4-Annafs, Assirr. Arruh

11
1 An Nafs, As Ruh, dan As Sirr Andy Hadiyanto 1. Pendahuluan Tasawuf diartikan sebagai pengalaman mistik dan pengalaman spiritual. Ruang lingkupnya bersifat tersembunyi, hal-hal yang ghaib, yaitu Tuhan yang transenden sehingga amat jauh dari cerapan inderawi dan rasio manusia. Menurut E. Kant obyek tersebut berada di wilayah nomen, untuk membuka tabir dan memasuki wilayah tersebut seseorang harus mengutamakan rasa (zauq). Pengutamaan rasa membuat tasawuf bersifat sangat pribadi dan eksistensial. 1 Tasawuf merupakan tipe religi yang menekankan dan mengutamakan penghayatan akan Tuhan dalam suatu hubungan langsung dengan Nya. 2 Kebenaran yang diperoleh melalui tasawuf bukanlah kebenaran rasional empirik, melainkan kebenaran intuitif mistis. Intuisi tersebut menyusup ke dalam lubuk hati dan sulit diekspresikan dan diterangkan kepada orang lain dengan kata-kata biasa. Pengalaman tasawuf seringkali diungkapkan dengan bahasa simbolik puitis dengan mengeksplore peristilahan-peristilahan yang ada dalam al Qur’an. Dalam pemikiran tasawuf, hubungan langsung dengan Tuhan tidak dapat terjadi dengan eksploitasi rasio empirik belaka yang cenderung berpikir materialistik. Menurut doktrin tasawuf, hubungan dengan Tuhan tersebut terjadi melalui aktifitas ruhani. Seperti telah diketahui bersama, manusia adalah makhluk dua dimensi, dimensi jasmani dan dimensi ruhani. Sebagai makhluk jasmani manusia dilengkapi dengan potensi fisik, sedangkan sebagai makhluk ruhani manusia memiliki potensi aql , qolb, sirr, dan nafs. 3 Masing-masing komponen ruhani tadi mempunyai fungsinya sendiri-sendiri yang saling melengkapi menuju kesucian jiwa dan kesucian 1 A. Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme, (Jakarta: Rajawali Press, 2000), h.3 2 Ibid 3 Tim, Ensiklopedi Islam jilid 3 bab kasyf, (Jakarta: Ichtiar Van Hoeve, 1994), h.21

description

hbvj,vgjhg

Transcript of 4-Annafs, Assirr. Arruh

Page 1: 4-Annafs, Assirr. Arruh

1

An Nafs, As Ruh, dan As Sirr

Andy Hadiyanto

1. Pendahuluan

Tasawuf diartikan sebagai pengalaman mistik dan pengalaman spiritual.

Ruang lingkupnya bersifat tersembunyi, hal-hal yang ghaib, yaitu Tuhan yang

transenden sehingga amat jauh dari cerapan inderawi dan rasio manusia. Menurut E.

Kant obyek tersebut berada di wilayah nomen, untuk membuka tabir dan memasuki

wilayah tersebut seseorang harus mengutamakan rasa (zauq). Pengutamaan rasa

membuat tasawuf bersifat sangat pribadi dan eksistensial.1

Tasawuf merupakan tipe religi yang menekankan dan mengutamakan

penghayatan akan Tuhan dalam suatu hubungan langsung dengan Nya.2Kebenaran

yang diperoleh melalui tasawuf bukanlah kebenaran rasional empirik, melainkan

kebenaran intuitif mistis. Intuisi tersebut menyusup ke dalam lubuk hati dan sulit

diekspresikan dan diterangkan kepada orang lain dengan kata-kata biasa. Pengalaman

tasawuf seringkali diungkapkan dengan bahasa simbolik puitis dengan mengeksplore

peristilahan-peristilahan yang ada dalam al Qur’an.

Dalam pemikiran tasawuf, hubungan langsung dengan Tuhan tidak dapat

terjadi dengan eksploitasi rasio empirik belaka yang cenderung berpikir materialistik.

