362-381-1-SM okeh
-
Upload
harisa-gustinawati -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of 362-381-1-SM okeh
-
8/17/2019 362-381-1-SM okeh
1/6
EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 2006
53
PERAN VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DALAMPEMBANGUNAN WILAYAH DI INDONESIA
Oleh:Bhimo Rizky Samudro1)
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT
Economic valuation of natural resources is important method in regional development. By this term,all potencies, characteristics, and economic value (benefit, cost, and profit) of natural resources should beknown. It can be also a fundamental concept to create regional rules and to make simple adjustment withThe Act of National Natural Resources. The management of natural resources in regional area should matchwith regional potency and national vision of natural resources management . Finally, the country has tomaintain the natural resources and also take care of its sustainability.
Keywords: Economic valuation, regional development
PENDAHULUAN
Manusia dengan lingkungan alam merupakandua aspek yang memiliki sifat interdependensi,dimana kedua aspek tersebut bergerak untuk salingmempengaruhi. Sifat interdependensi tersebutmempengaruhi kelangsungan (sustainability) darikedua aspek itu sendiri. Dari sisi manusia sebagaipenggerak pembangunan, dapat dilihat bahwapembangunan mempunyai pengaruh terhadaplingkungan manusia itu sendiri. Pengaruh daripembangunan dapat bersifat positif dan negatif
terhadap lingkungan. Pengaruh positif daripembangunan akan dapat memeliharakelangsungan kualitas lingkungan, sebaliknya jikapengaruhnya negatif akan dapat mengganggukualitas lingkungan.
Proses interdependensi antara manusia danlingkungan dapat terjadi dalam prosespembangunan di dalam sebuah negara. Dalam eraglobalisasi, masyarakat di dalam sebuah negaramerupakan bagian dari masyarakat internasional.Masyarakat suatu negara di dunia memilikibeberapa norma umum yang dijalankan dalamposisinya sebagai bagian dari masyarakatinternasional. Norma-norma umum tersebutmeliputi pengakuan terhadap hak asasi manusia,keterbukaan informasi, keterbukaan pasar, danpemerintahan yang demokratis. Dengan demikianproses interdependensi manusia dan lingkungandalam pembangunan suatu negara akandipengaruhi secara tidak langsung oleh norma-norma manusia sebagai masyarakat internasional.
Pertumbuhan ekonomi merupakan tolok ukurdari keberhasilan pembangunan di suatu negara.Untuk melihat peningkatan pertumbuhan ekonomisuatu negara dapat digunakan indikator GNP.Indikator GNP suatu negara dapat direfleksikanmenjadi indikator GNP per kapita. Dari indikatorGNP per kapita tersebut dapat dilihat faktor dayabeli masyarakat yang berpengaruh terhadap
kegiatan ekonomi, yaitu produksi dan konsumsi. Disisi lain, kenaikan pendapatan masyarakat yangdicerminkan dalam kenaikan GNP tersebutsebetulnya belum dihitung dengan tingkatkerusakan sumberdaya alam (SDA) atau lingkunganyang terjadi selama proses pembangunan tersebutberlangsung. Hal ini tentu akan mengakibatkanadanya ketidakseimbangan antara prosespembangunan dan kelangsungan kualitaslingkungan.
Dalam menghadapi adanya ketidak-seimbangan antara proses pembangunan dan
kelangsungan kualitas lingkungan diperlukanmekanisme valuasi ekonomi dan neraca terhadapsumber daya alam serta lingkungan. Valuasiekonomi dan neraca sumber daya alam sertalingkungan diperlukan untuk dapat memasukkanpotensi SDA terukur dan belum terukur sertatingkat kerusakan dalam proses eksplorasinya kedalam GNP.
PEMBANGUNAN NASIONAL
1. Pembangunan di Era Otonomi DaerahPerubahan orde kepemimpinan nasional
mengakibatkan perubahan paradigmapembangunan nasional dilaksanakan olehpemerintah. Perubahan paradigma didukungdengan Undang-undang no 22 tahun 1999mengenai otonomi daerah dan undang-undang no.25/1999 tentang perimbangan pembiayaan pusatdaerah. Berdasarkan peraturan perundangantersebut, pemerintah pusat telah sepakat danmemutuskan untuk melakukan perubahanpendekatan dalam melaksanakan pembangunannasional. Pembangunan nasional yang semula
dilaksanakan sepenuhnya direncanakan olehpemerintah pusat, sekarang telah berubah bahwapembangunan nasional akan dilakukan secaradesentralisasi tidak terpusat lagi dengan
-
8/17/2019 362-381-1-SM okeh
2/6
54
memberikan kewenangan perencanaan danpelaksanaan pembangunan kepada daerah.
