3609100023_Dimas Darmawansyah_tugas perkot1

download 3609100023_Dimas Darmawansyah_tugas perkot1

of 10

Transcript of 3609100023_Dimas Darmawansyah_tugas perkot1

Perencanaan Wilayah dan Kota - II

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Perkembangan berbagai aktivitas di kota Bandung dan sekitarnyasaat ini tentu saja tidak terlepas dari dukungan sektor transportasi. Terlebih beberapa tahun terakhir ini Bandung dan sekitarnya menjadi daerah tujuan wisata bagi penduduk DKI Jakarta dan sekitarnya, sehingga pada setiap liburan atau akhir pekan lalu lintas dari dan menuju Bandung serta lalu lintas di dalam kota Bandung terasa sangat padat. Selain itu, kemacetan lalu lintas akibat membludaknya jumlah kendaraan bermotor, telah mengakibatkan pengotoran udara yang melampaui ambang batas kelayakan. Bukan hanya sarana jalan yang semakin tidak mampu menampung beban kendaraan, tetapi polusi udara, polusi suara, dan polusi visual yang semakin mengganggu kesehatan dan gangguan terhadap kenyamanan hidup, salah satunya karena semakin meningkatnya temperatur udara kota Bandung saat ini. Menurut RPJPD kota Bandung tahun 2005-2025, jaringan jalan di kota Bandung terdiri dari jaringan jalan primer untuk lalu lintas regional dan antarkota serta jaringan jalan sekunder untuk lalu lintas perkotaan. Total jaringan jalan di Kota Bandung sampai tahun 2005 adalah 1.168,81 km yang terdiri jalan arteri primer 42,11 km; jalan arteri sekunder 11,30 Km, jalan kolektor primer 22,99 km; jalan kolektor sekunder 41,13 km dan jalan lokal sepanjang 1.052,58 km. Kondisi transportasi di kota Bandung saat ini sudah memprihatinkan. Berdasarkan hasil identifikasi Dinas Perhubungan, kondisi kemacetan jalan dipengaruhi oleh 32 (tiga puluh dua) aspek, yaitu sebagai berikut. 1. Panjang jalan/lebar jalan; 2. Kondisi jalan; 3. Jumlah kendaraan pribadi; 4. Persimpangan yang terlalu dekat; 5. Sekolahan; 6. Pasar tumpah/PKL; 7. Pangkalan liar; 8. Parkir; 9. Kendaraan jemputan anak sekolah; 10. Angkot; 11. Kesadaran masyarakat; 12. Displin pengemudi; 13. Kendaraan dari luar kota Bandung; 14. Becak melawan arus; 15. Shelter; 16. Traffic light; 17. Perumahan; 18. Perubahan fungsi bangunan; 19. Banjir;

PERMASALAHAN MANAJEMEN LALU LINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

2

Perencanaan Wilayah dan Kota - II

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.

Marka jalan dan rambu lalu lintas; SDM petugas; Dana; Anak jalanan; Jaringan jalan; Perbaikan jalan/galian kabel/perbaikan; Perlintasan kereta api; Pusat perbelanjaan/Mall; Bongkar muat; Penerangan jalan umum; Gerakan pejalan kaki; Pool/agen bus; Luas terminal.

Masalah transportasi di kota Bandung sudah semakin parah dan menimbulkan biaya sosial (social cost) yang sangat tinggi. Oleh karena itu, kemudian pengembangan kota Bandung memerlukan dukungan sistem transportasi yang efesien sebagai salah satu prasyarat guna kelangsungan dan terjaminnya pelaksanaan pengembangan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana kondisi eksisting dan permasalahan transportasi di kota Bandung? 2. Bagaimana kondisi eksisting permasalahan manajemen lalu-lintas di kota Bandung? 3. Bagaimana pengaruh permasalahan manajemen terhadap pengembangan kota Bandung?

1.3. Tujuan Penulisan Berikut ini adalah tujuan penulisan makalah. 1. Menggambarkan kondisi eksisting dan permasalahan transportasi di kota Bandung. 2. Menjelaskan kondisi eksisting permasalahan manajemen lalu-lintas di kota Bandung. 3. Memaparkan pengaruh permasalahan manajemen lalu-lintas dengan pengembangan kota Bandung serta berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah kota sebagai langkah pengelolaan sistem transportasi yang berkelanjutan di kota Bandung.