Menurut doktrin tasawuf, hubungan dengan Tuhan tersebut terjadi melalui aktifitas

ruhani. Seperti telah diketahui bersama, manusia adalah makhluk dua dimensi,

dimensi jasmani dan dimensi ruhani. Sebagai makhluk jasmani manusia dilengkapi

dengan potensi fisik, sedangkan sebagai makhluk ruhani manusia memiliki potensi

aql , qolb, sirr, dan nafs. 3 Masing-masing komponen ruhani tadi mempunyai

fungsinya sendiri-sendiri yang saling melengkapi menuju kesucian jiwa dan kesucian

1 A. Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme, (Jakarta: Rajawali Press, 2000), h.3

2 Ibid

3 Tim, Ensiklopedi Islam jilid 3 bab kasyf, (Jakarta: Ichtiar Van Hoeve, 1994), h.21

Page 2: 4-Annafs, Assirr. Arruh

2

ruhani, sehingga hijab yang menyelubungi hati nurani menjadi terbuka dan dapat

menangkap rahasia Ilahy4.

Secara sepintas, kata aql , qolb, sirr, dan nafs seringkali ditemukan dalam

ayat-ayat al Qur’an. Peristilahan-peristilahan tersebut seringkali dimaknai secara

tumpang-tindih, sehingga nampak seolah-olah sebagai sinonim.5 Di sisi lain, istilah-

istilah di atas seringkali diberi makna yang berbeda-beda sesuai dengan konteks

kemunculannya dalam sebuah ayat 6. Bahkan diduga bahwa istilah-istilah aql, qolb,

sirr,dan ruh dalam tasawuf telah mendapatkan eksplorasi makna sehingga

dimungkinkan adanya perbedaan dengan makna aslinya.

Atas dasar itu, makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemaknaan as

sirr, ar ruh, dan an nafs dalam perspektif tasawuf. Tulisan tentang ketiga terma di

atas diharapkan dapat memberikan gambaran tentang sejauh mana peranan ruh, sirr,

dan nafs untuk membentuk karakter dan kepribadian manusia.

2. Pembahasan

2.1. Makna Etimologis

An nafs dalam kamus Arab seringkali diberi pengertian yang sama dengan ruh

(jiwa), sebagaimana dipahami dari ayat: (ketika ruh dipertemukan

dengan jasad), namun dapat juga dimaknai sebagai pribadi manusia secara totalitas,

sebagaimana dipahami dari ayat: (saya tidak

membebaskan diri saya, seringkali nafsu mendorong diri untuk melakukan dosa). Di

samping itu, terdapat makna-makna lain, diantaranya: esensi/ hakekat sesuatu, tubuh

fisik (jasad), dan darah.7 Hans Wehr menuliskan kemungkinan makna nafs dalam

bahasa Inggris: soul, psyche, spirit, mind, human being, person, individual, essence,

4 Peristiwa tersingkapnya hijab tersebut dalam istilah tasawuf disebut dengan kasyf. Dalam peristiwa

kasyf manusia dapat menembus dunia materi menuju terbukanya hakekat. Kasyf hanya dapat dicapai

dengan daya upaya ruhani secara sungguh-sungguh dalam komunikasi yang terus-menerus dengan

rahasia alam ruhani dan alam Ilahy 5 Misalnya ruh dan nafs, aql dan qalb,

6 Misalnya ruh memiliki makna-makna: wahyu, Jibril, Isa, nafs, dll

7 Ibnu Manzhur, Op.Cit., h. 236

Page 3: 4-Annafs, Assirr. Arruh

3

nature, desire, personal identity, self.8 Nafs sebanding dengan jiwa yang dalam bahasa

Latin disebut anima dan dalam bahasa Yunani disebut psyche.

Dari uraian kebahasaan di atas, maka nafs dapat dimaknai sebagai esensi

personal baik yang bersifat kongkrit ataupun abstrak. Berbeda dengan ruh, nafs lebih

menyaran pada manusia seutuhnya (yang terdiri dari pikiran, jiwa, darah, dan badan).

