3.1 Jenis dan Perbedaan antara Policy Brief,...

3

H. Rangkuman ................................................................................. 101 BAB V PENUTUP ............................................................................................ 102

A. Simpulan ...................................................................................... 102 B. Tindak Lanjut ............................................................................. 103

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 104 DAFTAR ISTILAH ................................................................................... 109 DAFTAR TABEL MODUL PELATIHAN LANJUTAN

Tabel 3.1 Jenis dan Perbedaan antara Policy Brief, Policy Study dan Policy Memo ..................................................................... 50 Tabel 3.2 Perbedaan dan Persamaan Policy Brief dan Policy Paper ........................................................................................................................ 59 Tabel 3.3 Perbedaan dan Persamaan Makalah dan Artikel .............. 77 Tabel 4.1 Prosentase Penilaian Magang .................................................... 94

DAFTAR GAMBAR MODUL PELATIHAN LANJUTAN

Gambar 2.1 Unsur-unsur dalam Komunikasi .......................................... 13 Gambar 2.2 Model Proses Komunikasi ..................................................... 17 Gambar 2.3 Model Komunikasi Vertikal .................................................. 24 Gambar 2.4 Model Komunikasi Horizontal ............................................ 28 Gambar 2.5 Model Komunikasi Diagonal ................................................ 30 Gambar 2.6 Tindakan Komunikasi ............................................................. 33 Gambar 4.1 Sekuen Kurikulum Pelatihan Praktek Kerja AK ............ 92

i

3







3







3







ii

iii

SAMBUTAN

Jika mencermati dinamika lingkungan administrasi negara di tengah arus perkembangan IPTEK yang sangat cepat dan kran perdagangan bebas dibuka semakin luas, wacana kebijakan publik kita tidak lagi terisolasi dalam batas-batas fisik kewilayahan. Lebih dari itu, kita sudah mulai berada di era global village dengan batas-batas virtual yang semakin bias. Konsep World Class Government pun kini tengah naik daun menjadi isu publik administrasi negara Indonesia. Kebijakan publik yang berkualitas menjadi indikator utama World Class Government. Munculnya Jabatan Fungsional Analis Kebijakan (JFAK) membuka pintu harapan baru bagi Pemerintah Indonesia dalam menjawab tantangan membangun World Class Government melalui perbaikan kualitas kebijakan di Indonesia. Keberadaan analis kebijakan diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses perumusan kebijakan yang diproduksi oleh pemerintah dan seluruh elemen-elemen pengambil kebijakan (policy maker) di dalamnya.

Cita-cita pemerintah dalam membangun World Class Government mustahil tercapai tanpa didukung oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) yang profesional. Profesionalisme ASN mencerminkan kompetensi yang memadai sesuai dengan kebutuhan lingkungan organisasi yang semakin kompetitif. Analis Kebijakan (AK) sebagai PNS dan kompetensi unggul dibidang kajian dan analisis kebijakan menjadi ujung tombak untuk memperbaiki berbagai kritik terkait berbagai kebijakan di Indonesia.

Bukan tugas yang ringan, namun merupakan tantangan untuk membuktikan bahwa AK adalah PNS yang mampu berkontribusi secara riil dalam kehidupan masyarakat. Di tengah dinamika politik yang kuat melingkupi proses dan pengambilan keputusan kebijakan-kebijakan, AK harus hadir untuk memberikan warna khususnya warna “kualitas” analisis dalam rekomendasinya.

Akhirnya, saya menyambut baik dan mengapresiasi Pusat Analis Kebijakan dibawah Deputi Kajian Kebijakan yang telah bekerjasama dengan Knowledge Sector Initiative (KSI) di bawah Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), Pemerintah Australia untuk menyusun Modul Pelatihan Analis Kebijakan Lanjutan ini. Saya berharap modul ini bisa menjadi referensi yang baik bagi para analis kebijakan untuk semakin menguasai kompetensi inti dan keahliannya di bidang kajian dan analisis kebijakan publik dan dapat menggunakannya sesuai dengan bidang kepakarannya.

Jakarta, April 2017 Kepala

Lembaga Administrasi Negara

Dr. Adi Suryanto, M.Si.

3







iii

3







iv

KATA PENGANTAR

Dominannya pengaruh opini, intuisi, atau pun konflik kepentingan tertentu tanpa disertai studi kebijakan yang memadai dalam aras kebijakan publik menyebabkan timbulnya bias dalam menjawab persoalan publik. Deputi Bidang Kajian Kebijakan, Lembaga Administrasi Negara (DKK LAN) sebagai salah satu lembaga think tank kebijakan publik di Indonesia mendukung berbagai upaya LAN untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas kebijakan publik di Indonesia. Berbagai isu strategis nasional seperti daya saing, tata kelola, persaingan bebas dan isu yang lain memerlukan peran analis kebijakan di dalamnya. Analis kebijakan menjadi knowledge producer untuk menyediakan bukti empiris (evidence) bagi para pengambil kebijakan agar dapat memutuskan atau membuat kebijakan dengan rasional. Penguatan kapasitas JFAK sebagai elemen policy think tank perlu terus didorong untuk melakukan perbaikan terhadap proses-proses di dalam siklus kebijakan publik kita.

Jika mencermati Peraturan Kepala LAN Nomor 31 Tahun 2014 tentang Standar Kompetensi JFAK, analis kebijakan ahli utama memiliki standar kompetensi yang tinggi dalam melakukan kajian dan analisis kebijakan publik. Dalam upaya memenuhi standar kompetensi tersebut, LAN mengembangkan Modul Pelatihan Analis Kebijakan Lanjutan sebagai salah satu referensi dasar dalam pembelajaran untuk Pelatihan Lanjutan Analis Kebijakan. Modul ini dapat dilengkapi dengan berbagai substansi ilmu kebijakan sehingga proses upgrading kompetensi Analis Kebijakan dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Kami menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Knowledge Sector Initiative (KSI) di bawah Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), Pemerintah Australia yang mendukung upaya terbitnya Modul Pelatihan Lanjutan Analis Kebijakan ini. Semoga modul yang ada di tangan Bapak/Ibu para analis kebijakan ini memberikan manfaat nyata terhadap upaya yang sedang kita bangun bersama yaitu meningkatkan kualitas kebijakan publik di Indonesia.

Jakarta, April 2017

Deputi Bidang Kajian Kebijakan

Dr. Muhammad Taufiq, DEA.

3







3







iv

v

DAFTAR ISI MODUL

Halaman Cover ................................................................................................. i

Sambutan ............................................................................................................ iii

Kata Pengantar ................................................................................................. iv

Daftar Isi Modul Pelatihan Lanjutan Analis Kebijakan ...................... 1

BAB I Pendahuluan .................................................................................. 4

BAB II Komunikasi Dalam Organisasi ................................................. 9

BAB III Karya Tulis Ilmiah ........................................................................ 44

BAB IV Praktek Kerja Analisis Kebijakan ........................................... 89

BAB V Penutup ................................................................................................. 102

Daftar Pustaka ................................................................................................. 104

Daftar Istilah ..................................................................................................... 109

3







v

3







3







3







vi

1

MODUL

PELATIHAN LANJUTAN

ANALIS KEBIJAKAN

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2017

3

H. Rangkuman ................................................................................. 101BAB V PENUTUP ............................................................................................ 102

A. Simpulan ...................................................................................... 102B. Tindak Lanjut ............................................................................. 103

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 104DAFTAR ISTILAH................................................................................... 109

DAFTAR TABEL MODUL PELATIHAN LANJUTAN

Tabel 3.1 Jenis dan Perbedaan antara Policy Brief, Policy Study dan Policy Memo .....................................................................50Tabel 3.2 Perbedaan dan Persamaan Policy Brief dan PolicyPaper........................................................................................................................59Tabel 3.3 Perbedaan dan Persamaan Makalah dan Artikel ..............77Tabel 4.1 Prosentase Penilaian Magang ....................................................94


Gambar 2.1 Unsur-unsur dalam Komunikasi ..........................................13Gambar 2.2 Model Proses Komunikasi .....................................................17Gambar 2.3 Model Komunikasi Vertikal ..................................................24Gambar 2.4 Model Komunikasi Horizontal ............................................28Gambar 2.5 Model Komunikasi Diagonal ................................................30Gambar 2.6 Tindakan Komunikasi .............................................................33Gambar 4.1 Sekuen Kurikulum Pelatihan Praktek Kerja AK ............92

13








2

DAFTAR ISI MODUL PELATIHAN LANJUTAN

ANALIS KEBIJAKAN

DAFTAR ISI .................................................................................................. 2 DAFTAR TABEL ......................................................................................... 3 DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 4

A. Latar Belakang ................................................................................. 4 B. Deskripsi Singkat ........................................................................... 6 C. Tujuan Pembelajaran ................................................................... 6 D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ..................................... 7

BAB II KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI ....................................... 9 A. Indikator Hasil Belajar ................................................................ 9 B. Konsep Dasar Komunikasi Organisasi ................................... 9 C. Strategi Komunikasi ................................................................... 31 D. Latihan ............................................................................................. 42 E. Rangkuman .................................................................................... 42

BAB III KARYA TULIS ILMIAH .............................................................. 44 A. Indikator Hasil Belajar .............................................................. 44 B. Hasil Kegiatan Analis Kebijakan ............................................. 44 C. Karya Tulis Ilmiah Analis Kebijakan ................................. .... 48

1 Policy Brief .................................................................................. 48 2 Policy Paper ................................................................................ 59 3 Makalah ........................................................................................ 68 4 Artikel Kebijakan ...................................................................... 76

D. Etika dan Publikasi KTI .............................................................. 83 E. Latihan ............................................................................................. 87 F. Rangkuman .................................................................................... 87

BAB IV PRAKTEK KERJA ANALIS KEBIJAKAN ............................... 89 A. Indikator Hasil Belajar .............................................................. 89 B. Konsep Dasar Pelaksanaan Magang ..................................... 89 C. Tujuan Magang ............................................................................. 90 D. Ruang Lingkup Magang ............................................................. 90 E. Perencanaan Magang ................................................................. 95 F. Laporan Magang ................................. .......................................... 98 G. Latihan .......................................................................................... 101

3

H.Rangkuman.................................................................................101BAB V PENUTUP............................................................................................102

A.Simpulan......................................................................................102B.Tindak Lanjut.............................................................................103

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................104DAFTAR ISTILAH...................................................................................109

DAFTAR TABEL MODULPELATIHANLANJUTAN

Tabel 3.1 Jenis dan Perbedaan antara Policy Brief, Policy Study dan PolicyMemo .....................................................................50Tabel 3.2 Perbedaan dan Persamaan Policy Brief dan PolicyPaper........................................................................................................................59Tabel 3.3 Perbedaan dan Persamaan Makalah dan Artikel ..............77Tabel 4.1 Prosentase Penilaian Magang....................................................94

DAFTAR GAMBARMODULPELATIHANLANJUTAN

Gambar2.1 Unsur-unsur dalam Komunikasi..........................................13Gambar 2.2 Model Proses Komunikasi .....................................................17Gambar 2.3 Model Komunikasi Vertikal ..................................................24Gambar 2.4 Model Komunikasi Horizontal ............................................28Gambar 2.5 Model Komunikasi Diagonal ................................................30Gambar 2.6Tindakan Komunikasi.............................................................33Gambar 4.1 Sekuen Kurikulum Pelatihan Praktek Kerja AK ............92

3








2

3







3








33








4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dinamika organisasi terutama dimasa pemerintahan saat ini terjadi semakin cepat seiring dengan tuntutan yang tertuang dalam program-program percepatan pembangunan yang diusung oleh pemerintah. Kondisi tersebut menghendaki adanya respon cepat dari organisasi. Untuk itu komunikasi yang efektif dalam suatu organisasi menjadi salah satu dimensi penting bagi organisasi untuk mengikuti dinamika perkembangan yang ada.

Dewasa ini komunikasi menjadi salah satu aspek penting untuk mendekatkan berbagai ‘isu’ dan ‘pesan’, maupun perkembangan ilmu pengetahuan. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung face to face maupun dengan menggunakan bantuan teknologi dapat melakukan ‘live’ komunikasi dengan pihak manapun. Bentuk lain komunikasi adalah komunikasi dalam bentuk tertulis melalui berbagai publikasi maupun media tertulis lainnya.

Kemampuan berkomunikasi dalam organisasi menjadi salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh Analis kebijakan. AK dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan semua stakeholdersnya dengan baik dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi maupun dengan berbagai media komunikasi yang ada. Pengetahuan dan penguasaan terhadap materi komunikasi baik secara lisan maupun tertulis, merupakan bagian dari kemampuan yang diperlukan bagi seorang analis kebijakan untuk menghasilkan kegiatan kajian dan analis kebijakan.

Modul ini membahas tentang komunikasi yang baik dengan cara lisan maupun tulisan. Kemampuan tersebut sangat dibutuhkan AK baik dalam proses mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam

3








3








4

5

kajian dan analisis kebijakan, maupun dalam kaitannya dengan upaya mengkomunikasikan hasil kajian dan analisis kebijakan. Kemampuan komunikasi tertulis dapat ditunjukkan dalam kemampuan menghasilkan karya tulis analis kebijakan. Namun demikian, dalam proses untuk menghasilkan karya tulis analis kebijakan, seorang AK tentu tidak hanya membutuhkan kemampuan tertulis. Beberapa cara berkomunikasi yang efektif dibahas pada bagian 2 modul ini untuk memberikan pemahaman mengenai ragam komunikasi yang mungkin dibutuhkan AK dalam menjalankan tugasnya.

Modul ini juga membahas materi Karya Tulis Analis Kebijakan untuk mengembangkan kemampuan kemampuan AK dalam menghasilkan Karya Tulis. Bentuk Karya Tulis Analis Kebijakan dalam modul ini difokuskan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Analis Kebijakan. Bagian selanjutnya dari modul ini memaparkan tentang praktek kerja AK. Melalui praktek kerja, analis kebijakan akan dikembangkan kemampuannya untuk menghasilkan menghasilkan data dan informasi penting yang nantinya dituangkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah (KTI) Analis Kebijakan. Dalam modul ini, penekanan materi penulisan KTI lebih ditekankan pada tehnik penyusunannya, bukan pada substansi analisis kebijakannya. Untuk dapat menghasilkan KTI tersebut, tidak saja diperlukan kemampuan menuangkan hasil kajian dan analisis kebijakan secara tertulis namun juga diperlukan kemampuan komunikasi yang efektif dalam lingkungan internal organisasi maupun eksternal organisasi agar dapat menjalankan fungsi dan peran sebagai AK secara profesional. Melalui praktek kerja, diharapkan AK mampu memperoleh pengetahuan dan wawasan yang lebih baik dalam melaksanakan fungsinya.

3








53








6

B. Deskripsi Singkat

Modul ini disusun guna memberikan pemahaman kepada peserta pelatihan, mengenai: 1. Pemahaman komunikasi dalam organisasi 2. Karya tulis ilmiah melalui praktek penyusunan KTI Analis

Kebijakan; 3. Penyusunan proposal praktek kerja analis kebijakan, strategi

mempengaruhi kebijakan dan praktek penyusunan laporan praktek kerja.

