3322

16
1 HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI REMAJA DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP ASUPAN ZAT BESI PADA SISWI KELAS 2 DI SMP NEGERI 2 RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA Linda Sriyadi 1) , Surjani 2) , Heni Setyowati 3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email: up2m@akbidngudiwaluyo ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI REMAJA DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP ASUPAN ZAT BESI PADA SISWI KELAS 2 DI SMP NEGERI 2 RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA. Tingginya masalah remaja yang terjadi di Indonesia salah satunya adalah mengenai Anemia, pada tahun 2011 sebanyak 61,1% terjadi pada usia 10-19 tahun . Kelompok remaja putri merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap anemia padahal mereka merupakan pemegang peranan penting yang sangat besar sebagai penerus keturunan bangsa. Kurangnya pengetahuan pada remaja dapat mempengaruhi sikap mereka terhadap asupan dalam pemenuhan zat besi untuk mencegah terjadinya Anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Gizi Remaja dengan Sikap Remaja terhadap Asupan zat Besi pada Siswi kelas 2 SMP Negeri 2 Randublatung, Kabupaten Blora. Desain Penelitian menggunakan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas 2 SMP N 2 Randublatung yang bersedia menjadi responden dan datang pada saat penelitian sedang berlangsung. Sampel penelitian dihitung menggunakan Rumus Slovin sehingga populasi menjadi 88 responden. Hasil data penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 16 siswi (18,2%) mempunyai pengetahuan yang kurang, 47 siswi (53,4%) mempunyai pengetahuan Cukup sedangkan 16 siswi (28,4%) memiliki pengetahuan yang Baik terhadap Gizi. Data penelitian tentang Sikap terhadap asupan zat besi adalah 69 siswi (78,4) mempunyai sikap positif dan 19 siswi (21,6%) memiliki sikap negatif. Kata Kunci : Anemia, Zat Besi, Pengetahuan, Sikap ABSTRACT THE RELATIONSHIPS BETWEEN ADDESCENTS YOUTH NUTRITION KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF ADOLESCENTS TOWARDS IRON INTAKE IN CLASS 2 RANDULATUNG 2 STAKE JUNIOR HIGH SCHOOL.One ot the high adolescent problems that occurred in Indonesia one of them is Anemia, in 2011 Hubungan Pengetahuan Gizi Remaja dengan Sikap Remaja terhadap Asupan Zat Besi pada Siswi kelas 2 di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora

description

berbagi ilmu

Transcript of 3322

Page 1: 3322

1

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI REMAJA DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP ASUPAN ZAT BESI PADA SISWI KELAS 2 DI SMP NEGERI 2

RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA

Linda Sriyadi1), Surjani2), Heni Setyowati3)

Akademi Kebidanan Ngudi WaluyoEmail: up2m@akbidngudiwaluyo

ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI REMAJA DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP ASUPAN ZAT BESI PADA SISWI KELAS 2 DI SMP NEGERI 2 RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA. Tingginya masalah remaja yang terjadi di Indonesia salah satunya adalah mengenai Anemia, pada tahun 2011 sebanyak 61,1% terjadi pada usia 10-19 tahun . Kelompok remaja putri merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap anemia padahal mereka merupakan pemegang peranan penting yang sangat besar sebagai penerus keturunan bangsa. Kurangnya pengetahuan pada remaja dapat mempengaruhi sikap mereka terhadap asupan dalam pemenuhan zat besi untuk mencegah terjadinya Anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Gizi Remaja dengan Sikap Remaja terhadap Asupan zat Besi pada Siswi kelas 2 SMP Negeri 2 Randublatung, Kabupaten Blora.

Desain Penelitian menggunakan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas 2 SMP N 2 Randublatung yang bersedia menjadi responden dan datang pada saat penelitian sedang berlangsung. Sampel penelitian dihitung menggunakan Rumus Slovin sehingga populasi menjadi 88 responden.

Hasil data penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 16 siswi (18,2%) mempunyai pengetahuan yang kurang, 47 siswi (53,4%) mempunyai pengetahuan Cukup sedangkan 16 siswi (28,4%) memiliki pengetahuan yang Baik terhadap Gizi. Data penelitian tentang Sikap terhadap asupan zat besi adalah 69 siswi (78,4) mempunyai sikap positif dan 19 siswi (21,6%) memiliki sikap negatif.

