36 sebatik

232
LAPORAN PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA KELAUTAN PERAIRAN SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN PROPINSI KALIMANTAN TIMUR DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN BANDUNG 2006

Transcript of 36 sebatik

Page 1: 36 sebatik

LAPORAN PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA KELAUTAN

PERAIRAN SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN

PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERALBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANBANDUNG

2006

Page 2: 36 sebatik

PROYEK PENGEMBANGAN KAPASITAS PENGELOLAAN

SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

TAHUN ANGGARAN 2005

LAPORAN

PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA KELAUTAN PERAIRAN SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN

PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

OLEH: TIM SEBATIK

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN

SUMBERDAYA MINERAL PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI

KELAUTAN 2005

Page 3: 36 sebatik

Laporan Akhir

Sari

alah satu aktivitas penting Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL) semenjak berdiri (tahun 1984) hingga saat ini adalah melakukan penelitian pantai dan lepas pantai perairan Indonesia. Salah satu

kegiatan pada Tahun Anggaran 2005 yaitu penyelidikan di Perairan Sebatik dan sekitarnya yang dimaksudkan memberikan masukan kepada pemerintah setempat dalam perencanaan pembangunan dan pengembangan kawasan pesisir Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur guna mempertahankan dan melestarikan potensi sumber daya laut serta perubahan lingkungan sekitarnya.

S

Hasil dari pemeruman memperlihatkan, morfologi dasar laut daerah telitian dapat dibagi menjadi 2 sistem, yaitu. morfologi dasar laut daerah perairan laut terbuka dan morfologi dasar laut di perairan selat. Kedalaman laut sepanjang lintasan berkisar antara 0 hingga 45 meter. Bagian terdalam terlampar mulai dari bagian Karang Unarang ke arah timur.

Rekaman seismik yang diperoleh dengan memperhatikan pola reflektor yang ada dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok runtunan. Hal lain adalah adanya gambaran reflector yang mencerminkan kemiringan dan kemenerusan antiklin ternyata dapat diikuti hingga ke bawah dasar laut,dimana pada singkapan di darat dari formasi-formasi Sajau, Tabul dan Meliat juga membentuk struktur lipatan (antiklin) yang berarah relatif baratlaut tenggara.

Secara umum sedimen permukaan dasar laut hasil kegiatan pengambilan conto dasar laut terdiri dari: Terumbu Karang, Lanau, Lanau Pasiran, Lempung, Pasir, Pasir Lanauan dan Pasir Sedikit Kerikilan.. Sedimen ini umumnya mengandung Mineral berat berupa: magnetit, hematit, hornblende, limonit, zirkon, dolomit dan pirit.

Foraminifera bentik yang diselidiki menunjukkan adanya variasi morfologis dari genus Asterorotalia yang berkaitan dengan kondisi lingkungan setempat. Kerusakan cangkang dari genus Elphidium ditemukan pada beberapa titik lokasi yang menunjukkan adanya faktor fisik seperti lingkungan berenergi tinggi atau faktor biologis seperti aktivitas bakteri sebagai penyebab cangkang tersebut rusak.

iiiSARI

Page 4: 36 sebatik

Laporan Akhir

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedudukan lokasi Indonesia yang terletak antara benua Asia dan

Australia, dan terdiri dari sekitar 17.000 Pulau-pulau besar dan

kecil, dan mempunyai pesisir terpanjang kedua setelah Kanada,

menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara maritim terbesar

didunia. Keadaan ini menjadikan Indonesia kaya akan sumberdaya

alam kelautan, tetapi potensi ini belum banyak dimanfaatkan untuk

kesejahteraan masyarakat

Kebijakan pembangunan selama ini juga lebih berorientasi kepada

pengembangan kegiatan di daratan di bandingkan di pesisir dan

lautan sehingga eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya pesisir dan

kelautan terabaikan. Walaupun pengembaangan sektor kelautan

sudah ada, tetapi berjalan tanpa perencanaan yang terpadu. Hal ini

disebabkan oleh minimnya data, tidak adanya konsepsi yang jelas

dalam menentukan langkah-langkah perencanaan maritim, serta

belum ada lembaga yang menangani pengelolaan sumberdaya

kelautan secara khusus.

Kawasan pesisir memiliki potensi alam sangat besar karena kaya

akan sumber daya hayati dan non hayati sehingga kawasan pesisir

potensial untuk dijadikan kawasan perekonomian masyarakat.

Perencanaan pembangunan dan pengembangan kawasan pesisir

Kabupaten Kendari harus ditunjang oleh keberadaan data

pendukung dan data unggulan untuk mempertahankan dan

I -1

PENDAHULUAN

Page 5: 36 sebatik

Laporan Akhir

melestarikan potensi sumber daya laut sehingga dapat memperkecil

kerugian yang terjadi akibat salah perencanaan. Salah satu

perubahan lingkungan akibat suatu pembangunan di kawasan

pesisir adalah masalah abrasi dan sedimentasi.

Perairan Pulau Sebatik dan sekitarnya merupakan perairan laut

dangkal dengan kedalaman kurang dari 70 meter, sedangkan di

bagian timurnya merupakan laut dalam yang memiliki kedalaman

lebih dari 200 meter. Daerah ini terdiri dari gugusan pulau-pulau

kecil dan dibagian utara berbatasan dengan daratan Kalimantan

yang merupakan bagian dari Malaysia.

Daerah ini penting dari segi geo-politik dan geo-ekonomi dengan

masalah utama adalah penetapan perbatasan Indonesia – Malaysia

pasca Sipadan – Ligitan, karena setelah sengketa Sipadan – Ligitan

selesai dengan kekalahan klaim Indonesia atas kedua pulau

tersebut di Mahkamah Internasional, maka garis batas Indonesia –

Malaysia berubah dan sampai sekarang perundingan perbatasan

antara kedua negara belum menghasilkan kesepakatan mengenai

perbatasan tersebut.

Dari segi ekonomi daerah ini merupakan salah satu titik keluar

masuknya tenaga kerja Indonesia (TKI) yang akan bekerja di

Malaysia serta lalu lintas perdagangan antara Indonesia – Malaysia

yang sudah berlangsung cukup lama.

Sesuai dengan tugas dan fungsinya bahwa Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Departemen Energi dan

Sumberdaya Mineral adalah merupakan salah satu instansi

pemerintah yang memiliki peranan penting dalam penelitian di

bidang kelautan. Akan tetapi selama ini kemampuan untuk

memanfaatkan dan mengelola sumberdaya laut tersebut masih

sangat terbatas jika dibandingkan dengan luas wilayah laut

Indonesia itu sendiri. Disamping itu juga laut memiliki dimensi I -2

PENDAHULUAN

Page 6: 36 sebatik

Laporan Akhir

pengembangan yang lebih luas dibanding dengan daratan, maka

oleh sebab itu laut lebih mempunyai keragaman potensi alam yang

dapat dikelola.

Salah satu kegiatan yang mendukung di dalam pengelolaan

sumberdaya kelautan di wilayah nusantara ini adalah melalui

pemetaan geologi dan geofisika kelautan terutama pemetaan

cekungan sedimenter Tersier.

Penyelidikan geologi dan Geofisika kelautan merupakan realisasi

dari program penelitian tersebut dengan mengambil lokasi di daerah

Pesisir Sebatik dan sekitarnya.

Informasi mengenai tatanan geologi dan geofisika khususnya di

daerah lepas pantai Pesisir Sebatik dan sekitarnya masih relatif

minim. Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan akan memberi

peluang bagi para peneliti yang terlibat dalam program tersebut

untuk mengembangkan hasil penelitiannya yang dapat bermanfaat

bagi pendayagunaan potensi kelautan nusantara khususnya di

daerah-daerah perbatasan. Dilain sisi dalam perencanakan

pembangunan khususnya aspek pencegahan bencana abrasi

maupun sedimentasi di kawasan pesisir diperlukan suatu kajian

mengenai daya dukung kawasan terhadap pembangunan

infrastruktur sebagai sarana atau fasilitas utama. Dengan demikian

studi geoteknik kelautan, geofisika dan hidro-oseanografi

merupakan aspek studi yang utama.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Maksud diusulkannya kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan data

geologi dan geofisika kelautan daerah Sebatik dan sekitarnya, untuk

mengetahui potensi Sumberdaya Mineral serta mendukung

I -3

PENDAHULUAN

Page 7: 36 sebatik

Laporan Akhir

perencanaan dan pengembangan kawasan pesisir daerah telitian

khususnya Perairan Sebatik dan sekitarnya, Kabupaten Nunukan,

sehingga dari penelitian ini akan mendapatkan informasi berbagai

aspek geologi, geofisika, geologi teknik kelautan yang dipadukan

dengan pengamatan/observasi parameter hidro-oseanografi.

Tujuan penelitian ini adalah melaksanakan kegiatan lapangan di

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Tahun

Anggaran 2005 untuk mengetahui kondisi geologi dan geofisika

kelautan di perairan tersebut yang dapat dijadikan sebagai data

dasar dalam perencanaan pembangunan di daerah tersebut. dan

tentunya diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan

oleh pemerintah daerah setempat khususnya dan instansi terkait

lainya.

Sasaran akhir dari kegiatan ini adalah memberi masukan kepada

para pengambil keputusan khususnya yang berkaitan dengan

penyelesaian masalah di daerah perbatasan, dimana data geologi

dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam pengambilan

keputusan.

1.3 LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH

Lokasi daerah usulan penyelidikan adalah perairan pulau Sebatik

dan sekitarnya, secara administrasi termasuk Kecamatan Sebatik

dan Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan

Timur. Secara geografis terletak pada posisi 3º 51’ 11.40” - 4º 11’

34.06” LS dan 117º 31’ 38.262” - 118º 7’ 10.1784” BT.(Gambar

1.1)

I -4

PENDAHULUAN

Page 8: 36 sebatik

Laporan Akhir

I -5

Gam

bar

1.1

. Pe

ta L

oka

si K

egia

tan

PENDAHULUAN

Page 9: 36 sebatik

Laporan Akhir

Kesampaian daerah dapat dijangkau dengan pesawat terbang dari

jakarta ke Tarakan, kemudian dari tarakan menggunakan speed

boat ke Nunukan atau lewat jalur laut dengan kapal Pelni (KM.Awu,

KM.Tidar, KM.Dobonsolo, KM.Agoamas) yang singgah di Nunukan

kira-kira setiap 2 minggu sekali dengan route kota-kota pelabuhan

di Kawasan Indonesia Tengah dan Kawasan Indonesia Timur.

1.4 PELAKSANAAN PENELITIAN

Pangkalan kerja penyelidikan terletak di Kecamatan NmunukaN dan

Sebatik, Kabupaten Nunukan berada dekat lokasi penyelidikan..

Proses pelaksanaan penyelidikan diawali dengan pengumpulan data

sekunder, digitasi peta dasar, pengenalan lapangan

(recoinassance), pengambilan data lapangan, analisa laboratorium,

pengolahan data, dan pembuatan laporan. Adapun waktu

pelaksanaan penyelidikan dibagi dalam dua tahapan yaitu pada

tahap pertama selama 37 hari dari tanggal 31 Mei s/d 6 Juni 2005

dan tahap ke dua dari tanggal 25 Juli sd 16 Agustus 2005.

Mengingat lokasi penelitian berada dalam lokasi perbatasan RI –

Malayasia sehingga dalam pelaksaanan kegiatan survey mengalami

sedikit hambatan khususnya pada lokasi yang mendekati daerah

perbatasan dengan Malaysia yang sering dilakukan pemeriksaan

surat ijin survey. Akan tetapi dengan diikut-sertakannya Security

Officer dari TNI-AL maka koordinasi lapangan relatif berlangsung

dengan baik.

1.5 KEMANFAATAN PENYELIDIKAN

Manfaat dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui

kondisi geologi sekitar pesisir daerah telitian saat ini akibat abrasi

pantai serta proses yang mengakibatkannya serta keberadaan

potensi sumber daya mineral khususnya yang berada di sekitar I -6

PENDAHULUAN

Page 10: 36 sebatik

Laporan Akhir

perairannya sebagai bagian dari rona awal kondisi sumber daya

alam di daerah penelitian sehingga dapat dipergunakan sebagai

salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

untuk pengelolaan dan pengembangan wilayah.

1.6 LUARAN

Hasil yang akan didapat dari kegiatan ini adalah berupa laporan

Hasil kegiatan penelitian yang dilakukan di daerah telitian yang

dilengkapi dengan peta-peta antara lain : Lintasan Survei, Lokasi

Pengambilan Contoh, Kedalaman Dasar Laut (batimetri), Sebaran

Sedimen Permukaan Dasar Laut, serta identifikasi karakteristik

pantai, potensi keberadaan sumber daya mineral yang semuanya

tersusun dalam format GIS sehingga mudah untuk diedit dan

perbaharui.

1.7 SISTEMATIKA LAPORAN

Dalam penulisan laporan diterapkan susunan yang sedemikian

rupa,dengan maksud untuk menjelaskan keseluruhan kegiatan

lapangan khususnya masalah gambaran regional daerah telitian,

metodologi penyelidikan yang dilakukan, pengolahan data serta

interpretasi dari data yang diperoleh dalam Sistem Informasi

Geografis.

Berikut adalah sistematika penulisan bab – bab yang ada dalam

laporan ini :

I -7

PENDAHULUAN

Page 11: 36 sebatik

Laporan Akhir

Tabel 1.1. Sistematika Penulisan Laporan

Nomor Judul Bab Tujuan

BAB I Pendahuluan Menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Maksud dan tujuan, lokasi survei, serta Luaran.

BAB II Tinjauan Umum / Geologi Regional

Menjelaskan gambaran singkat kondisi geologi regional daerah telitian,stratigrafi ,struktur serta kontrol tektonik yang berlangsung.

BAB III Metode Penelitian dan alat yang digunakan

Menjelaskan secara metode lapangan yang dilakukan serta alat-alat yang digunakan, termasuk kegiatan / proses laboratoriumnya

BAB IV Hasil Penelitian

Menjelaskan mengenai data lapangan yang diperoleh serta , pengolahan datanya, analisis dan data hasi penelitian

BAB V Pembahasan Membahas tentang hasil interpretasi data lapangan yang diperoleh serta data yang hasil analisa lab.

BAB VI Penutup Merupakan bab terakhir dari laporan yang berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh

1.8 PERSONIL PELAKSANA

Personil pelaksana kegiatan penyelidikan ini sebagai berikut :

1. Yogi Noviadi S.T (Ketua Tim)

2 Ir. Noor Cahyo D. (Ahli Geologi)

3 Ir. Akrom Mustafa (Ahli Teknik Sipil)

4 Ir. Masagus Ahmad (Ahli Geologi)

5 Ir. Tommy Naibaho (Ahli Geologi)

6 Ir. Koesnadi HS (Ahli Geofisiska)

I -8

PENDAHULUAN

Page 12: 36 sebatik

Laporan Akhir

7 Beben Rachmat Ssi (Ahli Oseanografi)

8 Ir. Hartono (Ahli Geologi)

9 Ir. Duddy Arifin (Ahli Geologi)

10 Taufik Sutanto (Ahli Geofisiska)

11 Ir. K. Hardjawidjaksana (Ahli Geologi)

12 Ir. Lukita Ahli Geologi)

13 Dra. Kresna Tri Dewi, M.Sc (Ahli Paleontologi)

14 Aep Saepudin (Teknisi Geofisika)

15 Endang Haryono (Teknisi Geofisika)

16 Sugiono (Teknisi Percontohan)

17 Suyadi (Teknisi Navigasi)

18 Sarip (Teknisi Geofisika)

19 Sumiyati (Teknisi Komputer)

20 Wawan Sudrajat (Teknisi Komputer &

Kartografi)

21 Darmansyah (Pembantu Administrasi)

I -9

PENDAHULUAN

Page 13: 36 sebatik

Laporan Akhir

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

Secara regional kondisi geologi daerah penelitian merupakan bagian

dari kawasan Indonesia Barat. Perairan Pulau Sebatik dan

sekitarnya merupakan perairan laut dangkal dengan kedalaman

kurang dari 70 meter, sedangkan di bagian timurnya merupakan

laut dalam yang memiliki kedalaman lebih dari 200 meter. Secara

regional daerah Perairan Pulau Sebatik dan sekitarnya merupakan

bagian dari Cekungan Tarakan, yang memiliki struktur utama

berupa sumbu lipatan berarah barat laut-tenggara

Ada lebih kurang 11 pulau di perairan Sebatik dan sekitarnya serta

puluhan gosong-gosong pasir dan daerah karang. Dari sekian

banyak pulau hanya Pulau Sebatik dan Nunukan yang tersusun oleh

batuan sedimen, terdiri dari perselingan batupasir, lanau dan

lempung. Sedangkan pulau-pulau lainnya merupakan endapan

aluvial delta yang telah ditumbuhi mangrove dan membentuk pulau.

2.1. Pola Tektonik

Berdasarkan bukti geologi (tektonik dan penyebaran cekungan)

daerah telitian secara umum merupakan kelanjutan alamiah dari

Kalimantan Timur dan Selat Makasar (Gambar 2.1& 2.2). Kondisi

serta pola sebaran kerak samudra dan batuan dasar menunjukkan

bahwa daratan Kalimantan Timur merupakan Continental Crust

(Kerak Benua) dan perairan Blok Ambalat merupakan Oceanic Crust

(Kerak Samudra) yang berumur Pliosen – Eosen.

II-1

GEOLOGI REGIONAL

Page 14: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gambar 2.1. Peta sebaran kerak samudra dan batuan dasar di perairan Blok Ambalat sebagai satu kesatuan dengan perairan Selat Makassar (Prasetyo, 1992).

Gambar 2.2. Elemen-elemen tektonik P. Kalimantan dan P. Sulawesi (BPPKA, 1996)

II-2

GEOLOGI REGIONAL

Page 15: 36 sebatik

Laporan Akhir

Kerak samudra tersebut penyebarannya mulai bagian tengah Selat

Makassar hingga bagian barat daratan Sebatik. Di bagian tengah

kerak Samudra Swelat Makassar terdapat daerah Active

Spereading, yaitru suatu daerah bukaan dan penurunan secara

aktif.

2.2. Pembentukan Cekungan Tarakan Dan Potensi Migas

Wilayah sekitar perairan pantai Kalimantan Timur dan Selat

Makassar memiliki karakter geologi yang sama. Proses sedimentasi

dan suplai sedimen yang membentuk seluruh cekungan Kalimantan

Timur termasuk Blok Ambalat yang kaya dengan migas berasal dan

dikontrol oleh interaksi sistem aliran daratan Kalimantan (fluvial

processes) dan sistem oseanografi Selat Makassar (tidal processes).

Sebagai bukti, sedimentasi oleh sungai-sungai besar di Kalimantan

Timur bagian utara seperti S. Sebuku, S. Sembakung dan S.

Sesayang masih berlangsung dan berlanjut hingga sekarang dengan

pembentukan delta muda (resent deltaic) yang menyerupai bentuk

tipe Delta Mahakam Muda (Resent Mahakam Deltaic) seperti P.

Sebatik, P. Nunukan, P. Buyu, P. Mandul, P. Tarakan, P. Ligitan dan

P. Sipadan. Delta Mahakam oleh Golloway (1975) diperkenalkan

sebagai salah satu tipe delta dunia yang disebut Tipe Delta

Mahakam (Mahakam Delta Type). Tetapi sesungguhnya daratan

Kalimantan Timur bagian utara sebagai delta yang lebih tua, jauh

sebelum kondisi sekarang telah membentuk kipas delta yang

menyebar ke arah laut mulai perairan bagian selatan hingga utara

Kalimantan Timur termasuk P. Ligitan dan P. Sipadan. (Gambar 2.3

& 2.4)

Proses-proses sedimentasi yang berlangsung diimbangi pula oleh

proses tektonik yang memisahkan P. Sulawesi dan P. Kalimantan

(extension fault of Makassar Strait). Pemisahan menimbulkan akibat

menurunnya dasar cekungan dan terbentuknya patahan kecil

II-3

GEOLOGI REGIONAL

Page 16: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gambar 2.3 Peta geologi Cekungan Tarakan (BPPKA, 1996)

Gambar 2.4. Pola tektonik dan penyebaran cekungan Kalimantan Timur. Blok Ambalat termasuk dalam Cekungan Tarakan, di bagian utara dibatasi oleh Patahan Palu-Koro (Koesumadinata, 1994).

GEOLOGI REGIONAL II-4

Page 17: 36 sebatik

Laporan Akhir

l (minor fault) bertingkat membentuk tangga dengan bidang

patahan membentuk garis lurus hampir sejajar dengan garis pantai.

Namun karena suplai sedimen dari sistem aliran S. Sebuku, S.

Sembakung dan S. Sesayang yang cukup besar, patahan tersebut

tertutup oleh sedimen muda (resent sediment). Oleh karena adanya

kontrol waktu geologi yang panjang, cekungan yang terisi sedimen

tersebut membentuk cekungan hidrokarbon yang cukup besar dan

tebal yang disebut sebagai Cekungan Tarakan dan Cekungan Kutai.

Sebagian dari Cekungan Tarakan membentuk sub cekungan

Ambalat yang kemudian membentuk suatu kesatuan dan kesamaan

ciri dan model diagram seluruh cekungan Kalimantan Timur

(diagrammatic stratigraphic succession of East Kalimantan) - (Allen,

1979 dan Katili, 1980).

Cekungan Kalimantan Timur terdiri dari tiga cekungan besar, yaitu:

Cekungan Barito di bagian selatan, Cekungan Kutei di bagian

tengah sekitar S. Mahakam dan Cekungan Tarakan di bagian utara

(Koesumadinata, 1994). Cekungan Tarakan mencakup perairan

Kalimantan Timur bagian utara dan Blok Ambalat termasuk bagian

timur Sabah. Ketiga cekungan tersebut dipisahkan dua patahan

besar yang memotong Selat Makassar. Patahan terbesar adalah

Patahan Palu – Koro yang membujur dari Teluk Bone (Sulawesi

Selatan) memotong Selak Makassar hingga utara Sabah. Blok

Ambalat yang termasuk dalam Cekungan Tarakan tersebut berada

di bagian selatan Patahan Palu - Koro. Berdasarkan pola tektonik

tersebut, Cekungan Kutei dan Cekungan Tarakan berada dalam satu

kesatuan pola tektonik (tectonic setting) Kalimantan Timur, di

bagian selatan dan utara kedua cekungan tersebut dipisahkan oleh

dua patahan besar tadi.

Cekungan Tarakan menyebar cukup luas mulai dari Tinggian

Makaliat hingga selatan Sabah. Di bagian tengah Cekungan Tarakan

II-5

GEOLOGI REGIONAL

Page 18: 36 sebatik

Laporan Akhir

terdapat tinggian-tinggian yang lebih kecil ukurannya. Tinggian-

tinggian (antiklin) yang berkembang umumnya berah baratlaut-

tenggara membentuk lapisan sedimen yang cukup tebal yang

dikenal sebagai lapisan pembawa hidrokarbon. Berdasarkan kondisi

geologi dan hasil survei seismik & pemboran yang dilakukan

beberapa perusahaan migas, potensi migas di Blok Ambalat adalah:

minyak mencapai 770 MBBO dan gas mencapai 1.959 BCFG.

Walaupun potensi tersebut tidak sebesar di Blok Bukat, namun bila

termasuk Blok Ambalat Timur, makia potensi tersebut akan jauh

lebih besar lagi.

Ciri-ciri lain dari Blok Ambalat dengan perairan lainnya di

Kalimantan Timur adalah kesamaan morfologi dasar laut, bentuk

paparan dan pola oseanografi (gelombang, arus dan pasang surut).

Hasil Survei Geologi Kelautan di perairan Kalimantan Timur bagian

tengah tahun 1999 (Gambar 2.5) menunjukkan pola perlapisan

batuan dan penyebaran terumbu karang yang sama untuk seluruh

perairan di Kalimantan Timur. Oleh sebab itu, berdasarkan hal

tersebut maka kesatuan dan kelanjutan alamiah kontinen

Kalimantan Timur di Blok Ambalat tak terbantahkan.

2.2 Geologi daerah P. Sebatik dan sekitarnya

Keadaan geologi sekitar daerah telitian dan sekitarnya berdasarkan

sumber data dari pusat penelitian dan pengembangan geologi

kelautan peta lembar geologi tarakan dan sebatik yang disusun oleh

S Hidayat, Amiruddin, dan Saatri Anas 1995.(Gambar 2.6.)

2.2.1 Stratigrafi

Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik adalah sebuah antiklin yang

sumbunya memanjang dari arah barat laut ke tenggara dimana

II-6

GEOLOGI REGIONAL

Page 19: 36 sebatik

Laporan Akhir

GEOLOGI REGIONAL

Gam

bar

2.5

. Rek

aman

sei

smik

yan

g m

enunju

kkan

ben

tuk

pap

aran

dan

ler

eng k

ontinen

Kal

iman

tan T

imur

(Surv

ei P

PPG

L, 1

998).

II-7

Page 20: 36 sebatik

Laporan Akhir

batuan di kawasan perbukitan cenderung lunak, mudah terkikis,

mudah longsor dan beberapa diantarnya mudah mengembang (

Swelling ) hal tersebut terjadi pada singkapan- singkapan alam

lapisan tanah tertutup (soil) umunya tipis.

berdasarkan peta geologi tersebut batuan yang terdapat di daerah

studi terdiri dari (Gambar 2.7):

A. Endapan Alluvial (Holosen)

berupa endapan pantai, sungai, dan rawa yang terdiri dari

lumpur, lanau, pasir, kerikil dan koral uang bersifat lepas.

terutama di sepanjang aliran sungai sungai, pantai dan rawa

B. Formasi Sajau (Plestosen)

terdiri dari batu pasir kuarsa, batu lempung, batu lanau dan

batu bara, lignit dan kolongmerat. setruktur sedimen :

pelasisan silang siur planar dan mangkok bioturbasi, perairan

sejajar, bintil besi,mengandung fosil kayu umumnya

karbonan. formasi ini diendapkan pada lingkungan fluvial

sampai delta dan tabel 600-2000 meter.

C. Formasi Tabul ( Miosen Akhir)

terdiri dari perselingan batu lempung, batu lumpur, batu

pasir, batu gamping, dan batu bara, di bagian atas umumnya

gampingan. fosil petunjuk tidak ditemukan kecuali pecahan

foram besar cylocypeus sp, operculina sp. yang berumur

miosen tengah, dengan pengendapannya delta sampai laut

dangkal, tebal formasi diperkirakan 600 meter.

II-8

GEOLOGI REGIONAL

Page 21: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gam

bar

2.6

Geo

logi Reg

ional

Dae

rah P

erai

ran S

ebat

ik K

alim

anta

n T

imur

(S H

iday

at,

Am

iruddin

, dan

Saa

tri Anas

1995)

II-9

GEOLOGI REGIONAL

Page 22: 36 sebatik

Laporan Akhir

D. Formasi Meliat (Miosen Tengah)

terdiri dari perselingan batu pasir, batu lempung dan

serpihan. dengan sisipan batu bara berstruktur lapisan

bersusun, bioturbasi dan mengandung bintal batu gamping,

dengan kandungan fosil globigerina bulodes, globigerinaoides

obliquus, operculina, flosculinella bernenis. formasi ini diduga

diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai delta paralik.

tabel formasi diperkirakan 800-1000m dan ditindih selaras

oleh Formasi Tabul

E. Sumbatan dan retas (Pleistosen)

terdiri dari andesit, basal,dan desit. andesit, forfirit, dengan

fenokris plagioklas dan piroksen dalam masadasar halus

mengandung plagioklas, kuarsa, piroksen,hornblende, bijih

dan kaca gampingan, sebagian terkloritkan. basal berbutir

halus – afanitik. dasit, forfiris dengan fenokris plagioklas,

kuarsa dan muskovit dalam masadasar plogioklas dan

kuarsa.terkarbonatkan dan saritasi. batuan menerobos

Formasi Sinjin.

2.2.2 Struktur Geologi

Dari hasil pengamatan pada peta geologi serta pengamatan

morfologi di lapangan , struktur geologi yang terdapat di lembar

Tarakan dan Sebatik adalah lipatan, sesar dan kelurusan. lipatan

berupa antiklin dan sinklin dengan sumbu lipatan berarah barat

laut-tanggara dan melibatkan semua formasi batuan dilembar

Tarakan dan Sebatik.

II-10

GEOLOGI REGIONAL

Page 23: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gambar 2.7 Skema Stratigrafi Perairan Sebatik Kalimantan Timur (S Hidayat, Amiruddin, dan Saatri Anas 1995)

II-11

GEOLOGI REGIONAL

Page 24: 36 sebatik

Laporan Akhir

Sesar yang dijumpai pada umumnya berupa sesar normal yang

merupakan hasil pengaktifan kembali sesar-sesar yang terbentuk

sebelumnya. sesar dan kelurusan umunya berarah barat laut-

tenggara dan beberapa berarah barat daya-timur laut. di beberapa

tempat sesar-sesar ini ditempati batuan beku. sebagian dari

struktur yang ditemukan di lembar tarakan dan sebatik ini di

tafsirkan dari citra SAR

Dari pengamatan struktur sedimen dan komposisi batuan tersier,

pada umumnya di duga daerah lembar tarakan dan sebatik telah

mengalami beberapa kali kegiatan tektonika. pengendapan pada

kala tersier diawali oleh pengendapan batu gamping, foraminifera

dan sedimen turbidit dari formasi sembakung pada lingkungan laut

dangkal sampai laut dalam.

Pengangkatan “ daratan sunda “ yang berlangsung pada akhir eosen

telah diikuti oleh penurunan dasar cekungan secara perlahan-lahan

mulai dari kala oligosen sampai miosen akhir. periode ini

merupakan masa pengendapan dalam pola regresi hampir di

seluruh cekungan tarakan yang mengahsilkan endapan paralik

sampai laut dalam yang membentuk runtuhan batuan dari formasi

naintupo, meliat dan tabul. bersam dengan periode ini di daerah

daratan terjadi kegiatan gunung api dan magmatik yang

menghasilkan batuan gunung api formasi jelai dan terobosan

batuan beku granitan.

Periode tektonik selanjutnya berlangsung pada akhir miosen atau

awal pliosen sampai kala plistosen. fase ini merupakan masa

terjadinya kegiatan pengangkatan kembali tepi cekungan yang

ditandai dengan pembentukkan endapan paralik – fluvial delta

seperti batu pasir, batu bara dan batu lempung dari formasi sajau.

pada fase ini juga didaerah daratan terjadi kegiatan gunung api ya g

menghasilkan batuan gunung api dari formasi sinjin dan terobosan

II-12

GEOLOGI REGIONAL

Page 25: 36 sebatik

Laporan Akhir

andesit, dasit dan basal, yang berupa sumbat dan retas. kegiatan

tektonik terakhir terjadi kala plistosen menghasilkan perlipatan dan

sesar yang membentuk struktur geologi seperti sekarang.

Struktur geologi yang berkembang pada daerah studi berupa

struktur lipatan antara lain berupa antilkin dan sinklin sinklin.

struktur patahan (sesar ) tidak dijumpai disekitar pulau nunukan.

Formasi Naintupo, Meliat dan Tabul. bersama dengan periode ini

didaerah daratan terjadi kegiatan gunung api dan magmatik yang

menghasilkan batuan gunung api formasi jelai dan terobosan

batuan beku granitan.

Periode tektonik selanjutnya pada akhir miosen atau awal pliosen

sampai kala plistosen. fase ini merupakan masa terjadinya kegiatan

pengangkatan kembali tepi cekungan yang ditandai dengan

pembentukkan endapan paralik – fluvial seprti batu pasir, batu

bara, dan batu lempung dari formadsi sajau. pada masa ini juga

didaerah daratan terjadi kegiatn gunung api yang menghasilkan

batuan gunung api dari formasi sinjin dan terobosan andesit, dasit

dan basal, yang berupa sumbat dan retas. kegiatan tektonik

terakhir terjadi pada kal plistosen menghasilkan perlipatan dan

sesar yang membentuk struktur geologi seprti sekarang.

Struktur geologi yang berkembang pada daerah studi berupa

struktur lipatan antara lain berupa antiklin dan sinklin sinklin.

struktur patahan( sesar ) tidak dijumpai disekitar pulau nunukan.

II-13

GEOLOGI REGIONAL

Page 26: 36 sebatik

Laporan Akhir

BAB III

METODA DAN PERALATAN

PENYELIDIKAN

Metoda penyelidikan meliputi penentuan posisi, pengamatan

parameter hidro-oseanografi, perekaman data geifisika,

pengamatan kondisi geologi termasuk karakteristik pantai dan

percontohan sedimen serta analisa laboratorium.

3.1 PENENTUAN POSISI

Penentuan posisi dan lintasan survey dari seluruh kegiatan lapangan

yang diinstal di kapal menggunakan Differential Global Positioning

System (DGPS) TYPE C NAV 272281 (Foto 3.1) yang telah

diintegrasikan dengan personal computer (pc) atau laptop sehingga

dapat langsung diakses dan diproses di lapangan sedangkan untuk

kegiatan di darat dan pantainya menggunakan garmin iii plus. Alat

ini bekerja dengan dukungan minimal 8 (delapan) satelit, dimana

setelah diaktifkan dan deprogram akan terlihat posisi titik-titik

koordinat secara geografis dalam bentuk lintang dan bujur dengan

bidang proyeksi universal transver mercator (utm) yang dapat

disimpan dan langsung dibaca pada layer monitor, dimana PDOP

yang diambil kurang dari 2.

Pengambilan data lintasan penelitian kedalaman dasar laut

dilakukan dengan rentang waktu setiap 1 (satu) menit, begitu pula

untuk data lintasan seismik. Sebelum melaksanakan pengambilan

III -1

METODA & PERALATAN

Page 27: 36 sebatik

Laporan Akhir

data, target posisi kapal disesuaikan dengan rencana lintasan yang

telah diplot kedalam perangkat GPS, sehingga semua olah gerak

kapal, termasuk arah haluan (heading), posisi kapal (pos), arah

terhadap target berikutnya (azimuth) maupun jaraknya dapat

dipantau dan diikuti melalui monitor.

Foto 3.1 Global Positioning System (DGPS) TYPE C NAV 272281

Alat penunjang penentu posisi adalah theodolit, waterpass yang

dilengkapi oleh statif dan rambu ukur. Datum yang digunakan

dalam survei ini adalah WGS-84 sesuai datum pada peta dasar.

Cara pengukuran, terutama untuk pengukuran kontinyu pada

lintasan kapal untuk pemetaan kedalaman laut, diperoleh dari

pengolahan data digital posisi menggunakan Paket Program

Modifikasi PPPGL. Dalam hal kehilangan data akibat posisi orbit

satelit, digantikan oleh asumsi gerak linear kapal pada haluan dan

kecepatan kapal yang konstan.

3.2 HIDRO-OSEANOGRAFI

Penyelidikan geofisika dan hidro-oseanografi merupakan salah satu

metoda penting dalam pemetaan dinamika pantai dari sudut

III -2

METODA & PERALATAN

Page 28: 36 sebatik

Laporan Akhir

pertimbangan karakteristik laut lokal. Parameter laut yang akan

diamati antara lain meliputi :

Pengukuran pasang surut, arus (secara statis dan dinamis) dan

gelombang.

3.2.1 PENGUKURAN PASANG SURUT

Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara

hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama

bulan dan matahari. Pengukuran pasang surut dilaksanakan dengan

menggunakan rambu pasang surut yang diamatai setiap interval 1

(satu) jam selama survey berlangsung khususnya untuk koreksi

terhadap kedalaman hasil pemeruman.

Dengan menggunakan Bench Mark (BM) yang sudah ada, maka

lokasi pengukuran pasang surut diasumsikan base station untuk

pengukuran posisi lintasan kapal. Tujuan dari pengukuran pasang

surut ini adalah untuk menghitung nilai koreksi terhadap peta

batimetri.

Data hasil pengukuran dengan interval pengukuran satu jam

tersebut diuraikan menjadi komponen harmonik. Hal ini

dimungkinkan karena pasang surut bersifat sebagai gelombang, dari

nilai amplitudo dan periode masing-masing komponen pasang surut

tersebut dapat di analisis karakteristik pasang surutnya melalui

penjumlahan komponen pasang surut yang ada.

