3637

12
Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri 1 Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang PENGARUH MASSAGE COUNTERPRESSURE TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI HAID PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 2 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 Ni Made Gita Gumangsari Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT Dysmenorhea is a condition that occurs during menstrual cycle which can interfere with activity and it requires a treatment. Dysmenorrhea is characterized by pain in the abdomen or pelvic area,if is not handled, dysmenorhea causes disruption of physical activity female teenage . There are several ways to cope with dysmenorhea, such as herbal treatment like cinnamon, soy, cloves, turmeric, ginger, and chinese herbs. The use of fish oil supplements, vitamin E. The Medical care such as relaxation, hypnotherapy, and acupuncture. One of the effective ways to prevent dysmenorhea is hand massage by hands or called as massage counterpressure. The purpose of this research is to know the effects of counterpressure massage to decrease the level of menstrual pain in female teenagers at SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang. The method used in this research was quasi experimental with non equivalent time control group design. The population in this study was all female teenagers at SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang. The sample were 28 respondents, divided into 2 groups is 14 counterpressure massage and 14 kontrol group, selected by purposive sampling. Data collection used primary data by measuring menstrual pain in female teenage performed by pretest and posttest in 2 groups: intervention group and control group. Test analysis used in the research was T test dependent. T test dependent showed significan the effects of massage counterpressure foward the level of menstrual pain in female teenages in SMAN 2 Ungaran with p-value of 0,000 < α(0,05) It the research in provide recommendations to the midwife to use counterpressure massage to reduce menstrual pain onfemale teenages . Female teenagers expected to used counterpressure massage as an alternative to reducing menstrual pain. Keywords : Counterpressure Massage, Menstrual Pain PENDAHULUAN Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Pada perempuan sudah mulai terjadinya menstruasi dan pada laki-laki sudah mulai mampu menghasilkan sperma (Proverawati, Misaroh, 2009). Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali menghadapi risiko - risiko kesehatan reproduksi. Kebutuhan akan meningkatkan pelayanan kesehatan dan sosial terhadap remaja semakin menjadi perhatian di seluruh penjuru dunia. International Conference on Population and Development (ICPD) atau yang disebut Konperensi Internasional mengenai kependudukan dan pembangunan mendorong Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengembangkan program yang tanggap terhadap masalah seksual dan reproduksi remaja. Berbagai negara juga direkomendasikan agar berupaya menghilangkan hambatan hukum, hambatan peraturan dan hambatan sosial atas informasi dan pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (Kilbourn, Paulette, dan Swan, 1998). Adapun masalah kesehatan remaja meliputi Kehamilan dan persalinan dini, HIV.malnutrisi, kesehatan mental, merokok,bahaya penggunaan alkohol, kekerasan, trauma (Anurogo,2011).

description

tugas

Transcript of 3637

Page 1: 3637

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri 1 Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

PENGARUH MASSAGE COUNTERPRESSURE TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI HAID PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 2 UNGARAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

Ni Made Gita Gumangsari

Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRACT

Dysmenorhea is a condition that occurs during menstrual cycle which can interfere with

activity and it requires a treatment. Dysmenorrhea is characterized by pain in the abdomen or pelvic area,if is not handled, dysmenorhea causes disruption of physical activity female teenage . There are several ways to cope with dysmenorhea, such as herbal treatment like cinnamon, soy, cloves, turmeric, ginger, and chinese herbs. The use of fish oil supplements, vitamin E. The Medical care such as relaxation, hypnotherapy, and acupuncture. One of the effective ways to prevent dysmenorhea is hand massage by hands or called as massage counterpressure. The purpose of this research is to know the effects of counterpressure massage to decrease the level of menstrual pain in female teenagers at SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang.

The method used in this research was quasi experimental with non equivalent time control group design. The population in this study was all female teenagers at SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang. The sample were 28 respondents, divided into 2 groups is 14 counterpressure massage and 14 kontrol group, selected by purposive sampling. Data collection used primary data by measuring menstrual pain in female teenage performed by pretest and posttest in 2 groups: intervention group and control group. Test analysis used in the research was T test dependent.

T test dependent showed significan the effects of massage counterpressure foward the level of menstrual pain in female teenages in SMAN 2 Ungaran with p-value of 0,000 < α(0,05)

It the research in provide recommendations to the midwife to use counterpressure massage to reduce menstrual pain onfemale teenages . Female teenagers expected to used counterpressure massage as an alternative to reducing menstrual pain. Keywords : Counterpressure Massage, Menstrual Pain

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan usia dimana

individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Pada perempuan sudah mulai terjadinya menstruasi dan pada laki-laki sudah mulai mampu menghasilkan sperma (Proverawati, Misaroh, 2009).

Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali menghadapi risiko - risiko kesehatan reproduksi. Kebutuhan akan meningkatkan pelayanan kesehatan dan sosial terhadap remaja semakin menjadi perhatian di

seluruh penjuru dunia. International Conference on Population and Development (ICPD) atau yang disebut Konperensi Internasional mengenai kependudukan dan pembangunan mendorong Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengembangkan program yang tanggap terhadap masalah seksual dan reproduksi remaja. Berbagai negara juga direkomendasikan agar berupaya menghilangkan hambatan hukum, hambatan peraturan dan hambatan sosial atas informasi dan pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (Kilbourn, Paulette, dan Swan, 1998).