Kata Kunci : Anemia, Zat Besi, Pengetahuan, Sikap

ABSTRACT

THE RELATIONSHIPS BETWEEN ADDESCENTS YOUTH NUTRITION KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF ADOLESCENTS TOWARDS IRON INTAKE IN CLASS 2 RANDULATUNG 2 STAKE JUNIOR HIGH SCHOOL.One ot the high adolescent problems that occurred in Indonesia one of them is Anemia, in 2011 as many as 61.1% happened in ages 10-19 years. Adelescent is a group of young women who are particularly vulnerable to anemia when they are holders of a very large role as successor descent. Lack of knowledge in adolescents may affect attitudes toward the fulfillment intake of iron to prevent anemia. This study was aimed to determine the relationship between Nutrition Knowledge Attitude addescents toward the intake of iron substance in class 2 Randublatung 2 stake Junior High School Blora.

The study used a descriptive design. The population in this study were all 2’nd grader Randublatung 2 state Junior High School who wanted to come and become responden ongoing research. The research sample were calculated using the formula Slovin so population were 88 respondents.

The results of the data showed that as many 25 students (28,4%), 47 students (53,4%%) have less knowledge, 16 students (18,2%) have enough knowledge while students have a good knowledge on Nutrition. Research data on attitudes toward 19 student (21,6%) intake of iron is a positive attitude and 69 students (78,4%) have a negative attitude.

Keywords: Anemia, Iron, Knowledge, Attitude

Hubungan Pengetahuan Gizi Remaja dengan Sikap Remaja terhadap Asupan Zat Besi pada Siswi kelas 2 di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora

Page 2: 3322

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bidang kesehatan wanita memegang peranan penting yang sangat besar dalam menentukan derajat kesehatan bangsa. Karena wanita sebagai penerus keturunan bangsa (BKKBN, 2001). Tubuh wanita mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejak lahir. Perubahan yang mencolok terjadi ketika remaja (Dinkes Kab Semarang, 2007).

Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh kuantitas dan kualitas dari generasi muda. Jumlah penduduk usia remaja(10-19 tahun) di Indonesia adalah sebesar 26,2% dari tabel penduduk Indonesia yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan. Kelompok ini berbeda dengan kelompok lainnya,karena gaya hidup remaja yang unik dan berbeda dengan kelompok umur lainnya . Sifat energik pada remaja menyebabkan aktifitas fisik tubuh meningkat. Selain itu keterlambatan tumbuh kembang sebelumnya akan dikejar pada usia ini. Namun akhir-akhir ini beberapa penelitian menunjukkan terjadi peningkatan angka kejadian anemia pada remaja putri. Menurut WHO Regional Office SEARO,salah satu masalah Gizi remaja putri di Asia Tenggara adalah anemia defisiensi zat besi yaitu kira-kira 25-40% remaja putri menjadi korban anemia tingkat ringan sampai berat (Depkes,2010).

Prevalensi anemia di Indonesia pada remaja putri tahun 2011, yaitu 31%. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009 menyatakan bahwa prevalensi anemia defisiensi pada ibu hamil 56,5%, remaja putri usia 10-18 tahun 61,1,1% dan usia 19-45 tahun 36,5%. Dari semua kelompok umur tersebut, wanita mempunyai resiko paling tinggi untuk menderita anemia terutama remaja putri. (Depkes RI, 2011).

Usia remaja merupakan usia dimana memulai periode maturasi fisik, emosi, sosial dan seksual menuju dewasa. Setiap orang pasti menginginkan sehat, maka harus diperlihatkan gizi apa yang dibutuhkan oleh tubuh jangan sampai mengalami kekurangan atau kelebihan dan harus seimbang. Remaja dan dewasa merupakan usia produktif, termasuk system reproduksinya sudah mulai

menunjukkan kematangan. Banyak kaum remaja dan dewasa yang menjalankan diet karena khawatir dengan penampilannya. Remaja boleh melakukan diet asal dengan diet sehat. Beberapa faktor yang mempengaruhi tentang kualitas kesehatan seseorang yaitu faktor pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, faktor pendidikan dan ekonomi. Makanan yang bergizi seimbang akan mendukung bagi kesehatan reproduksi seorang wanita. (Ellya, 2010)

Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa sering disebut dengan istilah masa pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan. Datangnya menstruasi pertama tidak sama pada setiap orang. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut, salah satunnya adalah karena gizi dan terjadinya anemia. Gizi untuk remaja sangatlah penting karena kebutuhan gizi remaja relatif besar, Akan tetapi pada remaja putri, gizi kurang umumnya terjadi karena keterbatasan diet atau membatasi sendiri untuk makannya. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak seperti energi, protein, kalsium, besi, seng (zink).

