4 Adab Berbicara Dan Mendengar

download 4 Adab Berbicara Dan Mendengar

of 7

Transcript of 4 Adab Berbicara Dan Mendengar

  • 7/23/2019 4 Adab Berbicara Dan Mendengar

    1/7

    I. TUJUAN UMUM

    1.

    Melakukun proses pensucian jiwa peningkatan akhlak dan prilaku dan memiliki

    kebiasaan yang islami pada individu dan masyarakaatnya.

    2.

    Mampu mengontrol diri dengan kebebasan yang dimiliki dan menjauhi diri dari

    sikap berlebihan, serta tidak mengumbar hawa nafsu hanya karena dirinya.3.

    Meningkatkan kemampuan menerapkan hukum islam dan arahannya pada diri

    seorang muslim

    4. Mendidik pribadi muslim memilki rasa tangggungjawab yang besar serta kasih

    sayang kepada manusia, memperhatikan secara adil konsep berinteraksi dengan

    manusia, menghormati harta secara umum dan khusus pola hidup ekonomis dan

    mengembangkan harta serta menjaganya.

    5. Mendidik pribadi muslim dalam melawan tradisi asing yang kering dari

    semangat islam pada dirinya keluarga dan masyarakat.

    II. Tujuan Teori (cognitive)

    Mempunyai kepekaan dalam mendengar.

    b. Mempunyai kemampuan dalam berbicara.

    c. Memahami bahwa dalam mendengar dan berbicara ada adab dan tatacaranya dalam

    Islam.

    d. Memahami bahwa mendengar berarti menghargai pembicaraan orang lain.

    e. Menyadari bahwa berbicara berarti menghargai perasaan orang lain.III. Tujuan Afektif dan Psikomotorik (Praktik)

    1.

    Termotivasi untuk meraih amanah

    2. Selalu bermuhasabah untuk meningkatkan kualitas amanah

    3.

    Menjaga diri dengan prilaku terpuji sebagai upaya untuk meraih amanah

    4. Meniti jalan menuju amanah

    IV. Pilihan Kegiatan

    Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah :

    1. Kegiatan Pembuka

    a. Mengkomunikasikan tujuan kajian amanah

    2. Kagiatan Inti:

    a. Kajian tentang amanah

    b. Berdikusi dan tanya jawab seputar tema kajian amanah ( lihat tujuan Kognitif, afektif danpsikomotor)

    c. Penekanan dari murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalam kajian tersebut

    3. Kegiatan Penutup:

    a. Tugas mandiri (kegiatan pendukung)

    b. Evaluasi

    V. Kegiatan-kegiatan Pendukung (Pilihan)

    1.

    Membaca wirid dari ayat-ayat al-Qur'an

    2. Berusaha menyiapkan note book untuk menyemangati prilaku terpuji

    3. Meluangkan waktu untuk mengingat bahwa Allah Maha mengetahui apa yang

    ada di dalam hati seseorang

    4. Memperbanyak ibadah sunnah,terutama puasa dan qiamullail5. Bermuhasabah setiap akan tidur

    6. memperbanyak membaca wirid-wirid matsur

    VI. Sarana-sarana Evaluasi dan Mutabaah

    1.

    Mempersiapkan soal-soal untuk didiskusikan sebegai penegasan bataspemahamannya dan komitmennya

  • 7/23/2019 4 Adab Berbicara Dan Mendengar

    2/7

    2. Mengumpulkan informasi tentang komitmen mutarobbi untuk selalu menjaga

    amanah baik pada ucapan, sikap maupun prilaku

    V. Tarbiyah Dzatiyah

    1. Menjelaskan definisi amanah

    2. Menjelaskan alaskeutamaan amanah

    3.

    Menjelaskan ruang lingkup amaanah4. Menjelaskan apa sajakah ganjaran bagi orang yang amanah

    5. Menjelaskan apa saja ganjaran bagi yang berkhianat

    VII. Maroji` Tarbiyah Dzatiyah

    1.