PERMASALAHAN MANAJEMEN LALU LINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

3

Perencanaan Wilayah dan Kota - II

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kondisi Eksisting dan Permasalahan Transportasi di Kota Bandung Transportasi di Kota Bandung merupakan sistem transportasi jalan raya, rel, dan udara. Pergerakan lalu lintas di Kota Bandung yang sebagian besar menuju pusat kota/perdagangan, yaitu di sekitar jalan Dewi Sartika, jalan Asia Afrika, jalan Merdeka, jalan Diponegoro, dan sebagainya, juga karena adanya pergerakan arus yang memasuki kota Bandung pada hari-hari libur untuk keperluan wisata ataupun hanya melintas. Untuk pergerakan orang/penduduk pada skala regional, penduduk kota Bandung umumnya memanfaatkan fasilitas bus angkutan antar kota yang berada di Leuwipanjang dan Cicaheum. Pola jaringan transportasi di kota Bandung menunjukkan karakteristik sebagai berikut. 1. Pola jaringan cenderung membentuk pola kombinasi radial konsentris sesuai dengan pola guna lahannya dengan beberapa poros utama kota, serta pada sebagian besar ruas jalan utama terdapat persimpangan dengan jarak antara yang sangat dekat. 2. Pola jaringan pada kawasan perluasan (internal kota) membentuk pola radial untuk mengarahkan arus pergerakan tidak melalui pusat kota. 3. Pola jaringan pada kawasan pinggiran (ekasternal kota) merupakan jaringan jalan tol untuk memisahkan arus pergerakan regional tidak bercampur dengan pergerakan internal kota. Transportasi jalan raya kota Bandung tumbuh rata-rata 6,09 persen setiap tahunnya. Perbandingan kapasitas jalan dengan jumlah kendaraan yang ada di kota Bandung tidak seimbang, yaitu luas jalan pada tahun 2005 mencapai 2,32 % dari total luas wilayah. Kondisi ini masih sangat minimum bila dibandingkan dengan kondisi ideal proporsi luas jalan dari suatu kota, yaitu sekitar 15% hingga 20%. Tabel 2.1. Perbandingan Jumlah Kendaraan dengan Jumlah Penduduk Kota Bandung Jumlah Penduduk Mobil penumpang Mobil beban Bus Sepeda Motor Total Tingkat kepemilikan kendaraanSumber : PPTK, LPPM ITB, 2001

2,4 juta jiwa 109.928 unit 38.128 unit 21.612 unit 182.483 unit 352.151 unit 146,73 setiap 1.000 jiwa

Berikut ini adalah beberapa permasalahan transportasi di kota Bandung berikut dengan dampak yang ditimbulkannya.

PERMASALAHAN MANAJEMEN LALU LINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

4

Perencanaan Wilayah dan Kota - II

Tabel 2.2. Permasalahan Transportasi Kota Bandung No. Aspek 1. Prasarana Jaringan Jalan Permasalahan Luas penyediaan jalan masih rendah (2,32 - 3,10%) Kondisi jalan belum 100% mantap (14,2% rusak) Hirarki fungsi jaringan jalan yang kurang ideal Traffic Light tidak optimal fungsinya Banyak lokasi on-street parking ilegal dan di jalan arteri/padat lalulintas Fasilitas pejalan kaki kurang (8,31% jalan yang ada trotoar dan baru 29% kebutuhan zebracross dan JPO yang terpenuhi) Kebutuhan rambu dan marka belum terpenuhi (baru 30%) Lokasi terminal tipe C yang belum tertata Terminal di pusat kota yang kurang representatif Lokasi terminal tipe A dan B yang berada pada jalan yang relatif macet Armada angkutan didominasi angkot (38 trayek, 4695 kendaraan) Trayek yang overlap (9 ruas jalan dilalui lebih dari 5 trayek angkot) Armada lintas batas besar (+ 6000 armada) Sebagian taksi tidak menggunakan argo Ojek dan becak cukup banyak beroperasi (53 titik lokasi ojeg, 60 lokasi becak) Rute pelayanan barat-timur (Padalarang-BandungCicalengka) Fleet terbatas hanya 27 KA/hari Dampak Kepadatan tinggi (di jam puncak 30% ruas jalan Kecepatan perjalanan di ruasruas jalan arteri dan kolektor 15,71 km/jam Lalulintas jalan yang tidak sesuai konsep hirarki fungsi, bottle-neck Over-saturated (tundaan di persimpangan tinggi) Gangguan samping tinggi (pengurangan kapasitas hingga 30%) Keselamatan pejalan kaki, gangguan kelancaran lalulintas, hambatan terhadap promosi angkutan umum Keselamatan dan kelancaran lalulintas jalan terganggu Terjadinya terminal bayangan/pangkalan Efisiensi jaringan angkutan kurang baik Bus tidak masuk terminal, terminal bayangan Kapasitas dan efisiensi angkutan rendah (hanya tersedia 73592 seat/hari, kecepatan 11,88 km/jam) Gangguan lalulintas tinggi, persaingan penumpang Pengaturan sulit Peran taksi rendah (kurang dari 1% angkutan) Biaya transportasi tinggi (total biaya angkutan umum menjadi Rp 417/km/orang) Peran angkutan KA terbatas (kurang dari 5%) Kapasitas angkut terbatas < 10 ribu penumpang/hari

