39013750 Ilmu Al Qur an ISRAILIYAT Oleh M Syafi i WS Al Lamunjani Makalah 2008

download 39013750 Ilmu Al Qur an ISRAILIYAT Oleh M Syafi i WS Al Lamunjani Makalah 2008

of 19

Transcript of 39013750 Ilmu Al Qur an ISRAILIYAT Oleh M Syafi i WS Al Lamunjani Makalah 2008

  • 1

    ISRAILIYAT

    Oleh: Moh. Syafii WS al-Lamunjani

    A. PENDAHULUAN

    Israiliyat merupakaan isu yang berkaitan erat dengan Tafsir bi al-Matsur (Tafsir

    berdasarkan Hadits dan Riwayat). Keberadannya diselah-selah penafsiran al-Quran bisa

    menimbulkan perusakan ajaran Islam tanpa disadari oleh umat, khususnya Israiliyat yang

    merusak aqidah.

    Israiliyat sebenarnya kisah yang bersumber dari literatur Ahli Kitab, yang kebanyakan

    yang bersumber dari orang Yahudi, atau orang Islam yang dahulunya pernah memeluk agama

    tersebut. Beberapa shahabat yang beragama tersebut adalah Kab al-Akhbar, Wahb bin Munabbih

    dan lain-lain.

    Sebenarnya para shahabat yang masuk Islam itu tidak menyampaikan cerita bohong.

    Sebab selama mereka memeluk agama itu, kisah-kisah itulah yang mereka punya. Ketika ada

    ayat al-Quran menyinggung kisah yang sama, mereka pun memberikan komentar berdasarkan

    apa yang mereka baca dari kitab-kitab mereka sebelumnya.

    Kalaupun ada kebohongan, bukan terletak pada para shahabat, melainkan kebohongan

    tersebut sudah ada sejak lama dalam agama mereka.

    Dalam mayoritas buku-buku tafsir tidak terlepas dari Israiliyat. Bahakan Muhammad

    Rasyid Ridha, yang menyusun Tafsir al-Manar, yang dikenal sabagai mufassir yang sangat

    menentang Israiliyat. Namaun menurut al-Dazahabi, ternyata dalam tafsirnya terdapat banyak

    riwayat yang bersumber dari Israiliyat.

    Sebagian mereka ada juga ulama yang jujur dalam membicarakan Israiliyat ini. Di

    antaranya adalah Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Bilau menyebutkan Israiliyat untuk dapat diketahui

    masyarakat, mana Israiliyat yang tidak boleh dipercayai. Sehingga mereka tidak terpengaruh

    dengan tafsiran yang berkenaan Israiliyat tersebut.

  • 2

    Israiliyat perlu dipahami dengan pemahaman yang betul-betul, sehingga tidak

    terperosok pada kesalahan-kesalahan dalam penafsiran.

    Dalam makalah ini, akan dipaparkan tentang definisi Israiliyat, sebab-sebab masuknya

    Israiliyat, pembagian Israiliyat dan hukum meriwayatkan Israiliyat.

    B. DEFINISI ISRAILIYAT

    Secara etimologi Israiliyat () merupakan bentuk jamak dari kata Israiliyah

    ( ), yang dinisbahkan pada Israil ( ),1 yang dalam bahasa Ibrani, isra berarti hamba

    atau pilihan, dan il berarti Allah.2 Israil ini tidak lain adalah julukan Nabi Yaqub bin Ishaq,3

    bapak dari keturunan-keturunan dari 12 anak. Kepadanya dinisbahkan pada Yahudi, lalu

    dikatakan Bani Israil.4 Ini sesuai dengan nash-nash sebagai berikut:

    Sesungguhnya Al Quran ini menjelaskan kepada Bani lsrail sebahagian besar dari (perkara-

    perkara) yang mereka berselisih tentangnya.5

    Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra., Bahwa sekelompok orang Yahudi telah

    datang pada Nabi, lalu beliau bertanya pada mereka, Tahukah anda sekalian bahwa

    sesungguhnya Israil itu adalah Nabi Yaqub? Mereka menjawab, Benar. Lalu Nabi berdoa:

    Ya Allah, Saksikanlah pengakuan mereka. (HR. Abu Daud).

    Menurut al-Dzahabi, secara terminologi Israilayat adalah kisah-kisah yang pada asalnya

    diriwayatkan orang Yahudi. Namun para ulama tafsir dan hadits menggunakanya juga lebih luas

    daripada kisah-kisah Yahudiyah. Maksudnya, setiap sesuatu yang masuk ke dalam tafsir dan

    hadits yang sumber periwayatannya kembali pada sumber orang Yahudi, Nasrani dan yang lain.

    1 Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits (Kairo: Maktabah Wahbah,

    1990), hal. 13. 2 Tim UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), Jilid. 3,

    hal. 237. 3 Loues Maluf , al-Munjid fi al-Alam (Bairut: Dar al-Masyriq, 1998), hal. 44. 4 Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits, hal. 13. 5 Surat al-Naml: 76.