    Akhlak muslim Muhammad al-ghazali

    2. Nuzhatl Muttaqin Syarh Riyadussolihin Mustafa al-Banna

    3. As-suluk Al-Ijtimai Hasan Ayyub

    4. Ihyaa ulumuddin abu hamid alghazali

    5. Tazkiyatunnafs Ibnul Qoyyim Al Zauzi

    VIII. MUHTAWA

    ADAB BERBICARA DAN MENDENGAR

    (Buku 2 : Kode 2A05.15 I Hal. 58-59)

    1. TUJUAN INSTRUKSIONAL

    Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan:

    a.

    2. TITIK TEKAN MATERIMendengar dan berbicara adalah media komunikasi. Ada saatnya kita harus

    berbicara dan ada saatnya kita harus mendengar. Allah swt. menciptakan umat manusia

    dengan dua telinga dan satu mulut agar mereka lebih banyak mendengar daripada

    berbicara. Berbicaralah sedikit saja tetapi mengena, berkualitas, dan bermakna, daripada

    berbicara panjang lebar tidak jelas manfaatnya.

    Adab mendengar dan berbicara sangat penting untuk efisiensi dan efektifitas

    bermusyawarah dan berdiskusi. Dalam berdakwah, sebelum kita berbicara maka kita

    harus mendengar terlebih dahulu realitas dan masalah-masalah lapangan.

    Dalam realitanya, mendengar tidak harus dengan telinga, tetapi berarti melihat data

    dan memperhatikan keluh kesah serta saran orang lain. Pada akhirnya, ketrampilan

    mendengar dan berbicara sangat penting dalam berdakwah dan bergaul dengan orang

    lain.

    3. POKOK-POKOK MATERI1. Sifat-sifat Rasul saw dalam hal mendengar dan berbicara.

    2. Adab-adab mendengar.

    3. Adab-adab berbicara.

    4. Ketrampilan mendengar.

    5. Ketrampilan berbicara.

    4.MARAJI

    MamarratI, hal: 177.

  • 7/23/2019 4 Adab Berbicara Dan Mendengar

    3/7

    Fiqh Shirah

    Riyadush Shalihin

    Uraian Materi

    ADAB AT-TAHADDUTS WA AL-ISTIMA

    Pendahuluan

    Islam adalah diin al-adab, atau agama yang mengajarkan norma-norma luhur dan

    suci bagi umat manusia. Seorang mukmin yang menjadikan dirinya sebagai kendali diri

    dalam berbuat dan berbicara, akan menikmati saat-saat diamnya, sementara orang lain

    pun merasa sejuk berdekatan dengannya.

    Ketika ia berbicara, manisnya kata-kata yang keluar dari mulutnya membuat orang

    yang mendengarnya sadar dan terbimbing kepada kebaikan dan kebenaran. Demikian

    juga tatkala ia berbuat sesuatu, maka perbuatannya selalu baik, memberi manfaat, dan

    dapat menjadi keteladanan bagi yang lain. Mukmin seperti ini adalah mukmin yangmemiliki sifat-sifat yang dekat kepada Rasulullah saw. yang mulia, di mana diamnya

    adalah fikir, ucapannya adalah dzikir, dan amalnya adalah keteladanan.

    ADAB AT-TAHADDUTS

    1. Berbicara yang jelas, mudah difahami oleh setiap pendengar.

    Dari Aisyah ra. Berkata:

    .

    Adalah ucapan Rasulullah saw. selalu jelas maksudnya dan dipahami oleh setiaporang yang mendengarkannya.(HR. Abu Dawud dan Ahmad).

    Dari Aisyah ra. juga berkata: Bahwa Rasulullah saw, pernah berbicara, sekiranya

    ada yang menghitung ucapannya pasti terhitung. Dan dalam riwayat lain: Beliau tidak

    mengeluarkan ucapan sebagaimana kalian berbicara. (HR. Bukhari-Muslim).