Adapun masalah kesehatan remaja meliputi Kehamilan dan persalinan dini, HIV.malnutrisi, kesehatan mental, merokok,bahaya penggunaan alkohol, kekerasan, trauma (Anurogo,2011).

Page 2: 3637

2 Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010 menunjukkan bahwa berdasarkan laporan responden yang sudah mengalami haid, rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun (20,0%) dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun dan ada yang lebih lambat sampai 20 tahun serta 7,9% tidak menjawab/lupa (Balipemkes Kemenkes RI, 2010).

Saat haid, pada sebagian perempuan ada yang mengalami berbagai gangguan haid yang cukup berat. Misalnya ada sebagian yang mengalami kram karena kontraksi otot otot halus pada rahim, sakit kepala, sakit perut, gelisah berlebihan, merasa letih dan lemas, hidung terasa tersumbat, bahkan selalu ingin menangis. Selain itu ada juga yang mengalami kemarahan tak berujung pangkal, depresi, kondisi ingin makan yang berlebihan hingga nyeri haid yang luar biasa. Kondisi ini sering disebut dengan gejala datang bulan atau PMS (Anurogo, 2011).

Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama-sama dengan menstruasi dan berlangsung beberapa jam, walaupun pada kasus dapat berlangsung sampai beberapa hari. Sifat nyeri adalah kejang yang berjangkit, yang biasanya terbatas di perut bawah tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha disertai dengan mual, muntah, sakit kepala dan diare (Judha, Sudarti & Fauziah, 2012).

Angka kejadian dismenorea di Amerika Serikat dialami oleh 45-90%. Tingginya angka tersebut diasumsikan dari berbagai gejala yang belum di laporkan. Banyak perempuan yang membeli obat sendiri dan tidak berkunjung ke dokter. Disminore juga bertanggung jawab atas ketidakhadiran saat bekerja dan sekolah, sebanyak 13-51% perempuan telah absen sedikitnya sekali dan 5-14% berulang kali absen (Anurogo, 2011).

Di Indonesia lebih banyak perempuan yang mengalami disminorea tidak melaporkan atau berkunjung ke dokter. Rasa malu ke dokter dan kecenderungan untuk meremehkan penyakit sering membuat data penderita penyakit tertentu di Indonesia tidak dapat di pastikan secara mutlak. Dikatakan 90 persen perempuan Indonesia pernah mengalami disminorea (Anurogo, 2011).

Meskipun disminore merupakan masalah fisik bukan masalah psikis, namun disminore dengan tingkatan nyerinya sering menimbulkan bahaya. Kondisi seperti ini

membawa remaja pada situasi yang tidak menyenangkan. Melihat dampak dari disminore tersebut dapat dikatakan bahwa disminore merupakan salah satu problema dalam kehidupan remaja putri, yang memaksa mereka untuk menggunakan berbagai cara untuk mencegah terjadinya nyeri disminore (Ramaiah, 2006).

Disminore dapat dikurangi dengan 6 cara yaitu pengobatan herbal yaitu kayu manis, kedelai, cengkeh, kunyit, jahe, herbal cina. Penggunaan suplemen yaitu minyak ikan, vitamin E. Perawatan medis, relaksasi, hipnoterapi, akupuntur. Salah satu cara yang efektif untuk mencegah nyeri disminore ini adalah relaksasi dalam bentuk pijatan tangan atau masase (Anurogo, 2011).

Counterpressure adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tangan, atau juga menggunakan bola tenis. Tekanan pada Counterpressure dapat di berikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil (Maryunani, 2010).

Teknik Counterpressure dapat menyebabkan peningkatan endorphine, yang pada gilirannya dapat meredakan nyeri karena merangsang produksi hormon endorphine yang menghilangkan rasa sakit secara alamiah.

Menurut Avron Goldstein dalam Maryunani (2010), menyatakan bahwa endorphine mempengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine kemungkinan bertindak sebagai neurotransmiter maupun neuromodulator yang menghambat transmisi dari pesan nyeri. Jadi, adanya endorphine pada sinaps sel-sel saraf menyebabkan status penurunan dalam sensasi. Kegagalan melepaskan endorphine memungkinkan nyeri terjadi. Opiate, seperti morphine atau endorphine (kadang-kadang disebut enkephalin), kemungkinan menghambat transmisi pesan nyeri dengan mengaitkan tempat reseptor opiate pada saraf-saraf otak dan tulang belakang. Kadar endorphine tinggi sudah jelas akan merasa kurang nyeri sedangkan kadar endorphine rendah akan mersa lebih nyeri (Maryunani, 2010).

Counterpressure tidak dapat diteruskan jika wanita merasa penekanan ini tidak dapat menolong mengurangi rasa nyeri yang di deritanya. Bentuk massase yang kita gunakan tiap hari untuk mengatasi trauma minor seperti

Page 3: 3637

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri 3 Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

benjol tentu saja dapat dilakukan sendiri. Namun masase ini lebih mudah di ingat dan menarik perhatian umum biasanya dilakukan oleh orang lain. Gerakan gerakan dasar meliputi gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan belakang menggunakan tenaga ,menepuk nepuk, meremas remas, setiap gerakan menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan dibawahnya (Johariah, 2012).