  • 3

    Bahkan sebagian ahli tafsir dan ahli hadits lebih memperluas lagi definisi Israiliyat ini, sehingga

    meliputi cerita-cerita yang disusupkan oleh musuh-musuh Islam baik dari Yahudi atau lainnya ke

    dalam tafsir dan hadits, yang sama sekali tidak dijumpai dasarnya dalam sumber-sumber cerita

    lama, akan tetapi semua itu merupakan bikinan musuh-musuh Islam.6

    Tidak jauh dari apa yang dikatakan oleh al-Dzahabi, Ahmad Khalil mengatakan, bahwa

    Israiliyat adalah kisah-kisah dan riwayat-riwayat dari Ahli Kitab, baik yang berhubungan dengan

    ajaran mereka ataupun yang tidak berhubungan dengannya.7

    Sedangkan Sabir Tuaimah (pakar tafsir Mesir) mendefinisikan Israiliyat sebagai

    seluruh manuskrip berbentuk buku yang ditinggalkan Bani Israil (dikenal nama Yahudi), yang

    terdiri dari tradisi satu generasi ke genarasi berikutnya dan diramu dari berbagai sumber,

    termasuk kitab perjanjian lama; sampai munculnya Nabi Isa a.s. dan kemudian Islam.8 Sepertinya

    Sabir Tuaimah lebih mebatasi pengertian Israiliyat terbatas dari peninggalan orang-orang

    Yahudi saja.

    Mayoritas ulama mengatakan, kisah-kisah selain dari Islam walaupun bukan dari

    Yahudi juga disebut Israiliyat. Ini disebabkan karena kebanyakan kisah-kisah di luar Islam

    bersumber dari orang-orang Yahudi. Di samping itu, orang-orang Yahudi terkenal dengan

    kebatilannya, memusuhi dan sangat membenci Islam. Ini di tegaskan dalam al-Quran:

    Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-

    orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.9

    Dari uraian tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Israiliyat adalah setiap sesuatu yang

    masuk baik itu ke dalam tafsir maupun hadits yang sumber periwayatannya dari orang Yahudi,

    Nasrani dan yang lain. Sedangkan periwayatan orang Yahudi lebih dominan dalam hal ini.

    6 Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits, hal. 13-14. 7 Ahmad Khallil, Dirasat fi al-Quran (Kairo: Dar al-Maarif, t.t.), hal. 133. 8 Tim UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam, jilid. 3, hal. 237. 9 Surat al-Maidah: 82.

  • 4

    C. SEBAB-SEBAB MASUKNYA ISRAILIYAT KE DALAM TAFSIR

    Sesungguhnya masuknya Israiliyat ke dalam tafsir tidak lepas dari kebudayaan

    masyarakat Arab Jahiliyah. Diantara penduduk Arab itu terdapat masyarakat Yahudi yang

    pertama kali memasuki Jazirah Arab.10 Al-Dzahabi mengutip dari kitab Tarikh al-Yahudi fi Bilad

    al-Arab, bahwa hijrah kubra mereka pada tahun 70 M., karena ada siksaan dan desakan dari

    Titus, seorang panglima Rumawai.11

    Di samping itu, orang Arab Jahiliyah mengadakan perjalanan menuju barat dan timur.

    Sebagaimana disebutkan dalam al-Quran:

    Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim

    dingin dan musim panas.12

    Orang Quraisy biasa Mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Syam

    pada musim panas dan ke negeri Yaman pada musim dingin. dalam perjalanan itu mereka

    mendapat jaminan keamanan dari penguasa-penguasa dari negeri-negeri yang dilaluinya.

    Kemudian setelah datang Islam, yang pada waktu itu pusat pertahanan adalah Madinah.

    Di dalam Masjid Nabawi, Rasulullah mengadakan majlis talim untuk mengajar para shahabat.

    Tidak jauh dari tempat tersebut terdapat kelompok-kelompok Yahudi, seperti Bani Qainuqa,

    Bani Quraidhah, Bani al-Nadlir, dan lain-lain. Di lain kesempatan orang-orang Islam dan orang-

    orang Yahudi mengadakan pertemuan dalam rangka pertukaran ilmu dan pengetahuan, bahkan

    sampai dalam perdebatan tentang agama. Dari sinilah banyak dari ahli ilmu Yahudi masuk

    Islam.13 Orang-orang Ahli Kitab yang masuk Islam ini ada yang memang betul-betul atas dasar

    kayakinan mereka, bahwa agama yang benar adalah Islam. Namun di sisi lain ada yang memang

    ingin menghancurkan Islam dari dalam. Penyelusupan ini awalnya sedikit, kemudian menjadi

    banyak dan meluas. Secara tidak sengaja kemudian menjadi tipu daya dan terencana.14

    10 Ahmad Khalil, Manahij al-Tajdid (Kairo; Dar al-Marifah, 1961), hal. 277. 11 Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits, hal. 15. 12 Surat al-Quraisy: 1-2. 13 Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits, hal. 16. 14 Yusuf Qardhawi, Kaifa Nataamal maa al-Quiran al-Adhim, aliah bahasa: Abdul Hayyi,

    Berinteraksi dengan al-Quran (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hal. 494.