Metode yang digunakan dalam pengolahan data pasang surut ini

adalah metode harmonik British Admiralty untuk menghitung

konstanta harmonik yang terdiri atas: paras laut rata-rata (mean

sea level), amplitudo dan fasa yang terdiri atas 9 (sembilan)

komponen utama pasang surut, yaitu: M2, S2, N2, K1, O1, M4,

MS4, K2 dan P1; dengan keterangan sebagai berikut:

III -3

METODA & PERALATAN

Page 29: 36 sebatik

Laporan Akhir

An : Amplitudo harmonik ke-n g(O) : Fase perlambatan S0 : Paras laut rata-rata M2 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh posisi

bulan S2 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh posisi

matahari N2 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh perubahan

jarak bulan K2 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh perubahan

jarak matahari O1 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi

bulan P1 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi

matahari K1 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi

matahari dan bulan M4 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh pengaruh

ganda M2 MS4 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh interaksi

antara M2 dan S2

Konstanta harmonik di atas diperoleh melalui persamaan

harmonik :

A(t) = S0 + ∑ An cos(wt.Gn) A(t) : Amplitudo S0 : Tinggi paras air laut rata-rata di atas titik nol

rambu amat An : Amplitudo komponen harmonik pasang

surut Gn : Fase komponen harmonik pasang surut

N : Konstanta yang diperoleh dari perhitungan astronomis

wt : Waktu

Konstanta pasang surut ini digunakan untuk menghitung kedudukan

muka air rata-rata dan kedudukan muka air rendah terendah.

Selanjutnya data ini digunakan untuk mengoreksi harga batimetri.

III -4

METODA & PERALATAN

Page 30: 36 sebatik

Laporan Akhir

Koreksi dilakukan dengan cara mengoreksi harga batimetri terhadap

harga muka air rata-rata di lokasi pengamatan, selanjutnya data

hasil koreksi ini dikurangkan terhadap posisi air rendah terendah

yang dijadikan patokan.

Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut

setiap hari. Secara kuantitatif, tipe pasang surut suatu perairan

dapat ditentukan oleh perbandingan antara amplitudo (tinggi

gelombang) unsur-unsur pasang surut tunggal utama dan unsur-

unsur pasang surut ganda utama. Perbandingan ini dinamakan

bilangan Formzahl yang mempunyai persamaan:

A(O1) + A(K1) Harga indeks Formzahl (F) =

A(M2) + A(S2)

3.2.2 Pengukuran. Arus

Pengukuran arus dimaksudkan untuk mendapatkan data kecepatan

dan arah arus yang merupakan penyebab terjadinya pengangkutan

sedimen (sedimen transport) baik di dekat muara sungai atau di

laut. Peralatan pengukuran arus statis menggunakan :

Valeport/106 (Foto 3.2) dengan meletakkan alat tersebut disuatu

tempat yang dipengaruhi oleh arus. Pengamatannya dilakukan

setiap satu jam sekali selama minimal 26 jam. Alat diturunkan pada

kedalaman setiap 0.6 kali kedalaman air.

3.2.3. Pengukuran Gelombang

Salah satu penyebab perubahan garis pantai adalah diakibatkan

oleh aksi gelombang serta dapat juga menimbulkan kerusakan-

kerusakan pada bagunan pinggir pantai dengan adanya pengikisan

(abrasi) dan pemacuan proses sedimentasi. Oleh karena itu

karakteristik dan mekanisme gelombang ini perlu dipelajari dengan III -5

METODA & PERALATAN

Page 31: 36 sebatik

Laporan Akhir

melakukan pengamatan gelombang dan pemisahan frekuensi

kejadian angin. Peralatan yang dipergunakan adalah : peilschall

gelombang

Foto 3.2 Alat pengukururan arus Statis Type Valeport/106

3.2.4 Analisa Data Angin

Analisis ini merupakan bagian dari analisis gelombang. Data angin

permukaan yang digunakan pada penyelidikan ini merupakan data

sekunder yang diperoleh dari Stasion Meteorologi Kendari.

Dari data tersebut kemudian dipilih angin-angin kuat pada setiap

arah angin dari bulan Januari sampai Desember dengan kecepatan

lebih dari 10 knot karena dianggap dapat membangkitkan

gelombang laut (Bretschneider, 1954 ; P.D. Komar, 1974).

3.3 GEOFISIKA

Metoda penelitian geosisika meliputi pemeruman dan perekaman

seismik pantul dangkal. Posisi koordinat data pemeruman dan

seismik dibaca dalam waktu selang 2 menit.

III -6

METODA & PERALATAN

Page 32: 36 sebatik

Laporan Akhir

3.3.1 Pemeruman (Sounding)

Pemeruman (sounding) dimaksudkan untuk mengukur dan

mengetahui kedalaman dasar laut daerah penelitian berikut pola

morfologi dasar lautnya. Kegiatan ini menggunakan alat perum

gema Echosounder 200/50 KHz merk Odom Hydrotrack (Foto 3.3)

yang bekerja dengan prinsip pengiriman pulsa energi gelombang

suara melalui transmitting transducer secara vertikal ke dasar laut.

Kemudian gelombang suara yang dikirim ke permukaan dasar laut

dipantulkan kembali dan diterima oleh receiver tranducer. Sinyal-

sinyal tersebut diperkuat dan direkam pada recorder dalam bentuk

grafis maupun digital.

Posisi transducer echosounder berada 0,5 meter dari permukaan air

di sebelah kiri kapal dan berjarak lebih-kurang 3 meter dari antena

GPS.

Foto 3.3 Instrumen pengukur kedalaman dasar laut Echosounder 200/50

KHz tipe Odom Hydrotrack

Data pemeruman digunakan untuk mendapatkan data kedalaman

laut sebagai bahan pembuatan peta kedalaman laut (batimetri),

mengetahui morfologi dasar laut dan kemantapan lereng dasar laut.

Selain itu juga untuk pengontrol hasil rekaman seismik dan

pengambilan contoh sedimen permukaan dasar laut.

III -7

METODA & PERALATAN

Page 33: 36 sebatik

Laporan Akhir

Data hasil pembacaan alat yang diperoleh dilakukan suatu koreksi

terhadap data hasil pengamatan pasang surut dengan penentuan

kedalaman yang terkoreksi yaitu terhadap muka air rata-rat (MSL).

Adapun Persamaan yang digunakan adalah sbb:

C = B - MSL

E = D - C + d

dengan :C = Faktor koreksi pasang surut B = Nilai tinggi air/pasang surut terukur di lapangan D = Nilai kedalaman tanpa koreksi E = Nilai kedalaman terkoreksi D = faktor draft kapal

3.3.2 SEISMIK PANTUL DANGKAL

Seismik pantul dangkal saluran tunggal bekerja dengan prinsip

pengiriman gelombang akustik yang ditimbulkan oleh Boomer ke

bawah permukaan laut dan Hidrofone menerima kembali sinyal

yang dipantulkan setelah melalui media lapisan bawah laut.Sinyal

yang diterima akhirnya direkam dan akan tampak sebagai

penampang horison-horison seismik pada kertas rekaman.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh ketebalan lapisan

termuda (isopach) terutama yang diduga sebagai tempat

terakumulasinya mineral berat permukaan dasar laut dan untuk

mengetahui penyebaran serta penerusannya secara horisontal

berikut interpretasi ketebalannya.

Metoda ini menggunakan sistem perangkat seismik pantul dangkal

berresolusi tinggi tipe sparker cumi (Foto 3.4) dengan sumber

energi 300 joule, lintasan kurang lebih bersamaan dengan lintasan

pemeruman. Metoda ini merupakan metoda yang dinamis dan

menerus dengan memanfaatkan hasil pantulan gelombang akustik

oleh bidang pantul akibat adanya perbedaan berat jenis pada bidang

batas antara lapisan sedimen yang satu dengan yang lainnya.

III -8

METODA & PERALATAN

Page 34: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gelombang atau signal yang dipantulkan oleh permukaan dasar laut

akan ditangkap oleh hydrophone yang diletakkan 8-12 meter di

belakang buritan kapal dan dikirim melalui kabel hydrophone

sepanjang 3-5 meter untuk direkam oleh graphic recorder . Filter

dibuka antara 800 hingga 6000 Hz. Perekaman menggunakan

kecepatan firing 1 second dan kecepatan sweep ½ second

kemudian direkam menggunakan graphic recorder EPC/1086 (Foto

3.5).

3.3.3 SIDE SCAN SONAR

Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran lateral dari

permukaan dasar laut serta rona dari material penyusunnya. Alat ini

terdiri dari tow fish yang berfungsi

mengirim gelombang akustik ke bawah permukaan laut sekaligus

menerima kembali sinyal yang dipantulkan setelah melalui media

lapisan bawah laut.Sinyal yang diterima akhirnya direkam dan akan

tampak gambaran lateral serta rona dari permukaan dasar laut yang

direkam dalam . laptop guna dilakukan pemrosesan lanjut.

Dalam kegiatan lapangan ini digunakan jenis alat Side Scan Sonar

Type Klein 3000 (Tow Fish) (Foto 3.6)

3.4 GEOLOGI KELAUTAN

Penyelidikan geologi kelautan meliputi pengamatan karakteristik

pantai, pengambilan contoh sedimen pantai maupun sedimen

permukaan dasar laut.

III -9

METODA & PERALATAN

Page 35: 36 sebatik

Laporan Akhir

Foto 3.4 Perangkat seismik Sparker Cumi

Foto 3.5 Panel perekaman data seismik analog dari model EPC/1086

III -10

METODA & PERALATAN

Page 36: 36 sebatik

Laporan Akhir

Foto 3.6 Alat Side Scan Sonar Type Klein 3000 (Tow Fish)

3.4.1 Pemetaan Karakteristik Pantai

Pengamatan dan pemetaan karakteristik pantai dilakukan dengan

peta kerja dari DISHIDROS dan BAKOSURTANAL untuk mengetahui

sampai sejauh mana pengaruh energi laut (arus, gelombang) dan

aktivitas manusia terhadap

perkembangan pantai (maju dan mundurnya garis pantai)dengan

cara pengamatan visual di lapangan terutama dilakukan untuk

mengetahui beberapa parameter pantai antara lain :

• Morfologi pantai dengan pengukuran profil pantai untuk

mengetahui perbedaan relief pantai.

• Kondisi geologi dengan cara diskripsi dan pengambilan contoh

batuan/material penyusun pantai dan tingkat resistensinya,

penetuan posisi dengan GPS, selanjutnya dari contoh tersebut

III -11

METODA & PERALATAN

Page 37: 36 sebatik

Laporan Akhir

dianalisa besar butirnya sehingga dapat menjelaskan tentang

pasokan sedimen.

• Karakteristik garis pantainya meliputi jenis pantainya, kondisi

garis pantainya (abrasi, sedimentasi, stabil, arah pengangkutan

sedimen), dan identifikasi jenis tumbuhan pantai.

Hasil akhir dari pemetaan karakteristik pantai disajikan berupa peta

yang nantinya diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar

pengembangan kawasan pantai.

3.4.2 PENGAMBILAN CONTOH SEDIMEN PANTAI DAN DASAR

LAUT

Pengambilan contoh sedimen pantai dilakukan bersamaan dengan

karakteristik pantai. Sedimen yang diambil berupa sedimen lepas

berukuran pasir yang terletak di daerah gisik pantai (beach) dan

diambil menggunakan sekop kecil atau tangan lalu dimasukkan ke

dalam kantong plastik.

Pengambilan contoh sedimen dasar laut ini dilaksanakan secara

sistematik pada lokasi-lokasi yang diharapkan mewakili keseluruhan

daerah penyalidikan. Selanjutnya contoh sedimen tersebut

dideskripsi dan dianalisa di laboraturium sehingga nantinya dari

data-data tersebut akan dihasilkan suatu peta sebaran sedimen

permukaan dasar laut.

Peralatan pengambil contoh sedimen dasar laut terdiri dari :

Pemercontoh comot / Grab Sampler (Foto 3.7)

III -12

METODA & PERALATAN

Page 38: 36 sebatik

Laporan Akhir

3.4.3 BOR TANGAN

Yang dimaksud pemboran disini ialah guna mendapatkan contoh

tanah asli dan tanah tidak asli yang direncanakan pada beberapa

lokasi terpilih. Adapun alat yang digunakan berupa bor tangan jenis

Hand Auger (Foto 3.8).

3.4.4 PEMBORAN INTI

Yang dimaksud pemboran inti yaitu kegiatan pengambilan contoh

batuan/tanah baik yang terganggu maupun tidak terganggu, serta

memperoleh data Standart Penetration Test (SPT) dari tiap lapisan

guna mendapatkan contoh untuk dianalisa lebih teliti dan

mengetahui kondisi vertikal dari batuan/tanah daerah penyelidikan.

Kegiatan Pemboran ini dilakukan pada dua lokasi dengan masing-

masing kedalaman 60 m. (Foto 3.9). Diharapkan dari data

pemboran ini akan didapat informasi selengkap-lengkapnya meliputi

keadaan geologi, sifat fisis dan mekanis yang dapat ditentukan baik

melalui proses penyelidikan lanjutan di laboratorium maupun

dengan melakukan percobaan-percobaan setempat.

Foto 3.7 Pemercontoh Inti Comot / Grab Sampler

III -13

METODA & PERALATAN

Page 39: 36 sebatik

Laporan Akhir

Foto 3.8 Pelaksana pengambilan contoh dengan bor tangan

Foto 3.9 Pelaksana pemboran inti

III -14

METODA & PERALATAN

Page 40: 36 sebatik

Laporan Akhir

3.5 ANALISA LABORATORIUM

Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan di lapangan, baik

merupakan kegiatan analisa di laboratorium maupun kegiatan

penafsiran dari data-data yang diperoleh di lapangan. Kegiatan ini

pada dasarnya meliputi:

3.5.1 Analisa Besar Butir

Analisis besar butir dihasilkan dari pengambilan contoh dengan grab

sampler berkisar antara 1 Kg hingga 1,5 Kg . Tujuan dari

pengambilan contoh ini adalah untuk mengetahui sebaran sedimen.

Data yang dianalisis sebanyak 0,5 kg, dan sisanya disimpan pada

cool storage di PPPGL Cirebon. Secara umum analisis besar butir ini

dilaksanakan melalui metoda pengayakan dan pipet, kemudian

diklasifikasi menurut Klasifikasi Folks (1980). Prosedur umum

laboratorium untuk analisis besar butir dapat diterangkan sebagai

berikut (Foto 3.10):

a. Sampel basah + 1 Kg di aduk homogen

b. Sampel basah + 500 gram dikeringkan pada suhu 110 o Celcius

c. Setelah sampel kering, ditimbang untuk berat asal sebanyak

100 gram

d. Sampel direndam + sehari semalam, selanjutnya dimasukkan

pada sampel stirrer (pengaduk contoh), supaya butiran lebih

cepat terpisah

e. Sampel basah dengan saringan 4 phi, untuk memisahkan

butiran lumpur dengan butiran di atasnya

f. Sampel pan (di bawah 4 phi) dan butiran di atasnya

dikeringkan

g. Sampel butiran di ayak kering dengan menggunakan sieve

shaker, dengan interval ayakan 0,5 phi + 10 menit (ayakan

mulai dari -2,0 phi s/d 4,0 phi)

III -15

METODA & PERALATAN

Page 41: 36 sebatik

Laporan Akhir

h. Hasil tiap ayakan ditimbang dan ditulis dalam bentuk tabular

i. Jika hasil ayak basah lebih dari 20 gram (lebih dari 20%)

sampel diambil 20 gram untuk dipipet, jika kurang dari 15

gram sampel tidak dipipet

j. Untuk sampel yang berdasarkan hasil deskripsi ahli geologi

berbutir lumpur/lempung, pengerjaannya langsung dikeringkan

contoh basah + 100 gram, setelah dikeringkan, diambil 20

gram contoh untuk berat asal pipet

k. Pemipetan memakai tabung gelas dengan volume 1000 ml dan

pipa kapiler 20 ml, untuk mendapatkan ukuran butiran

4,5,6,7,8 phi.

3.5.2 Analisa Sayatan Oles

Metode analisa sayatan oles diperoleh dengan cara meletakkan

sejumlah sedimen lepas pada permukaan kaca preparat lalu

kemudian dilem dengan menggunakan Canada Balsam lalu ditutup

lagi oleh kaca preparat. Preparasi contoh yang sudah siap ini

kemudian diperiksa dibawah mikroskop binokuler mengenai

kelimpahan Biogenik, bukan biogenik, dan Autigenik serta ukuran

besar butir sedimen lepas yang diperiksa.

3.5.3 Analisa Mineral Berat

Terdapat beberapa metoda untuk memisahkan jenis mineral yang

terdapat di dalam sedimen lepas (pasir, lanau, dan lempung) antara

lain: pemisahan mineral magnetik (magnetik separator), pemisahan

dengan cairan berat (heavy liquid) (Foto 3.11). Standar pengujian

dan klasifikasi yang digunakan adalah secara petrografi (point

counter method) dengan menggunakan mikroskop binokuler

(Muller, 1967).

III -16

METODA & PERALATAN

Page 42: 36 sebatik

Laporan Akhir

Metoda Cairan Berat (Heavy Liquid) yang digunakan untuk studi

analisis mineral berat umumnya dilakukan pada sedimen pasir yang

berukuran butir antara 0.05 mm dan 0.063 mm (3 phi, pasir

sedang-halus). Mineral berat yang dianalisis adalah mineral yang

mempunyai Berat Jenis (BJ) lebih besar dari 2.88 gr/cc (cairan

Bromoform). Berat contoh sedimen dengan ukuran butiran diatas

yang umum adalah lebih kurang 20 gram yaitu untuk mengurangi

penggunaan cairan Bromoform yang tidak efisien. Cairan pembilas

Bromoform dari mineral berat dan mineral ringan lainnya yang

digunakan adalah Benzol, CCl4 yaitu cairan khusus pembilas

Bromoform agar BJ Bromoform-nya relatif lama bisa digunakan.

Temperatur dan kelembaban ruang juga sangat berpengaruh

terhadap perubahan BJ Bromoform.

Mineral berat yang terkonsentrasikan hasil cairan berat dipisahkan

dari mineral magnetik dan bukan magnetik dengan menggunakan

magnet tangan dan Electromagnetic Separator untuk mendapatkan

prosentase dan jenis mineral magnetik yang lebih rinci.

Metoda petrografi berdasarkan sifat-sifat fisik optik mineral tersebut

digunakan untuk mengetahui jenis mineral berat magnetik dan

bukan magnetik secara lebih akurat.

3.5.4 Analisa Fosil Mikrofauna

Analisis mikrofauna dilakukan dari contoh sedimen dasar laut yang

dikoleksi dengan menggunakan penginti jatuh bebas (gravity corer)

dan penginti comot (grab sampler). Di laboratorium preparasi

contoh, dengan berat kering yang sama (25 gram), kemudian

contoh sedimen kering dicuci dengan menggunakan ayakan

III -17

METODA & PERALATAN

Page 43: 36 sebatik

Laporan Akhir

berukuran bukaan 2, 3, dan 4 phi. Contoh hasil cucian dari masing-

masing ayakan kemudian dikeringkan dalam oven dan siap

Foto 3.10 Perangkat pengayakkan besar butir untuk sedimen kasar (a) dan sedimen halus/ lumpur (b)

Foto 3.11 Lemari asam untuk analisa mineral berat secara wet method

III -18

METODA & PERALATAN

Page 44: 36 sebatik

Laporan Akhir

digunakan untuk studi mikrofauna. Studi mikrofauna yang meliputi

ostracoda dan foraminifera dilakukan pada empat puluh tujuh

contoh sedimen hasil cucian (washed residue). Analisis ostracoda

dilakukan hingga tingkat spesies bila memungkinkan dan

perhitungan spesimen / individu tiap spesies/jenis. Sedangkan

analisis foraminifera hanya dilakukan sepintas sebagai pembanding

dan penunjang atau informasi tambahan apabila tidak ditemukan

ostracoda. Kemudian di lakukan penghitungan indeks diversitas

/H(S) yaitu nilai keanekaragaman spesies dalam setiap contoh yang

diperoleh dari rumus Shannon-Weaver dalam suatu paket program

komputer yang dibuat oleh Bakus (1990) yaitu:

H’ = - Σpi log pi

dimana: H’ = indeks diversitas/keanekaragaman pi = ni /N

Σ = jumlah ni = jumlah spesimen dari spesies i1, i2, i3, dst N = jumlah total spesimen

3.5.5 Analisa Geoteknik

Untuk mengetahui lebih rinci mengenai sifat fisik dan keteknikan

dari contoh tanah/sedimen hasil pemboran tersebut telah dilakukan

beberapa pengujian di laboraturium atau pengujian mekanika tanah

”Engineering Properties” pada contoh tanah tidak terganggu

(Undisturb Sample). Disamping itu dilakukan juga pengujian “Index

Properties” berupa “grains size analysis” terhadap contoh tanah

terganggu (disturbed sample) pada contoh bor inti terpilih,

sedangkan untuk mengetahui kerapatan relatif material/sedimen

berdasarkan nilai SPT.

III -19

METODA & PERALATAN

Page 45: 36 sebatik

Laporan Akhir

Klasifikasi tanah yang umumnya digunakan untuk kepentingan

geoteknik adalah klasifikasi USCS. Klasifikasi tanah dari sistem ini

pertama kali diusulkan oleh Arthur Cassagrande (1942).

Tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir), distribusi dari tanah

berbutir kasar dapat ditentukan dengan cara menyaringnya lewat

satu unit saringan standar (ASTM), jika prosentase lolos saringan

No. 200 kurang dari 50 %, dan simbol-simbol yang dipergunakan

adalah G = kerikil (gravel), S = pasir (sand),

W = gradasi baik (Well-graded), P = gradasi buruk (poorly graded).

Sedangkan tanah berbutir halus, jika prosentase lolos saringan No.

200 lebih dari 50 %, dan simbol-simbol yang dipergunakan adalah

M = lanau, C = lempung dan O = organik. Berdasarkan data hasil

sampling yang dianalisis menggunakan metoda pengujian besar

butir diperoleh hasil pada umumnya adalah dari jenis butiran

umumnya berukuran kasar.

Uji konsolidasi

Data yang diperoleh dari uji konsolidasi disajikan dalam bentuk

penurunan terhadap waktu dan tergambar dalam bentuk kurva

(Lampiran hasil uji konsolidasi). Selanjutnya kurva tersebut dapat

dipergunakan untuk memperoleh tingkat konsolidasi.

Koefisien konsolidasi (Cv)

Untuk suatu penambahan beban yang diberikan pada suatu contoh

tanah terdapat dua metoda grafis yang umum dipakai untuk

menentukan harga Cv yaitu metoda logaritma-waktu (logarithm of

time method) yang diperkenalkan oleh Casagrande dan fadium

(1940), sedangkan metoda yang lain adalah metoda akar waktu (

Square root of time method) yang diperkenalkan oleh Taylor

III -20

METODA & PERALATAN

Page 46: 36 sebatik

Laporan Akhir

(1942). Metoda yang kedua tersebut adalah metoda yang dipakai

dalam penentuan harga koefesien konsolidasi (Cv).

Harga koefisien refleksi tersebut didapat dari rumus :

0,848 X H2

Cv = ---------------

T90

Dimana :

T90 = waktu untuk mencapai 90% konsolidasi H = ½ tinggi benda uji rata-rata Penurunan tanah akibat pembebanan pada masing-masing lokasi dapat dilihat pada lampiran hasil pengujian konsolidasi.

Indeks pemampatan (Compression indeks, Cc)

Nilai Indeks pemampatan Cc, didapat melalui penggambaran harga

angka pori e terhadap log p (lihat lampiran V hasil pengujian

konsolidasi). Harga indeks pemampatan dapat digunakan untuk

menghitung besarnya penurunan yang terjadi sebagai akibat

konsolidasi. Disamping itu, harga indeks pemampatan ini dapat

digunakan untuk menghitung harga coefisient of compressibility

(av), harga coefisient of volume compressibility (mv) dan harga

koefsien rembesan (k).

Indeks pemampatan (Cc) berhubungan dengan berapa besarnya

konsolidasi atau penurunan yang akan terjadi, sedangkan koefisien

konsolidasi (Cv) berhubungan dengan berapa lama suatu

konsolidasi tertentu akan terjadi.

Pengujian kuat geser (Triaxial)

Pengujian kuat geser dari contoh tanah di daerah telitian dilakukan

hanya pada beberapa contoh yang mewakili yaitu berupa contoh

tanah asli (undistubed-sample) dan contoh tanah terganggu

III -21

METODA & PERALATAN

Page 47: 36 sebatik

Laporan Akhir

(disturbed-sample), namun semua contoh tersebut tersimpan di

dalam tabung dengan maksud menjaga kondisinya terutama kadar

air dan susunan tanah dilapangan. Kuat geser tanah adalah gaya

perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan

atau tarikan. Dengan dasar pengetian ini, bila tanah mengalami

pembebanan akan ditahan oleh :

• Kohesi tanah tergantung pada jenis tanah dan kepadatannya,

tetapi tidak tergantung dari tegangan vertikal yang bekerja pada

bidang gesernya.

• Gesekan antar butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus

dengan tegangan vertikal pada bidang gesernya.

Kuat geser tidak memiliki satu nilai tunggal tetapi dilapangan sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

Keadaan tanah, angka pori ukuran butir dan bentuk butir.

Jenis tanah seperti, pasir, berpasir, kerikil, lempung, atau jumlah

relatif dari bahan-bahan yang ada.

Kadar air, terutama untuk lempung (sering berkisar dari sangat

lunak sampai kaku, tergantung pada nilai w).

Jenis beban dan tingkatnya, beban yang cepat akan

menghasilkan tekanan pori yang berlebih.

Anisotropis, kekuatan yang tegak lurus terhadap bidang dasar

akan berbeda jika jika dibandingkan dengan kekuatan yang

sejajar dengan bidang tersebut.

Hipotesis pertama mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh

Coulomb (1773), sebagai :

s = c + vσ

Dimana :

s = kuat geser pada bidang yang ditinjau

III -22

METODA & PERALATAN

Page 48: 36 sebatik

Laporan Akhir

c = kohesi atau pengaruh tarikan antar partikel, hampir tidak tergantung pada tegang normal pada bidang.

σ = tegangan normal pada bidang yang ditinjau v = koefisien friksi antara bahan-bahan yang bersentuhan.

Persamaan diatas disebut kriteria keruntuhan atau kegagalan Mohr-

Coulomb, dimana garis selubung kegagalan dari persamaan

tersebut dilukiskan dalam lampiran.

Tegangan-tegangan efektif yang terjadi di dalam tanah sangat

dipengaruhi oleh tekanan air pori. Terzaghi (1925) mengubah

rumus Coulomb dalam bentuk tegangan efektif sebagai berikut:

s = c' + (σ-u) tg φ'

s = c' + σ' tg φ'

dengan

c' = kohesi tanah efektif σ' = tegangan normal efektif u = tekanan air pori φ' = sudut gesek dalam tanah efektif

Kuat geser tanah juga bisa dinyatakan dalam bentuk

tegangan-tegangan efektif σ1' dan σ3' pada saat keruntuhan terjadi.

Lingkaran Mohr dalam bentuk lingkaran tegangan, dengan

koordinat-koordinat γ dan σ', seperti yang terlihat pada lampiran

data pemeriksaan triaxial.

Persamaan tegangan geser, dinyatakan oleh:

γ = 1/2 (σ1' - σ3') sin 2θ

σ =1/2(σ1' +σ3')+1/2(σ1' -σ3') cos 2θ

dengan θ adalah sudut teoritis antara bidang horizontal dengan

bidang longsor, yang besarnya:

θ = 45° + φ' / 2

III -23

METODA & PERALATAN

Page 49: 36 sebatik

Laporan Akhir

Prosedur uji kuat geser

Pelaksanaan uji kuat geser tanah lempung di daerah telitian dengan

cara ”unconsolidated undrained” (tanpa terkonsolidasi-tanpa

drainasi), dimaksudkan untuk mendapatkan nilai seperti pada

kondisi tempat aslinya, dimana angka pori benda uji pada

permulaan pengujian tidak berubah dari nilai aslinya pada tempat

kedalaman contohnya.

Benda uji mula-mula dibebani dengan penerapan tegangan sel

(tegangan keliling), kemudian dibebani dengan beban normal,

melalui penerapan tegangan deviator sampai mencapai keruntuhan.

Pada penerapan tegangan deviator selama penggeserannya, tidak

diizinkan air keluar dari benda ujinya. Jadi selama pengujian katup

drainasi ditutup. Karena pada pengujiannya air tidak diizinkan

mengalir keluar, beban normal tidak ditransfer ke butiran tanahnya.

Pertama, tegangan sel (σ3) diterapkan, setelah itu tegangan

deviator (Δσ) dikerjakan sampai terjadi keruntuhan. Untuk

pengujian ini :

- Tegangan utama mayor total = σ3 + Δσf = σ1

- Tegangan utama minor total = σ3

Persamaan kuat geser pada kondisi undrained dapat dinyatakan

dalam persamaan :

su = cu = σ1 - σ3 = Δσf

2 2

Penafsiran uji kuat geser

Data yang diperoleh dari uji kuat geser disajikan dalam bentuk

kriteria keruntuhan atau kegagalan Mohr-Coulomb tergambar dalam

bentuk kurva (Lihat lampiran hasil uji kuat geser). Selanjutnya

kurva tersebut dapat dipergunakan untuk memperoleh nilai kohesi

tanah (c) dan sudut gesek dalam tanah.

III -24

METODA & PERALATAN

Page 50: 36 sebatik

Laporan Akhir

3.5.6 Analisa Geokimia dan Lainnya

Analisa ini dilakukan dengan metoda Atomic Absorption

Spectrometric (AAS); (Foto 3.9) untuk mengindentifikasi secara

khusus unsur logam seperti Au, Cu, Zn dll termasuk konsentrasinya,

analisa unsur utama (major element) guna mengetahui komposisi

utama pembentuk batuan, selain juga diperlukan analisa titrasi

untuk mengetahui beberapa unsur (senyawa) tertentu.

METODA & PERALATAN

Foto 3.9 Seperangkat alat AAS (tabung pengukur unsur & display

3.5.7. Analisa Scanning Electron Microscope (SEM)

Pelapukan akibat reaksi kimia menghasilkan susunan kelompok

pertikel berukuran koloid dengan diameter butiran lebih kecil dari

0.002 mm, yang disebut mineral lempung. Tanah lempung

mempunyai sifat sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya permukaan.

Macam mineral yang diklasifikasikan sebagai mineral lempung

(Kerr,1959) diantaranya terdiri dari kelompok-kelompok

motmorillonite, illite, kaolinite, dan polygorskite. Analisa tanah

lempung berdasarkan SEM dimaksudkan untuk mengetahui

kelompok-kelompok dari mineral lempung tersebut.

III -25

Page 51: 36 sebatik

Laporan Akhir

Preparasi contoh tanah dilakukan dengan pemecahan contoh sesuai

pecahan aslinya untuk mendapatkan mikrostruktur dari cintoh

aslinya, dengan menggunakan lem konduktif (Dotite dan pasta

perak) ditempelkan pada specimen holder dan dibersihkan dengan

hand blower untuk menghilangkan debu-debu pengotor.

Selanjutnya diberi lapisan tipis (coating) oleh gold-paladium (Au

:80% dan Pd :20%), dengan menggunakan mesin Ion SputterJFC-

1100 akan didapatkan tebal lapisan 400 amstrong. Coating ini

dimaksudkan agar benda uji yang akan dilakukan pemotretan

menjadi penghantar listrik. Contoh/benda uji dimasukan kedalam

specimen Chamber pada mesin SEM (JSM-35 C), untuk dilakukan

pemotretan.

3.5.8. Analisa X Ray Diffraction (XRD)

Dengan meningkatnya keteraturan struktur kristal tetrahedral SiO4

atau derajat kristalisasinya, mineral silika non- dan mikrokristalin

dapat diurutkan sebagai berikut: opal-A, opal-CT, opal-C, tridimit,

kristobalit, dan kuarsa. Karena ukurannya yang lebih halus dari 50 µ

m, mineral-mineral ini sulit dibedakan secara petrografi.

Salah satu metode yang dapat membedakannya adalah metode

difraktometer sinar-X (XRD = X-ray Diffraction) yang menganalisis

mineral berdasarkan struktur kristalnya. Silika non-kristalin, disebut

opal-A, memberikan pola XRD yang amorf, yaitu menunjukkan

sebuah hump (undukan) dengan intensitas maksimum di sekitar 4

Å. Silika mikrokristalin sendiri terbagi menjadi opal mikrokristalin

(opal-C dan opal-CT), tridimit, kristobalit, dan kuarsa. Opal

mikrokristalin mempunyai hump di sekitar 4 Å yang lebih tajam

dengan intensitas lebih tinggi dibandingkan dengan opal-A sebagai

hasil peningkatan keteraturan struktur kristal silika (tetrahedral

SiO4). Tridimit dan kristobalit mempunyai struktur kristal yang

III -26

METODA & PERALATAN

Page 52: 36 sebatik

Laporan Akhir

berlapis teratur, tetapi keduanya mempunyai spasi lapisan SiO4

yang berbeda. Oleh karena itu, tridimit menunjukkan dua peak

(puncak) XRD yang intensif pada 4,11 Å dan 4,33 Å, sedangkan

untuk kristobalit peak tersebut muncul pada 4,04 Å dan 2,49 Å.

Kuarsa merupakan mineral silika paling stabil dan mempunyai

struktur kristal tetrahedral SiO4 paling teratur. Pola XRD-nya

menunjukkan dua peak difraksi utama di posisi 3,34 Å dan 4,26 Å.

Difraktometer sinar-X yang digunakan adalah Goniometer Difraksi

Phillips dengan monokromator grafit dan dikontrol dengan

perangkat lunak Diffraction Technology VisXRD. Kondisi

pengoperasian adalah pada 40 kV dan 20 mA dengan menggunakan

radiasi CuKα (γ 1=1,5405 Å dan γ 2=1,5443 Å).

Kalibrasi dengan standar eksternal silikon (99,99% Si) dan

menggunakan kecepatan goniometer sebesar 0,6°2θ /menit dengan

interval 0,01° menunjukkan penurunan spasi-d (d-spacing) peak

XRD di ~4 Å hingga 0,008 Å atau peningkatan sudut 2-theta

sebesar 0,07° dibandingkan dengan referensi JCPDS yang

dikeluarkan oleh The International Centre for Diffraction Data.

Akurasi pengukuran kristalinitas silika dengan metode XRD

dilakukan dengan menggunakan serbuk silikon sebagai standar

internal dan goniometer berkecepatan 0,6°2θ /menit dengan

interval 0,01°. Hasilnya menunjukkan bahwa posisi intensitas-

maksimum akan berkisar kurang dari 0,4°2θ untuk sebuah hump

dan tidak lebih dari 0,02°2θ untuk sebuah peak, sedangkan lebar

yang diukur pada setengah intensitas-maksimum akan mempunyai

kisaran hingga 0,3°2θ untuk sebuah hump dan kurang dari 0,03°2θ

untuk sebuah peak.

III -27

METODA & PERALATAN

Page 53: 36 sebatik

Laporan Akhir

BAB IV

HASIL PENYELIDIKAN

4.1 PENENTUAN POSISI

Lintasan penentuan posisi dan lintasan survey hasil dari

pemanfaatan Differential Global Positioning System (DGPS) type C

NAV 272281 yang terinstal di kapal survei dan telah diintegrasikan

dengan Personal Computer (PC) atau laptop (Gambar 4.1a,b,c)

yang memperlihatkan gambaran total lintasan sepanjang

pemeruman 650 kilometer dengan panjang lintasan seismik

sepanjang 381 kilometer, lintasan side scan sonar dengan panjang

48 kilometer, dengan jumlah contoh sedimen permukaan dasar laut

sepanjang 59 lokasi. Serta 11 lokasi pengambilan contoh bor tangan

disepanjang pesisir P. Nunukan dan P. Sebatik.

Pengambilan data lintasan posisi dilakukan setiap saat selama kapal

berolah gerak mengikuti lintasan yang telah direncanakan

sebelumnya, namun untuk memudahkan di dalam penggambaran

dan dengan alasan teknis seperti kesesuaian dengan metode survei

lain seperti seismik dan pemeruman terhadap waktu, maka waktu

dan posisi yang terplotting dalam peta lintasan posisi diambil setiap

rentang 1 menit. Selain itu pula penentuan posisi diperlukan pada

saat penyelidikan karakteristik pantai dan pengambilan contoh

sedimen pantai, menentukan lokasi pengukuran pasang surut, dan

pengukuran arus statis.