Pelaksanakan pembangunan dengan konsepotonomi daerah menghadapi kendala utama, yaitubanyak daerah yang tidak memiliki modal atau danayang mencukupi, serta keterbatasan sumberdaya
manusia yang dimiliki. Sementara itu dalam kondisisosial, ekonomi dan politik yang sedang mengalamitransformasi kepemimpinan dari kebebasan yangterpimpin (orde baru) menuju kebebasan yangbertanggung jawab, masyarakat masih belummenemukan format yang tepat untuk menunjangpelaksanaan pembangunan daerah. Kebebasanbertanggung jawab yang dicoba untuk diterapkanmenjadi tidak efektif, sehingga yang terjadi justrukebebasan perilaku masyarakat yang melampauibatas. Hal ini terjadi akibat tidak efektifnyapelaksanaan peraturan perundangan dengan makinbanyaknya pelanggaran yang tidak mendapathukuman yang layak. Keadaan ini justrumengakibatkan adanya pengadilan rakyat, karenamasyarakat sudah makin tidak mempedulikanhukum dan peraturan yang ada. Di sisi lain,pemulihan kondisi ekonomi nasional belum dapatdiselesaikan dengan optimal. Hal ini semakinmemperlihatkan bahwa kondisi sosial, ekonomi danpolitik tidak membantu mendukung pelaksanaanotonomi daerah, tetapi justru akan menjadi beban.
2. Perencanaan Pembangunan di DaerahPola perencanakan pembangunan di daerah
yang dalam konsep ilmu pengembangan regionalbukan merupakan hal yang sederhana, sehinggadalam merencanakan pembangunan daerah denganotonomi daerah akan menghadapi berbagaitantangan. Hal ini juga akan menjadi tantanganbagi negara Indonesia yang memilikikeanekaragaman budaya dan etnis.
Pembangunan daerah melalui perencanaandaerah harus dapat melibatkan masyarakat sebagai stake hoder. Hal ini menjadi penting karenamasyarakat merupakan komponen utamapenggerak pembangunan. Untuk dapat berperansebagai komponen penggerak pembangunan,
masyarakat membutuhkan media. Media yangdiperlukan oleh masayarakat untuk menggerakkanpembangunan adalah lapangan pekerjaan.
Rencana pembangunan daerah denganmenciptakan lapangan pekerjaan, akan membawaimplikasi pembangunan ekonomi daerah yaitudengan kemudian munculnya pusat-pusatpertumbuhan. Pemerintah mempunyai peran sangatpenting dan strategis dalam mengembangkan pusatpertumbuhan. Perkembangan pusat-pusatpertumbuhan tidak akan terjadi dengan sendirinyakarena pusat pertumbuhan akan berkembangsangat tergantung dari 3 faktor, yaitu:
a. Sumber daya alam (SDA) yang dimiliki suatudaerah.
b. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia(SDM) di suatu daerah.
c. Budaya atau culture masyarakat di suatudaerah.
Peran pemerintah harus dapat menerapkankebijakan yang tepat untuk menciptakan sinergi
dari ketiga faktor di atas dalam mendukungperkembangan pusat pertumbuhan ekonomi.Untuk menerapkan kebijakan yang relatif tepat,pemerintah hendaknya harus terlebih dahulumengetahui potensi daerahnya. Potensi daerahsecara regional dapat diketahui melalui beberapapendekatan teoretis. Menurut Sambodo (2003),salah satu pendekatan untuk mengetahui danmengelola potensi daerah, baik SDA maupun SDM,adalah pedekatan akun regional.
Pendekatan akun regional merupakanpedekatan yang digunakan di beberapa negara diEropa Barat. Pendekatan ini mencoba melihat inputoutput dari kebutuhan daerah, yang dapat dihitungdari kebutuhan belanja daerah terdiri darikebutuhan belanja pemda dan kebutuhan belanjapenduduk. Kebutuhan belanja tersebutdibandingkan dengan pendapatan daerah baik dariupaya pengelolaan sumberdaya alam maupunpengelolaan jasa.