Keseluruhan esensi manusiawi itulah yang membedakan karakter manusia satu

dengan lainnya. Karakter tersebut meliputi aspek fisik dan psikis.

Ar ruh secara bahasa memiliki beberapa kemungkinan makna, diantaranya:

(tiupan), (jiwa), (sesuatu yang menghidupkan),

(nafas), wahyu, nubuwah, Jibril, dan Isa AS.9 Dalam kamus berbahasa Inggris

ditemukan makna ruh sebagai berikut: breath of life, soul, spirit, gun barrel 10

. Kata

Ruh berdekatan maknanya dalam istilah Barat dengan spirit, atau aspek jiwa yang

bersifat non individual, yakni intellect atau nous11

. Al Qur’an menggunakan istilah

ruh untuk beberapa makna, diantaranya: 1) malaikat (Jibril) sebagaimana dipahami

dalam ayat: (hari ketika para malaikat dan Jibril berbaris di

hadapan Allah), 2) wahyu, seperti pada ayat: (demikianlah

Kami wahyukan kepadamu wahyu dari urusan Kami), dan sebagainya.

Dari keterangan di atas, maka Ruh secara bahasa dapat dimaknai sebagai

sesuatu yang menimbulkan gejala-gejala hidup. Al Qur’an, kenabian, Jibril, dan nabi

Isa pun disebut dengan ruh karena kesemuanya menyebabkan kehidupan budaya.

Dengan demikian ruh memiliki dua konotasi : 1) ruh biologis, pembangkit gejala

hidup organis biologis (fisika-kimia), dan 2) ruh budaya, pembangkit kehidupan

sosial budaya.

8 Hans Wehr, Op. Cit, h. 985

9 Ibn Manzhur, Lisan al Arab juz 2, (Beirut: Dar el Fikr, 1990), h.h. 459-460, lihat pula : Muhammad

bin Abi bakr Abd Al Qadir Ar Razy, Mukhtar As Shihah, (Beirut: Maktabah Lubnan, 1986), h.110 10

Hans Wehr, A Dictionary Of Modern written Arabic, (Beirut: Maktabah Lubnan, 1986), h. 365 11

Cyril Glasse, Op.Cit, h. 345

Page 4: 4-Annafs, Assirr. Arruh

4

As Sirr dimaknai sebagai rahasia (lawan keterusterangan), pembicaraan dalam

hati ( ).12

Hans Wehr mengungkapkan kemungkinan makna Sirr

adalah: secret, mind, heart, dan soul.13

Rahasia adalah sebuah hakekat yang

tersembunyi, ia tersembunyi dari cercapan panca indera, namun ada dalam eksistensi.

Sirr dengan demikian adalah sesuatu yang tersembunyi dalam diri manusia,

seperti pikiran, perasaan, dan jiwa. Sirr merupakan aspek jiwa yang paling dalam, ia

adalah pikiran, perasan bawah sadar yang dimiliki manusia.

Dari pembahasan bahasa di atas maka ketiga term di atas, maka an nafs

merupakan unsur yang lebih kongkrit dibandingkan ar ruh dan assirr. Sedangkan ruh

lebih kongkrit dibandingkan dengan sirr. Dengan demikian urutan dari kongkrit ke

abstrak adalah: nafs, ruh, dan sirr.

2.2. Makna Terminologis

1) An Nafs

Yang dimaksud dengan nafs adalah organ rohani manusia yang memiliki

pengaruh paling banyak dan paling besar di antara anggota rohani lainnya yang

mengeluarkan instruksi kepada anggota jasmani untuk melakukan suatu tindakan.

Dalam literatur Arab nafs diberi arti “jiwa kehidupan” atau “gairah dan hasrat

duniawi”.14

Amatullah Armstrong menulis bahwa nafs adalah dimensi manusia yang

berada diantara ruh yang merupakan cahaya dan jasmani yang merupakan kegelapan

15.

Dalam pandangan sufi, nafs adalah sifat jiwa yang berkaitan dengan keinginan

tubuh (mendorong syahwat), mulanya ia bersifat baik tetapi setelah bersatu dengan

jasmani yang bersifat materi ia menjadi dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh tubuh.