Jumlah penderita yang ada di lapangan selalu lebih bnayak dari laporan yang bisa diklaim oleh Dinas Kesehatan dan instansi terkait. Kesadaran untuk menjaga kesehatan diri dan melindungi sesegera mungkin dari penyakit di kalangan masyarakat masih rendah (Anurogo, 2011).

Berdasarkan penelitian Zulianti (2013), yang berjudul Efektifitas Teknik Efflurage dengan kompres hangat terhadap Penurunan Tingkat Disminore Pada Siswi SMA N 1 gresik 2013 menyebutkan dari hasil uji Mann- Whitney U = 770 menunjukkan signifikan hasil hitung = 0,005 < 0,05, berati Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat perbedaan yang signifikan penurunan tingkat disminore antara teknik efflurage dengan kompres hangat dimana kompres hangat memiliki angka penurunan nyeri lebih tinggi dibandingkat teknik efflurage (Zulianti, 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan pada 25 Maret 2014 di SMA 2 Ungaran, diketahui jumlah peserta didik remaja putri tahun 2014 adalah sejumlah 531 siswi dengan rincian jumlah siswi kelas X adalah 186 siswi, jumlah siswi kelas XI adalah 178 siswi dan jumlah siswi kelas XII adalah berjumlah 167 siswi. Dan dari hasil wawancara terhadap 10 siswi ynag mengalami menstruasi, 7 diantaranya mengalami nyeri haid dan 3 orang tidak mengalami nyeri haid. Ada 9 siswa yang mengetahui tentang nyeri haid dan 1 siswa tidak melihat tentang nyeri haid. 10 siswa tersebut tidak mengetahui cara mengatasi nyeri haid dan mereka juga tidak tahu apakah nyeri itu normal atau tidak, mereka juga kebingungan dalam mengatasi nyeri haid. Ada 7 siswa yang beranggapan bahwa nyeri haid tidak perlu diobati dan ada 3 siswi yang mencoba mengobati dengan cara memberi kompres hangat pada perut mereka saat nyeri haid, mereka punya persepsi bahwa nyeri haid tidak perlu diatasi akan sembuh dengan

sendirinya, tetapi mereka juga ketika mengalami nyeri haid berkeinginan mengobatinya karena merasakan nyeri dan mengganggu aktifitasnya terutama remaja putri yang masih sekolah akan menggangggu proses belajar mengajar (SMA N 2 Ungaran).

Oleh karena itu, Peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh massage counterpressure terhadap penurunan tingkat nyeri haid pada remaja putri di SMA 2 Ungaran tahun 2014.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Metode penelitian ini adalah quasy experimntal design (eksperimen semu) dengan jenis desain non equivalent time control group design yaitu ada dua kelompok yang di pilih secara acak, lalu diberi pretest untuk mencari perbedaan dengan kelompok kontrol terhadap eksperimen yang akan digunakan. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah diberikan intervensi. (Hidayat, 2009). Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2014 di SMA N 2 Ungaran Kabupaten Semarang. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswi putri di SMA N 2 Ungaran yang berjumlah 531 siswi. Sampel Penelitian

Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan estimasi (perkiraan) untuk menguji hipotesis beda rata-rata 2 kelompok tidak berpasangan.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus di atas, diperoleh sampel sebesar 14 responden untuk kelompok intervensi dan 14 responden sebagai kelompok kontrol. Teknik Sampling

Tehnik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik yang digunakan dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo,

Page 4: 3637

4 Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

2005). Sampel dalam penelitian dibagi menjadi dua kelompok sampel yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria inklusi: 1) Siswi Kelas X dan XI yang sedang mengalami nyeri haid; 2) Siswi yang mengalami nyeri haid pada hari pertama; 3) Siswi yang tidak menggunakan obat obatan apapun; 4) Siswi yang mengalami nyeri sedang dan nyeri berat; 4) Siswi yang bersedia menjadi responden

Pada penelitian ini, kriteria eksklusi adalah sebagai berikut: 1) Siswi yang tidak masuk sekolah; 2) Siswi yang mengalami nyeri haid yang disertai dengan gangguain lain seperti gangguan reproduksi. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung didapat dari sumber melalui pengukuran rasa nyeri. Data sekunder dalam penelitian ini adalah jumlah siswi putri di SMA N 2 Ungaran tahun 2014. Alat dan Bahan Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang berisi data subjektif dan objektif terhadap responden. Lembar observasi ini berisi tanggal penelitian, nomor kode responden, umur. Mengukur tingkat nyeri, dilakukan observasi respon nyeri menggunakan Skala nyeri menurut

Bourbanais. Tingkat nyeri di ukur dengan skor 0-10 pada skala bourbanais.

Gambar 1. Skala nyeri

Analisis Data Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk mendefinisikan tiap variabel yang akan diteliti secara terpisah. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat untuk menghitung jumlah skor yang didapatkan dibagi dengan skor maksimal pada masing-masing sub variable yang diteliti. Hasil penghitungan analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil analisis dalam bentuk distribusi frekuensi adalah penurunan nyeri haid sebelum dan sesudah diberikan masase Counterpressure pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Analisa Bivariat

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan sampel kecil (≤ 50 ) maka uji normalitas data menggunakan uji shaphiro-wilk dengan ketentuan nilai keyakinan yang dipakai adalah 0,95 dan nilai kesalahan α = 0,05. Pengambilan keputusannya yaitu: apabila nilai p >0,05 maka distribusi data normal dan apabila nilai p < 0,05 maka distrubusi data tidak normal (Arikunto, 2006).