  • 5

    Israiliyat mempengaruhi penafsiran al-Quran sejak pada zaman para shahabat. Ketika

    Rasulullah masih hidup, para shabat masih berpegang pada penjelasan Rasulullah dalam

    menafsirkan ayat-ayat al-Quran. Setelah Rasulullah wafat, jika para shahabat memerlukan

    penafsiran ayat yang berkenaan dengan kisah-kisah masa lalu, sedangkan penjelasan Rasulullah

    tidak ada dalam masalah itu, mereka menanyakan kepada para shahabat yang dahulunya

    beragama Yahudi dan Nasrani.15

    Ibnu Khaldun mengatakan, masuknya Israiliyat kedalam tafsir disebabkan karena orang-

    orang Arab bukanlah ahli dalam bidang sesuatu mengenai pengetahuan. Apabila mereka

    mempunyai keinginan besar untuk menegetahui sesuatu persoalan yang sunguh menggelitik jiwa

    manusia, seperti sebab-sebab tercipanya alam semesta, permulaan penciptaan dan lainnya mereka

    menanyakan kepada orang-orang pandai dari Ahli Kitab. Dari golangan Ahli Kitab itulah mereka

    memperoleh informasi ilmu.16

    Menurut para mufassir, unsur Israiliyat pada zaman shahabat masih relatif sedikit,

    karena tidak menyentuh perseolan hukum dan aqidah. Para shahabat dalam menerima unsur

    Israiliyat sangat selektif; mereka membandingkannya dengan keterangan yang ada dalam al-

    Quran dan al-Sunnah. Jika merasa bertentangan, penafsiran melalui riwayat Israiliyat mereka

    tolak. Namun dalam menerima kisah-kisah Israiliyat pada zaman tabiin melai mengendor, dan

    hal ini berlanjut pada zaman berikutnya.17 Sehingga banyak dalam kitab-kitab tafsir banyak yang

    mengandung banyak unsur Israiliyat. Keadaan semacam ini lebih sulit ketika mufassir dalam

    mengutip suatu riwayat untuk menafsirkan ayat tidak mencantumkan sanad riwayat itu saendiri.

    Akibatnya sulit untuk dibedakan antara riwayat yang benar-benar dari Rasulullah dan dari

    Israiliyat.

    Sebagian besar kisah Israiliyat diriwayatkan oleh dari empat orang: Abdullah bin Salam

    (w. 43 H), Kab al-Ahbar (w. 32 H), Wahb bin Munabbih (w. 110 H), dan Abdul Malik bin

    Abdul Aziz bin Juraij (w. 150). Para ulama berbeda pendapat dalam mengakui dan mempercayai

    Ahli Kitab tersebut; ada yang menolak dan ada pula yang menerima. Perbedaan pendapat yang

    15 Tim UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam, jilid. 3, hal. 237. 16 Ibnu Khaldun, Mukaddimah, alih bahasa: Ahmadi Thaha, Mukaddimah Ibnu Khaldun (Jakarta: Pustaka

    Firdaus, 2006), h. 551. 17 Tim UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam, jilid. 3, hal. 237.

  • 6

    paling besar adalah mengenai Kab al-Ahbar.18 Sedangkan Abdullah Mahmud Syahatah

    menyebutkan, bahwa tidak sah riwayat yang berhubungan dengan Yahudi yang diriwayatkan

    oleh Wahb bin Munabbih, dan yang berhubungan dengan Nashrani yang diriwayatkan oleh Ibnu

    Juraij.19 Akan tetapi banyak ulama yang mengatakan bahwa Ibnu Juraij adalah orang yang dapat

    dipercaya kejujurannya. Diantaranya adalah al-Ijli yang mengatakan bahwa Ibnu Juraij orang

    mekah yang tsiqah, Ibnu Muin mengatakan bahwa dia tsiqah pada setiap yang diriwayatkan,

    Yahya bin Said mengatakan dia shaduq, dan begitu juga dengan Ibnu Hibban yang

    mencantumkan namanya dalam al-Tsiqat.20

    Sedangkan Abdullah bin Salam, Kab al-Ahbar, dan Wahb bin Munabbih adalah orang

    orang yang adil dan jujur menurut Zarqani, dengan alasan:21

    1. Abdullah bin Salam adalah termasuk diantara orang terbaik di kalangan shahabat.

    Bahkan dia telah dijanjikan surga. Dari Muadz berkata, saya mendengar bahwa

    Rasulullah SAW. bersabda, Sesungguhnya dia (Ibn al-Salam) termasuk sepuluh orang

    yang dijamin masuk surga. (HR. Tirmidzi).

    Al-Quran juga telah mensinyalirnya:

    Katakanlah, terangkanlah kepadaKu, Bagaimanakah pendapatmu jika al-Quran itu

    datang dari sisi Allah, dan kalian mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil

    mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) al-Quran lalu

    beriman dan kalian menyombongkan diri."22

    Yang dimaksud dengan seorang saksi dari Bani Israil ialah Abdullah bin salam. ia

    menyatakan keimanannya kepada Nabi Muhammad setelah memperhatikan bahwa di

    antara isi Al Quran ada yang sesuai dengan Taurat, seperti ketauhidan, janji dan

    ancaman, kerasulan Muhammad, adanya kehidupan akhirat dan sebagainya.