Ditinjau dari seberapa besar tingkat keterpengaruhannya dengan tubuh, maka nafs

12

Muh bin Abi Bakr ar Razy, Op.Cit., 124, lihat pula : Su’ad al Hakim, Al Mu’jam As Shufy, (Beirut:

Dandral, tt), h. 570 13

Hans Wehr, Op.Cit., 405 14

Ensiklopedi Islam, Op.Cit, h. 342 15

Amatullah Armstrong, Khazanah Istilah Sufi, (Bandung: Mizan,. 2001) , h.206

Page 5: 4-Annafs, Assirr. Arruh

5

dapat dikatagorikan ke dalam : 1) an naf al ammaroh bi assu’ yaitu sifat jiwa yang

cenderung kepada keburukan; 2) An nafs al lawwamah, yaitu nafsu yang telah

memiliki kemampuan memilah dan memilih antara yang baik dan yang tidak baik,

yang benar dan yang salah. Ia masih sering terpengaruh dengan dorongan tubuh yang

negatif, namun begitu ia terpeleset dalam kesalahan, maka ia akan segera menyesali

dan insaf; 3) an nafs al muthmainnah yaitu jiwa yang mampu meminimalisir

pengaruh tubuh, sehingga ia dapat menikmati kebahagiaan ruhani.

Al Ghazali memandang nafs sebagai sifat-sifat hamba yang buruk, perbuatan

dan akhlak yang tercela. Menurut Al Ghazali nafs adalah musuh yang paling

berbahaya, cobaan yang paling sulit, panyakit yang paling parah16

. Sifat-sifat buruk

tersebut terbagi dua, yaitu: 1) yang diperbuat, seperti kemaksiyatan dan pelanggaran,

2) akhlak yang hina, yang dibenci oleh dirinya karenanya si pemilik nafs tersebut

berusaha untuk mengalahkan dan melenyapkannya. Upaya pembersihan nafs

dilakukan melalui perjuangan spiritual terus menerus (mujahadah).17

Atas dasar itulah

As Sarraj membagi nafsu menjadi dua macam: 1) yang dilarang dengan pengharaman

atau pensucian, dan 2) akhlak yang rendah dan hina.

Nafs meliputi: kesombongan ( ), kemarahan ( ), kebencian ( ), iri

dengki ( ), tidak sabar dan bertahan ( ), dan sebagainya.18

Nafs yang

terburuk adalah anggapan bahwa sifat-sifat buruk adalah kebaikan dan berhak untuk

iberikan tempat hidup dal;am diri manusia.

Upaya untuk mengarahkan akhlak agar meninggalkan nafs dan

mengalahkannya lebih baik untuk mencapai kebaikan dibandingkan dengan menahan

lapar, haus, dan melek malam, dan perjuangan-perjuangan spiritual lainnya yang

mengakibatkan melemahnya kekuatan tubuh. Meskipun perjuangan tersebut termasuk

upaya meninggalkan nafs.

16

Abu Hamid Al Ghazali, Minhaj al Abidin ila Jannah Rab al Alamin, (Damaskus: As Sairwan, 1996),

h. 62 17

Abu Nashr as Sarraj at Thusy, Al Luma’, (Kairo: maktabah atsaqafah Ad Diniyah,tt), h.164 18

As Sarraj, Op.Cit., h. 164

Page 6: 4-Annafs, Assirr. Arruh

6

Nafs adalah isyarat halus (lathifah) dalam diri manusia, yang mendorong

manusia untuk berlaku negatif. Nafs merupakan tempat akhlak yang negatif, berbeda

dengan ruh yang merupakan tempat akhlak yang positif. Nafs dan ruh sama-sama

merupakan partikel halus, seperti malaikat dan syetan.

Dari uraian di atas, maka diketahui bahwa tasawuf lebih melihat nafs sebagai

fenomena bathiniah negatif. Nafs merupakan potensi negatif dalam diri manusia yang

harus dieliminir melalui perjuangan spiritual berkesinambungan.