Penerapan konsep akun regional di Indonesiaharus menyesuaikan dengan pola pembangunanyang dterapkan. Penerapan konsep akun regionalditerapkan dengan nuansa otonomi daerah.Pembangunan daerah dapat menggunakan model
akun regional yang mencoba melihat dari aspekhukum, dengan mengevaluasi peraturanperundangan yang ada dari peraturanperundangan tingkat pusat nasional sampaiperaturan daerah tingkat perda.
Proses evaluasi peraturan perundangandengan meggunakan konsep akun regional, dapatmemudahkan daerah untuk menyusun perda yangdisesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah. Halini menjadi lebih efektif, karena terkadangbeberapa peraturan tingkat nasional kurang sesuai
jika langsung diterapkan di daerah. Prosespenyesuaian perundangan ini akan mempermudah
daerah untuk memanfaatkan dan mengelolapotensi sumber dayanya.
3. Sumber Daya Alam dan EnergiSumber daya alam (SDA) adalah potensi
lingkungan alam yang dapat dimanfaatkanmanusia untuk konsumsi dan sebagai faktorproduksi dalam suatu proses produksi (Sukanto danPradono, 1998). Alam telah menyediakan sejumlahtertentu sumber daya alam dan energi, sedangkanmanusia diharapkan memanfaatkan sertamengelolanya dengan peran ilmu pengetahuan danteknologi. Dalam usaha manusia memanfaatkan
SDA untuk konsumsi dan produksi, dibutuhkankonsep ilmu ekonomi, agar proses tersebutberlangsung efektif dan efisien.
-
8/17/2019 362-381-1-SM okeh
3/6
EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 2006
55
Sumber daya alam (SDA) dalam perpektifpembangunan daerah adalah sebagai modal atauinput dalam proses pembangunan. SDA dapatdimanfaatkan oleh pemerintah daerah sebagaikomponen yang sinergi SDM yang ada sehinggadapat menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi. Di
sisi lain, konsep ekonomi diperlukan untukpengelolaan SDA yang efektif dan efisien.Pengelolaan SDA yang efektif dan efisien akanmengakibatkan terjadinya sustainability dari SDA itusendiri.
Sumber daya alam (SDA) menurut sifatnyadapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:a. SDA yang dapat diperbarui (renewables
resources).b. SDA yang tidak dapat diperbarui (non
renewables resources).SDA yang dapat diperbarui adalah SDA yang
dapat memperbarui dirinya sendiri dan akan dapatdipertahankan kelangsungannya dengan adanyaintervensi manusia. SDA yang dapat diperbaruiterdiri dari:a. SDA hayati; terdiri atas tumbuhan dan hewan.b. SDA fisik; terdiri atas air, hutan, dan
lahan/tanah.SDA yang tidak dapat diperbarui adalah SDA
yang tidak dapat memperbarui dirinya dan akanmengalami penurunan kuantitas dalampemanfaatannya. Pemanfaatan SDA nonrenewables yang tidak ditopang dengan konsepberkelanjutan, maka penurunan kuantitas dalam
pemanfaatannya menjadi relatif cepat. SDA nonrenewables terdiri dari:a. Gambut.b. Bahan tambang (mineral).c. Minyak bumi dan gas alam.
SDA merupakan salah satu modal utamasuatu daerah/kawasan/negara untuk dapatmembangun dan sekaligus meningkatkanpertumbuhan ekonomi. Simon Kuznets menyatakanbahwa pertumbuhan ekonomi dibatasi olehkekurangan absolut dari sumber daya alam. Di sisilain, beberapa negara di dunia terbukti dapatmeningkatkan pertumbuhan ekonomi, walaupun
notabene tidak memiliki SDA yang cukup. Akantetapi, pada dasarnya peran SDA sebagai modalpembangunan menjadi faktor utama.
Indonesia sebagai negara yang memiliki SDAyang relatif banyak, seharusnya dapatmemanfaatkannya sebagai modal pembangunan.Pembangunan nasional dapat dirintis denganpembangunan daerah, dimana masing-masingdaerah memiliki karakteristik SDA yang berbeda-beda. Era otonomi daerah akan memberi peluangkepada masing-masing daerah untukmemanfaatkan dan mengelola SDA yang ada didaerahnya. Hal ini tentu dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi danpembangunan di daerah, yang diharapkanmenunjang pembangunan nasional.