Modul ini disajikan secara interaktif melalui kombinasi metode ceramah interaktif, tanya jawab, diskusi, dan praktek. Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya menghasilkan Karya Tulis Ilmiah sesuai kepakaran yang dapat dipublikasikan, termasuk di dalamnya adalah kemampuannya dalam menyusun saran kebijakan yang dituangkan dalam KTI tersebut.

Modul ini terdiri dari 5 (lima) bab yang akan menuntun peserta untuk mampu menghasilkan tulisan berbasis kepakarannya dan menyusun saran kebijakan. Inti yang akan dibahas dari modul ini meliputi komunikasi dalam organisasi, karya tulis ilmiah, serta praktek kerja analis kebijakan. Pembelajaran dilakukan baik secara mandiri ataupun berkelompok serta diskusi dengan para pengajar.

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran mata ajar ini Analis Kebijakan diharapkan dapat mengerti dan menyusun karya tulis ilmiah sesuai dengan isu kebijakan saat ini serta sesuai dengan kepakarannya, serta dapat melakukan praktek kerja melalui magang. Adapun beberapa kemampuan peserta yang dinilai diantaranya : 1. Mampu menguraikan norma-norma dalam publikasi karya tulis

ilmiah;

3








3








6

7

2. Mampu menghasilkan kerangka karya tulis ilmiah sesuai bidang kepakaran;

3. Mampu menyusun proposal praktek kerja analisis kebijakan publik; 4. Mampu memperlihatkan kemampuan berkomunikasi dan bertindak

dalam lingkungan lokus praktek kerja; 5. Mampu menunjukkan kemampuan bekerja dan bertindak dalam tim

di lokus praktek kerja; 6. Mampu membuktikan hasil praktek kerja dengan menyusun laporan

praktek kerja. D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Modul ini disusun dalam 5 (lima) bab, memuat materi tentang komunikasi dalam organisasi, ketentuan-ketentuan pokok yang bersifat teknis dan prosedural berkaitan dengan cara penyusunan dan kriteria yang harus dipenuhi oleh Analis Kebijakan dalam menyusun KTI dan juga materi untuk membekali para AK tentang praktek kerja analis kebijakan. Adapun, format penulisan modul tersusun sebagai berikut:

1. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang b. Deskripsi Singkat c. Tujuan Pembelajaran d. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

2. KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI a. Indikator Hasil Belajar b. Konsep Dasar Komunikasi Organisasi c. Strategi Komunikasi d. Latihan

3. KARYA TULIS ILMIAH a. Indikator Hasil Belajar b. Hasil Kegiatan Analis Kebijakan c. Karya Tulis Ilmiah Analis Kebijakan

3








73








8

d. Etika dan Publikasi KTI e. Latihan

4. PRAKTEK KERJA ANALIS KEBIJAKAN a. Indikator Hasil Belajar b. Konsep Dasar Pelaksanaan Magang c. Tujuan Magang d. Ruang Lingkup Magang e. Perencanaan Magang f. Laporan Magang g. Latihan

5. PENUTUP a. Simpulan b. Tindak Lanjut

3








3








8

9

BAB II KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

A. Indikator Hasil Belajar Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan : a. Mampu menjelaskan pengertian komunikasi dalam organisasi, serta

arti penting komunikasi dalam organisasi. b. Mampu menjelaskan unsur, proses dan ruang lingkup komunikasi

dalam organisasi. c. Mampu memahami dan menerapkan bentuk-bentuk dan model-

model komunikasi dalam organisasi. d. Mampu mempraktekkan komunikasi secara efektif dalam setiap

proses pengambilan keputusan. e. Mampu melakukan perencanaan komunikasi dalam mencapai suatu

tujuan .

B. Konsep Dasar Komunikasi Organisasi

1. Pengertian Komunikasi dalam Organisasi

Secara umum komunikasi diartikan sebagai interaksi antara dua orang atau lebih. Di dalam komunikasi terdapat elemen komunikator sebagai penyampai pesan, media dan komunikan sebagai pihak yang bertugas menerima pesan.

Beberapa pengertian komunikasi menurut beberapa ahli seperti Hovland, Janis & Kelley (1953) merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Sedangkan Berelson dan Stainer (1964) menjelasakan komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran

3








93








10

apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says

what? In which channel? To whom? With what effect?). Melalui pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses yang berlangsung dimana terjadi penyampaian pesan-pesan verbal maupun nonverbal yang berasal dari sumber (komunikator) kepada lawan bicara atau khalayak dengan menggunakan media tertentu atau pun secara langsung untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, komunikasi terjadi antara dua orang atau lebih di dalam pencapaian suatu tujuan organisasi. Melalui komunikasi, sumber daya organisasi dapat dilakukan secara maksimal dalam suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan.

Organisasi menurut Dessler (1985: 116) adalah pengaturan sumber daya dalam suatu kegiatan kerja, dimana tiap-tiap kegiatan tersebut telah disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pada organisasi tersebut masing-masing personal yang terlibat didalamnya diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab yang dikoordinasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dimana tujuan organisasi tersebut dirumuskan secara musyawarah sebagai tujuan bersama yang diwujudkan secara bersama-sama.”

Dimock (1960:129) mendefinisikan organisasi sebagai berikut : “Organization is the systematic bringing together of interdependent

part to form a inidied whole through which authority, coordination

and control may be exerciseto achive a given purpose.” (Organisasi adalah perpaduan secara sistematika daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan). Secara umum organisasi adalah sekelompok manusia yang saling bekerja sama

3








3








10

11

yang terstruktur dan mempunyai aturan-aturan demi mencapai tujuan tertentu.

Dari pengertian komunikasi dan organisasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Komunikasi dalam Organisasi adalah proses dimana seseorang berusaha untuk memberikan pengertian atau pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tersebut.

Golddhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi adalah proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Salah satu faktor penting yang diperlukan guna pencapaian tujuan suatu organisasi.

Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk saling pengertian (mutual understanding). Komunikasi sebagai perekat organisasi agar tidak terjadi kesenggangan dalam organisasi. Komunikasi sebagai minyak pelumas yang melicinkan fungsi organisasi sehingga dapat secara mudah mencapai tujuan secara bersama. Komunikasi sebagai pengikat sistem agar terciptanya keteraturan dalam proses berorganisasi.

Dalam sebuah organisasi, komunikasi yang terjadi umumnya membahas tentang struktur, aktivitas, fungsi organisasi, hubungan antar manusia, proses pengorganisasian serta budaya organisasi, dan lain sebagainya. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya,

3








113








12

faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.

2. Peranan Penting Komunikasi Dalam Organisasi

Komunikasi dalam organisasi menjadi penting karena beberapa

hal, menurut Scott dan T. R. Mitchell fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain: (1) Kendali, kontrol, pengawasan, (2) Motivasi, (3) Pengungkapan emosional, (4) Informasi. Oleh karena itu komunikasi organisasi menjadi penting didalam setiap anggota suatu organisasi untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Fungsi komunikasi dalam organisasi tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan komunikasi dapat dilakukan pengendalian, kontrol, serta pengawasan bagi setiap perilaku anggota dalam organisai tersebut, setiap organisasi mempunyai struktur kewewenangan yang harus dipatuhi oleh pegawai. Dengan demikian komunikasi menjalankan fungsi pengendalian. Komunikasi memperkuat motivasi pegawai dengan menjelaskan kepada pegawai apa yang harus dilakukan dan dikerjakannya. Selanjutnya yang dimaksud dengan pengungkapan emosional, melalui komunikasi yang terjadi di dalam organisasi merupakan sebuah mekanisme dimana para anggota dapat menunjukkan kekecewaan maupun kepuasan. Sehingga komunikasi dapat merupakan ungkapan emosi, perasaan anggota, serta pemenuhan kebutuhan sosial. Komunikasi juga dapat memberikan informasi yang diperlukan organisasi untuk

3








3








12

13

mengambil suatu keputusan melalui penyampaian data yang menjadi dasar suatu organisasi untuk melakukan tindakan.

Melalui komunikasi organisasi ini akan dapat terlihat dengan jelas bagaimana proses suatu komunikasi dilakukan, dan faktor-faktor apa yang menjadi penghambat. Dengan demikian peran komunikasi merupakan salah satu faktor penting yang diperlukan guna pencapaian tujuan suatu organisasi.

3. Unsur-Unsur dalam Komunikasi

Unsur-unsur penting yang terdapat dalam komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Unsur – Unsur Dalam Komunikasi

Sumber: http://antoniusiwansblog.blogspot.co.id/2015/01/6-unsur-

penting-dalam-proses-komunikasi.html

Proses penyampaian pesan tersebut terdapat beberapa unsur didalamnya, yang meliputi :

a. Komunikator.

Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan. Komunikator

3








133








14

tidak hanya berperan sebagai pengirim pesan saja, namun juga memberikan respons dan menjawab pertanyaan yang disampaikan sebagai dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Pesan/informasi

Pesan merupakan keseluruhan apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa kata-kata, tulisan, gambaran atau perantara lain. Pesan ini memiliki inti, yakni mengarah pada usaha untuk mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Inti pesan akan selalu mengarah pada tujuan akhir komunikasi itu.

c. Sarana komunikasi/channel.

Sarana komunikasi/channel biasa disebut dengan media yang digunakan sebagai penyalur pesan dalam proses komunikasi. Pemilihan sarana/media dalam proses komunikasi tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan.

d. Komunikan/penerima/receiver.

Komunikan merupakan penerima pesan atau berita yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok. Dalam proses komunikasi, komunikan adalah elemen penting karena dialah yang menjadi sasaran komunikasi dan bertanggung jawab untuk dapat mengerti pesan yang disampaikan dengan baik.

e. Umpan balik/feedback.

Umpan balik dapat dimaknai sebagai jawaban komunikan atas pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. Pada komunikasi yang dinamis, komunikator dan komunikan terus menerus bertukar peran.

3








3








14

15

f. Dampak/effec

Dampak merupakan efek perbedaan yang dialami oleh komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan. Bila sikap dan tingkah laku komunikan berubah sesuai dengan isi pesan maka komunikasi telah berjalan dengan baik. Dampak/efek sesungguhnya dapat dilihat dari personal opinion, public

opinion maupun majority opinion. Namun semuanya mengarah kepada perubahan yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan. Keenam unsur komunikasi di atas merupakan komponen yang

dipenuhi untuk dapat dilakukannya sebuah proses komunikasi. Apabila dari keenam unsur tersebut tidak terdapat didalamnya maka akan mempengaruhi proses komunikasi tersebut. Contoh: Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena penerima adalah sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan baik pada sumber pesan, pesan, atau saluran. Oleh karena itu sebuah komunikasi menjadi tidak efektif bila pesan yang diterima tidak dimengerti dan dipahami sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim, karena ketidakjelasan pesan/informasi yang disampaikan.

4. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi termasuk juga suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain

3








153








16

dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang berarti sama. Communico,

communicatio atau communicare yang berarti membuat sama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan.

Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, dan menunjukkan sikap tertentu seperti tersenyum, mengangkat bahu dan sebagainya. Komunikasi ini disebut komunikasi nonverbal.

Proses komunikasi bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Melalui komunikasi sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.

Untuk memahami proses komunikasi dapat dilihat dari unsur-unsur yang berkaitan dengan siapa pengirimnya (komunikator), apa yang dikatakan atau dikirimkan (pesan), saluran komunikasi apa yang digunakan (media), ditujukan untuk siapa (komunikan), dan apa akibat yang akan ditimbulkannya (efek). Dalam proses komunikasi tersebut, kewajiban seorang komunikator adalah mengusahakan agar pesan-pesannya dapat diterima oleh komunikan sesuai dengan kehendak pengirim. Model proses komunikasi secara umum dapat memberikan gambaran kepada pengelola organisasi, bagaimana mempengaruhi atau mengubah

3








3








16

17

sikap anggota/stakeholder nya melalui desain dan implementasi komunikasi. Dalam hal ini, pengirim atau sumber pesan bisa individu atau berupa organisasi sebagaimana dapat dilihat dalam gambar proses komunikasi di bawah ini:

Gambar 2.2 Model Proses Komunikasi

Berdasarkan pada bagan atau gambar proses komunikasi tersebut, suatu pesan, sebelum dikirim, terlebih dahulu disandikan (encoding) ke dalam simbol-simbol yang dapat menggunakan pesan yang sesungguhnya ingin disampaikan oleh pengirim. Apapun simbol yang dipergunakan, tujuan utama dari pengirim adalah menyediakan pesan dengan suatu cara yang dapat memaksimalkan kemungkinan dimana penerima dapat menginterpretasikan maksud yang diinginkan pengirim dalam suatu cara yang tepat. Pesan dari komunikator akan dikirimkan kepada penerima melaui suatu saluran atau media tertentu. Pesan yang di terima oleh penerima melalui simbol-simbol, selanjutnya akan ditransformasikan kembali (decoding) menjadi bahasa yang

3








173








18

dimengerti sesuai dengan pikiran penerima sehingga menjadi pesan yang diharapkan (perceived message).

Hasil akhir yang diharapkan dari proses komunikasi yakni supaya tindakan atau pun perubahan sikap penerima sesuai dengan keinginan pengirim. Akan tetapi makna suatu pesan dipengaruhi bagaimana penerima merasakan pesan itu sesuai konteksnya. Oleh sebab itu, tindakan atau perubahan sikap selalu didasarkan atas pesan yang dirasakan.

Adanya umpan balik menunjukkan bahwa proses komunikasi terjadi dua arah, artinya individu atau kelompok dapat berfungsi sebagai pengirim sekaligus penerima dan masing-masing saling berinteraksi. Interaksi ini memungkinkan pengirim dapat memantau seberapa baik pesan-pesan yang dikirimkan dapat diterima atau apakah pesan yang disampaikan telah ditafsirkan secara benar sesuai yang diinginkan.

Dalam kaitan ini sering digunakan konsep kegaduhan (noise) untuk menunjukkan bahwa ada semacam hambatan dalam proses komunikasi yang bisa saja terjadi pada pengirim, saluran, penerima atau umpan balik. Dengan kata lain, semua unsur-unsur atau elemen proses komunikasi berpotensi menghambat terjadinya komunikasi yang efektif. Hambatan tersebut diuraikan dalam hambatan-hambatan dalam komunikasi. 4.1. Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi

Komunikasi dalam organisasi sering terganggu karena materinya lebih rumit, jumlahnya banyak, dan kontroversial. Hambatan-hambatan komunikasi dalam organisasi, meliputi: a. Kelebihan Beban Informasi dan Pesan Yang Bersaing

Perkembangan teknologi telah menyebabkan jumlah pesan dalam suatu organisasi meningkat tanjam hingga kecepatan yang semakin tinggi. Pesan melalui surat-surat

3








3








18

19

dari pos, email dan telephon dari berbagai sumber telah membanjiri organisasi dan masing-masing bersaing untuk memperoleh perhatian lebih awal. Hal itu bisa berakibat pada adanya pesan yang tidak ditanggapi, pesan yang dianggap tidak penting, atau pemberian respons yang tidak akurat.

b. Penyaringan Yang Tidak Tepat Ketika meneruskan suatu pesan kepada orang lain dalam organisasi, biasanya terjadi penyaringan yang dilakukan dengan memotong atau menyingkat pesan. Pesan dalam organisasi dikirim melalui berbagai saringan. Misalnya melewati penjaga pintu terlebih dahulu, karyawan kantor depan, sekretaris, baru kemudian sampai kepada pimpinan. Bisa jadi suatu pesan penting tidak sampai sebagian atau bahkan seluruhnya karena telah dipotong atau dibuang.

c. Iklim Komunikasi Tertutup atau Tidak Memadai Pertukaran informasi yang bebas dan terbuka merupakan salah satu ciri komunikasi yang efektif. Iklim komunikasi sangat terkait dengan gaya kepemimpinan. Gaya manajemen yang tertutup cenderung menghambat pertukaran informasi. Demikian pula saluran yang terlalu banyak bisa mengubah pesan ketika bergerak vertikal atau horisontal dalam sebuah organisasi. Permasalahan komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang tidak sesuai. Permasalahan dalam komunikasi menunjukkan adanya masalah yang terpendam. Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim (komunikator), transmisi, maupun penerima (komunikan).

