4. 4.1. - dewey.petra.ac.id · 4.1. Gambaran Umum Sasaran Penelitian PT Telekomunikasi Indonesia,...
Transcript of 4. 4.1. - dewey.petra.ac.id · 4.1. Gambaran Umum Sasaran Penelitian PT Telekomunikasi Indonesia,...
47
Universitas Kristen Petra
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Sasaran Penelitian
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Telkom Indonesia atau Telkom) adalah
perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan
telekomunikasi secara lengkap di Indonesia, yang mengklaim sebagai perusahaan
telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan jumlah pelanggan telepon tetap
sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 50 juta.
Telkom merupakan salah satu BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia (51,19%) dan oleh publik sebesar 48,81%, dimana sebagian
besar kepemilikan saham publik (45,58%) dimiliki oleh investor asing, dan
sisanya (3,23%) oleh investor dalam negeri. Telkom juga menjadi pemegang
saham mayoritas di 9 anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Selular
(Telkomsel). Presiden direktur Telkom saat ini adalah Alex Janangkih Sinaga yang
menggantikan Arief Yahya pada 19 Desember 2014.
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Periode 1856-1960
Pada tahun 1882, didirikan sebuah badan usaha swasta penyedia
layanan pos dan telegraf. Layanan komunikasi kemudian
dikonsolidasikan oleh Pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post
Telegraaf Telefoon (PTT). Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober 1856,
dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik pertama
yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg).
Periode 1961-1973
Pada tahun 1961, status jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT)
diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).
Kemudian pada tahun 1965, PN Postel dipecah menjadi Perusahaan
Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan Negara
Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).
48
Universitas Kristen Petra
Periode 1974-1990
Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi diubah namanya menjadi
Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang merupakan
penyelenggara jasa telekomunikasi baik dalam lingkup nasional maupun
internasional. Tahun 1980 seluruh saham PT Indonesian Satellite
Corporation, Tbk. (Indosat) diambil alih oleh pemerintah RI menjadi
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyelenggarakan jasa
telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel. Pada tahun 1989,
ditetapkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang telekomunikasi,
yang juga mengatur peran pihak swasta dalam penyelenggaraan
telekomunikasi.
Periode 1991-1994
Pada tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 1991.
Periode 1995-2009
Pada tanggal 14 November 1995 dilakukan Penawaran Umum
Perdana saham Telkom. Sejak itu saham Telkom tercatat dan
diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya
(BES), Bursa Saham New York (NYSE) dan Bursa Saham London
(LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan di Bursa
Saham Tokyo.
Tahun 1999 ditetapkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999
tentang Penghapusan Monopoli Penyelenggaraan Telekomunikasi.
Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia melakukan regulasi di
sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. Dengan
demikian, Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia.
Tahun 2001 Telkom membeli 35% saham Telkomsel dari PT
Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa
telekomunikasi di Indonesia yang ditandai dengan penghapusan
kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dan Indosat.
Sejak bulan Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan
telekomunikasi lokal.
Pada 23 Oktober 2009, Telkom meluncurkan "
("Telkom baru") yang ditandai de
Pada tahun 2009 momen bersejarah tersebut dijadikan sebagai patokan
hari lahir Telkom.
Restrukturisasi Internal Telkom
Untuk mengantisipasi era globalisasi, Telkom merombak tujuh
Divre (Divisi Regional) menjadi Witel
Perbedaan antara Divre dan Witel terletak pada wilayah teritorial serta
struktur organisasinya. Sebagai Divre, bisnis bidang utama dikelola oleh
tujuh Divisi Regional dan satu Divisi
menyelenggarakan
(Sumber: Arsip
4.1.2. Identitas Perusahaan
Gambar 4.1. Gedung Kantor Pusat Telkom Regional V Jatim, Bali, Nusra
Tabel 4
Nama
Alamat Kantor
Telepon
49
Universitas Kristen Petra
telekomunikasi lokal.
Pada 23 Oktober 2009, Telkom meluncurkan "
("Telkom baru") yang ditandai dengan penggantian identitas perusahaan.
Pada tahun 2009 momen bersejarah tersebut dijadikan sebagai patokan
hari lahir Telkom.
Restrukturisasi Internal Telkom
Untuk mengantisipasi era globalisasi, Telkom merombak tujuh
Divre (Divisi Regional) menjadi Witel (Wilayah Usaha Telekomunikasi).
Perbedaan antara Divre dan Witel terletak pada wilayah teritorial serta
struktur organisasinya. Sebagai Divre, bisnis bidang utama dikelola oleh
tujuh Divisi Regional dan satu Divisi Network. Sedangkan Witel
menyelenggarakan jasa telekomunikasi di wilayahnya masing
(Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017
Identitas Perusahaan
.1. Gedung Kantor Pusat Telkom Regional V Jatim, Bali, NusraSumber: Dok. Peneliti, 2016
Tabel 4.1. Profil Telkom Regional V Jatim, Bali, Nusra
PT Telekomunikasi Indonesia Regional V Jatim,
Bali, Nusra
Alamat Kantor Jl. Ketintang 156, Surabaya 60231
031 – 5450011
Universitas Kristen Petra
Pada 23 Oktober 2009, Telkom meluncurkan "New Telkom"
ngan penggantian identitas perusahaan.
Pada tahun 2009 momen bersejarah tersebut dijadikan sebagai patokan
Untuk mengantisipasi era globalisasi, Telkom merombak tujuh
(Wilayah Usaha Telekomunikasi).
Perbedaan antara Divre dan Witel terletak pada wilayah teritorial serta
struktur organisasinya. Sebagai Divre, bisnis bidang utama dikelola oleh
. Sedangkan Witel
jasa telekomunikasi di wilayahnya masing-masing.
Telkom Regional V, 2017)
.1. Gedung Kantor Pusat Telkom Regional V Jatim, Bali, Nusra
Profil Telkom Regional V Jatim, Bali, Nusra
PT Telekomunikasi Indonesia Regional V Jatim,
Jl. Ketintang 156, Surabaya 60231
Jenis Usaha
Motto Perusahaan
Portfolio Bisnis
Sumber: Company Profile
4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Misi
(Sumber: Company Profile
4.1.4. Gambar dan Arti
Gambar 4Sumber: Arsip
Berikut makna dari masing
Public Relations
a. Expertise
Makna dari lingkaran, sebagai simbol dari kelengkapan produk dan
layanan dalam
(Telecommunication, Information, Media & Edutainment, Services
b. Empowering
Makna dari tangan yang meraih ke luar, simbol ini mencerminkan
pertumbuhan dan ekspansi ke luar
50
Universitas Kristen Petra
Penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi
Perusahaan The Telkom Way – 3S (Solid, Speed, Smart
Bisnis T.I.M.E.S (Telecommunication, Information,
Media & Edutainment, Services)
Company Profile PT Telekomunikasi Indonesia, 2017diolah kembali)
Visi dan Misi Perusahaan
: Be The King of Digital in The Region
: Lead Indonesian Digital Innovation and Globalization
Company Profile PT Telekomunikasi Indonesia, 2017
Gambar dan Arti Logo Perusahaan
Gambar 4.2. Logo PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017
Berikut makna dari masing-masing unsur simbol dalam logo (Arsip
Public Relations Telkom Regional V, 2017):
Expertise
akna dari lingkaran, sebagai simbol dari kelengkapan produk dan
layanan dalam portfolio bisnis baru TELKOM yaitu TIMES
Telecommunication, Information, Media & Edutainment, Services
Empowering
akna dari tangan yang meraih ke luar, simbol ini mencerminkan
pertumbuhan dan ekspansi ke luar.
Universitas Kristen Petra
Penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi
Solid, Speed, Smart)
Telecommunication, Information,
)
T Telekomunikasi Indonesia, 2017 (telah
Lead Indonesian Digital Innovation and Globalization
T Telekomunikasi Indonesia, 2017)
.2. Logo PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Telkom Regional V, 2017
masing unsur simbol dalam logo (Arsip
akna dari lingkaran, sebagai simbol dari kelengkapan produk dan
bisnis baru TELKOM yaitu TIMES
Telecommunication, Information, Media & Edutainment, Services).
akna dari tangan yang meraih ke luar, simbol ini mencerminkan
c. Assured
Makna dari jemari tangan, simbol ini
perhatian, serta kepercayaan dan hubungan yang erat
d. Progressive
Makna dari
matahari terbit yang maknanya adalah perubahan dan awal yang
baru.
e. Heart
Makna dari telapak tangan y
menggapai masa depan
Berikut makna dari masing
logo (Arsip Public Relations
a. Merah
b. Putih
c. Hitam
d. Abu-abu
4.1.5. Gambar dan Filosofi
Gambar Sumber: Arsip
Tagline
positioning
Your Hand
51
Universitas Kristen Petra
Assured
akna dari jemari tangan, simbol ini memaknai sebuah kecermatan,
perhatian, serta kepercayaan dan hubungan yang erat
Progressive
akna dari kombinasi tangan dan lingkaran, sebagai simbol dari
matahari terbit yang maknanya adalah perubahan dan awal yang
akna dari telapak tangan yang mencerminkan kehidupan untuk
menggapai masa depan.
Berikut makna dari masing-masing unsur warna yang digunakan pada
Public Relations Telkom Regional V, 2017):
: berani, cinta, energi, ulet
Mencerminkan spirit Telkom untuk selalu op
berani dalam menghadapi tantangan dalam perusahaan.
: suci, damai, cahaya, bersatu
Mencerminkan spirit Telkom untuk memberikan yang
terbaik bagi bangsa.
: warna dasar
Melambangkan kemauan keras.
abu : warna transisi
Melambangkan teknologi.
Gambar dan Filosofi Tagline Perusahaan
Gambar 4.3. Tagline PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017
Tagline dapat pula dimanfaatkan untuk memperkenalkan
baru. Telkom Indonesia dengan tagline “The World is In
Your Hand”, menggantikan tagline “Commited
Universitas Kristen Petra
memaknai sebuah kecermatan,
perhatian, serta kepercayaan dan hubungan yang erat.
kombinasi tangan dan lingkaran, sebagai simbol dari
matahari terbit yang maknanya adalah perubahan dan awal yang
ang mencerminkan kehidupan untuk
masing unsur warna yang digunakan pada
Telkom untuk selalu optimis dan
berani dalam menghadapi tantangan dalam perusahaan.
Telkom untuk memberikan yang
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Telkom Regional V, 2017
dapat pula dimanfaatkan untuk memperkenalkan
The World is In
2U”, berusaha
52
Universitas Kristen Petra
memposisikan kembali citra dan budaya baru perusahaan serta
menandakan adanya transformasi yang fundamental dan menyeluruh.
Kehadiran tagline tersebut memberi kejelasan terhadap logo baru yang
mengambil simbol tangan dan bola dunia.
Tak terasa perusahaan sebesar PT Telekomunikasi Indonesia (PT
TELKOM) sudah berusia 153 tahun. Kesan birokrat terhadap perusahaan
plat merah ini sangat terasa hingga kini hingga membuat para petinggi
perusahaan menciptakan strategi dan aksi agar perusahaan ini selalu
berubah dan mampu beradaptasi terhadap segala perubahan yang ada
(makro). Salah satu strategi yang baru-baru ini direalisasikan adalah
perubahan Corporate Identity (baca: logo) yang diciptakan berdasarkan
strategi brand yang baru. Strategi ini mencakup perubahan “brand
positioning” dan “brand value” yang baru.
Ternyata banyak hal yang mendasari perubahan ini. Sebagai
perusahaan besar yang bergerak dalam layanan IT, semua orang sudah
tahu bahwa perkembangan industri, teknologi dan service berbasis IT
sangat cepat dan dinamis. Banyak perubahan yang sudah dilakukan oleh
perusahaan ini sebelum corporate identity berubah. Diantaranya adalah
transformasi bisnis melalui penguatan bisnis inti (Fixed Wireline, Fixed
Wireless Access dan penajaman portfolio bisnis); transformasi sistem dan
model operasi melalui peningkatan kompetensi dan menumbuhkan
layanan baru (new wave) seperti layanan berbasis broadband, enterprise,
IT services, dan melakukan ekspansi bisnis media dan edutainment. Di
bidang teknologi TELKOM juga sudah melakukan transformasi besar-
besaran dengan membangun jaringan berbasis teknologi NGN dengan
konsep yang dikenal dengan nama INSYNC2014. Transformasi
organisasi dan sumber daya manusia juga dilakukan demi pencapaian
sasaran organisasi yang semakin adaptif.
Perubahan-perubahan di atas masih bersifat internal dan tidak dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat atau stakeholders. Maka dari itu
maka perubahan budaya dan strategi brand ikut menentukan hasil dari
transformasi perusahaan yang sudah dilaksanakan sejak 5 tahun silam ini.
53
Universitas Kristen Petra
Logo baru TELKOM mencerminkan brand positioning “Life
Confident” dimana keahlian dan dedikasi akan diberikan bagi semua
pelanggan untuk mendukung kehidupan mereka dimanapun mereka
berada. Brand positioning ini didukung oleh “service culture” baru yaitu:
expertise, empowering, assured, progressive dan heart. Sekilas logo
bulat dengan siluet tangan terkesan simpel. Simplifikasi logo ini terdiri
dari lingkaran yang ada di depan tangan berwarna merah. Logo ini
merupakan cerminan dari “brand value” baru yang selanjutnya disebut
dengan “Life in Touch” dan diperkuat dengan tagline baru pengganti
“Committed 2U” yakni “the world is in your hand”.
(Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017)
4.1.6. Layanan Telekomunikasi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Telkom menyediakan jasa telepon tetap kabel (fixed wireline), jasa
telepon tetap nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (mobile service),
data/internet serta jasa multimedia lainnya (Arsip Public Relations Telkom
Regional V, 2017).
4.1.6.1. Layanan Telepon
a. Telepon tetap (PSTN), layanan telepon tetap yang pernah
menjadi monopoli Telkom di Indonesia
b. TelkomFlexi, layanan telepon fixed wireless CDMA
4.1.6.2. Layanan Data/Internet
a. TelkomNet Instan, layanan akses internet dial up
b. TelkomNet Astinet, layanan akses internet berlangganan
dengan fokus perusahaan
c. IndiHome, layanan Triple Play yang terdiri dari Internet
Fiber atau High Speed Internet (internet cepat),
Interactive TV (UseeTV) dan Phone (telepon rumah)
d. e-Business (i-deal, i-manage, i-Settle, i-Xchange,
TELKOMWeb Kiostron, TELKOMWeb Plazatron)
e. Solusi Enterprise – INFONET
f. TELKOMLink DINAccess
54
Universitas Kristen Petra
g. TELKOMLink VPN IP, layanan komunikasi data any to
any connection berbasis IP MPLS
h. TELKOMNet Whole Sale (VPN Dial), Layanan akses
dial up ke intranet suatu perusahaan yang dilakukan
secara remote dan mobile melalui jaringan data berbasis
TCP IP (MPLS/tunneling) pada TELKOMNet
i. TELKOM ISDN, jaringan digital yang menyediakan
layanan telekomunikasi multimedia, merupakan
pengembangan dari sistem telepon yang telah terintegrasi
4.1.6.3. Layanan Satelit
a. TELKOMSatelit (Sewa Transponder)
b. TELKOMVSAT (VSAT)
(Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017)
55
Universitas Kristen Petra
4.1.7. Struktur Organisasi PT Telekomunikasi Indonesia Regional V
Jatim, Bali, Nusra
Bagan 4.1. Struktur Organisasi Telkom Regional V Jatim, Bali, Nusra
Sumber: Arsip Human Resource (HR) Telkom Regional V, 2017
Berdasarkan bagan struktur organisasi Telkom Regional V diatas,
56
Universitas Kristen Petra
Departemen Public Relations berada di bawah pertanggungjawaban Senior
Manager (SM) General Affair. Selain membawahi Departemen Public Relations,
SM General Affair juga membawahi empat bagian lainnya, yaitu Logistic &
Procurement, Asset & Facility Management, Legal & Regulatory Affair, serta
Security & Safety. Departemen Public Relations sendiri dikepalai oleh Manager
Sekdiv & Public Relations, yaitu Ivone Andayani.
Sehubungan dengan belum adanya staf yang menjabat, Ivone Andayani
menjalankan semua tanggung jawab PR seorang diri. Dalam menjalankan semua
tanggung jawabnya itu, beliau terkadang juga dibantu oleh staf-staf officer
communication Witel Surabaya, serta mahasiswa yang sedang menjalani Praktik
Kerja Lapangan (PKL) atau magang di bagian PR pada saat itu. Rutinitas harian
yang dilakukan oleh bagian PR adalah menjalin hubungan dengan stakeholders
(pemangku kepentingan) internal maupun eksternal dari Telkom Regional V
Jatim, Bali, Nusra.
Secara khusus dalam hubungannya dengan pelanggan, PR menjalankan
kegiatan complain handling, dan pelaksanaan kegiatan ini pengerjaannya dibantu
oleh salah satu officer communication Witel Surabaya yaitu Mochammad
Solichin. Apabila ada pelanggan yang menyampaikan keluhan, pertanyaan, dan
hal-hal lainnya baik melalui media massa cetak maupun elektronik dan juga
online, Moch. Solichin bertugas untuk langsung menanganinya atau
menyampaikan keluhan dan pertanyaan tersebut kepada pihak perusahaan yang
sekiranya berwenang untuk menangani hal terkait. Selanjutnya ia juga harus
merekapitulasi seluruh komplain atau keluhan yang pernah diterima dan
melaporkannya ke pihak manajemen Telkom Regional V, untuk menjadi bahan
evaluasi kinerja Telkom Regional V secara keseluruhan. Kemudian, ada juga
kegiatan customer education yang dijalankan. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengedukasi pelanggan mengenai produk dan juga layanan Telkom. Customer
education terealisasi melalui aktivitas-aktivitas seperti kunjungan dari pelajar atau
mahasiswa ke kantor Telkom Regional V, bisa juga melalui kunjungan dari pihak
Telkom Regional V sendiri yang diwakilkan oleh EVP atau GM beserta PR
Telkom Regional V ke media untuk membicarakan mengenai produk dan layanan
Telkom seperti IndiHome.
57
Universitas Kristen Petra
Dalam hubungannya dengan media atau pers, Ivone Andayani selaku PR
Telkom Regional V biasanya rutin mengirimkan siaran pers (press release)
kepada para awak media dan melakukan konferensi pers (press conference).
Apabila Telkom akan menyelenggarakan suatu event, PR membuatkan press
release yang kemudian akan dikirimkan beberapa hari sebelum event
dilaksanakan, untuk memberi informasi awal kepada pihak media dan sekaligus
mengundang mereka untuk meliput event tersebut. Tepat pada hari pelaksanaan
event, baik sebelum maupun setelah event berjalan, PR juga akan membuka
sebuah konferensi pers untuk memberi kesempatan pada media yang ingin
memperoleh informasi lebih detail mengenai event dari pihak Telkom yang
kredibel.
Selain itu, berdasarkan job description bagian Public Relations secara
formal, PR juga bertanggung jawab untuk meliput dan mendokumentasikan
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Telkom, terutama pada lingkup
internal Telkom Regional V sendiri, dan memasukkan olahan hasil liputan
tersebut yang berupa berita tertulis ke dalam portal internal Telkom
(portal.telkom.co.id) maupun video berita ke dalam situs video internal Telkom
yang biasa disebut Telkom Tube (ttube.telkom.co.id), agar bisa dibaca, dilihat,
dan diketahui oleh para karyawan Telkom lainnya. Dalam hal ini, Ivone Andayani
seringkali dibantu oleh salah satu officer communication yaitu Slamet Tri
Wahyudi atau oleh mahasiswa yang sedang magang di bagian PR saat itu.
58
Universitas Kristen Petra
4.1.8. Gambaran Umum Program “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016
“BUMN Hadir untuk Negeri” adalah sebuah program sosial yang
dirancang oleh Kementerian BUMN, yang bertujuan untuk menciptakan kondisi
dan mendorong agar BUMN di Indonesia dapat memberikan sumbangan yang
terbaik bagi negeri dan rakyat Indonesia. Program ini adalah program sosial
tingkat nasional pertama yang melibatkan dan mensinergikan semua BUMN di
seluruh Indonesia (www.swa.co.id, diakses 19 September 2016).
Dilaksanakan secara serentak di 34 provinsi di seluruh tanah air, “BUMN
Hadir untuk Negeri” sesungguhnya adalah perwujudan praktis dari Gerakan
Nasional "Ayo Kerja" yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada
peringatan 70 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 2015 lalu.
Berdasarkan kesuksesan pelaksanaan program tersebut di tahun 2015 dan
besarnya harapan masyarakat akan partisipasi BUMN, Rini Soemarno, Menteri
BUMN RI, dalam dalam acara Anugerah BUMN Hadir untuk Negeri di Bandung
19 Februari 2016 lalu mengatakan bahwa program tersebut akan dilaksanakan
secara berkala setiap tahun oleh Kementerian BUMN. Tahun 2016 ini adalah
tahun kedua pelaksanaan program “BUMN Hadir untuk Negeri”, dengan
rangkaian sub-program yang berbeda namun tetap dengan tujuan yang sama.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing sub-program dalam “BUMN Hadir
untuk Negeri” tahun 2016.
4.1.8.1. Pembinaan Mantan Narapidana
Pada kegiatan ini, BUMN memberikan pelatihan terkait
pengembangan keahlian, memberikan modal kerja dan bantuan peralatan
kerja, sekaligus melakukan pendampingan usaha selama enam bulan
terhadap para narapidana usia produktif yang telah selesai menjalani
masa tahanan atau keluar dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) mulai
bulan Agustus 2016. Pelatihan ini diharapkan dapat menjadi bekal untuk
mereka berwirausaha setelah masa tahanan berakhir.
Program ini dinilai sangat bagus bagi mantan narapidana untuk
dapat meningkatkan ketrampilan/skill mereka dalam mendapatkan
pekerjaan atau berwirausaha sehingga menghasilkan pendapatan dan
dapat mengurangi tingkat pengangguran.
59
Universitas Kristen Petra
Kegiatan pembinaan ini bertujuan untuk menyiapkan para
mantan narapidana agar bisa berintegrasi secara sehat dengan masyarakat,
sehingga bisa berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas
dan bertanggung jawab. Beberapa kriteria narapidana yang berhak
mendapat pembinaan dan pelatihan antara lain adalah mereka yang
bukan merupakan narapidana teroris, pemerkosa, pengedar narkoba,
tindak pidana korupsi, dan tidak termasuk dalam kategori narapidana
yang mendapatkan hukuman berat. Narapidana yang bebas karena
mendapat remisi pada saat HUT RI ke-71 juga berhak menjadi peserta
kegiatan pembinaan dan pelatihan ini. Seleksi nama-nama narapidana
yang dapat mengikuti kegiatan dilakukan oleh BUMN dengan
berkoordinasi bersama Pemerintah Daerah (Pemda) setempat.
Setelah menjalankan program pelatihan dan pembinaan
wirausaha, para mantan narapidana ini akan diberikan bantuan modal
usaha dan diwajibkan merealisasikan program kewirausahaan sesuai
dengan konsep yang dimiliki masing-masing peserta. BUMN yang
bertanggung jawab akan melakukan pengawasan dan mentoring selama
maksimal enam bulan untuk memantau apakah para peserta mampu
menjadi wirausaha mandiri setelah pelaksanaan pelatihan wirausaha ini.
Hal ini merupakan bentuk indikator keberhasilan program Pelatihan
Wirausaha “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016.
4.1.8.2. Penyediaan Sarana Air Bersih
Terdapat 96 lokasi di seluruh Indonesia yang masuk dalam
program penyediaan sarana air bersih. Kondisi desa yang mendapat
bantuan penyediaan air bersih oleh BUMN umumnya merupakan desa-
desa terpencil yang lokasinya berada di tempat-tempat yang jauh dari
sumber air bersih dan tidak memiliki saluran distribusi air sehingga
sering mengalami kesulitan air bersih.
Bantuan penyediaan air bersih antara lain dilakukan dengan
membangun sarana dan prasarana pengaliran, penampungan, dan
pengolahan air bersih, misalnya dengan menyediakan saluran distribusi
60
Universitas Kristen Petra
berupa pipa dari tandon-tandon/mata air ke perkampungan. Diharapkan
melalui bantuan ini, masyarakat tidak perlu lagi kesulitan mendapatkan
air bersih walaupun lokasi mereka jauh dari sumber mata air.
4.1.8.3. Penyediaan Sarana MCK
Bersamaan dengan penyediaan sarana air bersih, BUMN juga
membangun sarana mandi cuci kakus (MCK) sehat yang dapat
digunakan masyarakat setempat. Sarana MCK yang dibangun oleh
BUMN ini memiliki standardisasi yang sama, meliputi septic tank,
dinding, lantai dengan keramik, sanitasi (pipa, kran, toilet jongkok), serta
atap. Sarana MCK yang diberikan BUMN tentunya juga sudah lengkap
dengan penyediaan air bersih di dalamnya. Penyediaan sarana MCK ini
bertujuan untuk membantu warga yang selama ini kesulitan dalam urusan
MCK, yang kebanyakan hanya mengandalkan sumur yang berada di
hutan ataupun sungai.
4.1.8.4. Pembangunan Tempat Penitipan Anak
Tahun ini, BUMN juga mulai memikirkan pembangunan
tempat penitipan anak minimal di satu pasar tradisional di masing-
masing provinsi. Tempat penitipan anak itu bermanfaat bagi para
pedagang yang memiliki anak kecil, tetapi tidak bisa meninggalkan
kesibukannya berdagang di pasar tersebut, maupun bagi pengunjung
pasar yang kerepotan membawa anaknya saat berbelanja.
TPA yang dibangun BUMN rata-rata dilengkapi dengan
berbagai fasilitas, seperti tempat bermain, pustaka anak, sarana belajar
serta ruang menyusui. BUMN juga dapat mengajak PAUD setempat
untuk bekerjasama dalam proses belajar mengajar anak yang dititipkan.
Program tempat penitipan anak ini merupakan inisiasi Menteri
BUMN, yang pada saat kunjungan ke pasar-pasar di daerah, banyak
menjumpai pedagang yang membawa anak berusia balita ketika
melakukan aktivitas perdagangan, sehingga kurang mendapatkan
lingkungan yang layak untuk tumbuh kembang. Oleh karena itu agar
61
Universitas Kristen Petra
proses tumbuh kembang anak-anak tersebut dapat terjamin dengan baik
dan sekaligus mendapat pendidikan usia dini, Menteri BUMN meminta
komitmen BUMN untuk melaksanakan program Tempat Penitipan Anak
yang dikemas menjadi program unggulan kegiatan “BUMN Hadir Untuk
Negeri”. Tempat Penitipan Anak dibangun di 1 (satu) pasar di masing-
masing provinsi yang ditargetkan selesai pada bulan Desember 2016.