Proses otonomi daerah memang menghadapibeberapa kendala, namun dengan adanyaperencanaan pembangunan daerah yang tepat danefektif diharapkan pembangunan daerah dapatberjalan lancar. Salah satu konsep perencanaanpembangunan daerah yang efektif adalah dengan
konsep akun regional. Pendekatan akun regionalakan mempermudah daerah untuk mengetahuipotensi yang dimiliki dan sekaligus membantudalam menyusun perda yang sesuai dengan potensisetempat.
Konsep pendekatan akun regional dapatditerapkan untuk pemanafaatan dan pengelolaanSDA di daerah. Pendekatan akun regional dapatdirefleksikan menjadi neraca sumber daya alam(neraca SDA) yang dapat menilai potensi SDA dansekaligus biaya yang dikeluarkan untukmemanfatkannya. Penerapan neraca SDA akanmempermudah daerah dalam menyusun perda,sehingga pengelolaan SDA untuk pembangunanmenjadi efektif dan efisien.
Salah satu langkah awal dalam menerapkanneraca SDA adalah menilai potensi SDA yangterukur maupun belum terukur sesuai dengankarakteristiknya masing-masing. Untuk melakukanvaluasi terhadap potensi SDA, maka perludilakukan valuasi ekonomi dari SDA yang ada didaerah. Valuasi ekonomi ini meliputi nilai potensidan biaya sosial ekonomi dari prosespemanfaatannya.
Valuasi Ekonomi SDA
1. Definisi Valuasi Ekonomi SDAKonsep dasar pelaksanaan valuasi
ekonomi dari SDA dan lingkungan adalah konseppembangunan berkelanjutan (sustainabledevelopment). Dalam hal ini, proses valuasiekonomi merupakan bagian dari proses menujupembangunan berkelanjutan (sustainabledevelopment). Pelaksanaan konsep pembangunanberkelanjutan didukung oleh 3 (tiga) komponenutama, yaitu: ekonomi, sosial dan lingkungan.
Komponen-komponen tersebut bersifatinterdependensi, dimana ketiganya salingmempengaruhi.
Berdasarkan skema diatas, proses valuasimerupakan penghubung antara komponenekonomi dengan lingkungan. Proses valuasitersebut dilakukan untuk mngetahui nilai sosialekonomi dari keanekaragaman hayati, SDA, danpolusi. Tujuan utama dari proses tersebut secaraekonomi adalah untuk mencapai efisiensi,pertumbuhan, dan stabilitas. Dengan tercapainyatujuan secara ekonomi, maka diharapkan tercapaiadanya keadilan antar generasi dan peran
masyarakat sebagai hubungan sosial denganlingkungan.
-
8/17/2019 362-381-1-SM okeh
4/6
56
Valuasi ekonomi SDA didefinisikan sebagaiproses kuantifikasi dan pemberian nilai (valuasi)ekonomi terhadap SDA dalam bentuk monetersetelah dilakukan identifikasi.
2. Manfaat Valuasi Ekonomi SDA
Valuasi ekonomi potensi SDAmemberikan beberapa manfaat, yaitu:a. Memberikan deskripsi nilai ekonomi SDA yang
terukur atau belum terukur ke dalam bentukmoneter.
b. Merupakan metode untuk menentukan pentingatau tidaknya suatu proyek eksplorasi SDA yangtelah atau akan dilakukan.
c. Sebagai suatu dasar penentuan pengelolaan SDAsehingga dapat meminimalkan dampak sosialekonomi dari proses tersebut.
d. Sebagai suatu dasar dalam membuat neraca SDAyang dapat digunakan sebagai pedomanpenyusunan peraturan-peraturan pengelolaanSDA nasional maupun daerah.