HASIL PENELITIAN

Analisis Univariat Gambaran Tingkat Nyeri Disminore Remaja Putri Sebelum Dilakukan massage counterpressure pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum Dilakukan massage counterpressure pada Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Remaja Putri di SMA N 2 Ungaran, 2014

Nyeri Disminore Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase

(%) Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat

0 0

12 2 0

0,0 0,0

85,7 14,3 0,0

0 0

13 1 0

0,0 0,0

92,9 7,1 0,0

Jumlah 14 100 14 100

Page 5: 3637

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri 5 Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 14 remaja putri kelompok intervensi sebelum dilakukan massage counterpressure sebagian besar mengalami nyeri sedang, yaitu sejumlah 12 remaja

(85,7%), sedangkan dari 14 remaja putri kelompok kontrol sebelum perlakuan sebagian besar juga mengalami nyeri sedang sejumlah 13 remaja (92,9%).

Gambaran Tingkat Nyeri Disminore Remaja Putri Sesudah Dilakukan massage counterpressure pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Nyeri Disminore Sesudah Dilakukan massage counterpressure pada Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Remaja Putri di SMA N 2 Ungaran, 2014

Nyeri Disminore Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase

(%) Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat

0 9 5 0 0

0,0 64,3 35,7 0,0 0,0

0 1

12 1 0

0,0 7,1

85,8 7,1 0,0

Jumlah 14 100 14 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sesudah diberikan terapi massage counterpressure pada kelompok intervensi sebagian besar remaja telah mengalami nyeri ringan, yaitu sejumlah 9 remaja (64,3%),

sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi sebagian besar masih mengalami nyeri sedang sejumlah 12 remaja (85,8%).

Analisis Bivariat Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum dan Sesudah Dilakukan massage counterpressure pada Kelompok Intervensi

Tabel 3. Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum dan Sesudah Dilakukan massage counterpressure pada Kelompok Intervensi pada Remaja Putri di SMA N 2 Ungaran, 2014

Variabel Perlakuan n Mean SD T p-value Tingkat Nyeri

Sebelum Sesudah

14 14

5,36 3,21

1,008 0,893

7,806 0,000

Berdasarkan uji t dependen, didapatkan

nilai t hitung sebesar 7,806 dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < α (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri

disminore sebelum dan sesudah dilakukan massage counterpressure pada kelompok intervensi pada remaja putri di SMA N 2 Ungaran.

Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol

Tabel 4. Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol pada Remaja Putri di SMA N 2 Ungaran, 2014

Variabel Perlakuan n Mean SD T p-value Tingkat Nyeri

Sebelum Sesudah

14 14

5,21 4,93

0,893 0,997

1,472 0,165

Page 6: 3637

6 Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar 1,472 dengan p-value sebesar 0,165. Terlihat bahwa p-value 0,165 > α (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan tingkat nyeri disminore sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol pada remaja putri di SMA N 2 Ungaran.

Pengaruh massage counterpressure terhadap Tingkat Nyeri Disminore

Tabel 5. Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sesudah Dilakukan Massage Counterpressure antara Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Remaja Putri di SMA N 2 Ungaranm 2014

Variabel Kelompok N Mean SD T p-value Tingkat Nyeri Intervensi

Kontrol 14 14

3,21 4,93

0,893 0,993

-4,793 0,000

Berdasarkan uji t independen, didapatkan

nilai t hitung sebesar -4,793 dengan p-value 0,000. Karena kedua p-value 0,000 < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri disminore remaja putri sudah diberikan massage counterpressure antara kelompok intervensi dan kontrol. Ini juga menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan massage counterpressure terhadap tingkat nyeri disminore pada remaja putri di SMA N 2 Ungaran.

PEMBAHASAN

Gambaran Tingkat Nyeri Disminore Remaja Putri Sebelum Dilakukan massage counterpressure pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 14 remaja putri kelompok intervensi sebelum dilakukan massage counterpressure sebagian besar mengalami nyeri sedang, yaitu sejumlah 12 remaja (85,7%), sedangkan dari 14 remaja putri kelompok kontrol sebelum perlakuan sebagian besar juga mengalami nyeri sedang sejumlah 13 remaja (92,9%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat nyeri disminore remaja putri sebelum dilakukan massage Counterpressure pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di SMA N 2 Ungaran mengalami nyeri sedang.

Pengukuran intensitas nyeri menggunakan pengukuran skala menurut bourbanis. Remaja putri sebelum diberikan massage Counterpressure pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol mengalami nyeri sedang dengan pengukuran skala 4-6 yang berarti secara obyektif remaja putri mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri

dengan tepat dan dapat mendeskripsikan, pasien dapat mengikuti perintah dengan baik dan responsif terhadap tindakan manual (Batbual, 2010).

Nyeri sedang yang dialami remaja kelompok intervensi dan kelompok kontrol ini disebabkan karena adanya jumlah prostalgladin yang berlebih pada darah menstruasi sehingga merangsang hiperaktivitas uterus. Prostagladin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut serabut syaraf terminal rangsang nyeri.

Menurut Maryunani (2010), Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki atau bahkan myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada organ viseral, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin, brakidini, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila tedapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.