IV-1

HASIL PENYELIDIKAN

Page 54: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gam

bar

4.1

a. P

eta

Lin

tasa

n P

emer

um

an d

an S

eism

ik P

antu

l D

angka

l

IV-2

HASIL PENYELIDIKAN

Page 55: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gam

bar

4.1

b.

Peta

lin

tasa

n S

ide

Sca

n S

onar

IV-3

HASIL PENYELIDIKAN

Page 56: 36 sebatik

Laporan Akhir

IV-4

HASIL PENYELIDIKAN

Gam

bar

4.1

c. P

eta

Loka

si P

engam

bila

n C

onto

h S

edim

en P

erm

uka

an D

asar

Lau

t, B

or

Tan

gan

dan

Pem

bora

n

Page 57: 36 sebatik

Laporan Akhir

4.2 HIDRO-OSEANOGRAFI

4.2.1 PENGAMATAN PASANG SURUT

Kegiatan pengamatan pasang surut pada survei ini dilakukan untuk

mendukung kegiatan pemeruman di laut. Pengamatan pasang

surut ini dilakukan di 1 lokasi pengamatan yaitu di Dermaga Sei

Nyamuk, Sebatik secara kontinyu dari tanggal 3 Juni s/d 2 Juli 2005

ditambah pengamatan selama 15 hari dari tanggal 29 Juli s/d 12

Agustus 2005 pada saat kegiatan pemeruman berlangsung.

Pengamatan pasang surut dilakukan dengan menggunakan rambu

ukur pasang surut. Pengamatan dengan menggunakan alat rambu

ukur ini data direkam setiap selang 1 jam. Data hasil pembacaan

pasang surut ini kemudian dianalisis sehingga akan memeperoleh

harga bilangan Formzahl serta sebagai koreksi dalam hasil kegiatan

pemeruman sehingga menghasilkan peta batimetri.

Data pengamatan pasang surut selama kegiatan pemeruman

berlangsung dilampirkan pada Lampiran Data Pasang Surut

berikut dengan kurva pasang surutnya.

Analisa Data Pasang Surut dan Muka Surutan

Konstanta Harmonik Pasang Surut

Data hasil pengamatan pasang surut ini selanjutnya diolah dengan

menggunakan metode British Admiralty untuk mendapatkan

konstanta harmonik (M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2, dan P1)

yang berupa amplitudo dan fasanya.

Hasil akhir perhitungan konstanta harmonik ini adalah sebagai

berikut:

IV-5

HASIL PENYELIDIKAN

Page 58: 36 sebatik

Laporan Akhir

So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1

A

(cm) 19.6 5.5 2.0 3.2 0.2 2.8 0.1 0.6 0.5 0.1

g (o) 153.0 144.2 256.8 80.7 365.8 390.4 109.2 144.2 80.7

Tabel 4.1 Tabel Konstanta Harmonik pasang surut daerah telitian

- Dimana :

A Amplitudo pasang surut

G Sudut Kelambatan phase

So Level muka laut rata-rata diatas titik nol rambu

M2 Konstanta harmonik yang dipengaruhi posisi bulan

S2 Konstanta harmonik yang dipengaruhi posisi matahari

N2 Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh perubahan jarak, akibat lintasan bulan yang berbentuk elips

K2 Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh perubahan jarak, akibat lintasan matahari yang berbentuk elips

K1 Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan dan matahari

O1 Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan

P1 Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi matahari

M4 Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh bulan sebanyak 2x

MS4 Konstanta harmonik yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara M2 dan S2

Hasil perhitungan metode Admiralty secara lengkap dapat dilihat

pada Lampiran Data Pasang Surut.

Berdasarkan harga perbandingan konstanta harmonic pasang surut

di atas diperoleh harga bilangan Formzahl di stasiun pengamatan

pasang surut Dermaga Sei Nyamuk adalah 0.4067792

Harga bilangan Formzahl di ini menunjukan bahwa tipe pasang

surut pada stasiun pengamatan pasang surut adalah tipe campuran

dominan ganda artinya terjadi dua kali pasang dan dua kali surut

dalam waktu 24 jam. Sedangkan tunggang air maksimum

berdasarkan harga pasang surut hasil pengamatan selama 30 hari

adalah tunggang air maksimum di stasiun pengamatan pasang

surut Dermaga Sei Nyamuk adalah 3.0 m

IV-6

HASIL PENYELIDIKAN

Page 59: 36 sebatik

Laporan Akhir

Muka Surutan (Chart Datum)

Tahap selanjutnya dalam pengolahan data pasang surut untuk

mengoreksi data batimetri adalah perhitungan muka surutan (Chart

Datum) dan air tinggi tertinggi berdasarkan pada harga konstanta

pasang surut tersebut di atas. Perhitungan muka surutan dan air

tinggi ini digunakan untuk meghitung berbagai referensi elevasi

atau datum vertikal, HWS (level muka air pasang tertinggi) dan

LWS (level muka air surutan terendah). Elevasi yang lazim

digunakan sebagai level acuan ketinggian adalah LWS. Dengan

demikian seluruh pengukuran batimetri, ataupun titik pangkal di

darat mengacu pada datum LWS sebagai titik nol. Hasil analisa

pasang surut berikut perhitungan muka surutan (chart datum) dan

muka air tertinggi dapat dilihat pada Lampiran Data Pasang

Surut..

Berdasarkan hasil perhitungan muka surutan diperoleh harga Chart

Datum (Zo) sebagai berikut :

Harga Zo untuk lokasi pengamatan pasang surut di Dermaga Sei

Nyamuk adalah 1.7 m di bawah duduk tengah. Harga Zo ini

selanjutnya digunakan untuk menyurutkan seluruh harga

kedalaman hasil koreksi.

4.2.2 PENGUKURAN ARUS

Pengukuran arus ini dimaksudkan untuk mengetahui arah dan

kecepatan arus absolute di lokasi survei. Pengukuran arus ini

dilakukan secara stasioner dengan menggunakan peralatan

Currentmeter Valeport tipe 106. Adapun selang waktu

pengukuran setiap 1 (satu) jam secara terus-menerus selama 25

jam pengamatan, yaitu pada saat bulan mati (neap tide) dan pada

saat bulan purnama (spring tide) dengan jumlah lokasi pengamatan

3 lokasi, yaitu di Perairan sebelah timur P. Sebatik dan P. Nunukan,

IV-7

HASIL PENYELIDIKAN

Page 60: 36 sebatik

Laporan Akhir

dan perairan Selat Nunukan Khusus untuk stasiun pengukuran di

lokasi perairan Nunukan sebelah timur-tenggara pengukuran arus

hanya dilakukan pada siang hari selama 12 jam setiap harinya,

mengingat kondisi cuaca untuk melakukan pengukuran pada malam

hari di lokasi ini tidak memungkinkan. Pemilihan tanggal dan waktu

pengamatan arus ini didasarkan pada kondisi pasang surutnya,

dimana pada tanggal tersebut posisi air pasang mencapai

maksimum sedangkan posisi air surut mencapai minimum sehingga

kecepatan arus maksimum dapat diukur dengan baik.

Pengukuran arus ini dilakukan dengan cara pembacaan langsung

(direct reading), yaitu pembacaan arah dan kecepatan arus secara

langsung pada alat Valeport kemudian dicatat pada formulir

pengamatan. Pembacaan data arus ini dilakukan sebanyak tiga kali

pembacaan, selanjutnya data ini dirata-ratakan untuk mendapatkan

arah dan kecepatan arus rata-rata untuk setiap kedalaman

pengukuran.

Pengukuran arus ini dilakukan terhadap 3 (tiga) kedalaman berbeda

di setiap stasiun pengukuran arus yaitu kedalaman 0.2 H untuk arus

permukaan, 0.6 H untuk arus menengah dan 0.8 H untuk arus

bawah, dimana H adalah kedalaman laut di lokasi stasiun

pengukuran arus. Kedalaman laut di masing-masing stasiun

pengukuran arus adalah sebagai berikut :

- Di Selat Nunukan sebelah utara kedalaman stasiun

pengukuran arus adalah 12 meter, sehingga pengukuran

untuk arus permukaan, menengah dan bawah dilakukan

pada kedalaman 2.4 m, 7.2 m dan 9.6 m.

- Sedangkan di Selat Nunukan sebelah selatan dan perairan

sebelah timur P. Sebatik dan P. Nunukan kedalaman stasiun

pengukuran arus adalah 10 meter, sehingga pengukuran

IV-8

HASIL PENYELIDIKAN

Page 61: 36 sebatik

Laporan Akhir

untuk arus permukaan, menengah dan bawah dilakukan pada

kedalaman 2 m, 6 m dan 8 m.

Dari data hasil pengukuran diperoleh harga arah dan kecepatan

untuk arus permukaan, menengah dan bawah. Untuk mengetahui

harga kecepatan arus secara vertical diperoleh dengan cara merata-

ratakan hasil pengukuran pada kedalaman 0.2 H, 0.6 H dan 0.8 H

dengan menggunakan rumus :

V = 0.5 (v 0.6 + ((v 0.2 + v 0.8)/2)

Dimana : V : Kecepatan vertical rata-rata (m/det)

V0.2 : Kecepatan arus permukaan (m/det)

V0.6 : Kecepatan arus menengah (m/det)

V0.8 : Kecepatan arus bawah (m/det)

Data hasil pengukuran lapangan secara lengkap dapat dilihat pada

Lampiran Data Arus, Selanjutnya data ini diolah dengan

melakukan perhitungan matematis untuk menghitung komponen

arah arus pasang surut dan non pasang surut, pengklasifikasian

arus berdasarkan arah dan kecepatan untuk mengetahui arah arus

dominan dan penggambaran hubungan arus dengan pasang

surutnya.

Perhitungan Arus Pasang Surut

Perhitungan arus pasang surut hanya dilakukan pada dua lokasi

pengukuran yaitu lokasi pengukuran arus di Selat Nunukan sebelah

utara dan Selat Nunukan sebelah selatan, sedangkan untuk lokasi di

perairan Nunukan sebelah timur-tenggara tidak dilakukan

perhitungan pemisahan arus karena pengukuran arusnya hanya

dilakukan 12 jam setiap harinya. Perhitungan arus pasang surut ini

bertujuan untuk memisahkan komponen arus pasang surut dengan

IV-9

HASIL PENYELIDIKAN

Page 62: 36 sebatik

Laporan Akhir

arus non pasang surutnya. Berdasarkan hasil perhitungan arus

pasang surut di lokasi titik-titik pengukuran di peroleh hasil sebagai

berikut:

Lokasi Komponen Utara

Komponen Timur

Arah (o)

Kecepatan (m/det)

P. Sebatik Sebelah Timur -0.01078 0.02218 116 0.025 P. Nunukan Sebelah Utara -0.02141 0.02396 132 0.032 P. Nunukan Sebelah Selatan -0.09967 0.00800 175 0.100

HASIL PENYELIDIKAN

Hasil perhitungan arus pasang surut dan non pasang secara lengkap

dapat dilihat pada Lampiran Data Arus.

Pembuatan diagram grafik arus (lampiran) dilakukan untuk

mengetahui arah arus dominan, khususnya di lokasi stasiun

pengukuran. Pembuatan diagram grafik arus ini didasarkan pada

pengklasifikasian arus menurut arah dan kecepatannya untuk

semua lokasi stasiun pengukuran arus di lapangan. Berdasarkan

diagram grafik arus secara umum arah arus di Selat Nunukan

sebelah utara dan selatan dominan berarah baratlaut – tenggara,

sedangkan di lokasi perairan P. Sebatik dan P. Nunukan sebelah

timur arah arus dominan berarah timur – barat.

Distribusi frekuensi arah dan kecepatan arus pada 3 (tiga)

kedalaman pengukuran memperlihatkan pola penyebaran yang

sama, ini menunjukan bahwa arah arus untuk arus permukaan,

menengah dan bawah relative sama, sedangkan distribusi frekuensi

kecepatannya cukup berbeda. Frekuensi kecepatan arus maksimum

untuk arus permukaan lebih banyak dibandingkan arus menengah

dan bawah, hal ini menunjukan bahwa kecepatan arus permukaan

rata-rata lebih besar daripada arus menengah dan bawah. Tabel di

bawah ini memperlihatkan harga kecepatan arus maksimum untuk

3 (tigat) lokasi pengukuran pada 3 (tiga) kedalaman berbeda.

Lokasi Kedalaman Kecepatan Kondisi Air

Tabel 4.2 Hasil perhitungan arus pasang surut Arus vertical rata-rata:

IV-10

Page 63: 36 sebatik

Laporan Akhir

Pengukuran (m/det) - Permukaan - Menengah - Bawah

0.806 0.637 0.571

Surut Arah Timur

Perairan Sebatik Sebelah Timur

- Permukaan - Menengah - Bawah

0.557 0.482 0.412

Pasang Arah Barat

- Permukaan - Menengah - Bawah

0.897 0.677 0.535

Surut Arah Tenggara

Selat Nunukan Sebelah Utara

- Permukaan - Menengah - Bawah

1.243 1.159 1.156

Pasang Arah Baratlaut

- Permukaan - Menengah - Bawah

1.246 1.167 1.013

Surut Arah Tenggara

Selat Nunukan Sebelah Selatan

- Permukaan - Menengah - Bawah

0.890 0.760 0.552

Pasang Arah Baratlaut

Tabel 4.3 Kecepatan Arus Maksimum Di 3 (tiga) Lokasi Pengukuran

Diagram bunga arus dan peta arus di lokasi perairan Sebatik –

Nunukan dapat dilihat pada Lampiran Data Arus.

Hubungan Pola Arus dan Pasang Surut

Penggambaran pola arus dan pasang surut dilakukan untuk melihat

fenomena hubungan antara gerakan naik turunnya air laut (pasang

surut) pengaruhnya terhadap pola arus disekitar lokasi daerah

penelitian.

Dari hasil penggambaran pola arus dan pasang surut untuk 3 (tiga)

stasiun pengukuran memperlihatkan dengan jelas bahwa pola arus

di lokasi survei sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surutnya. Di

daerah Selat Nunukan sebelah utara dan selatan saat air pasang

arus bergerak kearah baratlaut sedangkan pada saat surut arus

bergerak ke arah tenggara, sedangkan di perairan sebelah timur

Nunukan saat pasang arus bergerak kearah barat sedangkan pada

saat surut arus bergerak kearah timur. Kecepatan arus pada saat

surut lebih besar dibandingkan kecepatan arus pada saat pasang.

IV-11

HASIL PENYELIDIKAN

Page 64: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gambaran hubungan pola arus dan pasang surut digambarkan

dengan pada jelas pada Lampiran Data Arus. Dilihat dari

gambaran tersebut terlihat bahwa kecepatan arus maksimum

terjadi pada saat kondisi air sedang pasang dan sedang surut,

sedangkan pada saat kondisi air pasang maksimum dan surut

minimum kecepatan arusnya kecil atau terjadi “Slack Water”. Saat

kondisi air pasang maksimum dan surut minimum terjadi

pembalikan arah arus sesuai dengan kondisi pasang surutnya.

4.2.3 Pengamatan Gelombang

Pengamatan gelombang dilakukan dibeberapa lokasi dengan cara

pengamatan visual. Lokasi-lokasi tersebut adalah sepanjang pantai

Tanjung Batulamampu di P. Sebatik dan Semengkadu di P.

Nunukan. . Secara umum arah penjalaran gelombang di sekitar

perairan Nunukan dan sekitarnya selama pengamatan berasal dari

timurlaut-timur dengan tinggi gelombang rata-rata antara 20 – 50

cm dan periode gelombang 5 – 8 detik pada keadaan normal.

Kondisi ini bisa berubah secara ekstrim hingga mencapai tinggi

gelombang 100 - 150 cm saat angin bertiup kencang khususnya

pada saat musim timur berlangsung, berdasarkan data iklim dari

Bandar Udara Tarakan sepanjang tahun angin timur bertiup antara

6 - 8 bulan. Gelombang yang timbul di perairan ini selain yang

dibangkitkan oleh angin juga gelombang yang ditimbulkan karena

alun dari laut lepas, dimana gelombang ini juga cukup signifikan

berpengaruh terhadap proses terjadinya abrasi pantai di sepanjang

pantai yang mengarah ke Lepas pantai kecuali di Tanjung

Batulampu sebagai akibat resistensi dari batuannya yang cukup

keras.

Pada keadaan normal tipe gelombang yang dominant adalah tipe

plunging, sedangkan pada saat terjadi gelombang besar tipe

IV-12

HASIL PENYELIDIKAN

Page 65: 36 sebatik

Laporan Akhir

gelombang yang terjadi adalah tipe surging dengan arah datang

gelombang dominant tegak lurus pantai.

4.3 GEOFISIKA

4.3.1 PEMERUMAN

Maksud di lakukannya pekerjaan pemeruman di wilayah perairan

Sebatik – Nunukan Kalimantan Timur adalah dalam rangka

tersediannya data dasar tentang kondisi dasar laut di daerah telitian

sebagai kajian untuk mengetahui kondisi geologi.

Lintasan pemeruman umumnya berarah timurlaut-baratdaya

dengan lintasan silang berarah utara-selatan serta lintasan disekitar

Selat Nunukan. Lintasan pengukuran mencapai kurang lebih 650

km. Data posisi yang disajikan berupa data koordinat setiap 2 menit

pembacaan kedalaman. Data yang disajikan dalam bentuk tabel

yang nantinya akan dikoreksi dengan pembacaan pasang surut

kemudian akan diolah menjadi data kedalaman laut (batimetri).

Kegiatan pengukuran pemeruman selalu dilakukan bersamaan

dengan pengukuran penampang seismik hanya pada beberapa

lintasan kegiatan ini dilakukan secara bersamaan (lihat gambar

4.1). Hasil pengukuran berupa penampang seismik yang

menggambarkan keadaan sedimen dasar laut dan bawah laut serta

struktur geologi.

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan 1 (satu) buah

perahu kayu berukuran kurang lebih 10 ton untuk daerah survei

dengan kedalaman lebih dari 2 meter, dan 1 (satu) perahu pancung

untuk kedalaman kurang dari 2 meter (Shallow Sounding). Wahana

perahu tersebut diperlengkapi dengan kelengkapan navigasi dan

echosounder yang sama, yaitu sistem navigasi Differential Global

Positioning System (DGPS) type C Nav 272281, perangkat lunak

IV-13

HASIL PENYELIDIKAN

Page 66: 36 sebatik

Laporan Akhir

navigasi Hypack yang dijalankan pada sebuah komputer notebook

dan 1 (satu) unit digital echosounder Odom Hydrotrac yang

mempunyai ketelitian 0,1 m.

Koreksi kedalaman dasar laut yang diterapkan untuk menghitung

kedalaman yang sebenarnya (true depth) adalah koreksi pasang

surut yang diperoleh dari pengamatan selama survei dan koreksi

statis yaitu koreksi kedalaman laut terhadap posisi sensor

echosounder. Koreksi statis sudah secara otomatis dilakukan oleh

alat echosounder pada saat dilakukan kegiatan barcheck saat

sebelum survei dan saat sesudah survei sehingga harga kedalaman

laut yang terbaca adalah harga kedalaman yang sudah terkoreksi

statis.

Dalam tahapan pengolahan data, data hasil pemeruman ini

dikoreksikan terhadap data pasang surut selama pengamatan. Data

pasang surut ini diolah dengan menggunakan metode Admiralty

untuk mendapatkan harga duduk tengah dan konstanta

harmoniknya, selanjutnya dilakukan perhitungan analisis kombinasi

untuk mendapatkan harga muka surutannya atau Chart Datum

(Zo). Dari hasil perhitungan analisis kombinasi diperoleh harga Zo

untuk stasiun pengamatan pasang surut Dermaga Sei Nyamuk

Sebatik sebesar 1.7 m. Harga Zo di stasiun pengamatan pasang

surut tersebut digunakan untuk menyurutkan seluruh data batimetri

yang sudah dikoreksi terhadap duduk tengahnya. Harga batimetri

yang sudah disurutkan terhadap Chart Datum selanjutnya dibuat

menjadi Peta Batimetri.

Berdasarkan hasil ekstrapolasi dan intrapolasi dari titik-titik

kedalaman dari setiap lokasi pengambilan data diperoleh Peta

Kontur Batimetri (Gambar 4.2a, b) dengan kedalaman laut hasil

pengukuran berkisar yang terdangkal 5 meter hingga yang terdalam

45 meter .

IV-14

HASIL PENYELIDIKAN

Page 67: 36 sebatik

Laporan Akhir

Berdasarkan pola kontur kedalaman laut pada Peta Batimetri,

morfologi dasar laut daerah telitian dapat dibagi berdasarkan sistem

perairannya, yaitu :

- Morfologi dasar laut daerah perairan laut terbuka, yaitu

perairan sebelah timur daerah telitian yang termasuk

didalamnya pola kontur dari morfologi terumbu Karang

Unarang.

- Morfologi dasar laut di perairan selat, yaitu perairan Selat

Nunukan dan selat lainnya.

Perairan Laut Terbuka

Kawasan perairan yang termasuk kedalam daerah perairan laut

terbuka, yaitu : perairan sebelah timur P. Sebatik, perairan sebelah

tenggara P. Nunukan, dan perairan sebelah timur P. Haus. Dilihat

dari pola kontur kedalamannya morfologi dasar laut yang dominan

di perairan ini secara umum terdiri dari perairan laut dangkal

(kedalaman 0 – 10 m) dan perairan laut dalam (lebih besar dari 10

m).

Perairan laut dangkal mempunyai ciri sebagai berikut : kemiringan

morfologi dasar laut yang landai dengan kemiringan 0.04o – 0.19o,

daerah surutan yang luas dengan gosong-gosong pasir yang muncul

ke permukaan saat air laut surut rendah. Lokasi gosong-gosong

pasir di pantai dilihat berupa kontur kedalaman yang renggang dan

kontur-kontur tertutup yang berarah tenggara-baratlaut dengan

kedalaman bervariasi antara 0 – 2 m dan melampar luas ke tengah

laut.

IV-15

HASIL PENYELIDIKAN

Page 68: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gam

bar

4.2

a. P

eta

Bat

imet

ri d

aera

h t

elitia

n

IV-16

HASIL PENYELIDIKAN

Page 69: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gambar 4.2b. Peta Batimetri sekitar Karang Unarang

IV-17

HASIL PENYELIDIKAN

Page 70: 36 sebatik

Laporan Akhir

Pola kontur ini mendominasi sebagian besar perairan pantai sebelah

timur terutama perairan pantai P. Sebatik, pantai P. Nunukan dan

pantai P. Haus. Sedangkan lokasi gosong di tengah laut seperti

Gosong Makasar dan Gosong Padang keberadaanya diindikasikan

oleh bentuk kontur kedalaman tertutup yang cukup rapat dengan

arah barat-timur.

Sedangkan untuk harga kedalaman laut yang lebih besar dari 10 m,

perairan ini dicirikan oleh pola kontur yang rapat dengan sudut

kemiringan mengarah ke tenggara. Harga kedalaman laut di lokasi

perairan ini berkisar antara 10 – 70 m dengan kemiringan antara

0.35o – 0.57o. Lokasi Karang Unarang di sebelah timur daerah

telitian terlihat sebagai suatu kontur tertutup yang relatif kecil.

Perairan Selat

Perairan selat yang dimaksud adalah perairan Selat Nunukan yang

melingkupi P. Nunukan mulai dari perairan Nunukan sebelah timur,

Nunukan sebelah utara, Nunukan sebelah barat hingga perairan

Nunukan sebelah selatan dan perairan selat yang relatif cukup kecil

dan sempit seperti selat di sebelah barat P. Tinambasan. Perairan

Selat Nunukan bagian utara-timur dan bagian selatan mempunyai

profil penampang morfologi dasar laut berbentuk huruf “U” dengan

kedalaman laut berkisar antara 0 – 15 m, namun dibeberapa

tempat ada yang lebih besar dari 15 m. Profil dasar laut di perairan

ini diperlihatkan oleh pola kontur kedalamannya, dimana di pinggir

selat kontur kedalaman relatif rapat dengan harga kedalaman

berkisar antara 0 – 9 m sedangkan di tengah selat konturnya relatif

renggang dengan harga kedalaman laut berkisar antara 10 – 15 m.

Pola kontur rapat menunjukan bahwa kemiringan dasar laut di

pinggir selat relatif cukup curam, sedangkan di tengah selat relatif

landai.

IV-18

HASIL PENYELIDIKAN

Page 71: 36 sebatik

Laporan Akhir

Sedangkan di perairan Selat Nunukan sebelah barat hingga

baratlaut profil penampang morfologi dasar lautnya relatif lebih

landai dengan kedalaman laut berkisar antara 0 – 8 m. Di sebelah

barat terutama di daerah sekitar Tj. Cantik kontur 2 m relatif

menjorok ketengah hampir bersatu dengan kontur 2 m yang

terdapat di tengah selat, pola kontur ini menunjukan lokasi gosong-

gosong pasir yang terdapat di lokasi ini. Gosong pasir ini

mempersempit alur pelayaran sehingga mengganggu kapal-kapal

yang keluar masuk Nunukan.

Untuk perairan selat yang sempit kondisi morfologinya tidak

berbeda jauh dengan kondisi morfologi daerah sungai, yaitu

mempunyai daerah aliran berbentuk huruf “U”.

4.3.2 SEISMIK PANTUL DANGKAL

Pengambilan data seismik dangkal saluran tunggal dimaksudkan

untuk mengetahui gambaran kondisi geologi bawah permukaan

seperti tatanan struktur geologi, urutan sedimentasi (stratigrafi)

yang teridentifikasi dalam rekaman seismik (analog record).

Lintasan utama seismik berarah umumnya barat - timur (Peta

Lintasan).

Proses geologi bawah dasar laut dapat diketahui berdasarkan hasil

interpretasi rekaman seismik pantul dangkal Dari beberapa contoh

rekaman yang ditampilkan terlihat bahwa proses sedimentasi yang

terjadi tidak menerus, hal ini diperlihatkan oleh pola konfigurasi

reflektor yang tidak seragam dari masing-masing lintasan. Kondisi

yang terjadi demikian merupakan hasil proses geologi, dimana

sedimentasi terjadi mengikuti bentukan dari morfologi sebelum

terjadi pengendapan. Bentukan morfologi dasar laut di daerah

selidikan ditandai oleh adanya tinggian-tingian dasar laut yang

merupakan batuan dasar, bentukan morfologi batuan dasar ini

IV-19

HASIL PENYELIDIKAN

Page 72: 36 sebatik

Laporan Akhir

tidak seragam kadang kala terlihat bentuk cekungan atau

morfologi berundak dan ada kalanya lapisan sedimen bawah

permukaan ini seperti lapisan datar (flat) karena batuan dasarnya

berada cukup jauh dibawahnya.

Daerah telitian dengan memperhatikan pola reflektor yang ada

terdiri atas 4 (empat) kelompok runtunan, masing-masing:

(Gambar 4.3 & 4.4).

Runtunan A

Runtunan-A merupakan runtunan termuda dicirikan dengan pola

reflektor berupa perlapisan yang menerus dan sejajar/paralel

umumnya pola konfigurasi ini mempunyai kontinuitas rendah dan

variasi amplitudo berjalan secara perlahan atau tidak ada sama

sekali. Hal ini menunjukkan saat pengendapan dalam perioda yang

tenang (Mitchum, 1977). Runtunan ini memiliki ketebalan yang

paling tipis hanya berkisar antara 5 hingga 7.5 m, kemudian di

bawahnya adalah runtuhan B yang merupakan batuan yang lebih

muda. Batas atas unit A ini menerus hampir di semua lintasan

terutama di bagian tengah daerah selidikan (sekitar Gosong

Makasar hingga Karang Unarang) karena selain disebabkan oleh

lemahnya energi, umumnya tertutup oleh karakter pantulan

external, sehingga horizon reflektornya sulit diidentifikasi.

Unit A ini dijumpai hampir di seluruh lintasan seismik di daerah

selidikan Kecuali Lintasan di selatan / tenggara daerah penyelidikan

dengan tatanan struktur geologi yang relatif tidak berkembang.

Pola ini mengandung sedimen berbutir halus dan diendapkan di

lingkungan yang berenergi rendah seperti delta yang mengalami

depresi. Runtuhan ini diperkirakan sebagai sedimen baru berumur

kuarter.

Runtunan B

IV-20

HASIL PENYELIDIKAN

Page 73: 36 sebatik

Laporan Akhir

Runtunan B pada beberapa lintasan terlihat berada secara tidak

selaras di bawah runtunan A nampak pada Lintasan 11 dengan pola

karakter refleksi berbentuk divergent (Mitchum, 1977), ketebalan

runtunan ini sangat bervariasi yang secara umum berkisar antara

10 hingga 20 m. Runtunan ini dicirikan dengan pola reflektor

berbentuk subpararel hingga divergent dengan di beberapa tempat

mengalami penipisan serta terlihat kontak erosional membentuk

channeling yang nampak pula pada Lintasan-5 yang merupakan

kenampakan khas dari kompleks slope fan;

Runtunan C

Runtunan C terletak di bawah runtunan B secara tidak selaras yang

dicirikan dengan pola reflektor dari subparalel hingga transparan,

memiliki ketebalan 7.5 hingga 12 meter. Di lokasi tertentu

khususnya di sekitar Karang Unarang (selatan Karang Unarang)

seperti terlihat pada Lintasan Unarang-1 memperlihatkan sedimen

transparan yang mengisi channel yang dibentuk oleh struktur

graben dengan arah relatif barat - timur yang diduga berumur Mio-

pliosen;

Runtunan D

Runtunan D merupakan runtunan tertua sekaligus sebagai batuan

dasar akustik di daerah telitian. Pada runtunan ini terlihat adanya

struktur patahan yang berkembang hingga sesar, selain itu terlihat

pula beberapa struktur lipatan berupa antiklin. Khusus untuk lokasi

di sekitar Karang Unarang pola umum struktur yang berkembang

memiliki arah baratlaut-tenggara (relatif sama dengan pola struktur

di daratan Kalimantan Timur).

IV-21

HASIL PENYELIDIKAN

Page 74: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gam

bar

4.3

. Pe

nam

pan

g S

eism

ik L

inta

san 4

IV-1

HASIL PENYELIDIKAN

Page 75: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gam

bar

4.4

. Pe

nam

pan

g S

eism

ik L

inta

san U

nar

ang 1

IV-2

HASIL PENYELIDIKAN

Page 76: 36 sebatik

Laporan Akhir

4.4 GEOLOGI KELAUTAN

4.4.1 KARAKTERISTIK PANTAI

Pengamatan karakteristik pantai dilakukan sepanjang pantai daerah

penyelidikan. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan secara

visual dan deskriptif. Tujuan dari pengamatan karakteristik pantai

adalah untuk mengetahui secara detail kondisi pantai daerah

penyelidikan kaitannya dengan pemetaan garis pantainya (Gambar

4.5).

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan kawasan pantai di daerah

penyelidikan pada umumnya merupakan pantai berbakau dengan

profil pantai dari landai hingga curam. Kawasan pantai di daerah

penyelidikan secara garis besar terdiri dari kawasan pantai P.

Sebatik, pantai Pulau Nunukan, pantai Pulau Nunukan Selatan, dan

pantai Pulau Haus.

Kawasan Pantai Pulau Sebatik

Kawasan pantai Pulau Sebatik terbentang sepanjang Pulau Sebatik

mulai dari perbatasan Indonesia – Malaysia di timur sampai dengan

perbatasan Indonesia – Malaysia di barat dengan panjang pantai

seluruhnya kurang lebih 58 km. Kondisi pantainya sebagian besar

terdiri dari pantai mangrove dengan kondisi cukup kritis khususnya

di sekitar Sei Pancang dan Sei Nyamuk (Foto 4.1) dan hanya

sebagian kecil pantai berpasir, yaitu di kawasan pantai sekitar Sei

Taiwan dan Batulamampu (Foto 4.2 dan 4.3). Dilihat dari profil

batimetrinya pantai sebelah timur hingga selatan mempunyai

karakteristik profil pantai yang landai, sedangkan pantai sebelah

barat karakteristik pantainya relative lebih curam.

IV-24

HASIL PENYELIDIKAN

Page 77: 36 sebatik

Laporan Akhir

IV-25

HASIL PENYELIDIKAN

Page 78: 36 sebatik

Laporan Akhir

Foto 4.1 Pantai dengan hutan mangrove dengan kerapatan rendah di Sei Pancang (pada saat pasang), P. Sebatik

Foto 4.2 Pantai Berpasir di sekitar Sei Taiwan, P. Sebatik

IV-26

HASIL PENYELIDIKAN

Page 79: 36 sebatik

Laporan Akhir

Foto 4.3 Pantai Berpasir di Tanjung Batu Lamampu, P. Sebatik

Di pantai sebelah timur pada saat air surut rendah terlihat daerah

surutan yang sangat luas dengan gosong-gosong pasir yang muncul

ke permukaan, sebaliknya di pantai sebelah barat pada saat air

surut rendah daerah surutan yang teramati dari tumbuhan bakau

terluar ke laut cukup sempit. Karakteristik garis pantai di pantai

sebelah timur berupa pantai lurus agak berlekuk dan tanjung

dengan batas garis pantai pada saat pasang maksimum dapat

teramati dengan jelas terutama pada lokasi yang ada pemukiman

penduduk dan tidak ada tumbuhan bakaunya, sedangkan di pantai

sebelah selatan hingga barat karakteristik garis pantainya berupa

pantai lurus dengan garis pantai pada saat pasang maksimum tidak

dapat teramati karena tertutup oleh tumbuhan bakau.

Pantai bagian timur mulai dari Sei Pancang sampai dengan Sei

Taiwan pada umumnya sudah cukup berkembang karena kawasan

ini merupakan kawasan yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Sedangkan pantai sebelah selatan hingga barat merupakan pantai

yang belum berkembang, namun belakangan ini telah banyak

dibuka lokasi pertambakan.

IV-27

HASIL PENYELIDIKAN

Page 80: 36 sebatik

Laporan Akhir

Kawasan Pantai Pulau Nunukan

Pulau Nunukan terletak di sebelah selatan Pulau Sebatik dengan

seluruh pulaunya dikelilingi oleh laut. Panjang garis pantai

seluruhnya kurang lebih 68.1 km dengan kondisi pantainya

sebagian besar adalah pantai mangrove. Karakteristik profil

pantainya dilihat dari penampang batimetri sebagian besar relative

curam kecuali di kawasan pantai sebelah tenggara P. Nunukan dan

sekitar Tanjung Cantik profil pantainya landai, hal ini ditandai

dengan adanya gosong pasir yang cukup lebar mulai dari pantai

hingga ke tengah laut (Foto 4.4). Gosong-gosong pasir tersebut

akan muncul pada saat air surut rendah sehingga terlihat daerah

surutan yang luas yang melampar sampai ke laut, begitu pula di

Tanjung Cantik terlihat daerah surutan yang cukup lebar walaupun

tidak seluas seperti di pantai sebelah tenggara namun demikian di

sebelah barat Tanjung Cantik terdapat juga gosong yang

berdekatan dengan Pulau Tinambasan, sehingga di daerah ini alur

selatnya menjadi sempit dan berbahaya bagi pelayaran.

Sebaliknya di pantai sebelah selatan-baratdaya mulai Semengkadu

ke arah Timur (Foto 4.5) pada saat air surut rendah daerah surutan

yang teramati dari garis bakau terluar sampai ke posisi air laut

cukup sempit karena tertutup oleh tumbuhan bakau. Profil garis

pantainya pada umumnya berupa pantai lurus agak berlekuk dan

tanjung, sedangkan batas garis pantainya pada saat pasang

maksimum sebagian besar tidak dapat diamati karena batas garis

pantainya berada di dalam kawasan bakau. Kawasan pantai

Nunukan sebagian besar belum berkembang hanya di pantai

sebelah utara hingga timurlaut yang sudah berkembang menjadi

daerah pemukiman penduduk dan perkantoran.