3








193








20

4.2. Komunikasi Efektif

Yang dimaksud dengan komunikasi yang efektif adalah Komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain. Perubahan sikap ini biasanya terlihat pada proses maupun masa pasca komunikasi. Komunikasi yang efektif dapat dipahami sebagai komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain. Perubahan sikap ini biasanya terlihat pada proses maupun masa pasca komunikasi.

Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp, komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi. Komunikasi yang efektif hanya dapat terjadi jika komunikator dan komunikan memiliki persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa. Sebuah komunikasi dikatakan efektif apabila: a. Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami

sebagaimana yang dimaksud oleh pengirimnya. b. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui

oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim.

c. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menindaklanjuti pesan yang dikirim.

3








3








20

21

5. Jenis Komunikasi Organisasi

Jenis-jenis komunikasi dapat dibedakan berdasarkan :

a. Komunikasi lisan dan tertulis

Dasar penggolongan komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk pesan yang akan disampaikan. Komunikasi lisan adalah bentuk komunikasi dengan mengucapkan kata-kata secara lisan dan langsung kepada lawan bicaranya. Biasanya komunikasi lisan dapat dialkukan pada kondisi para personal atau individu yang berkomunikasi berhadapan langsung. Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi tertulis, komunikasi yang dilakukan melalui sebuah tulisan , bentuk dari komunikasi tertulis ini beragam. Komunikasi tertulis dapat berupa surat yang dipergunakan untuk menyampaikan berita singkat maupun naskah untuk menyampaikan informasi yang bersifat kompleks. Dalam komunikasi secara tertulis biasanya tergantung pada tujuan komunikasi tersebut dilaksanakan.

b. Komunikasi verbal dan non verbal Jika dua orang berinteraksi, maka informasi mengenai perasaan dan gagasan atau ide yang timbul akan dikomunikasikan. Perasaan seseorang juga dapat dinyatakan melalui berbagai isyarat-isyarat atau signal-signal non verbal. Dalam percakapan tatap muka langsung, perasaan, keadaan jiwa, atau suasana hati seseorang dinyatakan melalui gerakan isyarat(gesture), ekspresi wajah, posisi dan gerakan badan, postur, kontak fisik, kontak pandangan mata, dan stimulasi non-verbal lain yang sama pentingnya dengan kata-kata yang diucapkan.

3








213








22

6. Model Komunikasi Dalam Organisasi

Frank Jefkinse menjelaskan bahwa komunikasi organisasi adalah bentuk-bentuk komunikasi yang diarahkan ke dalam dan ke luar. Maksud di dalam dan di luar itu sendiri bermaksud antara pihak organisasi dan publik sebagai sasaran tujuan untuk memahamkan. Penerapan Komunikasi di dalam magang ini dimaksudkan dengan komunikasi ke dalam (internal). Komunikasi internal merupakan komunikasi yang terjadi dalam lingkungan kantor atau organisasi. Tujuan komunikasi internal untuk meningkatkan kinerja SDM dalam organisasi. Komunikasi ini terjadi karena terdapat sebuah struktur dalam organisasi. Komunikasi ini bisa terjadi antara karyawan dengan karyawan, karyawan dengan atasan, dan atasan dengan atasan. Biasanya terjadi proses pertukaran informasi diantara elemen struktur organisasi tersebut. Kualitas ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya.

Menurut Brennan (dalam Effendy 2009:122) “komunikasi internal adalah pertukaran gagasan diantara para administrator dan pegawai dalam suatu organisasi atau instansi yang menyebabkan terwujudnya organisasi tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal dalam suatu organisasi yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi manajemen).

Komunikasi internal adalah komunikasi yang berada dalam organisasi yang terlihat oleh adanya struktur organisasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Miftah Thoha (2004 : 106) ; bahwa untuk membedakan komunikasi dengan komunikasi di luar organisasi adalah struktur hierarkhi yang merupakan karakteristik dari setiap organisasi.

3








3








22

23

Melalui penjelasan di atas dapat diambil pengertian secara umum bahwa komunikasi internal adalah suatu proses penyampaian pesan baik berupa pikiran, ide/gagasan seseorang kepada orang lain/kelompok yang efektivitasnya dapat terlihat dari ketepatan penggunaan media, tercapainya tujuan, adanya umpan balik serta kejelasan isi dari komunikasi tersebut sehingga pesan tersebut dapat diterima dengan efektif dalam rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan.

Jenis-Jenis Komunikasi Internal

a. Komunikasi Vertikal

Komunikasi Vertikal adalah komunikasi yang dilakukan dari pimpinan kepada bawahan, juga sebaliknya dari bawahan kepada pimpinan. Didalam komunikasi vertikal ini pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi kepada bawahannya. Sebaliknya bawahan akan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan kepada pimpinan. Menurut Effendy (2004 ; 123), pengertian komunikasi vertikal adalah komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward

communication) yaitu komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik (two way traffic communication). Model Komunikasi Vertikal dapat digambarkan sebagai berikut

3








233








24

Gambar. 2.3. Model Komunikasi Vertikal

Sumber : Kenneth N. Wexley dan Gary A.Y. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. (1992:78)

Berdasarkan jenis komunikasi vertikal ini, dibedakan menjadi dua: a n ard nica i n yang dimaksud dengan

Downward communication adalah komunikasi yang dilakukan dari pengelola tingkat atas ke level bawah dalam sebuah organisasi. Komunikasi ini merupakan komunikasi tipe dasar dari komunikasi formal. Davis (R. Wayne Pace dan Don F. Faules, 2001 : 185) mengungkapkan bahwa komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir jabatan otoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah atau informasi mengalir dari top manjemen (pemimpin tertinggi), melalui jenjang manajemen menengah, menuju jenjang manajemen terbawah, dan akhirnya kepada pekerjaan lapangan. Selanjutnya menurut Abizar (1988:58) bahwa komunikasi ke bawah mengalir dari pengelola tingkat atas ke level bawah dalam hierarki organisasi. Komunikasi ke atas

Presiden

Wakil Presiden

Manajer Departemen

Manajer Departemen

Pengawas Seksi

Pengawas Seksi

Kom

unik

asi k

e baw

ah

Kom

unik

asi k

e ata

s

3








3








24

25

bergerak dari pekerja-pekerja level bawah dalam organisasi, ke arah personil tingkat atas. Komunikasi ke bawah seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya untuk memberikan pengarahan, perintah-perintah instruksi, nasehat atau saran, inspirasi dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi pada anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi. Abizar (1988:185) menjelaskan fungsi komunikasi kebawah diantaranya :

i. Ia mengirim perintah ke bawah secara hierarki; ii. Ia memberi anggota-anggota organisasi informasi

sehubungan dengan tugas-tugas; iii. Ia memberi anggota-anggota organisasi review

tentang pelaksanaan tugas; iv. Ia mendoktrinasi anggota-anggota organisasi untuk

mengetahui dan menginternalisasi tujuan-tujuan organisasi .

Komunikasi ke bawah yang sering dilakukan dengan menggunakan perintah-perintah, tatap muka, telepon, memo tertulis dan pengarahan-pengarahan. Katz dan Kanh (R.Wayne Pace dan Don F. Faules, 2001 : 185) menjelaskan bahwa terdapat lima jenis komunikasi yang dapat dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, antara lain :

i. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan; ii. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk

melakukan pekerjaan; iii. Informasi mengenai kebijakan dan praktek-praktek

organisasi; 3








253








26

iv. Informai mengenai kinerja pegawai; v. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas

(sense of mission).

Emmy F.G & Yoyon B.I (1997:36) mengungkapkan beberapa hal yang dapat dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, yaitu :

i. Instruksi pekerjaan, deskripsi tugas pedoman pelaksanaan pekerjaan atau berbagai petunjuk utnuk mengarahkan perilaku dalam melaksanakan tugas;

ii. Prosedur-prosedur dan kebijakan-kebijakan yang memberi naionalitas pada tujuan dan harapan tentang keuntungan- keuntungan yang akan diperoleh organisasi;

iii. Informasi tentang hasil pekerjaan bawahan agar mereka mengetahui prestasi da kemajuannya;

iv. Prinsip dan keyakinan hidup yang membutuhkan partisipasi dan dukungan bawahan;

v. Pertanggungjawaban pekerjaan tugas atasan tentang amanat yang diberikan bawahan.

Dalam komunikasi vertikal dari atasan ke bawahan ini peran pimpinan dalam memberikan –instruksi-instruksi, penjelasan-penjelasan, informasi, teguran, pujian dan saran kepada bawahan.

b ard nica i n

Pengertian upward communication adalah komunikasi yang dilakukan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Komunikasi ini selain menyampaikan informasi hasil pekerjaan juga dapat menumbuhkan apersepsi dan loyalitas kepada organisasi dengan

3








3








26

27

memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbangkan gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi. Disamping itu, komunikasi ke atas dapat membantu pegawai dalam mengatasi masalah pekerjaan mereka dengan organisasi tersebut. Komunikasi ke atas ini berfungsi untuk mensuplai informasi pada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah. Bentuk komunikasi ke atas ini biasanya berupa laporan-laporan periodik, penjelasan, gagasan maupun permintaan untuk diberikan keputusan. Emmy F.G & Yoyon B.I (1997:36) menjelaskan bahwa wujud dari komunikasi ke atas ini dapat berupa :

i. Usulan, harapan dan aspirasi yang diinginkan bawahan;

ii. Pernyataan sikap dukungan atau mosi tidak percaya atas kebijakan atasan;

iii. Kritik atau hasil penilaian bawahan terhadap hasil usaha organisasi;

iv. Informasi-informasi formal hasil survey dan laporan-laporan yang diwajibkan kepada bawahan.

b. Komunikasi Horizontal atau lateral

Komunikasi horizontal yaitu komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini dilakukan dalam tingkat yang sama di dalam organisasi. Komunikasi horizontal ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode dan masalah.

Beberapa definisi komunikasi horizontal menurut : 3








273








28

Onong Uchayana E. (1990:124) :

“ komunikasi horizontal adalah komunikasi mendatar, antara anggota staf dengan anggota staf, karyawan sesama karyawan dan sebagainya “. Miftah Toha (2004:188) :

“ komunikasi horizontal yaitu pengiriman dan penerimaan berita atau informasi yang dilakukan antara berbagai pejabat yang mempunyai kedudukan yang sama. Tujuan komunikasi ini untuk koordinasi komunikasi yang berdimensi horizontal sebagian dapat dilakukan tertulis dan sebagian lisan. “ Model komunikasi horizontal ini dapat digambarkan sbb :

Gambar 2.4

Model Komunikasi Horizontal


Berbeda dengan komunikasi vertikal komunikasi ini terjadi antara pegawai/staf yang memiliki hierarki yang sama. Komunikasi horizontal seringkali berlangsung tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu sedang bekerja, melainkan pada saat istirahat, sedang rekreasi, atau pada waktu pulang kerja. Dalam situasi komunikasi seperti ini, desas-desus cepat sekali menyebar dan menjalar, dan yang didesas-desuskan sering kali

Wakil KepalaProduksi

Manajer Departemen Manajer Departemen

Pengawas Seksi Pengawas Seksi

3








3








28

29

mengenai hal-hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan mereka. Sehingga dalam komunikasi horizontal ini dapat menimbulkan kebersamaan ataupun konflik. Goldhaber (dalam Tubbs 1996:186) mengemukakan empat fungsi komunikasi horizontal dalam satu organisasi, yaitu: i. Koordinasi petugas; para kepala departemen bertemu

setiap bulan untuk mendiskusikan kostribusi tiap-tiap departemen terhadap tujuan sistem.

ii. Penyelesaian masalah; anggota sebuah departemen berkumpul mendiskusikan bagaimana menangani minimalisasi anggaran, mereka dapat menerapkan tehnik brainstorming

iii. Berbagi informasi; anggota satu departemen bertemu dengan anggota departemen lain untuk menginformasikan data baru.

c. Komunikasi Diagonal/Silang r nica i n

Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang berlangsung dari satu pihak kepada pihak lain dalam posisi yang berbeda, dimana kedua pihak tidak berada pada jalur struktur yang sama. Komunikasi diagonal digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level berbeda tetapi tidak mempunyai wewenang langsung kepada pihak lain. Koontz et al. (1989) mengatakan bahwa komunikasi silang ini tidak mengikuti hirarki organisasi tetapi memotong garis komando. Komunikasi ini merupakan saluran komunikasi yang jarang digunakan dalam organisasi, namun penting dalam situasi dimana anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui saluran lain.

3








293








30

Penggunaan komunikasi ini selain untuk menanggapi kebutuhan dinamika lingkungan organisasi yang rumit, juga mempersingkat waktu dan memperkecil upaya yang dilakukan organisasi (Gibson et al., 1997). Komunikasi ini merupakan komunikasi yang memotong jalur vertikal dan horizontal. Sebagai contoh, anggota staf junior dapat langsung pergi ke atasannya, dan telepon, email atau mengunjungi tekhnikal senior di area lain untuk mendapatkan informasi. Model Komunikasi diagonal dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.5

Model Komunikasi Diagonal


Berdasarkan ketiga model komunikasi yang telah diuraikan di atas dapat diketahui bahwa komunikasi yang dilakukan dalam organisasi dapat dilakukan secara formal maupun informal, semua dikembalikan kepada budaya dan dinamika seluruh anggota organisasi karena proses membangun komunikasi dalam organisasi membutuhkan waktu dan partisipatif semua anggota organisasi.

Wakil Kepala Produksi



Wakil Kepala

Produksi


3








3








30

31

C. Strategi Komunikasi

1. Definisi dan Ruang Lingkup Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan (Effendy,2003:301).

Sedangkan menurut Anwar Arifin dalam buku ‘Strategi Komunikasi’ menyatakan bahwa : Sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat. (1984:10) .

Pengertian Ruang Lingkup Strategi Komunikasi , menurut Quinn (1992) dalam Ruslan (2002) menyatakan, agar suatu strategi dapat efektif dilaksanakan dalam sebuah program, maka ia harus mencakup beberapa hal: a. Objektif yang jelas dan menentukan semua ikhtiar diarahkan

untuk mencapai pemahaman yang jelas, menentukan dan bisa mencapai keseluruhan tujuan. Tujuan tersebut tidak perlu tertulis namun yang penting bisa dipahami dan menentukan.