Selain itu, latar belakang pemberian bantuan tempat penitipan
anak ini juga dengan melihat kenyataan bahwa saat ini kaum ibu sudah
banyak yang bekerja di luar seperti di kantoran, pasar, dan lainnya,
sehingga pada saat bekerja terkadang harus turut membawa anaknya,
seperti di pasar banyak anak-anak yang ikut ibunya berjualan contohnya.
Oleh karena itulah, dengan adanya tempat penitipan anak, kaum ibu yang
bekerja dapat menitipkan anak mereka sehingga perkembangan anak
tetap bisa terjaga dan lingkungannya tetap baik.
4.1.8.5. Pembinaan Mantan Atlet Nasional
Salah satu sub-program baru yang diadakan dalam Program
“BUMN Hadir untuk Negeri” tahun 2016 ini adalah pembinaan mantan
atlet nasional di seluruh Indonesia yang pernah mendapatkan medali di
ajang kegiatan olahraga nasional. BUMN akan memberikan pelatihan
terkait pengembangan keahlian, memberikan modal kerja dan bantuan
peralatan pendukung kerja, sekaligus melakukan pendampingan usaha
selama enam bulan yang dimulai dari bulan Agustus 2016 hingga bulan
Februari 2017. Pelatihan ini diharapkan dapat menjadi bekal untuk
mereka berwirausaha ke depannya.
Kegiatan pembinaan ini merupakan bentuk apresiasi dari
BUMN kepada mantan atlet berprestasi yang pernah berlaga dalam ajang
nasional maupun internasional karena mereka telah memberikan dedikasi
yang tinggi dalam mengharumkan nama Indonesia.
Setelah menjalankan program pelatihan dan pembinaan
wirausaha, para mantan atlet ini akan diberikan bantuan modal usaha dan
diwajibkan merealisasikan program kewirausahaan sesuai dengan konsep
62
Universitas Kristen Petra
yang dimiliki mereka masing-masing. BUMN penyelenggara akan
mengawasi dan memandu mereka selama maksimal enam bulan untuk
memantau kemandirian para peserta dalam berwirausaha setelah
pelaksanaan pelatihan.
BUMN penyelenggara melakukan koordinasi dengan Dinas
Pemuda dan Olahraga (Dispora) di daerah setempat untuk menentukan
nama-nama mantan atlet nasional yang tidak memperoleh lapangan
pekerjaan yang layak dan berhak untuk menerima pembinaan ini.
Bantuan pembinaan kepada mantan atlet nasional ini dilaksanakan mulai
bulan Juli 2016.
4.1.8.6. Pembinaan Desa Terpencil, Perbatasan, dan Rawan
Konflik
Ketersediaan infrastruktur tidak lepas dari perhatian
Kementerian BUMN dan BUMN dalam memberikan sumbangsihnya
untuk negeri kali ini. Sebanyak 71 desa terpencil, daerah perbatasan
dan/atau rawan konflik di seluruh Indonesia termasuk dalam program
pembinaan desa untuk diberikan penyuluhan terkait pengembangan
keahlian warga desa terhadap potensi daerah dengan target warga desa
usia produktif.
BUMN penyelenggara melakukan koordinasi dengan
Pemerintah Daerah (Pemda) setempat untuk menentukan target desa
yang akan dibina mulai Juli 2016.
Diharapkan bahwa bantuan pembinaan yang diberikan ini
dapat menjadi ‘kail’ yang dipergunakan masyarakat untuk mendapatkan
‘ikan’ yang mereka butuhkan dan dapat menjadi sarana bagi mereka
untuk tumbuh dan berkembang, menjadi mandiri, tangguh, serta mampu
memberi manfaat bagi keluarganya maupun lingkungannya.
4.1.8.7. Elektrifikasi Rumah Tangga yang Belum Teraliri Listrik
Program Elektrifikasi Rumah Tangga dilaksanakan di 412
kabupaten di seluruh Indonesia. Penyediaan sambungan listrik ini
63
Universitas Kristen Petra
dilakukan melalui koordinasi dengan PT PLN untuk menyeleksi rumah-
rumah di daerah tersebut yang layak mendapat bantuan listrik dan secara
teknis memungkinkan untuk penarikan jaringan listriknya.
Bantuan akan diberikan kepada pemilik rumah yang tidak
mampu memasang listrik dan kepemilikan rumahnya tidak bermasalah.
BUMN penyelenggara akan menanggung biaya instalasi pemasangan
listrik, dan juga memberikan biaya bulanan dalam bentuk token listrik
selama setahun.
4.1.8.8. Jalan Sehat 5 Km
Kegiatan Jalan Sehat 5 Km ini merupakan salah satu dari
beberapa rangkaian program kegiatan “BUMN Hadir untuk Negeri” yang
diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan RI ke-71. Kegiatan ini diadakan serentak pada hari
Minggu, tanggal 14 Agustus 2016, dengan diikuti oleh ribuan orang
masyarakat setempat beserta dengan keluarga besar masing-masing
BUMN penyelenggara di daerah tersebut.
Selain jalan sehat, kegiatan ini juga dimeriahkan dengan
adanya pesta kuliner kaki lima gratis, pemberian door prize, serta hiburan
untuk para peserta. Hiburan-hiburan yang diberikan misalnya, di
sepanjang rute jalan sehat terdapat beberapa atraksi seperti penampilan
marching band, cosplay pejuang kemerdekaan Indonesia, pertunjukan
tari-tarian daerah, teatrikal perjuangan, dan lain-lain.
4.1.8.9. Pasar Murah
Kementerian BUMN dan BUMN juga menggelar Pasar Murah
dengan menjual 1.000 paket sembako murah yang hasil penjualannya
akan disumbangkan. Masing-masing paket bahan pokok murah berisi 10
kilogram beras, 2 liter minyak goreng, dan 2 kilogram gula pasir yang
seharusnya senilai Rp 150.000/paket itu dijual hanya dengan harga Rp
25.000/paket. Dalam proses pelaksanaannya, BUMN membagikan 1.000
lembar kupon kepada masyakarat kurang mampu di daerah setempat, dan
64
Universitas Kristen Petra
hanya mereka yang telah mendapatkan kupon tersebut yang dapat
membeli paket sembako murah yang disediakan. Uang hasil penjualan
pasar murah sebesar 25 juta rupiah langsung disumbangkan ke beberapa
rumah ibadah setempat.
4.1.8.10. BUMN Mengajar
BUMN sebagai salah satu komponen bangsa Indonesia,
berkewajiban untuk ikut menjadi bagian dari upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa. Melalui kegiatan BUMN Mengajar ini, Kementerian
BUMN dan BUMN ingin membangun pemahaman para pemangku
kepentingan (stakeholders) mengenai peran BUMN dalam turut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan kepada generasi
muda bangsa Indonesia. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan
kontribusi para Kepala Cabang BUMN terhadap kecerdasan kehidupan
bangsa. Karena itu, para Kepala Cabang di wilayah operasional BUMN
diminta mengajar di SMU/ SMK setempat, khususnya daerah perbatasan/
terpencil.
Pemilihan SMU/SMK tempat Kepala Cabang BUMN
mengajar dan waktu pelaksanaan kegiatan dikoordinasikan oleh BUMN
penyelenggara dengan Dinas Pendidikan Provinsi setempat. SMU/SMK
yang berada di wilayah perbatasan dengan negara lain mendapat prioritas
sebagai lokasi pelaksanaan program BUMN Mengajar.
4.1.8.11. Bedah Rumah Veteran
Kementerian BUMN bersama BUMN juga memberikan
apresiasi kepada para veteran dengan program Bedah Rumah Veteran.
Sebagai warga negara Indonesia yang pernah bergabung dalam kesatuan
bersenjata resmi yang diakui oleh pemerintah serta berperan secara aktif
dalam pertempuran untuk membela dan mempertahankan kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, masih banyak para veteran yang
dihari tuanya mengalami kesulitan, khususnya belum memiliki tenpat
tinggal yang layak. Kegiatan Bedah Rumah Veteran merupakan bentuk
65
Universitas Kristen Petra
kontribusi nyata bagi para veteran sebagai bentuk ucapan terima kasih
atas jasa yang diberikan.
Tujuan kegiatan Bedah Rumah Veteran adalah meningkatkan
rasa penghargaan pada para pahlawan atas jasa-jasanya memperjuangkan
kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Sebanyak 1700 rumah veteran akan
diperbaiki oleh BUMN, meliputi penyediaan atap yang layak, lantai
keramik, MCK, pengecatan dinding, ventilasi yang layak, dapur, ruang
tidur, dan ruang tamu. Seleksi rumah-rumah veteran yang perlu menjadi
target pemberian bantuan bedah rumah ini dilakukan oleh BUMN
penyelenggara dan bekerjasama dengan ZENI-TNI atau TNI teritorial
setempat.
4.1.8.12. Siswa Mengenal Nusantara
Program pertukaran pelajar SMU yang dikenal dengan nama
Siswa Mengenal Nusantara (SMN) ini dilakukan pada minggu pertama
dan kedua bulan Agustus 2016. Melalui kegiatan SMN 2016,
Kementerian BUMN dan BUMN ingin membangun pemahaman para
pemangku kepentingan (stakeholders) mengenai peran BUMN dalam
turut serta membangun Kapasitas Nasional (National Capacity Building)
melalui generasi muda penerus bangsa. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
menanamkan rasa bangga sebagai bangsa yang memiliki keragaman
kekayaan Nusantara, melalui proses pertukaran informasi dan
kebudayaan.
Pada kegiatan SMN 2016 ini, BUMN penyelenggara
memberikan kesempatan kepada 20 Pelajar SMU/SMK/SLB kelas XI (2
orang di antaranya merupakan siswa yang menyandang disabilitas dan
bersekolah di SLB) pada setiap Provinsi, yang secara proporsional
mewakili Kota/Kabupaten pada setiap Provinsi tersebut. Peserta
kemudian dikirimkan ke daerah lain selama satu minggu pada bulan
Agustus tahun 2016, agar saling mengenal keanekaragaman budaya
maupun kekayaan alam Provinsi lain, melalui sistem seleksi berdasarkan
kriteria (persyaratan) yang telah ditetapkan. Selama dikirim ke Provinsi
66
Universitas Kristen Petra
tujuan, peserta dibagi menjadi 5 kelompok (1 kelompok terdiri dari 4
siswa) dan masing-masing kelompok tinggal bersama dengan keluarga
angkat yang merupakan warga asli daerah tersebut. Peserta juga akan
didampingi oleh Dinas Pendidikan Provinsi yang ditunjuk (1 orang),
Guru Teladan Tingkat Provinsi (2 orang) dan perwakilan BUMN
penyelenggara dari Provinsi asal peserta tersebut.
4.1.8.13. Kegiatan Lomba untuk Masyarakat
Perayaan HUT RI ke-71 juga diwarnai dengan kegiatan pesta
rakyat berupa berbagai perlombaan tradisional khas perayaan
Kemerdekaan Republik Indonesia di seluruh Nusantara. Lomba-lomba
yang diadakan antara lain seperti lomba panjat pinang, balap karung,
balap kelereng, balap bakiak, lomba gigit koin, tangkap belut, dan lain-
lain. Perlombaan peringatan HUT RI ke-71 dibuka untuk masyarakat
umum sehingga semua warga setempat bisa mengikutinya.
4.1.8.14. Upacara Peringatan HUT RI
Kegiatan upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-
71 merupakan acara puncak dari rangkaian program “BUMN Hadir
untuk Negeri” 2016. Masing-masing BUMN penyelenggara di setiap
Provinsi melaksanakan upacara peringatan ini pada hari Rabu, tanggal 17
Agustus 2016. Upacara ini dihadiri oleh Direksi BUMN penyelenggara
di masing-masing Provinsi, serta diikuti oleh perwakilan karyawan
masing-masing BUMN dan penerima bantuan program “BUMN Hadir
untuk Negeri” di Provinsi tersebut. Kemeriahan perayaan HUT RI ke-71
ditutup dengan acara hiburan serta lomba-lomba khas 17-an, yang diikuti
perwakilan seluruh BUMN di Provinsi tersebut dan masyarakat sekitar.
Melalui program “BUMN Hadir untuk Negeri”, Menteri BUMN
memiliki komitmen untuk menghadirkan BUMN di tengah masyarakat secara
langsung (www.okezone.com, diakses 19 September 2016). Rini M. Soemarno,
Menteri BUMN RI, mengatakan bahwa “BUMN Hadir untuk Negeri”
67
Universitas Kristen Petra
diselenggarakan dengan tujuan agar BUMN-BUMN dapat saling bersinergi di
tempat kerjanya dan bersama membina masyarakat dilingkungannya, serta
menjadi tanggung jawab bersama seluruh warga BUMN untuk ikut
menyejahterakan masyarakat disekitarnya.
Dengan sistem pelaksanaan serentak secara nasional oleh seluruh BUMN
di Indonesia, Kementerian BUMN menunjuk salah satu BUMN sebagai PIC atau
koordinator pelaksana program di setiap wilayah provinsi secara bergilir untuk
memastikan bahwa kegiatan “BUMN Hadir untuk Negeri” dapat terlaksana
dengan baik dan tepat sasaran. PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) di tahun
2016 ini ditunjuk sebagai BUMN koordinator pelaksana program di wilayah Jawa
Timur, bersama 5 BUMN pendamping lainnya antara lain PT Garam, PT SIER,
PT Petrokimia Gresik, Perum Jasa Tirta I, serta PT Boma Bisma Indra. Di tahun
2015 sebelumnya, Telkom ditunjuk sebagai BUMN ketua kegiatan untuk wilayah
Jawa Barat dengan PT Bhanda Ghara Reksa dan Perum Jasa Tirta II sebagai wakil
ketua (www.bumnhadiruntuknegeri.com, diakses 19 September 2016).
4.2. Profil Informan
4.2.1. Ivone Andayani
Ivone Andayani, begitu nama lengkap wanita kelahiran Blitar pada
tanggal 23 Oktober empat puluh lima tahun silam ini. Wanita berkulit sawo
matang, cantik, dan memakai sepatu berukuran 40 ini dulunya suka sekali
membaca. Namun karena sejak memasuki dunia kerja beliau sudah tak lagi
banyak memiliki waktu luang, kini hobinya berubah menjadi suka jalan-jalan,
terutama ke mall, apalagi travelling. Ketika ditanya, bagaimana mungkin dengan
segala kesibukan pekerjaannya saat ini ia bisa menjalankan hobi travelling-nya
itu, ternyata hobi tersebut memang justru muncul sejak beliau terjun dalam
pekerjaannya saat ini. Sebagai Manager Secretary & Public Relations PT
Telekomunikasi Indonesia Regional V, beliau merasa perlu untuk bisa datang
langsung ke daerah-daerah, utamanya daerah yang tercakup dalam wilayah
Telkom Regional V yaitu Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara. Sebenarnya untuk
mencari tahu mengenai daerah-daerah itu, bisa dengan mudah dilakukan lewat
internet. Namun dengan datang ke daerah-daerah tersebut, beliau merasa bisa
68
Universitas Kristen Petra
melihat langsung secara utuh dan tahu bagaimana cara untuk berkomunikasi
dengan penduduk setempat.
Jika ditanya tentang makanan, maka yang paling digemari oleh Ivone
adalah segala macam ikan. Dulu waktu masih sekolah, sang ibunda kerap
menyajikan ikan goreng sebagai menu makan siang maupun makan malam, entah
itu ikan layang atau ikan kembung. Bahkan hingga waktu sudah kuliah, segala
macam ikan yang digemari oleh Ivone pasti sudah tersedia di rumah sepulang
kuliah. Jadi, dari dulu sampai sekarang, ikan memang selalu jadi makanan favorit
beliau. Apalagi dengan meningkatnya ancaman penyakit kolesterol di masa-masa
sekarang ini, menurut beliau ikan adalah makanan yang paling aman.
Istri dari seorang suami ini memiliki dua orang anak, yang pertama anak
laki-laki, sudah berusia 20 tahun, dan saat ini sedang berkuliah di Universitas
Ciputra mengambil jurusan International Business Management (IBM). Anak
yang kedua adalah anak perempuan, saat ini berusia 10 tahun, dan bersekolah di
Sekolah Ciputra. Ivone dan kedua anaknya tinggal di Delta Regency Sidoarjo.
Biasanya, beliau berangkat dari rumah untuk ke kantor sekitar pukul 7 pagi,
dengan menempuh perjalanan melalui tol kurang lebih 30-45 menit. Waktu
perjalanan bisa lebih lama bila Ivone harus mengantarkan anaknya ke kampus
maupun ke sekolah terlebih dahulu. Namun sekarang kedua anaknya tinggal di
Apartemen Waterplace, yang lokasinya memang tidak jauh dari kampus maupun
sekolah mereka, agar mereka tidak perlu menempuh jarak jauh setiap hari. Hal itu
juga dilakukan dengan dasar pertimbangan bahwa jika ada kebutuhan yang perlu
dibeli, mereka tidak perlu bingung mencari ke tempat-tempat yang jauh, tapi
hanya perlu pergi ke mall yang ada dekat apartemen mereka, yaitu Supermall atau
Pakuwon Trade Center (PTC) atau Pakuwon Mall.
Dulu ketika masih kecil, Ivone bercita-cita ingin menjadi insinyur. Beliau
menyelesaikan pendidikan SMA-nya di kota Tulung Agung, kemudian
melanjutkan kuliahnya di kota Bandung, mengambil pendidikan sarjana di STT
Telkom (sekarang Telkom University) jurusan Teknik Elektro. Tidak berhenti
disitu, beliau kembali melanjutkan pendidikannya di Surabaya, mengambil
pendidikan master di MMT ITS jurusan Manajemen Teknologi. Sejak
memutuskan untuk mengambil pendidikan sarjana di STT Telkom, Ivone sudah
69
Universitas Kristen Petra
memiliki ikatan dinas dengan PT Telkom. Jadi begitu selesai kuliah, Ivone sudah
terikat kontrak kerja dengan PT Telkom dalam jangka waktu tertentu. Di Telkom,
hampir semua bagian pekerjaan pasti berhubungan dengan hal teknik, karena
produk-produk yang dijual adalah produk based on technology. Beragam layanan
yang disediakan pun juga berdasarkan teknologi, entah itu teknologi informasi
maupun telekomunikasi. Oleh karena itu, untuk pendidikan masternya, Ivone
mengambil jurusan Manajemen Teknologi, dengan tujuan agar bisa mempelajari
lebih dalam mengenai bagaimana cara memanajemen teknik atau teknologi itu.
Jurusan ini juga dianggap dapat menyambung pengetahuan yang sempat diperoleh
oleh beliau sebelumnya saat mengambil pendidikan sarjana Teknik Elektro di
STT Telkom.
Ivone memiliki perjalanan karir yang cukup panjang. Pertama kali masuk
bekerja di Telkom, tahun 1997, beliau ditempatkan sebagai Account Manager
bagian Pelanggan, yang melayani penjualan produk Telkom ke pelanggan-
pelanggan corporate. Kemudian beliau dialihkan ke bagian pelayanan pelanggan
ritel. Tak berselang waktu lama, beliau dialihkan ke bagian teknik jaringan
(network), perbaikan gangguan dan pasang baru. Setelah itu, beliau kembali
dialihkan, kali ini ke bagian Call Center. Sekitar tahun 2000, barulah Ivone
ditempatkan di unit Public Relations. Pertama beliau bertugas menjadi PR Officer
3, kemudian menjadi PR Officer 2, lalu PR Officer 1, dan barulah beliau
dipromosikan menjadi Public Relations Manager pada tahun 2016. Menurutnya,
untuk menjadi seorang Public Relations yang baik, idealnya orang tersebut sudah
pernah berada di bermacam-macam unit kerja lainnya sebelumnya. Dengan
demikian, ketika PR tersebut harus memberikan informasi ke publik mengenai
bagian tertentu dalam perusahaan, ia sudah mengerti seluk beluk bagian itu,
sehingga ia bisa melihat secara keseluruhan dan paham sepenuhnya (helicopter
view).
Sebagai seorang wanita karir, Ivone memiliki sebuah motto/motivasi
hidup, yaitu bahwa “hidup itu harus balance”. Bila hidup seseorang itu
seimbang/balance, maka ia pasti dapat menjalani hidup dan melangkah dengan
‘enak’. Namun bila tidak seimbang, bagian hidup yang tidak diberi porsi
seimbang tersebut pasti akan ‘berteriak’ dan akhirnya justru akan menyakiti diri
70
Universitas Kristen Petra
sendiri baik secara fisik maupun psikologis. Misalnya saja, dalam kehidupan
Ivone sebagai wanita karir atau wanita pekerja, Ivone memiliki aspek hidup dalam
pekerjaan, tetapi di sisi lain, Ivone juga memiliki suami dan anak-anak dalam
keluarga, selain itu Ivone pasti juga memiliki aspek kehidupan sosial. Semua
aspek itu tentunya harus berjalan dengan seimbang/balance, entah masing-masing
perlu diberi porsi berapa persen. Ivone tidak mungkin bisa meniadakan salah satu
aspek, karena hal itu akan menyebabkan terjadinya ketimpangan dan akhirnya
akan menyakiti dirinya sendiri secara fisik maupun psikologis.
4.2.2. Dadi Ahdyan Ardiwinata
Pria yang akrab dipanggil Dadi ini asli berasal dari Bandung. Lahir pada
13 Januari 1965, saat ini beliau bertempat tinggal di Puri Indah, Sidoarjo. Dadi
sudah stand by di kantor sejak pukul 06.30, karena dia selalu berangkat dari
rumahnya jam 6 tepat, dimana perjalanan ke kantor melalui tol hanya
membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit. Meskipun jam kerja kantor baru
dimulai pukul 8 pagi, sesampai di kantor beliau tetap langsung bekerja, tidak
menunggu jam kerja dimulai. Sungguh sebuah semangat kerja yang bagus dan
patut diteladani.
Berbicara tentang makanan kesukaan, ternyata beliau paling suka
makanan tradisional, khususnya makanan dari Bali, terutama seafood. Mungkin
bagi kebanyakan orang, pasti berpikir kalau makanan seafood itu cukup
berbahaya bagi kesehatan. Namun apabila beliau pergi makan, baik sedang sendiri
atau bersama keluarga, beliau sangat memperhatikan lokasi dan juga tempat
makannya, tidak makan di sembarang tempat, tapi memilih tempat yang cozy dan
nyaman, agar bisa menikmati hidangan dengan enak.
Pria yang sudah berusia 52 tahun ini memiliki seorang istri dengan dua
orang putra, yang sulung berusia 20 tahun, dan saat ini sedang kuliah semester 6
di Universitas Ciputra mengambil jurusan bisnis. Putranya yang kedua masih
berusia 18 tahun, bersekolah di Muhammadiyah Sidoarjo, kelas 3 SMA. Dalam
keluarganya, ia menerapkan prinsip bahwa bila anaknya sudah lulus SMA,
mereka harus belajar mandiri, harus keluar dari rumah. Itu sebabnya putra sulung
Dadi saat ini tinggal di kos dekat kampusnya.
71
Universitas Kristen Petra
Pria lulusan Universitas Padjadjaran (Unpad) jurusan Ekonomi ini
memiliki hobi membaca buku dan juga travelling. Beliau merasa perlu membaca
karena baginya, banyak pengetahuan yang perlu diketahui. Sedangkan hobi
travelling hanya ia gunakan sebagai penyeimbang saja, terutama dari padatnya
kesibukan sehari-hari. Beliau bahkan sudah pernah melakukan travelling sampai
keliling Indonesia. Dari hobinya membaca buku, buku bacaan favorit beliau
adalah buku-buku tentang psikologi. Apalagi dengan posisi beliau sebagai
Manager CDC Regional V saat ini, yang memang mengharuskan beliau untuk
berinteraksi dengan banyak orang, sehingga ia merasa perlu untuk mengetahui
bagaimana caranya mengendalikan orang lain, bagaimana cara mengerti diri
sendiri, dan bagaimana cara mengerti kemauan orang lain di masa yang akan
datang, untuk membantunya menjalankan pekerjaannya.
Selain mengambil jurusan Ekonomi untuk pendidikan sarjananya, Dadi
juga mempelajari dan mendalami pengetahuan marketing, bisnis, psikologi,
bahkan arsitektur. Ini semua dilatarbelakangi oleh motivasi hidup/motto beliau,
yaitu “jangan banyak mikir, tapi mikir banyak”. Kalau banyak mikir, justru
membuat orang itu menjadi stress, karena tidak ada action-nya. Apalagi banyak
mikir pada satu masalah, tidak bisa menemukan solusinya, akhirnya mikir itu
terus sampai stress. Beda dengan mikir banyak, kalau mikir banyak itu semua
dipikirkan, tapi bisa dapat solusi atau jalan keluarnya dari banyak membaca buku,
kemudian ambil tindakan (take action).
Dadi memiliki filosofi dalam bekerja, yaitu “apapun yang saya kerjakan,
saya senang mengerjakan apa yang orang lain tidak bisa, dan apa yang orang lain
tidak mau kerjakan”. Filosofi itu membuatnya berbeda dari yang lain, yang
menjadi nilai lebih dari yang beliau punya. Walaupun Dadi telah mendalami
berbagai macam ilmu, mulai dari ekonomi hingga arsitektur, ternyata pada
akhirnya Dadi lebih condong menyukai hal-hal yang berbau seni. Semua hal yang
beliau ketahui, itu akan jadi seni ketika dia berhadapan dengan lingkungan,
berhadapan dengan tipologi orang yang berbeda-beda, melihat bagaimana ia bisa
diterima di lingkungan tersebut. Jadi, ketika ia bisa diterima di lingkungan
tersebut, itu berarti bahwa ia telah berhasil menempatkan dirinya dengan seni.
Pertama kali pria bernama lengkap Dadi Ahdyan Ardiwinata ini masuk
72
Universitas Kristen Petra
ke dunia kerja, beliau ditempatkan di bidang keuangan, menjabat sebagai staf
keuangan. Kemudian beliau dialihkan menjadi Kepala Sie Marketing, lalu
dialihkan lagi menjadi Kepala urusan anggaran dan akuntansi. Dadi juga pernah
bekerja di bidang statistik, bahkan sempat menjabat sebagai Dosen (Tim expert)
di Telkom University yang mengajar bisnis, marketing dan Personal Quality
(PQ). Kemudian ia diberi posisi sebagai Manager Community Development
Center (CDC) Telkom Regional V Jatim, Bali, Nusra hingga saat ini.
