang baik akan menunjang keberhasilan
belajar siswa. Corebima (2005) menyebutkan bahwa beberapa kajian telah
mengungkapkan adanya hubungan (bahkan pengaruh) antara kemampuan
penalaran formal dan prestasi belajar biologi siswa, termasuk keterampilan
laboratorium dan kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis mengaktifkan
kemampuan analisis dan evaluasi bukti, identifikasi, pertanyaan, kesimpulan
logis, memahami aplikasi argumen (Friedrichesen, 2001:562). Proses
3
pembelajaran diharapkan melatih siswa untuk berpikir kritis. Melalui berpikir
kritis, siswa akan dilatih untuk mengamati keadaan, memunculkan pertanyaan,
merumuskan hipotesis, melakukan observasi dan mengumpulkan data, lalu
memberikan kesimpulan. Berpikir kritis juga melatih siswa untuk berpikir logis
dan tidak menerima sesuatu dengan mudah. Menurut National Education
Association sebagai lembaga independen pemerintah Amerika yang bergerak di
bidang pendidikan, (2010:8) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis
penting untuk membantu siswa dalam mengembangkan bakatnya, melatih
konsentrasi dan memfokuskan permasalahan serta berpikir analitis.
Observasi pada proses pembelajaran Strategi Belajar Mengajar di Offering
C mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang pada akhir Agustus
hingga awal September 2015 secara umum sudah menerapkan pendekatan
saintifik Kurikulum 2013. Masalah belajar yang teramati sesuai hasil observasi
yaitu kemampuan berpikir mahasiswa kurang dikembangkan selama proses
pembelajaran dan dominansi mahasiswa yang menyampaikan argumen.
Kemampuan berpikir yang kurang dalam proses pembelajaran mengakibatkan
siswa menjadi pasif, tidak memiliki kemandirian serta kesadaran dalam belajar,
dan akhirnya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi rendah.
Berdasarkan fakta mengenai kurangnya berpikir kritis maka perlu
dilakukan inovasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang aktif yang sesuai
digunakan dalam pembelajaran SBM ini adalah pembelajaran yang berpusat pada
mahasiswa dan mahasiswa juga harus ikut terjun dengan maksimal dalam
pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat diajukan adalah dengan menerapkan
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan
4
berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
TPS memiliki prosedur yang secara eksplisit memberikan siswa lebih banyak
waktu untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Selain itu
model TPS ini relative sederhana, tidak menyita waktu dalam mengatur tempat
duduk dimana siswa dikelompokkan secara berpasangan sehingga dapat
mengaktifkan proses diskusi dalam pembelajaran kooperatif. Keaktifan siswa
dalam pembelajaran kooperatif dapat terjadi apabila siswa melibatkan diri mereka
dalam proses pembelajaran.
Salah satu upaya untuk mendukung proses pembelajaran di kelas agar
lebih bervariasi dan menarik untuk siswa selain ditunjang dengan model
pembelajaran dapat melakukan Lesson study. Menurut Susilo (2011:20) melalui
Lesson study guru dapat belajar dari pembelajaran yang kurang sempurna setelah
guru merancang, melaksanakan dan mendiskusikan pembelajaran yang telah
dilakukan. Potensi pengembangan Lesson Study dalam Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) menurut Widodo (2008) bahwa partisipasi dalam lesson study
bukanlah hanya bermanfaat bagi peserta didik namun juga bagi pengembangan
profesionalisme guru yang bersangkutan.
Berdasarkan paparan latar belakang masalah, maka dilakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Penerapan Think Pair Share Berbasis Lesson Study
untuk Meningkatkan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kelas SBM-C Mahasiswa
Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang”.
5
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan peningkatan berpikir kritis mahasiswa sebagai
dampak penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbasis Lesson
Study pada mahasiswa program studi biologi matakuliah strategi belajar
mengajar.
2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar kognitif mahasiswa sebagai
dampak penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbasis Lesson
Study pada mahasiswa program studi biologi matakuliah strategi belajar
mengajar.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. peneliti, penelitian ini diharapkan dapat berlatih untuk menjadi calon Dosen
yang lebih profesional sehingga menjadi lebih baik.
2. mahasiswa, melalui penelitian ini diharapkan berpikir kritis dan hasil belajar
mahasiswa meningkat.
3. Rekan dosen model, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mencari alternatif model pembelajaran untuk
menciptakan situasi yang kondusif dalam proses belajar mengajar sehingga
mutu pendidikan Biologi meningkat terutama seperti matakuliah strategi
belajar mengajar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi Dosen
6
model dalam memodifikasi kebiasaan mengajar dengan memperhatikan
psikologis mahasiswa.
4. lembaga, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan teori
pendidikan khususnya tentang model pembelajaran dan memberikan saran
dan masukan dalam rangka perbaikan pembelajaran
D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian menggunakan strategi think pair share berbasis lesson study.
2. Penelitian ini mengkaji berpikir kritis dan hasil belajar. Aspek berpikir kritis
dapat diukur dengan
3. Penelitian ini terbatas pada mata kuliah Strategi Belajar Mengajar (SBM)
untuk siklus I dan siklus II.
4. Subjek tindakan kelas adalah mahasiswa SBM-offering C semester 5, tahun
ajaran 2015/2016 yang berjumlah 16 orang.
E. Definisi Operasional
1. Think pair share Instrumen motivasi pada penelitian ini difokuskan pada
pengamatan
2. Lesson Study (LS)adalah suatu proses kolaboratif yang dilakukan suatu tim
mengajar dengan tahap plan, do dan see. Keterlaksanaan kegiatan LS inidiukur
dengan menggunakan lembar observasi dan lembar keterlaksanaan LS.
3. Kemampuan Berpikir Kritis diamati melalui pengamatan aspek-aspek
kemampuan berpikir kritis merupakan skor yang diperoleh siswa setelah
7
mengerjakan soal tes uraian yang mengacu pada indikator (1) kemampuan
merumuskan masalah, (2) memberikan argumen, (3) melakukan deduksi, (4)
melakukan induksi, (5) melakukan evaluasi, (6) memutuskan dan melaksanakan
tindakan. Keseluruhan aspek tersebut diamati dengan menggunakan lembar
observasi kemampuan berpikir kritis siswa dan juga tes tertulis.
4. Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah
mengalami aktivitas belajar (Chatrina, dkk. dalam Umiadari, 2011). Hasil belajar
kognitif siswa adalah hasil yang didapatkan setelah siswa menyelesaikan
pembelajaran dengan pendekatan kosntekstual dengan metode Think Pair Share
dan mengikuti evaluasi yang dilakukan dengan test tertulis dan assesmen kegiatan
siswa.