31803814-PEMERIKSAAN-FUNGSI-GINJAL
Transcript of 31803814-PEMERIKSAAN-FUNGSI-GINJAL
PEMERIKSAAN FUNG SI GINJAL
Olivina Priyono
Merupakan organ tubuh yang mempunyai peranan :• Mengatur keseimbangan air dan elektrolit• Mengeluarkan sisa hasil metabolisme tubuh yang tidak dibutuhkan tubuh• Sebagai tempat pembentukan hormon yang mengatur tekanan darah dan eritrosit
GINJAL
UrinalisisProtein, Sedimen, BJ
Tes Faal GinjalBUN, Kreatinin, Cystatin C,Kreatinin Klirens
Pemeriksaan TambahanFisik, USG, IVP, Renogram, Retrograde
Pyelography, Biopsi ginjal
PEMERIKSAAN UNTUK DIAGNOSISPENYAKIT GINJAL
Sindroma Nefrotik Glomerulonefritis Gagal Ginjal Kronis Gagal Ginjal Akut Batu Ginjal
Penyakit Ginjal Umum Dijumpai
BUN Kreatinin Asam Urat
Tambahan : elektrolit tubuh : Na, K, Cl, total CO2
Kreatinin Klirens dan Cystatin C GFR
Pemeriksaan Faal Ginjal
Urea merupakan produk buangan, merupakan degradasi asam amino menjadi CO2 dan amonia.
Urea disintesis dihati dan ditranspor ke ginjal difiltrasi di glomerulus.
Setengah bagian urea diabsorbsi kembali ke darah, sisanya di buang sebagai urin.
Azotemia gangguan renal yang ditandai dengan kadar urea dalam darah lebih dari normal.
BUN (Blood Urea Nitrogen)
Menggambarkan produksi dan clearance BUN Meningkat disebabkan produksi
meningkat atau ekskresi menurun
Makna pemeriksaan BUN
BUN meningkat apabila :1. Glumerulonefritis kronik2. pyelonefritis,3. Penyakit ginjal kronik,4. Gagal ginjal akut,5. Shock (pre renal)6. obstruksi saluran kemih (
post renal)
7. gagal jantung kongesif yang berat,
8. katabolisme protein,9. tetrasiklin dengan diuretik10.Hyperalimentation,
ketoacidosis, pada DM11.dehidrasi, kortikosteroid
(katabolisme protein)12.Perdarahan saluran cerna13.Obat nefrotoksik14.Intake protein tinggi
BUN menurun :1. kehamilan2. intake protein kurang,3. cairan infus dengan antibiotik4. kerusakan hati berat
2 metode yang umum digunakan dalam menentukan kadar urea darah, yaitu :1. metode enzimatis2. metode kolorimetri
Spesimen : serum atau plasma. Antikoagulan yang mengandung flouride dan sitrat sebaiknya tidak digunakan.
Nilai normal : 6 – 20 mg/dL
Pemeriksaan BUN (Urea)
Menggunakan urease Reaksi
Urea + H2O 2 NH4+ + HCO3
-
Amoniak yang dihasilkan dapat dikuantisasi dengan cara :
1. Konduktivitas amoniak diukur dgn konduktometer.2. NH4
+ direaksi dengan pereaksi yang menghasilkan NADH NAD+
Urea : Metode Enzimatis
Urease
3. Reaksi Berthelot NH4
+ + NaOCl + fenol indofenol
4. Indikator warna5. Direaksikan senyawa yang bisa
menghasilkan peroksida.
Amoniak yang dihasilkan dapat dikuantisasi
dengan cara : (2)
nitroprusida
Urea direaksikan dengan diasetil monoksim menghasilkan diazin (senyawa berwarna kuning).
Urea + diacetyl monoxime diazine (yellow)
Urea : metode kimia-kolorimetri
Peningkatan rasio dengan tingkat kreatinin normal
Prerenal uremia,High protein intakeGastrointestinal bleeding
Peningkatan rasio dengan peningkatan kreatinin
Postrenal obstruction
Penurunan rasio Acute tubular necrosisLow protein intakeStarvationSevere liver disease
Interpretasi rasio BUN /Kreatinin
Kreatin disintesis di hati, pankreas dan ginjal dari asam amino : arginin, glisin, metionin.
Kreatin disirkulasi ke otot, otak dan organ lainnya dalam bentuk konversi fosfokreatin.