Saat ditanya mengenai cita-cita, jawaban beliau sangatlah sederhana,
namun bermakna sangat dalam, yaitu “ingin damai”. Ternyata ini masih
berhubungan dengan motto hidup beliau, yaitu “mikir banyak”, jadi apapun
hasilnya, itu yang telah kita manage, sehingga apapun itu pasti yang terbaik.
Makna dari cita-cita beliau adalah bahwa beliau selalu menempatkan dirinya di
posisi di atas posisi beliau yang sekarang. Misalnya saat ini posisi beliau ada di
level manager, tapi beliau sudah memposisikan cara berpikirnya sebagai Senior
Manager. Entah nanti ke depannya apakah beliau akan mencapai posisi tersebut
atau tidak, beliau tidak memikirkannya, yang penting beliau merasa bahwa itulah
yang terbaik untuknya. Meskipun posisi itu belum tercapai, tetapi pola berpikir
dan tindakan beliau sudah seperti posisi itu, maka beliau akan merasa damai. Soal
nanti posisi yang dicita-citakan itu secara formal akan beliau dapatkan atau tidak,
tapi secara informal posisi itu sudah tercapai (cara bergaul, cara berpikir, cara
meng-update ilmu pengetahuan). Kalau mengejar cita-cita secara formal saja,
nanti justru akan terjerumus/terjebak di ‘banyak mikir’ itu tadi.
4.3. Setting Penelitian
4.3.1. Ivone Andayani
Ivone adalah wanita karir yang selalu menjalankan pekerjaan dan
tanggung jawabnya dengan sepenuh hati. Peneliti sudah mengenalnya sejak masa
Magang Kerja Nyata (MKN), dan dulunya peneliti merupakan salah satu
mahasiswa bimbingan beliau di unit Public Relations Telkom Regional V. Ivone
sangat ramah pada orang-orang di sekelilingnya, namun karena kesibukan dan
jadwalnya yang selalu padat, ia agak sulit untuk ditemui bila belum membuat janji
terlebih dahulu. Meski agak sulit untuk ditemui secara langsung, ia fleksibel untuk
73
Universitas Kristen Petra
dihubungi melalui telepon maupun melalui Whats App atau Telegram.
Tempat favoritnya untuk bertemu dengan tamu, maupun untuk
wawancara, adalah di ruangan kerjanya. Ruang kerjanya tidak begitu besar,
namun nyaman. Terdapat sebuah kursi kantor besar berwarna coklat tua yang bisa
diatur ketinggiannya, disertai dengan meja kayu besar yang penuh dengan barang.
Mulai dari komputer, peralatan tulis, laptop, alat rekam atau recorder, dan sisanya
dipenuhi oleh tumpukan berkas-berkas kerja. Di samping kursi dan meja kerjanya,
terdapat kulkas yang lengkap berisi kopi dan beragam makanan ringan. Di sisi
pojok ruangan kerjanya, terdapat sebuah lemari besar yang menempel pada
dinding, berisikan penuh oleh buku-buku dan peralatan kamera untuk
mendokumentasikan kegiatan kantor. Selain itu di depan mejanya juga terdapat
dua buah kursi kantor kecil dan dua buah sofa berwarna hijau pucat disertai
sebuah meja kaca kecil dengan sebuah pot putih berisikan setangkai bunga
berwarna kuning, yang biasanya digunakan sebagai tempat duduk untuk tamu-
tamu yang berkunjung ke ruangannya. Tepat di belakang kursi dan meja kerjanya,
terdapat jendela yang memperlihatkan kondisi kompleks kantor Telkom Regional
V.
Selama proses wawancara berlangsung, Ivone benar-benar
memperhatikan lawan bicaranya. Dia tidak berbicara dengan peneliti sambil
mengerjakan pekerjaan lainnya. Bahkan bila dia sedang berbicara serius,
handphone-nya yang bergetar pun tidak ia hiraukan. Ivone mengaku bukanlah tipe
orang yang mudah melakukan multitasking. Apabila ia sedang fokus mengerjakan
sesuatu, ia tidak bisa diganggu untuk hal lainnya. Oleh karena itulah, biasanya ia
akan menolak untuk diwawancara maupun ditanya-tanyai secara mendadak ketika
ia sedang mengerjakan hal lainnya, karena ia tidak akan bisa fokus terhadap lawan
bicaranya.
Selain itu, ketika peneliti menanyakan satu pertanyaan, ia akan
menjawab dengan panjang namun terkadang tidak runtut, karena seringkali
jawaban itu akan diselingi dengan cerita-cerita pengalamannya sehingga
terkadang peneliti harus mengulang inti pertanyaan karena belum sepenuhnya
terjawab. Apabila ada pertanyaan-pertanyaan yang menurutnya membutuhkan
jawaban detail, dan ia merasa belum siap untuk menjawab, ia akan menyarankan
74
Universitas Kristen Petra
peneliti untuk menanyakannya melalui email, agar jawaban yang ia berikan bisa
lengkap dan detail.
Waktu yang biasa dipilih Ivone untuk melakukan wawancara dengan
peneliti adalah pada pagi hari, karena di pagi hari biasanya jadwalnya bisa sedikit
longgar. Setiap kali peneliti mampir ke kantor Telkom Regional V, peneliti tidak
akan segan untuk langsung pergi ke lantai 3, dimana ruangan Ivone berada,
meskipun pada saat itu peneliti tidak ada keperluan untuk bertemu dengannya.
Tak jarang, apabila saat itu peneliti sedang mampir ke kantor, dan Ivone memiliki
waktu senggang, Ivone akan mengajak peneliti untuk menemaninya makan siang
bersama, baik itu di kantor maupun di luar kantor. Durasi waktu wawancara yang
biasa dilakukan peneliti dengan Ivone rata-rata terbilang cukup lama, karena ia
adalah tipe orang yang suka bercerita, sehingga di sela-sela jawaban yang ia
berikan, seringkali selalu disertai dengan cerita-cerita pengalamannya
sebelumnya.
4.3.2. Dadi Ahdyan Ardiwinata
Sama halnya dengan Ivone Andayani, Dadi juga adalah pria pekerja
keras yang selalu menjalankan pekerjaan dan tanggung jawabnya dengan sepenuh
hati. Peneliti juga sudah mengenalnya sejak masa Magang Kerja Nyata (MKN).
Ruangan kerja Dadi berada di lantai 1 dan sangat besar, karena di dalam ruangan
tersebut ia berbagi tempat dengan karyawan-karyawan lain dalam unitnya, yaitu
Community Development Center (CDC) Area 5, dan juga dengan karyawan unit
lain seperti unit Business, Government and Regional Enterprise Service (BGES).
Dadi adalah orang yang sangat ramah, sabar, bijaksana, dan suka berbagi
ilmu maupun value-value kehidupan yang ia pelajari selama ini. Ia selalu bisa
ditemui sekalipun sibuk. Ia juga selalu bersedia meluangkan waktunya bagi
peneliti untuk mengobrol maupun untuk diwawancara. Tempat favoritnya untuk
melakukan wawancara adalah di sofa besar di ruangan itu, yang ada di dekat
tempat kerjanya.
Meja kerjanya sangat tertata rapi dan bersih, biasanya di atas mejanya
hanya terdapat sebuah laptop, gelas minum, beberapa alat tulis, dan handphone-
nya. Di samping meja kerjanya, semua berkas dan dokumen-dokumen kerja
75
Universitas Kristen Petra
tersusun rapi di dalam rak dan sebuah lemari kayu kecil. Posisi tempat kerjanya
berada dekat dengan tempat kerja para staf unitnya yang lain, sehingga lebih
mudah untuk berdiskusi dan mengobrol bersama mereka di sela-sela waktu
senggang.
Selama proses wawancara, Dadi termasuk tipe orang yang sangat
memperhatikan lawan berbicaranya. Kecuali bila memang dia sedang sibuk, ia
bahkan akan meminta maaf terlebih dahulu kepada peneliti apabila ia harus
berbicara dengan peneliti sambil mengerjakan pekerjaannya. Namun meskipun
sambil mengerjakan pekerjaan lain pun, Dadi benar-benar tetap memperhatikan
apa yang dibicarakan oleh peneliti. Ketika peneliti menanyakan satu pertanyaan,
jawaban Dadi selalu to the point, runtut, dan sangat jelas. Tidak jarang juga
pertanyaan peneliti yang selanjutnya sudah terjawab di pertanyaan yang
sebelumnya. Dadi juga sering menyelipkan value-value kehidupan dalam
jawaban-jawabannya.
Waktu yang dipilih Dadi untuk melakukan wawancara biasanya adalah
pada pagi hari, namun pernah suatu waktu peneliti mampir ke ruangannya pada
siang hari untuk membuat janji wawancara, Dadi langsung bersedia untuk
diwawancara saat itu juga. Selain wawancara secara tatap muka, ia juga tidak
pernah keberatan untuk menjawab apabila peneliti bertanya melalui Telegram jika
masih ada informasi yang belum jelas. Durasi wawancara yang peneliti lakukan
dengan Dadi biasanya cukup singkat, karena jawaban yang ia berikan selalu to the
point dan tidak pernah bertele-tele, sehingga tidak menghabiskan banyak waktu.
4.4. Temuan Data
Data yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini didapat dari hasil
melakukan wawancara mendalam dengan dua orang narasumber utama sebagai
unit analisis, disertai dengan hasil dari observasi yang dilakukan peneliti selama
penelitian ini berlangsung. Berikut peneliti akan menjabarkan seluruh data yang
ditemukan, terkait dengan strategi komunikasi yang dilakukan Public Relations
(PR) Telkom Regional V Jatim, Bali, Nusra dalam Program CSR “BUMN Hadir
untuk Negeri” tahun 2016.
76
Universitas Kristen Petra
4.4.1. Penetapan Tujuan dan Komunitas sebagai Dasar Pelaksanaan
Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) oleh Telkom
Regional V Jatim, Bali, Nusra
Perusahaan yang berstatus sebagai Perseroan Terbatas, menurut
peraturan, diwajibkan untuk menjalankan apa yang disebut Tanggung Jawab
Sosial, atau yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (“CSR”).
Sebagai warga korporat (corporate citizen), Perseroan tidak terlepas dari
kewajiban tersebut, termasuk PT Telkom Indonesia. Untuk menjalankan
kewajiban ini, PT Telkom telah merumuskan sebuah pedoman kebijakan dan
operasional, yakni peraturan Direksi No. PD.701.00/1.00/PR.000/COP-
A3000000/2014 tanggal 14 Oktober 2014 tentang Pengelolaan Telkom Corporate
Social Responsibility (Telkom CSR). Telkom CSR berdasarkan pada Good
Corporate Governance (GCG) dan Good Corporate Citizenship (GCC) yang
berprinsip pada apa yang secara umum dikenal dengan TARIF (Transparancy,
Accountability, Responsibilty, Independency, and Fairness) (Laporan Tahunan
Telkom Indonesia 2015, p.300-301).
“Telkom itu selain sebagai BUMN, Telkom juga sebagai perusahaan publik. Dia punya yang namanya etika bisnis salah satunya Good Corporate Governance (GCG) dan Good Corporate Citizenship (GCC). Nah kalau Good Corporate Citizenship salah satunya adalah perusahaan itu harus menjalankan program-program yang terkait dengan citizenship ke masyarakat. Itulah program CSR. Jadi itu yang melandasi awal, karena kalau aku bilang ya itu adalah latar belakangnya. Good Corporate Citizenship, dan Telkom menyelenggarakan program CSR itu sebagai bagian dari Good Corporate Citizenship Telkom.” (Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017)
Dalam Laporan Tahunan Telkom Indonesia tahun 2015 lalu, disebutkan
bahwa tujuan Telkom CSR adalah untuk mendukung keberlangsungan bisnis
Telkom dengan melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan di bidang
ekonomi, sosial, dan lingkungan yang melibatkan karyawan Telkom Group dan
masyarakat berlandaskan pada tiga pilar utama (triple bottom line), yaitu planet,
people dan profit. Planet atau aspek lingkungan, berarti perusahaan ikut
mempertimbangkan dan menjaga kelestarian alam dan lingkungan dalam setiap
kegiatan operasional perusahaan. People atau aspek sosial, berarti perusahaan
menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang andal dalam melakukan
77
Universitas Kristen Petra
pemberdayaan masyarakat melalui community development. Profit atau aspek
ekonomi, berarti perusahaan tidak hanya mengejar profit namun diharapkan juga
memberdayakan ekonomi masyarakat di lingkungannya (Laporan Tahunan
Telkom Indonesia 2015, p.301).
“Gini, kita kembali ke yang paling basic dulu aja kan. Jadi fungsinya perusahaan itu ada dua, satu, fungsinya mencari laba atau keuntungan ya, dengan semua perusahaan begitu, tapi di sisi lain kita punya tanggung jawab moral. Tanggung jawab moral itu dibentuk, dalam hal ini dalam organisasi itu CDC, dimana disini itu kita bertanggung jawab terhadap pertumbuhan ekonomi, artinya perekonomian kerakyatan yah, yang kedua kehidupan sosial, yang ketiga lingkungan. CDC itu fungsinya ada disana. Ekonomi, sosial, lingkungan. Nah tujuan perusahaan itu ada dua ini, jadi selalu laba itu juga kan jadi salah satu memang, ini kan dibentuk bukan main-main, karena di perusahaan itu dibentuk satu level di bawah direksi. CDC itu SGM CDC, salah satunya itu. Jadi bagaimana perusahaan care terhadap masyarakat dalam bentuk ekonomi, sosial, lingkungan. Kalo tujuan dasarnya itu sebetulnya lebih ke mensinergikan tujuan yang tadi sosial, ekonomi, sama lingkungan, ...” (Ardiwinata, wawancara tanggal 4 April 2017)
Telkom meraih Predikat Sangat Baik dalam Pengelolaan GCG pada
Indonesia Good Corporate Governance Award II 2016 dari Economic
Review & Sinergi Daya Prima (Laporan Tahunan Telkom Indonesia 2016, p.59).
Telkom juga meraih MOST TRUSTED COMPANY based on Corporate
Governance Perception Index dengan Score 91,18 (Laporan Tahunan Telkom
Indonesia 2016, p.59).
Karakteristik komunitas yang disasar oleh Telkom Regional V dalam
pelaksanaan CSR-nya ada bermacam-macam. Bila untuk program CSR PKBL,
karakteristik komunitas yang disasar terbagi menjadi dua. Untuk program
kemitraan, yang disasar adalah komunitas terutama masyarakat yang memiliki
usaha sendiri, dan mandiri dengan usahanya itu. Kemandirian tersebut dibuktikan
dengan fakta bahwa mereka telah memiliki usaha tersebut minimal selama 1
tahun. Komunitas-komunitas masyarakat ini biasa disebut sebagai komunitas
UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah).
“Ya ada 2 sasaran, yang pertama program kemitraan, yang kedua bina lingkungan. Yang program kemitraan itu disasar ini terutama masyarakat yang sudah punya keinginan untuk mandiri dengan usahanya. Dibuktikan dengan bahwa dia telah mempunyai usaha minimal 1 tahun. Ini
78
Universitas Kristen Petra
yang untuk program kemitraannya. Kemudian ini tentunya komunitasnya komunitas disini, UMKM.” (Ardiwinata, wawancara tanggal 4 April 2017)
Sementara untuk program bina lingkungan, yang disasar adalah
komunitas-komunitas masyarakat yang memang secara sosial perlu dibantu, atau
bisa dikatakan sebagai masyarakat kurang beruntung. Bantuan yang diberikan bisa
berupa charity, maupun berupa pemberian fasilitas-fasilitas yang memang
dibutuhkan oleh komunitas tersebut.
“Yang bina lingkungan macem-macem, komunitas yang disasar. Komunitas dari sisi misalnya sisi sosial, kaum-kaum yang kurang beruntung dari sisi misal kehidupan di masyarakatnya coba kita masuk kesana, kita bantu. Entah itu berupa bantuan charity biasa, ataupun bantuan-bantuan lain misalnya kebutuhan-kebutuhan untuk komunitasnya. Misalnya ada komunitas anak-anak muda katakan, misalnya kita bangun coba disana, di lokasi tempat mereka berkumpul dibangun misalnya BLC, Broadband Learning Center, kita edukasi mereka, kita berikan fasilitas-fasilitas lain, kita berikan juga ilmu-ilmu yang lain. Komunitas-komunitas dimana komunitas itu memang perlu dibantu, yang bina lingkungan. Tempat ibadah misalnya, komunitas santri, komunitas gereja, komunitas ini yang memang memerlukan bantuan.” (Ardiwinata, wawancara tanggal 4 April 2017)
Bila untuk program CSR yang non-PKBL, tidak ada karakteristik
spesifik komunitas yang secara khusus memang disasar oleh Telkom Regional V.
Gambar 4.4. dan 4.5. Salah Satu Contoh Hasil Produk UMKM Mitra Binaan Telkom di Kota Batu, Jawa Timur
Sumber: Dok. Pribadi, 2016
79
Universitas Kristen Petra
Telkom Regional V menyasar komunitas-komunitas yang memang saat itu terkait
dengan program atau event yang sedang dilaksanakan. Misalnya untuk event
kesehatan, Telkom Regional V akan mengajak komunitas-komunitas yang
bergerak di bidang kesehatan dan terkait dengan kesehatan, misalnya komunitas
dokter, dan lainnya. Namun komposisi komunitas yang paling banyak disasar oleh
Telkom selama ini adalah komunitas terkait bidang pendidikan. Hal ini didasari
oleh keinginan Telkom untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa, misalnya
melalui pemberian fasilitas Broadband Learning Center (BLC), atau fasilitas
PaDi (Pustaka Digital).
“Komunitasnya apa aja, ya banyak.. Pendidikan itu yang terbesar. Karena Telkom ingin untuk ikut mencerdaskan bangsa. Misalnya, dengan memberikan Broadband Learning Center, memberikan PaDi (Pustaka Digital) kemarin itu ikut kan.. Nah itu pendidikan yang terbesar komposisinya. Bawah-bawahnya banyak.. Ada pendidikan, ada bencana alam. Kalau komunitas-komunitas yang secara spesifik disasar oleh Telkom seperti komunitas blogger, misalnya, itu aku belum bisa menjawab. Karena komunitas-komunitas seperti itu hanya kita ajak untuk memperkuat campaign kita dalam event-event tertentu aja, karena mereka kan menulis.. Kalau komunitas pendidikan misalnya anak sekolah atau apa ya itu kan pasti. Komunitas-komunitas yang terkait itu.. Komunitas kesehatan misalnya, komunitas apa yang disasar, ya mungkin dokter, kayak gitu-gitu. Komunitas bencana alam ya tempat dimana bencana itu terjadi.. Masyarakat disitu, kepala desa disitu, kan gitu. Pokoknya komunitas-komunitas yang terkait dengan program yang sedang kita jalankan aja.” (Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017)
Komunitas-komunitas lain yang selama ini pernah berhubungan dengan
Telkom ada bermacam-macam, antara lain ada komunitas animasi, komunitas
blogger, komunitas TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), komunitas
Humas (Hubungan Masyarakat), TCC (Telkom Cycling Club), Sejawat
(Komunitas penggemar sepeda kuno), Tennis Club Jatim, Komunitas Travelling,
Pokja Wartawan Telkom Jatim, dan masih banyak lagi. Tidak semua hubungan
yang dijalin itu berjalan terus-menerus. Ada hubungan yang berhenti hanya
sampai setelah program selesai atau sampai bantuan telah diberikan. Namun ada
juga hubungan yang terus berlanjut dengan adanya follow-up dari pihak Telkom
maupun permintaan-permintaan kebutuhan tambahan dari komunitas. Follow-up
ini dilakukan oleh pihak Telkom dengan komunitas melalui opinion leader
mereka. Biasanya, komunitas-komunitas yang hanya diberikan bantuan tanpa
80
Universitas Kristen Petra
adanya follow-up lebih lanjut dari Telkom adalah komunitas yang baru
mengalami bencana atau musibah dan memerlukan bantuan sosial. Komunitas-
komunitas yang berbentuk yayasan atau organisasi tertentu biasanya memiliki
hubungan yang berkelanjutan dengan Telkom. Cara yang digunakan Telkom
untuk menjalin hubungan dengan komunitasnya juga beragam, tergantung pada
seberapa tinggi level of power-nya dan seberapa besar level of interest-nya. Level
of power berarti seberapa besar pengaruh yang dimiliki oleh komunitas tersebut
dalam menggerakkan persepsi masyarakat, level of interest berarti seberapa besar
ketertarikan yang dimiliki oleh komunitas tersebut terhadap produk maupun
layanan Telkom. Media yang digunakan juga beragam, bisa berupa media offline
ataupun online.
“Biasanya gini, kita punya kalau misalnya BLC ya, kita punya jangka waktu kita yang terjun langsung, jadi yang manggilin orang untuk datang ke BLC, kayak gitu. Tapi ada jangka waktu tertentu, itu akhirnya dikerjakan oleh orang lain. Orang lain itu pihak ketiga. Komunitas-komunitas. Jadi yang mengelola itu akhirnya yang lain.. Karena kan core business-nya Telkom tidak disitu. Ya kan.. Jadi kita mungkin akan menyelenggarakan itu di bawah kita dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun, tahun kedua itu akan dikerjasamakan dengan pihak ketiga untuk mengelolanya.. Atau mungkin dihibahkan aja. Sudah kalau dihibahkan itu ya sudah yang mengelola adalah yang kena hibah. Udah dikasih aja gitu. Kan BLC soalnya disini ada dua, ada yang di kantor Telkom, ada yang sudah dihibahkan bener. Dihibahkan itu ya bener-bener jadi punya mereka. Jadi ini memang udah kita kasih kesana, yang mengelola ya biar mereka. mereka mau panggil komunitas untuk bantu mengelola juga nggak papa. Kalau hibah ya berarti sudah nggak di follow-up, putus disitu aja. Untuk cara menjalin hubungan, itu tergantung siapa komunitasnya atau stakeholdernya, seberapa besar level of power dan level of interestnya, dan bisa melalui offline atau just online.” (Andayani, wawancara tanggal 4 April dan 28 April 2017) “Sejauh ini ada macam-macam komunitas yang sudah pernah berhubungan dengan Telkom. Komunitas-komunitas yang pernah dibantu. UMKM itu pasti. Terus komunitas-komunitas keagamaan, komunitas misal orang-orang tidak mampu, anak-anak kurang beruntung ada komunitasnya, komunitas ini yang biasanya pelopornya ini yang menjadi penghubung antara kita dengan komunitas itu, yang jadi opinion leader-nya gitu. Misalnya yang korban bencana, kita beri bantuan. Setelah nggak ada bencana, putus, selesai. Tapi kalo kita beri bantuan misalnya ke yayasan mata hati, katakan, kita beri bantuan ke sana, kita beri alat-alat untuk mereka berkarya, katakan, nanti kita lihat lagi, 6 bulan kemudian, atau mereka datang ke kita, menceritakan kondisi bantuan kita yang dulu, kemudian kalo maju tentunya kan dia perlu support yang laen, nah dia
81
Universitas Kristen Petra
ngajukan lagi ke kita atau event-event yang dia lakukan, kita ikut diundang disana. Kita evaluasi, kalo memang bantuan kita disana itu efektif, ya terus kita support mereka sampai istilahnya berkembang. Jadi ada dua, satu yang memang putus, artinya setelah kita beri bantuan, putus komunikasinya, satu lagi biasanya komunitas yang punya organisasi ini terus, ada tindak lanjutnya.” (Ardiwinata, wawancara tanggal 4 April 2017)
4.4.2. “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016 sebagai Bentuk CSR Telkom
Regional V Jatim, Bali, Nusra
Salah satu program CSR yang telah dilaksanakan Telkom, khususnya
Telkom Regional V, untuk menjalankan peran perusahaan dalam prinsip Good
Corporate Governance (GCG) dan Good Corporate Citizenship (GCC) serta
triple bottom line (Profit-People-Planet) adalah Program CSR “BUMN Hadir
untuk Negeri”, pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2016 lalu. Karena waktu
persiapan yang terbilang cukup singkat dan mendesak, Telkom bekerjasama
dengan lembaga-lembaga yang menaungi masing-masing publik target sasaran
program untuk mendapatkan data mengenai siapa-siapa saja yang membutuhkan
bantuan. Contohnya untuk Bedah Rumah Veteran, Telkom menggandeng Kodam;
untuk Pembinaan Mantan Atlet Nasional, Telkom menggandeng KONI; dan
kerjasama-kerjasama lainnya, dengan tujuan untuk membuat waktu persiapan
seefisien mungkin. Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, para staf yang
tergabung dalam satuan tugas (satgas) yang dibentuk langsung melakukan survey
ke lokasi calon objek bantuan untuk menentukan titik-titik objek bantuan.
Kemudian satgas yang bertanggung jawab akan menghitung Rencana Anggaran
Biaya (RAB) dan menemui tokoh-tokoh yang memiliki wewenang di lokasi calon
objek bantuan untuk meminta izin pelaksanaan. Barulah setelah itu teknis
pelaksanaan program direncanakan lebih lanjut, mulai dari teknis pengadaan
barang, siapa yang mengerjakan, hingga bantuan akhirnya diserahkan pada objek
bantuan.