    2. Berbicara dengan ungkapan yang simpel dan tidak mencari-cari bahasa yang

    tinggi, sehingga kalimat yang diucapkan tidak memiliki makna yang sulit atau tidak bisa

    dimengerti.

    Khalil bin Ahmad -rahimahullah- pernah ditanya suatu masalah, beliau tidak

    segera menjawab. Maka penanya berkata, Apakah pertanyaan ini tidak ada jawabannya

    dalam pandangan tadi? Beliau berkata, Anda sebenarnya telah mengetahui masalah

    yang Anda tanyakan berikut jawabannya, tetapi saya ingin memberi jawaban yang lebih

    mudah lagi Anda pahami.

    3. Tidak diulang-ulang kecuali untuk memberikan tekanan makna, karena Sebaik-

    baik ucapan adalah yang singkat dan membawa arti, dan seburuk-buruk ucapan adalah

    yang panjang dan membosankan.

    Abdullah bin Masud ra., memberi nasehat kepada masyarakatnya setiap hari

    Kamis. Ada seseorang yang berkata, Wahai Abu Abdir Rahman, saya berharap engkau

    memberi nasehat kepada kami setiap hari. Beliau berkata, Ketahuilah, bahwa

    sesungguhnya yang menghalangiku untuk itu karena aku tidak suka membuat kalian

    bosan. Selanjutnya ia berkata,

  • 7/23/2019 4 Adab Berbicara Dan Mendengar

    4/7

    . Aku selalu memilih waktu untuk kalian dalam memberi nasehat, sebagaimana Nabi

    saw, memilih waktu untuk kami dalam memberi nasehat karena khawatir membuat

    jenuh atas kami. (Muttafaq alaih)Dari Ammar bin Yasir ra berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,

    .

    Sesungguhnya panjangnya shalat seseorang dan pendeknya khuthbah, merupakan

    bukti kemantapan pemahamannya. Maka panjangkan shalat dan pendekkan khutbah!

    (HR. Muslim)

    4. Ucapan harus bagus, tidak kotor dan munkar (jahat).

    Rasulullah saw, bersabda:

    . Setiap ucapan anak Adam mencelakannya, bukan menguntungkan, kecuali

    perintah untuk kebaikan, mencegah kemungkaran, dan dzikrullah.

    Agar ucapan kita selalu bagus dan menambah pahala kita dan tidak menambah

    dosa, maka kita harus menjaga hal-hal berikut:

    a. Setiap pembicaraan kita agar selalu membawa unsur perintah shadaqah, atau

    berbuat baik, atau perdamaian bagi manusia. Allah taala berfirman:

    Tiada kebaikan dalam banyak pertemuan mereka, kecuali orang yang

    memerintahakan shadaqah, atau kebaikan, atau perdamaian bagi manusia. Danbarangsiapa melakukan hal itu untuk mencari ridha Allah, maka niscaya Kami

    memberinya pahala yang besar.(Surat An Nisa: 114)

    b. Meninggalkan pembicaraan yang bukan kepentingan kita untuk

    membicarakannya.

    Rasulullah saw. bersabda,

    .

    Di antara bagusnya keislaman seseorang adalah, ia tinggalkan sesuatu yang tidak

    ia ada kepentingan dengannya.(HR.Turmudzi)

    c. Menjauhi ucapan yang sia-sia dan tidak bermanfaat.Allah berfirman, Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-

    orang yang dalam shalatnya selalu khusyu. Dan orang-orang yang dari hal yang tidak

    berguna mereka selalu bepaling.(Surat Al-Muminun: 1-3).

    Rasulullah saw. bersabda, Sungguh seorang hamba ketika mengucapkan suatu

    ucapan, tidak lain hanya untuk membuat orang lain tertawa, ia bisa jatuh di neraka

    lebih jauh antara langit dan bumi.(HR. Baihaqi)

    d. Menyebar-luaskan salam.

    Rasul saw bersabda,

    .