Kreatinin adalah produk buangan dari kreatin dan fosfokreatin.
Sebagai produk buangan kreatinin masuk keperedaran darah untuk di ekskresikan melalui urin.
Kreatinin klirens mengukur kemampuan glomerulus memfilter senyawa dari darah.
Kreatinin (Creatinine)
Penyakit ginjal dengan penurunan GFR
Obstruksi saluran kemih (post renal)
Penurunan aliran darah (pre renal)
Gagal jantung kongesif yang berat,
Shock, dehidrasi
Rhabdomiolisis (kreat >> urea)
Penurunan fungsi ginjal
Kreatinin meningkat pada :
Orang tua
Massa otot berkurang
Kehamilan ( GFR meningkat)
Kerusakan hati yang berat
Diet protein kurang
Kreatinin Menurun pada :
Dapat dilakukan dengan 2 metode :1. metode kimia2. metode enzimatis ada beberapa jenis
metode
Metode kimia :Reaksi Jaffe : kreatinin + asam pikrat senyawa merah-jinggaKelemahannya : tidak spesifik untuk kreatinin. Protein,
glukosa, asam askorbat, aseton, asetoaseton, piruvate, guanidin, sefalosporin.
Sampel : serum, plasma, urin, dapat diukur dengan rx Jaffe
Pemeriksaan Kreatinin
[OH-]
Tahap pertama : reaksi enzimatis terhadap kreatinin. Enzim yang bisa digunakan kreatininase,kreatinase, kreatin deaminase.
Tahap kedua : produk yang dihasilkan dapat direaksikan dengan senyawa yang menglibatkan NADHNAD+, H2O2 H2O
Spesimen: serum, plasma, urin. Antikoagulan yang mengandung Flouride dan amonium tidak boleh digunakan
Kreatinin : metode enzimatis
Nilai normal kreatinin bergantung pada metode yang digunakan.
Pada umumnya rentang nilai normal kreatinin dgn reaksi kimia lebih besar dibandingkan metode enzimatis.
Tugas mandiri : cari reaksi lengkap metode enzimatis kreatinin buku tiezt.
Nilai Normal Kreatinin
Kreatinin klirens diukur untuk mengestimasi kecepatan filtrasi glomerulus (GFR).
Asumsi :1. Kreatinin difiltrasi di glomerulus2. Jumlah kreatinin yang direabsorbsi
relatif sedikit.3. Produksi kreatinin konstan sepanjang
waktu.
Kreatinin Klirens
Untuk menjamin akurasi dari tes ini pengumpulan sampel harus diperhatikan.
Spesimen yang dikumpulkan : urin 24 jam dan darah.
Pengawet yang digunakan : HCl 6 M atau asam borat.
Pasien diinstruksikan untuk :1. Mengosongkan urin dimulailah jam ke 02. Kumpulkan urin selama 24 jam, simpan di
kulkas.3. Setelah 24 jam, segera bawa ke lab (ASAP!!)
Spesimen Kreatinin Klirens
- Urin kreatinin (mg/mL) x volume (mL) x rata2 luas permukaan (m3)
- Plasma kreatinin (mg/mL) x time (min) x luas permukaan (m3)
Yang paling umum digunakan Persamaan Cockroft & Gault:
Nilai normal : Pria : 95 – 130 mL/minWanita : 80 – 120 mL/min
Perhitungan Kreatinin Klirens
Cystatin C: the early serum marker for the determination of disturbances of glomerular filtration
Cystatin pada manusia sehat : small protein, MW13,000kDa; produced by
nucleated cells; constant rate and appearance in plasma free filtration through the glomerulus;re-absorb
& degrade by the tubule no extra-renal elimination low concentration in serum (0.4-1,4 mg/dL)
urine, CSF,saliva & other body fluid
Cystatin C (serum)
no increase in inflammation elevated in kidney disease in serum as well
as in urine serum concentration = indicator of
glomerular filtration rate
Cystatin C physiology & pathology:
Keuntungan Cystatin C
Keuntungan Analitik Cystatin C
Pasien yang memerlukan pemeriksaan Cystatin C
Sumber asam urat :1. Breakdown sel metabolisme dari
adenosin dan guanosin.2. Makanan yang mengandung purin.
Asam urat difilter di glomerulus dan hampir semua direabsorbsi di tubular proksimal dan distal.