“Betul. Untuk yang tahun 2016, kemarin kita belum sampai kesitu karena waktunya mepet. Tidak sampai kita bikin penelitian, kayak gitu-gitu, nggak. Kalau yang tahun 2016 ya kita kalau misalnya nih, kayak kemarin, program yang Bedah Rumah Veteran, kan kita pasti ada acara audiensi dulu dengan Kodam kan. Dari situ kita akan dapat gambaran tentang siapa aja sih sebenernya yang butuh, datanya dikasih oleh mereka ke kita.. Dan kita akan koordinasi dengan PIC yang ditunjuk oleh Kodam. Itu misalnya untuk
82
Universitas Kristen Petra
Bedah Rumah Veteran. ..... Karena yang tahu persis tentang publiknya mereka yang harus kita kasih bantuan siapa itu adalah mereka. Otomatis kan mereka (Kementerian) harus ngasih ke kita.. Kemudian ada juga yang dari KONI itu kan, yang tahu mana aja yang bisa dibantu itu kan mereka.. Jadi nggak kita sendiri, tapi kita kerjasama dengan stakeholder yang menaungi mereka.. Jadi stakeholder yang menaungi komunitas yang kita sasar.. Karena kalau kita yang menentukan, meneliti gitu waktunya kita habis.. Apalagi kalau kita lihat resource kita sedikit, waktunya mepet, jadi kita harus saling bergandengan dengan stakeholder yang menaungi program ini. Jadi sistemnya kita mem-filter data yang ada dan menetukan skala prioritas secara bersama-sama dengan mitra yang diajak partner.” (Andayani, wawancara tanggal 4 April dan 28 April 2017) “Yang pertama itu kita buat dulu satgas, kemudian tadi itu, kita melakukan survey ke lokasi-lokasi calon objek bantuan, menentukan titik-titik objek bantuan. Setelah itu kita hitung RAB untuk rencana bantuan disana. Setelah kita hitung baru kita temui tokoh-tokoh masyarakat disana, atau kalo ada tokoh pemerintahan disana, kita temui, kita minta izin ke mereka. Kalo misalnya terus mereka mengizinkan, kita minta izin lokasi, kita minta izin masuk, dan selama ini nggak ada kendala. Setelah mereka izinkan, baru kita plan, dari mulai bagaimana pengadaan barangnya, siapa yang mengerjakan, kapan selesai, siapa yang mantau disana, itu dikerjakan sampai dengan barang itu jadi diserahkan ke objek bantuan.. Jadi ya survey langsung, langsung datang ke lokasinya, melihat kondisinya, ketemu tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemerintahan disitu.” (Ardiwinata, wawancara tanggal 4 April 2017)
83
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.6. Dokumentasi Acara Penandatanganan MoU Kerjasama antara Telkom dengan Kodam V/Brawijaya untuk Kegiatan Bedah Rumah Veteran
Sumber: Buku Album Dokumentasi Program BUMN Hadir untuk Negeri 2016, 2016
Selain itu, pada Program “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016 ini, Telkom
bekerjasama dengan 5 BUMN lain untuk pelaksanaannya. Kelima BUMN itu
antara lain adalah PT Garam, PT SIER, PT Petrokimia Gresik, Perum Jasa Tirta I,
serta PT Boma Bisma Indra. Koordinasi yang dilakukan PR bersama masing-
masing perwakilan kelima BUMN ini awalnya melalui surat resmi, kemudian
pertemuan-pertemuan formal secara tatap muka. Setelah masing-masing
perwakilan BUMN ini mengenal lebih dekat, frekuensi pertemuan secara tatap
84
Universitas Kristen Petra
muka semakin berkurang, dan komunikasi selanjutnya lebih banyak dilakukan
melalui grup yang mereka miliki pada media online messenger yaitu Whats App.
Dalam pengambilan keputusan, Telkom sebagai leader atau PIC penyelenggara
memiliki hak untuk mengambil keputusan tertinggi, namun Telkom juga
mempertimbangkan saran dan masukan dari kelima BUMN lain. Di tahun 2016
lalu, Telkom bersama kelima BUMN penyelenggara di wilayah Jawa Timur
dinobatkan oleh Kementerian BUMN sebagai penyelenggara terbaik dalam
lingkup nasional.
“Kalau misalnya koordinasi itu ya kita sudah ada di grup sendiri. Pertamanya tetap pakai surat resmi. Lalu lanjut pertemuan, dan akhirnya bikin grup. Kalau untuk pengambilan keputusan, sebenernya di dalam program BUMN Hadir untuk Negeri itu ada leader-nya, di tiap provinsi itu dia ada leader-nya. Jadi misalnya di Jawa Timur kemarin leader-nya Telkom. Keputusan tertinggi ya pasti ada di Telkom. Tapi pasti yang tertinggi lagi ya ada di Kementerian kan.. Kalau ada sesuatu yang harus diputuskan, keputusan tertingginya memang ada di Telkom, tapi Telkom juga mempertimbangkan masukan-masukan dari 5 BUMN lain itu. Ya pasti akan ada proses seperti itu. Kan daerahnya pasti sudah ter-state kan. ..... Sudah di-state dari Kementerian. ..... Nah bagaimana itu detailnya, diserahkan ke masing-masing. Ya sudah, kita buka di situ, di forum itu. Di forum itu ada perwakilan Telkom bersama perwakilan 5 BUMN lainnya. ..... Tapi seneng dan leganya karena tahun 2016 yang lalu, itu kan kita dapet penyelenggara terbaik dalam lingkup nasional.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Gambar 4.7. Piagam Penghargaan yang Diperoleh Telkom dan 5 BUMN Pendamping sebagai Penyelenggara Program Terbaik Tingkat Nasional
Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017
85
Universitas Kristen Petra
Setelah program selesai dilaksanakan, Telkom berkewajiban untuk
memberi laporan kepada Kementerian BUMN. Masing-masing PIC kegiatan akan
membuat laporan, lalu diserahkan ke CDC untuk diperiksa bahwa antara tagihan
dan laporannya harus sesuai atau match. Hasil dokumentasi kegiatan berupa foto-
foto di lapangan juga dimasukkan ke dalam laporan. Semua laporan dari PIC-PIC
kegiatan ini masing-masing dibukukan, kemudian digabung jadi satu dan
dilaporkan ke Kementerian BUMN oleh Corporate Communication (Corcomm)
kantor Telkom pusat. Buku-buku laporan itu juga dikirimkan ke para stakeholders
terkait, yang juga terlibat dalam proses pelaksanaan program. Pemberitaan
mengenai program yang dimuat di media-media juga menjadi laporan dari
pelaksanaan kegiatan, menjadi bukti bahwa Telkom bersama kelima BUMN
penyelenggara memang sudah melakukan kegiatan tersebut. Laporan itu nantinya
juga akan berguna sebagai bahan untuk evaluasi pelaksanaan program di tahun
berikutnya, agar dapat berjalan dengan lebih baik lagi.
“Ya itu udah, dari dokumentasinya, di kompulir, dilaporkan ke Kementerian oleh teman-teman Corcomm pusat. ..... Ada buku laporannya masing-masing kegiatan, ditujukan ke stakeholder terkait. Kalo misalnya program Bedah Rumah ya dikasihin ke Kodam, ya yang terkait dengan program itu.” (Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017) “Jadi ya, temen-temen kita udah melaksanakan, mereka akan beri laporannya. Mereka bikin. Laporkan ke kita ke CDC. Nah ini nantinya antara tagihan dengan laporan harus match, bahwa di tagihan mengatakan sudah 100%, bener di lapangan juga dinyatakan sudah kondisi 100%. Laporan ini juga disertai foto, foto-foto di lapangan kayak apa. Nah ini laporan ini kita bendel jadi satu, yang kita laporkan ke Kementerian BUMN. Dari Telkom ke Kementerian, yang kita laporkan. Yang dilaporkan mencakup soal anggaran, plus dokumentasinya, hasilnya. Kalau sebetulnya kalau untuk laporan aktivitasnya, setiap saat ada di media. Itu mesti muncul di media. Itu sebagai evidence bahwa kita sudah melakukan itu memang. Nanti itu sebagai bahan evaluasi, tahun berikutnya harus lebih baik dari laporan itu.. Misalnya tahun kemarin kita bangun 50 MCK, mungkin sekarang 150, melihat antusiasme daripada masyarakat.. Bahan evaluasi lah itu istilahnya.” (Ardiwinata, wawancara tanggal 4 April 2017)
86
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.8., 4.9., 4.10. Buku Laporan Kegiatan Bedah Rumah Veteran Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017
87
Universitas Kristen Petra
Output yang diharapkan oleh Telkom melalui pelaksanaan Program
“BUMN Hadir untuk Negeri” 2016 ini adalah bahwa masyarakat atau publik
semakin mengerti keberadaan Telkom, yang pada akhirnya nanti akan
meningkatkan harga saham Telkom sendiri. Selain itu, aspek 3P (profit-people-
planet) yang menjadi landasan pelaksanaan program ini juga diharapkan dapat
tercapai. Mulai dari aspek ekonomi atau profit, dimana melalui program ini
Telkom dapat membantu meningkatkan dan memperbaiki taraf hidup masyarakat.
Lalu dari aspek sosial atau people, Telkom dapat memperbaiki struktur sosial
masyarakat, dan dari aspek lingkungan atau planet, Telkom juga berkewajiban
untuk menjaga dan turut serta memperbaiki kondisi lingkungan sekitar. Menurut
Ivone sebagai PR, output ini pasti tercapai, berdasarkan 6 message penting yang
dipegang untuk meningkatkan value dan reputasi perusahaan, mulai dari good
product and service, financial performance, strong vision and mission leadership,
hingga good CSR. Sedangkan menurut Dadi sebagai Manajer CDC, untuk
pelaksanaan program tahun 2016 ini masih ada aspek-aspek tertentu yang kurang
tercapai, namun dengan persentase yang kecil.
“Ya itu loh, keberadaan Telkom itu orang ngerti, imbasnya nanti kan ujung-ujungnya ke peningkatan harga saham Telkom. Tercapai pasti. Karena kan salah satu dari, kalau kamu belajar ilmu PR itu kan ada 6 message penting yang harus dipegang untuk menaikkan value dan reputasi perusahaan. Ada dari good product and service, ada dari financial performance, ada dari strong vision and mission leadership¸ terus ada good CSR.. Itu adalah 6 rumus untuk meningkatkan value dan reputasi perusahaan. Itu yang tidak bisa dibantah gitu lho. Visi misi leader-nya bagus, tapi performansi keuangannya jelek, nggak bisa.. Nggak mendukung. Kita kan selalu kasih tuh, tiap 3 bulan ke publik, performansi keuangan Telkom, labanya berapa, dan lain-lain. Di website ada, ke media kita share. Terus kemudian good product and service, IndiHome naik terus pelanggannya, terus servisnya bagus. Termasuk itu tadi, good CSR. Kalau itu semua sudah tercapai, otomatis kan itu akan terbaca sendiri oleh investor. Saham Telkom naik, itu kan artinya sentimen positifnya investor itu lagi bagus, karena saham Telkom lagi naik terus.” (Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017) “Ada sebetulnya ada 3 ini, yang tadi. Ekonomi, meningkatkan memperbaiki taraf hidup masyarakat, dari program kemitraan, bantuan modal, pembinaan, dan lain-lain. Dari sisi sosial, ini juga memperbaiki struktur sosial yang ada di masyarakat, artinya kita punya kewajiban juga, membantu masyarakat-masyarakat yang memang memerlukan bantuan. Yang ketiga lingkungan, kita berkewajiban juga, dalam hal ini,
88
Universitas Kristen Petra
menjaga atau turut serta memperbaiki kondisi lingkungan yang ada, misalnya pembuangan air, MCK, yang tadinya mereka bebas dimana aja setelah ada MCK harus disana, terus mungkin juga sarana ibadah, pendidikan. Rumusnya disana ada 3, kembali ke 3 faktor, ekonomi, sosial, lingkungan. Tapi untuk yang tahun 2016 ini, ada aspek-aspek tertentu yang mungkin kurang tercapai. Sebetulnya dari hasil pantauan itu gini, setelah bantuan itu kita berikan, itu kan kita serahkan ke masyarakat, ke lurah, camat, atau kepala desa. Nah berikutnya itu, ada juga yang tidak diurus, yang tidak terawat. Contohnya gini, bantuan kita memberikan modal untuk mantan atlit, katakan. Setelah 6 bulan kita lihat lagi, ternyata modalnya yang dulu itu udah nggak ada. Artinya kalau dia dikasih warung, warungnya habis dipake sendiri nggak jualan lagi. Ada yang begitu.. Tapi kalo untuk komunitas, biasanya terjaga. Misalnya MCK, itu kan komunitas tuh, saling menjaga. Tapi kalo yang ke individu itu biasanya ini yang susah. Kalo komunitas lebih mudah. Misalnya kita berikan perangkat BLC di SMA pedalaman, itu dijaga betul. Mungkin karena banyak ya yang bertanggung jawab gitu ya, yang merasa ikut memiliki. Tapi kalo kita berikan bantuan ke perorangan, ini yang kadang-kadang kurang diharapkan. Dikasih mesin jahit, mesin jahitnya kesana udah nggak ada, dijual.. Ya gitu-gitu. Tapi minimal, dari 100% apa yang kita berikan, minimal 80 itu udah tercapai itu udah syukur. Nggak perfect 100 tapi ya ada angka-angka toleransinya. Kalau kemarin pelaksanaan berhasil banget, walaupun ada yang ini, cuman kan persentasenya kecil.” (Ardiwinata, wawancara tanggal 4 April 2017)
4.4.3. Peran Public Relations (PR) dan Community Development Center
(CDC) Telkom Regional V dalam Program “BUMN Hadir untuk
Negeri” 2016
Secara lingkup keseluruhan program, pihak dari Telkom Regional V
yang paling berperan adalah unit Public Relations (PR) dan unit Community
Development Center (CDC) Telkom Area 5. Dalam program “BUMN Hadir
untuk Negeri” tahun 2016, Ivone Andayani sebagai PR Telkom Regional V
berperan menjadi mediator, serta juga berperan dalam melakukan tindakan
ekspose, dan peliputan atau dokumentasi. Sebagai mediator, PR menjadi
‘jembatan’ yang menghubungkan Telkom dengan stakeholder-stakeholder terkait.
Misalnya mulai dari pembentukan satgas, lalu menyiapkan satu grup diskusi dan
membantu mengaturkan waktu untuk melakukan koordinasi antara satu sama lain.
Untuk tindakan ekspose, PR mengirimkan release ke media-media agar
pelaksanaan program bisa diberitakan melalui media-media tersebut. Namun PR
harus berhati-hati dalam pemilihan media yang akan dikirimi release, supaya
jangan sampai nantinya pemberitaan yang dimuat justru menjadi boomerang bagi
89
Universitas Kristen Petra
Telkom sendiri. Untuk peliputan dan dokumentasi, PR mengirimkan staf ke lokasi
pelaksanaan program untuk meliput dan mendokumentasikan. Hasilnya kemudian
akan digunakan sebagai arsip dokumentasi internal maupun sebagai pelengkap
release yang akan dikirimkan ke media-media. Hasil liputan dan dokumentasi
juga akan digunakan sebagai report pelaksanaan program ke Kementerian
BUMN. Peran PR dalam program ini bertujuan agar manfaat program bisa
dirasakan oleh penerimanya, dan program tersebut juga dapat ter-ekspose dan ter-
report dengan baik.
“Sebagai mediator bisa, karena PR itu Public Relations kan, jadi sebagai mediator itu menyambungkan beberapa atau jadi jembatan. Kayak misalnya nih, PR Telkom itu punya forum Humas BUMN, sedangkan yang ditunjuk untuk pelaksanaan program misalnya program elektrifikasi, ini kan unit di tempatku yang dia harus berhubungan dengan PLN daerah sana, gak kenal sama sekali, gak tau nih misalnya harus berhubungan dengan siapa dulu. Tapi kan kalau PR, karena dia Public Relations, dia pasti paling tidak itu punya relation dengan Humas-nya sana. Ya kan.. Akhirnya yang menyambungkan ini, oke, ini dengan ini, silahkan.. Itu pertama. Kedua, ya itu tadi, ekspose. Tapi ya ekspose itu ya kayak tadi itu, ekspose-nya musti kita pilih bener, jangan sampai itu akan jadi bumerang bagi Telkom juga ke depan.. Peliputan, dokumentasi, ekspose, kayak gitu-gitu. Itu akan ada step by step dari kita, mulai dari pembentukan satgas, mungkin ya menyiapkan satu grup diskusi sendiri, terus kemudian mengatur waktu untuk koordinasi misalnya telco. “oke, kita kalau gitu kenalan-kenalan sudah di awal, kita akan telco mungkin di tiap hari apa di jam berapa..” (mengatur waktu untuk berkoordinasi). Untuk peran ekspose ya kita kirim release ke media. Untuk peliputan, kita tinggal kirim staf aja untuk bertugas kesana meliput kegiatannya. Karena peliputan kan ada 2 macem, ada buat dokumentasi internal ada yang buat eksternal buat ekspose release tadi. Ada yang buat report ke Kementerian. Tujuannya biar kegiatan itu, pertama manfaatnya terasa dan manfaat itu dirasakan oleh penerima, dan tentu ter-ekspose dan ter-report dengan baik.” (Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017)
90
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.11. Salah Satu Pemberitaan di Media sebagai Hasil dari Peran Ekspose PR
Sumber: www.antarajatim.com, diakses 15 Oktober 2016
Gambar 4.12. Hasil Liputan dan Dokumentasi dari PR di Portal Internal Karyawan Telkom
Sumber: Portal Internal Telkom, 2016
91
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.13. Public Relations Telkom Regional V ketika Menjalankan Perannya sebagai Mediator dengan Kodam V/Brawijaya
Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017
Bila PR lebih banyak berperan dalam aspek relasi dengan para
stakeholders terkait program, CDC lebih banyak berperan dalam pendanaan dan
pemantauan pelaksanaan program secara teknis di lapangan. Bisa dikatakan
bahwa CDC berperan sebagai koordinator untuk seluruh aktivitas program terkait
pendanaannya. Selain itu, CDC juga berperan dalam regulasi pelaksanaan
kegiatan secara administratif dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan
masing-masing aktivitas. Sebagai koordinator pendanaan program, CDC
menerima hasil survey dan rencana anggaran yang dibuat oleh satgas terkait, lalu
membuatkan justifikasi anggaran yang disetujui. Realisasi anggaran di lapangan
harus sesuai dengan justifikasi itu, kecuali apabila ada hal-hal diluar perkiraan
yang terjadi. Selama pelaksanaan program, CDC juga langsung datang ke lokasi
pelaksanaan untuk melakukan kontrol dan pemantauan. Peran CDC dalam
program ini bertujuan untuk menyesuaikan antara mandat program dari
Kementerian dengan pelaksanaannya di lapangan. Jadi jangan sampai ada gap
antara rencana dari Kementerian dengan realisasinya di lapangan.
“CDC itu yang koordinator, untuk seluruh aktivitas. Dalam arti koordinator itu dalam hal scoop-nya dalam arti koordinator itu semua bantuan yang diberikan, dana berasal dari dana CDC. Sehingga dia
92
Universitas Kristen Petra
berperan sebagai koordinator untuk seluruh aktivitas, masalah pendanaannya. Itu yang pertama. Yang kedua, mungkin juga masalah regulasi pelaksanaan kegiatan, di CDC tentang comply-nya. Kalo ada comply masalah surat-menyuratnya, kelengkapan administrasi, secara administratif itu di CDC. Lalu kontrol terhadap aktivitas. Dipantau, bahwa itu betul dilaksanakan oleh tim satgas yang ditunjuk, kita pantau kita laporkan, sampai pada saatnya secara sistem itu bisa dilaporkan 100% sukses dari sisi fisik maupun administrasi. Nah itu dari peran besar kita penyediaan dana, kemudian aktivitas yang diusulkan oleh rekan-rekan di satgas itu, hasil survey dan lain-lain itu kita evaluasi, kita buatkan semacam justifikasi kebutuhan anggarannya, per kegiatan. Nah itu yang menjadi kunci ketika temen-temen di lapangan melakukan aktivitas. Tidak boleh keluar daripada justifikasi yang sudah dibuat. ..... Kecuali ada perubahan akibat, misalnya perubahan ekonomi yang signifikan, tiba-tiba dollar misalnya naik. Nah itu misalnya kan.. Tapi selama nggak ada apa-apa ya tetep begitu.. Kita juga langsung datang ke lokasi pelaksanaannya untuk ngontrol dan mantau. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan antara program yang datang dari Kementerian, dengan kondisi di lapangan yang sebagai eksekutornya di lapangan ini sesuai dengan program dari Kementerian. Intinya kita kontrol apa, agar program yang ada dari Kementerian itu dengan kenyataan hasil itu harus sama. Kita potret tiap saat, tiap minggu, tiap hari itu kita pantau. Jangan sampai dari Kementerian itu X, di lapangan X-1. Nah itu nggak boleh. ..... Nah peran kita CDC itu adalah jangan sampai ada gap antara plan sama realisasinya yang ada di lapangan, meminimalisasi itu.” (Ardiwinata, wawancara tanggal 4 April 2017)
4.4.4. Latar Belakang Penyusunan Strategi Komunikasi dalam Program
“BUMN Hadir untuk Negeri” 2016 oleh PR Telkom Regional V
Prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan Good Corporate
Citizenship (GCC) serta triple bottom line (Profit-People-Planet) yang dijadikan
Telkom Group sebagai landasan dan tujuan pelaksanaan Telkom CSR itu pulalah
yang melandasi penyusunan strategi komunikasi oleh Public Relations Telkom
Regional V dalam program-program CSR-nya, termasuk dalam Program CSR
“BUMN Hadir untuk Negeri” tahun 2016.
“Betul, salah satunya itu, betul. Untuk menjalankan peran Telkom untuk GCG dan GCC. Di bawahnya GCC kan sebuah perusahaan harus menjalankan praktik itu.” (Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017)
Penyusunan strategi komunikasi oleh PR Telkom Regional V ini mulai
dilakukan ketika satgas dibentuk, setelah Telkom Regional V mendapatkan
93
Universitas Kristen Petra
informasi dari Kementerian BUMN melalui corporate, yaitu sekitar satu bulan
sebelum pelaksanaan program.
“Begitu kita bentuk satgas, begitu ditunjuk tim PIC-PIC nya. Masing-masing program kan ada penunjukan PIC-nya itu. Tergantung kapan informasi yang kita dapat dari Kementerian. Dari Kementerian turun ke corporate, dari corporate turun ke kita. Yang 2016 kemarin ini mepet waktunya, sebulan sebelumnya baru dikasih tahu. Bulan Juli itu.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Waktu yang diperlukan PR untuk menyusun strategi komunikasi ini yaitu
sekitar 1 minggu, namun strategi yang telah disusun tersebut bersifat fleksibel dan
dapat berubah-ubah sesuai dengan realita yang dihadapi.
“Jadi gini, misal dulu aku nyusun ini seminggu ya, tapi seiring dengan berjalannya waktu, itu akhirnya bisa fleksibel dan berubah-ubah sesuai dengan realita yang dihadapi di lapangan. Misalnya, dulu aku berpikir kalau community itu masuk kuadran 3 aja, tapi kemudian ternyata community itu ada macem-macem, ada yang besar, dan yang lain. Fleksibel sesuai dengan realitanya ya.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
4.4.5. Aspek 5M (Message, Method, Media, Man, dan Measurement)
sebagai Prinsip Strategi Komunikasi yang Digunakan PR Telkom
Regional V dalam Program “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016
Seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya, salah satu peran PR dalam
program “BUMN Hadir untuk Negeri” tahun 2016 adalah menjadi mediator, yaitu
menjadi ‘jembatan’ yang menghubungkan Telkom dengan stakeholder-
stakeholder terkait. Menurut Ivone Andayani sebagai PR Telkom Regional V,
stakeholder adalah publik, baik yang sedang berhubungan, belum berhubungan,
bahkan yang tidak berhubungan dengan produk maupun layanan perusahaan.
“Stakeholder ya berarti adalah publik yang berhubungan atau bahkan juga tidak atau belum berhubungan dengan produk dan layanan Telkom.” (Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017)
Dalam menjalankan perannya sebagai mediator yang menghubungkan
Telkom dengan stakeholder-stakeholder terkait, PR perlu menjalin relationship
dengan para stakeholder, sekaligus menyusun sebuah strategi komunikasi yang
tepat dan efektif untuk mengomunikasikan program “BUMN Hadir untuk Negeri”
ini sehingga dapat diterima dengan baik oleh stakeholder-stakeholder terkait.
94
Universitas Kristen Petra
Stakeholders yang menjadi target utama dari tindakan komunikasi yang dilakukan
oleh PR Telkom Regional V antara lain adalah Board of Directors (BoD) PT
Telkom Indonesia, Kementerian BUMN, BUMN-BUMN lain, Pemerintah
(terutama Pemerintah Daerah setempat), media setempat, masyarakat terkait, serta
karyawan internal Telkom sendiri. Namun tidak menutup kemungkinan bila PR
Telkom Regional V juga melakukan tindakan komunikasi pada stakeholders
lainnya kalau memang diperlukan.
“Stakeholders utamanya adalah BoD, Kementerian BUMN, BUMN lain, Government (Pemda), media setempat, masyarakat terkait, karyawan internal Telkom.” (Andayani, wawancara tanggal 28 April 2017)
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, cara yang digunakan PR
Telkom untuk menjalin hubungan dengan stakeholders-nya ada beragam,
tergantung pada seberapa tinggi level of power-nya dan seberapa besar level of
interest-nya. Level of power berarti seberapa besar pengaruh yang dimiliki oleh
stakeholder tersebut dalam menggerakkan persepsi masyarakat atau dalam
pengambilan sebuah keputusan. Level of interest berarti seberapa besar
ketertarikan yang dimiliki oleh stakeholder tersebut terhadap produk maupun
layanan Telkom, maupun terhadap Program “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016.
Berdasarkan level of power dan level of interest-nya, para stakeholders Telkom
secara keseluruhan dapat dipetakan seperti bagan berikut ini:
95
Universitas Kristen Petra
Strategi komunikasi yang disusun oleh Ivone Andayani selaku PR
Telkom Regional V untuk mengomunikasikan mengenai Program “BUMN Hadir
untuk Negeri” 2016 kepada para stakeholders berlandaskan pada sebuah prinsip,
yang disebut Ivone sebagai “aspek 5M”, yaitu Message, Method, Media, Man,
dan Measurement.
“Komunikasi yang disampaikan hendaknya selalu melihat aspek 5M: Message, Method, Media, Man, and Measurement. Jadi, apa Message nya, disampaikan oleh siapa (Man), dengan Metode apa, melalui Media apa, dan ada Measurement-nya.” (Andayani, wawancara tanggal 28 April 2017)
Berikut peneliti akan menjabarkan masing-masing hasil temuan data dari
kelima aspek tersebut.
4.4.5.1. Message (Pesan yang ingin Disampaikan)
Pesan yang akan disampaikan oleh komunikator di masing-
masing aktivitas program sudah tertera di guidance dari corporate dan
CDC Telkom untuk masing-masing kegiatan. Guidance tersebut pada
intinya kurang lebih berisikan tentang latar belakang program dan tujuan
Bagan 4.2. Pemetaan Stakeholder Telkom Regional V
Sumber: Olahan Peneliti, 2017
96
Universitas Kristen Petra
pelaksanaan program. Selain itu komunikator dari Telkom juga berusaha
mendekati masing-masing stakeholder untuk diajak kerjasama dengan
menjelaskan pada mereka, benefit atau keuntungan seperti apa yang
mereka masing-masing bisa dapatkan dengan turut terlibat dalam
kegiatan tersebut, serta support atau bantuan seperti apa yang dibutuhkan
oleh Telkom dari mereka untuk pelaksanaan masing-masing kegiatannya.