  • 7/23/2019 4 Adab Berbicara Dan Mendengar

    5/7

    Wahai manusia sebar-luaskan salam, sambunglah silaturrahim, berikan

    makanan, dan shalatlah malam ketika manusia tertidur niscaya kalian akan

    masuk surga dengan selamat. (HR Turmudzi)

    e. Menahan diri dari ucapan jahat yang tidak membawa kemaslahatan.

    Allah berfirman, Janganlah berdebat dengan Ahli Kitab kecuali dengan cara yng

    baik, kecuali dengan orang yang zhalim di antara mereka.(Al-Ankabut: 46)

    Dalam hadits Aisyah ra. dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda,

    Sesungguhnya sejahat-jahat manusia kedudukannya di sisi Allah pada hari Kiamat

    adalah orang yang ditinggalkan masyarakatnya karena menghindari ucapan jahatnya.

    (HR Bukhari)

    f. Bersabar dalam berdialog dengan orang-orang bodoh (jahil). Hal ini tidak berarti

    menerima kehinaan, akan tetapi bisa menahan diri di hadapan faktor-faktor yang

    memancing emosi dan mencegah diri dari marah, sukarela atau pun terpaksa.

    Allah swt. berfirman, Dan hamba-hamba Allah yang Maha Rahman mereka itu

    berjalan di muka bumi dengan rendah hati. Dan apabila diajak bicara oleh orang-orang

    yang bodoh (jahil) mereka berkata, selamat. (Al Furqan : 63)

    Dan Allah memerintahkan kepada Nabi Musa dan Harun as, Pergilah kalian

    kepada Firaun sesungguhnya dia itu melampaui batas. Maka katakanlah kepadanya

    perkataan yang lembut.

    Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa ketika Rasulullah saw. sedang duduk

    bersama para sahabatnya, ada seseorang mencaci Abu Bakar ra. dan menyakitinya, tetapi

    Abu Bakar tetap diam. Lalu ia menyakitinya yang kedua kali dan Abu Bakar pun tetap

    diam. Kemudian ia menyakitinya yang ketiga kali, maka Abu Bakar membela diri.

    Ketika itulah Rasulullah saw. bangkit meninggalkan majlis. Abu Bakar bertanya,

    Apakah engkau mendapati suatu dosa atas diriku, wahai Rasulullah?

    Rasulullah saw. menjawab,Ada malaikat turun dari langit mendustakan orang ituterhadap apa yang ia ucapkan kepadamu. Namun ketika kamu membela diri, setan pun

    datang, maka aku tidak mau duduk di sini ketika setan datang.(HR Abu Dawud).

    g. Menjauhi perdebatan, baik dalam kebenaran maupun dalam kebatilan, karena

    hal itu akan menimbulkan keinginan mencari menang dalam diri akhi, dan lebih suka

    berapologi daripada menampakkan kebenaran..

    Rasul saw bersabda,

    .Tidaklah suatu kaum tersesat setelah berpegang kepada kebenaran kecuali mereka

    diberi kegemaran berdebat.(HR Turmudzi).Ibnu Majah dan Ahmad). Rasul saw bersabda, Aku pemimpin sebuah rumah di

    dalam surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun dia yang benar. Dan

    aku pemimpin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta

    meskipun bercanda. Dan aku pemimpin sebuah rumah di puncak surga bagi orang yang

    akhlaknya baik. (HR Abu Dawud)

    h. Menjauhi tempat-tempat kejahatan. Yaitu tempat dilakukannya kemungkaran

    atau dibicarakan di dalamnya ucapan yang menghina atau melecehkan Allah, Rasul-Nya

    dan orang-orang yang beriman. Allah swt. berfirman,

    Dan apabila kamu melihat orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami

    maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan yang lain. Dan jika syetan

  • 7/23/2019 4 Adab Berbicara Dan Mendengar

    6/7

    menjadikan kamu lupa (akan larangan ini) maka janganlah kamu duduk bersama orang-

    orang yang zhalim sesudah teringat larangan itu.(Al-Anam: 68)

    Dan Allah swt. berfirman, Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela. (Al

    Humazah: 1)

    Rasulullah saw. bersabda,

    . Tidaklah pantas seorang mukmin pencaci maki, pelaknat, suka berkata keji, dan

    suka berkata jorok.