Remaja putri sering menderita anemia,hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain karena masa remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk zat besi. Disamping itu remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya sehingga membutuhkan zat besi lebih tinggi.

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktifitas dan prestasi belajar. Disamping itu, remaja putri yang menderita anemia juga kebugaran tubuhnya akan menurun, sehingga menghambat prestasi dan produktifitasnya. Selain itu masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan mengakibatkan tidak tercapainya pertumbuhan optimal (Depkes RI, 2010).

Hasil dari survey pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 2 Randublatung

Hubungan Pengetahuan Gizi Remaja dengan Sikap Remaja terhadap Asupan Zat Besi pada Siswi kelas 2 di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora

Page 3: 3322

3

Kabupaten Blora dari 10 siswi didapatkan hasil, bahwa 7 orang (70%) belum mengetahui tentang gizi remaja meliputi pengertian gizi, masalah yang terjadi pada remaja, penggolongan gizi, kebutuhan gizi dan bagaimana mereka mensikapi tentang asupan zat besi dalam kehidupan sehari-hari dan 3 (30%) siswi sudah mengetahui tentang gizi remaja. Dari data yang diperoleh mereka kurang mengkonsumsi sayur-sayuran hijau, kacang-kacangan, dan bahan makanan yang berasal dari hewani yang mengandung zat besi yang lebih besar, ada 6 siswi yang tidak

menyukai sayur-sayuran hijau, 2 siswi menyukai kacang-kacangan, 2 siswi menyukai sayur-sayuran hijau, sedang ada 3 siswi yang tidak menyukai semua jenis sayuran dan bahan makanan yang berasal dari hewani. Siswi kelas 1 SMP N 2 Randublatung, kurang mengetahui bagaimana seharusnya asupan gizi zat besi yang dibutuhkan oleh remaja putri untuk pertumbuhannya dan kurang mengerti tentang persiapan masa reproduksi yang akan terjadi dalam siklus hidupnya.

METODE PENELITIANTabel 1 Definisi Operasional

No

Variabel Definisi Cara ukur Kriteria Skala

1 Variabel Bebas PengetahuanGizi Remaja.

Hasil tahu siswi tentang Pengetian Gizi, Masalah gizi remaja, Sumber makananDiet,Manfaat zat besi,Akibat kekurangan zat besi, Sumber bahan makanan yang mengandung zat besi,Penatalaksanaan Gizi Remaja

Menggunakan kuesioner yang terdiri dari 17 pertanyaan dengan :pertanyaan positif jawaban benar nilai 1dan jawaban salah nilai 0, sedangkan untuk pertanyaan negative, jawaban benar nilai 0 dan jawaban salah nilai 1

Baik jika pertanyaan benar 13-17,Cukup jika pertanyaan benar 10-12 Kurang jika pertanyaan benar 0-9

Ordinal

2. Variabel Terikat Sikap remaja terhadap asupan gizi

Suatu respon atau tanggapan remaja terhadap asupan zat besi meliputi :Manfaat zat besi, akibat kekurangan zat besi, bahan makanan, cara mencegahnya, penyerapan zat besi

Dengan menggunakan kuesioner 10 pertanyaan, favourable dan unfavourable. Jawaban menggunakan skala likert dengan Sangat setuju, Setuju, Tidak setuju. Sangat tidak setuju.PertanyaanFavourableSangat setuju : 4Setuju : 3Tidak setuju: 2Sangat tidak setuju :1Untuk PertanyaanUnfavourableSangat setuju : 1Setuju :2Tidak setuju :3Sangat tidak setuju :4

Positif jika skornya 26-40 sedangkan Negatif jika skornya 10-25

Ordinal

Desain penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif korelasi tentang hubungan pengetahuan gizi remaja dengan sikap remaja terhadap asupan zat besi pada siswi kelas 2 SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora dengan pendekatan cross sectional.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 dengan populasi berjumlah 112 siswi yang mempunyai di kelas 2 SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora. Pemilihan untuk menentukan jumlah sampel menggunakan metode rumus Slovin sehingga sampel menjadi 88 responden. Pengambilan

Hubungan Pengetahuan Gizi Remaja dengan Sikap Remaja terhadap Asupan Zat Besi pada Siswi kelas 2 di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora

Page 4: 3322

4

sampel menggunakan tehnik simple random sampling (sederhana), dikatakan sederhana karena cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Setiawan, 2011). Kriteria Inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah :1. Kriteria Inklusi

a) Seluruh siswi putri di kelas 2 SMP N 2 Randublatung.

b) Siswi yang hadir dalam saat penelitian.c) Siswi yang bersedia menjadi responden.