    18 Mana; al-Qathan, Mabahits fi Ulum al-Quran (Bairut: al-Syirkah al-Muttahidah li al-Tauzi, 1973),

    hal. 355. 19 Abdullah Mahmud Syahatah, Manhaj al-Imam Abduh fi Tafsir al-Quran al-Karim (Kairo: Al-Majlis

    al-Ala li Riayah al-Funun wa al-Adab wa al-Ulum al-Ijtimaiyah, 1963), hal. 183. 20 Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits, hal. 87-88. 21 Muhammad Abdul Adhim, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran (Bairut: Dar al-Fikr, t.t.), jilid. II, hal.

    27 22 Surat al-Ahqaf: 10.

  • 7

    2. Wahb bin Munabbih adalah seorang tabiin yang tsiqah, dan luas ilmunya. Dia banyak

    meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, dan periwayatannya terdapat dalam shahihain.

    Diriwayatkan bahwa di antara ibadahnya selama 20 tahun dia shalat fajar dengan

    wudhu shalat isya.

    3. Kab al-Ahbar adalah seorang tabiin yang mulia. Dia masuk Islam pada masa

    kekhilafahan Abu Bakar. Sedangkan periwayatannya terdapat pada shahih Bukhari dan

    lainnya.

    Kitab-kitab yang banyak memuat riwayat-riwayat Israiliyat adalah Tafsir al-Thabari

    oleh Abu Jafar Muhammad bin Jarir al-Thabari; Tafsir Ibnu Katsir oleh Ibnu Katsir al-

    Dimasyqi; Tafsir al-Khazin oleh Alaudin Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ibrahim bin

    Umar bin Khalil al-Syaihi.

    D. PEMBAGIAN ISRAILIYAT

    Israiliyat dibagi menjadi tiga kategori:23

    1. Israiliyat berdasarkan kategori kebeneranan dan tidaknya.

    2. Israiliyat berdasarkan kategori kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan agama Islam.

    3. Israiliyat berdasarkan kategori temanya.

    1. Israiliyat Berdasarkan Kategori Kebeneranan dan Tidaknya

    Menurut kebenaran dan tidakanya Israiliyat terbagi menjadi dua macam, yaitu shahih,

    dhaif dan palsu.

    - Shahih

    Seperti kisah Israiliyat yang datang membenarkan apa yang ada dalam al-Quran

    mengenai sifat-sifat Rasulullah. Alllah berfirman:

    23 Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits, hal. 35.

  • 8

    Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar

    gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan

    izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.24

    Sifat ini telah disebutkan dalam Taurat dan para penelaah Taurat telah menyatakan

    secara terus terang mengenai hal itu. Ibnu katsir menyebutkan hadits di bawah ini dalam

    tafsirnya:25

    Dari Atha bin Yassar bahwa ia (Athaa) telah bertemu dengan Abdullah bin Amr lalu ia

    berkata kepadanya, Beritahukanlah kepadaku tentang sifat Rasulullah dalam Taurat!

    Abdullah berkata, Baik. Demi Allah, beliau tersifati dalam Taurat seperti dalam

    sifatnya dalam al-Quaran, Wahai Nabi, sesungguhnya kami mengutusmu sebagai

    saksi, pemberi kabar gembira, dan pemberi peringatan serta sebagai tempat berlindung

    bagi kaum buta huruf, engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku. Namamu adalah al-

    Mutawakkil(nama lain Rasulullah), bukan sebagai orang yang berperangai kasar dan

    bukan berwatak keras. Allah tidak akan mencabut nyawanya, sehinga dengannya telah

    meluruskan agama-Nya yang bengkok dengan mengatakan, Tidak ada Ilah kecuali

    Allah, dengannya Ia membuka hati yang tertutup, telinga yang tuli dan mata (hati) yang

    buta. Atha berkata, Saya telah bertemu Kab al-Ahbar, lalu saya bertanya kepadanya

    tentang hal itu maka tidaklah ia (Kab; mantan Yahudi) menyalahi satu huruf pun.

    (HR. Bukhari).

    - Dhaif

    Seperti legenda gunung Qaf yang mengitari langit dan Bumi. Ini se-akan-akan dari

    khurafat Bani Israil yang sebagian mufassir mengambilnya dari Ahli Kitab.

    24 Surat al-Ahzab: 45-46. 25 Ibnu Katsir al-Dimasyqi, Tafsir al-Quran al-Adhim (Bairut: Dar al-Fikr, 1997), Jilid. 1, hal. 253.

  • 9

    - Palsu

    Israiliyat seperti ini dapat ditemui dalam tafsir al-Thabari pada surat Shad ayat 34.