    Rasulullah saw. bersabda, Tidak ada kata keji dalam sesuatu kecuali ia akan

    merusaknya. Dan tidaklah ada sifat malu dalam sesuatu melainkan ia akan

    menghiasinya. (HR Turmudzi).

    ADABUL ISTIMA

    1. Diam dan mendengarkan sehingga ucapan tidak bercampur baur dan sulit

    dipahami.

    Allah berfirman,

    Dan apabila dibacakan Al Quran maka dengarkanlah baik-baik dan

    perhatikanlah dengan tenang agar kalian mendapatkan rahmat. (Al-Araf : 204)

    Dari Jabir bin Abdullah ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda kepadanya

    di Haji Wada, Perintahkan manusia untuk tenang. Kemudian beliau bersabda,

    .Janganlah kalian kembali sesudahku menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian

    memenggal leher yang lain.(Muttafaq alaih)

    Dari Anas bin Malik ra., bahwa Rasulullah saw. memberi wasiat kepada Abu Dzarra. Beliau saw. bersabda,

    Hendaklah kamu berakhlaq mulia dan banyak diam, karena demi Dzat Yang

    jiwaku ada di tangan-Nya, tidak ada perhiasan bagi seluruh makhluk yang serupa

    dengan keduanya. (HR. Ibnu Abid Dunya, Bazzar, Thabrani, dan Abu Yala)

    Abdullah bin Masud ra, berkata, Demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya,

    tidak ada sesuatu di atas bumi yang lebih perlu untuk ditahan lama selain lidah.

    (Riwayat Turmudzi).

    2. Tidak memenggal ucapan orang lain karena tergesa-gesa atau ingin menguasai

    kendali forum. Sehingga keinginan Rasulullah saw untuk segera menghafal Quran,

    dilarang oleh Allah dalam firman-Nya:Dan jangalah kamu menggerakkan lidahmu untuk membaca Al Quran karena

    kamu hendak cepat-cepat menguasainya.(Al-Qiyamah: 16)

    3. Menghadapkan wajah kepada pembicara dan tidak berpaling darinya atau

    membuat orang lain berpaling darinya, selama dalam rangka taat kepada Allah,

    meskipun ucapan kurang membawa daya tarik ataupun bahasanya kurang indah dan

    kurang lancar.

    Rasulullah saw, bersabda:

    .

    Janganlah kamu meremehkan suatu kebajikan, meskipun sekedar wajah berseriketika engkau bertemu saudaramu.(HR. Muslim)

  • 7/23/2019 4 Adab Berbicara Dan Mendengar

    7/7

    4. Tidak menampakkan sikap berbeda karena ucapan saudara kita, meskipun kita

    sudah lebih tahu, selama pembicara tidak bersalah dalam berbicara.

    Rasulullah saw. pernah meminta Ibnu Masud ra. untuk membacakan Al-Quran

    kepadanya, maka ia menjawab, Aku membaca untuk Anda padahal ia turun kepada

    Anda? Beliau menjawab,Aku sungguh senang mendengar Al-Quran itu dari orang lain.

    Imam Ahmad bin Hambal pernah mendengarkan nasihat Al-Muhasibi, sampai

    beliau memperhatikannya dengan tenang dan akhirnya beliau menangis sampai basah

    jenggotnya.

    5. Tidak menampakkan kepada para hadirin bahwa kamu adalah orang yang lebih

    alim dibandingkan si pembicara, karena hal itu akan menyebabkan kamu bersikap

    sombong (takabbur).

    aRrbrbbR R. sluRsR,

    .

    Kesombongan adalah sikap angkuh kepada kebenaran dan meremehkan orang

    lain.