2.

Manajemen Lalulintas

3. Terminal Penumpang

4.

Jaringan Trayek Umum

5. Angkutan Umum Non Trayek

6.

Angkutan Rel

PERMASALAHAN MANAJEMEN LALU LINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

5

Perencanaan Wilayah dan Kota - II

7.

Angkutan Barang

8.

Angkutan Udara

Pembatasan operasi angkutan barang belum optimal (rute, waktu, tonase) Penyediaan terminal angkutan barang (Gedebage) belum optimal Lokasi Bandara Hussein Sastranegara yang tidak lagi ideal

Gangguan lalulintas jalan, percepatan kerusakan jalan Distribusi barang kurang efisien Gangguan operasi penerbangan, limitasi penggunaan ruang

Sumber : Bappeda Propinsi Jawa Barat 2007

2.2. Kondisi Eksisting Permasalahan Manajemen Lalu-lintas di Kota Bandung Berdasarkan Tabel 2.2., permasalahan transportasi di kota Bandung ternyata cukup beragam, saling mempengaruhi, dan kemudian semakin menambah parah kondisi transportasi di kota Bandung sendiri. Namun dalam hal ini, manajemen lalu-lintas merupakan masalah utama. Mulai dari Traffic Light yang tidak optimal fungsinya, bahkan banyak yang tidak menyala. Lokasi on-street parking ilegal yang berada di jalan arteri/padat lalulintas, fasilitas untuk pejalan kaki yang masih kurang, serta kebutuhan rambu dan marka belum terpenuhi. Banyak sekali ditemui ruas-ruas jalan utama kota yang tidak deilengkapi trotoar, zebra cross, marka jalan, dan rambu lalu-lintas. 2.2.1. Traffic Light Kurang optimalnya fungsi traffic light di kota Bandung dapat dilihat dari kondisi sebagian besar traffic light yang sering mati. Padahal letaknya di titik-titik simpul utama kota. Hal ini sering diesbabkan oleh buruknya cuaca di Bandung. Hujan yang terlalu besar sering menyebabkan korslet nya listrik. Sehingga traffic light pun sering tidak berfungsi. Sambaran petir pun bisa memengaruhi kondisi kerja lampu pengatur lalu lintas ini. Bila terjadi hal tersebut, maka sistem pada alat di boks kontrol akan terganggu. Tetapi tidak jarang pula lampu lalu lintas tiba-tiba mati karena lemahnya voltase listrik.

Gambar 1. Traffic Light yang tidak berfungsi dengan baik.

Gambar 2. Tidak berfungsinya Traffic Light berbahaya dan berpotensi menimbulkan kemacetan.

Selain itu, pencurian juga menjadi penyebab kerusakan traffic light di Kota Bandung. Hilangnya kabel dan besi pada lubang kontrol mengakibatkan lampu lalu lintas tidak berfungsi. Kabel lampu lalu lintas terhubung dengan countdown (penghitung mundur) yang terpasang di lampu tersebut. Dengan demikian, saat kabel lampu hilang, tidak hanya lampuyang mati, tetapi juga mengganggu penghitung mundur. Hal ini tentu sangat berbahaya dan berpotensi menimbulkan kemacetan, mengingat banyak sekali persimpangan dan titik simpul di pusat kota Bandung.