    Dalam tafsirnya dia memuat tentang kisah Nabi sulaiman yang meminum arak hingga

    hilang kesadarannya. Dalam kondisi seperti itu dia melihat cincinnya lalu

    melemparkannya ke laut dan dimakan oleh seekor ikan hingga hilanglah seluruh

    kerajaannya, karena kekuasaannya terdapat pada cincin itu.

    Ibnu Katsir mengomentari kisah ini, Riwayat ini diperoleh dari Ahli Kitab, sedangkan

    di antara mereka ada yang tidak mengakui (mempercayai) kenabian Nabi Sulaiman.

    2. Israiliyat Berdasarkan Kategori Kesesuaian atau Ketidaksesuaian dengan Agama Islam

    Menurut kategori ini, Israiliyat dibagai menjadi tiga macam: Israiliyat yang sesuai

    dengan ajaran agam Islam, Israiliyat yang berbeda dengan ajaran syariat Islam dan Israiliyat

    yang didiamkan oleh syariat Islam; yang tidak terdapat pada suatu pernyataan yang mendukung

    ataupun yang membantahnya.26

    - Israiliyat yang Sesuai dengan Ajaran Agam Islam

    Contoh untuk hal ini adalah:

    Dari Abu Said al-Khdri r.a., bahwa Rasulullah bersabda, Bumi pada hari kiamat

    mejadi sepotong roti yang digenggam Allah yang Maha Perkasa dengan tangan-Nya,

    sebagaimana salah seorang di antara kamu menggenggam sepotong roti dalam

    bepergian, sebagai persinggahan bagi penduduk surga. Lalu, datanglah seorang

    Yahudi seraya berkata, Semoga Allah memberkatimu wahai Abu Qasim (kunyah,

    sebutan Rasulullah). Maukah kamu saya beritahukan tentang persinggahan penduduk

    (ahli) surga? Rasulullah menjawab, Ya. Orang Yahudi itu berkata, Bumi itu

    menjadi sepotong roti (sebgaimana yang dikatan Rasulullah). Lalu Rasullah menoleh

    kepada para shahabat, kemudian tertawa sampai terliahat gigi gerhamnya.27

    26 Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits, hal. 36. 27 Imam Al-Bukhari, Shahih al Bukhari bi Hasyiyah al Sanady, (Beirut: Dar Shaab, tt), Jilid. 8, hal. 108

  • 10

    - Israiliyat yang Berbeda dengan Ajaran Syariat Islam

    Contoh dalam hal ini adalah apa yang dinisbahkan orang-orang Yahudi kepada Nabi

    Harun A.S. dalam kitab Safrul Kuruj, bahwa dialah yang membuat anak sapi jantan

    untuk Bani Israil, untuk mengajak mereka menyembahnya.28

    - Israiliyat yang Didiamkan oleh Syariat Islam; yang tidak Terdapat pada Suatu

    Pernyataan yang Mendukung ataupun yang Membantahnya.

    Contoh dalam hal ini adalah apa yang ditulis Ibnu Katsir dalam tafsirnya29 dari cerita

    Israiliyat seputar rincian sapi betina Bani Israil yang bermula dari membunuhnya

    seorang lelaki demi pamannya, kemudian tuntutannya terhadap orang lain atas

    keputusannya, penyembelihan sapai betina, penghidupan kembali orang yang terbunuh

    itu dengan sapi betina yang disembelih, dan pemberitahuan dari orang yang hidup

    kembali tentang orang yang membunuhnya.

    3. Israiliyat Berdasarkan Kategori Temanya.

    Menurut kategori ini, Israiliyat terbagi menjadi tiga macam: Israiliyat yang berkaitan

    dengan aqidah, Israiliyat yang berkaitan dengan hukum dan Israiliyat yang berhubungan dengan

    nasihat, hikmah, kisah dan sejarah.30

    - Israiliyat yang Berkaitan dengan Akidah.

    Contoh dalam hal ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukahari:31

    Dari Abdullah bin Masud r.a., ia mengatakan, Telah datan seorang pendeta Yahudi

    kepada Rasulullah, lalu berkata, Hai Muhammad, sesungguhnya kami dapati bahwa

    Allah menjadikan pada langit berada pada satu jari, bumi pada satu jari, pepohaonan

    pada satu jari, air dan tanah pada satu jari, dan seluruh makhluk (selain itu) pada satu

    28 Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits, hal. 37. 29 Ibnu Katsir al-Dimasyqi, Tafsir al-Quran al-Adhim, jilid. 1, hal.109. 30 Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits, hal. 38. 31 Ibid.

  • 11

    jari, lalu ia mengatakan, Akulah Sang Maha Raja. Maka tertawalah Rasulullah

    sampai terlihat gigi gerhamnya, memebenarkan perkataan pendeta tearsebut.