Pada pH > 5,57 asam urat larut, < 5,57 asam urat mengendap.
Asam Urat
Hiperurisemia jika kadar asam urat dalam darah seseorang lebih dari normal.
Beberapa orang menderita hiperurisemia karena asimptomatik, tapi selebihnya karena ada gangguan renal.
Gout penyakit dimana asam urat terdeposit di cairan/jaringan tubuh.
Umumnya asam urat terdeposit di sendi, tapi dapat juga di ginjal.
Patologis asam urat
2 metode pemeriksaan yang umum dilakukan di laboratorium klinik yaitu :
1. Metode enzimatis dengan urikase2. Metode kimia dengan asam fosfotungstat.
Warna yang dihasilkan diukur secara kolorimetri.
Spesimen : serum/plasma (heparin)/urin, antikoagulan seperti sitrat dan flouride tidak boleh digunakan, hemolisis dan lipemia dihindari
Pemeriksaan asam urat
Asam urat + H2O + O2 allantoin + CO2 + H2O2
metode pengukurannya:1. Penurunan asam urat di 293 nm menunjukkan
penurunan jumlah asam urat2. Peroksida yang dihasilkan direaksi dengan 4-
aminofenazon dgn bantuan enzim peroksidase.
Senyawa pengganggu : jumlah protein dan lipid yang banyak; negatif palsu dapat terjadi akibat adanya asam askorbat, xanthine,hemoglobin dan bilirubin.
Asam Urat : Metode Urikase urikase
Metode ini membutuhkan sampel yang bebas protein (serum dan plasma).
Reaksi :Asam urat + asam fosfotungstat + Na2CO3 allantoin +
CO2+ tungstat biru
Senyawa pengganggu : glukosa, asam askorbat, glutathione, hemoglobin, asetaminofen dan kafein.
Asam Urat : metode fosfotungstat
[OH-]
Metode urikasepria : 3,5 – 7,2 mg/dLwanita : 2,6 – 6,0 mg/dL
Metode fosfotungstatpria : 4,2 – 8,0 mg/dLwanita : 3,5 – 7,3 mg/dL
Pada anak-anak nilainya lebih rendah.
Asam urat : nilai normal
KONTROL RENAL TERHADAP ASAM
BASA(ELEKTROLIT)
BAGIAN FUNGSI
Tubulus proksimal
Reabsorbsi elektrolit, glukosa, asam amino, dan nutrien lain.
Loop Henle Reabsorbsi air dan NaCl.
Tubulus distal Dengan pengaruh hormon aldosteron : mengatur reabsorbsi Na+ dan Cl- dengan K+.Dengan pengaruh hormon paratiroid : mengatur reabsorbsi Ca2+ dan Mg2+
terhadap fosfor
Collecting Duct Mengatur reabsorsi air dibawah pengaruh hormon antidiuretik.
Renal sebagai kontrol asam basa
Tubulus distal mengeluarkan NH4+ dan H+ dan produk buangan lain.
Ion Na+, HCO3-, dan H2PO4
- disekresikan dengan kombinasi H+ menjadi buffer di ginjal.
7,4 = 6,1 + log ([HCO3- ]/[H2CO3])
7,4 = pH normal darah6,1 = pKa karbonat.
Pengaturan asam basa oleh ginjal
Alkalosis : peningkatan pH darah akibat akumulasi senyawa basa.
Asidosis : penurunan pH darah akibat akumulasi senyawa asam atau kehilangan bicarbonat.
Metabolik alkalosis : bikarbonat plasma meningkat sebanding dengan kadar CO2 darah
Metabolik asidosis : peningkatan senyawa asam Respirasi alkalosis : alkalosis yang disebabkan reduksi
bikarbonat plasma akut. Respirasi asidosis : penurunan pH akibat akumulasi
CO2 di pulmonary.
Patologis keseimbangan asam basa
pH < 7,35 HCO3
- < 22 mmol/L Kompensasi PCO2 < 35 mm/Hg (H2CO3) Penyebab :
1. Peningkatan produksi asam organik : ketosis, asidosis laktat, asam asetat dan asam format.
2. Kehilangan bikarbonat (diare)3. Penurunan reabsorbsi karbonat dan
ekskresi H+ (gagal ginjal).