3








313








32

b. Memelihara inisiatif. Strategi inisiatif menjaga kebebasan bertindak dan memperkaya komitmen. Strategi mesti menentukan langkah dan menetapkan tindakan terhadap peristiwa bukannya bereaksi terhadap saatu peristiwa

c. Konsentrasi, dengan memusatkan kekuatan yang bear untuk waktu dan tempat yang menentukan

d. Fleksibilitas. Strategi hendaknya diniatkan untuk dilengkapi penyanggadan dimensi untuk fleksibilitas dan maneuve.

e. Kepemimpinan yang memiliki komitmen dan terkoordinasi. Strategi hendaknya memberikan kepemimpinan yang memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan pokok.

f. Kejujuran. Strategi itu hendaknya dipersiapkan untuk memanfaatkan kerahasiaan dan kecerdasan untuk menyerang lawan pada saat yang tidak terduga.

g. Keamanan. Strategi itu mesti mengamankan seluruh organisasi dan semua operasi penting Organisasi.

2. Komponen Strategi Komunikasi

Dari sekian banyak teori komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, untuk strategi komunikasi yang memadai adalah teori dari seorang ilmuan politik dari Amerika Serikat yang bernama Harold D. Lasswell yang menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi atau cara untuk menggambarkan dengan tepat sebuah tindak komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom

With What Effect ? (siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek bagaimana)”. Kalau diuraikan Formula Lasswell tersebut dapat dilihat pada skema yang digambarkan oleh Denis Mc Quail dan Sven Windahl sebagai berikut:

3








3








32

33

Gambar 2.6 Tindakan Komunikasi

Sumber: http://kampuskomunikasi.blogspot.co.id/2008/06/strategi komunikasi.html Selanjutnya strategi komunikasi harus juga meramalkan efek

komunikasi yang diharapkan, yaitu dapat berupa : menyebarkan informasi, melakukan persuasi, melaksanakan instruksi.

Dari efek yang diharapkan tersebut dapat ditetapkan bagaimana cara berkomunikasi (how to communicate), dapat dengan : a. komunikasi tatap muka (face to face communication),

dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behaviour change) dari komunikan karena sifatnya lebih persuasif ;

b. komunikasi bermedia (mediated communication), dipergunakan lebih banyak untuk komunikasi informatif dengan menjangkau lebih banyak komunikan tetapi sangat lemah dalam hal persuasif. Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah

penting, itulah sebabnya strategi komunikasi harus luwes supaya komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan bila dalam pelaksanaan menemui hambatan. Salah satu upaya untuk melancarkan komunikasi yang lebih baik

siapa

Telaah Komuni-

kator

Mengatakan apa

Pesan

Analisis isi

Cara apa

Media

Analisis Media

Kepada

siapa

Komunikan

Analisis Komunikan

Efek bagaimana

Efek

Analisis efek

3








333








34

mempergunakan pendekatan A-A Procedure (from Attention to

Action Procedure) dengan lima langkah yang disingkat AIDDA. A Attention (perhatian)

I Interest (minat)

D Desire (hasrat)

D Decision (keputusan)

A Action (kegiatan)

Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan menjadikan suksesnya komunikasi. Setelah perhatian muncul kemudian diikuti dengan upaya menumbuhkan minat yang merupakan tingkatan lebih tinggi dari perhatian. Minat merupakan titik pangkal untuk tumbuhnya hasrat. Selanjutnya seorang komunikator harus pandai membawa hasrat tersebut untuk menjadi suatu keputusan komunikan untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator.

Telaah komunikator meliputi analisis hal-hal sebagai berikut : Sejauhmana si komunikator mempunyai percaya diri (self

confident). Dikarenakan dalam Komunikasi Interpersonal ciri/karakteristiknya yang pertama dimulai dari diri sendiri maka komunikator harus percaya pada kemampuannya sendiri untuk melakukan relasi Komunikasi Interpersonal. Bagian dari percaya diri pada komunikator adalah penguasaan materi/pengetahuan yang mendalam tentang hah-hal dari isi pesan yang akan di-reciever-kan (disampaikan).

Sejauhmana komunikator mengendalikan transaksional, yaitu ketika bertemu dan berkenalan dengan komunikan maka komunikator sudah mempunyai persepsi mengenai identitas dan kepribadian komunikan. Untuk selanjutnya maka komunikator harus tetap mengendalikan identitas dan kepribadian komunikan

3








3








34

35

seperti semula. Memelihara relasi, yaitu memelihara hubungan dengan komunikan dengan mengatur jarak duduk atau dengan tetap memperhatikan pandangan pada wajah komunikan. Formula dari Lasswell tersebut termasuk dalam katagori model-model dasar dalam strategi komunikasi. Formula sederhana ini telah digunakan dengan berbagai cara, terutama untuk mengatur dan mengorganisasikan dan membentuk struktur tentang proses komunikasi.

Formula Laswell menunjukkan kecenderungan-kecenderungan awal model-model komunikasi, yaitu menganggap bahwa komunikator pasti mempunyai “receiver” (penerima) dan karenanya komunikasi harus semata-mata dianggap sebagai proses persuasif. Juga selalu dianggap bahwa pesan-pesan itu pasti ada efeknya.

3. Faktor Pendukung Strategi Komunikasi

Menurut Effendy (2003:35) di dalam menyusun strategi komunikasi harus memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan penghambat. Berikut ini sebagian komponen komunikasi dan faktor pendukung serta penghambat. a. Mengenali sasaran komunikasi b. Faktor Situasi dan kondisi c. Pemilihan media komunikasi d. Pengkajian tujuan pesan komunikasi e. Peranan komunikator dalam komunikasi f. Daya tarik sumber g. Kredibilitas sumber

Terdapat empat faktor penting yang harus diperhatikan didalam menyusun strategi komunikasi :

3








353








36

a. Mengenal khalayak. Khalayak itu aktif sehingga antar komunikator denga ialah komunikan bukan saja terjadi saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi.

b. Menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu membangkitkan perhatian. Awal efektivitas dalam komunikasi ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan.

c. Menetapkan metode, dalam hal ini metode penyampaian, yang dapat di lihat dari dua aspek: menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya. Menurut cara pelaksanaannya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu, metode redundancy (repetition) dan canalizing. Sedangkan, yang kedua menurut bentuk isinya dikenal metode-metode informatif, persuasif, edukatif, kursif. Metode redundancy adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-mengulang pesan pada khalayak. Metode Canalizing yaitu mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya kea rah yang kita kehendaki. Metode informative, lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa : keterangan, penerangan, berita dansebagainya. Metode persuasive yaitu mempengaruhi khalayak dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikiran maupun perasaannya. Metode edukatif, memberikan sesuatu ide kepada khalayak berdasarkan fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kebenarannya dengn sengajaja, teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan. Metode kursif,

3








3








36

37

mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa tanpa memberi kesempatan berpikir untuk menerima gagasan-gagasan -yang dilontarkan, dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan, intimidasi dan biasanya di belakangnya berdiri kekuatan tangguh.

d. Pemilihan media komunikasi, dapat dilakukan dengan memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang disampaikan dan teknik yang dipergunakan, karena masing-masing media mempunyai kelemahan-kelemahannya tersendiri sebagai alat.

4. Tahapan Strategi Komunikasi

Penggunaan komunikasi secara sistematis sangat penting, bukan hanya implementasi proyek, tapi juga penetapan kebijakan/program yang dibentuk untuk meningkatkan partisipasi dalam dukungannya terhadap pembangunan berkelanjutan. Komunikasi adalah proses dua arah dimana kombinasi alur informasi dan pengalaman “dari atas” dan “dari bawah” untuk menganalisa suatu keadaan, menentukan karakteristik kelompok strategis, serta persoalan kunci yang harus ditangani untuk mendapatkan gabungan terbaik dari instrument kebijakan. Undang-undang yang dibuat dengan seksama, insentif ekonomis, atau solusi teknologi tidak akan berfungsi sebelum masyarakat terkait diinformasikan, ditanyakan pendapatnya, dan akhirnya mendapatkan kepemilikan atas perubahan dan intervensi yang dimulai untuk menangani persoalan yang ditangani. Secara umum strategi komunikasi dilakukan melalui 10 tahapan / langkah yaitu sebagai berikut:

3








373








38

1. Analisa Program/Masalah

Media yang dikembangkan seharusnya merupakan bagian terpadu dari suatu program yang lebih besar, karena media adalah alat bantu dalam komunikasi program. Kegiatan awal yang harus dilakukan sebelum sampai kepada pengembangan media adalah menganalisa konteks program. Dalam tahap ini, isu-isu dan masalah-masalah yang ingin dipecahkan oleh program, dipelajari dengan seksama. Media-media yang akan dikembangkan nantinya, seharusnya merupakan alat bantu bagi sebagian dari permasalahan yang akan dipecahkan.

2. Analisa Situasi

Media-media yang dikembangkan, tidak dapat berlaku umum untuk semua tempat, semua orang, dan setiap waktu. Program biasanya memiliki wilayah layanan tertentu sebagai fokus utama program, dalam memecahkan permasalahan. Karenanya media-media yang akan dikembangkan, haruslah ditujukan kepada wilayah layanan program ini. Agar media-media ini dapat tepat guna dan diterima oleh kelompok sasaran yang dilayani oleh program, maka media-media haruslah dikembangkan sesuai karakteristik wilayah layanan program. Analisa situasi diperlukan untuk memperoleh data-data mengenai wilayah program, sehubungan dengan kebutuhan kegiatan komunikasi.

3. Analisa Khalayak

Tujuan program untuk memecahkan masalah tertentu pada wilayah tertentu, haruslah memperhatikan karakteristik kelompok sasaran. Komunikasi yang dilakukan oleh program bertujuan untuk mempersempit atau bahkan meniadakan

3








3








38

39

kesenjangan-kesenjangan informasi, pengetahuan, sikap atau pun perilaku. Data-data mengenai kondisi awal kelompok sasaran dalam hal kesenjangan informasi, pengetahuan, sikap dan perilaku merupakan modal awal dalam menentukan tujuan komunikasi. Tanpa data-data ini, program tidak pernah tahu seberapa besar perubahan yang terjadi nantinya.

4. Tujuan Komunikasi

Permasalahan-permasalahan mendasar yang ada pada kelompok sasaran, biasanya merupakan kepedulian utama dari program. Karenanya kegiatan-kegiatan komunikasi dalam suatu program, diarahkan untuk mencapai suatu perubahan dari kondisi awal. Demi efisiensi dan efektivitas, tujuan komunikasi harus dirumuskan dengan jelas. Program harus memiliki tujuan komunikasi yang dapat dicapai, dimana hasilnya dapat diamati dan diukur. Tujuan komunikasi inilah yang kemudian akan menjadi modal awal dalam kegiatan pengembangan media.

5. Strategi Komunikasi

Tujuan komunikasi yang telah ditentukan oleh program, biasanya masih terlalu besar untuk dapat dituangkan ke dalam media. Suatu program dapat memiliki beberapa tujuan komunikasi. Sedangkan suatu tujuan komunikasi belum tentu dapat dituangkan ke dalam satu media saja. Seringkali, untuk mencapai suatu tujuan komunikasi diperlukan beberapa media yang saling melengkapi dan saling menguatkan. Karenanya program harus memikirkan strategi komunikasi yang akan digunakan dalam mencapai tujuan komunikasi.

3








393








40

6. Perencanaan Kegiatan Pengembangan Media

Program memiliki kepentingan atas terpenuhinya jadwal penyelesaian pekerjaan, karena tujuan yang ingin dicapai oleh program juga memiliki target waktu. Dengan adanya strategi komunikasi, pelaksana program akan dengan mudah melakukan perencanaan kegiatan pengembangan media. Apabila media-media komunikasi dibutuhkan pada saat yang bersamaan atau pun berdekatan, program harus yakin bahwa kegiatan pengembangan media dapat selesai pada saat yang telah dijadwalkan.

7. Produksi Dan Ujicoba Media

Pengembangan Media sebagai kegiatan teknis, harus dilakukan berdasarkan kepada acuan-acuan yang telah dikembangkan sebelumnya. Dalam tahap ini, semua hasil kegiatan pada tahap sebelumnya, dibutuhkan untuk pengembangan media.

Produksi dan Ujicoba Media adalah tahapan dimana suatu media dikembangkan mulai dari pengembangan pesan-pesan utama, pengembangan naskah, pengembangan visualisasi, penataan letak, ujicoba pencetakan dan penggandaan media dilakukan di dalamnya.

8. Penggunaan Media

Media yang telah selesai dikembangkan, akan sia-sia jika tidak digunakan sesuai dengan tujuan pengembangannya dan strategi komunikasi yang telah dikembangkan. Program harus dapat menjamin bahwa media yang telah dikembangkan digunakan sebagai peruntukannya, apabila menginginkan tercapainya tujuan komunikasi. Pengguna media biasanya

3








3








40

41

bukanlah orang-orang yang mengembangkan media. Karenanya, program perlu mengembangkan suatu panduan penggunaan media untuk menjamin berjalannya strategi komunikasi dan terjadinya komunikasi dengan menggunakan media itu sendiri.

9. Monitoring Dan Sistem Pengelolaan Informasi

Kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukan sesuai strategi komunikasi yang dikembangkan, belum tentu dapat mencapai tujuan komunikasi yang telah ditetapkan. Sedetil apapun dan secermat apapun perencanaan yang dikembangkan, selalu saja diperlukan adanya penyesuaian-penyesuaian. Untuk dapat menjamin tercapainya tujuan komunikasi, Program harus melakukan pemantauan atas kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukan sambil terus mengamati perubahan-perubahan yang terjadi. Adanya perubahan situasi, dapat saja mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kegiatan komunikasi. Tanpa adanya mekanisme pemantauan dan pengelolaan informasi, Program akan mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam waktu singkat. Program dituntut untuk dapat mengembangkan mekanisme pengelolaan informasi dan mekanisme pemantauan, agar penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di lapangan dapat diketahui sesegera mungkin untuk dapat dilakukan pengambilan keputusan penyesuaian.

10. Evaluasi Dan Analisa Masalah

Evaluasi merupakan kegiatan pengukuran secara sistematis yang dilakukan oleh Program, untuk menilai sejauhmana keberhasilan program dalam mencapai tujuannya. Evaluasi

3








413








42

secara keseluruhan juga akan mencakup evaluasi terhadap kajian di bidang kegiatan komunikasi. Dalam hal ini, biasanya pertanyaan-pertanyaan evaluasi diarahkan untuk mengetahui apakah kelompok sasaran/khalayak telah terjangkau oleh program; apakah terdapat perubahan pada kelompok sasaran/khalayak (pengetahuan, sikap atau pun perilaku); sejauhmana perubahan terjadi; mengapa terjadi atau tidak terjadi perubahan dan sebagainya.