IV-28

HASIL PENYELIDIKAN

Page 81: 36 sebatik

Laporan Akhir

Foto 4.4 Pantai Berpasir dengan kenampakan gosong-gosong pasir di Tanjung Cantik, P. Nunukan

Foto 4.5 Pantai dengan kondisi hutan mangrove yang lebat di sekitar timur Semengkadu, P. Nunukan

IV-29

HASIL PENYELIDIKAN

Page 82: 36 sebatik

Laporan Akhir

Kawasan Pantai Pulau Nunukan Selatan dan Bukat

Pulau Bukat terletak di sebelah baratdaya Pulau Nunukan, di

sebelah timur dan utara dibatasi oleh Selat Nunukan sedangkan di

sebelah barat dan selatan dibatasi oleh Sungai Sebaung. Dilihat

dari penampang batimetrinya secara umum profil pantai di Pulau

Nunukan Selatan sebelah utara relative lebih curam dibandingkan

dengan profil pantai sebelah selatan dan pantai Pulau Bukat. Di

sebelah timur Pulau Bukat terutama dekat Tanjung Bilas pada saat

surut rendah terlihat adanya gosong pasir yang melebar kearah

timur (Foto 4.6), hal ini menyebabkan daerah surutan yang

teramati cukup luas. Sedangkan daerah surutan di sebagian besar

Pulau Nunukan selatan terlihat cukup sempit diukur dari garis bakau

terluar sampai ke posisi air laut. Karakteristik garis pantainya

berupa pantai lurus berlekuk di pantai sebelah timur, sedangkan di

sebelah barat garis pantainya berlekuk-lekuk. Batas garis pantai

pada saat pasang maksimum tidak dapat teramati karena letaknya

tertutup oleh tumbuhan bakau.

Pulau Nunukan Selatan dan Pulau Bukat termasuk pulau yang tak

ada penduduknya, namun dalam sepuluh tahun terakhir ini telah

berkembang usaha pertambakan udang dan ikan bandeng. Kondisi

ini menyebabkan hampir sebagian besar daratan dari kedua Pulau

ini dijadikan kawasan pertambakan.

Kawasan Pantai Pulau Haus

Profil kawasan pantai sebelah utara hingga timur Pulau Haus dilihat

dari penampang batimetri pada umumnya adalah landai dengan

daerah gosong pasir yang melampar luas dari pantai hingga ke

tengah laut, kondisi ini akan sangat jelas terlihat pada saat air surut

rendah. Hampir seluruh daratan pantai di Pulau Haus ditumbuhi

dengan tumbuhan bakau (Foto 4.7), sehingga batas garis pantai

pada saat pasang maksimum tidak dapat teramati. IV-30

HASIL PENYELIDIKAN

Page 83: 36 sebatik

Laporan Akhir

Foto 4.6 Pantai tertutup hutan mangrove di utara P. Bukat

Foto 4.7 Pantai mangrove yang umum terdapat di sekitar P. Haus (pada saat pasang maksimum)

IV-31

HASIL PENYELIDIKAN

Page 84: 36 sebatik

Laporan Akhir

4.4.2 SEBARAN SEDIMEN

Kegiatan ini dibagi dalam 2 macam, yaitu Pengambilan Contoh

Sedimen Permukaan dasar laut yang diambil sepanjang lintasan

pemeruman dengan jumlah contoh sedimen terambil sebanyak 59

contoh dan pengambilan contoh sedimen pantai dan pengambilan

contoh dengan bor tangan. Untuk memperoleh gambaran sedimen

permukaan dasar laut, dilakukan pemisahan butiran di

laboratorium berdasarkan kelulusan mess ayakan (x phi) mulai –2,0

phi hingga 8 phi.

Selanjutnya untuk menentukan nama sedimen berdasarkan

klasifikasi tekstur sedimen permukaan dasar laut dari Folk (1980).

Dalam penentuan klasifikasi tersebut penamaan komposisi sedimen

hanya dilihat dari distribusi besar butirnya, dimana akan terdapat

distribusi yang dominan dan tidak dominan. Oleh karena itu apabila

terdapat fragmen karbonat, yang seringkali berasal dari tempat

sedimentasinya (insitu), maka sulit untuk melihat jenis batuannya.

Hal inilah yang terjadi di daerah penyelidikan.

Berdasarkan analisa besar butir (LAMPIRAN) diperoleh hasil bahwa

litologi sedimen permukaan dasar laut terdiri dari 7 Jenis Sedimen

berdasarkan klasifikasi Folks yaitu : (Gambar 4.6)

1. Terumbu Karang

2. Lanau;

3. Lanau Pasiran;

4. Lempung

5. Pasir;

6. Pasir Lanauan;

7. Pasir Sedikit Kerikilan;

Terumbu Karang, jenis satuan ini terdapat di timur Pulau

Nunukan yang berupa gugusan terumbu karang, atau yang

IV-32

HASIL PENYELIDIKAN

Page 85: 36 sebatik

Laporan Akhir

lebih dikenal sebagai Karang Unarang. Satuan ini menempati

luas paling sempit di daerah telitian.

Lanau, jenis sedimen dengan butiran halus, berwarna

kecoklatan sampai kehijauan, bersifat lunak, mengandung

fluida tinggi dan plastisitas rendah. ini merupakan jenis yang

dominan dengan penyebaran hampir diseluruh daerah telitian

yang dekat dengan tepi pantai atau sekitar 35% dari daerah

selidikan, mulai dari Baratdaya P. Sebatik, disebelah Timur

sampai Tenggara P Nunukan bahkan hampir meliputi

sekeliling P. Nunukan. Berdasarkan hasil data pemboran (BH-

1) ketebalan lapisan ini mencapai 30 meteran.

Lanau Pasiran, berwarna kehijauan, lunak, fluida rendah,

plastisitas sedang, pasir lebih dari 10% (ukuran pasir sangat

halus sampai halus); komposisi pasir terdiri dari mineral

hitam dan pecahan cangkang moluska, mengandung sisa

organik. Penyebaran satuan ini sekitar 30 % dari daerah

selidikan, mulai dari Arah Barat sampai Tenggara P. Sebatik

dan sebagian kecil terdapat dibagian Utara dan Barat P.

Nunukan

Lempung, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi,

plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen.

Penyebaran satuan sedimen ini berada di sekitar barat daya

daerah selidikan, atau tepatnya disekitar pesisir dari Pulau

Bukat dan sekitarnya.

Pasir, ukuran pasir berbutir sedang sampai kasar, kuning

kecoklatan hingga kehijauan, lunak, mengandung pecahan

cangkang moluska, adanya pecahan cangkang foram

(dominan) ukuran cangkang 0.2 - 1.5 cm, terdapat mineral

hitam biotit, mempunyai penyebaran yang tidak terlalu luas

atau sekitar 15 % dari daerah selidikan, atau tepatnya hanya

IV-33

HASIL PENYELIDIKAN

Page 86: 36 sebatik

Laporan Akhir

terdapat di daerah Tenggara P. Sebatik dan sebagian kecil

terdapat di sebelah Baratlaut P Nunukan

Pasir Lanauan, memiliki sifat fisik umumnya Lanau pasiran,

berwarna kehijauan , bersifat lunak, mengandung fluida

sedang, plastisitas rendah, kandungan pasir terdiri dari :

pecahan cangkang moluska, hancur, mengandung mineral

hitamdan sisa organik (berwarna hitam, panjang dan pipih

seperti rambut. dengan penyebaran sempit atau sekitar 5 %

dari daerah selidikan, tepatnya hanya terdapat di daerah

tenggara Pulau Sebatik dan sebagian lagi tersebar di sebelah

Timur P. Sebatik

Pasir Sedikit Kerikilan, berwarna kehijauan, sedikit lanauan,

ukuran pasir sedang-kasar, materi pasir terdiri dari:

cangkang moluska dan foram besar, mineral hitam, biotit,

pemilahan buruk-sedang, sub angular-angular,

penyebarannya sekitar 20 % dari daerah selidikan, atau

tepatnya hanya di sebelah Timur Pulau Sebatik dan sebagian

kecil terdapat di sebelah Tenggara P. Sebatik.

Terdapat beberapa faktor yang menentukan terbentuknya pola

sebaran sedimen permukaan dasar laut daerah penyelidikan antara

lain adalah sumber sedimen, jarak transpor sedimen, arus laut/selat

dan bentuk morfologi dasar laut. Sumber sedimen terbesar adalah

daratan pantai yang terdiri dari aluvial pantai hasil erosi daratan.

Aluvium inilah yang dapat diinterpretasikan sebagai sumber detritus

pasir bagi satuan sedimen yang bertekstur kasar di daerah

penyelidikan.

Selanjutnya sumber sedimen lain yang teramati cukup besar adalah

sedimen yang dibawa sungai-sungai yang bermuara ke daerah

penyelidikan. Sungai-sungai tersebut berperan terhadap hadirnya

IV-34

HASIL PENYELIDIKAN

Page 87: 36 sebatik

Laporan Akhir

IV-35

HASIL PENYELIDIKAN

Page 88: 36 sebatik

Laporan Akhir

detritus pada sedimen permukaan dasar laut sampai di bagian

timur laut Selat Nunukan yang membentuk Gosong Makasar di

tengah laut.

Adapun kehadiran sebaran pasiran di sekitar laut lepas

kemungkinan karena jarak transport sedimen yang relatif jauh dan

dibuktikan dengan komposisi dominan pasir tersebut adalah

detritus. Dua faktor lainnya, yaitu arus laut selat dan morfologi

dasar laut teramati dan dapat diinterpretasikan sebagai dua faktor

yang tidak dominan dibandingkan sumber sedimen. Hal ini terbukti

dengan dominannya sebaran pasir kerikilan yang berkomposisi

campuran antara detritus dan pasir laut.

4.4.3 Mineral Berat

Berdasarkan hasil preparasi dan analisa yang dilakukan terhadap

contoh sedimen pantai maupun dasar laut didapatkan 7 jenis

mineral berat dan 1 jenis mineral ringan serta 2 material bawaan.

Mineral berat yang diperoleh berupa: magnetit, hematit,

hornblende, limonit, zirkon, dolomit dan pirit. Mineral ringan yang

teramati pada analisis ini adalah kuarsa sedangkan material bawaan

berupa kayu teroksidasi dan cangkang.

Penyajian kadar mineral-mineral di atas untuk tiap lokasi contoh,

berupa persen berat yang merupakan harga perbandingan jumlah

berat mineral yang bersangkutan (gram) terhadap jumlah total

berat mineral berat (gram) dalam fraksi sedimennya lalu dikalikan

100 persen.

Magnetit (Fe3O4), termasuk dalam kelompok oksida kenampakan

sepintas mirip dengan ilmenit dengan variasi warna hitam hingga

hitam agak kebiruan, kilap sub metalik, dengan bentuk khas

biasanya berupa untaian (saling berangkai membentuk untaian

rantai). Magnetit terbentuk dibawah kondisi yang agak lemah

dibanding hematit berupa endapan bijih, umumnya terjadi pada IV-36

HASIL PENYELIDIKAN

Page 89: 36 sebatik

Laporan Akhir

beberapa tipe batuan magmatik, pegmatit dan kontak metasomatik

(Betekhtin. A, 1976).

Di lokasi kegiatan pada sedimen dasar lautnya kehadiran mineral ini

dijumpai dengan kisaran mulai dari 0.0795% (SBT05-02) pada

sedimen lumpur pasiran sedikit kerikilan yang dijumpai di sekitar

selat antara Nunukan dan Sebatik tepatnya di utara pantai Sei

Bolong hingga dengan kandungan tertinggi sebesar 2.5496% berat

(SBT05-51) terakumulasi di sedimen pasir sedikit kerikilan yang

terdapat di perairan sebelah baratlaut Karang Unarang, selain itu

dijumpai pula di lepas pantai selatan Tanjung Batulamampu,

Sebatik (SBT05-44) dalam sedimen lanau pasiran dengan

kandungan 0.248% berat. Sementara untuk sedimen pantai,

mineral ini dijumpai dari kisaran 0.0525% berat (di sekitar pantai

Sei Nyamuk) hingga 0.6364% berat (sekitar pantai Sei Bajau).

Hematit (Fe2O3): komposisi kimia mineral ini 70% berupa Fe dan

sisanya merupakan percampuran dari isomorphus Ti (titanhematit)

dan Mg. Sistem kristal trigonal; simetri dan ditrigonal scalenohedral

dengan struktur kristal yang analog dengan korondum. Keterjadian

dan keterdapatan di alam terbentuk di bawah kondisi oksidasi.

Umumnya ditemukan dalam endapan yang berkaitan dengan proses

hidrotermal yang berasosiasi dengan kuarsa, barit kadang-kadang

dengan magnetit, siderit dan klorit (Betekhtin. A, 1976).

Keterdapatan di daerah penelitian cukup merata walaupun dijumpai

dalam jumlah yang relatif kecil. Kisaran kandungan mineral ini

berkisar antara 0.0001% berat yang ditemukan di lepas pantai

sebelah timur Sei Taiwan (SBT05-56) pada sedimen pasir hingga

kandungan yang tertinggi dijumpai di tenggara lepas pantai Sei

Nyamuk (SBT05-53) terdapat pada sedimen pasir kerikilan dengan

kandungan sebesar 0.0073% berat. Adapun di bagian pantainya,

keterdapatan mineral ini dijumpai di sekitar pantai Tanjung Aru (BT

IV-37

HASIL PENYELIDIKAN

Page 90: 36 sebatik

Laporan Akhir

9) dan dermaga Sei Nyamuk (BT 10) dengan kisaran 0.0013%

hingga 0.032% berat.

Hornblende {Ca2Na(Mg,Fe)4 (Al,Fe) (OH)2: merupakan bagian

dari grup amphibol. Komposisi kimiawinya sangat bervariasi dengan

sistem kristal monoklin berupa simetri dan prismatik (Betekhtin. A,

1976).

Keterdapatannya di daerah penelitian tidak menunjukkan kehadiran

yang signifikan, hanya dijumpai di 2 lokasi masing-masing di

perairan (selat) antara P. Tinabasan dan P. Nunukan (SBT05-01)

sebesar 0.0001% berat pada sedimen pasir dan di pantai sekitar

dermaga Sei Nyamuk (BT 10) sebesar 0.021% berat.

Limonit (HFeO2.nH2O): memiliki komposisi kimiawi secara

normatif terdiri atas Fe2O3 89.9% dan H2O 10.1%. Sistem kristalnya

orthorombik yang simetri dan rhombik dipiramidal dengan

kekerasan berkisar antara 4.5 hingga 5.5 (skala Mohs).

Keterdapatannya di daerah penelitian hanya dijumpai di 4 lokasi

dengan kandungan terendah ditemukan pada sedimen pasir yang

terdapat di sekitar perairan (selat) antara P. Tinabasan dan P.

Nunukan (SBT05-01) dengan kandungan 0.0001% berat dan

tertinggi sebesar 0.0025% berat pada sedimen pasir yang dijumpai

di perairan utara Karang Unarang (SBT05-50). Sedangkan 2 contoh

lain ditemukan di sedimen pantainya dengan kisaran antara

0.0014% (BT 9 atau sekitar pantai Tanjung Aru) hingga 0.0081%

berat (BT 8 atau di sekitar pantai Sei Bajau).

Zirkon (ZrSiO4), termasuk grup silikat putih/bening, terjadi pada

daerah yang berasosiasi dengan batuan intrusi magmatik (granitik),

nephelin, syenit dan diorit atau bisa pula ditemukan pada tuff.

Merupakan mineral yang memiliki kemanfaatan tinggi karena sifat

kristalnya.

IV-38

HASIL PENYELIDIKAN

Page 91: 36 sebatik

Laporan Akhir

Kehadiran di daerah penelitian terdapat di 11 lokasi dari seluruh

contoh yang dianalisa. Dijumpai dengan keterdapatan terendah di

sekitar perairan (selat) antara P. Nunukan dan P. Tinabasan

(SBT05-01) pada sedimen pasir dan di lokasi paling utara atau lepas

pantai timur Sei Nyamuk (SBT05-58) dengan kandungan 0.0001%

berat sedangkan kandungan tertingginya dapat ditemukan pada

sedimen pasir lanauan di perairan sebelah timurlaut Karang

Unarang (SBT05-49) dengan kandungan sebesar 0.004% berat.

Adapun di sedimen pantainya hanya dijumpai di sekitar pantai

Batulamampu (BT 7) dengan kandungan sebesar 0.0034% berat.

Dolomit {CaMg(CO3)2}: secara normatif berkomposisi CaO

30.4%, MgO 21.7%, dan CO2 47.9%. Sistem kristal rhombohedral

dengan kekerasan 3.4 hingga 4 (skala Mohs) serta umumnya

berwarna putih keabuan dan terkadang kecoklatan dengan SG 2.9

(Betekhtin, A., 1976).

Kehadirannya di daerah penelitian terdapat pada semua contoh

yang dianalisa dengan kisaran keterdapatan antara 0.0003% berat -

yang dijumpai di perairan utara Sei Bolong, Nunukan (SBT05-02)

pada sedimen lumpur pasiran sedikit kerikilan hingga kandungan

tertinggi sebesar 0.035% berat terakumulasi pada sedimen pasir

sedikit kerikilan yang dijumpai di perairan sebelah baratlaut Karang

Unarang (SBT05-51). Sedangkan untuk sedimen pantainya, mineral

ini dijumpai di sekitar pantai Sei Pancang (BT 4) dengan kandungan

0.0007% berat dan kandungan 0.023% berat sebagai kandungan

tertinggi yang dijumpai di sekitar pantai Tanjung Batulamampu (BT

7).

Pirit (FeS): pada contoh yang bersifat insitu mineral ini dapat

dijadikan penciri proses mineralisasi tahap awal. Komposisi kimia

normatif terdiri dari Fe 46.6% dan S 53.4% dengan sistem kristal

IV-39

HASIL PENYELIDIKAN

Page 92: 36 sebatik

Laporan Akhir

kubus simetri serta dicirikan dengan kilap logam yang kuat dan SG

4.9 hingga 5.2 (Betekhtin, A., 1976).

Keterdapatan mineral di daerah penelitian berdasarkan contoh yang

dianalisa dapat dijumpai di sekitar perairan Gosong Makasar

(SBT05-38) dengan kandungan terendah sebesar 0.0002% berat

yang terdapat pada sedimen lanau pasiran hingga kandungan

tertinggi sebesar 0.004% berat yang dijumpai di sekitar muara

perairan antara P. Tinabasan dan P. Nunukan (SBT05-11) yang

terakumulasi pada sedimen lanau.

4.4.4 Fosil Mikro Fauna Hasil analisis ostracoda menunjukkan kelimpahan dan

keanekaragaman yang kurang bervariasi bila dibandingkan dengan

perairan sekitar Tarakan dan Delta Mahakam, yaitu terdapat 82

spesies dan empat diantaranya belum diidentifikasi (Lampiran).

Ostracoda tidak ditemukan pada 18 titik lokasi dan 15 titik lokasi

diantaranya terletak di sekitar P. Nunukan yang dipengaruhi oleh

kegiatan sungai. Hal ini dapat dilihat dari keterdapatan sisa-sisa

tanaman secara dominan dan sedikit mengandung sedimen. Namun

demikian ada satu titik lokasi di dekat P. Tinabasan dimana

ostracoda dan foraminifera dijumpai sangat melimpah tetapi

mempunyai kenampakan cangkang kurang baik, berwarna

kecoklatan dan ostracoda umumnya ditemukan dalam bentuk

tangkupan (carapace). Kemudian ostracoda mulai muncul dalam

jumlah tidak melimpah di daerah transisi dan ditemukan secara

melimpah di laut lepas daerah penelitian.

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa ada 9 species ostracoda yang

dijumpai cukup melimpah dan tersebar cukup merata terutama di

laut lepas yaitu beberapa species dari genus Hemicythreidea (Foto

4.8): Hemicytheridea cf. H. reticulata, Hemicytheridea reticulata,

IV-40

HASIL PENYELIDIKAN

Page 93: 36 sebatik

Laporan Akhir

genus Keijella (Foto 4.9): Keijella kloempritensis, Keijella

multisulcus, Keijella reticulata Phlyctenophora orientalis, Cytherella

semitalis, Pistocythereis bradyiformis, dan Alocopocythere

kendengensis. Ada beberapa spesies yang dijumpai sangat

melimpah pada titik lokasi tertentu:

• Foveoleberis cyraeoides sangat dominan di titik lokasi SBT-46,

• Phlyctenophora orientalis di SBT-45,

• Hemicytheridea reticulata di SBT-35, -38, -52, –57

Jumlah spesies bervariasi dari 1 hingga 33 dan nilai tertinggi dimiliki

oleh titik lokasi SBT-47 yang terletak tidak jauh dari Karang

Unarang. Pada titik lokasi ini jumlah spesimen tidak dijumpai

maksimal namun ditemukan di dekat P. Tinabasan (SBT-01).

Berdasarkan dari tipe habitatnya, ostracoda yang ditemukan di

daerah penelitian umumnya penciri perairan laut dangkal dan hanya

dua spesies yaitu Myocyprideis sp. dan Sinocytheridea sp. yang

merupakan penciri perairan transisi antara air tawar dan asin.

Jumlah spesies kurang dari 10 ditemukan pada lokasi sekitar

sebelah selatan P. Nunukan dan P. Sebatik yang merupakan daerah

transisi antara daerah sekitar muara sungai dan laut lepas.

Sedangkan jumlah spesies lebih dari 30 ditemukan pada lima titik

lokasi yang terletak di perairan laut lepas (SBT-29, -46, -47, -52

dan -58).

Hasil penghitungan indeks diversitas menurut rumus Shannon-

Weaver / H (S) menunjukkan nilai antara 1.098 sampai 3. 49 pada

17 titik lokasi. Nilai indeks diversitas tidak dapat dihitung pada

beberapa titik lokasi yang tidak ditemukan mikrofauna ataupun

mempunyai jumlah spesies sangat rendah, terutama pada titik-

titik lokasi yang terletak di sekitar P. Sebatik. Nilai indeks diversitas

sangat tinggi (> 3), yang mencerminkan kondisi lingkungan sangat

bagus, terdapat pada lima titik lokasi di laut lepas Sedangkan nilai

indeks diversitas kurang dari dua sebagai pencerminan kondisi

IV-41

HASIL PENYELIDIKAN

Page 94: 36 sebatik

Laporan Akhir

lingkungan kurang baik bagi kehidupan mikrofauna terdapat pada 7

titik lokasi yang tersebar tidak merata baik di daerah transisi

maupun di laut lepas.

Foto 4.8. Hemicytheridea spp. Foto 4.9. Keijella spp.

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa ostracoda tidak ditemukan di

titik-titik lokasi sekitar P. Nunukan, namun kondisi dasar perairan

dapat dideteksi dari keterdapatan beberapa spesies foraminifera di

titik-titik lokasi tersebut yang diuraikan di bawah ini.

Foraminifera.

Beberapa spesies foraminifera bentik dijumpai cukup dominan di

beberapa titik-titik lokasi tertentu sebagai berikut:

• Asterorotalia trispinosa (SBT-23, -33, -34, -35, -37, -39, -

50, -52, -55 dan -56),

• Ammonia beccarii (SBT-11, -40),

• Cibicides sp. (SBT-47) ,

• Elphidium gunteri, Quinqueloculina sp. dan Textularia sp.

Dua spesies pertama ini cukup mendapat perhatian karena

mempunyai keterkaitan erat dengan kondisi lingkungan setempat.

Asterorotalia merupakan genus yang dapat bertahan dalam kondisi

lingkungan buruk karena bentuk morfologisnya yang mempunyai

IV-42

HASIL PENYELIDIKAN

Page 95: 36 sebatik

Laporan Akhir

duri sebagai penyangga tubuhnya pada dasar perairan berupa

lumpur atau arus deras. Selain itu, Asterorotalia di daerah

penelitian mempunyai bentuk morfologis yang bervariasi yaitu

berduri dua, empat, lima bengkok dan ada dua duri yang muncul

berdekatan (Foto 4.10), dimana pada umumnya genus ini berduri

tiga (Foto 4.11A). Selain itu dijumpai pula cangkang yang tidak

normal pada Elphidium berupa kerusakan kamar-kamarnya (Foto

4.11B)

Foto 4.10. Genus Asterorotalia dengan berbagai bentuk morfologis yang tidak normal.

Foto 4.11A. Bentuk normal Asterorotalia Foto 4.11B. Bentuk abnormal Elphidium

IV-43

HASIL PENYELIDIKAN

Page 96: 36 sebatik

Laporan Akhir

4.4.5 Mineral Lempung

Suatu mineral silika dapat berubah menjadi mineral silika lain yang

lebih stabil dengan mengubah keteraturan struktur kristalnya. Studi

diagenesis silika pada sedimen klastik menunjukkan perubahan

yang progresif dari silika non-kristalin menjadi opal-CT dan opal-C.

Urutan perubahan yang sama juga ditunjukkan oleh beberapa hasil

eksperimen kristalisasi silika di laboratorium.

Pada tulisan ini diuraikan suatu metode optimum yang mempunyai

reproduksibilitas tinggi yang dapat digunakan untuk mengukur

derajat kristalinitas silika berdasarkan pola XRD diuraikan. Karena

semua mineral silika menunjukkan adanya refleksi atau peak atau

hump pada posisi 4,0 hingga 4,3 Å (sekitar 22°2θ ), maka

kristalinitas silika dapat diekuivalenkan dengan melihat bentuk peak

XRD, meliputi intensitas atau tinggi dan lebar pada posisi sekitar 4 Å

Berdasarkan 6 contoh yang dianalisa di daerah telitian mineral

kuarsa (SiO2) dijumpai di seluruh contoh yang dianalisa dengan

keterdapatan (score) yang paling dominan berkisar antara 75

hingga 90 (Lampiran), karena mineral ini secara struktur kristal

memang merupakan mineral silika mikrokristalin yang paling stabil

struktur kristalnya. Kenampakan umum karakteristiknya

diperlihatkan dengan pemunculan 2 puncak (peak) yang berkisar

pada 3.34 Å dan 4.25 Å. Selain kuarsa, dimana indikasi

keterdapatan tertinggi dijumpai di lokasi contoh BH-2 pada

kedalaman 26 meter (score 90), berdasarkan kenampakan

mikroskopis dengan menggunakan alat scanning electron

microscope (SEM), mineral silika mikrokristalin lainnya yang dapat

teramati adalah kristobalit dengan dicirikan kenampakan

strukturnya yang berlapis (sama dengan tridimit, hanya dibedakan

derajat intensitas difraktographnya); (Foto 4.12).

IV-44

HASIL PENYELIDIKAN

Page 97: 36 sebatik

Laporan Akhir

3

(X)

Gambar 4.12. Kenampakan mineral kristobalit (X) pada lokasi Bor D

Mineral dengan keterdapatan tertinggi ke-dua setelah kuarsa adalan

halite (NaCl/ sodium cloride) dijumpai di daerah telitian dengan

kisaran score antara 25 hingga 47 (Lampiran), khusus untuk lokasi

contoh SBT05-19 dan SBT05-30, keduanya merupakan sedimen

lanau - memperlihatkan kekerapan yang tinggi, ini diduga

kaitannya dengan kondisi contoh yang berasal dari sedimen dasar

laut sehingga masih dipengaruhi oleh keberadaan air laut. Secara

kenampakan fisik mineral halite dicirikan dengan warna bening atau

putih dengan kekerasan 2 (skala Mohs) dan sifat kristal yang

transparan hingga translusen dengan sistem kristal isometrik-

hexoktahedral serta kilap kaca (gelas) yang secara difraktogram

memperlihatkan kisaran intensitas puncak (peak) pada 2.82 Å

(sangat kuat) dan 1.99 Å (sedang).

Illite adalah salah satu mineral lempung yang terbentuk selama

proses alterasi dari kelompok mineral silikat seperti mika dan

IV-45

HASIL PENYELIDIKAN

Page 98: 36 sebatik

Laporan Akhir

feldspar atau hasil pelapukan dari muskovit. Mineral ini secara

kristalografi memiliki sistem kristal monoklin dengan kilap tanah

serta sekala kekerasan antara 1-2 (antara talc dan gypsum).

Di daerah penelitian kehadiran mineral ini dapat dijumpai dengan

kekerapan yang cukup tinggi (score). dan secara kenampakan foto

mikrograph dengan memanfaatkan teknologi SEM diperoleh image

seperti gambar di bawah Foto 4.13

(Y)

Gambar 4.13. Kenampakan image mineral illite (Y) di lokasi SBT05-19

4.4.6 Pemboran Inti Geoteknik

Untuk mengetahui kondisi lapisan tanah/sedimen bawah

permukaan di Perairan Nunukan, telah dilakukan pemboran inti

pada 2 (dua) lokasi terpilih, yaitu BH-1 mencapai kedalaman 60 m

dan BH-2 mencapai kedalaman 60 m (Lampiran). Adapun ke 2

(dua) lokasi tersebut yaitu (Gambar 4.8):

• Tenggara Mamolo, Nunukan (BH-1 ) dengan koordinat

117°53’36,0” BT ; 04°1’02,5” LU dan

IV-46

HASIL PENYELIDIKAN

Page 99: 36 sebatik

Laporan Akhir

• Selatan Batulamampu, Sebatik (BH-2 ) dengan koordinat

117°45’51,5” BT ; 03°59’37,9” LU

Hasil Penyelidikan geologi teknik di Semengkadu dan Sebatik

Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur adalah sebagai

berikut :

Dari hasil pemboran dangkal yang dilakukan di 2 (dua) titik

pemboran yang terletak di dua lokasi yaitu 1(satu) titik di

Mamolo/Semengkadu Nunukan dan di Batulamampu Sebatik,

keduanya termasuk dalam satu kabupaten yaitu Kabupaten

Nunukan.

Pemboran di Semengkadu BH-01 menunjukkan bahwa secara

umum lapisan tanah pada lokasi ini secara berurutan dari lapisan

teratas ke bawah adalah, berupa : Pasir (endapan pantai) berwarna

coklat, ukuran butir sedang,bersifat lepas(urai),berikut Pasir

lanauan, coklat - abu-abu sampai kehitaman,agak padat lunak,di

bawahnya Lanau lempung/pasiran,abu-abu kecoklatan, plastisitas

tinggi, ke bawah semakin padat/kenyal, teguh,sampai pada

kedalaman 26 meter, sesudahnya berupa pasir warna coklat

kekuningan,butiran sedang,agak padu komposisi kwarsa.Sedangkan

di Batulamampu di Pulau Sebatik BH-02, menunjukkan lapisan dari

atas berupa Pasir yang berwarna coklat ukuran butir halus-sedang

bersifat urai,berikutnya batupasir lanauan,coklat keabuan,ukuran

butir sedang-halus agak padu,kemudian dibawahnya

batulempung,abu-abu,keras,struktur laminasi kondisi lapuk ringan

(slighty weathered).

Deskripsi Hasil Pemboran

Deskripsi hasil pemboran mesin yang dilakukan di lapangan dapat

disajikan dalam bentuk tabel 4.4 dan 4.5 sebagai berikut :

IV-47

HASIL PENYELIDIKAN

Page 100: 36 sebatik

Laporan Akhir

No. Bor

Kedalaman

Deskripsi

Keterangan

BH-01 0.00 – 13.00 Pasir(endapan pantai) coklat,ukuran butir sedang, bersifat urai (lepas) Komposisi kwarsa/ silika

13,00 –26.00

Lempung,lanauan/, ,coklat,ukuran butir sedang,plastisitas sedang,agak padat,lunak

26,00 – 60,00

Pasir,coklat kekuningan,ukuran butir sedang-halus, padat,padu

UDS diambil interval 5 meter

BH-. 02 0.00 – 2,00 Pasir (endapan pantai) Putih cokelat, ukuran butir halus-sedang, urai (lepas) ,lunak.

2,00 – 5,00

Coklat, ub. Sedang- halus,berlapis, agak keras.

5,00 – 21,00

Batupasir,Lanau Coklat kehitaman,ukuran sedang – halus berlapis,agak keras.

UDS diambil interval 5 mtr

21,00 – 60,00

Batulempung Abu-abu,keras ,laminasi,kondisi lapuk ringan.

Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Pemboran

IV-48

HASIL PENYELIDIKAN

Page 101: 36 sebatik

Laporan Akhir

Hasil Uji Penetrasi/ Standart Penetration Test Uji Penetrasi

SPT No.

Kedalaman (m) N1 N2 N3 N

Keterangan

BH– 01

BH - 02

3,50 – 4,00

5,50 – 6,00

7,50 – 8,00

9,50 – 10,00

12,50 – 13,00

14,5 – 15,00

16,50 – 17,00

19,00 – 19,50

22,50 – 23,00

24,50 – 25,00

26,00 – 26,50

30,00 – 30,50

34,50 – 35,00

36,50 – 37,00

38,50 – 39,00

40,00 – 40,50

43,00 – 43,50

45,50 – 46,00

48,50 – 49,00

50,50 – 51,00

53,50 – 54,00

55,50 – 56,00

58,00 – 58,50

2,00 – 2,50

5,00 – 5,50

2/15

5/15

4/15

4/15

7/15

4/45

5/45

3/15

4/15

4/15

10/15

9/15

11/15

9/15

6/15

10/15

10/15

10/15

8/15

10/15

10/15

9/15

10/15

14/15

50/15

4/15

7/15

6/15

7/15

8/15

-

-

3/15

6/15

6/15

10/15

10/15

12/15

10/15

11/15

12/15

11/15

11/15

12/15

12/15

11/15

12/15

12/15

37/10

5/15

7/15

7/15

8/15

8/15

-

-

4/15

6/15

7/15

12/15

12/15

12/15

11,50

11/15

12/15

12/15

13/15

13/15

12/15

12/15

13/15

13/15

9

14

13

15

16

4

4

7

12

13

22

22

24

22

22

24

23

24

25

25

23

25

25

37

50

Tabel 4.5 Hasil Uji Penetrasi / SPT

PENYELIDIKAN LABORATORIUM.

Hasil penyelidikan di lokasi Mamolo/Semengkadu dan

Batulamampu,Pulau Nunukan sebagai berikut :

1. Uji Atterberg Limit

- Liquit Limt (LL) : 42,36 – 58,70 %

- Plastis Limit (PL) : 16,41 – 20,16 %

IV-49

HASIL PENYELIDIKAN

Page 102: 36 sebatik

Laporan Akhir

- Plastisitas Index (PI) : 24,55 - 38,54 %

2. Uji Natural State

- Water Content : 42,15 – 57,30

- Wet Density : 1,620 – 1,900

- Dry Density : 1, 463 – 1,528

- Specific Gravity (Gs) : 2,630 – 2,670

- Voit Ratio (e) : 1,300 – 2,26

- Porosity (n) : 55,25 – 74,13

- Degredation Saturation (Sr) : 93,22 – 100,39 %

3. Gradation G : 10

S : 4,00 – 55,00

M : 28,00 – 46,00

C : 35,006 – 41,00

4. Uji Triaxial

- Cohesion (C) : 0,032 – 0,83 kg/m2

- Angle of Int. Friction (Ø) : 1,30, - 3,80 o

5. Uji Konsolidasi

- Index Compresion (Cc) : 0,10 – 0,280

- Index Sweling (Cs) : 0,0074 – 0,1285

- Koeffissien Konsolidasi (Cv) : 0,00797 – 0,00963

- Tegangan Awal (Tc) : 1,50 – 2,00

6. USCS

- kelas Tanah : CH – CL

IV-50

HASIL PENYELIDIKAN

Page 103: 36 sebatik

Laporan Akhir

4.4.7 Pembahasan Unsur Utama Berdasarkan hasil analisa unsur utama terhadap 22 contoh

diperoleh nilai/kandungan dari 10 unsur utama (Lampiran). Kondisi

contoh yang dianalisa berasal baik dari contoh sedimen dasar laut

(7 contoh), sedimen pantai hasil pemboran tangan (11 contoh) dan

contoh hasil pemboran mesin (4 contoh).

Untuk pembahasan di subbab ini, akan dibahas karakterisasi setiap

contoh khususnya contoh yang berasal dari sedimen dasar laut dan

pantai terhadap variasi keterdapatan unsur utama seperti TiO2,

Al2O3, MgO, Na2O dan CaO terhadap kandungan SiO2 untuk

mengetahui karakterisasi contoh-contoh dimaksud.

Berdasarkan hasil penggambaran kurva kartesius untuk contoh

yang berasal dari sedimen dasar laut (terdiri atas SBT-08, 19, 44,

47, 55, 57 dan 58) dari konsentrasi unsur-unsur di atas sebagai

absis terhadap kandungan SiO2 sebagai ordinat terlihat adanya

bentuk kecenderungan (trend) yang relatif seragam (menggunakan

pola logaritma), dimana kandungan unsur-unsur seperti TiO2, Al2O3,

MgO, Na2O dan CaO akan menurun ke arah barat daya sejalan

dengan peningkatan kandungan SiO2 nya. (Gambar 4.14a,b,c,d dan

e). Dimana lokasi contoh SBT-08 yang merupakan sedimen lanau

yang terletak di lepas perairan P. Nunukan adalah merupakan

contoh dengan kandungan SiO2 tertinggi sekaligus merupakan

contoh dengan kandungan TiO2, Al2O3, MgO, Na2O dan CaO yang

terendah.