    Kemudian Rasulullah membaca firman Allah:

    Mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal

    bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan

    tangan kanan-Nya. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka

    persekutukan.32

    - Israiliyat yang Berkaitan dengan Hukum

    Contoh dalam hal ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Bukhari:

    Dari Abdullah bin Amr r.a. berkata, Bahwa orang-orang Yahudi datang kepada

    Rasulullah dengan membawa seorang pria dan seorang wanita dari kalangan mereka

    yang keduanya telah berzina. Rasulullah bertanya pada mereka, Bagaimanakah

    kalaian memperlakukan mereka di antara kalian yang telah berzina? Mereka

    mengatakan, Kami mencoreng wajah keduanya dan memukul mereka. Lalu belia

    bertanya lagi, Apakah kalian tidak menemukan dalam Taurat (hukum) rajam? Mereka

    menjawab, Kami tidak mendapatkan sesuatu pun (dari hukum rajam). Maka

    berkatalah Abdullah bin Salam, Kalian telah berdusta, bawakan Taurat, lalu bacalah

    Taurat itu jika kalian benar (jujur). Lalu seseorang diantara mereka meletakkan

    telapak tangnnya pada catatan Tauratnya menutupi ayat rajam. Maka serta merta

    orang tersebut membaca ayat yang berada di sebelum dan sesudah ayat yang terletak

    di bawah telapak tangannya, serta tidak membaca ayat rajam. Lalu (Abdullah bin

    Salam) mengangkat tangan orang itu dari (menutupi) ayat rajam, seraya bertanya,

    32 Surat al-Zumar: 67.

  • 12

    Apa ini? Maka ketika dia meliahat itu, mereka mengatakan, Ia adalah ayat rajam.

    Rasulullah lalu memerintahkan untuk merajam kedua orang yang telah berzina itu.

    Mereka kemudian dirajam.

    Ibnu Umar berkata, saya meliahat pria pezina itu mencondongkan tubuhnya ke arah

    wanita pezina itu untuk melindunginya dari batu-batu (yang dilemparkan ke

    kepalanya). (HR. Bukhari)

    - Israiliyat yang Berhubungan dengan Nasihat, Hikmah, Kisah dan Sejarah

    Contoh dalam hal ini adalah israiliyat yang termaktub dalam tafsiran ayat ini:

    Buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah

    kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu; Sesungguhnya

    mereka itu akan ditenggelamkan.33

    Seperti yang ditulis oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya34 tentang Israiliyat dalam cerita

    pembuatan kapal Nabi Nuh a.s., tentang kayunya, panjangnya 80 hasta dan lebarnya 50

    hasta, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi padanya.

    E. HUKUM MERIWAYATKAN KISAH ISRAILIYAT

    Para ulama berbeda pendapat tentang hukum periwayatan kisah-kisah Israiliyat:

    1. Melarang secara Mutlak

    Dalam hal ini sebagian ulama yang melarang secara mutlak mengacu ayat-ayat al-

    Quran dan hadits-hadits shahih. Di antaranya adalah:

    33 Surat Hud: 37 34 Ibnu Katsir al-Dimasyqi, Tafsir al-Quran al-Adhim, jilid. 2, hal. 444.

  • 13

    karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali

    pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu)

    kepada seorangpun di antara mereka (Ahli Kitab).35

    Al-Quran secara terang-terangan melarang kita menanyakan kepada Ahli Kitab tentang

    kisah-kisah dahulu, rincian kisah-kisah mereka, tempat-tempatnya dan peristiwa-peristiwanya.36

    Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita,

    Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum

    tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.37

    Ayat ini memberikan kepada kita sebuah konsep Qurani yang ilmiah dalam memeriksa,

    menyaring dan mengecek berita jika sumbernya dari orang-orang fasik. Lalu, bagaimana terhadap

    berita yang datang kepada kita dari orang-orang kafir?

    Sesungguhnya oarang-orang Yahudi dalam riwayat Israiliyat, mereka senantiasa lihai

    dalam bualan dan mengubah-ngubah berita, dan mereka tidak dapat dipercaya dalam konteks

    sejarah, berita, maupun riwayat. Kebanyakan yang keluar dari mulut mereka mengandung

    karekter kontradiksi, klaim, distori dan mitos.38

    35 Surat al-Kahfi: 22. 36 Shalah Abdul Fattah al-Khaldi, Maa Qishash al-Sabiqin fi al-Quran, alih bahasa: Abdullah, Kisah-

    kisah al-Quran; Perjalanan dari Orang-orang Dahulu (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), jilid. I, hal. 42. 37 Surat al-Hujurat: 6. 38 Shalah Abdul Fattah al-Khaldi, Maa Qishash al-Sabiqin fi al-Quran, hal. 46-47.

  • 14

    Diantara mereka (orang-orang Yahudi) ada yang buta huruf, tidak mengetahui al-Kitab

    (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.39

    Mereka itu adalah kaum pembual, mereka membual atas nama Allah dan memalsukan

    atas nama-Nya.