Menurut Harel (2006) kombinasi antara peningkatan kadar prostagladin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intra uterus sampai 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Atas dasar itu disimpulkan bahwa prostaglandin yang dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Kontraksi miometrium yang disebabkan oleh prostagladin akan mengurangi aliran darah,

Page 7: 3637

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri 7 Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

sehingga terjadi iskemia sel sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodic. Gambaran Tingkat Nyeri Disminore Remaja Putri Sesudah Dilakukan massage counterpressure pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sesudah diberikan terapi massage counterpressure pada kelompok intervensi sebagian besar remaja telah mengalami nyeri ringan, yaitu sejumlah 9 remaja (64,3%), sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi sebagian besar masih mengalami nyeri sedang sejumlah 12 remaja (85,8%).

Nyeri haid ringan yang dialami oleh remaja kelompok intervensi lebih ringan dibandingkan kelompok kontrol yang masih mengalami nyeri sedang. Hal ini disebabkan karena saat massage Counterpresure remaja merasa rileks yang artinya bahwa pemberian massage Counterpressure dapat meningkatkan kadar hormon endorphine yang menghilangkan rasa sakit secara alamiah. Dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi apapun akan merasakan nyeri sedang karena tidak diberikan terapi massage Counterpressure sehingga remaja putri merasakan nyeri yang lebih sakit.

Teknik Counterpressure dapat menyebabkan peningkatan endorphine, yang pada gilirannya dapat meredakan nyeri karena merangsang produksi hormon endorphine yang menghilangkan rasa sakit secara alamiah. Menurut Avron Goldstein dalam Maryunani (2010), menyatakan bahwa endorphine mempengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine kemungkinan bertindak sebagai neurotransmiter maupun neuromodulator yang menghambat transmisi dari pesan nyeri. Jadi, adanya endorphine pada sinaps sel-sel saraf menyebabkan status penurunan dalam sensasi. Kegagalan melepaskan endorphine memungkinkan nyeri terjadi. Opiate, seperti morphine atau endorphine (kadang-kadang disebut enkephalin), kemungkinan menghambat transmisi pesan nyeri dengan mengaitkan tempat reseptor opiate pada saraf-saraf otak dan tulang belakang. Kadar endorphine tinggi sudah jelas akan merasa kurang nyeri sedangkan kadar endorphine

rendah akan mersa lebih nyeri (Maryunani, 2010).

Nyeri pada saat haid dapat terjadi akibat problema otot diseputar rongga pinggul. Selain nyeri, gangguan pada otot ini juga dapat menimbulkan kejang, tegang otot, hingga sakit punggung. Untuk mengurangi rasa nyeri ini ada massage Counterpressure yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri secara alamiah. Pemberian massage counterpressure pada punggung menstimulasi serabut taktil dikulit sehingga sinyal nyeri haid dapat dihambat. Massage counterpressure dapat menyebabkan peningkatan endorphine, yang pada gilirannya dapat meredakan nyeri karena merangsang produksi hormon endorphine yang menghilangkan rasa sakit secara alamiah.

Nyeri haid ringan juga disebabkan oleh pengalaman sebelumnya. Remaja yang sebelumnya pernah mengalami nyeri haid kemungkinan akan lebih siap menghadapi nyeri dibandingkan remaja yang belum pernah. Hal ini memungkinkan bahwa remaja yang pernah merasakan nyeri haid mengatakan bahwa nyeri yang dideritanya ini ringan dibandingkan remaja yang belum pernah mengalami nyeri haid. Namun demikian, pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu akan mengalami nyeri yang lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul dan juga sebaliknya. Akibatnya klien akan akan lebih siap untuk melakukan tindakan tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri (Judha, 2012).

Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa setelah diberikan massage Counterpressure ada sejumlah 5 remaja pada kelompok intervensi yang masih mengalami nyeri sedang. Ini terjadi kemungkinan karena proses adaptasi yaitu sistem saraf menjadi terbiasa dengan rangsangan dan organ perasa berhenti berespon.

Saat haid, pada sebagian perempuan ada yang mengalami berbagai gangguan haid yang cukup berat. Misalnya ada sebagian yang mengalami kram karena kontraksi otot otot halus pada rahim, sakit kepala, sakit perut, gelisah berlebihan, merasa letih dan lemas, hidung terasa tersumbat, bahkan selalu ingin menangis. Selain itu ada juga yang mengalami kemarahan tak berujung pangkal, depresi,

Page 8: 3637

8 Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

kondisi ingin makan yang berlebihan hingga nyeri haid yang luar biasa. Kondisi ini sering disebut dengan gejala datang bulan atau PMS (Anurogo, 2011).

Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum dan Sesudah Dilakukan massage counterpressure pada Kelompok Intervensi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi sebelum diberikan massage counterpressure, rata-rata skala nyeri disminore remaja putri sebesar 5,36, kemudian berkurang menjadi 3,21 sesudah diberikan teknik massage counterpressure.

Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar 7,806 dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < α (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri disminore sebelum dan sesudah dilakukan massage counterpressure pada kelompok intervensi pada remaja putri di SMA N 2 Ungaran. Hal ini terjadi karena pemberian massage counterpressure pada punggung bagian bawah menstimulasi serabut taktil dikulit sehingga sinyal nyeri dapat dihambat. Mekanisme massage counterpressure dapat menyebabkan peningkatan endorphine, yang pada gilirannya dapat meredakan nyeri karena merangsang produksi hormon endorphine yang menghilangkan rasa sakit secara alamiah (Maryunani, 2010).