Tanda Klinis metabolik asidosis
pH > 7,45 HCO3
- > 28 mmol/L Kompensasi PCO
2 > 47 mm/Hg (H2CO3)
Penyebab :
1. Kehilangan H+ : diuretik, muntah.
2. Kebanyakan bicarbonat : treatmen dengan Na2CO3, Na-laktat, sitrat atau asetat.
Tanda Klinis metabolik alkalosis
pCO2
Kontrol paru H2CO3 dan pCO2
Kontrol HCO3- dan
sekresi H+
Natrium Kalium Klorida Bikarbonat
Ion yang umum di periksa
Major cation in ECF (positively charged) Responsible for 90-95% of extracellular
osmotic pressure Regulated by aldosterone and the kidneys
◦ Increases sodium reabsorption in DCT of nephron◦ Also regulates K+ (secretion)
Normal serum concentration in ECF ranges from 135-146 mEq/L
Natrium
Sodium maintains ECF osmolality, ECF volume, and influences water distribution (where salt goes water follows)
It affects the concentration, secretion, and adsorption of potassium and chloride ions, and can combine with bicarbonate ions and chloride ions to help regulate acid/base balance
It also help aid the impulse transmission of nerve and muscle fibers
Natrium
Hyponatremia (less than 130 mEq/L)-low sodium level-may cause seizures, headache, tachycardia, hypotension, cramps, muscle twitching, irritability, decreased body temp, nausea, vomiting, and possible coma (polyuria due to diabetes insipidis may be one cause),
Hypernatremia (more than 150 mEq/L) -high sodium level-usually indicates water deficit in ECF-symptoms include thirst, tachycardia, dry sticky tongue, disorientation, hallucination, lethargy, seizures, coma, hypotension, agitation, low fever
Imbalances
Major cation in ICF Normal serum levels range from 3.5-5.5 mEq/L
(Narrow range) Must ingest daily because body doesn’t
conserve it Affects excitability of nerves and muscles,
including heart muscle contraction and conductivity
Contributes to intracellular osmotic pressure and plays a role in acid/base balance
Excretion of potassium is under the control of aldosterone in the kidneys distal tubule
Kalium (Potassium)
Hypokalemia-excessive excretion or inadequate intake-may cause cardiac arrhythmias, drowsiness, lethargy, leg cramps, nausea, vomiting (less than 3.5 mEq/L)
Hyperkalemia-caused by renal failure or renal insufficiency, hemolysis of RBC, or increase potassium intake (greater than 5 mEq/L, causes apathy, confusion, muscle weakness, abdominal cramps, diarrhea, bradycardia, cardiac arrhythmias, cardiac arrest
Imbalances
Major anion of ECF Normal serum levels 100-106 mEq/L Supplied by diet, excreted by kidney and GI
(feces), levels closely parallel sodium levels This is a component of hydrochloric acid in
stomach, serves a role in transport of carbon dioxide
Klorida (Chloride)
Hypochloremia occurs as a result of loss of secretions due to vomiting, diarrhea, nasogastric suctioning, diuretic use
Similar to signs of hyponatremia and metabolic alkalosis
Imbalances
These are the first line of defense against changes in pH
Act within a fraction of a second for immediate defense against H+ shift
These are a mixture of 2 or more chemicals that minimize changes in pH
Convert strong acids into weak acids and strong bases into weak bases
Bicarbonate (as a buffer)
Carbonic acid-bicarbonate system is most important extracellular buffer because it can be regulated by both lungs and kidneys
Carbonic acid/bicarbonate ratio is usually 1:20
CO2 + H2O↔H2 CO 3 ↔H+ + HCO3-
Phosphates act as a buffer like the bicarbonate system does and protein buffers are the most abundant buffers in body cells and blood
Bicarbonate (as a buffer)
Metode : ISE (ion selective Electrode)/potensiometri
Prinsip : ketika ion kontak dengan elektrode terjadi perubahan potensial, kemudian dibandingkan dibandingkan dengan standar.
Spesien : serum vena atau arteri, plasma (heparin) Rentang nilai normal :
1. Natrium : 136 – 145 mmol/L
2. Kalium : 3,5 – 5,1 mmol/L
3. Klorida : 98 – 107 mmol/L
4. Bikarbonat : 22 – 28 mmol/L
Pemeriksaan Ion Na+, K+, Cl-, HCO3-
TERIMA KASIH