    Orang-orang (Yahudi) yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada

    Kami, supaya Kami jangan beriman kepada seseorang rasul, sebelum Dia mendatangkan kepada

    Kami korban yang dimakan api". Katakanlah: "Sesungguhnya telah datang kepada kamu

    beberapa orang Rasul sebelumku membawa keterangan-keterangan yang nyata dan membawa

    apa yang kamu sebutkan, Maka mengapa kamu membunuh mereka jika kamu adalah orang-

    orang yang benar".40

    Sedangkan dalam hadits, Ibnu Abbas berkata, Wahai kaum muslimin, mengapa kalian

    bertanya pada Ahli Kitab tentang sesuatu, sedangkan kitab Suci kalian yang diturunkan kepada

    Rasul-Nya telah memberitakan kabar-kabar Allah SWT? Allah telah memberitahukan pada

    kalian bahwa Ahli Kitab telah mengganti dan mengubah kitab Allah SWT, kemudian mereka

    menulis Kitab dengan tangannya sendiri, dan berkata, Ini datang dari Allah.41

    Ayatullah Baqir mengatakan, penjelasan-penjelasan dari Taurat dan Injil tidak bisa

    dijadikan sandaran. Karena didalamnya mengalami penyimpangan, juga terdapat pandangan-

    pandangan mengenai akhlak yang tidak diakaui kebenarannya dalam Islam. Al-Quran sendiri

    jelas-jelas menerangkan pada beberapa ayat tentang adanya penyimpangan yang terjadi pada Ahli

    Kitab. Lantas bagaimana mungkin cerita mereka dapat dibenarkan.42

    Sedangkan Yusuf Qardhawi mengomentari tulisan Ibnu Katsir saat dia (Ibnu Katsir)

    menulis dalam tafsir ayat 51-56 dari surat al-Anbiya,

    Yang kami tempuh dalam tafsir ini adalah menjauhkan diri dari banyak kisah-kisah Israiliyat,

    karena ia hanya membuang-buang waktu dan karena kebanyakan darinya hanya mengandung

    kedustaan yang disebarkan pada mereka.

    39 Surat al-Baqarah: 78. 40 Surat Ali Imran: 183. 41 Imam Al-Bukhari, Shahih al Bukhari bi Hasyiyah al Sanady Shahih, jilid. 3, hal. 181. 42 Ayatullah Muhammad Baqir, Ulum al-Quran, alih bahasa: Nashirul Haq, Salman Fadhilah, (Jakarta:

    Al-Huda, 2006), hal. 437.

  • 15

    Alangkah baiknya jika Ibnu Katsir menjauhkan diri dari seluruh berita Israiliyat itu,

    tidak hanya sejumlah banyak darinya saja. Karena yang sedikit darinya, dosa lebih besar dari

    manfaatnya.43

    2. Membolehkan secara Mutlak

    Dalam hal ini, sebagian ulama yang membolehkan secara mutlak (dalam merujuk atau

    mengutip dari Ahli Kitab) juga memberikan argumen-argumen dari al-Quran dan hadits-hadits

    shahih. Diantaranya adalah:

    ...Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat),

    maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah ia jika kamu orang-orang yang benar".44

    Menurut mereka, ini merupakan bukti bahwa boleh merujuk pada Ahli Kitab.

    Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan

    kepadamu, maka Tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu.45

    Allah telah membolehkan Rasulullah untuk bertanya pada Ahli Kitab, tentunya begitu

    juga dengan umatnya untuk bertanya pada mereka. Sedangkan dalam hadits Rasulullah bersbda:

    Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat. Ceritakanlah tentang Bani Israil tanpa halangan.46

    Begitu juga Imam Ahmad meriwayatkan tentang perginya Rasulullah ke Kanisiyah dan

    mendapatkan seorang Yahudi yang sedang mebaca Taurat, kemudian mensifati Rasulullah.

    Untuk memperkuat pendapat ini, mereka merujuk juga pada para shahabat, seperti Abu Hurairah,

    43 Yusuf Qardhawi, Kaifa Nataamal maa al-Quiran al-Adhim, hal. 500-501. 44 Surat Ali Imran: 93. 45 Surat Yunus: 94. 46 Imam Al-Bukhari, Shahih al Bukhari bi Hasyiyah al Sanady, jilid. 1, hal. 416.

  • 16

    Ibnu Abbas, Ibnu Masud dan lainnya yang bertanya pada para shahabat yang masuk Islam dari

    kalangan Ahli Kitab.

    3. Membuat Persyaratan dalam Meriwayatkan

    Di antara ulama ada yang memberikan syarat dalam meriwayatkan kisah-kisah

    Israiliyat. Sepertinya mereka mengambil jalan tengah dari dua pendapat tersebut di atas, dan ini

    menurut penulis adalah pendapat yang terbaik dalam memberikan solusi hukum. Diantara mereka

    adalah Ibnu Katsir dan Ibnu Taimiyah.

    Dalam hal ini, Ibnu Katsir dan Ibnu Taimiyah membagi Israiliyat menjadi tiga:47

    1. Jika kita mengetahui kebenarannya sesuai dengan ajaran kita (Islam), maka ia adalah

    benar. Akan tetapi dalam hal ini (cukuplah ajaran kita sebagai pegangan), sedangkan

    kisah-kisah Israiliyat hanya untuk istisyhad (bukti adanya saja).

    2. Jika kita mengetahui tentang kedustaannya (menyalahi ajaran Islam), maka kita harus

    menolakanya.