PERMASALAHAN MANAJEMEN LALU LINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

6

Perencanaan Wilayah dan Kota - II

2.2.2. On-street Parking Ilegal Pusat kota yang meliputi jalan Dewi Sartika, Oto Iskandar Dinata (Otista), Kepatihan, Dalem Kaum, dan jalan Asia Afrika serta kawasan Alun-alun bandung seperti lautan manusia dan kendaraan. Bahu jalan yang seharusnya menjadi tempat lalu lalang kendaraan bermotor, berubah fungsi menjadi tempat berjualan dan tempat parkir ilegal. Sebagian badan jalan dipakai sebagai lahan parkir sepeda Gambar 3. Parkir On-street di jalan Otista motor. Tidak hanya satu baris, bahkan sampai dua baris sepeda motor terparkir mulai mulut jalan Otista hingga persimpangan Jalan ABC. Parkir motor ini menyita badan jalan hingga menyebabkan kemacetan parah pada jamjam sibuk. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di jalan Otista. Di tempat-tempat lain seperti di sepanjang jalan L.L.R.E. Martadinata (jalan Riau) pun juga demikian. Kondisi pusat-pusat perbelanjaan, factory outlet, serta rumah-rumah makan yang tidak menyediakan tempat parkir yang luas, kemudian membiarkan pengunjungnya memarkir kendaraan di badan jalan. Karena hampir semua jalan raya di Bandung sempit dan tidak memiliki bahu jalan, hal ini tentu mengurangi kapasitas jalan. Padahal volume kendaraan terus meningkat. 2.2.3. Pedestrian Jalur pedestrian atau trotoar di Kota Bandung sangat parah. Selain tidak terencana dengan baik, kondisi fisiknya amburadul sehingga tidak nyaman bagi pejalan kaki. Sebagai salah satu fasilitas transportasi, jalur pedestrian di kota Bandung masih belum memadai. Dari segi kualitas, trotoar di Kota Bandung pada umumnya justru menyulitkan pejalan kaki. Trotoar selalu dibuat lebih tinggi dari jalan, sebenarnya bertujuan untuk melindungi pejalan kaki agar tidak bercampur dengan arus kendaraan. Tetapi kedudukannya yang lebih tinggi itu justru menyulitkan pejalan kaki karena harus naik turun. Dengan adanya perpotongan trotoar dengan pintu bangunan di sisi jalan, trotoar pun menjadi terputus. Padahal jarak antar bangunannya rapat. Kota Bandung masih kekurangan fasilitas jembatan penyeberangan orang (JPO). Semua JPO yang ada, dibangun oleh pihak swasta dan tidak ada satu pun yang dibangun Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung. Mahalnya biaya investasi menyebabkan pemkot tidak mampu menyediakan JPO. Selain keterbatasan dana, pemerintah terganjal kesiapan pengelolaan seusai masa kerjasama selesai. Padahal setelah lima tahun, pemkot be kewajiban mengelola fisik bangunan Gambar 4. Kondisi jalan Cihampelas yang tidak jembatan sekaligus space iklannya.dilengkapi dengan fasilitas pedestrian.

PERMASALAHAN MANAJEMEN LALU LINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

7

Perencanaan Wilayah dan Kota - II

2.2.4. Marka Jalan dan Rambu Lalu-lintas Marka jalan di kota Bandung masih sangat minim dan buruk kualitasnya. Cat yang tidak tahan lama dan jenis aspal yang kasar menyebabkan marka jalan cepat terhapus. Selain itu, masih banyak pula ditemui jalan-jalan utama kota yang tidak memiliki marka jalan. Hal ini membuat pengendara kendaraan bermotor berkurang haluannya dan berbahaya di malam hari ketika warna aspal yang gelap tidak dapat memantulkan cahaya lampu kendaraan. Berbeda dengan kota lain, kota Bandung memiliki keunikan sendiri dalam petunjuk jalan. Keunikan ini karena terlalu banyak iklan di papan petunjuk itu. Banyaknya informasi petunjuk jalan bisa menjadi baik tetapi bisa jadi membingungkan. Selain itu, sejumlah rambu ada yang hilang dicuri dan lainnya berubah posisi karena tertabrak kendaraan yang lewat.

Gambar 5. Rambu penunjuk jalan yang berisi iklan.