Sedangkan kenampakan kurva berdasarkan kandungan 5 unsur

utama seperti di atas (TiO2, Al2O3, MgO, Na2O dan CaO) sebagai

ordinat terhadap SiO2 - sebagai absis untuk sedimen pantai hasil

pemboran tangan yang terdiri atas lokasi contoh BT 2 (Tg.

Semengkadu), STA-II, (selatan Tg. Harapan, Nunukan), BT 4 (Sei

Pancang), BT 5 (Sei Taiwan), BT 8 (Sei Bajau) dan BT 9 (Tg. Aru)

IV-51

HASIL PENYELIDIKAN

Page 104: 36 sebatik

Laporan Akhir

dengan kedalaman berkisar antara 20 hingga 60 cm,

memperlihatkan pola kecenderungan (trend) yang lebih bervariasi

(menggunakan pola polynomial), (Gambar 4.15a,b,c,d dan e). Dari

gambar-gambar tersebut, nampak distribusi contoh untuk unsur

utama TiO2 memperlihatkan bentuk kurva parabolik utuh (Gambar

4.14 e). dimana contoh dengan kandungan TiO2 yang terendah (BT

4) sekaligus merupakan contoh dengan kandungan SiO2 tertinggi,

sedangkan pada lengan satunya memiliki kandungan SiO2 terendah

(BT 5). Kenampakan berbeda juga terlihat pada distribusi contoh

untuk unsur Al2O3 yang memperlihatkan pola kecenderungan

menyerupai kurva ellipsoid yang menghadap ke bawah (Gambar

4.15 b),. Sedangkan bentuk kurva yang sama diperlihatkan oleh

distribusi contoh untuk unsur-unsur seperti MgO, CaO dan Na2O

dengan pola kecenderungan (trend) berupa setengah parabolik ke

atas (Gambar 4.15 c,d,e). Namun demikian dari semua bentuk

kurva di atas, yang menarik untuk dicermati adalah kesamaan

dalam hal kandungan SiO2, dimana distribusi unsur utama untuk

semua contoh - kandungan SiO2 tertingginya terdapat di lokasi

contoh BT 4 di sekitar Sei Pancang, Sebatik pada sedimen lanau

pasiran yaitu sebesar 95,95% berat.

4.4.8 Pembahasan Unsur Tanah Jarang (Rare Earth

Element/REE)

Unsur tanah jarang (Rare Earth Element/ REE) dari mulai lantanum

hingga lutetium adalah merupakan anggota dari Golongan IIIA

dalam susunan tabel berkala dengan sifat kimia dan kenampakan

yang hampir sama satu dengan lainnya. Geokimia unsur tanah

jarang merupakan hal yang menarik untuk diketahui karena

dengan mengamati derajat fraksinasi REE dalam suatu batuan atau

mineral dapat mengetahui keterjadian (genesis) batuan atau

mineral yang bersangkutan.

IV-52

HASIL PENYELIDIKAN

Page 105: 36 sebatik

Laporan Akhir

Karakteristik Sedimen Dasar L t

SBT-08 SBT-58

SBT-44

SBT-57

SBT-47 SBT-55

BT-19

Gambar 4.14a. Pola kecenderungan kandungan TiO2 terhadap SiO2

Karakteristik Sedimen Dasar Laut

SBT-19

SBT-55

SBT-47

SBT-57

SBT-44

SBT-58SBT-08

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

54 58 62 66 70 74 78 82 86 90 94

SiO2 (%-berat)

Al

O (%

-ber

at)

Gambar 4.14b. Pola kecenderungan kandungan Al2O3 terhadap SiO2

IV-53

HASIL PENYELIDIKAN

Page 106: 36 sebatik

Laporan Akhir

HASIL PENYELIDIKAN

Karakteristi Sedimen Dasar Laut

SBT-08

SBT-58

SBT-44

SBT-57

SBT-47

SBT-55

SBT-19

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

54 58 62 66 70 74 78 82 86 90 94

SiO2 (%-berat)

MgO

(%-b

erat

)

k

Gambar 4.14c. Pola kecenderungan kandungan MgO terhadap SiO2

Gambar 4.14d. Pola kecenderungan kandungan Na2O terhadap SiO2

Karakteristik Sedimen Dasar Laut

SBT-08SBT-58

SBT-44

SBT-57SBT-47

SBT-55

SBT-19

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

54 58 62 66 70 74 78 82 86 90 94

SiO2 (%-berat)

Na

O (%

-ber

at)

IV-54

Page 107: 36 sebatik

Laporan Akhir

Karakteristik Sedimen Dasar Laut

SBT-08

SBT-58

SBT-44

SBT-57

SBT-47

SBT-55

SBT-19

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

54 58 62 66 70 74 78 82 86 90 94

SiO2 (%-berat)

CaO

(%-b

erat

)

Gambar 4.14e. Pola kecenderungan kandungan CaO terhadap SiO2

Gambar 4.15a. Pola kecenderungan kandungan TiO2 terhadap SiO2

Karakteristik Sedimen Pantai

BT-4

BT-5BT-9

BT-08

BT-2

STA-II

-0.05

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97

SiO2 (%-berat)

TiO

2 (%

-ber

at)

IV-55

HASIL PENYELIDIKAN

Page 108: 36 sebatik

Laporan Akhir

HASIL PENYELIDIKAN

.

Karakteristik Sedimen Pantai

BT-4

BT-5

BT-9

BT-08

BT-2

STA-II

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97

O2 (%-berat)

Al

(%-b

erat

)O

Si

Gambar 4.15b. Pola kecenderungan kandungan Al2O3 terhadap SiO2

Gambar 4.15c. Pola kecenderungan kandungan MgO terhadap SiO2

Karakteristik Sedimen Pantai

BT-4

BT-5

BT-9

BT-08

BT-2

STA-II

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97

SiO2 (%-berat)

MgO

(%-b

erat

)

IV-56

Page 109: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gambar 4.15d. Pola kecenderungan kandungan Na2O terhadap SiO2

Karakteristik Sedimen Pantai

BT-4

BT-5

BT-9

BT-08

BT-2STA-II

-0.05

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97

SiO2 (%-berat)

Na

O (

%-b

erat

)

Gambar 4.15e. Pola kecenderungan kandungan CaO terhadap SiO2

Karakteristik Sedimen Pantai

BT-4

BT-5

BT-9

BT-08

BT-2

STA-II

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97

SiO2 (%-berat)

CaO

(%-b

erat

)

IV-57

HASIL PENYELIDIKAN

Page 110: 36 sebatik

Laporan Akhir

Dari hasil analisa geokimia terhadap 28 contoh, baik yang berasal

dari sedimen laut maupun pantainya, unsur-unsur yang dianalisa

berturut-turut dari LREE ke HREE adalah: Lanthanum (La), Cerium

(Ce), Lutetium (Lu), Niodimium (Nd), dan Ytterbium (Yb);

(Lampiran)

Lantanum (La)

Unsur ini memiliki nomor atom 57 dengan berat atom 138,9055,

karena nomor dan massanya yang ringan unsur ini dikelompokan

kedalam unsur tanah jarang ringan (LREE).

Di daerah telitian untuk contoh sedimen dasar laut yang terwakili

oleh 13 contoh yang dianalisa memberikan kisaran antara 5.57

ppm dijumpai di lepas pantai Tg. Batulamampu lepas perairan P.

Sebatik (SBT05-45) pada sedimen pasir hingga yang tertinggi

sebesar 62 ppm di sekitar baratdaya perairan Karang Unarang

(SBT05-26) dijumpai pada sedimen lanau pasiran.

Untuk contoh sedimen pantainya yang terwakili oleh 11 contoh yang

dianalisa - di luar contoh yang berasal dari pemboran mesin,

keterdapatan unsur ini berkisar dari yang terendah 1.70 ppm

terdapat di lokasi bor tangan BT-04 (di sekitar Sei Pancang,

Sebatik) pada kedalaman 60 cm hingga 100 cm dengan sedimen

berupa lanau pasiran, hingga konsentrasi yang tertinggi sebesar

44.0 ppm di jumpai di lokasi bor tangan BT-05 (sekitar pantai Sei

Taiwan, Sebatik) pada kedalaman 20 cm hingga 60 cm pada

sedimen pasir sedikit kerikilan.

Cerium (Ce)

Unsur ini memiliki nomor atom 58 dengan berat atom 140,12.

Seperti halnya lantanum, unsur inipun termasuk dalam kelompok

unsur tanah jarang yang ringan (LREE). Kandungan keterdapatan

unsur ini di daerah penelitian untuk contoh sedimen dasar lautnya

berkisar antara 0.01 ppm (dijumpai di 3 lokasi: SBT05-47, 54 dan

IV-58

HASIL PENYELIDIKAN

Page 111: 36 sebatik

Laporan Akhir

58) pada sedimen lanau pasiran dan pasir sedikit kerikilan, hingga

kandungan yang tertinggi dijumpai di sekitar sebelah utara perairan

Karang Unarang (SBT05-51) dengan kandungan 52.1 ppm pada

sedimen pasir sedikit kerikilan.

Untuk contoh sedimen pantai hasil pemboran tangan, kisaran

kandungan unsur ini berkisar antara 0.02 ppm yang dijumpai di

sekitar pantai Sei Taiwan sebatik (BT-05) dengan kedalaman 20 cm

hingga 60 cm pada sedimen pasir sedikit kerikilan hingga

kandungan tertinggi sebesar 34.19 ppm yang dijumpai di sekitar

selatan Tg. Harapan, Nunukan (STA-II) pada sedimen lanau

pasiran.

Lutetium (Lu)

Unsur ini memiliki nomor atom 71 dengan berat atom 174.97.

Merupakan bagian dari kelompok unsur tanah jarang yang berat

(HREE). Kandungan keterdapatan unsur ini di daerah penelitian

untuk contoh sedimen dasar lautnya berkisar antara 0.05 ppm yang

dijumpai di sebelah tenggara pantai Tg. Batulamampu (SBT05-45)

pada sedimen pasir, hingga kandungan yang tertinggi dijumpai di

perairan sebelah tenggara Tg. Batulamampu (SBT05-44 dan 28)

dengan kandungan sebesar 2.88 ppm yang terakumulasi pada

sedimen lanau pasiran dan pasir lanauan.

Niodimium (Nd)

Unsur ini memiliki nomor atom 60 dengan berat atom 144,24.

Merupakan bagian dari kelompok unsur tanah jarang yang berat

(HREE). Kandungan keterdapatan unsur ini di daerah penelitian

untuk contoh sedimen dasar lautnya berkisar antara 0.051 sampai

dengan 14,58 ppm yang paling besar dijumpai di sebelah tenggara

pantai Tg. Batulamampu (SBT05-44) dan di selatan kawasan

Karang Unarang (SBT05-26) dengan jenis sedimen berupa lanau

pasir dengan besar kandungan lebih dari 14 ppm, sedangkan

IV-59

HASIL PENYELIDIKAN

Page 112: 36 sebatik

Laporan Akhir

kandungan yang dalam jumlah yang kecil dijumpai di perairan

sebelah tenggara Tg. Batulamampu (SBT05-28) dengan kandungan

sebesar 0,01 ppm yang terakumulasi pada sedimen pasir lanauan.

Untuk contoh sedimen pantainya, keterdapatan unsur ini berkisar

dari yang terendah 1.01 ppm disekitar Tanjung Semengkadu, P.

Nunukan sedangkan terdapat di lokasi bor tangan BT-02 pada

kedalaman 20 cm hingga 60 cm hingga konsentrasi yang tertinggi

sebesar 14.58 ppm di jumpai di lokasi bor tangan BT-05 (sekitar

pantai Sei Taiwan, Sebatik) pada kedalaman 20 cm hingga 60 cm

pada sedimen pasir sedikit kerikilan.

Ytterbium (Yb)

Unsur ini memiliki nomor atom 70 dengan berat atom 173,04.

Merupakan bagian dari kelompok unsur tanah jarang yang berat

(HREE). Kandungan keterdapatan unsur ini di daerah penelitian

untuk contoh sedimen dasar lautnya berkisar antara 0.13 ppm yang

dijumpai di sebelah selatan Karang Unarang (SBT05-25) hingga

kandungan yang tertinggi dijumpai di lokasi contoh SBT05-30 dan

47 dengan kandungan lebih dari 14 ppm yang terakumulasi pada

sedimen lanau dan lanau pasiran.

IV-60

HASIL PENYELIDIKAN

Page 113: 36 sebatik

Laporan Akhir

BAB V

PEMBAHASAN

Kondisi Geologi daratan Pulau Sebatik dan Nunukan di domininasi

oleh Formasi Tabul yang terdiri dari perselingan batulempung,

batupasir, batugamping dan Formasi Meliat berupa perselingan

batupasir, batulempung, dan serpih dengan struktur bersusun,

bioturbasi dan mengandung bintal batugamping , dengan struktur

geologi yang berkembang berupa struktur antiklin dengan arah

barat laut – tenggara (Lihat Peta Geologi / Gb 2.6-). Hal ini sesuai

dengan dijumpainya singkapan dibeberapa tempat, salah satunya

diperoleh di lokasi kegiatan dengan terwakilinya oleh formasi-

formasi seperti Sajau, Tabul dan Meliat dengan diikuti

kemiringannya ke arah laut. Singkapan dari Formasi Tabul antara

Pantai Sei Taiwan dan Tg. Batulamampu, Sebatik yang

memperlihatkan kemiringan ke arah baratdaya (Foto 5.1).

Hasil survei yang telah dilakukan dengan menggunakan metoda

seismik pantul dangkal (Lampiran) memperlihatkan bahwa

terdapat bukti-bukti yang menunjukan perairan di sekitar Karang

Unarang merupakan penerusan alamiah (natural prolongation) dari

daratan Kalimantan Timur atau daratan P. Sebatik yang dipengaruhi

oleh proses asal darat (terestrial) dari daratan Kalimantan Timur.

Hal ini tampak dalam rekaman seismik yang diperoleh pada

beberapa lintasan yang dilakukan.

Batuan dasar akustik yang mendasari daerah telitian dan Karang

Unarang yang terlihat jelas di lintasan Unarang-1 merupakan bagian

dari Formasi Tabul (dengan mensebandingkan terhadap hasill

V-1

PEMBAHASAN

Page 114: 36 sebatik

Laporan Akhir

pemboran BH-2 di sekitar pantai Tanjung Batulamampu yang

diduga berumur Oligo-Miosen;

Foto 5. 1. Singkapan dari Formasi Tabul antara Pantai Sei Taiwan dan Tg. Batulamampu, Sebatik dengan kemiringan ke arah baratdaya

Pada lintasan yang melalui sekitar Karang Unarang nampak jelas

bahwa Karang Unarang adalah merupakan Terumbu Karang (reef)

(Foto 5.2) yang tumbuh di atas batuan dasarnya. Selain itu pula

gambaran hasil rekaman Side Scan Sonar memperlihatkan pola dari

terumbu di sekitar suar Karang Unarang (Gb.5.1).

Foto 5. 2. Kondisi Karang disekitar Suar Karang Unarang

V-2

PEMBAHASAN

Page 115: 36 sebatik

Laporan Akhir

Batuan dasar dari Karang Unarang ini adalah merupakan .

kemenerusan pelamparan batuan yang terdapat di daratan P.

Sebatik yang tampak pada Lintasan 17. Pada lintasan 17 tersebut

di atas memperlihatkan karakteristik rekaman reflektor seismik

yang mencerminkan kondisi geologi dengan kemiringan dan

kemenerusan antiklin yang terdapat di daratannya dan ternyata

menerus hingga ke bawah dasar laut. Kenampakan struktur antiklin

ini masih dapat terlihat hingga lintasan-5. Disamping itu

kenampakan morfologi yang membentuk alur purba bawah

permukaan dasar laut pada lintasan 17 yang merupakan lintasan

terdekat dengan daratan P. Sebatik memperlihatkan bentuk dan

kenampakan yang sama berupa bentuk alur purba bawah dasar laut

di lintasan sekitar Karang Unarang.

Dengan membandingkan ketebalan sedimen transparan pada suatu

runtunan yang sama antara lintasan yang terdekat dengan daratan

Sebatik (Lintasan-17) dengan lintasan yang mendekati Karang

Unarang (Lintasan-9) memperlihatkan penebalan ke arah tenggara

atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa arah sedimen

transpor yang terakumulasi pada cekungan tersebut diduga dari

arah antara barat-baratlaut atau bersumber dari daerah antara

daratan Sebatik-Nunukan. Pendapat ini didukung oleh penampakan

pola reflektor sigmoid-oblique (shingled) yang jelas terlihat di

lintasan-4. Kenampakan dari lintasan ini menceritakan mekanisme

pengendapan yang progradasi dengan energi kecepatan yang relatif

tinggi pada sistem delta (deltaic system).

V-3

PEMBAHASAN

Page 116: 36 sebatik

Laporan Akhir

Gb. 5.1. Rekaman hasil Side Scan Sonar Karang Unarang

Di sisi lain pengaruh daratan dan laut lepas di daerah penelitian

dapat tercermin dari kenampakan morfologis dari struktur

komunitas mikrofauna, khususnya ostracoda. Perairan sekitar P.

Nunukan tidak ditemukan ostracoda dan didominasi oleh

keterdapatan sisa-sisa tanaman yang menunjukkan kondisi

berenergi tinggi. Sisa-sisa tanaman tersebut mempunyai kandungan

cukup tinggi di sekitar P. Nunukan dan berkurang di sebelah

selatan P. Sebatik dan sisa tanaman jarang dijumpai kearah laut

lepas, walaupun masih ditemukan di sekitar Karang Unarang.

Perairan di sekitar P. Nunukan ini merupakan kondisi lingkungan

yang cukup sulit bagi organisme untuk beradaptasi yang

disebabkan oleh banyak faktor seperti pasang surut, pasokan air

V-1

PEMBAHASAN

Page 117: 36 sebatik

Laporan Akhir

sungai dan lain-lain. Aktivitas pasokan air sungai dan sedimentasi

cukup berperan di daerah ini dan disisi lain, pengaruh arus dari laut

lepas juga mempunyai peran tidak kalah penting. Peran aktifitas

laut dapat dilihat dari terakumulasinya spesies ostracoda laut

dangkal di SBT-01 secara melimpah. Kumpulan ostracoda dan

foraminifera bentik secara melimpah di titik lokasi ini

memperlihatkan bahwa arus tidak bergerak mengelilingi P. Nunukan

namun berbalik arah dari titik lokasi tersebut kembali ke arah laut

lepas.

Selain itu kenampakan cangkang yang berwarna coklat atau gelap

dibandingkan warna normal serta cangkang dalam bentuk terkatup

dapat mencerminkan kondisi dasar perairan setempat. Kondisi

cangkang yang berwarna tidak normal, menurut Whatley (1988 dan

Frenzel, 2005, komunikasi pribadi) terjadi pada lingkungan tenang

dengan dasar perairan berupa lumpur kaya akan zat organik dan

aktivitas bakteria menyebabkan cangkang diselimuti oleh zat besi

dan mangan. Namun dilihat dari kondisi cangkang di daerah

penelitian tampak bahwa bewarna gelap terkonsentrasi di bagian

hiasan/retikulasi yang menunjukkan bahwa kumpulan ini sebagai

hasil akumulasi dari kondisi tenang ke titik lokasi tersebut. Faktor

arus kuat yang menyebabkan kecepatan sedimentasi tinggi dapat

ditunjukkan oleh berlimpahnya kumpulan cangkang terkatup.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kumpulan tersebut berasal

dari lingkungan tenang atau terlindung dan dalam waktu yang tidak

lama terpindahkan ke titik lokasi tersebut sebelum cangkang

terpisahkan menjadi dua karena aktivitas biologis.

Beberapa spesies ostracoda mempunyai sebaran dan jumlah cukup

melimpah yang merupakan komunitas penciri laut dangkal dan

hanya dua spesies penciri perairan transisi. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa daerah penelitian termasuk lingkungan laut

dangkal pada zona kedalaman neritik dalam (inner nerritic) yang

V-2

PEMBAHASAN

Page 118: 36 sebatik

Laporan Akhir

mendapat pengaruh dari daratan. Nilai diversitas di daerah

penelitian cukup bervariasi yang dapat mencerminkan kondisi dasar

perairannya, yaitu nilai diversitas rendah di perairan sekitar P.

Nunukan dan nilai yang tinggi ditemukan di perairan laut lepas.

Kondisi ini dapat dikilasbalikkan pada saat merekonstruksi

lingkungan purba.

Bentuk morfologis yang abnormal dari foraminifera, khususnya

genus Elphidium berkaitan dengan beberapa faktor seperti faktor

mekanis berupa lingkungan berenergi tinggi yang dapat merusak

cangkang atau faktor biologis berupa aktivitas bakteri yang

mengakibatkan cangkang menjadi abnormal. Disamping kerusakan

cangkang tersebut, di daerah penelitian juga dijumpai variasi

morfologis dari genus Asterorotalia yang cukup menarik. Menurut

Boltovskoy & Wright (1976), variasi morfologis dari suatu takson

dapat berkaitan erat dengan faktor genetis, geografis yang

terisolasi, dan kondisi lingkungan setempat. Adanya perubahan

lingkungan yang drastis seperti salinitas, pasokan makanan,

temperatur, konsentrasi elemen jejak dapat mengakibatkan

timbulnya variasi morfologis dari cangkang foraminifera.. Oleh

karena itu untuk memastikan faktor mana yang berperan dari

kemunculan variasi spesies tersebut, diperlukan studi lebih lanjut.

Studi ini diperlukan untuk mendapatkan jumlah spesimen dalam

bentuk juvenil dan dewasa yang akan menghasilkan informasi

akurat.

Munculnya beberapa spesies secara melimpah di satu titik lokasi

tertentu menunjukkan bahwa titik lokasi tersebut merupakan

habitat yang cocok untuk kehidupan spsies tersebut dengan

mengalahkan spesies lain sebagai pesaing hidupnya dalam

mendapatkan makanan atau merupakan spesies yang mampu

dalam pertahanan diri terhadap kondisi lingkungan setempat.

V-3

PEMBAHASAN

Page 119: 36 sebatik

Laporan Akhir

Kenampakan morfologis dasar perairan sekitar P. Nunukan dapat

dilihat pada komposisi antara mikrofauna dan material sedimen.

Secara umum di daerah penelitian dapat dibedakan menjadi:

• Lingkungan sekitar P. Nunukan yang di dominasi oleh material

organik. Ostracoda tidak ditemukan di lingkungan ini namun

ada beberapa spesies foraminifera bentik seperti Asterorotalia

trispinosa dan Ammonia beccarii yang dapat bertahan pada

kondisi lingkungan berenergi tinggi.

• Lingkungan transisi di selatan P. Sebatik yang dicirikan oleh

percampuran antara material organik dan non-organik. Pada

lingkungan ini material organik yang berupa sisa-sisa tanaman

masih ditemukan walaupun tidak semelimpah seperti pada

lingkungan sekitar P. Nunukan. Sedimen terdiri dari pasir

kuarsa dan lumpur halus sedangkan mirkofauna ditemukan

mulai melimpah dengan variasi spesies dari sedang sampai

tinggi.

• Lingkungan laut lepas yang didominasi oleh cangkang

mikrofauna. Pada lingkungan ini tampak jelas bahwa baik

ostracoda dan foraminifera bentik dijumpai sangat bervariasi

dan mempunyai jumlah cukup melimpah. Pada beberapa titik-

titik lokasi ditemukan kuarsa yang cukup dominan. Pada zona

ini ditemukan jumlah spesies dan spesimen ostracoda sangat

tinggi; juga adanya bentukan morfologi dari Asterorotalia yang

cukup bervariasi serta ditemukan kerusakan cangkang pada

genus Elphidium pada beberapa titik lokasi.

V-4

PEMBAHASAN

Page 120: 36 sebatik

Laporan Akhir

BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penyelidikan dan pengolahan data yang telah

dilakukan ditambah dengan data sekunder yang dikumpulkan maka

dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Jenis pasang surut di daerah selidikan menunjukkan tipe tipe

campuran dominan ganda artinya terjadi dua kali pasang dan

dua kali surut dalam waktu 24 jam. Tunggang air maksimum

berdasarkan harga pasang surut hasil pengamatan di stasiun

pengamatan pasang surut Dermaga Sei Nyamuk adalah 3.0

meter.

Secara keseluruhan kecepatan arus pada tiga lokasi

pengamatan menunjukkan arah pada saat kondisi air surut

berarah timur hingga tenggara dan pada saat kondisi air

pasang berarah barat hingga barat laut dengan kecepatan di

atas 0,5 m / det pada pengamatan tiga kedalaman yang

berbeda.

Secara umum arah penjalaran gelombang di sekitar perairan

Nunukan dan sekitarnya berasal dari timurlaut-timur dengan

tinggi gelombang rata-rata antara 20 – 50 cm dan periode

gelombang 5 – 8 detik pada keadaan normal. Kondisi

ekstrim tinggi gelombang mencapai 100 - 150 cm saat angin

bertiup kencang. Gelombang yang timbul juga ditimbulkan

karena alun dari laut lepas, yang berpengaruh terhadap

proses terjadinya abrasi pantai di sepanjang pantai yang

VI-1

KESIMPULAN & SARAN

Page 121: 36 sebatik

Laporan Akhir

mengarah ke Lepas pantai kecuali di Tanjung Batulampu

sebagai akibat resistensi dari batuannya yang cukup keras.

Pada keadaan normal tipe gelombang yang dominan adalah

tipe plunging, sedangkan pada saat terjadi gelombang besar

tipe gelombang yang terjadi adalah tipe surging dengan arah

datang gelombang dominant tegak lurus pantai.

Berdasarkan pola kontur kedalaman laut pada Peta Batimetri,

kondisi morfologi dasar laut daerah telitian memperlihatkan

gambaran kedalaman dasar laut yang terukur –5 m sampai –

45 m. Morfologi dasar laut daerah telitian dapat dibagi

berdasarkan sistem perairannya, yaitu :

- Morfologi dasar laut daerah perairan laut terbuka, yaitu

perairan sebelah timur daerah telitian yang termasuk

didalamnya pola kontur dari morfologi terumbu Karang

Unarang.

- Morfologi dasar laut di perairan selat, yaitu perairan Selat

Nunukan dan selat lainnya.

Berdasarkan interpretasi rekaman Daerah telitian dengan

memperhatikan pola reflektor yang ada terdiri atas 4 (empat)

kelompok runtunan dengan Bentukan morfologi dasar laut di

daerah selidikan ditandai oleh adanya tinggian-tingian dasar

laut yang merupakan batuan dasar, bentukan morfologi

batuan dasar ini tidak seragam kadang kala terlihat bentuk

cekungan atau morfologi berundak dan ada kalanya lapisan

sedimen bawah permukaan ini seperti lapisan datar (flat)

karena batuan dasarnya berada cukup jauh dibawahnya.

Runtunan-A merupakan runtunan termuda dicirikan dengan

pola reflektor berupa perlapisan yang menerus dan

sejajar/paralel umumnya pola konfigurasi ini mempunyai

kontinuitas rendah dan variasi amplitudo berjalan secara

VI-2

KESIMPULAN & SARAN

Page 122: 36 sebatik

Laporan Akhir

perlahan atau tidak ada sama sekali dengan ketebalan yang

paling tipis hanya berkisar antara 5 hingga 7.5 m. Dijumpai

hampir di seluruh lintasan seismik di daerah selidikan Kecuali

Lintasan di selatan / tenggara daerah penyelidikan dengan

tatanan struktur geologi yang relatif tidak berkembang. Pola

ini mengandung sedimen berbutir halus dan diendapkan di

lingkungan yang berenergi rendah seperti delta yang

mengalami depresi. Runtuhan ini diperkirakan sebagai

sedimen baru berumur kuarter. Runtunan B pada beberapa

lintasan terlihat berada secara tidak selaras di bawah

runtunan A nampak pada Lintasan 11 dengan pola karakter

refleksi berbentuk divergent dengan ketebalan bervariasi

berkisar antara 10 hingga 20 m. Dicirikan dengan pola

reflektor berbentuk subpararel hingga divergent dengan di

beberapa tempat mengalami penipisan serta terlihat kontak

erosional membentuk channeling yang merupakan

kenampakan khas dari kompleks slope fan. Runtunan C

terletak di bawah runtunan B secara tidak selaras yang

dicirikan dengan pola reflektor dari subparalel hingga

transparan, memiliki ketebalan 7.5 hingga 12 meter.

khususnya di sekitar Karang Unarang memperlihatkan

sedimen transparan yang mengisi channel yang dibentuk oleh

struktur graben dengan arah relatif barat - timur yang diduga

berumur Mio-pliosen. Runtunan D sebagai batuan dasar

akustik di daerah telitian. Terlihat adanya struktur patahan

yang berkembang hingga sesar, struktur lipatan berupa

antiklin. Pola struktur yang berkembang memiliki arah

baratlaut-tenggara (relatif sama dengan pola struktur di

daratan Kalimantan Timur).

VI-3

KESIMPULAN & SARAN

Page 123: 36 sebatik

Laporan Akhir

Kawasan pantai Pulau Sebatik kondisi pantainya sebagian

besar berupa pantai mangrove dengan kondisi cukup kritis

khususnya di sekitar Sei Pancang dan Sei Nyamuk dan

sebagian kecil pantai berpasir, mempunyai karakteristik profil

pantai yang landai, sedangkan pantai sebelah barat

karakteristik pantainya relative lebih curam.

Pulau Nunukan karakteristik profil pantainya dilihat dari

penampang batimetri sebagian besar relative curam kecuali di

kawasan pantai sebelah tenggara P. Nunukan dan sekitar

Tanjung Cantik profil pantainya landai, hal ini ditandai dengan

adanya gosong pasir yang cukup lebar mulai dari pantai

hingga ke tengah laut. Sebaliknya di pantai sebelah selatan-

baratdaya mulai Semengkadu ke arah Timur teramati dari

garis bakau terluar sampai ke posisi air laut cukup sempit

karena tertutup oleh tumbuhan bakau. Profil garis pantainya

pada umumnya berupa pantai lurus agak berlekuk dan

tanjung.

Kawasan Pantai Pulau Bukat Dilihat dari penampang

batimetrinya secara umum profil pantai relative lebih landai

dibandingkan dengan profil pantai P Nunukan, terutama dekat

Tanjung Bilas pada saat surut rendah terlihat adanya gosong

pasir yang melebar kearah timur. Batas garis pantai pada

saat pasang maksimum tidak dapat teramati karena letaknya

tertutup oleh tumbuhan bakau. Demikian pula dengan

Kawasan Pantai Pulau Haus umumnya juga landai dengan

daerah gosong pasir yang melampar luas dari pantai hingga

ke tengah laut.

Berdasarkan analisa besar butir sedimen permukaan dasar

laut terdiri dari 5 Jenis Sedimen berdasarkan klasifikasi Folks

yaitu : Terumbu Karang, Lanau, Lanau Pasiran, Lempung,

VI-4

KESIMPULAN & SARAN

Page 124: 36 sebatik

Laporan Akhir

Pasir, Pasir Lanauan, dan Pasir Sedikit Kerikilan. Beberapa

faktor yang menentukan terbentuknya pola sebaran sedimen

permukaan dasar laut daerah penyelidikan antara lain adalah

sumber sedimen, jarak transpor sedimen, arus laut/selat dan

bentuk morfologi dasar laut. Sumber sedimen terbesar adalah

daratan pantai yang terdiri dari aluvial pantai hasil erosi

daratan. Sumber sedimen lain yang teramati cukup besar

adalah sedimen yang dibawa sungai-sungai yang bermuara ke

daerah penyelidikan. Sungai-sungai tersebut berperan

terhadap hadirnya detritus pada sedimen permukaan dasar

laut sampai di bagian timur laut Selat Nunukan yang

membentuk Gosong Makasar di tengah laut.

Mineral berat yang diperoleh berupa: magnetit, hematit,

hornblende, limonit, zirkon, dolomit dan pirit. Mineral ringan

yang teramati pada analisis ini adalah kuarsa sedangkan

material bawaan berupa kayu teroksidasi dan cangkang.

Mikrofauna yang dijumpai mempunyai kelimpahan dan

keanekaragaman cukup bervariasi yang dapat dikaitkan

dengan kondisi lingkungan daerah penelitian. Secara umum di

daerah penelitian dapat dibedakan menjadi lingkungan sekitar

P. Nunukan yang di dominasi oleh material organik;

lingkungan transisi di selatan P. Sebatik yang dicirikan oleh

percampuran antara material organik dan non-organik dan

lingkungan laut lepas yang didominasi oleh cangkang

mikrofauna.

Kenampakan morfologis dan bentuk abnormal dari mikrofauna

dapat mencerminkan kondisi dasar perairan setempat.

Faktor aktivitas air, baik dari darat maupun dari laut

mempunyai peran penting bagi komunitas mikrofauna

VI-5

KESIMPULAN & SARAN

Page 125: 36 sebatik

Laporan Akhir

dibandingkan dengan faktor lain seperti kedalaman, jenis

sedimen dan lain-lain.

Berdasarkan hasil analisa mineral lempung di daerah telitian

yang dapat teramati adalah kristobalit dengan dicirikan

kenampakan strukturnya yang berlapis (sama dengan tridimit,

hanya dibedakan derajat intensitas difraktographnya), ke-dua

setelah kuarsa adalan halite (NaCl/ sodium cloride) dijumpai

pada jenis sedimen lanau yang memperlihatkan kekerapan

yang tinggi, ini diduga kaitannya dengan kondisi contoh yang

berasal dari sedimen dasar laut. Illite adalah salah satu

mineral lempung lainnya dapat dijumpai pada daerah telitian

dengan kekerapan yang cukup tinggi.

Dari hasil pemboran dangkal pemboran di Semengkadu BH-01

secara berurutan berupa : Pasir (endapan pantai) berwarna

coklat, ukuran butir sedang,bersifat lepas(urai),berikut Pasir

lanauan, coklat - abu-abu sampai kehitaman,agak padat

lunak,di bawahnya Lanau lempung/pasiran,abu-abu

kecoklatan, plastisitas tinggi, ke bawah semakin

padat/kenyal, teguh,sampai pada kedalaman 26 meter,

sesudahnya berupa pasir warna coklat kekuningan,butiran

sedang,agak padu komposisi kwarsa. Di lokasi Batulamampu

di Pulau Sebatik BH-02 lapisan paling atas berupa Pasir coklat

ukuran butir halus-sedang bersifat urai,berikutnya batupasir

lanauan,coklat keabuan,ukuran butir sedang-halus agak

padu,kemudian dibawahnya batulempung,abu-

abu,keras,struktur laminasi kondisi lapuk ringan (slighty

weathered).

Berdasarkan hasil analisa unsur utama dengan penggambaran

kurva kartesius untuk contoh yang berasal dari sedimen dasar

laut, konsentrasi unsur-unsur TiO2, Al2O3, MgO, Na2O dan

VI-6

KESIMPULAN & SARAN

Page 126: 36 sebatik

Laporan Akhir

CaO terhadap kandungan SiO2 terlihat adanya bentuk

kecenderungan kandungan unsur-unsur seperti TiO2, Al2O3,

MgO, Na2O dan CaO akan menurun ke arah barat daya sejalan

dengan peningkatan kandungan SiO2 nya. Sedangkan

kenampakan kurva untuk sedimen pantai memperlihatkan

pola kecenderungan (trend) yang lebih bervariasi untuk unsur

utama TiO2 memperlihatkan bentuk kurva parabolik utuh ,

kenampakan berbeda terlihat pada distribusi untuk unsur

Al2O3 yang memperlihatkan pola kecenderungan menyerupai

kurva ellipsoid yang menghadap ke bawah, sedangkan bentuk

kurva yang sama untuk unsur-unsur MgO, CaO dan Na2O

dengan pola berupa setengah parabolik ke atas.