Mekanisme massage counterpressure merangsang produksi endorphin dan menutup gerbang/gate terhadap rasa nyeri. Menurut Avron Goldstein dalam Maryunani (2010), menyatakan bahwa endorphine mempengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine kemungkinan bertindak sebagai neurotransmiter maupun neuromodulator yang menghambat transmisi dari pesan nyeri. Jadi, adanya endorphine pada sinaps sel-sel saraf menyebabkan status penurunan dalam sensasi. Kegagalan melepaskan endorphine memungkinkan nyeri terjadi. Opiate, seperti morphine atau endorphine (kadang-kadang disebut enkephalin), kemungkinan menghambat transmisi pesan nyeri dengan mengaitkan tempat reseptor opiate pada saraf-saraf otak dan tulang belakang. Kadar endorphine tinggi sudah jelas akan merasa kurang nyeri

sedangkan kadar endorphine rendah akan mersa lebih nyeri (Maryunani, 2010).

Selain itu, massage counterpressure menutup gerbang/gate terhadap rasa nyeri. Gate Control Theory yang diajukan oleh Melzak dan Wall pada tahun 1965 menejelaskan bahwa mekanisme gate/pintu sepanjang sistem saraf mengontrol/ mengendalikan transmisi nyeri. Akhirnya, jika gate terbuka, impuls yang menyebabkan sensasi nyeri dapat mencapai tingkat kesadaran. Jika gate tertutup, impuls tidak mencapai tingkat kesadaran dan sensasi nyeri tidak dialam. Keterlibatan neurologis yang mempengaruhi apakah gate terbuka atau tertutup, yaitu menyangkut aktifiitas dalam serat-serat (fibers) saraf besar dan kecil yang mempengaruhi sensasi nyeri. Impuls nyeri melalui serat-serat yang berdiameter kecil. Serat-serat saraf yang berdiameter menutup gate pada impuls yang melalui serat-serat kecil. Teknik yang menggunakan stimulasi kutaneous pada kulit, yang mempunyai banyak serat berdiameter besar, bisa membantu menutup gate pada transmisi impuls yang menimbulkan nyeri, dengan cara demikian meringankan/ menghilangkan sensasi nyeri.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohmi, Winarni dan Sadiyanto (2007) yang berjudul Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap pengurangan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Primipara Di RSIA Bunda Arif Purwokerto Tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan pendekatan pre eksperimen desain yang digunakan Rohmi, Winarni dan Sadiyanto (2007) adalah one group pretest posttest untuk mengetahui pengaruh metode massage counterpressure terhadap pengurangan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada primipara sebelum dan sesudah intervensi.. Adapun populasinya yaitu ibu-ibu dengan primipara dalam keadaan inpartu kala I fase aktif persalinan fisiologis. Hasil yang didapatkan Rohmi, Winarni dan Sadiyanto (2007) adalah massage counterpressure mempunyai pengaruh bermakna dalam menurunkan tingkat nyeri inpartu kala I fase aktif pada primipara yang dibuktikan dengan nilai signifikasi 0,0000.

Page 9: 3637

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri 9 Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi sebelum perlakukan rata-rata skala nyeri disminore remaja putri sebesar 5,21, sedangkan setelah perlakukan sedikit berkurang menjadi 4,93.

Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar 1,472 dengan p-value sebesar 0,165. Terlihat bahwa p-value 0,165 > α (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri disminore sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol pada remaja putri di SMA N 2 Ungaran.

Menurut Maryunani (2010), munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki atau bahkan myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada organ viseral, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin, brakidini, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila tedapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.

Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terke-lupas melepaskan prostaglandin (kelompok persenyawaan mirip hormon kuat yang terdiri dari asam lemak esensial. Prostaglandin merangsang otot uterus (rahim) dan memengaruhi pembuluh darah; biasa digunakan untuk menginduksi aborsi atau kelahiran) yang menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui kontraksi myometrium (otot dinding rahim) dan vasoconstriction (penyempitan pembuluh darah). Peningkatan kadar prostat telah terbukti ditemukan pada cairan haid pada perempuan dengan dismenorea berat. Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama haid. Vasopressin (disebut juga: antidiuretic hormone, suatu hormon yang disekresi oleh lobus posterior kelenjar pituitari yang menyempitkan pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, dan mengurangi

pengeluaran excretion = air seni) juga memiliki peran yang sama.

Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat dan Vasoconstrictor (penyempit pembuluh darah yang ada di endometrium sekretori. Respons terhadap inhibitor (penghambat) prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin. Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan kontraksi uterus, yang memanjang dan penurunan aliran darah ke miometrium.

Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium perempuan dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri. Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak tiga kali lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama haid, peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan.

Menurut Harel (2006) kombinasi antara peningkatan kadar prostagladin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intra uterus sampai 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Atas dasar itu disimpulkan bahwa prostaglandin yang dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Kontraksi miometrium yang disebabkan oleh prostagladin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodic. Pengaruh massage counterpressure terhadap Tingkat Nyeri Disminore pada remaja putri di SMA N 2 Ungaran

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi rata-rata selisih nyeri sebelum sesudah diberikan massage sebesar 2,14 sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan massage counterpressure memiliki rata-rata selisih nyeri yang lebih rendah sebesar 0,24.

Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung sebesar 5,524 dengan p-value

Page 10: 3637

10 Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

0,000. Karena kedua p-value 0,000 < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan selisih nyeri desminore sebelum dan sesudah diberikan massage counterpressure antara kelompok intervensi dan kontrol pada remaja putri di SMA N 2 Ungaran. Ini juga menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan massage counterpressure terhadap tingkat nyeri desminore pada remaja putri di SMA N 2 Ungaran. Hal ini menunjukkan bahwa nyeri haid kelompok intervensi lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi massage Counterpressure

Hal ini karena massage Counterpressure dapat menyebabkan peningkatan endorphine, yang pada gilirannya dapat meredakan nyeri karena merangsang produksi hormon endorphine yang menghilangkan rasa sakit secara alamiah. Menurut Avron Goldstein dalam Maryunani (2010), menyatakan bahwa endorphine mempengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine kemungkinan bertindak sebagai neurotransmiter maupun neuromodulator yang menghambat transmisi dari pesan nyeri. Jadi, adanya endorphine pada sinaps sel-sel saraf menyebabkan status penurunan dalam sensasi. Kegagalan melepaskan endorphine memungkinkan nyeri terjadi. Opiate, seperti morphine atau endorphine (kadang-kadang disebut enkephalin), kemungkinan menghambat transmisi pesan nyeri dengan mengaitkan tempat reseptor opiate pada saraf-saraf otak dan tulang belakang. Kadar endorphine tinggi sudah jelas akan merasa kurang nyeri sedangkan kadar endorphine rendah akan mersa lebih nyeri (Maryunani, 2010).

Selain itu, teknik Counterpressure menutup gerbang/gate terhadap rasa nyeri. Gate Control Theory yang diajukan oleh Melzak dan Wall pada tahun 1965 menejelaskan bahwa mekanisme gate/pintu sepanjang sistem saraf mengontrol/mengendalikan transmisi nyeri. Akhirnya, jika gate terbuka, impuls yang menyebabkan sensasi nyeri dapat mencapai tingkat kesadaran. Jika gate tertutup, impuls tidak mencapai tingkat kesadaran dan sensasi nyeri tidak dialam. Keterlibatan neurologis yang mempengaruhi apakah gate terbuka atau tertutup, yaitu menyangkut aktifiitas dalam serat-serat (fibers) saraf besar dan kecil yang

mempengaruhi sensasi nyeri. Impuls nyeri melalui serat-serat yang berdiameter kecil. Serat-serat saraf yang berdiameter menutup gate pada impuls yang melalui serat-serat kecil. Teknik yang menggunakan stimulasi kutaneous pada kulit, yang mempunyai banyak serat berdiameter besar, bisa membantu menutup gate pada transmisi impuls yang menimbulkan nyeri, dengan cara demikian meringankan/ menghilangkan sensasi nyeri.

Gangguan sekunder menstruasi yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri sebelum, saat atau sesudah menstruasi. Nyeri tersebut timbul akibat adanya hormon prostaglandin yang membuat otot uterus (rahim) berkontraksi. Bila nyerinya ringan dan masih dapat beraktivitas berarti masih wajar. Namun, bila nyeri yang terjadi sangat hebat sampai mengganggu aktivitas ataupun tidak mampu melakukan aktivitas, maka termasuk pada gangguan. Nyeri dapat dirasakan di daerah perut bagian bawah, pinggang bahkan punggung.

Dismenore yang sering terjadi adalah dismenore fungsional (wajar) yang terjadi pada hari pertama atau menjelang hari pertama akibat penekanan pada kanalis servikalis (leher rahim). Biasanya dismenore akan menghilang atau membaik seiring hari berikutnya menstruasi. Dismenore yang non fungsional (abnormal) menyebabkan nyeri hebat yang dirasakan terus menerus, baik sebelum, sepanjang menstruasi bahkan sesudahnya. Kalau hal itu terjadi, penyebab paling sering yang dicurigai adalah endometriosis atau kista ovarium.

Nyeri pada saat haid dapat terjadi akibat problema otot diseputar rongga pinggul. Selain nyeri, gangguan pada otot ini juga dapat menimbulkan kejang, tegang otot, hingga sakit punggung. Untuk mengurangi rasa nyeri ini ada massage Counterpressure yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri secara alamiah. Pemberian massage counterpressure pada punggung menstimulasi serabut taktil dikulit sehingga sinyal nyeri haid dapat dihambat. Massage counterpressure dapat menyebabkan peningkatan endorphine, yang pada gilirannya dapat meredakan nyeri karena merangsang produksi hormon endorphine yang menghilangkan rasa sakit secara alamiah.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohmi, Winarni dan Sadiyanto (2007) yang berjudul

Page 11: 3637

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri 11 Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap pengurangan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Primipara Di RSIA Bunda Arif Purwokerto Tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan pendekatan pre eksperimen desain yang digunakan Rohmi, Winarni dan Sadiyanto (2007) adalah one group pretest posttest untuk mengetahui pengaruh metode massage counterpressure terhadap pengurangan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada primipara sebelum dan sesudah intervensi.. Adapun populasinya yaitu ibu-ibu dengan primipara dalam keadaan inpartu kala I fase aktif persalinan fisiologis. Hasil yang didapatkan Rohmi, Winarni dan Sadiyanto (2007) adalah massage counterpressure mempunyai pengaruh bermakna dalam menurunkan tingkat nyeri inpartu kala I fase aktif pada primipara yang dibuktikan dengan nilai signifikasi 0,0000. Keterbatasan Penelitian

Faktor psikologis yang mempengaruhi nyeri haid seperti tingkat stres tidak di teliti, dimana faktor psikologis ini juga yang penting dalam meningkatnya drajat nyeri haid pada remaja putri.