“Ini kan sesuai dengan acaranya dan mapping stakeholder-nya. Masing-masing kegiatan sudah ada guidance-nya, intinya ya semua membicarakan tentang latar belakang program, tujuan pelaksanaan programnya itu apa, lalu benefit-nya untuk mereka masing-masing kayak gimana, dan support seperti apa yang kita butuhkan dari mereka untuk masing-masing kegiatan itu. Yang bikin guidance program ini, itu dari CDC Telkom. Draft MoU-nya itu sudah dibikin dari kantor pusat, jadi kita ketemu itu tinggal bilang apa yang mau kita lakukan, lalu minta dia menandatangani draft MoU-nya itu. Jadi tinggal ngomong berdasarkan guidance-nya itu aja. Misalnya "Ini adalah program dari Kementerian, dan kami ditunjuk untuk ini, sebagai pelaksana di daerah ini, dan TOR-nya seperti ini." itu sudah ada semua.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Jenis bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
masing-masing stakeholder tidak bisa disamakan. Untuk stakeholders
yang termasuk dalam kuadran 1 (memiliki level of power dan level of
interest tinggi) dan kuadran 3 (memiliki level of power tinggi dan level of
interest rendah), jenis bahasa yang digunakan adalah bahasa formal dan
dilakukan secara lisan. Sedangkan untuk stakeholders yang termasuk
dalam kuadran 2 (memiliki level of power rendah dan level of interest
tinggi) dan kuadran 4 (memiliki level of power dan level of interest
rendah), jenis bahasa yang digunakan kebanyakan adalah bahasa non
formal dan kebanyakan dilakukan secara tertulis. Jenis bahasa yang
digunakan ini tergantung pada tipe masing-masing stakeholders, konteks
lingkungan sekitar yang berlaku (suasana, protokoler, birokrasi), dan
juga terkait dengan media/saluran yang digunakan untuk berkomunikasi
pada stakeholders di masing-masing kuadran, yang akan dijabarkan lebih
lanjut pada bagian Media.
“Untuk stakeholder yang termasuk di kuadran 1 dan 3, bahasanya
97
Universitas Kristen Petra
pakai bahasa lisan formal, karena metodenya semua face-to-face. Kalau untuk yang di kuadran 2 dan 4 kebanyakan pakai bahasa tertulis karena pakai mass communication. Itu kan komunikasi yang nggak khusus, semua orang boleh tau. jadi pesannya bisa iklan, promo, dan lain-lain. Ini yang di kuadran 2 dan 4 bisa aja bahasanya nggak formal. Kalo kita ngomongnya sama anak sekolah, gimana coba? Sama masyarakat juga bahasanya juga nggak formal. Promo ini lho bisa lewat bahasanya juga nggak formal. Promo ini lho bisa lewat youtube, bisa lewat macem-macem kan sosial media. Intinya itu selain tergantung dengan tipe orangnya, juga tergantung dengan suasana, atau protokoler dan birokrasi yang berlaku.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
4.4.5.2. Method (Metode Penyampaian)
Metode komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan masing-masing stakeholder terkait tergantung pada level of
power dan level of interest yang dimiliki stakeholder tersebut.
“Untuk cara menjalin hubungan, itu tergantung siapa komunitasnya atau stakeholdernya, seberapa besar level of power dan level of interestnya, dan bisa melalui offline atau just online.” (Andayani, wawancara tanggal 28 April 2017)
Stakeholders dengan level of power dan level of interest yang
sama-sama tinggi, ditempatkan di kuadran 1, yang juga berarti mendapat
prioritas komunikasi yang pertama atau yang paling penting. Metode
yang biasa digunakan PR Telkom Regional V untuk berkomunikasi
dengan stakeholders di kuadran 1 ini adalah dengan melakukan forum,
dialog, focus group discussion (FGD), dan sejenisnya. Misalnya untuk
berkomunikasi dengan karyawan internal, untuk keseluruhan karyawan
biasanya digunakan metode forum yang disebut sebagai sharing session,
sedangkan untuk karyawan setingkat manager ke atas biasanya
digunakan metode FGD yang dinamakan Rapim Raiders setiap 3 bulan
sekali. Lalu untuk berkomunikasi dengan investor biasanya cukup
melalui press release yang langsung dikirimkan oleh kantor pusat
Telkom. Untuk berkomunikasi dengan pemerintah, biasanya digunakan
metode dialog atau FGD (Andayani, wawancara tanggal 28 April 2017).
98
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.14. Sharing Session Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017
Gambar 4.15. Rapim Raiders Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017
99
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.16. FGD dengan Pemerintah (Walikota Surabaya) Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017
Stakeholders dengan level of power rendah namun memiliki
level of interest yang tinggi ditempatkan di kuadran 2. Metode yang biasa
digunakan PR untuk berkomunikasi dengan mereka adalah melalui iklan
promosi, newsletter, atau gathering (biasanya untuk pelanggan-
pelanggan yang loyal saja). Kemudian stakeholders dengan level of
power tinggi namun level of interest-nya rendah ditempatkan di kuadran
3. Metode yang biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan mereka
adalah dengan melakukan visiting. Terakhir, stakeholders yang memiliki
level of power dan level of interest yang sama-sama rendah ditempatkan
di kuadran 4, yang berarti tidak terlalu diprioritaskan oleh PR, salah
satunya seperti masyarakat yang bukan pelanggan Telkom. Metode
komunikasi yang biasa digunakan adalah hanya dengan memberikan
sponsorship atau bantuan-bantuan/hibah sosial.
Apabila terjadi hal-hal yang diluar perkiraan dan mendesak, PR
akan langsung melakukan koordinasi dengan pihak terkait melalui
telepon atau secara online melalui Whats App maupun Telegram.
Sebenarnya untuk hal-hal seperti ini, ada prosedur paten yang sudah
pernah dibuat untuk menanganinya, namun prosedur tersebut tidak
pernah lagi dipakai karena sering terjadinya pergantian jabatan, struktur
organisasi, dan lain-lain yang membuat prosedur itu menjadi terabaikan
100
Universitas Kristen Petra
atau terkesampingkan. Namun berdasarkan fakta di lapangan, apabila ada
hal-hal mendesak mengenai pelaksanaan program yang perlu segera
diputuskan, pihak Telkom Regional V hampir tidak pernah melakukan
koordinasi lagi dengan kelima BUMN lain yang bekerjasama dengan
Telkom, karena Telkom memang ditunjuk sebagai PIC penyelenggara
program atau pelaksana utama di wilayah Jawa Timur. Jadi bila terjadi
hal-hal yang diluar perkiraan, pihak Telkom sendiri yang akan langsung
mengatasi dan mengambil keputusan, tanpa perlu meminta persetujuan
BUMN lain. Pihak Telkom hanya akan memberikan informasi kepada
BUMN-BUMN tersebut bahwa ada perubahan yang terjadi.
“Ada dong.. Melakukan komunikasi dengan voice (call) atau data (online) jika pada saat yang sudah disepakati ada kejadian mendesak sehingga plan awal tidak jadi dilakukan. Sebetulnya ada SOP paten yang sudah dibuat untuk menangani hal-hal yang kemungkinan terjadi diluar perkiraan. Tapi akhir-akhir ini memang tidak pernah dipakai karena sering terjadi pergantian jabatan, struktur organisasi, dll. Jadi prosedur yang dulu pernah dibuat itu jadi sedikit terabaikan, atau terkesampingkan. ..... Tapi kalau ada perubahan rencana gitu, kita nggak perlu koordinasi sama 5 BUMN lain lagi, karena kemarin kita jadi pelaksana utama. Cuma perlu kerjasama dengan TNI untuk minta data lagi. 5 BUMN lain ikut urunan. Pasar murah juga, pertama lokasinya ini, ternyata setelah dipikir lagi kayaknya nggak bisa, jadi ganti lokasi karena rawan tawuran, tidak kondusif lingkungannya. Tapi kalau terjadi hal-hal kayak gitu, tidak susah mengatasi karena Telkom pelaksana utama, kalau ada apa-apa Telkom yang handle, Telkom yang ambil keputusan, gak repot minta persetujuan sana sini.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Menurut Ivone, dengan adanya pemetaan stakeholders sesuai
level of power dan level of interest, pesan yang disampaikan oleh Telkom
memiliki peluang besar untuk dapat diterima oleh publik target sasaran
secara efektif. Hal ini dikarenakan dengan adanya pemetaan tersebut, PR
dapat menentukan metode penyampaian pesan yang sesuai dengan
masing-masing stakeholders. Sebelum menerapkan metode komunikasi
berdasarkan pemetaan yang ada, PR juga melakukan konfirmasi terlebih
dahulu untuk memastikan bahwa stakeholder yang dituju telah bersedia
dan siap untuk menerima pesan yang akan disampaikan (Andayani,
101
Universitas Kristen Petra
wawancara tanggal 28 April 2017).
4.4.5.3. Media (Media/Saluran yang Digunakan)
Seperti metode komunikasi, media/saluran komunikasi yang
digunakan untuk berkomunikasi dengan masing-masing stakeholder
terkait juga tergantung pada level of power dan level of interest yang
dimiliki stakeholder tersebut. Untuk stakeholders yang ditempatkan di
kuadran 1 seperti BoD dan Pemerintah, kebanyakan tindakan komunikasi
dilakukan secara face-to-face atau tatap muka langsung. Kemudian
media yang biasa digunakan PR untuk berkomunikasi dengan
stakeholders di kuadran 2 adalah media massa dan media sosial, namun
untuk stakeholder-stakeholder tertentu seperti pelanggan yang loyal,
media yang digunakan bisa secara face-to-face juga. Untuk stakeholders
yang ada di kuadran 3, media yang digunakan PR untuk berkomunikasi
dengan mereka sama seperti yang digunakan di kuadran 1, yaitu secara
face-to-face. Terakhir, media yang digunakan PR untuk berkomunikasi
dengan stakeholders di kuadran 4 adalah media massa.
Jenis-jenis media/saluran komunikasi yang disebutkan tadi, baik
secara face-to-face maupun dengan media massa atau media sosial, itu
hanya digunakan oleh PR untuk menjalin hubungan komunikasi di tahap
awal saja, ketika masih belum mengenal satu sama lain secara dekat.
Ketika sudah mengenal lebih dekat, frekuensi pertemuan secara tatap
muka akan semakin berkurang, dan komunikasi selanjutnya akan lebih
banyak dilakukan melalui telepon, online messenger, dan media-media
lain.
“Untuk BoD, BUMN, Government, dan media kebanyakan secara face-to-face. Ya kita akan menyampaikan itu dengan tatap muka, menghadap langsung untuk menyampaikan bahwa kita ada program kayak gini gini gini.. Kalau sama BUMN lain kita punya grup. Kita bisa berkomunikasi lewat grup, atau kalau misalnya kita belum kenal, misalnya tiba-tiba digandengkan dengan BUMN yang kita belum deket di satu wilayah, otomatis kan ya pasti ada koordinasi dulu kan. Saling berkirim surat, janjian untuk ngobrol atau rapat, setelah itu kan baru di-follow up di grup. “Nanti berikutnya kita di grup aja ya ngobrolnya..” naah bisa kayak gitu. Atau mungkin rapat melalui telco, teleconference, atau
102
Universitas Kristen Petra
video conference. Gitu-gitu, kalau fasilitas infrastrukturnya memadai. Dengan instansi terkait misalnya gini, komunikasinya pasti diawali kalau kita sudah deket, ya tinggal kita grouping aja.. Kita group atau kalau apa, kita telco.. Tinggal ngomongin lewat itu. Atau kalau misalnya belum, ya otomatis kan harus saling kenal dulu. Surat, pertemuan.. ..... Semakin minim frekuensi untuk harus tatap muka, kebanyakan lewat HP, telepon, dan media-media lain, karena toh kan masing-masing pasti juga punya kesibukan sendiri kan, nggak bisa tatap muka terus menerus. Dengan masyarakat menggunakan media massa.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
4.4.5.4. Man (Orang yang Menyampaikan)
Man, atau orang yang bertugas menyampaikan pesan, atau yang
bisa disebut sebagai komunikator dari pesan-pesan yang ingin
disampaikan oleh pihak Telkom, tidak dipilih oleh PR melainkan
ditunjuk langsung oleh corporate atau kantor pusat. Para komunikator ini
merupakan staf atau karyawan perusahaan Telkom setingkat SGM
(Senior General Manager) ke atas yang dipilih untuk menjadi PIC dari
masing-masing ke-14 kegiatan dalam program BUMN Hadir untuk
Negeri 2016. Selain sebagai PIC, mereka juga ditentukan sebagai
komunikator, karena dengan posisi mereka sebagai PIC, bisa dikatakan
bahwa mereka adalah orang-orang yang paling kredibel untuk menjadi
Man yang mengomunikasikan Message mengenai kegiatan yang mereka
handle sebagai PIC.
“Ya karena mereka yang jadi PIC-PIC masing-masing programnya, sesuai level dan kedudukan di organisasinya, atau pembagian peta peran yang sudah disepakati dengan corporate. Jadi bisa dikatakan mereka paling kredibel untuk jadi Man yang mengomunikasikan Message mengenai program tersebut. Yang menunjuk mereka sebagai PIC bukan PR tapi langsung dari corporate.” (Andayani, wawancara tanggal 28 April 2017)
103
Universitas Kristen Petra
Bag
an 4
.3.
Str
uktu
r S
atua
n T
ugas
(S
atga
s) P
elak
sana
Pro
gram
“B
UM
N H
adir
unt
uk N
eger
i” 2
016
Sum
ber:
Ars
ip P
ubli
c R
elat
ions
Tel
kom
Reg
iona
l V
, 20
16
104
Universitas Kristen Petra
Para PIC yang sekaligus juga memegang tanggung jawab
sebagai komunikator ini, dirasa oleh PR tidak perlu terlalu repot
dipersiapkan untuk membawakan pesan yang perlu disampaikan kepada
para stakeholder terkait. Hal ini dikarenakan para PIC ini sudah dibekali
guidance program yang dibuat oleh CDC Telkom dan draft MoU yang
dibuat oleh kantor pusat. Jadi, dalam mengomunikasikan kegiatannya
masing-masing, para PIC ini dapat menggunakan guidance program itu
sebagai pedoman mereka, lalu mereka tinggal meminta stakeholder yang
akan diajak kerjasama itu untuk menandatangani draft MoU.
“Biasanya, kalau kita mau bertemu seseorang, itu karena kita sudah pede bertemu orang itu karena kita sudah pegang guidance-nya itu lho, guidance programnya. Yang bikin guidance program ini, itu dari CDC Telkom. Draft MoU-nya itu sudah dibikin dari kantor pusat, jadi kita ketemu itu tinggal bilang apa yang mau kita lakukan, lalu minta dia menandatangani draft MoU-nya itu. Jadi tinggal ngomong berdasarkan guidance-nya itu aja. Misalnya "Ini adalah program dari Kementerian, dan kami ditunjuk untuk ini, sebagai pelaksana di daerah ini, dan TOR-nya seperti ini." itu sudah ada semua. Jadi nggak perlu susah-susah dipersiapkan kayak gimana gitu, sudah ada guidance-nya atau kayak SOP-nya gitu. Ada TOR-nya.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
4.4.5.5. Measurement (Cara Pengukuran)
Tindakan komunikasi yang dilakukan perlu diukur
keberhasilannya. Hasil dari sebuah program PR dapat berupa output,
outreach, dan outcome. Output yang dicapai dapat dilihat dari jumlah
pemberitaan mengenai program yang dimuat di media. Outreach yang
dicapai dapat dilihat dari oplah jumlah pembaca dari masing-masing
media yang memberitakan program untuk melihat seberapa luas
jangkauannya. Outcome yang dicapai dapat dilihat melalui keberhasilan
program dalam merubah kebiasaan, habit, atau lifestyle masyarakat yang
menjadi target sasaran program. Dalam konteks Program “BUMN Hadir
untuk Negeri” 2016, outcome yang diharapkan adalah adanya perubahan
image dan reputasi Telkom di mata masyarakat. Outcome ini baru dapat
terlihat dalam jangka waktu panjang.
“Jadi gini, campaign program PR itu tidak bisa dilihat hasilnya
105
Universitas Kristen Petra
dalam jangka waktu pendek. Makanya pengukuran program itu dilakukan dalam jangka panjang kan. Berhasil tidaknya program di satu daerah itu lihat dari hasil jangka panjang, beda dengan orang marketing. ..... program PR itu ada output, ada outreach, ada outcome. Output-nya itu mungkin pada saat program itu dijalankan, media itu seberapa banyak memberitakan. Terus outreach-nya itu, untuk media yang meliput itu masing-masing oplah jumlah pembacanya berapa. Jadi outreach itu jumlah orangnya, jumlah pembacanya, jangkauannya. Terus kemudian yang ketiga adalah outcome-nya. Nah outcome-nya itu adalah apabila program itu berhasil merubah kebiasaan, habit, atau lifestyle orang disitu. Kalau dalam konteks program BUMN Hadir untuk Negeri, kita sih berharapnya perubahan image mereka terhadap Telkom. Jadi image dan reputasinya. Bagaimana mereka memandang Telkom kemudian.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Hingga saat ini, PR Telkom Regional V belum optimal
melakukan peninjauan secara rutin terhadap perkembangan hasil yang
sudah terjadi di lapangan sebagai hasil dari tindakan komunikasi yang
dilakukan. Biasanya setiap minggu selalu dilakukan teleconference
dengan staf PIC pelaksana kegiatan yang ada di lapangan untuk meninjau
perkembangannya. Namun karena PR juga disibukkan dengan kegiatan-
kegiatan yang ada di kantor, sehingga akhirnya rutinitas peninjauan
tersebut jadi terabaikan dan terkesampingkan.
“Saat ini belum optimal dilakukan. Karena kita kan gini, setiap minggu itu, mestinya kan kita itu udah ada telco (teleconference) kan, dengan temen-temen kita yang ada disana, yang lagi ngawal program disana. Tapi ya karena kayak gini ini lho, kesibukan disini yang ini banget, akhirnya itu terabaikan, terkesampingkan. Jadi kita mengutamakan mana yang lebih prioritas dulu.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Sementara ini untuk program “BUMN Hadir untuk Negeri”
tahun 2016 juga belum dilakukan evaluasi atau pengukuran. PR berniat
untuk menggandeng lembaga independen dari luar untuk melakukan
survey evaluasi program, karena minimnya resource dari Telkom sendiri
untuk melakukannya sendiri. PR pasti akan terlibat dalam proses evaluasi
tersebut, bersama lembaga survey yang digandengnya. Evaluasi yang
akan dilakukan nantinya juga bisa menyangkut mengenai apakah strategi
106
Universitas Kristen Petra
yang dilakukan sudah tepat sasaran, efisien, dan tepat budget.
“Belum pernah diukur, belum sempat melakukan pengukuran dari program yang lalu. Nah itu lho, harus ada lembaga independen dari luar yang melakukan survey. Kalian kayak dari mahasiswa gitu, survey. Bisnis Telkom bukan untuk itu, bukan untuk melakukan survey sampai sedetail itu. Aku melakukan bisnis disini. Jadi mustinya ada pihak lain yang melakukan itu. Untuk yang tahun 2016 belum dilakukan evaluasi. Evaluasi bisa menyangkut : apakah strategi tersebut tepat sasaran, efisien, dan tepat budget. PR pasti selalu ada di dalamnya, dan lembaga luar yang kita gandeng untuk melakukan survey evaluasi.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Intinya, PR ingin mencapai komunikasi yang tepat sasaran, tepat
budget, efisien, dan outcome-nya tetap tercapai dengan mengedepankan
prinsip 5M (Message, Method, Media, Man, Measurement). Apabila
nantinya proses evaluasi telah dilakukan, PR berniat melakukan
perbaikan. Pertama dengan memetakan 5M terlebih dahulu, dan
khususnya untuk aspek Media, harus menggunakan media yang tepat
sasaran dan tepat budget. Media yang tepat sasaran, maksudnya adalah
media-media yang ada di wilayah lokasi pelaksanaan program. Untuk
media yang tepat budget, perlu mencari media komunikasi yang tidak
mahal, bahkan bisa dengan cara melakukan pendekatan kepada
stakeholders yang ada di kuadran 1 seperti pemerintah setempat, agar
mereka mendukung pelaksanaan program dengan cara membantu
mempromosikan program, sehingga PR tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk membuat iklan dan sejenisnya.
“Melakukan perbaikan dong. Yang pasti harus memetakan 5M-nya dulu kan, saat ini itu kita mau campaign tentang apa sih. Nah untuk medianya, harus tepat sasaran dan tepat budget kan, kalo kita misalnya milih media nih, kita cari yang budget-nya gak usah gede-gede. Jadi yang biar efektif di sisi itu. Itu lihat dari sisi pemilihan aja. Kalau dalam program BUMN Hadir untuk Negeri, ya kalo tepat sasaran ya sasarannya pasti di wilayah itu kan. Media-media yang ada di wilayah situ. Tepat budget, cari media komunikasi yang tidak terlalu mahal. Atau sebenarnya yang paling bagus, aku dulu pernah bikin program di Banyuwangi, ketika kita mendekati kepala daerahnya, kepala daerahnya itu bisa jadi endorser dari produk kita. Secara tidak langsung, dia itu mempromosikan produknya kita. Itu sebenarnya campaign yang
107
Universitas Kristen Petra
efektif, ada orang lain sebagai endorser yang menginfokan produk kita keluar. Jadi gak usah kita keluar biaya iklan, itu salah satunya. Kita menggunakan pendekatan ke orang-orang di daerah terkait, utamanya ke orang-orang yang ada di kuadran 1 kayak public opinion leader, government, gitu-gitu deh. Jadi kita melakukan komunikasi dengan mereka supaya mereka secara tidak langsung mendukung program ini dengan cara membantu mempromosikan gitu.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Untuk mengukur respon masyarakat terhadap pelaksanaan
Program “BUMN Hadir untuk Negeri” tahun 2016 ini, PR memilih
beberapa sampling dari pihak-pihak terkait, terutama dari masyarakat,
mengambil video testimoni mereka, dan hasilnya positif.
“Ini kita sampling, dengan apa cara sampling-nya, dengan minta testimoni. Yang kemarin Stephanie bantu videokan itu.. Ini jelas sudah valid, karena apa, ini sudah ada dokumentasinya dalam bentuk testimoni. Responnya terima kasih, baik, kayak gini gini gini.. Yang dapet hadiah seneng, yang dapet hadiah motor itu.. Terus yang aku ajak ke wawancara bapak-bapak itu.. Itu adalah respon yang sudah bener-bener terdokumentasi, udah nggak bisa dibantah.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Gambar 4.17. Video Testimoni Penerima Bedah Rumah Veteran
Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017
108
Universitas Kristen Petra
Respon positif lain yang muncul dari masyarakat juga dapat
dilihat dari antusiasme masyarakat terhadap bantuan-bantuan yang
diberikan. Setiap kali dilakukan acara peresmian bantuan, masyarakat
selalu datang berbondong-bondong untuk menghadirinya.
“Luar biasa. Karena itu kita bisa lihat setiap ada peresmian, itu kan masyarakat langsung datang berbondong-bondong begitu. ..... Nah itu, melihat antusiasme masyarakat terhadap bantuan kita.” (Ardiwinata, wawancara tanggal 4 April 2017)
Gambar 4.18. Video Testimoni Penerima Pembinaan Mantan Atlet Nasional
Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017
109
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.19. Antusiasme Masyarakat di Peresmian Bantuan Sarana Air Bersih & MCK
Sumber: Arsip Public Relations Telkom Regional V, 2017
Untuk menindaklanjuti hubungan yang telah terjalin dengan
para stakeholders, PR berusaha menggandeng mereka untuk bekerjasama
lebih jauh dengan Telkom, dan harapannya agar pada akhirnya mereka
bisa sampai menjadi pelanggan Telkom juga. Arahnya tetap kembali ke
bisnis Telkom.
“Ya itu, kita berusaha menggandeng mereka lebih jauh, kalau bisa ya sampai jadi pelanggan Telkom juga. Sesuai plan. Government terkait itu, sama orang-orang yang terkait itu, itu nantinya akan digandeng kerjasama, nggak tau itu jadi pelanggan atau apa. Jadi arahnya tetap ke bisnis Telkom. Trus kemudian untuk tau seberapa besar image dan reputasi Telkom itu, mustinya kita gandeng orang-orang yang bikin survey-survey itu, untuk evaluasi. Makanya kan kubilang, after event itu kita berharap apa sih, hubungan kita dengan yang tadi itu jangan putus. Tapi bagaimana kemudian mereka ini tau, kalo Telkom ini menyediakan gini gini gini ya, akhirnya mereka jadi pelanggan. Gitu lho, arahnya akhirnya itu ke situ.” (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Penerapan kelima aspek ini, mulai dari Message, Method, Media, Man,
hingga Measurement terhadap masing-masing kuadran dari pemetaan (mapping)
para stakeholders Telkom secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut:
110
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2. Aplikasi Strategi 5M untuk Masing-masing Kuadran Stakeholders
Message Method Media Man Measurement
Kuadran 1 Latar belakang program, Tujuan pelaksanaan program, Benefit untuk mereka, Support yang diperlukan dari mereka
Forum, dialog, FGD
Face to face PIC masing-masing kegiatan dalam Program BUMN Hadir untuk Negeri 2016
Output, Outreach, Outcome. Mengukur apakah strategi sudah tepat sasaran, efisien, dan tepat budget
Kuadran 2 Iklan promosi,
newsletter, gathering
Media massa, media sosial
Kuadran 3 Visiting Face to face
Kuadran 4 Sponsorship, bantuan/hibah
sosial Media massa
Sumber: Olahan Peneliti, 2017
Kemudian apabila diaplikasikan ke dalam sebuah model, strategi konsep
5M yang diterapkan sesuai stakeholders mapping Telkom Regional V dapat
digambarkan seperti berikut:
Bagan 4.4. Proses 5M terhadap Stakeholders
Sumber: Olahan Peneliti, 2017
Melalui strategi komunikasi yang dijalankan ini, PR ingin agar
keberadaan Telkom sebagai BUMN semakin dikenal dan diketahui publik,
terutama dalam program-program CSR-nya. PR ingin memberikan informasi ke
publik, bahwa Telkom juga menyisihkan sebagian dari keuntungan usahanya
untuk membantu masyarakat melalui program-program CSR tersebut.