Secara alami, program tidak akan mungkin memecahkan semua masalah yang ada pada suatu kelompok sasaran di suatu wilayah dalam satu waktu. Permasalahan yang belum terpecahkan akan dikaji ulang dan dicoba dicarikan jalan keluarnya. Jika permasalahan berhasil dipecahkan, akan muncul permasalahan lainnya yang menjadi penting untuk dipecahkan. Program akan bergerak maju, untuk memecahkan masalah-masalah berikutnya. Pada tahap ini, kegiatan evaluasi sebenarnya merupakan bagian dari kegiatan Analisa Program / Masalah (tahap pertama) untuk program berikutnya.

D. Latihan

1. Mengapa pemahaman tentang komunikasi yang efektif sangat

diperlukan bagi seorang Analis Kebijakan. Jelaskan ! 2. Jelaskan arti penting strategi komunikasi dalam upaya advokasi

kebijakan publik !

3








3








42

43

E. Rangkuman

Penguasaan materi komunikasi dalam organisasi serta strategi komunikasi didalam magang merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh analis kebijakan sebagai salah satu komponen dari kompetensi politis. Melalui magang yang dilakukan di satuan unit kerja yang bersangkutan, kemampuan untuk mempraktekan komunikasi secara efektif diperlukan dalam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tujuan yang akan dicapai oleh Analis Kebijakan dalam menjalankan tugasnya.

Komunikasi yang efektif, unsur-unsur, proses, jenis maupun model komunikasi dalam organisasi akan menjadikan prioritas bagi setiap aktor dalam organisasi untuk dapat mencapai tujuan yang maksimal. Siklus terjadinya komunikasi yang efektif beserta pemahaman akan hambatan-hambatan dalam komunikasi serta strategi komunikasi menjadi sebuah pengetahuan yang menjadi penting dalam artikulasi kepentingan Analis Kebijakan menjalankan fungsinya secara profesional.

3








433








44

BAB III

KARYA TULIS ILMIAH A. Indikator Hasil Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu : 1. menguraikan norma-norma dalam publikasi karya tulis ilmiah; 2. menghasilkan kerangka karya tulis ilmiah sesuai bidang kepakaran.

B. Hasil Kegiatan Analis Kebijakan

Analis Kebijakan (AK) memiliki salah satu peran untuk melakukan analisis kebijakan baik analisis untuk kebijakan, maupun analisis tentang kebijakan. Hasil analisis yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data dan mengolahnya menjadi informasi dan bukti-bukti (evidence) untuk membantu merumuskan rekomendasi kebijakan. Oleh karenanya seorang analis kebijakan perlu dibekali dengan kemampuan menulis dalam bentuk karya ilmiah sebagai salah satu cara untuk menyampaikan pengetahuan hasil analisisnya kepada para pembaca secara umum. Kemampuan tersebut harus disertai dengan kemampuan dalam mengidentifikasi suatu masalah atau isu yang sedang berkembang dan kemampuan dalam mengumpulkan data dan fakta, untuk menghasilkan sebuah hasil analisis yang mampu dijadikan referensi atau acuan bagi pengambil keputusan.

Karya ilmiah untuk Analis Kebijakan (AK) merupakan sebagian dari hasil kegiatan kajian dan analis kebijakan. Berdasarkan Peraturan Kepala LAN No. 14 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Kualitas Hasil Kegiatan Analis Kebijakan, hasil kegiatan kajian dan analis kebijakan dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan Kertas Kerja Kebijakan.

Adapun hasil kegiatan AK yang termasuk dalam unsur kajian dan analisis kebijakan diantaranya sebagai berikut :

3








3








44

45

1. Naskah Akademik RUU, NA Rancangan Peraturan Pemerintah, NA

Rancangan Peraturan Presiden, NA Rancangan Peraturan Menteri/Peraturan Lainnya, NA Raperda.

2. Buku referensi kebijakan 3. Policy paper

4. Monograf kebijakan 5. Policy brief

6. Laporan hasil pemantauan 7. Laporan hasil evaluasi 8. Artikel kebijakan 9. Makalah kebijakan 10. Telaahan staf 11. Bahan pidato/ceramah/presentasi 12. Memo kebijakan 13. Daftar konsultasi dan hasil konsultasi 14. Laporan advokasi kebijakan 15. Laporan diseminasi kebijakan 16. Modul diklat

Diantara hasil kegiatan tersebut, yang termasuk kedalam KTI

diantaranya sebagai berikut : 1. Policy brief

2. Policy paper

3. Makalah kebijakan 4. Artikel kebijakan

Kegiatan menulis merupakan salah satu proses dalam pembelajaran

di mana di dalamnya terdapat aktivitas mengorganisasikan gagasan secara sistematis dan mengungkapkannya dalam bentuk tertulis. Selain

3








453








46

itu dengan menulis, informasi dalam bentuk gambar atau grafis juga dapat dituangkan ke dalam bahasa tertulis yang bisa dipahami oleh orang lain.

Bentuk tulisan dapat dibedakan menjadi tulisan ilimiah dan tulisan non ilmiah. Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk kegiatan menulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau solusi secara sistematis, objektif dan jujur serta bahasanya pun baku dengan didukung oleh fakta, teori atau bukti-bukti empirik. Adapun tujuan dari karya ilmiah adalah memaparkan suatu hasil kajian oleh seorang penulis atau peneliti untuk menginformasikan sesuatu. Oleh karenanya suatu karya ilmiah biasanya mengangkat tema-tema baru (aktual), belum pernah dibahas oleh siapa pun, dan kalaupun pernah menjadi bahan kajian hal ini bertujuan untuk pengembangan tema sebelumnya.

Karya tulis ilmiah antara lain berasal dari hasil kajian atau riset kebijakan publik. Hasil dari kajian atau riset kebijakan publik yang diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah tersebut dewasa ini semakin berkembang dan memperkaya khasanah keilmuan. Dengan berkembangnya teknologi informasi, hasil kajian atau riset kebijakan publik bisa diakses dengan lebih mudah sehingga karya tulis di bidang kebijakan publik semakin berkembang.

Demikian halnya dengan kebijakan publik, permasalahan publik yang dihadapi senantiasa berkembang mengikuti perkembangan zaman sehingga menuntut adanya kebijakan baru yang bisa menjadi solusi terhadap permasalahan tersebut. Untuk menghasilkan solusi tersebut juga diperlukan suatu kajian dan penelitian yang mampu menghasilkan rekomendasi bagi pembuat keputusan. Perkembangan permasalahan publik dan kebijakan publik tersebut juga menjadikan perkembangan ilmu kebijakan publik semakin berkembang.

Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk Analis Kebijakan adalah sebuah tulisan cetak maupun non cetak yang dibuat oleh perseorangan atau

3








3








46

47

kelompok dan disusun secara sistematis, serta menawarkan solusi tertentu terhadap kondisi problematis tertentu. Sebagai karya tulis ilmiah, struktur dan format KTI setidaknya memenuhi unsur-unsur berikut: 1. Pendahuluan (Introduction), biasanya memuat latar belakang

perlunya penelitian dilakukan, apa yang menjadi pertanyaan penelitiannya, serta tujuan dari penelitian.

2. Metode (Method), meliputi bahasan mengenai kapan, di mana dan bagaimana penelitian dilakukan serta bahan apa saja yang dibutuhkan untuk penelitian tersebut.

3. Hasil (Result), memaparkan hasil penelitian, berisi jawaban atas pertanyaan penelitian, atau pembuktian atas hipotesa yang dirumuskan.

4. Analisis (Discussion), biasanya membahas mengapa penelitian itu begitu penting dilakukan setelah diketahui jawabannya, apakah ada penelitian sejenis yang bisa dibandingkan, apakah bisa dijadikan acuan untuk penelitian yang akan datang.

Selain harus memenuhi unsur-unsur di atas, suatu karya tulis ilmiah

secara umum biasanya memiliki susunan atau sistematika: 1. Judul 2. Nama dan alamat penulis 3. Abstrak 4. Pendahuluan 5. Tujuan 6. Metode 7. Hasil dan pembahasan 8. Simpulan 9. Daftar pustaka

3








473








48

Penjelasan secara lebih rinci dari jenis-jenis KTI bagi Analis Kebijakan akan diulas dalam bagian selanjutnya.

C. Karya Tulis Ilmiah Analis Kebijakan

.

1.1 Definisi dan Ruang Lingkup

Definisi policy brief antara lain disampaikan oleh Young and Quinn (2002) yang mengatakan bahwa “policy brief is a document

that outlines the rationale for choosing a particular policy alternative

or course of action in a current policy debate”. Dengan kata lain Policy brief adalah dokumen ringkas dan netral yang berfokus pada isu tertentu yang membutuhkan perhatian pengambil kebijakan, yang memaparkan alasan/rasional pemilihan alternatif kebijakan tertentu yang ada pada tataran perdebatan kebijakan.

Sementara itu, IDRC (International Development Research

Center, tanpa tahun) di Kanada mendefinisikan policy brief sebagai berikut: a. A short document that presents the findings and

recommendations of a research project to a non-specialized

audience;

b. A medium for exploring an issue and distilling lessons learned

from the research;

c. A vehicle for providing policy advice Dari definisi diatas terlihat bahwa penulisan policy brief

digunakan untuk menyampaikan saran rekomendasi kebijakan dari hasil riset kebijakan. Isinya pada umumnya lebih singkat dan disajikan dengan bahasa yang lebih umum. Policy brief berfungsi sebagai jembatan antara peneliti kebijakan atau analis kebijakan, dengan pengambil kebijakan.

3








3








48

49

Meskipun demikian, Policy brief dapat segera dibuat pada saat dibutuhkan, tanpa menunggu hasil riset selesai sehingga bisa disampaikan pada saat yang tepat. Policy brief sering disusun sebagai respon dari permintaan langsung pengambil kebijakan atau dari internal organisasi untuk mengadvokasikan pilihan tertentu yang ditawarkan dalam dokumen tersebut. Policy brief sebaiknya disampaikan pada saat yang tepat ketika berbagai informasi didalamnya sangat dibutuhkan dalam proses kebijakan.

Policy brief disusun guna mendukung pembuat kebijakan (pembuat keputusan) dengan berdasar informasi yang relevan (informed evidence-based) dan ditujukan pada organisasi-organisasi yang relevan (yang memiliki wewenang untuk membuat kebijakan/membuat keputusan). Policy brief disusun bagi pembaca yang memiliki waktu terbatas untuk mengambil keputusan-keputusan, sehingga kemasannya pun dibuat seringkas mungkin tanpa mengurangi esensi dari tujuan penyusunan tersebut. Dengan menggunakan policy brief penulis berupaya menjelaskan dan menyakinkan urgensi isu terkait, menyajikan rekomendasi kebijakan, dan juga memberikan bukti yang mendukung rekomendasi tersebut.

Policy brief memiliki dua tujuan utama yaitu sebagai media untuk eksplorasi dan advokasi. Policy brief sebagai media eksplorasi tidak hanya memberikan sebuah rekomendasi terpilih dan Policy Brief sebagai media advokasi memberikan pilihan terhadap sebuah solusi tertentu. Analisis penulis akan sangat menentukan saran penulis kepada decision maker untuk memilih opsi yang paling ‘tepat’ untuk dipilih.

3








493








50

Beberapa alasan mengapa policy brief dibutuhkan, antara lain:

a. Pemerintah membutuhkan informasi yang berkualitas sebagai basis kebijakan;

b. Ada banyak lembaga yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang penting dan relevan dengan kebijakan publik. Banyak dari lembaga tersebut yang sangat ingin meningkatkan kualitas kebijakan publik;

c. Pengambil kebijakan (policy maker) membutuhkan data dan informasi spesifik: yang singkat, mudah menangkap intisarinya;

d. Ditulis dalam bahasa yang non-teknis; e. Dari laporan yang fokus memuat implikasi dan

rekomendasi kebijakan. Selain alasan diatas, bentuk policy brief bayak digunakan dalam

menyampaikan rekomendasi kebijakan karena memiliki beberapa keunggulan. Berikut adalah perbedaan policy brief dengan policy

study dan policy memo: Tabel 3.1 Jenis dan Perbedaan antara lic rief lic

d dan lic e

Komponen Study Kebijakan

( lic d )

Makalah Kebijakan

Ringkas ( lic rief)

Memo Kebijakan

( lic e )

Audiens/ Kelompok Sasaran

Spesialis Kebijakan Pembuat Keputusan

Pembuat keputusan

Fokus Value-Driven: Rekomendasi umum dan analisis isu-isu kebijakan

Audience-Driven : Pesan kebijakan khusus untuk stakeholder

Audience – Driven : Pesan kebijakan untk stakeholder kunci

Konteks Isu Diseminasi dan debat mengenai hasil-hasil penelitian kebijakan

Digunakan untuk tujuan advokasi dan lobi atau eksplorasi

Digunakan untuk tujuan advokasi dan lobi

3








3








50

51

Metodologi Dapat memuat peneltian primer

Jarang memuat penelitian primer

Jarang memuat penelitian primer

Bahasa Sangat akademis dan teknis

Harus jelas Harus jelas

Panjang Kurang lebih 60 halaman

Antara 2 – 4 halaman

Kurang lebih 2 halaman

Sumber : diolah dari berbagai sumber

Dari perbedaan diatas, policy brief cenderung banyak digunakan dengan alasan sebagai berikut :

a. Pemerintah membutuhkan tersedianya dengan cepat informasi yang berkualitas sebagai basis kebijakannya;

b. Policy maker (pembuat kebijakan) membutuhkan data dan informasi yang spesifik serta singkat agar mudah ditangkap isinya.