2. Kriteria Eksklusia) Siswi putri di SMP N 2 Randublatung

yang tidak bersedia menjadi responden.b) Siswi kelas 2 yang tidak datang dalam

penelitian berlangsung.Analisis yang digunakan adalah analisis

univariat menggunakan distribusi frekuensi yang menggambarkan setiap variabel dan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap remaja terhadap asupan zat besi pada kelas 2 di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora.

Uji validitas dilakukan di SMP Negeri 2 Doplang Kabupaten Blora dengan jumlah 20 responden. Uji Validitas menggunakan Product Moment. Hasil data uji validitas dari 20 pertanyaan pengetahuan, 17 pertanyaan valid dan 3 pertanyaan tidak valid. Sedangkan dari 11 pertanyaan sikap ada 10 pertanyaan yang valid dan 1 pertanyaan yang tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid dihapus karena pertanyaan lain sudah ada yang mewakili.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang peneliti buat untuk mendapatkan informasi dari responden tentang pengetahuan Gizi Remaja. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden tentang pengetahuan siswi putri tentang gizi remaja yang diukur dengan skala ordinal. Rentan penelitian ini berdasarkan pendapat Arikunto (2006), dikategorikan menjadi 3 yaitu :1. Baik : bila pengetahuan siswi

memperoleh nilai presentase 76%- 100%

2. Cukup : bila pengetahuan siswi memperoleh nilai presentase 56%-75%

3. Kurang : bila pengetahuan siswi memperoleh nilai presentase < 56%

Pengukuran pengetahuan siswi tentang gizi remaja ini menggunakan bentuk pertanyaan tertutup dengan dua alternatife jawaban “ya” dan “Tidak”. Pertanyaan yang bersifat positif dengan jawaban “ya” diberi nilai 1(satu), jawaban “tidak” diberi nilai 0 (nol), sedangkan pertanyaan yang bersifat negatife dengan jawaban “Ya” diberi nilai 0 (nol) jawaban “Tidak” diberi nilai 1 (satu). Sedangkan pengukuran sikap siswa menggunakan skala likert jika pertanyaan Favourable maka jawaban sangat setuju diberi nilai 4, Setuju diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2, sangat tidak setuju diberi nilai 1 dan untuk Pertanyaan Unfavourable jawaban sangat setuju diberi nilai 1, Setuju diberi nilai 2, tidak setuju diberi nilai 3 dan sangat tidak setuju diberi nilai 4.

Pengolahan data dalam penelitian ini adalah menggunakan :1. Edit

Edit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuannya adalah mengurangi kesalahan atau kekurangann yang ada di daftar pertanyaan.

2. Koding Koding adalah mengklasifikasikan

jawaban dari para responden ke dalam kategori.a. Tingkat Pengetahuan

1) Baik : koding 12) Cukup : koding 23) Kurang : koding 3

b. Sikap 1) Positif : sangat setuju 4, setuju 3,

tidak setuju 2, sangat tidak setuju 12) Negatif : sangat setuju 1, Setuju 2,

tidak setuju 3, sangat tidak setuju 43. Skor

Skor adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu penilaian atau skor.Setiap item pertanyaan, kemudian ditotal scoring :a. Bila jawaban benar maka skor 1b. Bila jawaban salah maka skor 0

4. Tabulasi

Hubungan Pengetahuan Gizi Remaja dengan Sikap Remaja terhadap Asupan Zat Besi pada Siswi kelas 2 di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora

Page 5: 3322

5

Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-jawaban yang telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah melakukan analisis data, selanjutnya data dimasukkan ke komputer dari dianalisis secara statistik.

5. Entry dataMemasukkan data dalam berkas (file)

data dengan fasilitas komputer.

Etika Penelitian dalam penelitian :1. Mencantumkan nama dan sumbernya jika

mengambil dari karya orang lain.2. Mengaplikasikan informed consent.

Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensi maslah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain. Peneliti menjelaskan tujuan dan kemungkinan dampak yang akan terjadi dari penelitian yang akan dilakukan kepada responden. Responden dapat memutuskan bersedia ataupun menolak menjadi sampel penelitian, apabila responden bersedia menjadi sampel, maka responden dianjurkan untuk mengisi informed consent.

3. AnomimTidak mencantumkan nama responden

pada lembar observasi. Hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disampaikan.

4. ConfidentialitySemua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Responden

1. UmurTabel 2 Distribusi Frekuensi

Berdasarkan Umur Siswi Kelas 2 di SMPN 2 Randublatung Kab. Blora, 2013

Umur Frekuensi Persentase(%)121314

333520

37,539,822,7

Jumlah 88 100,0

Berdasarkan tabel 2 bahwa sebagian besar umur siswi adalah 13 tahun sebanyak 35 siswi (39,8%)

2. Pendidikan Orangtua Tabel 3 Distribusi Frekuensi

Berdasarkan Pendidikan Orangtua Siswi Kelas 2 di SMPN 2 Randublatung Kab. Blora, 2013

Pendidikan Orangtua

Frekuensi Persentase (%)

SDSMPSMAPerguruan Tinggi

29242411

33,027,327,312,4

Jumlah 88 100,0

Berdasarkan tabel 3 sebagian besar Pendidikan orang tua lebih banyak orangtua adalah perpendidikan lulusan SD, yaitu sejumlah 29 orang (33,0%).

3. Pekerjaan Orangtua Tabel 4 Distribusi Frekuensi

Berdasarkan Pekerjaan Orangtua Siswi Kelas 2 di SMPN 2 Randublatung Kab. Blora, 2013

Pekerjaan Orangtua

FrekuensiPersentase

(%)PetaniSwastaWiraswastaPNS

45221011

51,125,011,412,5

Jumlah 88 100,0

Berdasarkan tabel 4 bahwa sebagian besar bekerja orang tua siswi adalah

Hubungan Pengetahuan Gizi Remaja dengan Sikap Remaja terhadap Asupan Zat Besi pada Siswi kelas 2 di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora

Page 6: 3322

6

mayoritas sebagai petani sejumlah 45 orang

Analisis Univariat

Analisis univariat ini digunakan untuk memberiakn gambaran tiap variabel. 1. Pengetahuan Siswi tentang Gizi

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Siswi tentang Gizi di SMPN 2 Randublatung Kab.Blora, 2013

Pengetahuan Frekuensi Persentase(%)Kurang Cukup Baik

254716

28,453,418,2

Jumlah 88 100,0

Berdasarkan tabel 5 sebagian besar pengetahuan siswi tentang gizi di SMPN 2 Randublatung Kab.Blora dalam kategori cukup yaitu sejumlah 47 orang (53,4%) Sikap Siswi terhadap Asupan Zat Besi

2. Sikap siswi terhadap Asupan zat besiTabel 6 Distribusi Frekuensi

Berdasarkan Sikap Siswi terhadap Asupan Zat Besi di SMPN 2 Randublatung Kab.Blora, 2013

Sikap Frekuensi Persentase (%)NegatifPositif

6919

78,421,6

Jumlah 88 100,0

Berdasarkan tabel 6 sebagian besar siswi di SMPN 2 Randublatung Kab.Blora memiliki sikap negatif terhadap asupan zat besi, yaitu sejumlah 69 siswi (78,4%).

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis hubungan pengetahuan siswi tentang gizi remaja dengan sikap remaja tentang asupan zat besi di SMP N 2 Randublatung Kab.Blora, untuk menguji hubungan ini digunakan uji chi square dimana hasilnya disajikan berikut ini.

Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan Siswi tentang Gizi Remaja dengan Sikap Remaja tentang Asupan Zat Besi di SMP N 2 Randublatung Kab.Blora, 2013

Pengeta-huan

SikapTotal ²

P-value

Negatif PositifF % F % F %

KurangCukupBaik

24396

96,083,037,5

1810

4,017,062,5

254716

100100100

20,966 0,000

Jumlah 69 78,4 19 21,6 88 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sisiwi yang memiliki sikap positif terhadap asupan zat besi lebih banyak terjadi pada siswi dengan pengetahuan baik sejumlah 62,% dibandingkan siswi pengetahuan dengan cukup sejumlah 17,0% ataupun siswi dengan pengetahuan kurang sejumlah 4,0%.

Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai ² hitung = 20,966 dengan p-value 0,000. Jika ² hitung lebih tinggi dari pada ² tabel maka semakin tinggi pula pengetahuan gizi remaja yang akan mempengaruhi dan memberikan sikap positif dalam asupan zat besi. Dan sebaliknya jika ² hitung lebih rendah dari ² tabel maka pengetahuan gizi remaja semakin rendah pula dan akan mempengaruhi sikap negatif terhadap asupan zat besi. Oleh karena p-value = 0,000 < α (0,05), maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi remaja dengan sikap remaja terhadap Asupan Zat Besi pada siswi kelas 2 SMP N 2 Randublatung Kabupaten Blora.

PEMBAHASAN

Hubungan pengetahuan gizi remaja dengan sikap remaja terhadap asupan zat besi pada kelas 2 di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase pengetahuan siswi terhadap gizi remaja didapatkan hasil 16 orang (18,2%) responden mempunyai pengetahuan baik tentang Gizi Remaja, 47 orang (53,4%) mempunyai pengetahuan cukup tentang Gizi Remaja, dan 25 orang (28,4%) mempunyai pengetahuan

Hubungan Pengetahuan Gizi Remaja dengan Sikap Remaja terhadap Asupan Zat Besi pada Siswi kelas 2 di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora

Page 7: 3322

7

kurang tentang Gizi Remaja. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pengetahuan yang cukup.

Data penelitian didapatkan hasil penelitian bahwa responden yang mengisi kuesioner tentang pengetahuan, dan paling banyak menjawab pada pertanyaan adalah pada pertanyaan no 1 yaitu pertanyaan mengenai pengertian dari gizi remaja dan responden yang benar mengisi pertanyaan ini sebanyak 88 responden. Seluruh responden yang berjumlah 88 siswi sudah mengetahui tentang pengertian gizu remaja. Sedangkan yang paling sedikit menjawab terdapat pada pertanyaan no 12 sebanyak 38 responden, pertanyaan ini mengenai tentang tanda-tanda dari kekurangan zat besi yang salah satu tanda-tanda dari kekurangan zat besi adalah sering merasa kelelahan, mengantuk dan lemas, menurunkan daya konsentrasi belajar, kurang bersemangat, sering mengantuk dan letih. Pertanyaan no 12 ini merupakan pertanyaan yang negatif, jadi 38 responden dari 88 responden sudah mengetahui tentang tanda-tanda dari kekurangan darah.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, informasi, sosial budaya, lingkungan, pengalaman dan umur. Hal ini juga dapat dikemukakan oleh notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang didasari oleh pengetahuan.

Hasil data yang didapat tentang sikap responden yang mempunyai sikap yang positif terhadap Asupan zat besi adalah 19 orang (21,6%) dari keseluruhan responden dan siswi yang mempunyai sikap negatif terhadap asupan zat besi sebanyak 69 orang (78,4%).

Data penelitian tentang sikap pada pertanyaan no 1, responden banyak yang memilih jawaban sangat setuju sebanyak 27 responden dan responden yang paling sedikit memilih jawaban sangat setuju adalah terdapat pada pertanyaan no 5 sebanyak 6 responden yaitu pertanyaan tentang penyebab dari anemia. Hasil data penelitian tentang sikap responden yang banyak memilih