Dari hasil analisa geokimia terhadap sedimen laut maupun

pantainya, unsur-unsur yang dianalisa berturut-turut dari

LREE ke HREE adalah: Lanthanum (La), Cerium (Ce), Lutetium

(Lu), Niodimium (Nd), dan Ytterbium (Yb);

VI-7

KESIMPULAN & SARAN

Page 127: 36 sebatik

Laporan Akhir

DAFTAR PUSTAKA

Bakus, G.J. 1990. Quantitative ecology and marine biology. A.A. Balkema, Rotterdam: 157h.

Bearman, Gerry (ed), 1989, Oceaon Circulation, Poen University, United Kingdom, England.

Bertschneider, C.L., 1954, Generation of wind wave over a Shallow Bottom, US Army Corps of Engineers, Beach Tech. Memo No. 51.

Betekhtin, A., 1960, A course of mineralogy, Moscow Peace Publisher.

Boichard, R., Burollet, P.F., Lambert, B., and Villain, J-M. 1985. La Plateforme Carbonatee du Pater Noster, Est de Kalimantan, etud Sedimentologique et Ecologique. Notes et Momoires, Total, Compagnie Francaise des Petroles, Paris 20: 1-103p.

Boltovskoy, E. & Wright, R., 1976. Recent Foraminifera. W. Junk. B.v. Publisher, The Haque, 515 hal.

Dolan, R., Hayde, B.P., Hornberger, G., Zieman, J and Vincent, M.K., 1975. Classification of coastal landform of the Americas. Zethschr Geomorphology, In Encyclopedia of Beaches and Coastal Environment.

Dewi, K.T., dan Illahude, D. 2005. Ostracoda from off Derawan islanda, east Kalimantan (LP-1815) in relation to bathymetric zonation. Bulletin of Marine Geology

Folk, R.L., 1980. Petrology of sedimentary rocks, Hemphill publishing Co, Austin, Texas.

Gustiantini, L., Dewi, K.T., dan Illahude, D., 2005. Perbandingan foraminifera bentik dan plangtonik (PB ratio) di perairan sekitar P. Derawan, Kalimantan Timur, Joint Convention IAGI-HAGI-PERHAPI, Surabaya 28-30 November 2005.

Lapedes, Daniel N., 1978. Encyclopedia of the geological sciences, Mc. Graw-Hill, Inc.

Sihombing, D.F.F., Dewi, K.T., Kapid, R., Ranawijaya, DAS. 2005) Ostracod (microcrustacea) biofacies from Mahakam Delta, Rast Kalimantan The 13th PAMS/JECSS, 13-15 July 2005, Bali, INDONESIA

Zulkarnain, Iskandar, 2002, Geochemical signatures of volcanik rocks from Sangihe Island, North Sulawesi, Indonesia, Buletin Geologi, Departemen teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

Page 128: 36 sebatik
Page 129: 36 sebatik

Tidal Analysis Form Admiralty Method

Location : Perairan Sebatik, Kaltim Central Day : hari ke 15 Instrument : Rambu Ukur Time Zone : 08.00 WIB ( GMT + 8 ) Unit Data : dm

Jam 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Hari ke

1 8,8 8,9 11,3 16,5 22,8 28,8 33,2 35,7 35,3 32,3 25,6 17,6 11,3 6,5 6,1 9,0 13,0 17,6 21,6 24,8 25,9 23,8 20,7 16,3

2 11,3 9,4 9,7 13,5 18,8 24,5 29,8 33,6 34,9 33,9 29,7 23,9 16,6 10,9 7,0 8,5 11,0 15,1 18,5 22,5 25,0 24,5 23,2 19,5

3 14,6 9,8 9,5 13,8 15,7 20,8 26,0 30,2 32,7 33,3 31,3 27,3 21,7 16,0 11,3 9,3 10,7 13,3 17,2 20,0 23,0 24,7 23,8 22,2

4 18,6 14,8 11,8 12,5 13,7 16,7 21,4 25,0 28,1 30,3 30,9 28,8 25,4 20,4 16,3 12,6 11,5 12,5 15,0 17,6 20,3 22,6 23,3 23,5

5 22,9 18,9 14,8 13,4 13,2 14,5 17,3 20,4 23,9 26,3 27,9 28,7 26,9 24,3 19,9 16,2 14,8 12,9 14,0 15,8 17,5 19,7 21,6 22,9

6 23,2 22,3 20,2 17,9 15,8 14,2 15,2 16,3 18,9 21,7 24,4 26,0 26,9 25,1 23,7 20,5 18,1 15,8 14,2 13,8 14,8 17,2 19,5 21,8

7 23,2 24,2 25,2 24,2 17,7 16,9 15,4 15,0 15,5 17,5 19,9 23,3 24,8 26,0 25,6 23,7 21,7 18,5 18,3 14,5 13,3 14,8 17,3 19,3

8 22,3 24,8 26,3 25,9 25,0 21,0 18,8 15,5 13,6 13,7 15,3 18,1 20,8 23,3 25,7 26,0 24,9 22,3 18,9 15,5 13,2 12,5 14,8 20,0

9 22,5 25,2 27,8 29,5 28,3 26,5 22,6 18,3 14,3 12,4 13,3 13,8 17,3 20,3 22,0 25,3 26,3 25,0 21,6 18,3 14,0 11,8 11,6 17,5

10 20,3 26,5 28,9 30,6 30,6 29,3 27,2 23,5 18,0 12,1 9,5 9,7 12,1 16,2 20,3 24,0 26,2 26,7 24,6 21,5 16,6 12,7 10,4 11,5

11 14,6 19,2 24,0 28,0 31,2 32,0 30,3 26,7 22,0 15,5 10,6 8,0 9,4 14,2 16,7 20,9 24,1 26,7 26,2 24,0 20,3 14,6 10,8 11,2

12 12,0 16,5 21,3 26,0 29,9 32,8 32,5 30,0 26,0 19,8 14,3 8,7 7,9 9,7 13,5 18,3 22,2 24,7 26,3 25,5 22,9 19,0 13,8 10,5

13 10,3 9,5 13,5 25,3 28,2 32,0 33,2 32,5 29,3 23,5 16,7 10,7 7,7 8,4 11,3 15,2 19,9 22,5 25,5 25,8 24,3 21,2 16,8 11,9

14 10,5 11,9 15,2 20,5 25,9 29,8 32,5 33,5 31,3 26,2 20,5 14,5 8,9 7,3 9,2 12,5 17,2 20,4 23,5 25,5 24,9 22,7 18,8 14,3

15 10,9 10,2 11,3 17,4 22,2 27,3 30,9 32,5 32,3 28,9 23,7 22,5 21,2 17,4 13,7 13,2 12,4 14,4 18,4 22,5 26,4 28,4 29,3 27,7

Page 130: 36 sebatik

Location : Perairan Sebatik, Kaltim Instrument

at : Rambu Ukur

dm Time Zone : 08.00 WIB ( GMT + 8 )

Unit D a :

Hari Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jam

0 23 24 23 21 18 15 12 9 7 6 6 8 10 14 18 1 19 22 23 22 21 18 15 12 9 6 5 4 6 9 13 2 15 19 22 23 23 22 19 16 13 9 6 5 4 6 9 3 12 16 20 23 24 25 23 21 18 15 11 8 6 6 7 4 11 14 18 22 25 27 27 26 24 21 18 14 11 8 8 5 11 13 16 20 24 27 29 30 29 27 24 21 17 14 11 6 13 13 15 18 22 25 28 30 32 31 30 27 24 20 16 7 16 14 14 16 19 22 26 29 31 32 32 31 29 25 21 8 19 16 14 14 16 18 21 24 27 30 31 32 31 28 25 9 21 18 15 13 13 14 16 19 22 25 27 29 29 29 26 10 23 19 15 13 11 11 11 13 15 18 20 23 25 26 25 11 22 19 16 13 10 9 8 8 9 11 13 16 19 21 22 12 20 19 17 14 11 8 7 6 5 6 7 9 12 15 17 13 17 18 17 15 12 10 8 6 4 4 4 5 7 9 12 14 14 16 16 16 15 13 11 8 6 5 4 3 4 6 8 15 11 14 16 17 17 16 15 13 11 9 7 5 4 5 6 16 10 13 15 17 18 19 18 18 16 15 13 10 8 7 7 17 10 12 14 17 19 20 21 22 22 21 19 17 14 12 10 18 12 12 14 16 18 20 22 24 25 25 25 23 21 18 15 19 15 14 14 15 17 19 21 23 25 27 28 28 26 23 20 20 18 16 15 14 15 16 18 21 23 26 28 29 29 28 25 21 21 18 16 14 13 14 15 16 19 22 25 27 29 29 27 22 23 21 18 15 13 12 11 12 14 16 19 23 26 28 28 23 24 22 19 16 13 11 9 8 9 10 13 17 20 24 26

Page 131: 36 sebatik

Pengamatan pasang surut di Perairan Sebatik, tanggal 29 Juli s/d 12 Agustus 2005

Page 132: 36 sebatik
Page 133: 36 sebatik

X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4 Xo X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4 Date

+ - + - + - + - + - + - +2000 +2000 +2000 +2000 +2000 +2000

243,2 230,2 196,6 276,8 189,2 284,2 160,6 312,8 155,2 160,2 229,4 244 473,4 2000 2000 2000 2000 2000 2000

254,9 220,4 202,3 273 219,6 255,7 156,3 319 159,2 157 229,2 246,1 475,3 2000 2000 2000 2000 2000 2000

263,1 215,1 213,2 265 245,5 232,7 166,5 311,7 163,1 157,6 232 246,2 478,2 2000 2000 2000 2000 2000 2000

263,2 210,4 221 252,6 266,7 206,9 186,8 286,8 161,9 154,5 234,7 238,9 473,6 2000 2000 2000 2000 2000 2000

259,5 209,2 226,5 242,2 274,8 193,9 212,7 256 160,1 151,7 236,6 232,1 468,7 2000 2000 2000 2000 2000 2000

252,6 214,9 231,4 236,1 272 195,5 243,7 223,8 157,3 154,9 234,6 232,9 467,5 2000 2000 2000 2000 2000 2000

246,9 228,9 237,8 238 261,1 214,7 271,7 204,1 159,7 159,8 241 234,8 475,8 2000 2000 2000 2000 2000 2000

238 240,2 237,9 240,3 237,6 240,6 288,3 189,9 162,2 156,9 238,7 239,5 478,2 1998 1998 1997 2098 2005 1999

230,9 254,6 231 254,5 215,5 270 296 189,5 166,8 157,1 244,2 241,3 485,5 1976 1977 1946 2107 2010 2003

225,5 263,5 222,8 266,2 190,2 298,8 291,7 197,3 161,4 163,2 255,7 233,3 489 1962 1957 1891 2094 1998 2022

225,1 256,1 219,1 262,1 168,8 312,4 261 220,2 158,4 162 247,6 233,6 481,2 1969 1957 1856 2041 1996 2014

227,6 256,5 214,3 269,8 167 317,1 234,8 249,3 155,4 166,8 244,1 240 484,1 1971 1945 1850 1986 1989 2004

230,9 244,3 210,5 264,7 161,5 313,7 203,8 271,4 153,8 163,6 231,3 243,9 475,2 1987 1946 1848 1932 1990 1987

234 243,5 205,2 272,3 180 297,5 189,3 288,2 154,4 162,5 234,2 243,3 477,5 1991 1933 1883 1901 1992 1991

263,1 252 245 270,1 245,2 269,9 191,6 323,5 173,3 171,6 247,7 267,4 515,1 2011 1975 1975 1868 2002 1980

238,1 240,3 238,8 239,6 263,5 214,9 195,5 282,9 160,1 158,1 242,4 236 478,4 1998 1999 2049 1913 2002 2006

249,8 225,1 239,6 235,3 275,8 199,1 217,5 257,4 160,5 156,8 235,4 239,5 474,9 2025 2004 2077 1960 2004 1996

251,6 215,9 239,8 227,7 271,5 196 244,5 223 157 155,1 235,1 232,4 467,5 2036 2012 2076 2022 2002 2003

256,2 212,8 246,2 222,8 258,7 210,3 274,8 194,2 160,8 153,1 237,9 231,1 469 2043 2023 2048 2081 2008 2007

256,8 221,1 259,4 218,5 243,2 234,7 298,7 179,2 162,5 157,4 245,6 232,3 477,9 2036 2041 2009 2120 2005 2013

Page 134: 36 sebatik

254,3 227,9 272,1 210,1 214,6 267,6 308,8 173,4 159,5 162,6 248,6 233,6 482,2 2026 2062 1947 2135 1997 2015

243,6 235 278,3 200,3 186,5 292,1 301,9 176,7 155,9 163,1 245,2 233,4 478,6 2009 2078 1894 2125 1993 2012

231,6 244,3 279,3 196,6 161,1 314,8 280,6 195,3 153,3 163,7 239,8 236,1 475,9 2000 2000 2000 2000 2000 2000

220,3 246,8 273 194,1 200,1 267 148,2 318,9 153,8 156,8 222,4 244,7 467,1 2000 2000 2000 2000 2000 2000

217,4 249,9 265 202,3 227,5 239,8 153,3 314 158,4 154,3 223,3 244 467,3 2000 2000 2000 2000 2000 2000

219 246,8 252,6 213,2 254,9 210,9 170,4 295,4 159,9 151 228,9 236,9 465,8 2000 2000 2000 2000 2000 2000

220 243,2 242,2 221 271 192,2 196,4 266,8 159,8 150,2 233,2 230 463,2 2000 2000 2000 2000 2000 2000

225,1 237,5 236,1 226,5 273,1 189,5 228,6 234 155,3 152 234,5 228,1 462,6 2000 2000 2000 2000 2000 2000

232,7 236,7 238 231,4 267,5 201,9 261,5 207,9 157,5 158,6 237 232,4 469,4 2000 2000 2000 2000 2000 2000

Page 135: 36 sebatik

Index Mark X Y X Y Addition Total

00 + 7075,95 7075,9 10 + 58036,7 57906 36,7 -94,3

- 58000 58000 12 + 30017,5 29814 -1,7 -278,3

- 28019,2 28092 (29) (+) 2000 2000 1b + 23855,5 23713 -308,2 -428,6

- 24163,7 24142 13 + 30010,7 29857 -15,3 -191,5

- 28026 28049 (29) (+) 2000 2000 1c + 27987,9 27961 -49,8 -8,6

- 28037,7 27970 20 + 57344,9 58382 -655,1 382,1

- 58000 58000 22 + 29756,3 29581 167,7 -1219,5

- 27588,6 28801 (29) (+) 2000 2000 2b + 23273,5 24061 -931,2 -169

- 24204,7 24230 23 + 29830,9 29574 316,9 -1233,5

- 27514 28808 (29) (+) 2000 2000 2c + 27286,5 28240 -796,6 -34,2

- 28083,1 28274 42 + 29980 29968 -32,1 -117,7

- 28012,1 28085 (29) (+) 2000 2000 4b + 23975 24022 -42,3 -18,4

- 24017,3 24040 44 + 30000,3 30007 8,5 -40,1

- 27991,8 28047

(29) (+) 2000 2000 4d + 23980,4 24018 -31,5 -26,8

VI - 24011,9 24044

Page 136: 36 sebatik

X 00 = 7075,949 7075,95 X 10 = 36,7 0,37 -0,37 0,37 1,10 36,70 -2,57 0,37 (29) : Table 3a X 12 - Y 1b = 426,9 -8,54 38,42 -4,27 -38,42 -38,42 426,90 -8,54 8,54 (15) : Table 3b X 13 - Y 1c = -6,7 -0,27 0,47 -0,07 -0,87 -1,34 3,95 -0,20 X 20 = -655,1 6,55 98,26 -655,10 -189,98 -6,55 -1,97 X 22 - Y 2b = 336,7 3,37 336,70 -47,14 -205,39 -6,73 -10,10 10,10 -10,10 X 23 - Y 2c = 351,1 -7,02 -228,21 87,77 351,10 10,53 -17,55 -3,51 X 42 - Y 4b = -13,7 -0,14 -0,14 -1,37 -13,70 V X 44 - Y 4d = 35,3 -0,35 0,35 0,71 35,65 -1,76 Y 10 = -94,3 0,94 -1,89 -95,24 7,54 -0,94 -0,94 Y 12 + X 1b = -586,5 -29,33 -5,87 29,33 70,38 -615,83 17,60 -5,87 Y 13 + X 1c = -241,3 4,83 4,83 -21,72 -57,91 156,85 -9,65 -4,83 Y 20 = 382,1 -61,14 382,10 114,63 -3,82 7,64 -11,46 -3,82 Y 22 + X 2b = -2150,7 -2236,73 322,60 1376,45 -43,01 215,07 -86,03 43,01 Y 23 + X 2c = -2030,1 1421,07 -527,83 -2091,00 60,90 -182,71 142,11 -4,26 Y 42 + X 4b = -160 -3,20 -17,60 -160,00 VI Y 44 + X 4d = -71,6 2,15 -0,72 -3,58 -71,60 4,30 So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 V PR cos r 244,78 -618,08 -81,89 -5,81 418,18 16,49 -20,54 V I PR sin r -902,34 176,07 -597,78 -68,71 -411,43 -37,58 -132,41 PR 7070,41 934,96 642,67 603,37 68,95 586,65 41,04 133,99

Page 137: 36 sebatik

Table 3a (3b) : P 360,00 175,00 214,00 166,00 217,00 177,00 273,00 280,00 Table 5 : f 0,97 1,00 0,97 1,10 1,17 1,94 0,97 VIII : 1 + W 1,00 0,74 1,18 1,29 1,00 1,00 0,86 Table 6 : V' Table 7 : V'' Table 8 : V''' V' + V'' + V''' = V 255,86 0 30,78 9,77 246,10 511,73 255,86 Table 9 : u -1,02 0 -1,02 -3,71 4,20 -2,04 -1,02 VIII : w 0 -4,86 -2,21 -3,55 0 0 -4,86 Table 3a (3b) : p 333,00 345,00 327,00 173,00 160,00 307,00 318,00 Table 4 : r 285,18 164,10 262,20 265,16 315,47 293,69 261,18 Total : s 873,02 504,24 616,75 440,67 725,76 1110,38 829,17 g 153,02 144,24 256,75 80,67 365,76 390,38 109,17 VII PR : [P X f X (1 + W)] = A 19,64 5,50 2,04 3,16 0,22 2,84 0,08 0,57

Page 138: 36 sebatik

v and (1 + W) for S2 , MS4 M2 , O1 , M4 : W = 0 : w = 0 VII : K1 V = 9,7667715 S2 : f = 1 : V, u = 0 VII : K1 u = -3,7087565 N2 , MS4 : f, u similar with the M2 Total V + u = 6,058015 M4 : f = (f M2) ^ 2 Table 10 : S2 : w / f = -3,7929439 = 0,94341 Table 10 : S2 : W / f = -0,205719 V = (V M2) x 2 Table 5 : K2 : f = 1,2804096 = 511,7262 w = -4,8565218 g = (u M2) x 2 W = -0,2634046 = -2,037177 1 + W = 0,7365954 MS4 V = V M2 = 255,8631 K2 : A = A S2 x 0.23 w and (1 + W) for K1 = 0,468858 VII : K1 : 2V = 19,533543 g = g S2 VII : K1 : u = -3,7087565 = 144,2433 P1 : A = A K1 x 0.33 Total : 2V + u = 15,824787 = 0,073639 Table 10 : K1 : wf = -3,9164058 g = g K1 Table 10 : K1 : Wf = 0,3215412 = 80,66938 Table 5 w = -3,5526026 W = 0,2916726 1 + W = 1,2916726 w and (1 + W) for N2

Page 139: 36 sebatik

VII : M2 : 3V = 767,58933 VII : N2 : 2V = 61,563985 Difference (M2 - N2) = 706,02534 Table 10 : N2 : w = -2,2087136 Table 10 : N2 : 1+W = 1,1842859 VIII FINAL RESULT So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4

A cm 19,6 5,5 2,0 3,2 0,5 0,2 2,8 0,1 0,1 0,6 g 153,0 144,2 256,8 144,2 80,7 365,8 80,7 390,4 109,2

F = 0,406779

Page 140: 36 sebatik
Page 141: 36 sebatik

KedalamanUrut Sample X Y Lintang Bujur Tinur (m)

1 SBT05-01 566946,65 456406,68 4,1289532 117,6031767 6,62 SBT05-02 573132,35 459538,19 4,1572372 117,6589297 16,23 SBT05-03 576864,34 456970,20 4,1339778 117,6925335 11,44 SBT05-04 581773,98 452332,12 4,0919813 117,7367275 11,25 SBT05-05 586207,16 448431,76 4,0566608 117,7766312 10,06 SBT05-06 584085,43 444417,34 4,0203643 117,7574842 1,17 SBT05-07 585874,86 442468,28 4,0027178 117,7735867 2,78 SBT05-08 583435,81 439171,75 3,9729177 117,7515892 0,09 SBT05-09 578424,60 433925,07 3,9254952 117,7064105 10,5

10 SBT05-10 575236,72 436185,85 3,9459706 117,6777135 10,011 SBT05-11 571129,63 434514,54 3,9308808 117,6407080 8,512 SBT05-12 568235,80 439018,97 3,9716492 117,6146725 10,013 SBT05-13 564412,51 439817,82 3,9789008 117,5802383 8,414 SBT05-14 564020,23 443161,41 4,0091508 117,5767258 8,715 SBT05-15 564871,33 447284,45 4,0464440 117,5844193 1,416 SBT05-16 560759,83 449290,81 4,0646203 117,5473927 5,017 SBT05-17 563432,33 451786,71 4,0871825 117,5714847 1,018 SBT05-18 590952,60 444308,04 4,0193157 117,8193420 10,019 SBT05-19 596298,54 439654,80 3,9771733 117,8674528 12,320 SBT05-20 599129,69 435877,23 3,9429750 117,8929170 5,421 SBT05-21 604317,92 436137,70 3,9452795 117,9396488 6,422 SBT05-22 611199,62 436499,08 3,9484758 118,0016338 10,023 SBT05-23 622583,23 437117,82 3,9539422 118,104167224 SBT05-24 618750,19 438492,81 3,9664247 118,0696612 20,525 SBT05-25 620708,33 441556,84 3,9941165 118,0873337 40,026 SBT05-26 616571,18 441230,25 3,9912110 118,0500670 10,027 SBT05-27 612998,65 439416,56 3,9748460 118,0178692 10,028 SBT05-28 606642,20 440442,42 3,9841943 117,9606278 13,029 SBT05-29 602027,28 441200,25 3,9910970 117,9190682 13,030 SBT05-30 589588,17 439110,72 3,9723132 117,8070055 1,231 SBT05-31 591444,29 435435,75 3,9390530 117,8236913 6,532 SBT05-32 591861,21 427218,83 3,8647195 117,8273738 7,033 SBT05-33 599873,52 427642,14 3,8684750 117,8995372 8,834 SBT05-34 606224,87 427991,62 3,8715735 117,9567407 10,235 SBT05-35 612661,03 428329,48 3,8745620 118,0147072 11,036 SBT05-36 622029,15 428836,58 3,8790432 118,0990792 43,037 SBT05-37 615700,48 432655,24 3,9136568 118,0421278 12,038 SBT05-38 608530,89 432158,55 3,9092420 117,9775518 8,839 SBT05-39 602223,04 431728,02 3,9054120 117,9207370 8,340 SBT05-40 595627,82 431296,07 3,9015678 117,8613337 8,7

POSISI PENGAMBILAN CONTOH SEDIMEN DASAR LAUTPERAIRAN SEBATIK DAN SEKITARNYA, KALIMANTAN TIMUR

MEI - JUNI 20005

UTM, Zona 50N WGS84 GeografisNomor

Page 142: 36 sebatik

Metoda : Penginti Comot / Grab SamplerDiskripsi oleh : Yogi Noviadi & Indra Adhirana

No NO_CONTOH Diskripsi1 SBT05-01 Pasir berbutir sedang sampai kasar, kuning kecoklatan, adanya pecahan cangkang foram

(dominan) ukuran cangkang 0.2 - 1.5 cm, terdapat mineral hitam biotit.2 SBT05-02 Lempung lanauan, kehijauan, lunak, fluida rendah, plastis tinggi, sedikit mengandung cangkang

fauna (foram besar) dan sisa organik, terdapatnya mineral hitam.3 SBT05-03 Lempung lanauan, kehijauan , fluida rendah, bersifat plastis, mengandung organik dan khas

pada lingkungan rawa.4 SBT05-04 Lempung lanauan, berwrna kehijauan, bersifat plastis dan fluida rendah, mengandung sisa

organik, mengandung mineral hitam dan khas pada lingkungan rawa.5 SBT05-05 Lempung lanauan, berwrna kehijauan, sedikit pasiran, mengandung sisa organik, mengandung

mineral hitam dan khas pada lingkungan rawa.

6 SBT05-06 Lumpur lanauan, berwrna abu-abu kecoklatan-kehijauan, bersifat lunak, mengandung sifat fluida yang tinggi, plastisitas rendah, mengandung cangkang.

7 SBT05-07 Lumpur lanauan, berwrna abu-abu kecoklatan-kehijauan, bersifat lunak, mengandung sifat fluida yang tinggi, plastisitas rendah, mengandung cangkang.

8 SBT05-08 Lumpur lanauan, berwrna abu-abu kecoklatan-kehijauan, bersifat lunak, mengandung sifat fluida yang tinggi, plastisitas rendah, mengandung cangkang.

9 SBT05-09 Lempung lanauan, berwarna abu-abu kecoklatan, bersifat lunak, kandungan fluida rendah, sifat plastisitas sedang,ukuran buutir relatif homogen.

10 SBT05-10 Lempung lanauan, berwarna abu-abu kecoklatan, bersifat lunak, kandungan fluida rendah, sifat plastisitas sedang,ukuran buutir relatif homogen.

11 SBT05-11 Lumpur kerikilan, berwarna abu-abu kehijauan,materi kerikil berupa pecahan cangkang foram besar, ukuran butir bervariasi 0.5 - 3.5 cm (lainnya >1.5 cm); kondisi umumnya pecah

12 SBT05-12 Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan, berdifta plastis rendah, kandungan fluida rendah, mengandung mineral hitam, khas pada lingkungan rawa.

13 SBT05-13 Lempung lanauan, berwrna abu-abu kehijauan, bersifat lunak,lengket, plastisitas sedang, mengandung fluida rendah, ukuran butir relatif homogen.

14 SBT05-14 Lempung lanauan, berwrna abu-abu kehijauan, bersifat lunak,lengket, plastisitas tinggi, mengandung fluida rendah, ukuran butir relatif homogen.

15 SBT05-15 Lempung lanauan, berwrna abu-abu kehijauan, bersifat lunak,lengket, plastisitas tinggi, mengandung fluida rendah, ukuran butir relatif homogen.

16 SBT05-16Lanau lempungan sampai lempung, berwarna kecoklatan, bersifat lunak, agak lengket, plastisitas rendah, kandungan fluida tinggi, tidak mengandung mineral dan cangkang, ukuran butir relatif homogen.

17 SBT05-17Lumpur lanauan, abu-abu kecoklatan sampai kehitaman, bersifat lunak, agak lengket, plastisitas rendah, mengandung sisa tumbuhan, mengandung mineral hitam, berbau khas lingkungan rawa, tidak terlihat mengandung cangkang.

18 SBT05-18 Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan sampai kehijauan, bersifat lunak, mengandung fluida tinggi dan plastisitas rendah.

19 SBT05-19 Lanau, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi, plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen.

20 SBT05-20 Lanau, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi, plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen.

21 SBT05-21 Lanau, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi, plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen.

22 SBT05-22 Lanau, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi, plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen.

23 SBT05-23 Lumpur lanauan, berwarna abu-abu kehijauan sampai kecoklatan, fluida tinggi, plastisitas rendah, besar butir relatif homogen.

24 SBT05-24Lempung lanauan, berwarna kehijauan, lunak, fluida rendah, plastisitas sedang, ukuran butir relatif homogen, sedikit pasiran (pasir sangat halus), mengandung sisa organik dan mineral hitam.

25 SBT05-25 Lempung lanauan, berwarna kehijauan, lunak, fluida sedang, plastisitas sedang sampai tinggi, ukuran butir relatif homogen.

26 SBT05-26 Lanau pasiran, lanau + 90%, pasir + 10%(ukuran pasir sangat halus sampai halus); komposisi pasir terdiri dari mineral hitam dan pecahan cangkang moluska, mengandung sisa organik.

27 SBT05-27 Pasir halus sampai sedang, sedikit lanauan, kehijauan, bersifat lunak, ukuran cangkang + 0.1 - 0.3 cm, dan pecahan cangkang moluska dan mineral hitam, pemilahan sedang sampai baik.

PERAIRAN SEBATIK, KALIMANTAN TIMURDISKRIPSI MEGASKOPIS SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT

Page 143: 36 sebatik

No NO_CONTOH Diskripsi

28 SBT05-28Pasir sedang sampai kasar, sedikit lanauan, berwarna kehijauan-kecoklatan, dominan pecahan cangkang foram besar (+ 0.1 - 3.0 cm), mineral hitam, biotit, pemilahan buruk, sub Anguler sampai anguler.

29 SBT05-29 Pasir kasar, kecoklatan, dominan pecahan cangkang foram besar (+ 0.1 - 3.0 cm), mineral hitam, biotit, pemilahan buruk, sub Anguler sampai anguler.

30 SBT05-30 Lempung lanauan, kehijauan, bersifat lunak, kandungan fluida sedang sampai tinggi, mengandung sedikit sisa organik.

31 SBT05-31Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan, lunak, kandungan fluida tinggi, plastisitas rendah.

32 SBT05-32 Lempung lanauan, abu-abu kehijauan, lunak, fluida sedang, plastistas rendah sampai sedang, besar butir relatif homogen.

33 SBT05-33 Lumpur lanauan, sedikit pasir (sangat halus), materi pasir berupa pecahan cangkang moluska, mineral hita dan sisa organik, ukuran butir sangat halus.

34 SBT05-34 Lumpur lanauan, sedikit pasir (sangat halus), materi pasir berupa pecahan cangkang moluska, mineral hita dan sisa organik, ukuran butir sangat halus.

35 SBT05-35 Lumpur lanauan, sedikit pasir (sangat halus), materi pasir berupa pecahan cangkang moluska, mineral hita dan sisa organik, ukuran butir sangat halus.

36 SBT05-36 Lanauan, kehijauan, ukuran butir relatif homogen, plastisitas sedang, lunak, kandungan fluida sedang.

37 SBT05-37 Lanauan, berwarna kehijauan, lunak, fluida rendah, pl;astisitas rendah sampai sedang, agak lengket.

38 SBT05-38 Lumpur pasiran (Lumpur + 80%, pasir + 20%), komponen pecahan cangkang moluska dan mineral hitam, Sub Angular sampai angular, ukuran butir dari pasir halus sampai sedang.

39 SBT05-39Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan sampai kehijauan, dan plastisitas rendah.

40 SBT05-40Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan sampai kehijauan, dan plastisitas rendah.

41 SBT05-41Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan sampai kehijauan, dan plastisitas rendah.

42 SBT05-42 Lanau pasiran, (lanau + 90%, pasir 10%), komposisi pasir berupa cangkang foram besar, mineral hitam, ukuran butir halus-sedang

43 SBT05-43Lumpur lanauan, kecoklatan, fluida tinggi, lunak ukuran butir relatif homogen.

44 SBT05-44Lanau lempungan, kehijauan, fluida sedang, bersifat lunak ukuran butir relatif homogen

45 SBT05-45 Pasir sedang sampai kasar, berwrna kecoklatan, komponen pasir terdiri dari : pecahan cangkang foram besar, mineral hitam, pemilahan buruk, sub Angular.

46 SBT05-46Lempung pasiran, berwrna kehijauan, komposisi : lempung 80% dan pasir 20%, lunak, fluida rendah, plastisitas rendah, kandungan pasir berupa pecahan cangkang moluska, berbentuk hancur, mineral hitam, berukuran pasir halus.

47 SBT05-47 Lanau - lempung lanauan, berwarna kehijauan, bersifat lunak, ukuran butir relatif homogen, agak lengket, memiliki kandungan fluida tinggi.

48SBT05-48 Lanau - lempung lanauan, pasiran (sangat halus), kehijauan kandungan fluida tinggi.

49SBT05-49

Lanau pasiran, berwrna kehijauan , bersifat lunak, komposisi lanau 90% dan pasir 10%, mengandung fluida sedang, plastisitas rendah, kandungan pasir terdiri dari : pecahan cangkang moluska, hancur, mengandung mineral hitamdan sisa organik (berwarna hitam, panjang dan pipih seperti rambut.

50SBT05-50

Pasir, berwarna kecoklatan(keruh)-kehijauan, bersifat lepas dan urai, ukuran pasir halus sampai sedang, materi pasir terdiri dari: cangkang moluska dan foram besar, mineral hitam, biotit, plagioklas, pemilahan sedang, sub angular-angular.

51 SBT05-51 Pasir kehijauan, sedikit lanauan, ukuran pasir sedang-kasar, materi pasir terdiri dari: cangkang moluska dan foram besar, mineral hitam, biotit, pemilahan buruk-sedang, sub angular-angular.

52 SBT05-52 Pasir kehijauan, sedikit lanauan, ukuran pasir sedang-kasar, materi pasir terdiri dari: cangkang moluska dan foram besar, mineral hitam, biotit, pemilahan buruk-sedang, sub angular-angular.

53 SBT05-53Pasir, ukuran cangkang jauh lebih besar, hancur dan lepas, mengandung mineral hitam.

54 SBT05-54 Pasir sampai dengan pasir lanauan ukuran cangkang jauh lebih besar, hancur dan lepas, mengandung mineral hitam.

Page 144: 36 sebatik

No NO_CONTOH Diskripsi55 SBT05-55

Lanau- lanau lempungan, berwarna kehijauan, lunak, mengandung sedikit cangkang moluska.

56 SBT05-56 Pasir lanauan, kehijauan, lunak; pasir 70% lanau 30%, ukuran pasir sangat halus sampai halus; mengandung pecahan cangkang moluska.

57 SBT05-57 Lanau pasiran sampai lumpur pasiran berwarna kehijauan; komposisi : lanau lumpura 65% dan pasi 35%, ukuran pasir sangat halus -halus.

58 SBT05-58 Pasir sampai pasir lanauan (lanau <5%); kekeruhan, materi pasir : Pecahan cangkang moluska, umumnya pecah, mengandung mineral hitam, pemilahan sedang, sub angular.

59 Kr UnarangPasir, coklat kehijauan berbutir sedang, terpilah baik, membundar baik, berukuran pasir halus - pasir sedang, berbutir sedang, terpilah baik, membundar baik, kuarsa sebagai mineral penyusun utamanya, detritus banyak dijumpai hingga 75 %, matrik jarang dijumpai.

Page 145: 36 sebatik

POSOSI PENGAMBILAN CONTOH BOR TANGANPERAIRAN SEBATIK DAN SEKITARNYA, KALIMANTAN TIMUR

NomorUrut Sample o .' " Decimal o .' " Decimal Lokasi

1 BT. 05-01 117 40 35,1 117,67642 3 58 1,6 3,96711 Pantai Semengkudu2 BT. 05-02 117 39 52,3 117,66453 3 58 2,4 3,96733 Tj. Semengkudu3 BT. 05-03 117 44 21,7 117,73936 4 2 5,7 4,03492 Mamolo4 BT. 05-04 117 54 2,5 117,90069 4 9 53,7 4,16492 Sei Pancang, Sebatik5 BT. 05-05 117 54 58,5 117,91625 4 3 10,2 4,05283 Pantai Sei Taiwan6 BT. 05-06 117 54 35,3 117,90981 4 2 40,1 0,04447 Tg. Batulamampu7 BT. 05-07 117 54 17,2 117,90478 4 2 24,7 4,04019 Pantai Batulamampu8 BT. 05-08 117 55 21 117,9225 4 6 28,4 4,10789 Pantai Sei Bajau9 BT. 05-09 117 55 26,5 117,92403 4 8 23,8 4,13994 Tg. Aru

10 BT. 05-10 117 43 51,3 117,73092 4 4 37,3 4,07703 Kp. Sedadap11 BT. 05-11 117 41 38,8 117,69411 4 7 0,3 4,11675 Mambunut

Page 146: 36 sebatik
Page 147: 36 sebatik
Page 148: 36 sebatik
Page 149: 36 sebatik
Page 150: 36 sebatik
Page 151: 36 sebatik
Page 152: 36 sebatik
Page 153: 36 sebatik
Page 154: 36 sebatik
Page 155: 36 sebatik
Page 156: 36 sebatik
Page 157: 36 sebatik

27 – 07 – 2005

04 – 08 – 2005

5.35

1 X

10-4

2.34

X 1

0-41.