3. Metode Valuasi Ekonomi SDAValuasi ekonomi atas pemakaian sumberdaya
alam berupaya untuk memberikan keseluruhan nilaiekonomi yang melekat pada sumberdaya alamtersebut (total economic value). Keseluruhan nilai initidak hanya terbatas pada nilai guna langsung(direct use) yang selama ini dipergunakan, namun
juga meliputi nilai guna tidak langsung (indirect usevalue), nilai pilihan (option value) dan nilai non-
guna (non-use value).Apabila dirumuskan, nilai suatu sumberdaya alamadalah:TEV = UV+NUVDimana:TEV = Total Ec. ValueUV = Use Value (Direct + Indirect+ Option)NUV = Non-use Value (Existence+Bequest)a. Direct Use Value adalah nilai yang diperoleh
melalui konsumsi langsung suatu sumberdayadalam (SDA)
b. Indirect Use Value adalah nilai manfaat tidaklangsung yang dihasilkan karena adanya suatu
SDAc. Option Value adalah nilai manfaat langsung dan
tidak langsung suatu SDA di masa datang.d. Existence Value adalah nilai atas keberadaan
suatu SDA, terlepas dari manfaat yang mungkinbisa diperoleh dari keberadaan SDA itu sendiri.
e. Bequest Value adalah nilai atas kemungkinanmewariskan suatu SDA ke generasi berikutnya
Menurut Martono & Subandar (2003),metode yang cocok dipergunakan dalam rangkavaluasi ekonomi adalah sebagai berikut:
Tabel 7.1. Metode-metode Valuasi Ekonomi
Nilai MetodeDirect Use Value-
rekreasiDirect Use Value
Travel Cost Method Contigent Valuation
Method (CVM)Market Price
Indirect UseValue
Production Cost Method Dose-Response Method
Damage Function Method CVM
Option Value CVM Non use Value CVM
Sumber: Wisnu Martono & Awal Subandar, 2003.
a. Travel Cost Method adalah metode valuasidengan cara mengestimasi kurva permintaanbarang-barang rekreasi terumata rekreasi di luar
(outdor recreation). Asumsinya adalah bahwasemakin jauh tempat tinggal seseorang yangdatang memanfaatkan fasilitas rekreasi akansemakin menurun permintaan terhadap produkrekreasi tersebut.
b. Contigent valuation method adalah metodevaluasi SDA dan lingkungan dengan caramenanyakan secara langsung kepada konsumententang nilai manfaat SDA dan lingkungan yangmereka rasakan.
c. Production Cost method adalah metode valuasiSDA dan lingkungan dengan menghitungmanfaat konservasi lingkungan dari sisi kerugian
yang ditimbulkan (apa yang hilang) akibatadanya kebijakan.
d. Dose-Response method adalah metode valuasiSDA dan lingkungan dengan menilai pengaruhperubahan kandungan zat kimia atau polutantertentu terhadap kegiatan ekonomi atauutilitas konsumen.
Penerapan teori ekonomi lingkungan dalamvaluasi ekonomi SDA dapat disederhanakandengan menggunakan pola valuasi Benefit-Cost .Pola valuasi ini merupakan pola terapan dalamusaha menilai suatu SDASDA yang dapat diperbarui (renewables
resources)Contoh: Sumber daya hutan (kayu)Potensi =[Populasi/luas] x [nilai moneter]Biaya lingkungan = Biaya penanaman + biayaperawatan + biaya sosial prosesBiaya lingkungan = Upah tenaga kerja + bibit +peralatan + sewa lahanKeuntungan bersih = Potensi – biayalingkungan
SDA yang tidak dapat diperbarui(nonrenewables resources)
Contoh: Sumber daya mineral (tambang)Potensi = Potensi terukur + belum terukurPotensi terukur = [Kuantitas/luas] x nilaimoneter
-
8/17/2019 362-381-1-SM okeh
5/6
EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 2006
57
Potensi belum terukur =[biaya eksploitasi + peralatan (teknologi)/luas] x[nilai moneter]Biaya lingkungan = biaya reklamasi + biayarevegetasiKeuntungan bersih = Potensi – biaya
lingkungan.Dalam menerapkan valuasi ekonomi SDA
dapat dijelaskan dengan ilustrasi kasus dengan datahipotetis berikut:Contoh valuasi ekonomi SDA Perikanan:
Deskripsi kasusPantai Jobokuto, Kabupaten Jepara, Propinsi
Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yangmemiliki SDA perikanan yang cukup berkembang,walaupun hasil ekplorasi per hari hanya 0,25 daritotal potensi SDA Perikanan di tempat itu. Paranelayan tersebut menggunakan kapal motor danperahu jukung dalam proses penangkapan ikan.Jumlah nelayan yang beroperasi di daerah tersebutkurang lebih mencapai 250 KK dari keseluruhan350 KK yang berdomisili di desa sekitar pantai.Penghasilan rata-rata 1 KK nelayan adalah Rp50.000/hari dengan hasil tangkapan rata-rata 1 KKnelayan 20 kg/hari. Biaya yang dikeluarkan untukbahan bakar kapal motor adalah Rp 36.000/hari/KK.Jumlah nelayan yang memiliki kapal motor 20 KK(asumsi: 1KK memiliki 1 kapal motor). Biaya untukperawatan peralatan tetap dan habis pakaidiperkirakan Rp. 10.000/hari.