Kondisi Fisik remaja putri yang mengalami gangguan haid juga mengalami nyeri haid tetapi tidak di perhatikan, diman nyeri haid bukan karena keadan yang normal tetapi yang tidak normal juga bisa terjadi nyeri haid yang berlebih.

KESIMPULAN

Tingkat Nyeri Disminore Remaja Putri

Sebelum Dilakukan massage counterpressure pada Kelompok Intervensi dan Kontrol adalah 12 remaja putri kelompok intervensi (85,7%), sedangkan 13 remaja pada kelompok kontrol (92,9%) mengalami nyeri sedang.

Gambaran Tingkat Nyeri Disminore Remaja Putri Sesudah Dilakukan massage counterpressure pada Kelompok Intervensi dan Kontrol yaitu sejumlah 9 remaja (64,3%) mengalami nyeri ringan, sedangkan sejumlah 12 remaja (85,8%)mengalami nyeri sedang.

Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum dan Sesudah Dilakukan massage counterpressure pada Kelompok Intervensi. Pada kelompok intervensi sebelum diberikan massage counterpressure, rata-rata skala nyeri

disminore remaja putri sebesar 5,36, kemudian berkurang menjadi 3,21 sesudah diberikan teknik massage counterpressure.

Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol. Pada kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi sebelum perlakukan rata-rata skala nyeri disminore remaja putri sebesar 5,21, sedangkan setelah perlakukan sedikit berkurang menjadi 4,93.

Pengaruh massage counterpressure terhadap Tingkat Nyeri Disminore pada remaja putri di SMA N 2 Ungaran. pada kelompok intervensi sesudah diberikan massage counterpressure, rata-rata skala nyeri disminore remaja sebesar 3,21, sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan massage, memiliki rata-rata skala nyeri yang lebih tinggi sebesar 4,93.

SARAN Diharapkan bidan dapat melakukan

massage counterpressure sebagai pengobatan alternatif untuk mengatasi nyeri haid karena melakukan massage counterpressure merupakan metode yang aman, murah tanpa efek samping.

Bagi institusi pendidikan hendaknya dapat menambah referensi sebagai bahan kepustakaan, sebagai bahan referensi bagi dosen dan mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan

Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta.Ar- Ruzz Media

[2] Anurogo D, Wulandari A. ( 2012). Nyeri haid. Yogyakarta: ANDI

[3] Balipemkes Kemenkes RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010. Diaskes tanggal 2 april 2014 jam 18.03 WIB, dari http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil%20Penelitian/Karakteristik%20Demografis/2011/Kajian%20profil%20penduduk%20Remaja20(10%20%2024%20tahun).pdF

[4] Batbual, B (2010). Hypnosis Hypnobirthing. Yogyakarta. Gosyen Publishing

Page 12: 3637

12 Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

[5] Dahlan, Sopiyudin (2009). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta : Salemba Medika

[6] Hidayat, A (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.Jakarta: Salemba Medika

[7] Johariah, Wahyu E. ( 2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: TIM

[8] Judha M, Sudarti, Fauziah A. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan.Yogyakarta.Nuha Medika

[9] Kilbourn M, Mckay P, Swan D. (1998). Kesehatan Reproduksi Remaja Membangun Perubahan yang Bermakna. Diakses tanggal 7 April 2014 jam 15.00 WIB dari http://www.path.org/publications/files/Indonesian_16-3.pdf.

[10] Maryunani, A (2010). Nyeri Dalam Persalinan. Jakarta. CV.Trans Info Media

[11] Marmi, (2013). Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta. Pustaka Pelajar

[12] Notoadmodjo, S (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

[13] Nursalam, (2010). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

[14] Proverawati A, Misaroh S. ( 2009). Menarche. Yogyakarta. Nuha Medika.

[15] Sugyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta

[16] Sukarni I, Margareth. ( 2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta. Nuha Medika

[17] Yanti. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta. Pustaka Rihama

[18] Wahyuni D, Rahmadewi. (2011). Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kependudukan- BKKBN. Diaskes tanggal 2 April 2014 jam 18.05 WIB, dari

http://www.bkkbn.go.id/publikasi/documents/policy%20brief%20remaja%20%20pe

rkawinan%20dini.pdf.

[19] Zuliyati, I. (2013).Efektifitas Teknik Efflurage dan Kompres Hangat Terhadap Penurunan tingkat Disminore pada siswi

SMAN 1 Gresik tahun 2013. Diaskes tanggal 2 april 2014 jam 18.10 WIB, dari http://lppmunigresblog.files.wordpress.co

m/2013/06/jurnal-iin.pdf