pertanyaan sangat tidak setuju terdapat pada pertanyaan no 8 sebanyak 6 responden dan pertanyaan mengenai tentang bahan makanan yang tidak mengandung zat besi. 6 responden dari 88 responden sudah mengetahui bahan makanan hewani yang mengandung zat besi seperti telur, daging, ikan, hati. Sedangkan responden yang paling sedikit memilih pertanyaan sangat tidak setuju adalah sebanyak 4 responden pada pertanyaan no 9 tentang sumber zat besi dari kacang-kacangan. Berdasarkan data dari 88 responden hanya 4 responden yang sudah mengetahui bahan makanan dari kacang-kacangan yang mengandung zat besi padahal sangat pentingnya bahan makanan tersebut untuk mencegah terjadinya anemia. Sedangkan jika semakin banyak responden yang mengetahui bahan-bahan makanan yang mengandung zat besi maka mereka akan dapat mencegah terjadinya anemia pada diri mereka masing-masing.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003), pengetahuan akan merangsang seseorang untuk berfikir dan berusaha untuk mencari penyelesaian sehingga sikap seseorang terhadap suatu obyek menjadi baik. Berdasarkan hasil penelitian data yang diperoleh hubungan tingkat pengetahuan remaja tahun tentang Gizi Remaja dengan sikap remaja terhadap Asupan zat besi adalah sebagian besar sudah mempunyai tingkat pengetahuan baik dengan proporsi sikap positif 10 orang (62,5%) dibandingkan siswi yang mempunyai pengetahuan cukup sejumlah 8 orang (17%). Pada data tingkat pengetahuan frekuensi berdasarkan umur paling banyak berada pada umur 13 tahun, dan paling sedikit pada umur 14 tahun. Pada frekuensi berdasarkan pendidikan banyak orang tua yang berpendidikan rendah yaitu lulusan SD sebanyak 29 orang tua, sedangkan yang berpendidikan tinggi yaitu Perguruan tinggi sebanyak 11 orang tua. Padahal semakin rendah pendidikan orang tua, maka semakin rendah pula pengetahuannya dan orang tua yang berpendidikan rendah akan lebih sulit menjelaskan kepada seorang anak tentang masalah-masalah yang terjadi pada anaknya terutama masalah yang terjadi jika anaknya kekurangan gizi.karena mereka

Hubungan Pengetahuan Gizi Remaja dengan Sikap Remaja terhadap Asupan Zat Besi pada Siswi kelas 2 di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora

Page 8: 3322

8

sendiri belum mengerti. Dan orang tua tidak bisa memberikan informasi yang lebih luas kepada anaknya. Berbeda dengan orang tua yang berpendidikan tinggi misalnya lulusan perguruan tinggi, pengetahuan mereka akan lebih tinggi karena mereka lebih banyak mendapatkan informasi-informasi dan pendidikan mengenai gizi, sehingga mereka lebih mudah menjelaskan kepada anaknya dan anak akan mudah mengerti dan cepat menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Sesuai data yang sudah diperoleh dapat disimpulkan bahwa dengan pengetahuan yang baik maka sikap yang akan muncul juga akan baik.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) dengan tingkat pengetahuan yang baik maka sikap yang akan terbentuk menjadi baik, selain itu juga sikpa terbentuk karena adanya interaksi seseorang terhadap lingkungan fisik maupun sosial disekitarnya. Hal lain yang berpengaruh dalam pembentukan sikap antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi (lembaga pendidikan dan lembaga agama) serta faktor emosi dalam diri individu.

Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai ² hitung = 20,966 dengan p-value 0,000. Jika ² hitung lebih tinggi dari ² tabel maka pengetahuan tentang gizi remaja akan semakin tinggi dan dapat memberikan sikap positif terhadap asupan zat besi, dan jika sebaliknya ² hitung lebih rendah dari pada ² tabel maka pengetahuan seseorang akan semakin rendah dan dapat mempengaruhi sikap negative terhadap asupan zat besi. Oleh karena p-value = 0,000 < α (0,05), maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi remaja dengan sikap remaja terhadap Asupan Zat Besi pada siswi kelas 2 SMP N 2 Randublatung Kabupaten Blora.

Dilihat dari pendidikan, siswi akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang baik maka akan mudah menerima segala informasi terutama semua kebutuhan yang dibutuhkan untuk dapat berkembang secra optimal. Informasi tersebut meliputi bagaimana cara memahami sikap terajdap asupan zat besi. Pengetahuan dan pemahaman yang baik diperoleh dari suatu pendidikan

yang baik melalui proses dan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2003)

Menurut Hurlock (2008) secara operasional sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan respon atau reaksi dari sikap terhadap objek tertentu, baik yang berupa orang, peristiwa, situasi dan lain sebagainya. Sikap tidak identik dengan respon dalam bentuk perilaku. Sebagai suatu respon sikap hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu. Sebagai suatu reaksi maka sikap berhubungan dengan dua hal yaitu suka, setuju yang membawa sikap positif (favourable) dan tidak suka, tidak setuju atau sikap negatif (unfavourable). Sikap bersifat dinamis dan terbuka terhadap kemungkinan perubahan dikarenakan interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :1. Sebagian besar responden sudah memiliki

pengetahuan yang cukup tentang pengetahuan Gizi remaja sebanyak 47 orang (53,4%).

2. Sikap responden terhadap Asupan zat besi menunjukkan sikap yang Negatif dengan 69 orang (78,4%) sehingga perilaku yang akan terbentuk menjadi kurang baik karena pengetahuan seseorang semakin rendah maka akan menimbulkan sikap yang negatif.

3. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap responden rata-rata sebagian besar yang memiliki pengetahuan cukup tentang Gizi Remaja dengan proporsi sikap Negatif sebanyak 39 orang (83%) lebih besar dibanding dengan pengetahuan cukup dengan proporsi sikap positif sebanyak 8 orang (17%) terhadap dengan Analis data menggunakan uji Chi Square didapat nilai ² hitung = 20,966, jika 2

Hubungan Pengetahuan Gizi Remaja dengan Sikap Remaja terhadap Asupan Zat Besi pada Siswi kelas 2 di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora

Page 9: 3322

9

hitung lebih tinggi dari pada ² tabel maka semakin tinggi pula pengetahuan gizi remaja yang akan mempengaruhi dan memberikan sikap positif dalam asupan zat besi. Dan sebaliknya jika ² hitung lebih rendah dari ² tabel maka pengetahuan gizi remaja semakin rendah pula dan akan mempengaruhi sikap negatif terhadap asupan zat besi. Karena p-value sebesar 0,000< α (0,05), maka Ho ditolak, yang berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan gizi remaja dengan sikap remaja terhadap Asupan zat besi.

Saran

1. RemajaDiharapkan dapat mencari informasi

tentang gizi remaja sehingga terus meningkatkan pengetahuan dan remaja dapat menyikapi masalah-masalah remaja yang terjadi.

2. Bagi Instansi PendidikanDisediakan informasi tentang gizi

remaja putri melalui media-media yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama bagi siswi SMP dan bagi tenaga kesehatan dengan menggunakan sistem komunikasi, informasi yang efektif.

3. Institusi KesehatanInstitusi kesehatan hendaknya dapat

meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan bagi kesehatan reproduksi remaja dalam rangka meningkatkan pengetahuan remaja tentang Gizi Remaja dan masalah kesehatan yang lain.

4. Bagi PenelitiPeneliti lain diharapkan dapat

melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh tentang Gizi remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2012.Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Depdiknas, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pengetahuan. Dipetik 9 Desember 2012, dari Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

Depkes RI., 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

diakses tanggal 15 maret 2013

diakses tanggal 26 Maret 2013

Dinkes Kabupaten Semarang, 2007. Profil Dinas Kesehatan Kab. Semarang, www.dinkes.Kab.Semarang.go.id.acced diakses tanggal 19 januari 2013

Ellya Sibagariang. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta :TIM CV Trans Info Media

Hidayat,A.2008.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika

Hurlock, EB. 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Isniati. 2007. Wanita Lebih Beresiko Terkena Anemia. Diperoleh dari http://pemkomedan.go.id diakses tanggal 25 Februari 2013

Kuntarti, 2009. Air, pH dan Mineral.www.stafui.ac.id

M,Dewi, dan Wawan,A, 2010. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Narendra, dkk. 2004. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto

Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip dasar). Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, 2007. Promosi kesehatan dan ilmu prilaku, Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Hubungan Pengetahuan Gizi Remaja dengan Sikap Remaja terhadap Asupan Zat Besi pada Siswi kelas 2 di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora

Page 10: 3322

10

Nursalam, 2003. Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian dan Keperawatan. Jakarta: Salmeba Medika

Nursalam, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (Untuk Perawat Dan Bidan). Jakarta : Salemba Medika

Riyanto, Agus, 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Sediaoetama, A. D. 2000. Ilmu Gizi I. Jakarta : Dian Rakyat

Setiawan, 2011. Metodelogi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika

Soebroto, Ikhsan. 2009. Cara Mudah Menghadapi Problem Anemia. Yogyakarta: Bangkit.

Soeida. S, 2008. Gizi dan Kesehatan : Penurunan Tingkat Kecerdasan dan Upaya Penanggulangan. Kurang Gizi : Salah Satu Penyebab Menurunnya Tingkat Kecerdasan dan Upaya Penanggulangannya. http.shantybio.transdigit.com.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto

Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung :CV Alfabeta

Sugiyono. 2010. Statiska untuk penelitian. Bandung : Alfabeta

Wawan, 2011. Pengetahuan sikap dan prilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Hubungan Pengetahuan Gizi Remaja dengan Sikap Remaja terhadap Asupan Zat Besi pada Siswi kelas 2 di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten Blora