“Yang ingin dicapai dari tindakan komunikasi ini adalah, kita ingin publik tahu keberadaan BUMN untuk membantu publik di program-program CSR. Jadi publik akan tahu, oh keberadaan Telkom ini sebagai BUMN seperti ini.. Ternyata selain Telkom itu punya target sendiri untuk perusahaannya, untuk pemerintah, tapi Telkom juga ternyata juga menyisihkan sebagian dari profit usahanya, itu yang dikembalikan ke publik sendiri untuk membantu masyarakat. Klunya adalah itu,
5M
Mapping
Method
Media Man Message
Audience (Stakeholders)
Measurement
111
Universitas Kristen Petra
keberadaannya Telkom akan diketahui publik untuk program-program CSR.” (Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017)
4.5. Analisis dan Interpretasi Data
Dalam pelaksanaan analisis dan interpretasi data, peneliti sekaligus
melakukan triangulasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan triangulasi
sumber beserta triangulasi teori. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton
dalam Moleong, 2014, p.330). Peneliti melakukan triangulasi sumber dengan
membandingkan hasil wawancara antara Ivone Andayani selaku Public Relations
Telkom Regional V dan Dadi Ahdyan Ardiwinata selaku Manager Community
Development Center (CDC) Area V, dengan Hanafy selaku Perwakilan BUMN
Pendamping (PT Boma Bisma Indra) dan Novi serta Ponimin selaku Perwakilan
Masyarakat Penerima Bantuan (Bedah Rumah Veteran). Triangulasi sumber juga
dilakukan peneliti dengan membandingkan hasil wawancara dengan hasil
pengamatan di lapangan, pengamatan terhadap dokumentasi dan data yang
diperoleh peneliti.
Sedangkan triangulasi teori (rival explanation) adalah pencarian tema atau
penjelasan banding. Hal ini dapat dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian
cara lainnya untuk mengorganisasikan data yang barangkali mengarahkan pada
upaya penemuan penelitian lainnya. Secara logika dilakukan dengan jalan
memikirkan kemungkinan logis lainnya dan kemudian melihat apakah
kemungkinan-kemungkinan itu dapat ditunjang oleh data (Moleong, 2014, p.331).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan triangulasi teori dengan cara
mencocokkan hasil wawancara yang diperoleh peneliti melalui wawancara
terhadap kedua informan utama yang telah ditetapkan, dengan teori dan tinjauan
pustaka yang peneliti peroleh dari buku literatur dan jurnal ilmiah yang terkait
dengan strategi komunikasi dan Corporate Social Responsibility (CSR).
112
Universitas Kristen Petra
4.5.1. Penerimaan Mandat Pelaksanaan Program “BUMN Hadir untuk
Negeri” 2016 dari Kementerian BUMN
“BUMN Hadir untuk Negeri” adalah sebuah program sosial yang
dirancang oleh Kementerian BUMN, yang bertujuan untuk menciptakan kondisi
dan mendorong agar BUMN di Indonesia dapat memberikan sumbangan yang
terbaik bagi negeri dan rakyat Indonesia. Program ini adalah program sosial
tingkat nasional pertama yang melibatkan dan mensinergikan semua BUMN di
seluruh Indonesia (www.swa.co.id, diakses 19 September 2016).
Dilaksanakan secara serentak di 34 provinsi di seluruh tanah air, “BUMN
Hadir untuk Negeri” sesungguhnya adalah perwujudan praktis dari Gerakan
Nasional "Ayo Kerja" yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada
peringatan 70 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 2015 lalu.
Berdasarkan kesuksesan pelaksanaan program tersebut di tahun 2015 dan
besarnya harapan masyarakat akan partisipasi BUMN, Rini Soemarno, Menteri
BUMN RI, dalam dalam acara Anugerah BUMN Hadir untuk Negeri di Bandung
19 Februari 2016 lalu mengatakan bahwa program tersebut akan dilaksanakan
secara berkala setiap tahun oleh Kementerian BUMN. Tahun 2016 ini adalah
tahun kedua pelaksanaan program “BUMN Hadir untuk Negeri”, dengan
rangkaian sub-program yang berbeda namun tetap dengan tujuan yang sama.
Dengan sistem pelaksanaan serentak secara nasional oleh seluruh BUMN
di Indonesia, Kementerian BUMN menunjuk salah satu BUMN sebagai PIC atau
koordinator pelaksana program di setiap wilayah provinsi secara bergilir untuk
memastikan bahwa kegiatan “BUMN Hadir untuk Negeri” dapat terlaksana
dengan baik dan tepat sasaran. PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) di tahun
2016 ini ditunjuk sebagai BUMN koordinator pelaksana program di wilayah Jawa
Timur, bersama 5 BUMN pendamping lainnya antara lain PT Garam, PT SIER,
PT Petrokimia Gresik, Perum Jasa Tirta I, serta PT Boma Bisma Indra. Di tahun
2015 sebelumnya, Telkom ditunjuk sebagai BUMN ketua kegiatan untuk wilayah
Jawa Barat dengan PT Bhanda Ghara Reksa dan Perum Jasa Tirta II sebagai wakil
ketua (www.bumnhadiruntuknegeri.com, diakses 19 September 2016).
Telkom mengadaptasi program yang dimandatkan oleh Kementerian
BUMN ini sebagai program CSR perusahaan, karena Telkom menilai bahwa
113
Universitas Kristen Petra
program ini merupakan konsep program CSR yang ideal, yang tidak hanya
sekedar berupa kegiatan kedermawanan atau perbuatan amal yang sering
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan sebagai kewajiban dalam melaksanakan
kegiatan CSR, tetapi juga mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas
masyarakat lokal (Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017).
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
mendefinisikan CSR sebagai komitmen berkelanjutan kalangan bisnis untuk
berperilaku etik dan memberikan sumbangan pada pembangunan ekonomi,
sekaligus memperbaiki mutu hidup angkatan kerja dan keluarganya serta
komunitas lokal dan masyarakat lokal secara keseluruhan (Iriantara, 2004, p.49).
Penerapan CSR di perusahaan menjadi semakin penting dengan munculnya
konsep sustainable development dari World Comission on Environment and
Development. Seiring dengan itu, maka konsep CSR pun mengalami penyesuaian
dan dikembangkan dalam bingkai sustainable development. Idealnya, kegiatan
CSR itu bukan sebuah charity (karitatif) atau seperti sinterklas yang membagi-
bagikan permen atau makanan di hari Natal, tetapi harus berdasarkan perencanaan
dan program yang matang dan dilakukan secara terus-menerus (Ardianto &
Machfudz, 2011, p.26).
Untuk operasional pelaksanaan program ”BUMN Hadir untuk Negeri”
ini secara keseluruhan, Telkom membentuk satuan tugas (satgas) khusus, dengan
Alex J. Sinaga sebagai ketua penanggung jawab utamanya. Oleh karena di tahun
2016 ini Telkom ditunjuk sebagai BUMN koordinator pelaksana program
”BUMN Hadir untuk Negeri” di wilayah Jawa Timur, Telkom Regional V yang
menangani wilayah Jatim, Bali, Nusra memiliki peran yang cukup signifikan,
terutama Unit CDC dan Public Relations Telkom Regional V, dengan bantuan
kerja sama dari Telkom pusat.
Output yang diharapkan oleh Telkom melalui pelaksanaan Program
“BUMN Hadir untuk Negeri” 2016 ini adalah bahwa masyarakat atau publik
semakin mengerti keberadaan Telkom, yang pada akhirnya nanti akan
meningkatkan harga saham Telkom sendiri (Andayani, wawancara tanggal 4 April
2017). Public Relations adalah bidang yang berkaitan dengan mengelola citra dan
reputasi seseorang maupun lembaga (Nova, 2011, p.296). Untuk membangun citra
114
Universitas Kristen Petra
yang positif dari perusahaan dibutuhkan waktu yang cukup lama. Salah satu
manfaat penting yang dapat diperoleh perusahaan dari aktivitas Corporate Social
Responsibility (CSR) atau Community Relations yang dikerjakan Public Relations
adalah meningkatnya citra perusahaan, yang dalam rentang waktu panjang akan
meningkatkan reputasi perusahaan pula (Susanto, 2012, p.14).
Selain itu, aspek 3P (profit-people-planet) yang menjadi landasan
pelaksanaan program ini juga diharapkan dapat tercapai. Mulai dari aspek
ekonomi atau profit, dimana melalui program ini Telkom dapat membantu
meningkatkan dan memperbaiki taraf hidup masyarakat. Lalu dari aspek sosial
atau people, Telkom dapat memperbaiki struktur sosial masyarakat, dan dari
aspek lingkungan atau planet, Telkom juga berkewajiban untuk menjaga dan turut
serta memperbaiki kondisi lingkungan sekitar (Ardiwinata, wawancara tanggal 4
April 2017).
Harapan Telkom untuk dapat mencapai aspek 3P (profit-people-planet)
yang menjadi landasan pelaksanaan program “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016
ini sejalan dengan definisi konsep CSR yang disampaikan oleh W. Timothy
Coombs dan Sherry J. Holladay (2012, p.8), yaitu “CSR is the voluntary actions
that a corporation implements as it pursues its mission and fulfills its perceived
obligations to stakeholders, including employees, communities, the environment,
and society as a whole. (CSR adalah tindakan sukarela yang dilakukan oleh
perusahaan dalam upaya mengejar misinya dan memenuhi kewajibannya terhadap
para pemangku kepentingan, termasuk karyawan, komunitas, lingkungan sekitar,
dan masyarakat secara keseluruhan).”
Definisi ini terkait dengan konsep utama dan mendasar dari CSR, yaitu
Triple Bottom Line: Profit, People, dan Planet (3P) yang dikembangkan oleh John
Elkington dalam bukunya “Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of
Twentieth Century Business” yang di-release pada tahun 1997. Ia berpendapat
bahwa jika perusahaan ingin sustain (berkelanjutan), maka perusahaan tersebut
perlu memperhatikan “3P”, dimana bukan hanya keuntungan atau laba (profit)
yang diburu, namun perusahaan juga harus memberikan kontribusi positif kepada
masyarakat, memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan
115
Universitas Kristen Petra
masyarakat (people), serta ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan
(planet) (Wibisono, 2007, p.32).
Seperti yang sebelumnya disebutkan, bahwa Unit CDC dan Public
Relations Telkom Regional V memiliki peran yang cukup signifikan dalam
pelaksanaan Program ”BUMN Hadir untuk Negeri” 2016, dengan bantuan kerja
sama dari Telkom pusat, karena di tahun 2016 ini Telkom ditunjuk sebagai
BUMN koordinator pelaksana program ”BUMN Hadir untuk Negeri” di wilayah
Jawa Timur. Bila Unit CDC lebih banyak menangani operasional pelaksanaan
program di lapangan, disini Public Relations berperan dalam persiapan dan
pelaksanaan program pada aspek komunikasinya.
PR berperan dalam menjalin hubungan baik dengan para stakeholders
Telkom, terutama yang terkait dengan pelaksanaan Program “BUMN Hadir untuk
Negeri” 2016 ini, yang disebut PR Telkom sebagai peran mediator. Dalam
menjalankan perannya sebagai mediator yang menghubungkan Telkom dengan
stakeholder-stakeholder terkait, PR perlu menyusun sebuah strategi komunikasi
yang tepat dan efektif untuk mengomunikasikan program “BUMN Hadir untuk
Negeri” ini sehingga dapat diterima dengan baik oleh stakeholder-stakeholder
terkait (Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017).
Posisi PR di Telkom Regional V sudah setingkat dengan posisi manajer,
dan ini menunjukkan bahwa Telkom Regional V menganggap bahwa PR
memiliki fungsi penting dan krusial bagi perusahaan, dan telah menerapkan teori
excellence yang dicetuskan oleh Grunig. Teori Excellence menganggap PR bukan
lagi sekedar berperan sebagai alat persuasif atau sebagai teknisi komunikasi untuk
menyebarluaskan informasi, tetapi PR dianggap sebagai profesional yang
melaksanakan peran sebagai manajer yang menggunakan penelitian dan dialog
untuk membangun hubungan yang sehat dengan publiknya (Kriyantono, 2014,
p.106).
CSR sendiri merupakan salah satu aktivitas keseharian praktisi Public
Relations (Theaker, 2001, p.7). Edward L. Bernays seperti yang dikutip oleh
Grunig (1984) dalam buku Public Relations and Corporate Social Responsibility
(2011, p.193), menyatakan bahwa “Public Relations is the practice of social
responsibility”. Dari pernyataan Edward ini, ditunjukkan bahwa fokus terbesar
116
Universitas Kristen Petra
dari kegiatan Public Relations adalah melakukan kegiatan sebagai bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam praktiknya, Public Relations Telkom
Regional V tidak berperan dalam implementasi aksi CSR di lapangan, namun
bertugas dalam aspek komunikasi kegiatan, yaitu untuk mempublikasikan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut, baik melalui media massa lokal maupun
media massa regional. Public Relations juga menjalin relationship dengan para
stakeholder terkait, misalnya dengan pemerintah kabupaten lokasi pelaksanaan
program (Andayani, wawancara tanggal 14 September 2016).
Penyusunan strategi komunikasi oleh PR Telkom Regional V ini
dilakukan ketika satgas dibentuk, setelah Telkom Regional V mendapatkan
informasi dari Kementerian BUMN melalui corporate, yaitu sekitar satu bulan
sebelum pelaksanaan program. Waktu yang diperlukan PR untuk menyusun
strategi komunikasi ini yaitu sekitar 1 minggu, namun strategi yang telah disusun
tersebut bersifat fleksibel dan dapat berubah-ubah sesuai dengan realita yang
dihadapi. Hal itu dibenarkan oleh Johnson & Scholes (2002) dalam Tench &
Yeomans (2006, p.194), bahwa sangat dimungkinkan bila stakeholders pada satu
segmen dapat ‘berpindah’ ke segmen lainnya. Misalnya stakeholders seperti
Public Opinion Leader atau media yang tidak terkait bisnis dan layanan Telkom
awalnya berada di kuadran 3 (level of power tinggi, level of interest rendah).
Suatu saat mereka bisa berpindah ke kuadran 1 bila mereka menjadi pelanggan
Telkom.
Kemudian seperti yang dinyatakan oleh Phil Jones (2008, p. 163-166),
dalam proses pembuatan strategi komunikasi, salah satu tahapan yang harus
dilakukan oleh penyusun strategi komunikasi, dalam hal ini yaitu Public Relations
Telkom Regional 5, adalah tahap untuk meluncurkan strategi. Dimana dalam
tahap ini, PR harus memiliki perencanaan komunikasi yang jelas untuk ke
depannya, dan salah satunya mengenai apa yang akan dikomunikasikan atau bisa
disebut sebagai unsur “pesan” dalam proses komunikasi. Oleh karena itu, setelah
menerima mandat dari Kementerian BUMN yang disampaikan melalui direksi
Telkom pusat, strategi berikutnya yang dilakukan oleh PR Telkom Regional V
untuk melakukan tindakan komunikasi adalah menyusun pedoman pesan utama
yang akan dikomunikasikan kepada para stakeholders.
117
Universitas Kristen Petra
4.5.2. Menyusun Pedoman Pesan Utama yang akan Dikomunikasikan
kepada Stakeholders
Phil Jones, dalam bukunya Communicating Strategy (2008, p.60),
memberikan sebuah pernyataan penting mengenai strategi komunikasi:
“When you are communicating strategy, you are communicating change. Otherwise why are you communicating it? If strategy is about creating and making change happens, communicating strategy is about communicating that change and helping to bring it about.”
Ketika kita melakukan strategi komunikasi, kita sedang
mengomunikasikan sebuah perubahan. Apabila strategi adalah mengenai
menciptakan dan membuat perubahan terjadi, strategi komunikasi adalah tentang
mengomunikasikan perubahan tersebut dan membantu untuk mencapainya.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, PR Telkom Regional V juga
mendasarkan penyusunan strategi komunikasinya pada tujuan atau visi misi
perusahaan secara keseluruhan, utamanya visi misi perusahaan dalam
menjalankan tanggung jawab sosialnya.
Selain sebagai BUMN, Telkom juga merupakan sebuah perusahaan
publik. Telkom menjalankan etika bisnis, salah satunya yaitu Good Corporate
Governance (GCG) dan Good Corporate Citizenship (GCC). Kedua etika ini
menjadi salah satu landasan Telkom dalam menjalankan program-program CSR-
nya. Selain berlandaskan pada etika GCG dan GCC, dalam Laporan Tahunan
Telkom Indonesia tahun 2015 (p.301) lalu juga disebutkan bahwa tujuan Telkom
CSR adalah untuk mendukung keberlangsungan bisnis Telkom dengan
melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan di bidang ekonomi, sosial, dan
lingkungan yang melibatkan karyawan Telkom Group dan masyarakat
berlandaskan pada tiga pilar utama (triple bottom line), yaitu planet, people dan
profit. Jadi selain mencari laba atau keuntungan (profit), di sisi lain Telkom juga
memiliki tanggung jawab moral. Telkom secara moral juga bertanggung jawab
terhadap pertumbuhan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat (people), serta
lingkungan sekitarnya (planet).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan program-program
CSR yang dilakukan Telkom adalah untuk menjalankan perannya sebagai BUMN
sekaligus perusahaan publik terhadap asas etika Good Corporate Citizenship
118
Universitas Kristen Petra
(GCC) dan juga triple bottom line (3P – profit, people, planet). Berdasarkan
tujuan perusahaan inilah, akhirnya ditetapkan tujuan strategi komunikasi yang
disusun oleh PR Telkom Regional V. Melalui strategi komunikasi yang dijalankan
ini, PR ingin agar keberadaan Telkom sebagai BUMN semakin dikenal dan
diketahui publik, terutama dalam program-program CSR-nya. PR ingin
memberikan informasi ke publik, bahwa Telkom juga menyisihkan sebagian dari
keuntungan usahanya untuk membantu masyarakat melalui program-program
CSR tersebut (Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017).
Sejalan dengan pernyataan Anne Gregory (2004, p.79), bahwa salah satu
aturan kunci yang harus diingat ketika menetapkan tujuan program adalah tujuan
tersebut harus sejalan dengan tujuan organisasi secara keseluruhan, sehingga staf
atau karyawan perusahaan yang tergabung dalam satuan tugas (satgas) pelaksana
program dapat lebih memahami bahwa tanggung jawab yang mereka emban
adalah untuk kepentingan mereka dan perusahaan mereka juga.
Setelah menerima mandat dari Kementerian BUMN yang disampaikan
melalui direksi Telkom pusat, PR Telkom Regional V mulai menyusun pesan
utama yang akan dikomunikasikan kepada para stakeholders, dengan
berkoordinasi bersama Telkom pusat (corporate) dan CDC Telkom. Pesan yang
akan disampaikan ini tidak disusun secara sembarangan, melainkan dengan
memerhatikan tujuan strategi komunikasi secara keseluruhan, yang juga
didasarkan pada tujuan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pesan utama yang disusun untuk disampaikan kepada stakeholders
dikemas dalam sebuah buku pedoman atau guidance. Pesan yang ingin
dikomunikasikan antara lain terdiri dari 3 poin utama, yaitu tentang latar belakang
dan tujuan pelaksanaan program “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016 itu sendiri,
lalu benefit atau keuntungan seperti apa yang bisa didapatkan oleh masing-masing
stakeholders yang mau bekerjasama dengan Telkom dalam pelaksanaan program,
serta support atau bantuan seperti apa yang sekiranya dibutuhkan oleh Telkom
dari para stakeholders tersebut untuk pelaksanaan masing-masing kegiatan dalam
program (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017).
Pesan-pesan yang disusun oleh PR Telkom Regional V dalam strategi
komunikasi ini ideal untuk mendukung pelaksanaan program secara keseluruhan,
119
Universitas Kristen Petra
seperti yang dinyatakan oleh Cutlip, Center, & Broom (2006, p.340), bahwa
strategi komunikasi mendukung program tindakan untuk: (1) menginformasikan
sasaran publik internal dan eksternal dari tindakan; (2) mempersuasi publik
tersebut untuk mendukung dan menerima tindakan itu; dan kemungkinan (3)
menginstruksikan publik dengan kemampuan yang diperlukan untuk mewujudkan
maksud mereka menjadi tindakan.
Melalui poin pesan yang pertama, yaitu tentang latar belakang dan tujuan
pelaksanaan program “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016 itu sendiri, PR berusaha
menginformasikan pada stakeholders internal maupun eksternal mengenai
program atau tindakan yang akan Telkom laksanakan. Kemudian melalui poin
pesan yang kedua, tentang benefit atau keuntungan seperti apa yang bisa
didapatkan oleh masing-masing stakeholders yang mau bekerjasama dengan
Telkom dalam pelaksanaan program, PR berusaha mempersuasi stakeholders
tersebut untuk mendukung dan menerima program atau tindakan yang akan
Telkom laksanakan itu. Dan melalui poin pesan yang ketiga, tentang support atau
bantuan seperti apa yang sekiranya dibutuhkan oleh Telkom dari para
stakeholders tersebut untuk pelaksanaan masing-masing kegiatan dalam program,
PR berusaha menginstruksikan stakeholders dengan kemampuan yang diperlukan
untuk mewujudkan maksud mereka menjadi tindakan, yaitu men-support atau
membantu atau mau bekerjasama dengan Telkom.
4.5.3. Menggunakan Komunikasi Interpersonal Berkelanjutan kepada
Stakeholders Sasaran Utama Program
Setelah poin-poin pesan utama yang ingin disampaikan telah disusun,
selanjutnya PR perlu memikirkan bagaimana cara untuk mengomunikasikan
pesan-pesan tersebut kepada stakeholders secara efektif, agar dapat diterima
dengan baik. Berdasarkan tahapan strategi komunikasi yang dinyatakan Phil Jones
(2008, p.163-166), di tahap pertama, yaitu tahap Strategic analysis and planning
(Analisis dan perencanaan strategis), penyusun strategi komunikasi perlu
menciptakan atau membentuk sebuah pernyataan misi (mission statement) yang
nyata dan mengarah pada masa depan. Strategi komunikasi yang disusun oleh
Ivone Andayani selaku PR Telkom Regional V untuk mengomunikasikan
120
Universitas Kristen Petra
mengenai Program “BUMN Hadir untuk Negeri” memiliki sebuah mission
statement yang berbunyi: “Komunikasi yang disampaikan hendaknya selalu
melihat aspek 5M: Message, Method, Media, Man, and Measurement. Jadi, apa
Message nya, disampaikan oleh siapa (Man), dengan Metode apa, melalui Media
apa, dan ada Measurement-nya.”
Berdasarkan mission statement tersebut, dapat disimpulkan bahwa
strategi komunikasi yang disusun PR Telkom Regional V berlandaskan pada
sebuah prinsip, yang disebut Ivone sebagai “aspek 5M”, yaitu Message, Method,
Media, Man, dan Measurement. Prinsip yang digunakan PR untuk melandasi
strategi komunikasi yang disusunnya itu sejalan dengan pengertian strategi
komunikasi yang dinyatakan Middleton dalam Cangara (2013, p.61), yaitu
strategi komunikasi sebagai kombinasi yang terbaik dari semua unsur komunikasi
mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima, sampai pada pengaruh
(efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.
Kelima aspek landasan ini kemudian disesuaikan dengan masing-masing
kepentingan stakeholders terkait, karena tidak semua stakeholders menginginkan
informasi yang sama mengenai inisiatif CSR. Komunikasi CSR yang dilakukan
harus disesuaikan dengan masing-masing stakeholder, namun dengan tetap
menjaga konsistensi komunikasi yang dilakukan secara keseluruhan (Pomering &
Dolnicar, 2008, dalam Coombs & Holladay, 2012, p.110).
Stakeholders adalah sekelompok orang atau seseorang yang dapat
memengaruhi atau dipengaruhi oleh kesuksesan maupun kegagalan perusahaan
(Hadi, 2011, p.93). Menurut Ivone sendiri sebagai PR Telkom Regional V,
stakeholder adalah publik, baik yang sedang berhubungan, belum berhubungan,
bahkan yang tidak berhubungan dengan produk maupun layanan perusahaan
(Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017).
Stakeholders yang menjadi target utama dari tindakan komunikasi yang
dilakukan oleh PR Telkom Regional V dalam program ini antara lain adalah
Board of Directors (BoD) PT Telkom Indonesia, Kementerian BUMN, BUMN-
BUMN lain, Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, media setempat, masyarakat
terkait, serta karyawan internal Telkom sendiri (Andayani, wawancara tanggal 28
April 2017). Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya akan berfokus pada
121
Universitas Kristen Petra
komunikasi yang dilakukan PR Telkom Regional V terhadap 5 BUMN
pendamping yang bekerjasama dengan Telkom dalam pelaksanaan program
“BUMN Hadir untuk Negeri” 2016 ini, serta terhadap masyarakat yang menjadi
sasaran program.
Hal ini terkait dengan keunikan program yang peneliti angkat dalam
penelitian ini, dimana program ini menarik, tidak seperti program-program CSR
lain, yang pada umumnya dilaksanakan hanya oleh 1 perusahaan saja, atau
perusahaan bekerjasama dengan lembaga sosial seperti Non-Profit Organization
(NGO), sebagai upaya memperoleh awareness maupun legitimasi dari masyarakat
atau komunitas bagi perusahaan tersebut. Dalam program CSR “BUMN Hadir
untuk Negeri” 2016 ini, Telkom dituntut untuk mampu menjalin hubungan
kerjasama yang baik dengan para stakeholder-nya, terutama dengan 5 BUMN lain
yang menjadi pendamping pelaksana program bersama Telkom di wilayah Jawa
Timur. Telkom sekaligus juga harus mampu menjadi perwakilan kelima BUMN
tersebut untuk mengomunikasikan program “BUMN Hadir untuk Negeri” ini
sehingga dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan memunculkan
terjadinya identification, seperti yang telah peneliti paparkan sebelumnya pada
latar belakang penelitian di bab 1.