Pada suatu hari, pada saat melalukanpengisian bahan bakar ke kapal melalui pipatransmisi 14 inc besi terjadi kebocoran yang didugapecah akibat korosif. Diperkirakan ikan matisebanyak 3 ton dalam waktu satu hari setelahpencemaran.
Rencana penanggulangan pencemaran airdisusun dan dipersiapkan melalui kerjasama antaraBapedal Pusat, Bapedalda Propinsi Jawa Tengah,Pemda Jawa Tengah, Kelompok LSM lingkungan,dan Polisi. Langkah awal adalah mengadakanpembersihan pantai (biaya Rp 150.000/hari). PihakBapedalda memperkirakan pencemaran akan
berlangsung selama kurang lebih 10 hari, karenabahan bakar minyak merupakan zat yang berasaldari makhluk hidup (mudah terurai).
Hasil sample yang diambil oleh BepedaldaPropinsi Jawa Tengah menunjukkan DO=0,7 mg/l,BOD=110 ppm, di dermaga BOD=120 ppm,DO=1,3 mg/l, sedang kondisi 2000 m dari sumberpencemar nilai BOD dan DO normal.
Pencemaran air ini mengakibatkanpenghasilan nelayan menurun menjadi hanya Rp15.000/KK/hari dan hal ini telah berlangsungselama 10 hari. Di samping itu selama pencemaranberlangsung telah ada 20 kasus gangguan
kesehatan dan diperkirakan biaya pengobatan Rp10.000/kasus. Penerimaan retribusi wisata pantaiJepara juga berkurang akibat pencemaran air,
karena selama 10 hari pantai ditutup (1hari normalpenerimaan retribusi pantai = Rp 50.000)
Valuasi Ekonomi SDA Perikanan (keadaannormal):Metode yang digunakan dalam penelitianini adalah Contigent Valuation Method (CVM)dengan pertanyaan langsung.
a. Potensi total SDA Ikan = Rp 2.500/kg x 4 x80kg/hari/KK x 250 KK = Rp 50.000.000/hari
b. Potensi terukur SDA Ikan = 250 KK x Rp2.500/kg x 20kg/hari//KK = Rp 12.500.000/hari
c. Biaya bahan bakar kapal motor = Rp 36.000 x20 KK = Rp 720.000/hari.
d. Biaya perawatan kapal dan alat = Rp10.000/hari.
e. Berdasarkan valuasi ekonomi yang dilakukanpada keadaan normal maka nilai keuntunganbersih dari SDA perikanan di Jobokuto,kabupaten Jepara =Rp 12.500.000 – (Rp720.000 + Rp 10.000) = Rp 11.770.000/hari(23,4% dari potensi total)
Valuasi ekonomi SDA Perikanan (keadaanpencemaran air):a. Potensi terukur SDA Ikan = 250 KK x Rp
2.500/kg x 20kg/hari//KK = Rp 12.500.000/harib. Biaya bahan bakar kapal motor = Rp 0 (karena
tidak beroperasi)c. Biaya perawatan kapal dan alat = Rp 0 (karena
tidak beroperasi)d. Biaya kerugian finansial pembersihan pantai
(dampak langsung) :10 hr x Rp 150.000 = Rp1.500.000
e. Biaya kerugian finansial nelayan akibat sakit(dampak tidak langsung) : 20 x Rp 10.000 = Rp200.000
f. Biaya kerugian sosial lingkungan : Biayakerugian populasi ikan: 3 ton x Rp 2.500/kg x10 hr = Rp 75.000.000
g. Biaya penurunan retribusi pantai wisata: 10hr xRp 50.000 = Rp 500.000
h. Biaya uji sample ke laboratorium @ samplingRp5.000.000 3 X sampling =3 X Rp 5.000.000=Rp 15.000.000
i. Biaya pengamanan Polisi (10 hari) = Rp5.000.000
j. Total biaya kerugian dengan keadaanpencemaran air (10 hari): Rp 75.000.000 + Rp1.500.000 + Rp 200.000 + Rp 500.000 + Rp15.000.000 + Rp 5.000.000 = Rp 97.200.000.Bila ditambah dengan 10 % kemungkinanbiaya tambahan lainnya sehingga mencapaikurang lebih Rp 106.920.000. Berdasarkanvaluasi ekonomi yang dilakukan pada keadaanpencemaran air maka nilai keuntungan bersihdari SDA perikanan di Jobokuto, kabupatenJepara (10 hari) =(Rp 12.500.000 x 10 hr) – (Rp106.920.000) = Rp 18.080.000 atau Rp1.808.000/hari (3,6% dari potensi total).