1.2 Menyusun lic rief

Menurut Laura Ffrench (2014) terdapat beberapa langkah dalam menyusun policy brief diantaranya :

3








513








52

a. Merencanakan dan mengidentifikasi siapa yang akan menjadi audiens kita Dalam menulis sebuah policy brief, mengetahui siapa yang membaca dan membutuhkan tulisan kita adalah sesuatu yang sebaiknya diketahui penulis. Memahami siapa yang menjadi audiens juga adalah hal penting karena policy brief diperuntukkan untuk pembuat keputusan dan juga praktisi bukan untuk masyarakat umum maupun akademisi. Pembuat keputusan belum tentu orang yang ahli dalam issue atau masalah yang sedang diangkat, akan tetapi mereka lebih seperti memahami hal-hal yang mendasar tentang wilayah kajian atau permasalahan yang sedang diangkat. Oleh karenanya untuk mengetahui audiens tersebut, ada beberapa hal yang bisa dijadikan acuan diantaranya dengan menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut :

i. Apa yang menjadi tujuan dari penyusunan Policy Brief tersebut

ii. Apa yang diinginkan dari mereka (audiens) terhadap policy brief yang disusun.

b. Memulai untuk menulis policy brief Bagaimana membuat policy brief yang kita susun agar bisa diterima oleh orang lain. Sedangkan menurut Young dan Quin, terdapat 6 (enam

langkah) dalam membuat policy brief diantaranya : a. Masalah : teliti masalah yang akan diangkat, dengan menjawab

beberapa pertanyaan : apakah masalahnya umum atau spesifik? Seberapa umum atau spesifikah ?

b. Audience : carilah audien yang dengan pertimbangan yang serius, ringkasan harus menyesuaikan kebutuhan audien. Buatlah perbedaan yang fundamental untuk kerangka analisis

3








3








52

53

dan rekomendasinya. Perhatikan juga apakah audiennya adalah individual atau suatu organisasi.

c. Aktor atau pelaku atau pemeran : identifikasi aktor yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Ini merupakan langkah penting, dimulai dari analisa anda terhadap ketertarikan merek agar mampu terbentuk rekomendasi yang bijaksana. Mengidentifikasi aktor juga penting dalam menghasilkan penilaian yang baik terhadap konteks yang diangkat.

d. Menarik, setelah mengidentifikasi siapakah pemerannya, dibutuhkan juga analisa ketertarikannya. Apa yang membuat aktor tersebut tertarik? Aktor manakah yang hampir sama ketertarikannya dengan audiens? Dimana perbedaan ketertarikannya ? Bagaimana perbedaannya? Langkah ini penting bagi keduanya dalam konteks ringkasan dan kritik terhadap pilihan kebijakan atau rekomendasi kebijakan.

e. Rekomendasi, harus mencerminkan hasil analisis. Ingat berdasarkan masalah dan audiennya maka rekomendasi janganlah mencerminkan satu rekomendasi yang terbaik akan tetapi tawarkan kebijakan yang lebih bijak.

f. Caranya, langkah terakhir untuk memberi saran kepada audien adalah dengan cara “menjual” kebijakan kepada publik. Langkah akhir ini akan membantu audien membangun dukungan untuk mengimplementasikan kebijakan yang anda rekomendasikan. Terdapat beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam

membuat sebuah Policy Brief yaitu: a. Fokuskan pada satu topik, b. Jelaskan tujuan, c. Identifikasi fakta formal yang mendukung tujuan, d. Pisahkan fakta untuk informasi penting/utama,

3








533








54

e. Batasi tulisan

Menyusun sebuah policy brief bukan hanya membutuhkan kemampuan menulisnya saja, apalagi jika ini dilakukan oleh seorang analis kebijakan. Karena seorang Analis kebijakan harus memiliki 2 (dua) kemampuan diantaranya kemampuan analisis serta kemampuan politis. Ketika seorang analis kebijakan dituntut untuk bisa menulis policy brief, maka disanalah kemampuan analisis dilakukan. Ketika hasil dari policy brief tersebut harus “dijual” kepada para audiens yang membutuhkan, disanalah kemampuan politis seorang analis kebijakan dibuktikan. Oleh karenanya perlu kemampuan persuasi bagi seorang analis kebijakan guna “menjual” hasil tulisannya.

Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan penulis atau seorang analis kebijakan untuk bisa melakukan persuasi terhadap audiensnya atau pembacanya : a. Gunakan kekuatan persuasi, maksudnya yakinkan pembaca

bahwa policy brief tersebut merupakan rekomendasi yang baik terhadap issue yang diangkat. Salah satu cara meyakinkan adalah dengan menggunakan bahasa yang jelas, sederhana dan mudah dipahami. Usahakan untuk tidak menggunakan bahasa akademik ataupun jargon, buatlah judul dengan kalimat yang pendek dan jelas dengan paragraf yang pendek.

b. Mengetahui lebih awal tentang harapan audiens, apa yang diinginkan oleh audiens, kepentingan apa yang diharapkan oleh audiens.

c. Policy brief harus mampu menggambarkan urgensi situasi/issue yang diangkat/ditulis dalam artian bahwa issue yang diangkat sesuai dengan kondisi saat itu dan harus disegerakan untuk dicarikan solusinya

3








3








54

55

Mengingat policy brief banyak digunakan untuk menyampaikan rekomendasi kebijakan, maka penyusunannya perlu memperhatikan kualitasnya. Kualitas policy brief dapat dilihat beberapa dari komponen di dalamnya, antara lain : a. Berisi latar belakang yang jelas dan cukup, sehingga pembaca

dapat memahami konteks permasalahan dan substansi permasalahan secara tepat;

b. Meningkatkan keyakinan pembaca bahwa masalah publik tersebut harus segera diatasi;

c. Memberikan alternatif pilihan-pilihan kebijakan dan kemungkinan dampak dari pilihan-pilihan tersebut;

d. Memberikan bukti-bukti yang relevan untuk mendukung pilihan kebijakan;

e. Mendorong pembaca dari kalangan pengambil keputusan untuk bersemangat mengambil dan menetapkan keputusan. Penyusunan policy brief yang baik juga dikemukakan oleh Pusat

Pembinaan Analis Kebijakan, diantaranya memperhatikan hal-hal berikut : • Judul, sebaiknya

a. Menarik sehingga pembaca menjadi ingin mengetahui lebih lanjut.

b. Memunculkan minat baca c. Singkat dan jelas mendeskripsikan suatu masalah beserta

solusinya • Ringkasan Eksekutif, memaparkan beberapa hal berikut:

a. Faktor-faktor yang menjadi akar masalahnya, b. Mengapa masalah tersebut perlu/strategis c. Bagaimana solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut d. Siapa yang menjadi subyek dalam menyelesaikan masalah

tersebut 3








553








56

• Pendahuluan a. Terdiri dari beberapa kalimat ringkas akan tetapi menarik

minat untuk membaca keseluruhan b. Memuat topik yang akan dibahas c. Menyebutkan penting topik tersebut

• Deskripsi Masalah a. Spesifik langsung ke inti permasalahan b. Terukur/evidence based disertai bukti-bukti yang memadai c. Analis (apa, dimana, siapa, mengapa terjadi, dampak/efek)

• Rekomendasi a. Spesifik memberikan solusi terhadap permasalahan yang

diangkat b. Terukur, dalam arti solusi yang ditawarkan sesuai dengan

kemampuan stakeholders serta didukung oleh faktor-faktor yang ada.

c. Alternatif (disertai analisis singkat, metode penentuan/pemilihan dan gambaran singkat alternatif yang dipilih)

• Apendiks Jika diperlukan

• Daftar Pustaka Referensi utama Agar dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak secara lebih luas

sesuai dengan target audiensnya, policy brief dapat digunakan sebagai bahan presentasi dalam rapat, bahan konferensi pers atau bahan untuk mendukung pernyataan yang digunakan dalam interview media, diunggah sebagai informasi ke dalam website.

3








3








56

57

1.3 Contoh lic rief

Beberapa contoh penulisan policy brief dapat dilihat baik dari sumber internasional atau nasional. Berikut adalah contoh-contoh policy brief yang telah dipublikasikan dari berbagai sumber:

1.3.1 Internasional

www.southsouthnorth.com

3








573








58

1.3.2 Nasional

Contoh dari lembaga penelitian

https://www.ireyogya.org/mengembangkan-bumdesa-untuk-petani-sawit/

Contoh dari akademisi

http://cpps.ugm.ac.id/publication/mendorong-pelaksanaan-wajib-belajar-sembilan-tahun-di-jawa-barat/

Contoh dari lembaga

pemerintahan

pusaka.lan.go.id/km http://dkk.lan.go.id/wp-content/uploads/2016/12/PB-Strategi-Penataan-Kebijakan-Nasional-English-1.pdf

3








3








58

59

1. Policy Paper


Policy paper merupakan dokumen tertulis hasil penelitian yang berfokus pada isu kebijakan spesifik/tertentu yang menyajikan rekomendasi yang jelas kepada pembuat kebijakan (Perkalan No 14 Tahun 2016). Definisi lain tentang policy paper menurut lembaga penelitian smeru adalah instrument komunikasi yang didorong oleh nilai, berorientasi pada masalah, yang dirancang untuk membantu pengambilan keputusan (trainingadvokasi.smeru.or.id).

Perbedaannya dengan policy brief adalah policy paper lebih bersifat akademik dan sangat dibutuhkan oleh kalangan ilmiah yang sangat mementingkan soal logika dan argumentasi akademik. Berikut adalah perbedaan mendasar dan juga persamaan antara policy brief dan policy paper :

Tabel 3.2 Perbedaan dan Persamaan lic rief dan lic a er

Perbedaan Persamaan lic brief lic a er

Lebih singkat bahasanya, padat informasi.

Bersifat akademik, lebih komprehensif bahasanya

Berfokus pada isu spesifik tertentu dan berorientasi pada pemecahan masalah

3








593








60

S

Selain itu Policy paper disusun dengan beberapa tujuan sebagai

berikut : a. Membantu dalam mengindentifikasi masalah kebijakan; b. Membantu memahami isu yang sedang terjadi; c. Berimplikasi terhadap desain dan perilaku kebijakan.

Policy paper disusun untuk memenuhi kebutuhan pembuat keputusan yang membutuhkan data lengkap sebagai pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan. Pada dasarnya kegunaan hampir sama dengan policy brief, letak perbedaannya adalah pada format penulisan yang tidak seringkas policy brief.

Policy paper dapat memuat berbagai informasi berikut : a. Fakta

Memuat data dan informasi yang dapat diuji kebenarannya secara objektif dan memiliki sifat murni dan bebas nilai (value-free)

b. Interpretasi Merupakan penafsiran seseorang atas fakta tertentu. Interpretasi mungkin bersifat objektif, tetapi informasi mengenai sumbernya harus jelas karena mungkin banyak unsur subjektif.

Diperuntukkan bagi pembaca yang memiliki waktu terbatas namun dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

Diperuntukan bagi kalangan ilmiah yang sangat mementingkan soal logika dan argumentasi akademik.

Mengandung rekomendasi yang jelas serta saling melengkapi satu sama lain

3








3








60

61

c. Opini Adalah pendapat atau ekspresi seseorang atas suatu masalah. Opini sifatnya bebas dan merupakan sarana penting demokratisasi. Tetapi pembuat keputusan harus cermat dalam menggunakan opini karena sifatnya yang subjektif.

Berdasarkan hasil dari analis dan evaluasi dari beberapa contoh Policy paper, berikut adalah beberapa komponen umum yang ada dalam policy paper diantaranya : a. Judul.

Judul yang efektif dalam policy paper sebaiknya mampu menggambarkan permasalahan yang diangkat dalam policy

paper, sejelas mungkin, seringkas mungkin, dan menarik bagi pembaca untuk membaca lebih lanjut.

b. Daftar Isi Daftar isi dimaksudkan untuk membantu pembaca melihat isi dari policy paper. Sebaiknya daftar isi memuat hal-hal sebagai berikut : i. Daftar isi sebagai petunjuk, mengarahkan pembaca terhadap

keseluruhan isi dari policy paper ii. Membantu pembaca untuk melihat bagian dan hal yang

paling menarik bagi mereka. c. Abstrak/ Executive Summary

Terdapat perbedaan antara abstrak dengan executive summary yaitu abstrak lebih merupakan gambaran singkat sedangkan executive summary merupakan ringkasan dari keseluruhan isi policy paper. Sebuah executive summary isinya jauh lebih lengkap dibanding abstrak. Berikut merupakan struktur yang biasanya termuat dalam abstrak/executive summary, diantaranya :

3








613








62

i. Tujuan dari policy paper tersebut ii. Pengertian dan gambaran dari permasalahan yang

diangkat iii. Evaluasi dari alternatif kebijakan iv. Kesimpulan dan rekomendasi

d. Pendahuluan Dalam pendahuluan, pembaca disiapkan dengan konteks permasalahan yang dibahas, masalah kebijakannya serta kajiannya seperti apa. Namun secara umum dalam pendahuluan terdapat komponen-komponen sebagai berikut :

i. Konteks dari permasalahan kebijakan ii. Pengertian dari masalah kebijakan tersebut

iii. Tujuan dari pembahasan masalah tersebut iv. Metodologi dan waktu penelitian/kajian v. Roadmap dari paper tersebut.

e. Deskripsi Masalah Beberapa hal yang disajikan dalam suatu deskripsi masalah :

i. Harus menggambarkan bahwa masalah yang diangkat memang penting.

ii. Menyajikan masalah dalam konteksnya iii. Deskripsi masalah harus menjadi landasan dalam unsur

pilihan kebijakan yang terdapat dalam policy paper. Struktur dalam deskripsi masalah : • Mencakup latar belakang masalah • Masalah yang dibahas adalah isu kebijakan saat ini

f. Pilihan kebijakan/Policy Options i. Pilihan kebijakan dimaksudkan untuk memberikan

alternatif kebijakan yang paling diinginkan di antara pilihan kebijakan yang ada.

ii. Elemen yang terdapat dalam policy options, diantaranya :

3








3








62

63

• Kerangka analisis • Evaluasi dari alternatif kebijakan

g. Kesimpulan dan Rekomendasi Merupakan kesimpulan dari isi policy paper, biasanya dibagian ini dijelaskan juga keterbatasan kebijakan yang diusulkan dan berisi langkah-langkah yang harus diambil setelah kebijakan tersebut diimplementasikan.

h. Lampiran/Appendices i. Bibliography j. Catatan Akhir/Endnotes

Sedangkan model policy paper menurut Dunn, sebagaimana dikutip oleh Nugroho (2009), di dalamnya memuat komponen-komponen yang dapat dilihat di bawah ini.

3








633








64

Apabila analis kebijakan berhadapan dengan kendala waktu, maka disarankan untuk menggunakan model yang lebih ringkas, sebagai berikut:

Surat Pengiriman Ringkasan Eksekutif Bab I Latar Belakang Maslah

A. Deskripsi Situasi Masalah B. Hasil Sebelum Usaha Pemecahan Masalah

Bab II Lingkup dan Ragam Masalah A. Penilaian Kinerja Kebijakan Masa Lalu B. Pentingnya Situasi Masalah C. Kebutuhan untuk Analisis

Bab III Pernyataan Masalah A. Definisi Masalah B. Pelaku Utama C. Tujuan dan Sasaran D. Ukuran Efektivitas E. Solusi yang Tersedia

Bab IV Alternatif Kebijakan A. Deskripsi Alternatif B. Perbandingan Konsekuensi Kebijakan C. Dampak Ganda dan Eksternalitas D. Hambatan dan Fisibilitas Politik

Bab V Rekomendasi Kebijakan A. Kriteria Alternatif Rekomendasi B. Deskripsi Alternatif yang Dipilih C. Kerangka Strategi Implementasi D. Penyediaan Pemantauan dan Evaluasi E. Keterbatasan dan Konsekuensi yang Tidak Terantisipasi

Referensi Lampiran

3








3








64

65

Policy paper disusun dengan memiliki beberapa tujuan sebagai berikut : a. Membantu dalam mengindentifikasi masalah kebijakan; b. Membantu memahami isu yang sedang terjadi; c. Berimplikasi terhadap desain dan perilaku kebijakan.

2.2 Menyusun lic a er

Sebelum menyusun sebuah policy paper, hal pertama yang dilakukan adalah mendeskripsikan masalahnya terlebih dahulu. Dalam mendeskripsikan masalah ada beberapa gambaran yang harus diketahui diantaranya :

Ringkasan Eksekutif Bab I Analisis Situasi, yang berisi analisis tentang isu kebijakan,

dengan fokus pada alasan mengapa isu tersebut diangkat sebagai isu kebijakan, khususnya berkenaan dengan pembenaran terhadap isu tersebut. Pada bagian ini disampaikan tiga alternatif kebijakan yang dapat diambil.