Berikut penjabaran dari aplikasi komunikasi aspek 5M yang diterapkan
PR Telkom Regional V terhadap BUMN pendamping beserta masyarakat sasaran
program mulai dari pra-pelaksanaan hingga pasca-pelaksanaan program “BUMN
Hadir untuk Negeri” 2016, yang disajikan peneliti dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.3. Aplikasi Komunikasi Aspek 5M pada BUMN Pendamping
Pra-Pelaksanaan Pelaksanaan Pasca-Pelaksanaan
Man PIC masing-masing kegiatan dan/atau PR Telkom Regional V
Message Rencana pelaksanaan program (lisan & tertulis-formal)
Progress report pelaksanaan program, informasi perubahan rencana (lisan & tertulis-formal)
Laporan pelaksanaan program (lisan & tertulis-formal)
Method Rapat koordinasi Rapat koordinasi,
pemberian informasi Rapat evaluasi,
pemberian informasi
5M
Waktu
122
Universitas Kristen Petra
Media Face to face Face to face, telepon,
Whats App Face to face, Buku laporan program
Measurement Tidak dilakukan
Sumber: Olahan Peneliti, 2017
Tabel 4.4. Aplikasi Komunikasi Aspek 5M pada Masyarakat Sasaran Program
Pra-Pelaksanaan Pelaksanaan Pasca-Pelaksanaan
Man PIC masing-masing kegiatan dan/atau PR Telkom Regional V
Message
Latar belakang & tujuan program, benefit untuk mereka, gambaran tentang kegiatan yang akan dilaksanakan (lisan & tertulis-non formal)
Informasi perkembangan kegiatan (lisan & tertulis-non formal)
Follow up bantuan (lisan-non formal)
Method Dialog, pemberian
informasi Dialog, pemberian
informasi Dialog
Media Face to face, media
massa Face to face, media
massa Face to face
Measurement Tidak dilakukan
Sumber: Olahan Peneliti, 2017
Komunikator atau Man yang dipilih untuk menyampaikan pesan kepada
stakeholders tidak dipilih oleh PR tetapi ditunjuk langsung oleh corporate atau
kantor pusat Telkom, dan mereka merupakan staf atau karyawan perusahaan
Telkom setingkat SGM (Senior General Manager) ke atas yang dipilih untuk
menjadi PIC dari masing-masing ke-14 kegiatan dalam program “BUMN Hadir
untuk Negeri” 2016. Selain sebagai PIC, mereka juga ditentukan sebagai
komunikator, karena dengan posisi mereka sebagai PIC, bisa dikatakan bahwa
mereka adalah orang-orang yang paling kredibel untuk menjadi Man yang
mengomunikasikan Message mengenai kegiatan yang mereka handle sebagai PIC.
Alasan penunjukan komunikator berdasarkan kredibilitas mereka ini
sesuai dengan pendapat Newsom, Turk, & Kruckeberg (2004, p.128) bahwa
dalam pemilihan source atau sumber atau komunikator pesan, kredibilitas sangat
penting untuk diperhatikan. Komunikator yang kredibel dapat menghasilkan
5M
Waktu
123
Universitas Kristen Petra
dampak yang lebih besar dibanding dengan komunikator yang hanya bagus secara
penampilan saja. Senada dengan pendapat Severin (1997) dalam Moerdijati
(2012, p.182-183), bahwa sumber atau komunikator yang memiliki kredibilitas
tinggi akan memberikan hasil atau akibat penyampaian pesan pada penerima lebih
cepat daripada sumber yang memiliki kredibilitas rendah.
Namun ternyata menurut triangulasi sumber yang peneliti lakukan
terhadap salah satu perwakilan masyarakat penerima bantuan Bedah Rumah
Veteran, perwakilan dari Telkom yang datang dan bertemu dengan mereka
bukanlah PIC kegiatan Bedah Rumah Veteran, melainkan orang lain. PIC
kegiatan Bedah Rumah Veteran seharusnya adalah Nur Hassim Haji R., yang
adalah Senior General Manager (SGM) CDC Telkom. Namun yang datang
langsung menemui mereka dan berkomunikasi dengan mereka bernama Puji dan
Budi (Novi & Ponimin, wawancara tanggal 16 Mei 2017). Hal ini kemungkinan
terjadi karena PIC kegiatan sebenarnya yang memiliki jabatan sebagai SGM CDC
Telkom, memiliki jadwal kegiatan yang lain sehingga tanggung jawabnya untuk
berkomunikasi langsung dengan masyarakat penerima bantuan tidak dilakukannya
sendiri tetapi diserahkan kepada stafnya yang bernama Puji dan Budi.
Sayangnya, para komunikator yang telah dipilih tersebut tidak benar-
benar dipersiapkan secara khusus oleh PR, padahal persiapan ini merupakan salah
satu tanggung jawab penting dari PR atas komunikator yang akan menyampaikan
pesan. Phil Jones (2008, p.164) menyatakan bahwa penyusun strategi komunikasi
seharusnya juga mengarahkan, mempersiapkan, dan melatih individu-individu
yang akan menyampaikan pesan. Namun PR Telkom Regional V merasa tidak
perlu terlalu repot mempersiapkan para komunikator tersebut untuk membawakan
pesan yang perlu disampaikan kepada para stakeholders terkait. Hal ini
dikarenakan para PIC ini sudah dibekali guidance program dan draft MoU. Jadi,
dalam mengomunikasikan kegiatannya masing-masing, para PIC ini dapat
menggunakan guidance program itu sebagai pedoman mereka, lalu mereka tinggal
meminta stakeholder yang akan diajak kerjasama itu untuk menandatangani draft
MoU.
Kemudian pesan atau Message yang disampaikan kepada masing-masing
stakeholders tetap berpedoman pada 3 poin pesan utama yang tertera pada buku
124
Universitas Kristen Petra
pedoman atau guidance program yang telah disusun sebelumnya, yaitu tentang
latar belakang dan tujuan pelaksanaan program “BUMN Hadir untuk Negeri”
2016 itu sendiri, lalu benefit atau keuntungan seperti apa yang bisa didapatkan
oleh masing-masing stakeholders yang mau bekerjasama dengan Telkom dalam
pelaksanaan program, serta support atau bantuan seperti apa yang sekiranya
dibutuhkan oleh Telkom dari para stakeholders tersebut untuk pelaksanaan
masing-masing kegiatan dalam program (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei
2017).
Namun dari ketiga poin pesan utama tersebut, pesan yang disampaikan
kepada stakeholders pada tahap pra-pelaksanaan hingga pasca-pelaksanaan
disesuaikan kembali dengan peran dan kepentingan masing-masing stakeholders
dalam program. Jadi pesan yang disampaikan kepada BUMN pendamping akan
berbeda dengan pesan yang disampaikan kepada masyarakat sasaran program.
Pesan yang disampaikan di tahap pra-pelaksanaan juga akan berbeda dengan
pesan yang disampaikan ketika tahap pelaksanaan maupun pasca-pelaksanaan
program.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Pomering & Dolnicar (2008) dalam
Coombs & Holladay (2012, p.110), bahwa tidak semua pemangku kepentingan
(stakeholders) menginginkan informasi yang sama mengenai inisiatif CSR.
Komunikasi CSR yang dilakukan harus disesuaikan dengan masing-masing
stakeholder, namun dengan tetap menjaga konsistensi komunikasi yang dilakukan
secara keseluruhan. Apabila pesan yang disampaikan tidak disesuaikan dengan
kebutuhan informasi masing-masing stakeholders, hal itu justru akan membuat
komunikasi yang dilakukan tidak tepat sasaran dan stakeholders bisa saja merasa
perusahaan terlalu ‘mempromosikan’ dirinya melalui kegiatan CSR yang
dilakukannya.
Selain itu dalam penentuan pesan, juga ditentukan jenis bahasa yang
digunakan dalam penyampaiannya, apakah menggunakan bahasa formal atau non
formal. Jenis bahasa yang digunakan ini tergantung pada tipe masing-masing
stakeholders dan konteks lingkungan sekitar yang berlaku (suasana, protokoler,
birokrasi), seperti yang dinyatakan oleh Newsom, Turk, & Kruckeberg (2004,
p.133).
125
Universitas Kristen Petra
Terhadap BUMN pendamping, komunikator menggunakan jenis bahasa
formal. Sedangkan terhadap masyarakat, komunikator akan cenderung
menggunakan jenis bahasa non-formal. Hal ini disebabkan karena mayoritas
masyarakat yang disasar adalah masyarakat yang termasuk dalam golongan
ekonomi dan sosial menengah ke bawah. Masyarakat dalam golongan ini
kebanyakan tidak bisa memahami bahasa Indonesia sebagai bahasa formal, karena
mereka terbiasa menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing. Karena
itulah, agar komunikasi yang dilakukan dapat berjalan efektif, komunikator
sebaiknya memilih jenis bahasa non formal untuk berkomunikasi dengan mereka.
Peneliti menemukan bahwa hampir semua tindakan komunikasi yang
dilakukan terhadap BUMN pendamping maupun terhadap masyarakat sasaran
program, menggunakan metode pertemuan secara langsung, seperti rapat maupun
dialog, dan melalui media face to face atau tatap muka (lihat tabel 4.3 dan 4.4).
Dengan metode dan media demikian, proses komunikasi yang dilakukan adalah
komunikasi interpersonal.
Komunikasi menjadi elemen yang sangat penting atau esensial untuk
mengembangkan hubungan dengan stakeholders (Coombs & Holladay, 2012,
p.33). Salah satu tujuan dari komunikasi interpersonal sendiri, seperti yang
dinyatakan DeVito (2013, p.8), yaitu bahwa komunikasi interpersonal dapat
membantu PR untuk berelasi. Melalui komunikasi interpersonal, hubungan yang
dekat dapat lebih mudah terjalin. Selain itu, melalui komunikasi interpersonal
juga, PR lebih mudah untuk memengaruhi perilaku stakeholders, dimana saluran
komunikasi personal bersifat lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media
massa (Senjaya, 1994 dalam Moerdijati, 2012, p.187). Karena itulah, PR memilih
cara komunikasi tersebut untuk menjalin relasi awal dengan stakeholders,
terutama dengan kedua stakeholders utama dalam program ini, yaitu BUMN
pendamping dan masyarakat sasaran program.
Hubungan yang dijalin PR melalui komunikasi interpersonal ini juga
diakui melalui triangulasi sumber yang dilakukan peneliti terhadap perwakilan
masyarakat penerima bantuan program serta perwakilan BUMN pendamping
pelaksana program. Novi dan Ibu Ponimin sebagai perwakilan masyarakat
penerima bantuan mengakui bahwa pihak Telkom sering datang menemui mereka,
126
Universitas Kristen Petra
mulai dari ketika pertama kali menginformasikan bahwa rumah mereka terpilih
untuk menerima bantuan bedah rumah, kemudian saat melakukan survey lokasi,
juga ketika bedah rumah akan dilakukan (wawancara tanggal 16 Mei 2017).
Hanafy sebagai perwakilan BUMN pendamping pelaksana program juga mengaku
bahwa pihaknya diundang secara resmi untuk melakukan pertemuan rapat
koordinasi mengenai perencanaan pelaksanaan program (wawancara tanggal 23
Mei 2017).
Selain itu, komunikasi yang dilakukan juga bersifat dua arah. Seperti
yang dikatakan Rachmadi dalam Soemirat (2007), ciri hakiki dari komunikasi PR
adalah two ways communication, kegiatan komunikasi dua arah dilakukan untuk
menciptakan umpan balik yang merupakan prinsip pokok Public Relations.
Komunikasi bersifat dua arah dijalankan PR ini juga membuktikan
bahwa PR Telkom Regional V menerapkan model two-way symmetric dalam
tindakan komunikasinya terhadap publik. Model tersebut ini dianggap yang paling
ideal, dimana PR mengutamakan dialog secara penuh dengan publiknya serta
fokus pada upaya membangun hubungan dan pemahaman bersama, bukan
berupaya memersuasi publik dengan berbagai cara (Kriyantono, 2014, p.96). Ini
juga menunjukkan bahwa PR Telkom Regional V telah bertindak secara etis dan
excellence, karena pada teori excellence dari Grunig & Hunt (1984) menunjukkan
bahwa public relations (PR) menggunakan komunikasi sebagai alat negosiasi dan
kompromi dalam mewujudkan pemecahan masalah bersama (Kriyantono, 2014,
p.96).
Menurut observasi yang peneliti lakukan di lapangan, tindakan
komunikasi yang dilakukan PR terhadap BUMN pendamping memang
kebanyakan menggunakan metode pertemuan secara langsung melalui media face
to face atau tatap muka sehingga terjalin hubungan komunikasi dua arah melalui
proses komunikasi interpersonal. Namun seiring berjalannya waktu, utamanya
selama tahap pelaksanaan program, frekuensi pertemuan langsung secara tatap
muka mulai berkurang, dan kebanyakan tindakan komunikasi dilakukan melalui
media telepon dan online messenger seperti Whats App.
Peralihan metode dan media yang digunakan untuk berkomunikasi ini
dilakukan karena PR melihat realita yang ada, bahwa masing-masing perwakilan
127
Universitas Kristen Petra
BUMN pendamping memiliki jadwal aktivitasnya masing-masing, dan akan sulit
bila harus menyesuaikan semua jadwal agar bisa melakukan pertemuan tatap
muka terus menerus. Selain itu, melalui media telepon dan online messenger
seperti Whats App, komunikasi yang dilakukan dapat melampaui ruang dan
waktu, dimana orang-orang yang berkomunikasi tidak harus berada di tempat
yang sama pada waktu yang sama. Penggunaan Computer Mediated
Communication (CMC) seperti melalui media Whats App memungkinkan
terjadinya pertukaran pesan secara cepat, dimanapun dan kapanpun (Rizky, 2015,
p.2).
Setelah sebelumnya hubungan antara perusahaan atau PR dengan BUMN
pendamping telah terjalin melalui proses komunikasi interpersonal, hal berikutnya
yang penting untuk dilakukan oleh PR adalah memelihara hubungan tersebut.
Karena jadwal aktivitas dari masing-masing pihak yang cukup padat, maka
pertemuan secara tatap muka yang terus menerus tidaklah dimungkinkan. Hon &
Grunig (1999) dalam Parackal (2016, p.69) menyebutkan salah satu strategi PR
untuk memelihara hubungannya dengan para stakeholders adalah strategi akses,
dimana stakeholders memiliki kesempatan untuk menghubungi praktisi PR secara
langsung. Kedua belah pihak dapat saling berkirim surat, email, maupun
melakukan kontak melalui telepon atau media-media lain, tidak harus secara tatap
muka. Dalam hal ini, PR memelihara hubungannya dengan BUMN pendamping
melalui media telepon dan online messenger Whats App.
Namun bila ada kesempatan, PR tetap mengupayakan untuk bisa
melakukan pertemuan langsung secara tatap muka. Karena seperti yang
dinyatakan Coombs & Holladay (2012, p.33), bahwa komunikasi adalah elemen
yang sangat penting atau esensial untuk mengembangkan hubungan dengan
stakeholders. Hanafy mengaku bahwa bentuk kerjasama antara Telkom dengan 5
BUMN pendampingnya sangat baik. Proses koordinasinya berjalan dengan baik.
Mulai dari pra-pelaksanaan, setiap kegiatan ada rapat resminya. Masing-masing
BUMN pendamping diundang melalui surat resmi, kemudian hasil rapat berupa
notulennya juga disampaikan kepada perwakilan masing-masing BUMN melalui
email, sehingga perwakilan BUMN yang tidak dapat menghadiri rapat pun tetap
mendapatkan informasi mengenai hasil rapat yang telah dilakukan sehingga tidak
128
Universitas Kristen Petra
tertinggal informasi. Untuk masing-masing kegiatan juga dibentuk grup di media
Whats App, sehingga apabila ada informasi-informasi perkembangan terbaru,
semua akan diberitahukan melalui grup tersebut (wawancara tanggal 23 Mei
2017).
Sayangnya, dari pihak Telkom sendiri, terutama dari pihak PR Telkom
Regional V, tidak melakukan aspek Measurement, yaitu pengukuran terhadap
hasil dari tindakan komunikasi yang telah dilakukan. Tidak dilakukannya
pengukuran ini disebabkan karena keterbatasan waktu persiapan program, dan
masih banyak hal lain yang lebih prioritas untuk diselesaikan, sehingga PR tidak
sempat melakukan pengukuran.
Namun, menurut Ivone sebagai PR Telkom Regional V, dengan adanya
pemetaan stakeholders serta penerapan aspek 5M, pesan yang disampaikan oleh
Telkom seharusnya memiliki peluang besar untuk dapat diterima oleh publik
target sasaran secara efektif. Hal ini dikarenakan dengan adanya pemetaan
tersebut, PR dapat menentukan pesan, metode, dan media yang sesuai dengan
masing-masing stakeholders. Bahkan sebelum menemui stakeholders terkait, PR
melakukan konfirmasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa stakeholders
yang dituju telah bersedia dan siap untuk menerima pesan yang akan disampaikan
(Andayani, wawancara tanggal 28 April 2017).
Sebenarnya, penerapan komunikasi aspek 5M pada masing-masing
stakeholders sesuai pemetaan yang dilakukan oleh PR Telkom Regional V sudah
sejalan dengan pernyataan Coombs & Holladay (2012, p.110), bahwa dalam tahap
komunikasi CSR harus dikembangkan sebuah rencana yang menguraikan
mengenai stakeholders mana saja yang dituju, saluran (media) apa yang akan
digunakan untuk menjangkau mereka, dan pesan-pesan utama seperti apa yang
akan dikirimkan kepada masing-masing kelompok stakeholder. Karena itulah PR
Telkom Regional V yakin bahwa peluang pesan yang disampaikan dapat diterima
secara efektif oleh masing-masing stakeholders cukup besar, meskipun hasil
pengukuran keberhasilan itu belum ada secara nyata.
Pada tahap pra-pelaksanaan, kelima BUMN pendamping pelaksana
program tidak terlalu berperan banyak, karena segala sesuatunya telah disiapkan
oleh Telkom. BUMN-BUMN pendamping pelaksana cukup tinggal mengikuti
129
Universitas Kristen Petra
saja. Hal ini dikarenakan memang posisi Telkom ketika ditunjuk oleh
Kementerian BUMN untuk menjadi koordinator penyelenggara, sudah harus siap
mengelola segala sesuatunya. BUMN-BUMN pendamping hanya memberikan
kontribusi semampunya, namun yang utama tetap dari Telkom. Hal ini
dikonfirmasi oleh Hanafy (46), sebagai perwakilan dari salah satu BUMN
pendamping, yaitu PT Boma Bisma Indra.
“Kalau pra-pelaksanaan programnya, itu sudah given dari Telkom ya.. Misalkan contoh, untuk Bedah Rumah Veteran, itu cuman kita dikasih semacam kebutuhan anggaran dari satu unit rumah itu berapa. Nah kalau survey ke lokasinya, itu BBI memang tidak perlu ikut, cukup kita percaya kepada Telkom untuk pra-nya itu kita ngikut aja.. Sehingga kita apapun yang disampaikan oleh Telkom, ngikuti, follow aja.. Jadi memang di dalam hal ini, posisi Telkom ditunjuk oleh Kementerian BUMN, itu memang harus sudah siap. Misalkan dari seluruh BUMN ini, masing-masing anggota tidak berkontribusi, Telkom itu sudah punya back up-nya.. Kalaupun berkontribusi, itu berarti menjadi tambahan.” (Hanafy, wawancara tanggal 23 Mei 2017)
Di tahap pelaksanaan, Telkom dan kelima BUMN pendamping memiliki
perannya masing-masing, namun porsi peran terbesar tetap ada pada Telkom.
Pembagian kontribusi peran ini didiskusikan dalam rapat koordinasi awal, saat
pra-pelaksanaan. Misalnya dari PT Boma Bisma Indra, mereka memberikan
kontribusi dalam kegiatan Bedah Rumah Veteran sebanyak 1 unit rumah di
Pasuruan, juga berpartisipasi dalam kegiatan BUMN Mengajar di SMKN 1
Pasuruan, serta turut memberikan kontribusi berupa beberapa doorprize pada
kegiatan Jalan Sehat 5 Km.
Besarnya kontribusi yang diberikan masing-masing BUMN pendamping
ini tidak ditentukan oleh Kementerian BUMN maupun oleh Telkom, tetapi
diberikan kebebasan pada BUMN-BUMN tersebut untuk menentukan sesuai
dengan kemampuan keuangan perusahaan mereka. Hal ini dibenarkan oleh
Hanafy, selaku perwakilan BUMN pendamping yang bekerjasama dengan
Telkom (wawancara tanggal 23 Mei 2017).
Jalannya tiap kegiatan dikoordinir oleh Telkom, 5 BUMN pendamping
hanya tinggal membantu hal-hal yang perlu dibantu saja. Dalam pengambilan
keputusan pun, apabila ada hal-hal mendadak yang perlu segera diputuskan,
Telkom memiliki wewenang sebagai koordinator penyelenggara untuk mengambil
130
Universitas Kristen Petra
keputusan langsung tanpa perlu persetujuan dari 5 BUMN pendamping. Telkom
hanya perlu menginformasikan saja perubahan yang terjadi. Namun apabila
keputusan tersebut perlu pertimbangan dari 5 BUMN pendamping, Telkom akan
mengomunikasikannya melalui telepon atau dengan grup di Whats App (Hanafy,
wawancara tanggal 23 Mei 2017).
4.5.4. Mengevaluasi dan Melaporkan Pelaksanaan Program “BUMN
Hadir untuk Negeri” 2016
Setelah program selesai dilaksanakan, Telkom berkewajiban untuk
memberi laporan kepada Kementerian BUMN mengenai hasil pelaksanaan
program. Pada proses pembuatan laporan ini, masing-masing PIC kegiatan akan
membuat laporan tentang kegiatan mereka, lalu laporan kegiatan ini diserahkan ke
CDC untuk diperiksa bahwa antara tagihan dan laporannya sudah sesuai atau
match. Hasil dokumentasi kegiatan berupa foto-foto di lapangan juga dimasukkan
ke dalam laporan. Pelaporan pelaksanaan CSR ini berguna untuk
menginformasikan serta mengomunikasikan bentuk pertanggungjawaban kepada
stakeholders terkait (Kartini, 2013, p.56).
PR juga berperan dalam melakukan peliputan dan pendokumentasian
pelaksanaan program. PR akan mengirimkan stafnya ke lokasi pelaksanaan
program untuk meliput dan mendokumentasikannya. Hasil liputan dan
dokumentasinya kemudian akan disimpan sebagai arsip dokumentasi internal
perusahaan maupun digunakan sebagai pelengkap release yang akan dikirimkan
ke media-media dan untuk pelengkap laporan pelaksanaan kegiatan. Peran liputan
dan dokumentasi yang dilakukan ini juga termasuk salah satu aktivitas keseharian
PR menurut Theaker (2001, p.7), yaitu aktivitas manajemen publikasi.
Tetapi untuk beberapa kegiatan, terutama kegiatan yang dilaksanakan
diluar Kota Surabaya, terkadang PR Telkom kekurangan staf untuk dikirim ke
lokasi dan meliput serta mendokumentasikan pelaksanaan program. Untuk itu, PR
Telkom biasanya meminta bantuan dari pihak BUMN-BUMN pendamping yang
saat itu berada di lokasi, untuk mendokumentasikan pelaksanaan program. Hal
tersebut dikonfirmasi oleh Hanafy, selaku perwakilan dari PT Boma Bisma Indra.
131
Universitas Kristen Petra
Misalnya ketika kegiatan BUMN Mengajar yang salah satunya
dilaksanakan di Pasuruan, dan Direksi PT Boma Bisma Indra yang waktu itu
kebagian untuk mengajar disana. PR Telkom Regional V meminta bantuan
Hanafy untuk mendokumentasikan kegiatan tersebut, karena PR tidak bisa
mengirimkan staf untuk meliput kesana (Hanafy, wawancara tanggal 23 Mei
2017).
Salah satu kriteria laporan kegiatan yang baik menurut Andi
(www.ruangfreelance.com, diakses tanggal 27 Mei 2017) adalah laporan kegiatan
yang dilengkapi dengan foto. Foto adalah gambaran nyata sekaligus berfungsi
sebagai narator yang mendeskripsikan seluruh rangkaian kegiatan. Foto-foto yang
dimasukkan dalam laporan adalah hasil liputan dan dokumentasi dari staf yang
dikirim oleh PR ke lokasi pelaksanaan, dengan dibantu oleh hasil dokumentasi
dari BUMN-BUMN pendamping lain, karena kurangnya SDM dari pihak internal
Telkom sendiri untuk dikirim ke lokasi dan meliput serta mendokumentasikan
secara langsung.
Semua laporan dari PIC-PIC kegiatan beserta dengan foto-fotonya
kemudian masing-masing dibukukan, kemudian digabung jadi satu dan dilaporkan
ke Kementerian BUMN oleh Corporate Communication (Corcomm) kantor
Telkom pusat. Buku-buku laporan itu juga dikirimkan ke para stakeholders
terkait, yang juga terlibat dalam proses pelaksanaan program. Pemberitaan
mengenai program yang dimuat di media-media juga menjadi laporan dari
pelaksanaan kegiatan, menjadi bukti bahwa Telkom bersama kelima BUMN
pendamping memang sudah melakukan kegiatan tersebut. Laporan itu nantinya
juga akan berguna sebagai bahan untuk evaluasi pelaksanaan program di tahun
berikutnya, agar dapat berjalan dengan lebih baik lagi.
Jadi tindakan komunikasi yang dilakukan PR pada tahap pasca-
pelaksanaan kebanyakan hanya berupa laporan pelaksanaan program yang
disampaikan melalui buku laporan program yang dikirimkan kepada stakeholders
yang terlibat pelaksanaan program, kecuali masyarakat. Namun sebelum buku
laporan tersebut dikirimkan, Telkom mengadakan rapat evaluasi resmi bersama 5
BUMN pendamping untuk membahas evaluasi pelaksanaan program yang telah
dilakukan. Dalam rapat itu, Telkom juga mengumpulkan laporan pelaksanaan
132
Universitas Kristen Petra
program dari kelima BUMN pendamping untuk melengkapi data yang diperlukan
dalam pembuatan laporan keseluruhan.
Untuk mengukur respon masyarakat terhadap pelaksanaan Program
“BUMN Hadir untuk Negeri” tahun 2016 sementara ini, PR memilih beberapa
sampling dari pihak-pihak terkait, terutama dari masyarakat, kemudian
mengambil video testimoni dari mereka, dan hasilnya positif. Respon positif lain
yang muncul dari masyarakat juga dapat dilihat dari antusiasme masyarakat
terhadap bantuan-bantuan yang diberikan. Setiap kali dilakukan acara peresmian
bantuan, masyarakat selalu datang berbondong-bondong untuk menghadirinya.