-
8/17/2019 362-381-1-SM okeh
6/6
58
Tabel 7.2. Perbandingan Valuasi Ekonomi SDAPerikanan di Pantai Jobokuto, Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah
Kondisi Normal Kondisi TercemarPotensi SDA Total: Rp50.000.000/hari
Potensi SDA Total: Rp50.000.000/hari
Potensi SDA Terukur: Rp12.500.000/hari
Potensi SDA Terukur:Rp 12.500.000/hari
Nilai keuntungan bersih:Rp 11.770.000/hari
Nilai keuntunganbersih: Rp1.808.000/hari
Nilai keuntungan bersih23,4% dari potensi total
Nilai keuntungan bersih3,6% dari potensi total
Sumber: Data diolah
KESIMPULANDari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa kebijakan valuasi ekonomi dan penyusunanNeraca SDA dapat bermanfaat sebagai:1. Alat untuk megetahui jenis, potensi,
karakteristik, dan nilai ekonomi (manfaat, biaya,dan keuntungan) dari SDA yang ada di suatudaerah. Hal ini bermanfaat bagi pengelolauntuk mengetahui tingkat efisiensi pengelolaandan upaya untuk meningkatkan kinerja.
2. Konsep dasar untuk menyusun peraturandaerah dan mempermudah melakukan prosespenyesuaian dengan UU SDA Nasional. Dengandemikian diharapkan pengelolaan SDA didaerah diharapkan dapat berjalan dengan
efektif dan efisien sesuai dengan potensi dankemampuan daerah, serta sesuai dengan visipengelolaan SDA secara nasional.
3. Stimulan yang secara langsung dapatmendorong pembangunan di daerah melaluipengembangan dan pengelolaan SDA daerahyang efektif dan efisien. Hal tersebut secaratidak langsung mendorong pengelolaan SDAdengan lebih bijaksana sekaligus menjaga sustainability SDA itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Askary, Muhammad. 2003. Kebijakan Valuasi Ekonomi Dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Makalah SeminarNasional Natural Resources andEnvironmental Accounting. Purwokerto
Martono, R Wisnu Ali dan Awal Subandar. 2003.Metode Valuasi Ekonomi Untuk PenilaianKerusakan Ekosistem dI Pantura. MakalahSeminar Nasional Natural Resources andEnvironmental Accounting (NREA).Purwokerto
Reksohadiprodjo, Sukanto dan Andreas Budi P.2000. Ekonomi Lingkungan (SuatuPengantar). Edisi 2. BPFE UGM. Yogyakarta
Reksohadiprodjo, Sukanto dan Pradono. 1998.Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. Edisi2. BPFE UGM. Yogyakarta
Sambodo, Dodo. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Alam Dalam Perspektif Otonomi Daerah.Makalah Seminar Nasional Natural Resourcesand Environmental Accounting (NREA).Purwokerto
Samudro, Bhimo Rizky. 2003. Analisis MetodeWillingness to Pay: Dampak Gas BuangKendaraan Bermotor terhadap KesehatanMasyarakat Studi kasus: Kota Yogyakarta,Makalah Seminar Nasional Natural Resourcesand Environmental Accounting (NREA).Purwokerto
Suparmoko, M dan Maria R Suparmoko. 2000.Ekonomi Lingkungan. Edisi 1. BPFE UGM.Yogyakarta
Tietenberg, Tom. 1992. Environment and Natural Resources Economics. 3rd ed. Harper CollinsPublisher. New York. 1992