Bab II Rekomendasi Pertama, yang berisi analisis tentang isu kebijakan terhadap rekomendasi pertama

Bab III Rekomendasi Kedua, yang berisi analisis tentang isu kebijakan terhadap rekomendasi kedua

Bab IV Rekomendasi Ketiga, yang berisi analisis tentang isu kebijakan terhadap rekomendasi ketiga

Bab V Matriks Antar-Rekomendasi, yang berisi perbandingan antar-rekomendasi

Bab VI Rekomendasi Terpilih dan Strategi Implementasi, berisi pilihan rekomedasi dan rekomendasi lanjutan apa yang harus dilakukan sebagai tindak lanjutnya

Bab VII Penutup, yang berisi kesimpulan dari naskah kebijakan

Lampiran

Data dan perhitungan

Simulasi kebijakan: Perumusan, Implementasi, Evaluasi

Kepustakaan

3








653








66

a. Deskripsi masalah meliputi pembahasan berbagai perspektif masalah, aktor, kondisi, penyebab, kendala, konflik, kepentingan dan nilai-nilai, peran dan tanggung jawab, hasil serta dampak;

b. Dalam deskripsi masalah, perlu meyakinkan pembaca bahwa masalah yang dibahas membutuhkan tindakan pemerintah;

c. Deskripsi masalah harus fokus dalam menguraikan dalamnya masalah bukan menguraikan masalah secara umum;

d. Dalam deskripsi masalah perlu dibangun kerangka kerja terkait pilihan kebijakan yang akan diikuti secara menyeluruh.

2 (dua) hal yang termasuk dalam deskripsi masalah diantaranya:

a. Latar belakang masalah

Biasanya dalam latar belakang dibahas tentang penyebab masalah, orang atau pihak yang terkena dampak masalah, masa lalu dari sebuah kebijakan, menggambarkan perlunya mengangkat masalah tersebut dalam policy paper.

b. Masalah kebijakan saat ini Biasanya yang dibahas adalah kondisi kebijakan saat sekarang dilihat dari berbagai sudut pandang seperti politik, sosial ekonomi, kelompok yang akan menerima dampaknya, kebijakan yang sekarang sedang dilaksanakan untuk menangani masalah yang mana, apakah hal tersebut berhasil atau gagal.

Setelah berhasil mendeskripsikan masalah apa yang akan dibahas dalam policy paper yang akan disusun, berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun policy paper :

3








3








66

67

aha a al dalam menyusun policy paper adalah menentukan judul atau fokus. Judul merupakan komponen pertama yang akan dibaca dan merupakan suatu kata yang mampu mengantarkan isi dari policy paper yang ditulis. Judul yang efektif sebaiknya merupakan kombinasi dari : a. Deskriptif b. Sejelas mungkin c. Sesingkat dan seringkas mungkin d. Menarik ketika dibaca

Menentukan judul yang efektif merupakan sesuatu yang sifatnya subjektif dalam arti tergantung dari ketertarikan audiens terhadap masalah yang diangkat.

aha berik n a adalah membuat pendahuluan. Pendahuluan dalam sebuah policy paper merupakan bangunan dasar yang akan diikuti oleh bagian lain policy paper. Dalam pendahuluan yang disajikan adalah konteks dan latar belakang yang didasari dengan hasil penelitian. Menyajikan latar belakang dan wawasan yang cukup akan menjadi pertimbangan bagi pembaca sebagai langkah awal agar isi tulisan dibaca. Pendahuluan memuat beberapa komponen sebagai berikut : a. Konteks permasalahan kebijakan b. Definisi dari permasalahan kebijakan c. Tujuan d. Metodologi dan batas waktunya e. Peta berpikir dari policy paper

aha elan n a adalah membuat pilihan kebijakan. Didalam tahapan ini penulis memberikan pilihan atau alternatif kebijakan sebagai solusi dalam permasalahan kebijakan. Pilihan kebijakan memuat kerangka analisis serta hasil dari evaluasi alternatif kebijakan.

3








673








68

aha elan n a membuat kesimpulan dan rekomendasi. Tahap ini tediri dari hasil sintesis dari masalah yang diangkat, penetapan dari rekomendasi kebijakan yang akan diberikan dan ucapan penutup.

2.2 Contoh lic a er

Contoh dari policy paper bisa didownload melalui beberapa link berikut:

3. Makalah


Makalah merupakan tulisan resmi tentang suatu topik yang dimaksudkan untuk mendapatkan pembahasan lebih lanjut, belum pernah dipublikasikan, mengandung unsur kekinian dan ilmiah (Perkalan No 14 Tahun 2016 tentang Juknis Penilaian Kualitas Hasil Kegiatan Analis Kebijakan). Pengertian lain, sebagaimana dikatakan oleh Anwar Hasnun dalam Didik Komaidi, menyebutkan pengertian makalah sebagai karya ilmiah, tetapi lebih khusus bila dibandingkan dengan karya tulis lainnya. Makalah lebih menfokuskan pada karya tulis yang dibacakan dimuka umum seperti diskusi kelas, diskusi kelompok, seminar atau lokakarya. Sedangkan Dalman (2011) memandang bahwa makalah merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah yang membahas sebuah

http://www.bappenas.go.id/files/5313/5228/1918/energy-sector-

part-3-gas-flaring-reduction__20110217185935__0.pdf

http://www.bappenas.go.id/files/4013/7637/9049/Manajemen_Penga

duan_Masyarakat_Dalam_Pelayanan_Publik.pdf

http://tcsc-indonesia.org/wp-content/uploads/2012/08/Industri-dan-

tembakau_rev100712.pdf

3








3








68

69

gagasan/topik yang telah ditentukan dan wajib menaati sistematika penulisan ilmiah.

Suatu tulisan bisa dikatakan sebagai makalah jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Akurat dan menyeluruh, artinya bahwa makalah tersebut menyajikan fakta dan gagasan secara akurat, dan membahas masalahnya secara lengkap dan tuntas.

Memiliki sumber informasi yang baik. Makalah yang baik mengakui sumbangan dari penulis yang lain yang karyanya pernah diterbitkan. Untuk semua fakta serta gagaan yang bukan merupakan hasil dari penulis maka dianggap sebuah kutipan. Hal ini juga menjadi dasar etika dalam penulisan suatu karya ilmiah.

Seimbang, artinya makalah tersebut membahas fakta, gagasan, dan sudut pandang masalah secara objektif dan seimbang. Bersikap kritis akan tetapi tidak memberikan kritik tanpa dasar dan menyerang kepada penulis lain.

Kreatif, bahwa makalah tersebut tidak hanya sekedar menyajikan fakta belaka atau fakta hasil karangan akan tetapi fakta yang disajikan adalah fakta yang ditata, dianalisis, dipadukan, dan digunakan sebagai dasar kesimpulan dengan cara yang inovatif, kreatif serta orisinil.

Secara teknis penulisannya harus benar, dalam arti ketika menulis sebuah makalah sebaiknya hindari kesalahan gaya bahasa, tata bahasa, tanda baca, penggunaan kata dan ejaan.

Bertata dengan baik, artinya makalah tersebut memiliki tujuan yang jelas, materi ditata secara logis, dengan kata-kata yang ilmiah yang baik.

3








693








70

3.2 Kegunaan Makalah

Menurut Soegandar (http://www.scrbd.com) dalam Dalman (2011) menyebutkan bahwa terdapat beberapa jenis makalah beserta kegunaannya, diantaranya : a. Makalah ilmiah, pada umumnya digunakan sebagai karya hasil

studi ilmiah yang berisi masalah dan pembahasan. Makalah ilmiah biasanya menyerupai laporan penelitian sederhana. Makalah ilmiah biasanya ditulis sebagai suatu saran pemecahan masalah secara ilmiah

b. Makalah kerja, pada umumnya dibacakan pada seminar makalah kerja, disampaikan dalam bentuk argumentasidalam suatu hasil penelitian atau kajian. Dalam makalah kerja biasanya terdapat asumsi atau hipotesis untuk menjawab masalah dan pada akhirnya menimbulkan diskusi.

c. Makalah kajian, dipakai untuk karya tulis ilmiah yang merupakan saran pemecahan suatu masalah yang kontroversial tanpa maksud untuk dibaca dalam suatu seminar. Secara umum ada 3 (tiga) komponen utama dalam makalah

diantaranya : a. Pendahuluan

Bagian pendahuluan terdapat beberapa sub komponen diantaranya logo dan judul dari makalah, kata pengantar, latar belakang masalah, rumusan masalah, serta tujuan penulisan makalah.

b. Isi Bagian isi biasanya terdiri dari tinjuan pustaka yang merupakan gambaran teori dari rumusan masalah yang sudah ditentukan. Selain tinjuan pustaka juga terdapat data dimana data ini merupakan bentuk dukungan berupa bukti kebenaran

3








3








70

71

dari isi makalah hasil dari pengamatan atau penelitian yang dilakukan.

c. Kesimpulan Didalam kesimpulan biasanya terdapat komponen netodologi penelitian yang digunakan, pembahasan, kesimpulan, serta kritik dan saran.

Ketiga komponen tersebut jika dijelaskan secara lebih spesifik adalah sebagai berikut :

a. Judul Judul harus spesifik, jelas, ringkas, informatif, menggugah rasa untuk dibaca, menggambarkan substansi atau isi dari tulisan serta mengandung unsur kata kunci. Judul harus menggambarkan isi makalah dengan tepat dan singkat tetapi jangan terlalu singkat sehingga maknanya terlalu umum.

b. Nama Penulis Nama yang ditulis adalah benar-benar nama yang memberi kontribusi terhadap tulisan. Penulisan nama tidak disertakan gelar. Nama penulis utama ditulis pada urutan awal. Penulis utama adalah yang paling banyak memberi masukan nyata pada teori atau praktek penelitian. Jika masukan penulis bernilai sama maka nama-nama ditulis berdasarkan urutan abjad. Dalam katalog perpustakaan serta indeks dan bibliografi makalah selalu diurut menurut nama akhir (nama keluarga) penulis pertama. Sebaiknya nama yang digunakan adalah nama resmi ketika memulai karir. Bagi wanita yang telah menikah harus menentukan apakah nama suaminya akan digunakan sebagai nama akhir atau tidak.

3








713








72

c. Abstrak dan Kata Kunci Merupakan gambaran dari isi KTI yang harus memuat : i. Permasalahan pokok yang dibahas;

ii. Metode yang digunakan; iii. Pernyataan singkat tentang kegiatan yang telah dilakukan.

Ada dua macam abstrak yaitu deskriptif dan informatif. Dalam penelitian biasanya yang digunakan adalah abstrak informatif yang merupakan uraian satu paragraf yang meringkas makalah secara keseluruhan. Dalam abstrak memuat tentang pertanyaan masalah yang diteliti, jangkuan dan tujuan dari penelitian, metode serta hasil dan implikasinya. Abstrak bukan kesimpulan ataupun pendahuluan, akan tetapi merupakan ringkasan dari setiap pokok utama dalam teks.

d. Pendahuluan Pendahuluan harus menjawab pertanyaan “apa” dan “mengapa”. Isinya harus mampu menarik perhatian pembaca, memberi jawaban mengapa masalah yang diangkat begitu penting dan menyatakan tujuan dari penelitian tersebut. Dalam pendahuluan sebaiknya memuat hal-hal : i. Menentukan cakupan dan sifat utama makalah

ii. Memberi tinjuan ringkas pada penelitian lain yang sudah ada iii. Menyatakan hipotesis (secara implisit atau eksplisit), tujuan

penelitian serta metodenya.

3








3








72

73

e. Bahan dan Metode Dalam bagian ini sebaiknya memuat hal-hal sebagai berikut : i. Berdasarkan karakteristik keilmuan yaitu rasional, empiris

atau sistematis dengan sasaran hasil penelitian yang mutakhir;

ii. Penjelasan mencakup bahan dan peralatan serta metode yang digunakan (alat analisis);

iii. Deskripsi atau uraian yang mengenai prosedur yang dilakukan;

iv. Penjelasan metode harus cukup terperinci. f. Hasil

Bagian hasil mengemukakan apa yang ditemukan dalam penelitian. Didalamnya harus jelas keterkaitan antara metode yang digunakan dengan hasilnya.

g. Pembahasan Hal-hal yang diungkapkan dalam bab pembahasan diantaranya: i. Arti hasil yang ditemukan harus dideskripsikan.

ii. Kesimpulan penelitian dikemukakan. h. Kesimpulan

Kesimpulan bukan merupakan tulisan ulang dari pembahasan dan juga bukan merupakan ringkasan. Melainkan penyampaian singkat dalam bentuk kalimat utuh atau dalam bentuk butir-butir kesimpulan secara berurutan.

i. Daftar Pustaka Disusun berdasarkan aturan lembaga penerbit. Sebaiknya isi tulisan tidak terlalu banyak kutipan dari tulisan sendiri. Sumber acuan sebaiknya berjumlah paling sedikit sepuluh. (Diolah dari berbagai sumber)

3








733








74

Sedangkan menurut Zaenuddin (2004) dalam Dalman (2012), format penulisan makalah secara umum terdiri dari bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Bagian awal makalah berisi : a. Lembar judul yang memuat judul makalah, nama penulis, nama

lembaga atau perguruan tinggi disertai untuk apa tujuan makalah ditulis serta tahun dibuatnya makalah.

b. Kata pengantar, berisi pernyataan penulis untuk menyerahkan tulisannya kepada pihak lain, biasanya berisi gambaran umum isi dari makalah

c. Daftar isi, yang merupakan kerangka tulisan yang terperinci yang dijadikan indeks

d. Daftar gambar, jika ada e. Daftar tabel, jika ada

Bagian inti makalah, yang berisi

a. Pendahuluan (gambaran umum, maksud dan tujuan, pendekatan, ruang lingkup, pengertian-pengertian serta tata urutan)

b. Permasalahan, merupakan masalah yang diangkat dalam makalah yang harus dipecahkan atau suatu kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan.

c. Pembahasan, merupakan isi dari makalah, berupa uraian yang relevan dengan ruang lingkup, uraian yang membahas pemecahan masalah dengan isi topik.

d. Kesimpulan dan saran, merupakan tulisan yang lebih sederhana dari isi makalah yang ditulis secara sistematik dan saran merupakan anjuran-anjuran yang sifatnya realistik guna perbaikan makalah tersebut.

3








3








74

75

e. Penutup, merupakan bab paling akhir dan ditulis secara singkat dan ringkas sebagai penegasan dari apa yang sudah ditulis dalam makalah.

Bagian akhir makalah, berisi :

a. Daftar pustaka yang merupakan sumber referensi yang digunakan dalam mendukung tulisan-tulisan yang ada dalam makalah

b. Lampiran-lampiran, atau disebut dengan apendiks biasanya berisi table-tabel atau gambar-gambar yang tidak tercantum dibagian inti makalah.

3.3 Menyusun Makalah

Menurut Ekosusilo (1991) dalam Dalman (2011), agar makalah dapat tersusun secara sistematis, maka ada hal-hal yang harus diperhatikan mulai dari pendahuluan hingga penutupan. Jika diprosentasekan maka pembagian porsi tiap bagian dalam suatu makalah adalah sebagai berikut pendahuluan (15%), permasalahan (5%), pembahasan (65%), kesimpulan dan saran (10%) serta penutup (5%).