Respon positif juga disampaikan oleh Novi dan Ponimin yang peneliti wawancara
sebagai perwakilan masyarakat penerima bantuan. Mereka menyampaikan bahwa
mereka sangat berterima kasih pada Telkom atas bantuan yang telah diberikan,
dan merasa bantuan tersebut sangat tepat sasaran (wawancara tanggal 16 Mei
2017).
Dari aspek pelaksanaan program sendiri, Telkom telah melakukan
tindakan evaluasi saat rapat pembuatan laporan pelaksanaan program, serta
dengan meminta testimoni dari beberapa sampling yang mewakili masing-masing
pihak terkait, meskipun evaluasi yang ideal seharusnya dengan melakukan riset
evaluasi. Evaluasi pun seharusnya dilakukan di setiap tahap implementasi
program, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga evaluasi dampak program
untuk meningkatkan pemahaman dan menambah informasi untuk menilai
efektivitas masing-masing tahap (Cutlip, Center, & Broom, 2006 dalam Ardianto
& Machfudz, 2011, p.207). Namun Telkom tidak melakukan evaluasi di setiap
tahap, karena keterbatasan waktu pelaksanaan program.
Selain aspek pelaksanaan program secara teknis, tindakan komunikasi
yang dilakukan PR melalui strategi komunikasi yang telah disusun tentu juga
seharusnya perlu dievaluasi dan diukur keberhasilannya. Menurut Ivone, hasil dari
sebuah program PR dapat berupa output, outreach, dan outcome. Output yang
dicapai dapat dilihat dari jumlah pemberitaan mengenai program yang dimuat di
media. Outreach yang dicapai dapat dilihat dari oplah jumlah pembaca dari
masing-masing media yang memberitakan program untuk melihat seberapa luas
jangkauannya. Outcome yang dicapai dapat dilihat melalui keberhasilan program
133
Universitas Kristen Petra
dalam merubah kebiasaan, habit, atau lifestyle masyarakat yang menjadi target
sasaran program.
Dalam konteks Program BUMN Hadir untuk Negeri 2016, outcome yang
diharapkan adalah adanya perubahan image dan reputasi Telkom di mata
masyarakat. Outcome ini baru dapat terlihat dalam jangka waktu panjang. Ini
sejalan dengan pernyataan Nova (2011, p.296), bahwa Public Relations adalah
bidang yang berkaitan dengan mengelola citra dan reputasi seseorang maupun
lembaga. Untuk membangun citra yang positif dari perusahaan dibutuhkan waktu
yang cukup lama. Salah satu manfaat penting yang dapat diperoleh perusahaan
dari aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) atau Community Relations
yang dikerjakan Public Relations adalah meningkatnya citra perusahaan, yang
dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan pula
(Susanto, 2012, p.14).
Sampai saat ini, untuk strategi komunikasi yang dijalankan PR dalam
Program “BUMN Hadir untuk Negeri” tahun 2016 belum dilakukan evaluasi atau
pengukuran. Ivone memberikan argumen bahwa evaluasi itu belum dilakukan
karena outcome yang ingin dicapai baru akan bisa dilihat dalam jangka waktu
panjang. Namun menurut Cutlip dan Center (1985) dalam Kasali (2008, p.84),
proses PR selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian atau riset, untuk
mengumpulkan data mengenai hasil tindakan sebelumnya. Gregory dalam Tench
& Yeomans (2006, p.202) juga menyatakan hal yang senada, bahwa evaluasi
merupakan tahap vital yang perlu dilakukan untuk mengetahui apakah program
yang direncanakan telah berjalan sesuai dengan rencana, dan bila tidak, mengapa
bisa demikian. Ia juga menyatakan bahwa evaluasi tidak hanya dilakukan pada
akhir program, namun dilakukan secara berkelanjutan selama program itu
berjalan.
Ivone selaku PR Telkom Regional V mengaku belum melakukan
evaluasi karena keterbatasan waktu dan banyak pekerjaan lain yang lebih penting
untuk dilakukan. Ivone juga merasa bahwa evaluasi tersebut seharusnya tidak
dilakukan olehnya sendiri, karena menurutnya itu tidak berhubungan dengan
bisnis Telkom. Ia berniat untuk menggandeng lembaga independen dari luar untuk
melakukan survey evaluasi program, karena minimnya resource dari Telkom
134
Universitas Kristen Petra
untuk melakukannya sendiri. PR pasti akan terlibat dalam proses evaluasi
tersebut, bersama lembaga survey yang digandengnya.
Intinya, PR ingin mencapai komunikasi yang tepat sasaran, tepat budget,
efisien, dan outcome-nya tetap tercapai dengan mengedepankan prinsip 5M
(Message, Method, Media, Man, Measurement). Media yang tepat sasaran,
maksudnya adalah media-media yang ada di wilayah lokasi pelaksanaan program.
Untuk media yang tepat budget, perlu mencari media komunikasi yang tidak
mahal, bahkan bisa dengan cara melakukan pendekatan kepada stakeholders yang
ada di kuadran 1 seperti pemerintah setempat, agar mereka mendukung
pelaksanaan program dengan cara membantu mempromosikan program, sehingga
PR tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membuat iklan dan sejenisnya.
Untuk menindaklanjuti hubungan yang telah terjalin dengan para
stakeholders, PR berusaha menggandeng mereka untuk bekerjasama lebih jauh
dengan Telkom, dan harapannya agar pada akhirnya mereka bisa sampai menjadi
pelanggan Telkom juga. Arahnya tetap kembali ke bisnis Telkom. Sesuai dengan
yang dinyatakan Situmeang (2016, p.22), bahwa melalui hubungan yang dibangun
oleh PR antara perusahaan dengan publiknya, masing-masing pihak saling
menjalin komunikasi untuk memecahkan permasalahan bersama tanpa
meninggalkan identitas dan tujuan masing-masing, termasuk tujuan Telkom untuk
memperoleh laba melalui bisnisnya.
4.6. Strategi Komunikasi Public Relations PT Telekomunikasi Indonesia
Regional V Jatim, Bali, Nusra dalam Program CSR “BUMN Hadir
untuk Negeri” 2016
Berdasarkan analisis dan interpretasi yang telah peneliti jabarkan
sebelumnya, ada 4 strategi komunikasi yang dijalankan oleh Public Relations
(PR) PT Telekomunikasi Indonesia Regional V Jatim, Bali, Nusra dalam Program
CSR “BUMN Hadir untuk Negeri” tahun 2016, yaitu penerimaan mandat
pelaksanaan Program “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016 dari Kementerian
BUMN, menyusun pedoman pesan utama yang akan dikomunikasikan kepada
stakeholders, menggunakan komunikasi interpersonal berkelanjutan kepada
135
Universitas Kristen Petra
stakeholders sasaran utama program, serta mengevaluasi dan melaporkan
pelaksanaan Program “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016.
Strategi pertama adalah penerimaan mandat pelaksanaan program dari
Kementerian BUMN. “BUMN Hadir untuk Negeri” adalah sebuah program sosial
yang dirancang oleh Kementerian BUMN, yang melibatkan dan mensinergikan
semua BUMN di seluruh Indonesia (www.swa.co.id, diakses 19 September 2016).
PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) di tahun 2016 ini ditunjuk sebagai
BUMN koordinator pelaksana program di wilayah Jawa Timur, bersama 5 BUMN
pendamping lainnya antara lain PT Garam, PT SIER, PT Petrokimia Gresik,
Perum Jasa Tirta I, serta PT Boma Bisma Indra.
Telkom mengadaptasi program yang dimandatkan oleh Kementerian
BUMN ini sebagai program CSR perusahaan, karena Telkom menilai bahwa
program ini merupakan konsep program CSR yang ideal, yang tidak hanya
sekedar berupa kegiatan kedermawanan atau perbuatan amal yang sering
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan sebagai kewajiban dalam melaksanakan
kegiatan CSR, tetapi juga mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas
masyarakat lokal (Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017).
Penerapan CSR di perusahaan menjadi semakin penting dengan munculnya
konsep sustainable development dari World Comission on Environment and
Development. Seiring dengan itu, maka konsep CSR pun mengalami penyesuaian
dan dikembangkan dalam bingkai sustainable development. Idealnya, kegiatan
CSR itu bukan sebuah charity (karitatif) atau seperti sinterklas yang membagi-
bagikan permen atau makanan di hari Natal, tetapi harus berdasarkan perencanaan
dan program yang matang dan dilakukan secara terus-menerus (Ardianto &
Machfudz, 2011, p.26).
Oleh karena di tahun 2016 ini Telkom ditunjuk sebagai BUMN koordinator
pelaksana program ”BUMN Hadir untuk Negeri” di wilayah Jawa Timur, Telkom
Regional V yang menangani wilayah Jatim, Bali, Nusra memiliki peran yang
cukup signifikan, terutama Unit CDC dan Public Relations Telkom Regional V,
dengan bantuan kerja sama dari Telkom pusat. Bila Unit CDC lebih banyak
menangani operasional pelaksanaan program di lapangan, disini Public Relations
berperan dalam persiapan dan pelaksanaan program pada aspek komunikasinya.
136
Universitas Kristen Petra
PR berperan dalam menjalin hubungan baik dengan para stakeholders
Telkom, terutama yang terkait dengan pelaksanaan Program “BUMN Hadir untuk
Negeri” 2016 ini, yang disebut PR Telkom sebagai peran mediator. Dalam
menjalankan perannya sebagai mediator yang menghubungkan Telkom dengan
stakeholder-stakeholder terkait, PR perlu menyusun sebuah strategi komunikasi
yang tepat dan efektif untuk mengomunikasikan program “BUMN Hadir untuk
Negeri” ini sehingga dapat diterima dengan baik oleh stakeholder-stakeholder
terkait (Andayani, wawancara tanggal 4 April 2017).
CSR sendiri merupakan salah satu aktivitas keseharian praktisi Public
Relations (Theaker, 2001, p.7). Edward L. Bernays seperti yang dikutip oleh
Grunig (1984) dalam buku Public Relations and Corporate Social Responsibility
(2011, p.193), menyatakan bahwa “Public Relations is the practice of social
responsibility”. Dari pernyataan Edward ini, ditunjukkan bahwa fokus terbesar
dari kegiatan Public Relations adalah melakukan kegiatan sebagai bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan.
Penyusunan strategi komunikasi oleh PR Telkom Regional V ini dilakukan
ketika satgas dibentuk, setelah Telkom Regional V mendapatkan informasi dari
Kementerian BUMN melalui corporate, yaitu sekitar satu bulan sebelum
pelaksanaan program. Kemudian seperti yang dinyatakan oleh Phil Jones (2008,
p. 163-166), dalam proses pembuatan strategi komunikasi, salah satu tahapan
yang harus dilakukan oleh penyusun strategi komunikasi, dalam hal ini yaitu
Public Relations Telkom Regional 5, adalah tahap untuk meluncurkan strategi.
Dimana dalam tahap ini, PR harus memiliki perencanaan komunikasi yang jelas
untuk ke depannya, dan salah satunya mengenai apa yang akan dikomunikasikan
atau bisa disebut sebagai unsur “pesan” dalam proses komunikasi. Oleh karena
itu, setelah menerima mandat dari Kementerian BUMN yang disampaikan melalui
direksi Telkom pusat, strategi berikutnya yang dilakukan oleh PR Telkom
Regional V untuk melakukan tindakan komunikasi adalah menyusun pedoman
pesan utama yang akan dikomunikasikan kepada para stakeholders.
PR Telkom Regional V mendasarkan penyusunan strategi komunikasinya
pada tujuan atau visi misi perusahaan secara keseluruhan, utamanya visi misi
perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya. Tujuan pelaksanaan
137
Universitas Kristen Petra
program-program CSR yang dilakukan Telkom adalah untuk menjalankan
perannya sebagai BUMN sekaligus perusahaan publik terhadap asas etika Good
Corporate Citizenship (GCC) dan juga triple bottom line (3P – profit, people,
planet).
Berdasarkan tujuan perusahaan inilah, akhirnya ditetapkan tujuan strategi
komunikasi yang disusun oleh PR Telkom Regional V. Melalui strategi
komunikasi yang dijalankan ini, PR ingin agar keberadaan Telkom sebagai
BUMN semakin dikenal dan diketahui publik, terutama dalam program-program
CSR-nya. PR ingin memberikan informasi ke publik, bahwa Telkom juga
menyisihkan sebagian dari keuntungan usahanya untuk membantu masyarakat
melalui program-program CSR tersebut (Andayani, wawancara tanggal 4 April
2017).
Setelah menerima mandat dari Kementerian BUMN yang disampaikan
melalui direksi Telkom pusat, PR Telkom Regional V mulai menyusun pesan
utama yang akan dikomunikasikan kepada para stakeholders, dengan
berkoordinasi bersama Telkom pusat (corporate) dan CDC Telkom. Pesan yang
akan disampaikan ini tidak disusun secara sembarangan, melainkan dengan
memerhatikan tujuan strategi komunikasi secara keseluruhan, yang juga
didasarkan pada tujuan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pesan utama yang disusun untuk disampaikan kepada stakeholders dikemas
dalam sebuah buku pedoman atau guidance. Pesan yang ingin dikomunikasikan
antara lain terdiri dari 3 poin utama, yaitu tentang latar belakang dan tujuan
pelaksanaan program “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016 itu sendiri, lalu benefit
atau keuntungan seperti apa yang bisa didapatkan oleh masing-masing
stakeholders yang mau bekerjasama dengan Telkom dalam pelaksanaan program,
serta support atau bantuan seperti apa yang sekiranya dibutuhkan oleh Telkom
dari para stakeholders tersebut untuk pelaksanaan masing-masing kegiatan dalam
program (Andayani, wawancara tanggal 8 Mei 2017).
Setelah poin-poin pesan utama yang ingin disampaikan telah disusun,
strategi berikutnya yang dilaksanakan oleh PR Telkom Regional V untuk
mengomunikasikan pesan-pesan tersebut kepada stakeholders secara efektif, agar
138
Universitas Kristen Petra
dapat diterima dengan baik, adalah dengan menggunakan komunikasi
interpersonal berkelanjutan kepada stakeholders sasaran utama program.
Strategi komunikasi yang disusun oleh PR Telkom Regional V untuk
mengomunikasikan mengenai Program “BUMN Hadir untuk Negeri” memiliki
sebuah mission statement yang berbunyi: “Komunikasi yang disampaikan
hendaknya selalu melihat aspek 5M: Message, Method, Media, Man, and
Measurement. Jadi, apa Message nya, disampaikan oleh siapa (Man), dengan
Metode apa, melalui Media apa, dan ada Measurement-nya.” Berdasarkan mission
statement tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang disusun
PR Telkom Regional V berlandaskan pada sebuah prinsip, yang disebut Ivone
sebagai “aspek 5M”, yaitu Message, Method, Media, Man, dan Measurement.
Kelima aspek landasan ini kemudian disesuaikan dengan masing-masing
kepentingan stakeholders terkait, karena tidak semua stakeholders menginginkan
informasi yang sama mengenai inisiatif CSR. Komunikasi CSR yang dilakukan
harus disesuaikan dengan masing-masing stakeholder, namun dengan tetap
menjaga konsistensi komunikasi yang dilakukan secara keseluruhan (Pomering &
Dolnicar, 2008, dalam Coombs & Holladay, 2012, p.110). Stakeholders sasaran
utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah 5 BUMN pendamping yang
bekerjasama dengan Telkom dalam pelaksanaan program “BUMN Hadir untuk
Negeri” 2016 ini serta masyarakat yang menjadi sasaran program.
Tabel 4.5. Aplikasi Komunikasi Aspek 5M pada BUMN Pendamping
Pra-Pelaksanaan Pelaksanaan Pasca-Pelaksanaan
Man PIC masing-masing kegiatan dan/atau PR Telkom Regional V
Message Rencana pelaksanaan program (lisan & tertulis-formal)
Progress report pelaksanaan program, informasi perubahan rencana (lisan & tertulis-formal)
Laporan pelaksanaan program (lisan & tertulis-formal)
Method Rapat koordinasi Rapat koordinasi,
pemberian informasi Rapat evaluasi,
pemberian informasi
Media Face to face Face to face, telepon,
Whats App Face to face, Buku laporan program
Measurement Tidak dilakukan
Sumber: Olahan Peneliti, 2017
Waktu
5M
139
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.6. Aplikasi Komunikasi Aspek 5M pada Masyarakat Sasaran Program
Pra-Pelaksanaan Pelaksanaan Pasca-Pelaksanaan
Man PIC masing-masing kegiatan dan/atau PR Telkom Regional V
Message
Latar belakang & tujuan program, benefit untuk mereka, gambaran tentang kegiatan yang akan dilaksanakan (lisan & tertulis-non formal)
Informasi perkembangan kegiatan (lisan & tertulis-non formal)
Follow up bantuan (lisan-non formal)
Method Dialog, pemberian
informasi Dialog, pemberian
informasi Dialog
Media Face to face, media
massa Face to face, media
massa Face to face
Measurement Tidak dilakukan
Sumber: Olahan Peneliti, 2017
Hampir semua tindakan komunikasi yang dilakukan terhadap BUMN
pendamping maupun terhadap masyarakat sasaran program, menggunakan metode
pertemuan secara langsung, seperti rapat maupun dialog, dan melalui media face
to face atau tatap muka (lihat tabel 4.5 dan 4.6). Dengan metode dan media
demikian, proses komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi interpersonal.
Salah satu tujuan dari komunikasi interpersonal sendiri, seperti yang
dinyatakan DeVito (2013, p.8), yaitu bahwa komunikasi interpersonal dapat
membantu PR untuk berelasi. Melalui komunikasi interpersonal, hubungan yang
dekat dapat lebih mudah terjalin. Selain itu, komunikasi yang dilakukan juga
bersifat dua arah. Seperti yang dikatakan Rachmadi dalam Soemirat (2007), ciri
hakiki dari komunikasi PR adalah two ways communication, kegiatan komunikasi
dua arah dilakukan untuk menciptakan umpan balik yang merupakan prinsip
pokok Public Relations.
Seiring berjalannya waktu, utamanya selama tahap pelaksanaan program,
frekuensi pertemuan langsung secara tatap muka mulai berkurang, dan
kebanyakan tindakan komunikasi dilakukan melalui media telepon dan online
messenger seperti Whats App. Peralihan metode dan media yang digunakan untuk
berkomunikasi ini dilakukan karena PR melihat realita yang ada, bahwa masing-
Waktu
5M
140
Universitas Kristen Petra
masing perwakilan BUMN pendamping memiliki jadwal aktivitasnya masing-
masing, dan akan sulit bila harus menyesuaikan semua jadwal agar bisa
melakukan pertemuan tatap muka terus menerus. Selain itu, melalui media telepon
dan online messenger seperti Whats App, komunikasi yang dilakukan dapat
melampaui ruang dan waktu, dimana orang-orang yang berkomunikasi tidak harus
berada di tempat yang sama pada waktu yang sama. Penggunaan Computer
Mediated Communication (CMC) seperti melalui media Whats App
memungkinkan terjadinya pertukaran pesan secara cepat, dimanapun dan
kapanpun (Rizky, 2015, p.2).
Setelah sebelumnya hubungan antara perusahaan atau PR dengan BUMN
pendamping telah terjalin melalui proses komunikasi interpersonal, hal berikutnya
yang penting untuk dilakukan oleh PR adalah memelihara hubungan tersebut. Hon
& Grunig (1999) dalam Parackal (2016, p.69) menyebutkan salah satu strategi PR
untuk memelihara hubungannya dengan para stakeholders adalah strategi akses,
dimana stakeholders memiliki kesempatan untuk menghubungi praktisi PR secara
langsung. Kedua belah pihak dapat saling berkirim surat, email, maupun
melakukan kontak melalui telepon atau media-media lain, tidak harus secara tatap
muka. Dalam hal ini, PR memelihara hubungannya dengan BUMN pendamping
melalui media telepon dan online messenger Whats App. Namun bila ada
kesempatan, PR tetap mengupayakan untuk bisa melakukan pertemuan langsung
secara tatap muka.
Strategi terakhir yang dilakukan oleh PR adalah mengevaluasi dan
melaporkan pelaksanaan Program “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016. Setelah
program selesai dilaksanakan, Telkom berkewajiban untuk memberi laporan
kepada Kementerian BUMN mengenai hasil pelaksanaan program. Pada proses
pembuatan laporan ini, masing-masing PIC kegiatan akan membuat laporan
tentang kegiatan mereka. Hasil dokumentasi kegiatan berupa foto-foto di lapangan
juga dimasukkan ke dalam laporan. Pelaporan pelaksanaan CSR ini berguna untuk
menginformasikan serta mengomunikasikan bentuk pertanggungjawaban kepada
stakeholders terkait (Kartini, 2013, p.56).
Foto-foto yang dimasukkan dalam laporan adalah hasil liputan dan
dokumentasi dari staf yang dikirim oleh PR ke lokasi pelaksanaan, dengan
141
Universitas Kristen Petra
dibantu oleh hasil dokumentasi dari BUMN-BUMN pendamping lain, karena
kurangnya SDM dari pihak internal Telkom sendiri untuk dikirim ke lokasi dan
meliput serta mendokumentasikan secara langsung.
Kemudian Telkom mengadakan rapat evaluasi resmi bersama 5 BUMN
pendamping untuk membahas evaluasi pelaksanaan program yang telah
dilakukan. Dalam rapat itu, Telkom juga mengumpulkan laporan pelaksanaan
program dari kelima BUMN pendamping untuk melengkapi data yang diperlukan
dalam pembuatan laporan keseluruhan.
Semua laporan yang telah terkumpul beserta dengan foto-fotonya kemudian
masing-masing dibukukan, digabung jadi satu, dan dilaporkan ke Kementerian
BUMN oleh Corporate Communication (Corcomm) kantor Telkom pusat. Buku-
buku laporan itu juga dikirimkan ke para stakeholders terkait, yang juga terlibat
dalam proses pelaksanaan program. Pemberitaan mengenai program yang dimuat
di media-media juga menjadi laporan dari pelaksanaan kegiatan, menjadi bukti
bahwa Telkom bersama kelima BUMN pendamping memang sudah melakukan
kegiatan tersebut. Laporan itu nantinya juga akan berguna sebagai bahan untuk
evaluasi pelaksanaan program di tahun berikutnya, agar dapat berjalan dengan
lebih baik lagi.
Untuk mengukur respon masyarakat terhadap pelaksanaan Program
“BUMN Hadir untuk Negeri” tahun 2016 sementara ini, PR memilih beberapa
sampling dari pihak-pihak terkait, terutama dari masyarakat, kemudian
mengambil video testimoni dari mereka, dan hasilnya positif. Respon positif lain
yang muncul dari masyarakat juga dapat dilihat dari antusiasme masyarakat
terhadap bantuan-bantuan yang diberikan. Setiap kali dilakukan acara peresmian
bantuan, masyarakat selalu datang berbondong-bondong untuk menghadirinya.
Dari aspek pelaksanaan program, Telkom telah melakukan tindakan
evaluasi saat rapat pembuatan laporan pelaksanaan program, serta dengan
meminta testimoni dari beberapa sampling yang mewakili masing-masing pihak
terkait, meskipun evaluasi yang ideal seharusnya dengan melakukan riset
evaluasi. Evaluasi pun seharusnya dilakukan di setiap tahap implementasi
program, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga evaluasi dampak program
untuk meningkatkan pemahaman dan menambah informasi untuk menilai
142
Universitas Kristen Petra
efektivitas masing-masing tahap (Cutlip, Center, & Broom, 2006 dalam Ardianto
& Machfudz, 2011, p.207). Namun Telkom tidak melakukan evaluasi di setiap
tahap, karena keterbatasan waktu pelaksanaan program.
Sayangnya, PR Telkom Regional V tidak melakukan evaluasi dan
pengukuran terhadap hasil dari tindakan komunikasi yang telah dilakukan
(Measurement). Sampai saat ini, untuk strategi komunikasi yang dijalankan PR
dalam Program “BUMN Hadir untuk Negeri” tahun 2016 belum dilakukan
evaluasi atau pengukuran. Ivone memberikan argumen bahwa evaluasi itu belum
dilakukan karena outcome yang ingin dicapai baru akan bisa dilihat dalam jangka
waktu panjang.
Namun menurut Cutlip dan Center (1985) dalam Kasali (2008, p.84), proses
PR selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian atau riset, untuk mengumpulkan
data mengenai hasil tindakan sebelumnya. Gregory dalam Tench & Yeomans
(2006, p.202) juga menyatakan hal yang senada, bahwa evaluasi merupakan tahap
vital yang perlu dilakukan untuk mengetahui apakah program yang direncanakan
telah berjalan sesuai dengan rencana, dan bila tidak, mengapa bisa demikian. Ia
juga menyatakan bahwa evaluasi tidak hanya dilakukan pada akhir program,
namun dilakukan secara berkelanjutan selama program itu berjalan.
Tidak dilakukannya pengukuran ini disebabkan karena keterbatasan waktu
dan masih banyak hal lain yang lebih prioritas untuk diselesaikan. PR juga merasa
bahwa evaluasi tersebut seharusnya tidak dilakukan olehnya sendiri, karena
menurutnya itu tidak berhubungan dengan bisnis Telkom. Ia berniat untuk
menggandeng lembaga independen dari luar untuk melakukan survey evaluasi
program, karena minimnya resource dari Telkom untuk melakukannya sendiri.
143
Universitas Kristen Petra
4.7. Model Strategi Komunikasi Public Relations PT Telekomunikasi
Indonesia Regional V Jatim, Bali, Nusra dalam Program CSR “BUMN
Hadir untuk Negeri” 2016
Bagan 4.5. Strategi Komunikasi PR Telkom Regional V dalam Program CSR
“BUMN Hadir untuk Negeri” 2016
Sumber: Olahan Peneliti, 2017
144
Universitas Kristen Petra
Bagan 4.6. Model Strategi Komunikasi PR Telkom Regional V dalam Program
CSR “BUMN Hadir untuk Negeri” 2016
Sumber: Olahan Peneliti, 2017
Penerimaan Mandat dari Kementerian BUMN
Menyusun Pedoman Pesan Utama
Latar Belakang dan Tujuan Program
Benefit/Keuntungan bagi Stakeholders
Support/Bantuan yang Dibutuhkan dari Stakeholders
Menggunakan Komunikasi Interpersonal Berkelanjutan
BUMN Pendamping Masyarakat
Mengevaluasi dan Melaporkan Pelaksanaan
Program