    3. Kisah-kisah yang didiamkan; cerita yang tidak ada keterangan kebenaran dan

    pertentangan dalam Islam, maka kita tidak mempercayai dan tidak mendustakan.

    Sedangkan pandangan al-Biqai (w. 881 H) tidak jauh dari Ibnu Katsir dan Ibnu

    Taimiyah, dia mengatakan, boleh cerita-cerita tersebut dimuat dalam tafsir al-Quraan selama

    tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bilau mengingatkan bahwa cerita itu dimuat hanya

    sebagai istitsna saja,48 bukan untuk dijadikan dasar aqidah dan bukan pula dijadikan dasar

    hukum.

    F. PENUTUP

    Israiliyat merupakan kisah-kisah berkaitan erat dengan warisan Yahudi. Kisah-kisah

    tersebut tersebar melalui berbagai macam cara masuk ke dalam Islam melalui orang-orang Ahli

    Kitab. Mereka menyusupkan berita-berita Israiliyat yang mungkar ke dalam ajaran Islam.

    47 Ibnu Katsir al-Dimasyqi, Tafsir al-Quran al-Adhim, jilid. I, hal. 11. juga lihat, Muhammad Husain al-

    Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits, hal. 52 48 Abu Anwar, Ulumul Quran (Pekan Baru: Amzah, 2002), hal. 110

  • 17

    Sehingga cerita-cerita tersebut mampu bertengger dalam buku-buku Islam, terutama al-Quran dan

    al-Hadits.

    Konfirmasi atau kehati-hatian terhadap setiap berita, fenomena dan dinamika sebelum

    memberikan penilaian padanya adalah merupakan seruan dakawah Islamiyah dan merupakan

    konsep Islam yang teliti. Apalagi dalam menerima berita dari orang-orang Ahli Kitab yang

    memang berusaha mengahancurkan Islam dari dalam. Mereka seakan-akan berusaha memerangi

    Islam dengan senjata lain, yaitu senjata budaya.

    Bisa dikatakan cela bagi mufassirin adalah mereka yang tidak menoreksi terlebih dahulu

    kutipan kisah-kisah Israiliyat yang mereka ambil, padahal di dalamnya kemungkinanan besar

    terdapat kisah-kisah yang batil. Karena itu orang yang mengutip kisah kisah Israiliyat

    hendakanya meninggalkan kisah-kisah yang sudah jelas kebohongannya.

    Dalam kisah-kisah Israiliyat ini dibolehkan meriwayatkannya untuk istisyhad selama

    diketahui kebenarannya dalam Islam. Namun Jika ia menyalahi ajaran Islam, maka harus ditolak.

    Sedangkan kisah-kisah yang tidak diketahui sesuai atau tidak dengan Islam, maka sebaiknya

    didiamkan.

  • 18

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Quran al-Karim

    Adhim, Muhammad Abdul, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran (Bairut: Dar al-Fikr, t.t.)

    Al-Bukhari, Imam, Shahih al Bukhari bi Hasyiyah al Sanady, (Beirut: Dar Shaab, tt)

    al-Dimasyqi, Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-Adhim (Bairut: Dar al-Fikr, 1997)

    al-Dzahabi, Muhammad Husain, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits (Kairo: Maktabah

    Wahbah, 1990)

    al-Khaldi, Shalah Abdul Fattah, Maa Qishash al-Sabiqin fi al-Quran, alih bahasa: Abdullah,

    Kisah-kisah al-Quran; Perjalanan dari Orang-orang Dahulu (Jakarta: Gema Insani

    Press, 1999)

    al-Qathan, Mana, Mabahits fi Ulum al-Quran (Bairut: al-Syirkah al-Muttahidah li al-Tauzi,

    1973)

    Anwar, Abu, Ulumul Quran (Pekan Baru: Amzah, 2002)

    Baqir, Ayatullah Muhammad, Ulum al-Quran, alih bahasa: Nashirul Haq, Salman Fadhilah,

    (Jakarta: Al-Huda, 2006)

    Khaldun, Ibnu, Mukaddimah, alih bahasa: Ahmadi Thaha, Mukaddimah Ibnu Khaldun (Jakarta:

    Pustaka Firdaus, 2006)

    Khalil, Ahmad, Dirasat fi al-Quran (Kairo: Dar al-Maarif, t.t.)

    -----------, Manahij al-Tajdid (Kairo; Dar al-Marifah, 1961)

    Maluf, Loues, al-Munjid fi al-Alam (Bairut: Dar al-Masyriq, 1998)

    Qardhawi, Yusuf, Kaifa Nataamal maa al-Quiran al-Adhim, aliah bahasa: Abdul Hayyi,

    Berinteraksi dengan al-Quran (Jakarta: Gema Insani Press, 2000)

    Syahatah, Abdullah Mahmud, Manhaj al-Imam Abduh fi Tafsir al-Quran al-Karim (Kairo: Al-

    Majlis al-Ala li Riayati al-Funun wa al-Adab wa al-Ulum al-Ijtimaiyah, 1963)

  • 19

    Tim UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005),

    Jilid. 3.