4. Atribut Auditor

download 4. Atribut Auditor

of 2

description

ok

Transcript of 4. Atribut Auditor

1. Bicarakan hal ringan yang merupakan zona nyamannya. Zona nyaman seseorang pada umumnya adalah tempat tinggal, tempat bekerja, hobi, dan keluarga. Membicarakan zona nyaman seseorang akan membuat kawan komunikasi kita merasa dimengerti dan aman.2. Jagalah jarak nyaman bagi kawan komunikasi kita. Secara umum jarak kurang dari 1 meter adalah jarak intim, hanya individu yang dianggap sebagai teman yang bisa masuk zona ini. Jadi berusahalah mendekat, jika terlihat reaksi mundur dari kawan komunikasi kita, maka itu berarti kita telah memasuki batas zona intim, artinya itu bukan jarak nyaman bagi kawan komunikasi kita, jika kita dinilai bukan sebagai teman.3. Utamakan mendengar kawan komunikasi kita berbicara. Pahamilah kawan komunikasi kita dengan tulus dan terbuka. Menatap mata danmengangguk-angguk adalah cara kita mengkomunikasikan pengertian, sambutan, dan penghormatan.4. Berusahalah mencari persamaan. Keakraban lebih mudah terjalin jika terdapat banyak kesamaan antara komunikator dengan komunikan.

1) KOMUNIKASI ANTARA AUDITOR DENGAN AUDITAN

Komunikasi antara auditor dengan auditan adalah hal yang tidak bisa diabaikan, karena keberhasilan pelaksanaan audit memerlukan dukungan dan kerjasama dariauditan. Pengumpulan informasi terhambat jika auditan bersikap tertutup dan tidak mau bekerja sama. Komunikasi antara auditor dengan auditan juga perlu untuk mengurangi kesan keliru bahwa auditor adalah pihak yang mencari-cari kesalahan semata yang menjadi sumber terjadinya sikap tertutup, menghindar, atau menghambat dari auditan.

Agar terwujud komunikasi yang baik dengan auditan, setiap auditor perlu memerhatikan aturan perilaku auditor dalam interaksi dengan pihak auditan yangmeliputi:1. Menjaga penampilan sesuai dengan tugasnya sebagai auditor.a. Berpakaian rapi, sederhana, sopan sesuai dengan kelaziman;b. Gaya bicara yang wajar, tidak berbelit-belit dan menguasai pokok permasalahan;c. Rambut tersisir rapi;d. Nada suara yang wajar, sopan, dan tidak membentak-bentak;e. Cara duduk yang sopan. 2. Menjalin interaksi yang sehat dengan auditana. Berkomunikasi secara persuasif;b. Memperlakukan pihak auditan sebagai subyek, bukan obyek;c. Memahami kesibukan auditan dengan tetap menjaga kelancaran dan ketepatan pelaksanaan audit.3. Menciptakan iklim kerja yang sehat dengan auditana. Menjaga independensinya terhadap auditan dengan cara menolak melaksanakan penugasan audit terhadap auditan yang memiliki hubungan pribadi atau kekeluargaan, keuangan, dan hubungan lainnya dengan dirinya;b. Tidak memanfaatkan auditan sebagai sumber untuk memeroleh keuntungan pribadi;c. Mencari informasi atau data dengan tidak berbelit-belit atau mengada-ada; d. Menumbuhkan dan membina sikap positif.4. Menggalang kerja sama yang sehat dengan auditana. Tidak mencari informasi dari pihak yang tidak kompeten tentang masalah dan atau orang yang diaudit;b. Tidak membicarakan hal-hal negatif pihak auditan kepada pihak yang tidak berkepentingan;c. Saling memercayai, menghargai dan dapat bekerja sama dengan auditan sesuai dengan tujuan audit;d. Bersifat mendidik atau membina terhadap auditan dengan cara membantu, mendorong, dan membimbing bila ada permasalahan yang timbul dalam pekerjaannya dengan tidak merusak integritas dan obyektivitas dalam pelaksanaan audit;e. Tidak memberikan perintah yang sifatnya pribadi kepada auditan.