2) Ar Ruh

Adalah hakikat dari manusia yang dengannya manusia dapat hidup dan

mengetahui segala sesuatu yang bersifat spiritual. Ia adalah zat murni yang tinggi,

hidup, dan hakekatnya berbeda dengan tubuh19

. Ruh adalah daya yang terdapat dalam

qolbu untuk mengetahui eksistensi Tuhan. Semua manusia memiliki ruh sebagai

potensi untuk mengetahui dan merasakan keberadaan Tuhan, namun tidak semua

manusia dapat memfungsionalkan potensi ruh tersebut.

Pengertian ruh menurut ahli hakekat berbeda dengan ahli sunnah (syari’ah).

Ahlu sunnah menganggap bahwa ruh adalah kehidupan, sedangkan ahlul hakekat

berpendapat bahwa ruh adalah essensi/ substansi ketuhanan yang diletakkan dalam

jasad.20

Ruh merupakan sumber kehidupan dan sumber moral yang baik. Ia

merupakan sesuatu yang halus, bersih, dan bebas dari pengaruh hawa nafsu21

.

Armstrong mendefinisikan ruh sebagai pusat yang di dalamnya manusia

tertarik dan kembali kepada sumbernya. Ruh berusaha menarik hati (qalb) kepada

Allah, sementara jiwa rendah (nafs) berupaya menjerembabkan hati. Ruh manusia

adalah ruh Allah yang telah ditiupkan dalam dirinya.22

Menurut Al Ghazali ruh ada dua macam: 1) ruh hayawani, yaitu substansi

halus yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Ruh inilah yang berpadu

dengan jism menjadi satu kesatuan yang disebut manusia, ia dapat meninggalkan

19

Ensiklopedi Islam, Op.Cit, h. 174 20

Al Qusyairy, Op.Cit., h. 450 21

Ensiklopedi Islam, Op.Cit, 22

Amatullah Armstrong, Op.Cit.,. h. 244

Page 7: 4-Annafs, Assirr. Arruh

7

badan sementara ketika manusia tidur, dan dapat meninggalkannya selamanya

sehingga terjadi kematian; 2) nafs natiqah, yaitu substansi halus dalam diri manusia

yang memungkinkannya untuk mengetahui hakekat23

.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruh adalah daya jiwa yang

terdapat dalam qolb yang berfungsi untuk mengarahkan manusia agar dapat

merasakan secara pasti keberadaan Tuhan seolah-olah ia melihat Nya. Kesadaran

akan keberadaan Tuhan tersebut mendorong hati untuk mencintai Tuhan.

3) As Sirr

Adalah isyarat halus yang ada dalam diri manusia seperti ruh dan nafs. Pada

prinsipnya, ia merupakan tempat “musyahadah ” seperti halnya ruh tempat

“mahabbah” dan qolb tempat “ma’rifah”.24

Ia merupakan substansi halus dan lembut

dari rahmat Allah, relung kesadaran paling dalam, tempat komunikasi rahasia antara

Tuhan dan hambaNya. Inilah tempat paling tersembunyi, dimana Allah

memanifestasikan rahasiaNya kepada diriNya sendiri.25

Sirr adalah ketersembunyian antara yang tiada dan ada. Ia adalah apa yang

diketahui Tuhan tetapi tidak diketahui makhluk. Sirr makhluk adalah apa yang

diketahui tuhan tanpa perantara. Rahasia Tuhan adalah sesuatu yang hanya diketahui

Tuhan.26

Sirr lebih halus dari ruh, dan ruh lebih halus dari qalb.