73 X

10-4

4.25

2 X

10-5

1.37

X 1

0-58.

97 X

10-5

VA

RIA

BLE

H

EA

D T

ES

T

Page 158: 36 sebatik

27 – 07 – 2005

04 – 08 – 2005

3.24

0 X

10-4

4.57

X

10-4

8.73

X 1

0-41.

271

X 1

0-43.

53 X

10-4

2.79

X 1

0-4

VA

RIA

BLE

H

EA

D T

ES

T

Page 159: 36 sebatik

06 – 08 – 2005

18 – 08 – 2005

7.84

X 1

0-45.

426

X 1

0-44.

325

X 1

0-43.

355

X 1

0-45.

65 X

10-4

6.74

5 X

10-4

VA

RIA

BLE

H

EA

D T

ES

T

Page 160: 36 sebatik

06 – 08 – 2005

18 – 08 – 2005

2.76

0 X

10-4

3.37

5 X

10-4

7.60

X 1

0-44.

55

X 1

0-46.

785

X 1

0-42.

345

X 1

0-4

VA

RIA

BLE

H

EA

D T

ES

T

Page 161: 36 sebatik
Page 162: 36 sebatik

No. No. Contoh X(phi) Sort Skew Kurt Kri Pas Lan Lem Keterangan (Klasifikasi Folks' 72)

1 SBT-05.001 1,7 0,5 1,5 4,3 0 100% 0 0 Pasir2 SBT-05.002 5,7 1,7 -0,7 4,6 0,4 11 79,9 8,6 Lumpur Pasiran sedikit Krikilan3 SBT-05.003 5,6 1,4 0 2,4 0 10,6 85,7 3,7 Lanau Pasiran4 SBT-05.004 5,8 1,3 0,2 2,2 0 5,7 89,6 4,7 Lanau 5 SBT-05.005 5,6 1,2 0,1 2,1 0 9,4 90,1 0,5 Lanau 6 SBT-05.006 5,9 1,2 0,3 2,1 0 0,2 95,9 3,9 Lanau 7 SBT-05.007 6,1 1,1 0,3 2,2 0 0,1 95,1 4,8 Lanau 8 SBT-05.008 6 1,2 0,4 2,1 0 0,6 92,9 6,5 Lanau 9 SBT-05.009 6 1,3 0,3 2,1 0 0,9 91,1 8 Lanau 10 SBT-05.010 5,9 1,3 0,3 2,2 0 3,7 89,7 6,6 Lanau 11 SBT-05.011 6 1,4 0,2 2,3 0 3,7 87 9,4 Lanau / Lempung12 SBT-05.012 6 1,2 0,3 2,1 0 0,2 94,9 4,9 Lanau13 SBT-05.013 5,9 1,4 0,2 2,2 0 6,1 86,9 7 Lanau / Lempung14 SBT-05.014 5,8 1,4 0,2 2,1 0 9,2 83,1 7,6 Lanau15 SBT-05.015 6,1 1,3 0,3 2 0 0,6 88,3 11,1 Lanau16 SBT-05.016 6,1 1,3 0,3 2 0 1,9 87,8 10,4 Lanau17 SBT-05.017 5,6 1,5 0,3 2,2 0 15,6 76,3 8 Lanau Pasiran18 SBT-05.018 5,9 1,2 0,3 2,1 0 1,5 95,4 3,1 Lanau19 SBT-05.019 6 1,2 0,2 2 0 0,3 95,1 4,5 Lanau20 SBT-05.020 5,7 1,1 0,4 2,5 0 2,1 94,5 3,4 Lanau21 SBT-05.021 5,9 1,2 0,3 2,2 0 2,1 93,9 4 Lanau22 SBT-05.022 6 1,3 0,3 2,1 0 1,9 88,9 9,2 Lanau23 SBT-05.023 6 1,3 0,4 2,1 0 0,4 92,1 7,5 Lanau24 SBT-05.024 5 1,3 1 3,4 0 18,5 77,5 4 Lanau Pasiran25 SBT-05.025 6 1,4 0,3 2 0 4,7 83,9 11,4 Lanau26 SBT-05.026 4,9 1,5 0,8 2,7 0 37,2 58,6 4,2 Lanau Pasiran27 SBT-05.027 4,6 1,7 0,8 2,6 0 48,9 46,3 4,8 Lanau Pasiran28 SBT-05.028 3,9 2,1 0,7 2,3 0 59,1 35,9 5 Pasir Lanauan29 SBT-05.029 1,6 1,1 -1,2 5,7 2,3 97,7 0 0 Pasir Sedikit krikilan30 SBT-05.030 6,1 1,3 0,3 2 0 1 88 10,9 Lanau31 SBT-05.031 6,2 1,4 0,2 1,9 0 0,9 86,2 12,9 Lanau32 SBT-05.032 6 1,3 0,4 2 0 0,5 88,8 10,7 Lanau33 SBT-05.033 5,4 1,5 0,1 2,1 0 20,4 75,3 4,3 Lanau Pasiran34 SBT-05.034 5,4 1,7 0,2 2 0 26,7 65 8,3 Lanau Pasiran35 SBT-05.035 5,2 1,5 0,5 2,1 0 31,3 64,4 4,3 Lanau Pasiran36 SBT-05.036 5,8 1,1 0,3 2 0 0,3 98 1,7 Lanau37 SBT-05.037 5,8 1,3 0,4 2,2 0 3,8 90,5 5,7 Lanau38 SBT-05.038 4,8 2,2 -0,1 1,9 0 33,8 58,8 7,5 Lanau Pasiran39 SBT-05.039 5,8 1,3 0,3 2,2 0 3,9 92,1 4 Lanau40 SBT-05.040 6 1,4 0,2 2,1 0 4,5 86,2 9,4 Lanau41 SBT-05.041 5,9 1,2 0,3 2 0 0,2 96,5 3,3 Lanau42 SBT-05.042 6 1,4 0,3 2 0 3,6 85,1 11,2 Lanau / Lempung43 SBT-05.043 5,9 1,2 0,3 2 0 0,2 97 2,8 Lanau44 SBT-05.044 5,4 1,4 0 2,6 0 11,7 86 2,3 Lanau Pasiran45 SBT-05.045 2,9 0,8 -0,8 2,2 0 100 0 0 Pasir46 SBT-05.046 5,4 1,8 -0,4 2,7 0 17,6 76,3 6,1 Lanau Pasiran47 SBT-05.047 5,1 1,5 0,9 2,7 0 26,8 67 6,1 Lanau Pasiran48 SBT-05.048 5,5 1,5 0,3 2,1 0 15,6 80 4,4 Lanau Pasiran49 SBT-05.049 4,1 1,2 1,7 6,4 0 62,2 35,6 2,1 Pasir lanauan50 SBT-05.050 2,8 0,8 -1 2,9 0 100% 0 0 Pasir51 SBT-05.051 2,3 1,1 -0,9 3,4 0,4 99,6 0 0 Pasir Sedikit Krikilan52 SBT-05.052 2,1 1,4 -0,7 2,4 1,6 98,4 0 0 Pasir Sedikit Krikilan53 SBT-05.053 1,5 1,5 -0,7 2,7 8,2 91,8 0 0 Pasir Krikilan54 SBT-05.054 2,2 1,4 -0,4 6,6 2,9 92,3 0 0 Pasir Sedikit Krikilan55 SBT-05.055 4,8 1,4 1,1 3,4 0 35,4 0 0 Lanau Pasiran56 SBT-05.056 3,4 0,3 -4,1 20,4 0 100% 0 0 Pasir57 SBT-05.057 4,2 2 0,4 2,3 0 49,8 45,3 4,8 Lanau Pasiran58 SBT-05.058 1,9 1,2 -1,2 4,6 4,1 95,9 0 0 Pasir Sedikit Krikilan59 BT-05.001(0-20) 4,4 1,8 -0,3 2 0 35,5 64,4 0,4 Lanau Pasiran60 BT-05.001(50-370) 4,4 1,8 -0,3 2 0 35,5 64,4 0,4 Lanau Pasiran

Keterangan (Klasifikasi Folks' 72)

TABEL HASIL ANALISA GRAIN SIZEPERAIRAN SEBATIK, KALIMANTAN TIMUR

Page 163: 36 sebatik

No. No. Contoh X(phi) Sort Skew Kurt Kri Pas Lan Lem Keterangan (Klasifikasi Folks' 72)61 BT-05.001(370-400) 4,4 1,8 -0,3 2 0 35,5 64,4 0,4 Lanau Pasiran62 BT-05.002(0-17) 5,1 2,2 -0,4 3,1 1 29,7 60,3 8,9 Lumpur Pasiran Sedikit Krikilan63 BT-05.002(17-27) 5,1 2,2 -0,4 3,1 1 29,7 60,3 8,9 Lumpur Pasiran Sedikit Krikilan64 BT-05.002(27-160) 5,1 2,2 -0,4 3,1 1 29,7 60,3 8,9 Lumpur Pasiran Sedikit Krikilan65 BT-05.002(160-400) 5,1 2,2 -0,4 3,1 1 29,7 60,3 8,9 Lumpur Pasiran Sedikit Krikilan66 BT-05.003(0-90) 1,5 1,1 -0,9 4,7 4,4 95,6 0 0 Pasir Sedikit Krikilan67 BT-05.003(90-310) 1,5 1,1 -0,9 4,7 4,4 95,6 0 0 Pasir Sedikit Krikilan68 BT-05.004(20-40) 4,7 1,9 -0,2 2,3 0 31,5 66,7 1,7 Lanau Pasiran69 BT-05.004(40-50) 4,7 1,9 -0,2 2,3 0 31,5 66,7 1,7 Lanau Pasiran70 BT-05.004(60-100) 4,7 1,9 -0,2 2,3 0 31,5 66,7 1,7 Lanau Pasiran71 BT-05.004(100-180) 4,7 1,9 -0,2 2,3 0 31,5 66,7 1,7 Lanau Pasiran72 BT-05.004(180-380) 4,7 1,9 -0,2 2,3 0 31,5 66,7 1,7 Lanau Pasiran73 BT-05.004(380-400) 4,7 1,9 -0,2 2,3 0 31,5 66,7 1,7 Lanau Pasiran74 BT-05.005(0-20) 2,3 1,1 -1 4,3 1,4 98,6 0 0 Pasir Sedikit krikilan75 BT-05.005(20-60) 2,3 1,1 -1 4,3 1,4 98,6 0 0 Pasir Sedikit krikilan76 BT-05.005(60-100) 2,3 1,1 -1 4,3 1,4 98,6 0 0 Pasir Sedikit krikilan77 BT-05.005(100-120) 2,3 1,1 -1 4,3 1,4 98,6 0 0 Pasir Sedikit krikilan78 BT-05.005(150-200) 2,3 1,1 -1 4,3 1,4 98,6 0 0 Pasir Sedikit krikilan79 BT-05.006(0-20) 0,5 2,6 0 1,2 40,3 59,7 0 0 Krikil Pasiran80 BT-05.006(20-60) 0,5 2,6 0 1,2 40,3 59,7 0 0 Krikil Pasiran81 BT-05.006(70-80) 0,5 2,6 0 1,2 40,3 59,7 0 0 Krikil Pasiran82 BT-05.007(0-20) 1,8 1,8 -0,5 1,7 5,1 94,9 0 0 Pasir Krikilan83 BT-05.007(20-60) 1,8 1,8 -0,5 1,7 5,1 94,9 0 0 Pasir Krikilan84 BT-05.007(60-80) 1,8 1,8 -0,5 1,7 5,1 94,9 0 0 Pasir Krikilan85 BT-05.008(20-60) 4,5 2 -0,4 2,6 0,6 33,3 66 0,1 Lumpur Pasiran sedikit Krikilan86 BT-05.008(80-100) 4,5 2 -0,4 2,6 0,6 33,3 66 0,1 Lumpur Pasiran sedikit Krikilan87 BT-05.009(0-20) 4,7 1,8 0,5 2,3 0 44,1 50,3 5,6 Lanau Pasiran88 BT-05.009(20-60) 4,7 1,8 0,5 2,3 0 44,1 50,3 5,6 Lanau Pasiran89 BT-05.009(60-100) 4,7 1,8 0,5 2,3 0 44,1 50,3 5,6 Lanau Pasiran90 BT-05.009(100-150) 4,7 1,8 0,5 2,3 0 44,1 50,3 5,6 Lanau Pasiran91 BT-05.009(150-200) 4,7 1,8 0,5 2,3 0 44,1 50,3 5,6 Lanau Pasiran92 BT-05.010(0-25) 5,4 1 0 2,7 0 6,3 93,1 0,6 Lanau93 BT-05.010(25-110) 5,4 1 0 2,7 0 6,3 93,1 0,6 Lanau94 BT-05.010(110-215) 5,4 1 0 2,7 0 6,3 93,1 0,6 Lanau95 BT-05.010(215-315) 5,4 1 0 2,7 0 6,3 93,1 0,6 Lanau96 BT-05.011(0-10) 5,8 1,2 0 2,4 0 3,4 95 1,6 Lanau97 BT-05.011(10-200) 5,8 1,2 0 2,4 0 3,4 95 1,6 Lanau98 STA-05.001BH1(1) 5,7 1,7 -0,4 3,2 0 9,9 81 9 Lanau99 STA-05.001BH2(2,5) 5,7 1,7 -0,4 3,2 0 9,9 81 9 Lanau

100 STA-05.001BH3(3.6) 5,7 1,7 -0,4 3,2 0 9,9 81 9 Lanau101 STA-05.001BH4(4.7) 5,7 1,7 -0,4 3,2 0 9,9 81 9 Lanau102 STA-05.002BH1 4,9 1,5 0,7 2,7 0 32,9 62 5,1 Lanau Pasiran103 STA-95.002BH2 4,9 1,5 0,7 2,7 0 32,9 62 5,1 Lanau Pasiran104 STA-05.003BH1 5,6 1,4 0,4 2,2 0 10,3 82,7 7 Lanau Pasiran

Page 164: 36 sebatik

DAERAH : PERAIRAN SEBATIK - KALIMANTAN TIMURKA. TIM. : Ir. YOGI NOVIADIWAKTU : JUNI s/d JULI 2005

No No Berat Berat Berat non BeratUrut Contoh asal ckg ckg kumulatif

1 SBT - 05.001 100,0 10,7200 89,2800 88,05762 SBT - 05.002 100,0 1,7956 98,2044 97,96073 SBT - 05.003 100,0 1,4587 98,5413 97,43804 SBT - 05.004 100,0 0,3074 99,6926 98,51425 SBT - 05.005 100,0 0,6846 99,3154 98,77106 SBT - 05.006 100,0 0,2660 99,7340 99,20687 SBT - 05.007 100,0 0,0397 99,9603 98,17108 SBT - 05.008 100,0 0,1402 99,8598 98,33219 SBT - 05.009 100,0 0,1297 99,8703 98,6202

10 SBT - 05.010 100,0 0,1555 99,8445 98,555411 SBT - 05.011 100,0 37,1834 62,8166 61,607512 SBT - 05.012 100,0 0,1739 99,8261 98,279513 SBT - 05.013 100,0 0,1831 99,8169 98,953914 SBT - 05.014 100,0 0,2393 99,7607 98,444015 SBT - 05.015 100,0 0,2079 99,7921 98,429416 SBT - 05.016 100,0 0,1431 99,8569 98,301717 SBT - 05.017 100,0 2,3938 97,6062 97,149418 SBT - 05.018 100,0 0,2492 99,7508 99,097019 SBT - 05.019 100,0 0,6147 99,3853 98,199520 SBT - 05.020 100,0 0,3393 99,6607 98,042321 SBT - 05.021 100,0 0,8380 99,1620 98,972422 SBT - 05.022 100,0 0,5696 99,4304 98,538723 SBT - 05.023 100,0 0,1106 99,8894 98,419924 SBT - 05.024 100,0 0,6229 99,3771 98,586425 SBT - 05.025 100,0 0,1734 99,8266 98,196326 SBT - 05.026 100,0 1,3058 98,6942 97,739327 SBT - 05.027 100,0 2,0919 97,9081 96,678028 SBT - 05.028 100,0 6,7227 93,2773 92,290529 SBT - 05.029 100,0 7,6557 92,3443 91,673530 SBT - 05.030 100,0 0,1854 99,8146 98,697331 SBT - 05.031 100,0 0,1650 99,8350 98,3565

32 SBT - 05.032 100,0 0,8981 99,1019 98,436933 SBT - 05.033 100,0 2,2822 97,7178 97,360334 SBT - 05.034 100,0 7,2187 92,7813 92,160535 SBT - 05.035 100,0 1,5427 98,4573 97,947536 SBT - 05.036 100,0 0,2496 99,7504 98,300437 SBT - 05.037 100,0 0,1603 99,8397 99,510538 SBT - 05.038 100,0 7,8611 92,1389 91,508939 SBT - 05.039 100,0 0,3412 99,6588 99,033940 SBT - 05.040 100,0 0,3631 99,6369 99,105341 SBT - 05.041 100,0 0,1782 99,8218 99,160142 SBT - 05.042 100,0 0,2615 99,7385 98,136243 SBT - 05.043 100,0 0,1800 99,8200 99,169744 SBT - 05.044 100,0 3,4341 96,5659 96,001945 SBT - 05.045 100,0 30,9939 69,0061 68,767846 SBT - 05.046 100,0 0,9236 99,0764 97,788547 SBT - 05.047 100,0 0,3663 99,6337 98,884748 SBT - 05.048 100,0 0,7587 99,2413 98,522949 SBT - 05.049 100,0 0,8215 99,1785 98,002550 SBT - 05.050 100,0 7,9793 92,0207 91,834151 SBT - 05.051 100,0 8,6636 91,3364 90,3330

DATA BESAR BUTIR

Page 165: 36 sebatik

No No Berat Berat Berat non BeratUrut Contoh asal ckg ckg kumulatif52 SBT - 05.052 100,0 13,6851 86,3149 85,177453 SBT - 05.053 100,0 10,4719 89,5281 88,203254 SBT - 05.054 100,0 8,2020 91,7980 90,739155 SBT - 05.055 100,0 1,9164 98,0836 97,012256 SBT - 05.056 100,0 1,5253 98,4747 97,194857 SBT - 05.057 100,0 15,1135 84,8865 83,925658 SBT - 05.058 100,0 3,1597 96,8403 95,797859 BT - 05.001 0 - 20 cm 100,0 6,4786 93,5214 92,3722

50 - 370 cm 100,0 4,1703 95,8297 95,4565370 - 400 cm 100,0 2,6200 97,3800 96,1725

60 BT - 05.0020 - 17 cm 100,0 0,8271 99,1729 98,7494

17 - 27 cm 100,0 0,7871 99,2129 98,979427 - 160 cm 100,0 2,5340 97,4660 96,9274

160 - 400 cm 100,0 1,5730 98,4270 98,068561 BT - 05.003

0 - 90 cm 100,0 1,2906 98,7094 97,840690 - 310 cm 100,0 3,0215 96,9785 96,6260

62 BT - 05.00420 - 40 cm 100,0 0,1916 99,8084 99,651840 - 50 cm 100,0 2,7311 97,2689 96,9155

60 - 100 cm 100,0 6,6260 93,3740 92,3706100 - 180 cm 100,0 0,4775 99,5225 98,2586180 - 380 cm 100,0 4,3635 95,6365 94,2606380 - 400 cm 100,0 2,4876 97,5124 96,8960

63 BT - 05.0050 - 20 cm 100,0 0,6253 99,3747 99,3889

20 - 60 cm 100,0 0,2453 99,7547 99,581060 - 100 cm 100,0 0,4901 99,5099 99,5329

100 - 120 cm 100,0 0,3942 99,6058 99,5503150 - 200 cm 100,0 4,0366 95,9634 95,3730

64 BT - 05.0060 - 20 cm 100,0 14,0507 85,9493 85,7955

20 - 60 cm 100,0 13,1188 86,8812 86,449670 - 80 cm 100,0 13,7237 86,2763 86,2181

65 BT - 05.0070 - 20 cm 100,0 2,7760 97,2240 97,0644

20 - 60 cm 100,0 2,1574 97,8426 97,338660 - 80 cm 100,0 10,1699 89,8301 89,4936

66 BT - 05.00820 - 60 cm 100,0 0,2885 99,7115 99,511580 - 100 cm 100,0 0,2808 99,7192 98,3184

67 BT - 05.0090 - 20 cm 100,0 2,5062 97,4938 97,3444

20 - 60 cm 100,0 4,6613 95,3387 94,475960 - 100 cm 100,0 1,8854 98,1146 97,2744

100 - 150 cm 100,0 1,0792 98,9208 98,6595150 - 200 cm 100,0 1,7311 98,2689 97,7389

68 BT - 05.0100 - 25 cm 100,0 1,1117 98,8883 97,6513

25 - 110 cm 100,0 7,4640 92,5360 91,8101110 - 215 cm 100,0 6,6896 93,3104 92,0868215 - 315 cm 100,0 1,4129 98,5871 98,0198

69 BT - 05.0110 - 10 cm 100,0 1,0176 98,9824 97,2008

10 - 200 cm 100,0 0,8334 99,1666 98,7568

Page 166: 36 sebatik

No No Berat Berat Berat non BeratUrut Contoh asal ckg ckg kumulatif70 STA - 05.001 BH. 1 (1 m) 100,0 0,0256 99,9744 99,6337

BH. 2 (2.5 m) 100,0 0,0454 99,9546 99,8606BH. 3 (3.6 m) 100,0 0,0090 99,9910 99,5701BH. 4 (4.7 m) 100,0 1,4354 98,5646 97,6402

71 STA - 05.002BH. 1 100,0 0,0000 100,0000 99,2866BH. 2 100,0 0,0817 99,9183 99,7548

72 STA - 05.003BH. 1 100,0 0,2754 99,7246 98,0437

73 STA - 05.004BH. 1 100,0 0,0000 100,0000 0,0000

Page 167: 36 sebatik

ANALISA BESAR BUTIR

DAERAH : PERAIRAN SEBATIK - NUNUKAN - KALIMANTAN TIMURKA. TIM. : Ir. YOGI NOVIADIWAKTU

No No -2.0 phi -1.5 phi -1.0 phi -0.5 phi -0 phi 0.5 phi 1.0 phi 1.5 phi 2.0 phi 2.5 phi 3.0 phi 3.5 phi 4.0 phi BeratUrut Contoh pipet

1 SBT - 05.001 - - - - - - - 7,3193 56,2007 16,6933 1,5072 0,7939 0,1028 5,4404 - - - - - -2 SBT - 05.002 0,3632 - - - 0,0472 0,1351 0,1682 0,3345 0,7451 1,7382 1,6605 3,6159 0,9191 88,2337 20,0 0,3855 0,3714 0,3435 0,2626 0,14743 SBT - 05.003 - - - - - - - - 1,7522 4,9737 1,3466 89,3655 20,0 0,3959 0,3598 0,3204 0,2354 0,05654 SBT - 05.004 - - - - - - - - - - 0,0999 2,1846 1,9461 94,2836 20,0 0,3894 0,3811 0,3238 0,2457 0,07045 SBT - 05.005 - - - - - - - - - - - 4,8716 2,0715 91,8279 20,0 0,4066 0,3811 0,3091 0,2303 0,00766 SBT - 05.006 - - - - - - - - - - - 0,0896 0,0681 99,0491 20,0 0,4226 0,4152 0,3598 0,2739 0,06027 SBT - 05.007 - - - - - - - - - - - 0,0241 0,0269 98,1200 20,0 0,4268 0,4125 0,3382 0,2548 0,06428 SBT - 05.008 - - - - - - - - - - - 0,1333 0,2662 97,9326 20,0 0,3755 0,3641 0,3235 0,2293 0,09089 SBT - 05.009 - - - - - - - - - - - 0,3283 0,3802 97,9117 20,0 0,3911 0,3746 0,3543 0,2564 0,1211

10 SBT - 05.010 - - - - - - - - - - - 1,6925 1,0936 95,7693 20,0 0,3950 0,3859 0,3333 0,2422 0,099311 SBT - 05.011 - - - - - - - - - - 0,9334 1,3819 0,4546 58,8376 20,0 0,3883 0,3711 0,3296 0,2305 0,142612 SBT - 05.012 - - - - - - - - - - - - 0,1231 98,1564 20,0 0,4201 0,4128 0,3748 0,2677 0,076813 SBT - 05.013 - - - - - - - - - - 0,1423 2,8624 1,7330 94,2162 20,0 0,3871 0,3823 0,3354 0,2497 0,108814 SBT - 05.014 - - - - - - - - - - 0,1514 5,7064 2,2267 90,3595 20,0 0,4145 0,3963 0,3607 0,2829 0,133115 SBT - 05.015 - - - - - - - - - - - 0,2992 0,2255 97,9047 20,0 0,4217 0,4123 0,3469 0,2622 0,180816 SBT - 05.016 - - - - - - - - - - - 0,7648 0,7485 96,7884 20,0 0,4075 0,3987 0,3552 0,2627 0,168517 SBT - 05.017 - - - - - - - - - - 0,5159 7,2887 4,6333 84,7115 20,0 0,3805 0,3585 0,3116 0,1631 0,127518 SBT - 05.018 - - - - - - - - - - - 0,3408 0,5594 98,1968 20,0 0,3386 0,3245 0,2884 0,2078 0,037619 SBT - 05.019 - - - - - - - - - - 0,0347 0,1044 0,1047 97,9557 20,0 0,3733 0,3598 0,3446 0,2798 0,064820 SBT - 05.020 - - - - - - - - - - - 0,4864 0,8888 96,6671 20,0 0,3898 0,3833 0,3335 0,1444 0,045621 SBT - 05.021 - - - - - - - - - - - 0,7418 0,7051 97,5255 20,0 0,3855 0,3715 0,3286 0,2310 0,056122 SBT - 05.022 - - - - - - - - - - - 0,4861 0,7673 97,2853 20,0 0,3511 0,3443 0,2739 0,2123 0,122823 SBT - 05.023 - - - - - - - - - - - 0,1364 0,1292 98,1543 20,0 0,3777 0,3671 0,2906 0,2104 0,102124 SBT - 05.024 - - - - - - - - - - - 1,4009 6,6000 90,5855 20,0 0,3640 0,1793 0,0662 0,0616 0,034325 SBT - 05.025 - - - - - - - - - - - 0,2451 2,8292 95,1220 20,0 0,3594 0,2963 0,2411 0,2003 0,148426 SBT - 05.026 - - - - - - - - - 0,3081 0,3476 9,7291 13,6745 73,6800 20,0 0,3234 0,1934 0,1330 0,1074 0,054027 SBT - 05.027 - - - - - - - - - 4,0568 10,3526 38,0672 3,8545 40,3469 20,0 0,3795 0,2963 0,2156 0,1740 0,109628 SBT - 05.028 - - - - - - - 3,8348 19,5412 22,5592 15,2473 14,8468 0,8253 15,4359 15,0 0,2860 0,2529 0,2203 0,1735 0,130029 SBT - 05.029 1,5618 0,2402 0,1643 1,5185 3,1294 4,6915 3,8602 9,1070 29,0492 20,1726 6,1405 4,4951 0,3318 7,2114 - - - - - -30 SBT - 05.030 - - - - - - - - - - - 0,1426 0,6027 97,9520 20,0 0,3826 0,3664 0,3201 0,2304 0,157431 SBT - 05.031 - - - - - - - - - - - 0,3475 0,4208 97,5882 20,0 0,3956 0,3796 0,3732 0,2996 0,2159

32 SBT - 05.032 - - - - - - - - - - - - 0,3331 98,1038 20,0 0,3850 0,3532 0,3041 0,2045 0,150333 SBT - 05.033 - - - - 0,5931 2,5898 12,5230 1,2292 80,4252 20,0 0,3609 0,3463 0,3088 0,2360 0,072334 SBT - 05.034 - - - - - - - - - 1,8821 2,4306 17,6071 4,5445 65,6962 20,0 0,3661 0,3577 0,2990 0,2658 0,164435 SBT - 05.035 - - - - - - - - - 0,6217 0,2995 18,5230 8,5978 69,9055 20,0 0,3724 0,3081 0,2513 0,1993 0,075536 SBT - 05.036 - - - - - - - - - - - - 0,1672 98,1332 20,0 0,3746 0,3657 0,3206 0,2235 0,022437 SBT - 05.037 - - - - - - - - - - - 0,4037 1,9760 97,1308 20,0 0,3827 0,3119 0,2444 0,1972 0,072138 SBT - 05.038 - - - - - - - 7,9060 12,4534 9,0008 3,5608 4,0416 1,2636 53,2827 20,0 0,3890 0,3782 0,3157 0,2470 0,169139 SBT - 05.039 - - - - - - - - - - - 1,2571 1,5113 96,2655 20,0 0,3959 0,3655 0,3186 0,2291 0,057040 SBT - 05.040 - - - - - - - - - - - 2,8556 1,0861 95,1636 20,0 0,4232 0,4146 0,3815 0,3022 0,165641 SBT - 05.041 - - - - - - - - - - - - 0,1192 99,0409 20,0 0,3907 0,3818 0,3487 0,2620 0,047642 SBT - 05.042 - - - - - - - - - - - 0,9916 1,6298 95,5148 20,0 0,4050 0,3384 0,2666 0,2115 0,160943 SBT - 05.043 - - - - - - - - - - - - 0,1497 99,0200 20,0 0,3806 0,3758 0,3492 0,2602 0,039744 SBT - 05.044 - - - - - - - - - - 3,4158 3,0302 1,1813 88,3746 20,0 0,3852 0,3246 0,2371 0,1722 0,030345 SBT - 05.045 - - - - - - - 4,2133 5,1530 4,4802 10,3354 30,6124 2,1713 11,8022 - - - - - -46 SBT - 05.046 - - - - - - - 2,4534 2,8644 1,4500 0,4480 3,5204 3,2479 83,8044 20,0 0,3880 0,3582 0,3103 0,2443 0,104147 SBT - 05.047 - - - - - - - - - - 0,1045 2,6576 9,8036 86,3190 20,0 0,3283 0,1240 0,0954 0,0800 0,0576

7.0 phi 8.0 phi Ket.Pan 4.0 phi 5.0 phi 6.0 phi

Page 168: 36 sebatik

No No -2.0 phi -1.5 phi -1.0 phi -0.5 phi -0 phi 0.5 phi 1.0 phi 1.5 phi 2.0 phi 2.5 phi 3.0 phi 3.5 phi 4.0 phi BeratUrut Contoh pipet

7.0 phi 8.0 phi Ket.Pan 4.0 phi 5.0 phi 6.0 phi

48 SBT - 05.048 - - - - - - - - - 0,3414 0,2592 3,7550 5,1262 89,0411 20,0 0,3497 0,2406 0,1995 0,1796 0,053149 SBT - 05.049 - - - - - - - - 0,7281 1,1505 1,0910 27,5100 14,8013 52,7216 20,0 0,3287 0,1038 0,0516 0,0349 0,031350 SBT - 05.050 - - - - - - 2,2941 5,2407 8,5121 5,8525 14,8762 44,0018 3,4923 7,5644 - - - - - -51 SBT - 05.051 - - 0,3117 1,0791 2,5281 3,5250 3,6975 6,1260 9,3009 15,2222 20,0912 24,6758 1,2181 2,5574 - - - - - -52 SBT - 05.052 - - 1,3072 3,0691 3,7489 5,5058 4,2665 6,9773 8,9199 4,7307 12,4232 27,8674 2,8484 3,5130 - - - - - -53 SBT - 05.053 1,9547 1,5587 3,4106 4,2745 5,4757 6,0795 5,6335 6,7334 10,7490 16,3459 11,8820 9,1036 1,7210 3,2811 - - - - - -54 SBT - 05.054 1,0967 0,8058 0,8162 2,4211 2,1222 2,2834 1,9246 3,7903 10,4198 36,7202 17,7195 8,3770 0,2105 2,0318 15,0 0,0333 0,0303 0,0193 0,0036 0,003155 SBT - 05.055 - - - - - - - - - - - 8,0962 11,4213 77,4947 20,0 0,3437 0,1576 0,1108 0,0522 0,048056 SBT - 05.056 - - - - - - - - 0,9917 1,6074 3,3885 74,5250 4,1855 12,4967 - - - - - -57 SBT - 05.057 - - - - - - - - 14,2766 14,1311 6,2886 7,7834 10,5777 30,8682 20,0 0,3604 0,2745 0,1980 0,1327 0,102858 SBT - 05.058 0,8086 0,5968 2,1209 1,8063 2,2791 3,5960 4,1828 6,6456 15,4255 25,0210 14,6715 9,1818 0,4258 9,0361 - - - - - -59 BT - 05.001 0 - 20 cm - - - - - - - 1,9620 5,7770 14,1498 13,6066 13,1087 0,2817 43,4864 20,0 0,4151 0,3857 0,3496 0,2346 0,1444

50 - 370 cm - - - - 1,0420 1,4604 3,6412 9,9493 22,5609 23,4014 12,0674 9,2939 0,2062 11,8338 - - - - - -370 - 400 cm - - - - - - 1,2453 3,5178 8,2572 8,7437 3,9625 4,1279 1,2423 65,0758 20,0 0,4012 0,3640 0,2958 0,0738 0,0063

60 BT - 05.0020 - 17 cm - - 0,2721 0,3123 0,6030 0,3522 0,7506 1,6318 4,0995 11,3821 13,9792 47,4526 9,8582 8,0558 - - - - -

17 - 27 cm 0,7414 0,2031 0,4531 0,3014 0,4075 0,6696 0,8886 1,2841 4,0794 13,0368 12,4979 31,6121 5,8467 26,9577 20,0 0,3871 0,3544 0,3085 0,2125 0,127527 - 160 cm 0,2990 0,1224 0,0581 0,3447 0,3880 0,6506 0,8401 1,6422 5,6589 22,6172 18,5055 30,0664 3,3509 12,3834 - - - - - -

160 - 400 cm 0,8062 0,2709 0,1574 0,0346 0,2139 0,3436 0,5199 1,5030 5,0059 7,2224 4,7145 10,4749 4,4409 62,3604 20,0 0,4061 0,3683 0,3330 0,2940 0,207861 BT - 05.003

0 - 90 cm 0,7264 0,5314 0,3830 0,6317 0,6944 1,1320 3,3693 14,0144 42,0924 14,5057 4,8098 5,0959 0,8036 9,0506 - - - - - -90 - 310 cm 0,7591 1,6208 1,4039 1,5638 1,8782 7,2264 4,1420 12,9503 30,8004 13,4380 4,3577 4,8689 0,8503 10,7662 - - - - - -

62 BT - 05.00420 - 40 cm - - 0,0488 0,1393 0,7182 2,2786 8,7138 25,7062 40,7739 19,2642 1,7900 0,1722 0,0197 0,0269 - - - - - -40 - 50 cm - - 0,1595 0,8187 3,5951 11,3594 19,4982 28,1563 20,2901 9,8264 2,1772 0,7882 0,1088 0,1376 - - - - - -

60 - 100 cm - 0,3955 0,4277 0,6060 2,3428 7,2259 9,4593 25,1291 22,7234 14,8081 4,0298 2,4212 0,5329 2,2689 - - - - - -100 - 180 cm - - 0,3821 0,8166 2,6266 7,1151 12,2186 20,7950 22,3453 14,9818 3,6454 1,4326 0,3943 11,5052 - - - - - -180 - 380 cm 0,2444 - - - 0,6890 1,5204 3,3602 6,2494 7,9059 9,0586 4,0950 8,0743 3,7898 49,2736 20,0 0,3850 0,3781 0,3086 0,2318 0,1639380 - 400 cm - - - - - - 1,6663 3,3117 5,1973 5,7827 3,3198 6,7592 2,7640 68,0950 20,0 0,3973 0,3462 0,2709 0,2040 0,0317

63 BT - 05.0050 - 20 cm - - - - - - - - 7,3969 22,8360 22,6113 45,8362 0,6713 0,0372 - - - - - -

20 - 60 cm - - - - - - - - 5,7172 33,4483 27,9231 31,8200 0,5937 0,0787 - - - - - -60 - 100 cm - - - - - - - - 5,1312 21,9108 30,2297 41,6484 0,4713 0,1415 - - - - - -

