4. BAB I

8
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang dimulai sejak manusia itu ada. Dengan adanya pendidikan akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba- lomba memotivasi diri agar lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan terdiri dari pendidikan formal yang didapat dari suatu lembaga pembelajaran atau sekolah dan pendidikan non formal yang didapat dari kehidupan sehari- hari seperti sopan santun, sikap dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Majunya suatu negara tidak lepas dari pengaruh pendidikan. Makin tinggi kualitas pendidikannya makin maju negaranya. Pemerintah telah melakukan berbagai perubahan kebijakan dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya kebijakan terhadap kurikulum pendidikan. Mulai tahun ajaran 2013/2014, pemerintah mulai mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013 yang menekankan pada proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk

description

xdfcxg

Transcript of 4. BAB I

1

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang dimulai sejak manusia itu ada. Dengan adanya pendidikan akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba memotivasi diriagar lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan terdiri dari pendidikan formal yang didapat dari suatu lembaga pembelajaran atau sekolah dan pendidikan non formal yang didapat dari kehidupan sehari- hari seperti sopan santun, sikap dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Majunya suatu negara tidak lepas dari pengaruh pendidikan. Makin tinggi kualitas pendidikannya makin maju negaranya.Pemerintah telah melakukan berbagai perubahan kebijakan dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya kebijakan terhadap kurikulum pendidikan. Mulai tahun ajaran 2013/2014, pemerintah mulai mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013 yang menekankan pada proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mendorong peserta didik lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan sehingga peserta didik dapat menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Proses belajar dan mengajar dengan kurikulum 2013 melalui pendekatan saintifik lebih menitikberatkan kepada peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri dan guru hanya berperan sebagai fasilitator (Imas Kurniasih dan Berlin Sani, 2014).Pada kurikulum 2013, disarankan untuk menggunakan model pembelajaran yang dapat menuntun peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Model-model pembelajaran tersebut antara lain : Project Based Learning, Problem Based Learning, dan Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan), ada dua jenis pembelajaran penemuan yaitu pembelajaran penemuan murni (Free Discovery) dan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery). Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal, Guided Discovery Learning sangat diperlukan oleh peserta didik. Menurut Paul Eggen (2012) model pembelajaran temuan terbimbing adalah suatu model pembelajaran dimana guru memberi peserta didik contoh-contoh topik spesifik dan memandu peserta didik untuk memahami topik yang sedang dipelajari. Menurut Siadari (dalam Nupita, 2013) keuntungan dari model pembelajaran penemuan terbimbing, yaitu : (a) pengetahuan dapat bertahan lama, mudah diingat dan mudah diterapkan pada situasi baru, (b) meningkatkan penalaran, analisis dan keterampilan peserta didik memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain, (c) meningkatkan kreatifitas peserta didik untuk terus belajar dan tidak hanya menerima saja, (d) terampil dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah.

Djamarah (2010) menyatakan agar proses pembelajaran berjalan efektif, seorang guru harus mampu untuk membelajarkan siswa dan membuat siswa lebih aktif serta termotivasi dalam proses pembelajaran. Sebab setiap mata pelajaran yang diberikan di sekolah memberi andil dalam membangun pengetahuan dan keterampilan siswa yang diperlukannya kelak, tak terkecuali pelajaran kimia. Kimia merupakan bagian dari mata pelajaran ilmu pengetahuan alam yang dipelajari di SMA/MA/sederajat. Salah satu pokok bahasan kimia yang dipelajari di kelas XI MIA adalah laju reaksi. Pokok bahasan laju reaksi merupakan pokok bahasan yang bersifat teori, hitungan dan percobaan sehingga dibutuhkan pemahaman yang tinggi dalam menjawab pertanyaan terkait dengan pokok bahasan tersebut. Dengan menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing diharapkan peserta didik dapat mencapai keberhasilan yang ditandai dengan adanya ketuntasan dalam belajar. Belajar tuntas atau ketuntasan belajar dapat diartikan sebagai penguasaan penuh dalam materi pembelajaran yang dapat dibuktikan dengan hasil belajar yang baik, yakni pada materi pembelajaran laju reaksi. Untuk mengetahui ketuntasan belajar maka perlu dilakukan uji kompetensi dalam bentuk ulangan harian baik secara tertulis, lisan, maupun perbuatan, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.

Penelitian dengan penerapan model pembelajaran Guided Discovery telah dilakukan oleh Nastiti Sulistyowati (2012) pada mata pelajaran kimia di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Purworejo dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 81%. Khairiati Rawzis (2012) melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Guided Discovery pada siswa kelas XI IPA 2 di SMAN 12 Pekanbaru dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 80%. Hasil penelitian Muharram dan Jusniar (2012) menunjukkan model pembelajaran penemuan terbimbing efektif dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia pada pokok bahasan hidrokarbon di kelas X SMAN 3 Sangguminasa Makassar.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi di Kelas XI MAN 1 Pekanbaru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat mencapai ketuntasan belajar pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa pada pokok bahasan Laju Reaksi di Kelas XI MAN 1 Pekanbaru?

2. Jika terjadi pencapaian ketuntasan belajar, berapa besar persen pencapaian ketuntasan belajar siswa tersebut melalui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing pada pokok bahasan Laju Reaksi di Kelas XI MAN 1 Pekanbaru?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :1. Pencapaian ketuntasan belajar pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa dengan penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing pada pokok bahasan Laju Reaksi di Kelas XI MAN 1 Pekanbaru.

2. Persentase pencapaian ketuntasan belajar siswa pada pokok bahasan Laju Reaksi dengan penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing di kelas XI MAN 1 Pekanbaru.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yakni :

1. Hasil penelitian dapat meningkatkan perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan model-model pembelajaran disekolah untuk meningkatkan kualitas dan prestasi belajar peserta didik.2. Hasil penelitian bisa menjadi acuan bagi peneliti berikutnya yang tertarik dengan penyelesaian masalah ini.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan variabel-variabel dalam judul penelitian. Maka variabel yang perlu dijelaskan yaitu :1. Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran penemuan terbimbing pada pokok bahasan laju reaksi. Model pembelajaran Penemuan terbimbing merupakan suatu model pembelajaran dimana peserta didik diberikan contoh-contoh topik spesifik dan guru memandu/memberi petunjuk, arahan serta umpan balik untuk membimbing peserta didik dalam memahami topik tersebut. Adapun fase-fasenya adalah fase pendahuluan, fase terbuka, fase konvergen, fase penutup dan penerapan.2. Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketuntasan belajar peserta didik. Ketuntasan belajar peserta didik yang dimaksud adalah nilai minimum yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Penemuan terbimbing. Pembelajaran dikatakan tuntas apabila hasil yang diperoleh peserta didik telah mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Ketuntasan belajar di kurikulum 2013 mencakup 3 kompetensi, yaitu kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

1