Menurut para imam sufi as sirr hanya dimiliki oleh para wali dan orang-orang

yang telah mencapai ma’rifah Allah. Dalam qalb mereka telah terdapat rahasia-

rahasia ketuhanan dan hakekat rabbani yang harus dirahasiakan dari orang-orang

awwam, agar mereka tidak salah paham.27

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa as sirr adalah potensi yang

dimiliki manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan Tuhan. Sirr

terdapat di dalam ruh, dan ruh terdapat di dalam qolb. Dengan qolb manusia dapat

23

lihat: Ensiklopedi Islam, Op.Cit; Al Qusyairi, Op.Cit, h.450 24

Op.Cit., 25

Amatullah Armstrong, Op.Cit., h.265 26

Abu Al Qasim Abd al Karim ibn Hawazin al Qusyairi, Ar Risalah al Qusyairiyah, ( Damaskus:

Maktabah al ilm al hadits, tt), h. 430 27

As Sarrraj, Op.Cit., h.165

Page 8: 4-Annafs, Assirr. Arruh

8

menpunyai daya rasa yang bersifat ruhani, yaitu 1) yang bersifat moral, seperti kasih

sayang, dan 2) yang bersifat spiritual, seperti mengenal Tuhan. Qolb memiliki

beberapa daya diantaranya: ruh dan sirr. Sirr merupakan pusat spiritual yang di

dalamnya petunjuk Ilahy dialami.28

3. Kesimpulan

Manusia memiliki tiga unsur utama dalam kehidupan ruhaninya yaitu : An

nafs (potensi ruhaniah negatif), ruh (potensi ruhaniyah positif), dan sirr (potensi

ruhaniyah komunikasi ketuhanan).

An nafs, ar ruh, dan as sirr adalah dimensi rohani dalam diri manusia.

Ketiganya mempunyai efek dalam perilakunya (akhlaknya).

Dominasi nafs akan mengakibatkan manusia menjadi melenceng dari garis

kebenaran, sebaliknya dominasi ruh menuntun manusia untuk konsisten dalam nilai-

nilai luhur dan positif.

Dominasi nafs membuat manusia semakin terjebak dalam kehidupan materi,

sebaliknya dominasi ruh mendorong manusia untuk semakin mencintai Tuhan,

sedangkan dominasi sirr membuat manusia dapat berkomunikasi dengan Tuhan.

Potensi nafs dapat diminimalisir dan potensi ruh dan sirr pun dapat

ditingkatkan kualitasnya, dengan melakukan perjuangan spiritual secara terus

menerus.

4. Daftar Bacaan

Abd Al Qadir Ar Razy, Muhammad bin Abi bakr, Mukhtar As Shihah, Beirut:

Maktabah Lubnan, 1986

Al Hakim, Su’adAl Mu’jam As Shufy, Beirut: Dandral, tt

Al Ghazali, Abu Hamid, Minhaj Al Abidin Ila Jannah Rob al Alamin,

Damaskus: As Sairwan, 1996

28

lihat: Cyril Glasse, Op.Cit dan Ensiklopedi Islam bab kasyf

Page 9: 4-Annafs, Assirr. Arruh

9

al Qusyairi, Abu Al Qasim Abd al Karim ibn Hawazin, Ar Risalah al

Qusyairiyah, Damaskus: Maktabah al ilm al hadits, tt

Armstrong, Amatullah, Khazanah Istilah Sufi, Bandung: Mizan,. 2001

At Thusy,Abu Nashr as Sarraj, Al Luma’, Kairo: maktabah atsaqafah Ad

Diniyah,tt

Ibn Manzhur, Lisan al Arab juz 2, Beirut: Dar el Fikr, 1990

Glasse, Cyril, Ensiklopedi Islam Ringkas, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1999

Madjid, Nurcholis, Ensiklopedi Islam jilid 3-4, Jakarta: Ichtiar Baru Van

Hoeve

Siregar, A. Rivay, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme, Jakarta:

Rajawali Press, 2000

Wehr, Hans, A Dictionary Of Modern written Arabic, Beirut: Maktabah

Lubnan, 1986

Page 10: 4-Annafs, Assirr. Arruh

10

AN NAFS, AR RUH, DAN AS SIRR

Tugas Akhir Mata Kuliah Studi Naskah Tasawuf

Oleh:

Andy Hadiyanto

NIM. 04.3.00.1.06.01.0040

Dosen Pengampu:

Dr.A. Wahib Mu’ti, M.A

Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab

Program Pasca Sarjana (S3)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta 2004

Page 11: 4-Annafs, Assirr. Arruh

11