100 - 120 cm - - - - - - - - 4,6253 22,7951 24,4377 46,6782 0,8343 0,1797 - - - - - -150 - 200 cm - 0,4955 0,7164 1,4392 1,6088 1,5474 1,6005 4,4540 17,7214 19,9689 11,5771 22,3274 1,4904 10,4260 - - - - - -

64 BT - 05.0060 - 20 cm 8,8206 3,1073 1,5164 5,1825 4,7837 3,6239 2,1416 2,6580 6,8388 9,9417 9,0245 27,7930 0,2568 0,1067 - - - - - -

20 - 60 cm 3,4756 3,3741 2,2558 6,0114 5,8309 4,1469 3,2190 4,1749 10,6283 13,3279 9,1938 19,8416 0,5134 0,4560 - - - - - -70 - 80 cm 27,9188 1,5231 0,9534 3,1363 3,5683 3,1219 2,0532 2,0279 3,4392 3,9603 2,8495 19,8472 4,1092 7,7098 - - - - - -

65 BT - 05.0070 - 20 cm - - 0,1760 0,2511 1,0843 1,9314 2,8390 5,5402 16,5923 13,3444 8,1269 45,4764 1,5964 0,1060 - - - - - -

20 - 60 cm - - 0,1471 1,9044 3,2293 2,8166 2,7821 6,5061 17,9771 17,0384 8,7184 35,1189 0,9518 0,1484 - - - - - -60 - 80 cm 0,7983 1,2025 2,5654 8,8727 10,2135 6,2927 3,4146 2,4497 3,9584 4,5579 3,7594 39,5283 1,5719 0,3083 - - - - - -

66 BT - 05.00820 - 60 cm - - - - 0,3109 0,3716 1,5240 4,1719 16,3214 39,3377 25,1053 12,0963 0,1336 0,1388 - - - - - -80 - 100 cm - 0,1040 0,4056 0,4847 0,6841 1,0176 1,0785 1,8389 4,7450 7,7360 5,4612 5,1105 1,5367 68,1156 20,0 0,3891 0,3413 0,2542 0,1933 0,0025

67 BT - 05.0090 - 20 cm - - - - - - - - 17,9082 62,1696 12,5340 4,2647 0,1933 0,2746 - - - - - -

20 - 60 cm - - - - - - - - 7,0778 54,0488 17,1894 8,6488 0,2588 7,2523 - - - - - -60 - 100 cm - - - - - - - - 5,4373 36,2366 19,3914 15,7947 0,2582 20,1562 20,0 0,3743 0,3473 0,3103 0,2128 0,1657

100 - 150 cm - - - - - - - - 5,6225 31,3292 10,9557 16,3310 12,9975 21,4236 20,0 0,3206 0,2541 0,1947 0,1326 0,0899150 - 200 cm - - - - - - - - 2,3661 13,0464 5,5385 14,4933 12,5894 49,7052 20,0 0,3738 0,3105 0,2284 0,1818 0,1211

Page 169: 36 sebatik

No No -2.0 phi -1.5 phi -1.0 phi -0.5 phi -0 phi 0.5 phi 1.0 phi 1.5 phi 2.0 phi 2.5 phi 3.0 phi 3.5 phi 4.0 phi BeratUrut Contoh pipet

7.0 phi 8.0 phi Ket.Pan 4.0 phi 5.0 phi 6.0 phi

68 BT - 05.0100 - 25 cm 0,3068 0,4510 0,3349 0,3190 0,6956 0,8151 1,7173 4,7072 16,1317 29,3085 18,8906 16,6909 1,0051 6,2776 - - - - - -

25 - 110 cm - - - - - - - 1,9783 5,9565 10,9592 9,5691 15,6082 2,8568 44,8820 20,0 0,3987 0,3767 0,3443 0,2183 0,2027110 - 215 cm - - - - - - - 1,5539 2,8633 4,0729 3,6624 5,1206 2,5580 72,2557 20,0 0,4119 0,4015 0,3619 0,3210 0,0180215 - 315 cm - - - - - - - - - - 0,3881 1,6605 1,6880 94,2832 20,0 0,3911 0,3656 0,3243 0,0169 0,0072

69 BT - 05.0110 - 10 cm 0,3293 0,1761 0,1418 0,2325 0,4862 0,5655 0,8049 4,5345 8,5515 14,5336 6,4033 11,2991 3,0983 46,0442 20,0 0,3974 0,3395 0,3402 0,2331 0,1620

10 - 200 cm - - - - - - - - - - 0,9244 4,5183 1,1288 92,1853 20,0 0,4060 0,3988 0,3546 0,2919 0,024670 STA - 05.001 BH. 1 (1 m) - - - 0,1336 0,4868 0,8064 1,5418 5,2050 17,2622 20,8223 5,3446 7,9280 3,6107 36,4923 20,0 0,3889 0,3301 0,2572 0,2010 0,1457 Sample

BH. 2 (2.5 m) - - 0,0655 0,1448 0,5473 0,7781 1,4744 4,4650 15,5686 20,1113 5,1061 8,4059 3,4569 39,7367 20,0 0,3840 0,3175 0,2229 0,1785 0,1199 daratBH. 3 (3.6 m) 0,4610 2,4545 2,3409 1,4978 1,8442 1,8711 2,7243 5,8244 12,3670 15,1209 7,2642 15,8490 6,1042 23,8466 20,0 0,3823 0,2859 0,2474 0,1806 0,1392BH. 4 (4.7 m) - - - - - - 0,4981 1,2027 1,6182 1,6323 0,8277 2,2841 1,5054 88,0717 20,0 0,3888 0,3423 0,2940 0,2091 0,1378

71 STA - 05.002BH. 1 - - - - - - 0,4686 0,3809 4,2270 4,2067 7,1556 26,1199 9,3953 47,3326 20,0 0,3640 0,2053 0,1354 0,0866 0,0557BH. 2 - - - - - - - - 0,0809 0,8783 2,3138 14,1116 6,2027 76,1675 20,0 0,3756 0,2534 0,1526 0,1078 0,0726

72 STA - 05.003BH. 1 - - - - - - - - - 0,0711 0,1300 2,1509 4,8473 90,8444 20,0 0,3231 0,2099 0,1699 0,1311 0,0705

Page 170: 36 sebatik
Page 171: 36 sebatik

1

Hasil Analisa Sayatan Oles SEDIMEN PANTAI & DASAR LAUTDaerah selidikan : Pulau Sebatik Kalimantan TimurDikerjakan oleh : Ir. Hartono

BIOGENIK BUKAN BIOGENIK AUTIGENIKPASIR DAN LANAU

F N F M R D S K T d Fe/Mn v s L Z D G G BESAR BUTIRo a r i a i p a o e O o h e e o i lr n a k d a o r t n k l a m o l p aa n g r i t n b a t s k r p l o s um o m i o o g o l r i a r u i m u ki e t l m e n i d n d n t i m on n a a a t a i g t ni r e s n u k if i p s te a ir ca

Q F M HMSBT- 05.001 Grab R - R C - - - - R - TR R R - A - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

SBT- 05.002 Grab TR - TR c - - - - c - - R R - A - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.003 Grab TR - R c - - - - c - - TR TR - A - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.004 Grab TR - TR c - - - - TR - - TR TR - D - - - - Lp - Ln

SBT- 05.005 Grab TR - C c - - - TR - - TR TR - A - - - - Lp - Ln

SBT- 05.006 Grab TR - R c - - - - TR - - - TR - D - - - - Lp - Ln

SBT- 05.007 Grab TR - TR c - - - - TR - - TR TR - D - - - - Lp - Ln

SBT- 05.008 Grab R - R c - - - - R - - R c - A - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh -Ps.h

SBT- 05.009 Grab TR - R c - - - - TR - - R c - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.010 Grab TR - TR c - - - - C - TR TR R - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh -Ps.h

SBT- 05.011 Grab TR - TR c - - - - R - - TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.012 Grab TR - TR R - - - - c - - TR - - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.013 Grab TR - TR R - - - - R - TR TR TR - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.014 Grab - - TR R - - - - C - - TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.015 Grab TR - TR R - - - - R - - TR - - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.016 Grab TR - R c - - - - R - TR TR R - A - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.017 Grab TR - TR R - - - - c - TR TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

SBT- 05.018 Grab TR - TR c - - - - C - - TR TR - a - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.019 Grab TR - TR R - - - - R - - TR TR - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.020 Grab - - TR R - - - - c - TR R TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.021 Grab TR - TR c - - - - C - - TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.022 Grab TR - TR c - - - - A - - TR TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

SBT- 05.023 Grab TR - R R - - - - a - TR R TR - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.024 Grab TR - TR R - - - - a - TR R TR - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

SBT- 05.025 Grab TR - TR R - - - - C - - TR - - a - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.026 Grab - - TR TR - - - - A - TR R TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.027 Grab - - TR TR - - - - A - TR R TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

SBT- 05.028 Grab - - TR TR - - - - A - - R - - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

No. Contoh &Kedalaman

c

R

GAMPINGAN SILIKATAN

c

c

a

a

C

A

A

A

TR

TR

TR

c

c

R

R

c

R

C

R

c

c

A

C

R

C

C

Page 172: 36 sebatik

2

BIOGENIK BUKAN BIOGENIK AUTIGENIKPASIR DAN LANAU

F N F M R D S K T d Fe/Mn v s L Z D G G BESAR BUTIRo a r i a i p a o e O o h e e o i lr n a k d a o r t n k l a m o l p aa n g r i t n b a t s k r p l o s um o m i o o g o l r i a r u i m u ki e t l m e n i d n d n t i m on n a a a t a i g t ni r e s n u k if i p s te a ir ca

Q F M HM

No. Contoh &Kedalaman

GAMPINGAN SILIKATAN

SBT- 05.029 Grab TR - R TR - - - - A - - R - - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

SBT- 05.030 Grab TR - TR R - - - - R - - TR R - A - - - - Lp - Ln

SBT- 05.031 Grab TR - - R - - - - TR - - TR R - D - - - - Lp - Ln

SBT- 05.032 Grab TR - - R - - - - c - - TR R - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.033 Grab TR - TR R - - - - c - - TR R - a - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.034 Grab TR - R R - - - - C - TR R R - a - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m

SBT- 05.035 Grab TR - R c - - - - C - - R TR - a - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

SBT- 05.036 Grab - - TR TR - - - - C - - TR - - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.037 Grab R - TR R - - - - A - - R TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

SBT- 05.038 Grab TR - TR c - - - - a - - R R - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.039 Grab TR - TR c - - - - A - - TR TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.040 Grab TR - TR R - - - - c - TR TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.041 Grab - - - R - - - - R - - TR R - D - - - - Lp - Ln

SBT- 05.042 Grab - - - R - - - - c - - R c - A - - - - Lp - Ln

SBT- 05.043 Grab - - - R - - - - c - - R c - A - - - - Lp - Ln

SBT- 05.044 Grab TR - TR R - - - - A - TR R R - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

SBT- 05.045 Grab TR - R TR - - - - A - TR R TR - R - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

SBT- 05.046 Grab TR - R R - - - - A - TR R TR - c - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.047 Grab TR - R R - - - - a - TR TR TR - C - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.048 Grab TR - TR c - - - - a - - TR TR - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.049 Grab TR - TR R - - - - A - TR R TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

SBT- 05.050 Grab TR - R - - - - - D - TR R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m

SBT- 05.051 Grab TR - R - - - - - D - TR R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m

SBT- 05.052 Grab TR - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m

SBT- 05.053 Grab TR - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m

SBT- 05.054 Grab TR - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m

SBT- 05.055 Grab - - TR - - - - - D - - R - - - - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.056 Grab TR - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m

SBT- 05.057 Grab TR - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh

SBT- 05.058 Grab - - TR - - - - - D - - R - - - - - - - Ps.Sh - Ps.m

BT BT 05.007.0.20 cm - - - R - - - - c - - TR - - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

BT- 05.001.50.370 cm - - - R - - - - C - - TR - - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m

D

D

C

D

D

D

D

D

c

C

a

A

D

D

A

A

A

a

C

R

C

C

R

c

C

C

C

A

a

A

A

R

Page 173: 36 sebatik

3

BIOGENIK BUKAN BIOGENIK AUTIGENIKPASIR DAN LANAU

F N F M R D S K T d Fe/Mn v s L Z D G G BESAR BUTIRo a r i a i p a o e O o h e e o i lr n a k d a o r t n k l a m o l p aa n g r i t n b a t s k r p l o s um o m i o o g o l r i a r u i m u ki e t l m e n i d n d n t i m on n a a a t a i g t ni r e s n u k if i p s te a ir ca

Q F M HM

No. Contoh &Kedalaman

GAMPINGAN SILIKATAN

BT- 05.001.370.400 cm - - - R - - - - C - - TR - - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

BT- 05.002.0.17 cm - - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.002.17.27 cm - - TR c - - - - c - - TR - - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

BT- 05.002.27.160 cm TR - R R - - - - A - - R - - c - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.002.160.400 cm - - TR R - - - - c - - TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

BT- 05.003.0.90 cm - - TR - - - - - D - - R - - R - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.003.90.310 cm - - R - - - - - A - - R R - c - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.004.20.40 cm - - TR - - - - - D - - R - - - - - - - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.004.40.50 cm - - TR - - - - - A - - R - - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.004.60.100 cm - - R TR - - - - A - - TR - - c - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.004.100.180 cm - - R - - - - A - - R TR - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

BT- 05.004.180.380 cm - - TR R - - - - c - - TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

BT- 05.004.380.400 cm - - TR - - - - - C - - R R - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

BT- 05.005.0.20 cm - - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.005.20.60 cm - - R - - - - - D - - R - - - - R - - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.005.60.100 cm - - TR - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.005.100.120 - - TR - - - - - D - - TR - - - - - - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.005.150.200 TR - R c - - - - A - - R TR - c - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.006.0.20 - - R - - - - - D - - TR - - - - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh

BT- 05.006.20.60 TR - c R - - - - A - - R - - R - R - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.006.70.80 - - TR R - - - - A - - R TR - c - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

BT- 05.007.0.20 - - R - - - - - D - - TR - - - - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh

BT- 05.007.20.60 - - c - - - - - D - - TR - - - - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh

BT- 05.007.60.80 TR - c - - - - - D - - TR - - - - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh

BT- 05.008.20.60 TR - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.008.80.100 - - R c - - - - a - - R c - C - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

BT- 05.009.0.20 - - TR - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.009.20.60 TR - R R - - - - D - - R TR - R - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.009.60.100 TR - R R - - - - A - - R TR - c - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.009.100.150 TR - R R - - - - A - - R TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m

BT- 05.009.150.200 TR - TR R - - - - A - - R R - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

BT- 05.010.0.25 - - TR TR - - - - D - - TR - - R - - - - Ps.Sh - Ps.m

A

c

C

A

D

A

A

c

A

c

D

C

D

D

D

D

D

D

A

A

D

D

D

A

A

D

A

a

D

D

A

D

Page 174: 36 sebatik

4

BIOGENIK BUKAN BIOGENIK AUTIGENIKPASIR DAN LANAU

F N F M R D S K T d Fe/Mn v s L Z D G G BESAR BUTIRo a r i a i p a o e O o h e e o i lr n a k d a o r t n k l a m o l p aa n g r i t n b a t s k r p l o s um o m i o o g o l r i a r u i m u ki e t l m e n i d n d n t i m on n a a a t a i g t ni r e s n u k if i p s te a ir ca

Q F M HM

No. Contoh &Kedalaman

GAMPINGAN SILIKATAN

BT- 05.010.25.110 - - TR R - - - - A - - R c - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

BT- 05.010.110.215 - - - R - - - - A - - R c - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

BT- 05.010.215.315 TR - - R - - - - A - - R R - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

BT- 05.011.0.10 - - TR R - - - - A - - R TR - c - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

BT- 05.011.10.200 TR - - R - - - - c - - TR TR - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

- - TR R - - - - A - - R C - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

- - - - - - - - A - - R C - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

- - TR - - - - - D - - TR R - - - - - Ps.Sh - Ps.m

- - - c - - - - R - - TR R - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

- - - R - - - - C - - R C - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

- - TR TR - - - - A - - R R - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

- - TR R - - - - A - - R R - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh

Keterangan :D = banyak (75 %) C = agak umum (30 - 15 %) R = jarang (5 - 1 %) Lp = Lempung Ps.h = Pasir halusA = sangat umum (75 - 50 %) c = kadang - kadang (15 - 5 %) TR = sangat jarang (1 %) Ln = Lanau Ps.m = Pasir menengaha = umum (50 - 30 %) Ps.sh = Pasir sangat halus

STA III BH I

STA I BH 3 (3,6)

STA I BH 4 (4,7)

STA II BH I

STA II BH 2

STA I BH 1 (1m)

STA I BH 2 (2,5) A

D

A

R

C

A

A

A

C

A

A

A

Page 175: 36 sebatik
Page 176: 36 sebatik

ANALISA MINERAL BERAT

Daerah : Perairan Nunukan - Sebatik, Kalimantan TimurDideskripsi oleh : Ir.Hartono

Mineral LOKASI CONTOHSBT05-01 SBT05-02 SBT05-03 SBT05-11 SBT05-27 SBT05-28 SBT05-29 SBT05-34 SBT05-38 SBT05-44 SBT05-45 SBT05-49 SBT05-50 SBT05-51 SBT05-52

Magnetit 0,1595 0,0795 0,1098 0,0800 0,1240 0,4065 0,2142 0,4565 0,1985 0,2480 0,6731 0,6731 1,2726 2,5496 2,0039Hematit 0,0006 0,0002 0,0015 0,0070 0,0062 0,0065 0,0021 0,0004 0,0009 0,0023 0,0027 0,0027 0,0017 0,0037 0,0050Hornblende 0,0001Limonit 0,0001 0,0025Zirkon 0,0001 0,0000 0,0010 0,0004 0,0006 0,0039 0,0020Dolomit 0,0004 0,0003 0,0019 0,0012 0,0021 0,0034 0,0014 0,0005 0,0005 0,0012 0,0029 0,0029 0,0028 0,0347 0,0177Cangkang 0,0003 0,0011 0,0009 0,0003 0,0024 0,0042 0,0014 0,0003 0,0008 0,0070 0,0070 0,0046 0,0022 0,0027Kuarsa 0,0001 0,0003 0,0007 0,0028 0,0003 0,0059Pirit 0,0037 0,0016 0,0002 0,0030 0,0030Kayu teroksidasi 0,0013 0,0005 0,0006 0,0018 0,0018

Mineral LOKASI CONTOHSBT05-53 SBT05-54 SBT05-56 SBT05-57 SBT05-58 bt-1/0-20 bt-2/0-17 bt-3/0-92 bt-4/20-40 bt-5/0-20 bt-6/6-20 bt-7/0-20 bt-8/20-60 bt-9/0-20 bt-10/0-25

Magnetit 1,1686 0,7451 1,1098 0,2933 0,6598 0,0643 0,1712 0,0256 0,0297 0,3188 0,3933 0,2013 0,6364 0,3212 0,0525Hematit 0,0073 0,0123 0,0001 0,0050 0,0023 0,0022 0,0014 0,0043 0,0021 0,0039 0,0048 0,0032 0,0264 0,0013 0,0319Hornblende 0,0214Limonit 0,0081 0,0014Zirkon 0,0010 0,0002 0,0001 0,0002 0,0034Dolomit 0,0033 0,0027 0,0011 0,0020 0,0009 0,0027 0,0027 0,0015 0,0007 0,0029 0,0019 0,0229 0,0034 0,0077 0,0166Cangkang 0,0055 0,0017 0,0002 0,0039 0,0004 0,0017 0,0012 0,0007 0,0002 0,0010 0,0006 0,0283KuarsaPirit 0,0015 0,0003 0,0003 0,0010Kayu teroksidasi 0,0019 0,0092 0,0153

Page 177: 36 sebatik
Page 178: 36 sebatik

HASIL PEMERIKSAAN

• Kode/Nomor Contoh : LP-7 • Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah batuan,berwarna

abu- abu kecoklatan bercak putih-coklat

Deskripsi Contoh

Sayatan batuan berwarna coklat-coklat terang, berbutir kasar terdiri dariplagioklas, kuarsa, pyroksen, fragmen batuan dan mineral bijih sebagaikomponen halus pada masa dasar semen gelas dan mika halus.

0.5 mm

κ BA D FC E

4

IHG κ

3

2

1

5

2

1

3

4

5

6 6

XPL X-Nikol

Photomikrograft sayatan tipis contoh batuan Tuff Terubah. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan pyroksen terdapat sebagai komponen pada masasemen gelas dan mika halus

No Nama Mineral % Keterangan

1 Plagioklas 16,6

Bentuk kristalin menyudut warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,90 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen gelas dan mika halus

2 Kuarsa 20,7

Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelom-bang, halus, ukuran 0,02-0,20 mm terdapat sebagai komponen pada masa semen gelas dan mika halus

3 Pyroksen 8,7 Bentuk kristalin warna kuning terang, ukuran 0,02-0.18 mm, terdapat sebagai Komponen pada masa dasar semen gelas dan mika halus

4 Gelas 38,7

Bentuk tidak teratur (non kriatalin) warna abu-abu terang sedikit coklat terang, terdapat sebagai masa semen dengan mika halus

5 Mika 9,8 Bentuk tidak teratur berserat halus warna kuning terang,halus terdapat sebagai masa semen dengan gelas

6 Mineral Bijih 5,5 Bentuk kristalin halus, warna gelap terdapat sebagai komponen pada masa semen mika halus dan gelas

Nama Batuan : Tuff Terubah

Page 179: 36 sebatik

HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lamampu 59,6 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa pecahan kecil batuan, rapuh,

berwarna abu-abu kecoklatan

Deskripsi Contoh

Sayatan batuan berwarna coklat terang, berbutir halus, terdiri dari kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung

0.5 mm

κ BA D FC E

4

IHG κ

3

2

1

5

2

1

3

4

5

6 6

XPL X-Nikol

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Lempung Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa dan mineral bijih terdapat sebagai komponen pada masa semengelas dan mika halus dan mineral lempung

No Nama Mineral % Keterangan

1 Kuarsa 24,8 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,12 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mineral lempung

2 Mineral Lempung 71,6 Bentuk tidak teratur warna coklat -coklat terang, halus sebagai masa semen

3 Mineral Bijih 3,6 Bentuk kristalin halus bentuk tidak teratur warna coklat-gelap terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mineral lempung

Nama Batuan : Batu Lempung Pasiran

Page 180: 36 sebatik

HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lamapu 35 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa pecahan kecil batuan, cukup

kompak, berwana abu-abu kecoklatan

Deskripsi Contoh

Sayatan batuan berwarna coklat terang, berbutir halus terdiri dari kuarsaan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung

0.5 mm

κ BA D FC E

4

IHG κ

3

2

1

5

2

1

3

4

5

6 6

XPL X-Nikol

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Lempung Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa dan mineral bijih terdapat sebagai komponen pada masa semengelas dan mika halus dan mineral lempung

No Nama Mineral % Keterangan

1 Kuarsa 23,9 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,08 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mineral lempung

2 Mineral Lempung 72,4 Bentuk tidak teratur warna coklat -coklat terang, halus sebagai masa semen

3 Mineral Bijih 3,7 Bentuk kristalin halus bentuk tidak teratur warna coklat-gelap terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mineral lempung

Nama Batuan : Batu Lempung Pasiran

Page 181: 36 sebatik

HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lamapu 51 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa pecahan kecil batuan, rapuh,

berwarna abu-abu gelap -hitam

Deskripsi Contoh

Sayatan batuan berwarna abu-abu terang, tekstursparitik (kasar) terdiri dari plagioklas, kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen karbonat halus dan mineral lempung

0.5 mm

κ BA D FC E

4

IHG κ

3

2

1

5

2

1

3

4

5

6 6

XPL X-Nikol

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Gamping Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa dasar semen karbonat halus dan mineral lempung

No Nama Mineral % Keterangan

1 Plagioklas 19,2 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,20 mm, terdapat sbg komponen pd masa dasar semen kabonat halus dan min lempung

2 Kuarsa 11,7 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,20mm terdapat sebagai komponen pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung

3 Karbonat 59,6 Bentuk kristalin halus, warna abu abu terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung sebagian mengisi kerangka fosil

4 Mineral Lempung 7,2 Bentuk tidak teratur warna coklat -coklat terang, halus, terdapat sebagai masa semen dengan karbonat halus sebagian mengisi kerangka fosil

5 Mineral Bijih 2,3 Bentuk kristalin halus tidak teratur, warna coklat-gelap terdapat sebagian sebagai komponen halus pd masa semen karbonat halus dan min lempung

Nama Batuan : Batu Gamping Pasiran

Page 182: 36 sebatik

HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lamapu 42,3 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa pecahan kecil batuan, rapuh,

berwarna abu- abu gelap -hitam

Deskripsi Contoh

Sayatan batuan berwarna coklat-coklat terang, berbutir halus terdiri dariplagioklas, kuarsa, dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masadasar semen mineral lempung dan gelas.

0.5 mm

κ BA D FC E

4

IHG κ

3

2

1

5

2

1

3

4

5

6 6

XPL X-Nikol

Photomikrograft sayatan tipis contoh batuan Tuff. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa semen mineral lempung dan gelas

No Nama Mineral % Keterangan

1 Plagioklas 17,2 Bentuk kristalin menyudut warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,08 mm terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen gelas dan mineral lempung

2 Kuarsa 12,4 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,06 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen gelas dan mineral lempung

3 Gelas 46,4 Bentuk tidak teratur (non kriatalin), warna abu-abu terang-sedikit coklat terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung

4 Mineral Lempung 19,5 Bentuk tidak teratur warna coklat terang-kuning terang, halus, terdapat sebagai masa semen sebagian warna gelap pengaruh dari oksida besi

5 Mineral Bijih 4,5 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gelap, terdapat sebagai komponen halus dan oksida besi pd masa semen gelas dan min. lempung

Nama Batuan : Tuff

Page 183: 36 sebatik

HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lamapu 17,5 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah kecil batuan, kompak,

berwarna abu- abu terang

Deskripsi Contoh

Sayatan batuan berwarna coklat-coklat terang, berbutir halus, terdiri dariplagioklas, kuarsa, dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masadasar semen mineral lempung, gelas dan mika halus.

0.5 mm

κ BA D FC E

4

IHG κ

3

2

1

5

2

1

3

4

5

6 6

XPL X-Nikol

Photomikrograft sayatan tipis contoh batuan Tuff Terubah. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa daras semen mineral lempung, gelas dan mika halus

No Nama Mineral % Keterangan

1 Plagioklas 16,9 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,08 mm, terdapat sbg komp. pd masa dasar semen gelas, min lempung, dan mika halus

2 Kuarsa 19,6 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,06 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen gelas, mineral lempung dan mika halus

3 Mika 18,3 Bentuk kristalin halus, berserat tidak teratur, warna kuning terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung dan gelas

4 Gelas 32,3 Bentuk tidak teratur (non kriatalin), warna abu-abu terang sedikit-coklat terang, terdapat sbg masa semen dengan mineral lempung dan mika halus

5 Mineral Lempung 9,4 Bentuk tidak teratur, warna coklat terang-kuning terang, halus, terdapat sebagai masa semen sebagian warna gelap pengaruh dari oksida besi

6 Mineral Bijih 3,5 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gelap, terdapat sebagai komponen halus dan oksida besi pada masa semen gelas, mineral lempung dan mika halus

Nama Batuan : Tuff Terubah

Page 184: 36 sebatik

HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bukit Menangis BH.3 (220 M) Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah batuan, kompak,

berwarna coklat terang

Deskripsi Contoh

Sayatan batuan berwarna kuning terang-coklat terang, berbutir halus,terdiri dari plagioklas,kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus padamasa dasar semen mika halus dan mineral lempung

0.5 mm

κ BA D FC E

4

IHG κ

3

2

1

5

2

1

3

4

5

6 6

XPL X-Nikol

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Pasir Kuarsa. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa semen dan mika halus dan mineral lempung

No Nama Mineral % Keterangan

1 Plagioklas 12,3 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,18 mm, terdapat sebagai komponen pd masa dasar semen mika halus dan min. lempung

2 Kuarsa 50,1 Bentuk kristalin, warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,16 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mika halus dan mineral lempung

3 Mika 19,1 Bentuk kristalin halus, berserat tidak teratur, warna kuning, terang terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung

4 Mineral Lempung 16,7 Bentuk tidak teratur, warna coklat -coklat terang, halus, terdapat sebagai masa semen dengan mika halus

5 Mineral Bijih 1,8 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gelap, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mika halus dan mineral lempung

Nama Batuan : Batu Pasir Kuarsa

Page 185: 36 sebatik

HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bukit Menangis BH.1 (1,80 M) Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah kecil batuan, rapuh,

berwarna coklat terang

Deskripsi Contoh

Sayatan batuan berwarna abu-abu terang, berbutir halus terdiri dariplagioklas, kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masadasar semen mika halus dan mineral lempung

B DA C E F G H I κκ

No Nama Mineral % Keterangan

1 Plagioklas 13,9 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,24 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung

2 Kuarsa 29,6 Bentuk kristalin, warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,20 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mika halus dan mineral lempung

3 Mika 15,2 Bentuk kristalin halus, berserat tidak teratur, warna kuning terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung

4 Mineral Lempung 39,5 Bentuk tidak teratur, warna coklat -coklat terang, halus, terdapat sbg masa semen dengan mika halus

5 Mineral Bijih 1,8 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gelap, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mika halus dan mineral lempung

Nama Batuan : Batu Lempung Pasiran

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Lempung Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa semen mika halus dan mineral lempung

0.5 mm

4

3

2

1

2

1

3

4

5 5

6 6

XPL X-Nikol

Page 186: 36 sebatik

HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lamampu 41,5 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah kecil batuan, cukup rapuh,

Berwarna hitam

Deskripsi Contoh

Sayatan batuan berwarna coklat-coklat terang, berbutir halus, terdiri dariplagioklas, kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masadasar semen mika halus dan mineral lempung

0.5 mm

κ BA D FC E

4

IHG κ

3

2

1

5

2

1

3

4

5

6 6

XPL X-Nikol

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Lempung Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa dasar semen mika halus dan mineral lempung

No Nama Mineral % Keterangan

1 Plagioklas 12,6 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,24 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung

2 Kuarsa 26,3 Bentuk kristalin, warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,20 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mika halus dan mineral lempung

3 Mika 21,9 Bentuk kristalin halus, berserat tidak teratur, warna kuning terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung

4 Mineral Lempung 34,7 Bentuk tidak teratur, warna coklat -coklat terang, halus, tredapat sbg masa semen dengan mika halus

5 Mineral Bijih 4,5 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gela, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mika halus dan mineral lempung

Nama Batuan : Batu Lempung Pasiran

Page 187: 36 sebatik

HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lalampu, Sebatik 40,3 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah kecil batuan, cukup rapuh,

berwarna abu-abu gelap

Deskripsi Contoh

Sayatan batuanberwarna abu-abu terang, teksturmikritik (halus) dan sparitik(kasar) terdiri dr plagoiklas, kuarsa dan mineral bijih sebagai komponenhalus pada masa dasar semen karbonat halus dan mineral lempung

0.5 mm

κ BA D FC E

4

IHG κ

3

2

1

5

2

1

3

4

5

6 6

XPL X-Nikol

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Gamping Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa dasar semen karbonat halus dan mineral lempung

No Nama Mineral % Keterangan

1 Plagioklas 9,6 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,30 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen kabonat halus dan mineral lempung

2 Kuarsa 24,2 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,60 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung

3 Karbonat 47,2 Bentuk kristalin halus, warna abu-abu terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung sebagian mengisi kerangka fosil

4 Mineral Lempung 12,8 Bentuk tidak teratur, warna coklat-coklat terang, halus, terdapat sebagai masa semen dengan karbonat halus sebagian mengisi kerangka fosil

5 Mineral Bijih 6,2 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gelap, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung

Nama Batuan : Batu Gamping Pasiran

Page 188: 36 sebatik

HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Tg. Batu Lamampu Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah batuan,berwarna

abu- abu kecoklatan bercak putih-coklat

Deskripsi Contoh Di dalam sayatan tipis menunjukan tekstur klsatik berbutir halus yang

menyudut hingga menyudut tanggung, dengan minral penyusun yangdidominasi oleh kuarsa dengan fragmen batuan kuarsitik dengan sedikitplagioklas, mineral opak, zeolit dan anhidrit.

0.5 mm

κ BA D FC E

4

IHG κ

3

2

1

5

2

1

3

4

5

6 6

XPL X-Nikol

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Batupasir kuarsa karbonatan. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan fragmen kuarsit dengan penyemen karbonat

No Nama Mineral % Keterangan

1 Kuarsa 60 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,30 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen kabonat halus dan mineral lempung

2 Kuarsit 24,2 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,60 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung

3 Plagioklas 2,0 Bentuk kristalin halus, warna abu-abu terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung sebagian mengisi kerangka fosil

4 Zeolit 12,8 Bentuk tidak teratur, warna coklat-coklat terang, halus, terdapat sebagai masa semen dengan karbonat halus sebagian mengisi kerangka fosil

5 Mineral Opak 6,2 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gelap, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung

Nama Batuan : Batupasir kuarsa karbonatan

Page 189: 36 sebatik

HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : LP 8A Pemerian Megaskopis : Contoh berupa pecahan kecil batuan, rapuh,

berwarna abu-abu gelap -hitam

Deskripsi Contoh Di dalam sayatan tipis menunjukan tekstur klsatik, berbutir halus hingga

berukuran 0,6 mm, butiran menyudut tanggung, kemas terbuka, terpilahsedang. Mineral penyusun didominasi kuarsa disertai fragmen kuarsit dengansemen oksidasi besi (hematite).

0.5 mm

κ BA D FC E

4

IHG κ

3

2

1

5

2

1

3

4

5

6 6

XPL X-Nikol

Batupasir kuarsa hematite yang disusun oleh kuarsa dan karbonat yang mengisi rongga-ranggadengan oksidasi besi sebagai semen

No Nama Mineral % Keterangan

1 Kuarsa 50 Bentuk kristalin menyudut, tak berwarna, ukuran 0,6 mm, terdapat sebagai komponen domina umumnya retak-retak halus.

2 Kuarsit 45 Bentuk kristalin warna terang, butir menyudut tanggung yang disusun oleh butiran-butiran halus kuarsa yang saling bertautan, beberapa fragmennya disertai oleh oksida besi

3 Karbonat 5 Bentuk kristalin halus, warna abu-abu terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung sebagian mengisi kerangka fosil

Nama Batuan : Batupasir Kuarsa

Page 190: 36 sebatik
Page 191: 36 sebatik
Page 192: 36 sebatik
Page 193: 36 sebatik
Page 194: 36 sebatik
Page 195: 36 sebatik
Page 196: 36 sebatik
Page 197: 36 sebatik
Page 198: 36 sebatik
Page 199: 36 sebatik
Page 200: 36 sebatik
Page 201: 36 sebatik
Page 202: 36 sebatik
Page 203: 36 sebatik
Page 204: 36 sebatik
Page 205: 36 sebatik
Page 206: 36 sebatik
Page 207: 36 sebatik
Page 208: 36 sebatik
Page 209: 36 sebatik
Page 210: 36 sebatik
Page 211: 36 sebatik
Page 212: 36 sebatik
Page 213: 36 sebatik

Sample BH I (9,55 mtr)

Page 214: 36 sebatik

Sample BH I (13,00 mtr)

Page 215: 36 sebatik

Sample SBT-19

Page 216: 36 sebatik

Sample BH II (25,00 mtr)

Page 217: 36 sebatik

Sample BH II (26.5 mtr)

Page 218: 36 sebatik

Sample SBT-30

Page 219: 36 sebatik
Page 220: 36 sebatik

Sam

ple

BH

I (9

,55

mtr

Page 221: 36 sebatik

Sam

ple

BH

I (1

3,00

mtr

)

Page 222: 36 sebatik

Sam

ple

BH

II (2

5,00

mtr

)

Page 223: 36 sebatik

Sam

ple

BH

II (2

6.5

mtr

)

Page 224: 36 sebatik

Sam

ple

SBT

-19

Page 225: 36 sebatik

Sam

ple

SBT

-30

Page 226: 36 sebatik
Page 227: 36 sebatik
Page 228: 36 sebatik
Page 229: 36 sebatik
Page 230: 36 sebatik
Page 231: 36 sebatik
Page 232: 36 sebatik