2.3. Pengaruh Permasalahan Transportasi dengan Pengembangan Kota Bandung Pengembangan perkotaan diarahkan untuk mewujudkan kota yang berkualitas, menciptakan kawasan yang layak huni, berkeadilan, berbudaya, dan sebagai wadah bagi peningkatan produktivitas dan kreativitas masyarakat serta mewujudkan pusat pelayanan sosial-ekonomi dan pemerintahan. Menurut Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, ada tiga ciri kota manusiawi (liveable city). Pertama, tersedianya akses transportasi yang baik, layak, dan terjangkau. Kedua, ruang terbuka hijau yang menyediakan fasilitas umum dan fasilitas sosial sebagai tempat berinteraksi masyarakat. Ketiga, menaruh keberpihakan kepada para pejalan kaki, kaum cacat, dan pesepeda. Berbagai upaya manajemen lalu lintas telah diterapkan di kota Bandung guna mengurangi dampak buruknya pengelolaan dan manajemen lalu lintas di kota Bandung. Seperti dipasangnya traffic light tenaga surya di beberapa persimpangan, mengurangi parkir yang berada di adan jalan, menaikkan tarif parkir, memperbaiki trotoar yang rusak, dan sebagainya. Namun ternyata langkahlangkah tersebut masih belum dapat mengatasi kemacetan yang disebabkan buruknya manajemen lalu lintas kota Bandung, sehingga diperlukan upaya-upaya lain seperti penyediaan gedung parkir terpusat, dan pembangunan jembatan penyeberangan orang (JPO). Oleh karena itu, diperlukan pengkajian yang lebih mendalam mengenai sisi positif dan negatif dilihat dari semua aspek perencanaan yang berbasis pada masyarakat untuk menciptakan pengelolaan yang baik dan mendukung pengembangan kota yang lebih berkualitas.

PERMASALAHAN MANAJEMEN LALU LINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

8

Perencanaan Wilayah dan Kota - II

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan Dari hasil analisis di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Permasalahan transportasi di Kota Bandung tidak dapat dipisah-pisahkan penanganannya karena masing-masing saling mempengaruhi, dan yang paling dominan adalah buruknya manajemen lalu lintas di kota Bandung. 2. Aktivitas di jalan tergantung dengan kegiatan di sekitar jalan itu. Misalnya di area pusat perbelanjaan dan pertokoan, jumlah pengguna jalan relatif tinggi, tidak hanya kendaraan bermotor tetapi juga pejalan kaki. Pemerintah harus bisa membaca kebutuhan di area tersebut. Tempat parkir yang luas, kapasitas jalan yang memadai, trotoar yang cukup. 3. Sebagai kota wisata, kota Bandung juga hendaknya mulai memikirkan lagi manajemen lalulintasnya, mulai dari fasilitas pedestrian sampai rambu penunjuk jalan. Selain itu dapat pula meningkatkan kesadaran masyarakat, seperti misalnya penerapan Perda K3 (Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan) yang telah diberlakukan. Hal ini tentu dapat sedikit demi sedikit mengurangi keterpurukan wajah transportasi di kota Bandung dan menjadi kota yang lebih berkualitas di masa yang akan datang.

3.2. Saran Berdasarkan keseluruhan pembahasan dalam makalah ini, dapat diambil beberapa saran yaitu sebagai berikut. 1. Diperlukan integrasi pemerintah kota Bandung dalam memberikan denda yang diatur dalam Perda, bagi masyarakat yang masih memarkir kendaraannya di badan jalan, tidak menyeberang jalan pada tempatnya, dan pelanggaran marka serta rambu-rambu lalu lintas. 2. Diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah kota Bandung dengan pihak swasta sebagai penyedia fasilitas dan masyarakat sebagai pelaku pergerakan.

PERMASALAHAN MANAJEMEN LALU LINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

9

Perencanaan Wilayah dan Kota - II

DAFTAR PUSTAKA

Warpani, Suwardjoko P. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung: Penerbit ITB Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung. 2005. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandung 2005-2025. (dikutip dari http://www.bandung.go.id, pada 17 Desember 2009) Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2007. Rencana Sistem Transportasi Bandung. (dikutip dari http://www.bapeda-jabar.go.id, pada 21 Februari 2011) Komponen "Traffic Light" Dicuri. 2010. (dikutip dari http://www.bataviase.co.id, pada 22 Februari 2011) Fasilitas JPO di Kota Bandung Minim. 2008. (dikutip dari http://www.hu-pakuan.com, pada 1 Maret 2011) Berebut Trotoar di Kota Bandung. 2009. (dikutip dari http://kotahumanis.org, pada 31 Februari 2011) Amburadul, Kondisi Trotoar di Kota Bandung. 2011. (dikutip dari http://cetak.kompas.com, pada 1 Maret 2011) Rambu Petunjuk Arah di Bandung Dinilai Minim. 2010. (dikutip dari http://demokratnews.com, pada 24 Februari 2011)

PERMASALAHAN MANAJEMEN LALU LINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

10