Berikut adalah tahapan untuk bisa menyusun makalah yang baik:

a. Menyusun pola pikir, yang harus diperhatikan adalah mengenali persoalan, menentukan tujuan dan ruang lingkup serta menentukan kepada siapa makalah akan disajikan.

b. Pengumpulan bahan dan pengolahan data. Perhatikan bahan-bahan yang akan dijadikan referensi untuk mendukung argumentasi yang akan kita susun dalam makalah. Referensi ini

3








753








76

bisa kita peroleh melalui buku, majalah, surat kabar, bulletin, hasil penelitian, bahkan internet.

c. Penulisan makalah, disini harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : i. gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

ii. gunakan kalimat efektif yang mudah dipahami pembaca iii. uraian materi sebaiknya berkoherensi iv. pembahasan singkat, jelas, tegas dan jangan bertele-tele v. hindari kata-kata bombatis yang bisa mengaburkan isi

makalah.

4. Artikel Kebijakan


Beberapa definisi artikel salah satunya menurut Tjuk Swarsono dalam Toto Djuroto (2014) menyatakan bahwa artikel adalah karangan yang menampung gagasan dan opini penulis, bisa berupa gagasan murni atau memungut dari sumber lain, referensi, perpustakaan, pernyataan orang dan sebagainya. Karena artikel merupakan salah satu karya ilmiah, maka artikel mengharuskan penulis mencantumkan namanya secara lengkap sebagai tanggung jawab atas kebenaran tulisannya. Sedangkan definisi artikel menurut Dalman (2011) merupakan salah satu karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian dan hasil pemikiran atau kajian pustaka.

Definisi lain menyebutkan bahwa artikel kebijakan merupakan dokumen karya tulis (essay) tentang suatu topik atau masalah tertentu yang dimuat di majalah, surat kabar, atau media lain sejenis. Suatu artikel yang baik memiliki beberapa kriteria diantaranya :

3








3








76

77

a. Ditulis dengan baik, memiliki prosa yang jelas dan ringkas, serta ejaan dan tata bahasa yang benar;

b. Dapat dibuktikan melalui penelitian; c. Berisi daftar semua referensi (sumber informasi); d. Sebaiknya mengutip dari sumber terpercaya; e. Tidak mengandung riset asli; dan tidak mengandung

pelanggaran hak cipta atau plagiarisme. f. Luas dalam cakupannya terutama membahas aspek utama

topik; g. Netral maksudnya mewakili sudut pandang adil dan tanpa

prasangka editorial. h. Illustrasi, jika mungkin, dengan gambar: i. gambar ditandai dengan status hak cipta mereka, dan berlaku

penggunaan alasan-alasan yang adil yang disediakan untuk konten non-bebas; dan gambar yang relevan Adapun perbedaan antara makalah serta artikel kebijakan

diantaranya : Tabel 3.3 Perbedaan Makalah dan Artikel

Perbedaan Persamaan

Makalah Artikel

Merupakan tulisan ilmiah yang disajikan dalam forum atau pertemuan ilmiah

Merupakan bentuk yang lebih sederhana dari makalah biasanya diterbitkan pada suatu majalah berkala ilmiah

Sama-sama memiliki data yang berasal dari hasil kajian atau penelitian.

Bagi penerbit surat kabar atau majalah, artikel untuk

membedakan pemuatan antara berita (fakta) dan opini. Biasanya dalam penerbitan surat kabar ada kolom atau halaman khusus yang memuat artikel dengan tema tertentu. Dalam kolom atau halaman

3








773








78

ini pembaca diberi kesempatan untuk menyampaikan pandangan, gagasan serta argumentasi dari berita-berita atau situasi yang terjadi.

Sedangkan kegunaan artikel bagi pegawai atau pemangku jabatan fungsional tertentu seperti peneliti, analis kebijakan, dosen dan sebagainya adalah untuk memenuhi angka kredit dengan syarat yang sudah ditetapkan. Agar bisa dimuat atau dipublikasikan maka ada beberapa persyaratan yang bisa dipenuhi diantaranya: a. Tulisan harus orisinil b. Bersifat faktual dan aktual c. Mengandung unsur ilmiah popular, bukan ilmiah teknis d. Mengutamakan gagasan sendiri bukan merupakan rangkuman

pernyataan orang lain e. Isinya tidak menyinggung terutama terhadap SARA f. Menjaga kode etik mulai dari tidak mengandung paham

ideologi yang bertentangan, menyerang pribadi, menghina Negara, tidak melanggar kesusilaan. (sumber : diolah dari buku “menulis artikel dan karya ilmiah”)

Terdapat beberapa komponen yang ada dalam artikel

kebijakan, diantaranya : 1. Judul Artikel

Mencerminkan isi tulisan, jika ditulis dalam bahasa Inggris maka harus dicetak miring.

2. Nama dan alamat penulis Nama penulis ditulis tanpa gelar.

3. Abstrak/abstract a. Abstrak ditulis dalam satu paragraph dan ditulis dalam dua

Bahasa (Indonesia dan inggris).

3








3








78

79

b. Abstrak dalam Bahasa Indonesia paling banyak 250 kata sedangkan dalam Bahasa Inggris 200 kata.

c. Abstrak dalam Bahasa Inggris ditulis cetak miring (italic) sedangkan abstrak dalam Bahasa Indonesia tidak.

d. Kata “abstrak” atau “abstract” ditulis dengan huruf capital cetak tebal (bold)

4. Keywords (kata kunci) a. Kata kunci terdiri dari 3 (tiga) sampai 6 (enam) kata. b. Abstrak dalam Bahasa Indonesia diikuti dengan kata kunci

dalam Bahasa Indonesia dan abstrak Bahasa Inggris diikuti oleh Bahasa Inggris

c. Hanya istilah standar, nomenklatur ilmiah dan singkatam yang diterima yang harus digunakan.

5. Pendahuluan Pendahuluan menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan pentingnya penelitian, teori dan hipotesis (opsional), serta perspektif penulis. Dalam artikel sebaiknya hindari penjelasan detail mengenai landasan teori, pernyataan masalah, tujuan penelitian, dan sejenisnya.

6. Metode Kajian/Penelitian Metodologi menguraikan metode seleksi dan pengumpulan data, pengukuran dan definisi operasional variable dan metode analisis data.

7. Hasil dan Pembahasan Menjelaskan hasil analisis data kajian/penelitian berupa tabel, gambar, atau deskripsi hasil untuk penelitian deskriptif.

8. Kesimpulan Memuat simpulan hasil penelitian/kajian, temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitian, atau berupa intisari hasil pembahasan.

3








793








80

9. Daftar Pustaka Memuat sumber-sumber pustaka atau referensi yang dikutip di dalam penulisan artikel.

10. Lampiran/Ucapan Terima Kasih Dimasukkan jika perlu.

Rohmanto (2008:21) dalam Dalman (2011) menyatakan bahwa artikel berdasarkan cara penyampaiannya dan tingkat kesulitannya bisa dibagi menjadi 4 (empat) jenis diantaranya : a. Artikel Praktik yang isinya berupa petunjuk-petunjuk cara

membuat atau memperbaiki atau mengoperasikan sesuatu, terdapat urutan waktu, peristia dan tahapan-tahapan. Contohnya cara menggunakan hijab yang biasanya ada di majalah-majalah.

b. Artikel ringan biasanya mengangkat masalah-masalah ringan, tidak memerlukan pemahaman yang mendalam. Biasanya ada dalam rubrik-rubrik majalah remaja atau surat kabar.

c. Artikel halaman opini. Pada dasarnya semua artikel adalah opini, namaun artikel jenis ini biasanya ditempatkan di surat kabar atau majalah di halaman atau bagian khusus dan biasanya mengupas masalah akademis atau isu yang sedang berkembang.

d. Artikel analisis ahli, biasanya isinya lebih berat daripada artikel opini, dan ditulis oleh seorang yang berdisiplin ilmu sesuai dengan opini yang ditulisnya. Bahasa yang digunakannya pun lebih cenderung menggunakan bahasa ilmiah dibandingkan artikel lain yang menggunakan bahasa popular.

3








3








80

81

4.2 Menyusun Artikel Kebijakan :

Walaupun menulis sebuah artikel lebih ke menyampaikan gagasan akan tetapi beberapa langkah dalam menyusun sebuah artikel kebijakan berikut bisa dijadikan acuan, diantaranya : a. Menggali ide

Dalam menggali ide menggunakan alur pemikiran runtut dan sistematis. Isi artikel dapat berupa pandangan kita dalam memberikan solusi kebijakan terhadap suatu masalah tertentu.

b. Membuat kerangka tulisan secara detail Kerangka tulisan yang sederhana biasanya dimulai dari pendahuluan, pembahasan masalah, kesimpulan. Akan lebih baik jika dilengkapi dengan saran/rekomendasi kebijakan terhadap pihak-pihak yang terkait.

c. Mengumpulkan data, fakta, referensi dan bahan bacaan Berbagai referensi yang relevan akan mendukung terhadap opini kita. Opini yang tidak didasarkan kepada bukti yang kuat akan dapat menjerumuskan para pengambil kebijakan dalam mengambil keputusan sehingga salah dalam mengambil keputusan. Berbagai alternatif pemecahan masalah beserta implikasinya harus disertai dengan bukti pendukung yang kuat sehingga memudahkan para pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan.

d. Menulis dengan ekspresi bebas Menulis artikel mengikuti aliran keinginan kita, sehingga ide yang ada bisa dituangkan dengan mudah.

e. Editing Setelah artikel selesai ditulis sebaiknya dibaca ulang untuk meminimalisir kesalahan baik itu kesalahan dalam penulisan ataupun kesalahan dalam menggunakan data, menganalisis bahkan dalam membahasnya.

3








813








82

Dalam artikel untuk jurnal ilmiah bisa dibagi menjadi 2 (dua) yaitu artikel hasil penelitian dan artikel non penelitian yang berisi hasil pemikiran atau hasil kajian pustaka. Artikel hasil penelitian dikembangkan dengan urutan sebagai berikut : a. Judul artikel b. Nama penulis c. Abstrak dan kata kunci d. Pendahuluan e. Metode penelitian f. Hasil penelitian dan pembahasan g. Simpulan dan saran h. Daftar rujukan

Artikel hasil pemikiran atau kajian pustaka merupakan hasil pemikiran penulis tentang suatu permasalahan. Berikut adalah format artikel hasil pemikiran : a. Judul b. Nama penulis c. Abstrak dan kata kunci d. Pendahuluan e. Pembahasan f. Penutup g. Daftar rujukan

Pada dasarnya artikel bisa dalam bentuk penelitian atau non penelitian. Menurut Dwiloka (2005) dalam Dalman (2011) artikel hasil peneltian yang ditulis dalam bentuk artikel untuk kemudian diterbitkan dalam majalah ilmiah atau jurnal memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan yang ditulis dalam bentuk laporan teknik resmi.

3








3








82

83

Artikel non penelitian antara lain berupa artikel yang menelaah suatu teori, konsep atau prinsip, mengembangkan suatu model, mendeskripsikan fakta atau fenomena tertentu, menilai suatu produk dan sebagainya. Akibat banyaknya variasi tersebut maka cara penyajiannya pun bervariasi.

Ketentuan untuk penulisan artikel non penelitian pada dasarnya berlaku juga untuk penulisan makalah pendek. Penulisan artikel jenis ini menggunakan sistematika tanpa angka dan abjad. Artikel non penelitian memuat hal-hal yang sangat esensial, sehingga jumlah halamannya pun tidak banyak hanya sekitar 10-20 halaman.

D. Etika dan Publikasi KTI

Publikasi merupakan kegiatan akhir dari penyusunan karya ilmiah yang sudah sempurna. Publikasi merupakan bentuk sharing knowledge agar semua orang yang membacanya mampu menjadikan karya ilmiah tersebut sebagai referensi ataupun sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya atau penyusunan karya ilmiah berikutnya. Seorang analis kebijakan harus memiliki kemampuan dalam menyuarakan kajian kebijakan yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah kepada masyarakat banyak. Akan tetapi sebelum sebuah KTI terpublikasi tentu ada beberapa etika yang wajib dipenuhi oleh seorang penulis sehingga tulisan yang disusun bisa diterima dan menjadi referensi atau rujukan bagi tulisan berikutnya. Berikut adalah etika penulisan KTI yang harus diperhatikan : a. Penulis melakukan dan melaporkan hasil kajian dalam bentuk karya

tulis ilmiah yang sudah ditentukan secara bertanggung jawab, cermat dan seksama;

3








833








84

b. Penulis menyebarluaskan karya tulis ilmiahnya dalam bentuk tulisan ke khalayak sebagai ilmu pengetahuan dilakukan pertama kali, hanya sekali tidak berulang-ulang;

c. Penulis memberikan pengakuan melalui: i. Penyertaan sebagai penulis pendamping;

ii. Pengutipan atau pemikiran orang lain; iii. Pernyataan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah memberikan kontribusi terhadap karya ilmiahnya; d. Penulis harus menjunjung nilai kejujuran, menghindari upaya

plagiasi serta pemalsuan informasi yang dapat memberi dampak negatif baik bagi eksistensi analis kebijakan itu sendiri maupun terhadap ilmu pengetahuan Sebagai bentuk untuk menghindari upaya plagiasi, berikut beberapa teknik mengutip untuk dijadikan acuan dalam karya tulis ilmiah (http://library.petra.ac.id/files/APAdanMLAedisibaru.pdf) diantaranya: a) APA (American Psychological Association)

Gaya penulisan APA memiliki ciri-ciri sebagai berikut : i. Tanggal publikasi dituliskan setelah nama-nama

pengarang; ii. Referensi di dalam isi tulisan mengacu pada item

didalam daftar pustaka dengan cara menuliskan nama belakang (surname) pengarang diikuti tanggal penerbitan yang dituliskan diantara kurung.

iii. Urutan daftar pustaka adalah berdasarkan nama belakang pengarang.

iv. Daftar pustaka tidak dibagi-bagi menjadi bagian-bagian berdasarkan jenis pustaka, misalnya buku, jurnal dan sebagainya.

v. Judul referensi dituliskan secara italic (miring).

3








3








84

85

Aturan-aturan lain adalah :

i. Jika tanggal tidak ada maka gunakan n.d. ii. Jika nama pengarang tidak ada maka nama organisasi

bisa dituliskan sebagai pengarang iii. Jika pengarang sama sekali tidak ada maka awali

referensi dengan judul dokumen iv. Jika dokumen tersebut merupakan bagian dari situs web

yang besar maka sebutkan nama organisasi dan departemen yang bersangkutan diikuti karakter dan alamat situs.

b) MLA (Modern Language Association) MLA biasanya digunakan untuk penulisan paper dalam ilmu sosial. Contoh : i. Untuk buku : nama penulis ( ,ed). Judul buku. Kota.

Penerbit. Tahun Terbit. Media Publikasi ii. Untuk artikel : penulis. Judul. Issue (Tahun): Halaman. Media

Publikasi

c) AMA (American Medical Association) AMA Styles merupakan bentuk sitasi yang dikembangkan oleh American Medical Association (AMA). Gaya sitasi ini banyak digunakan untuk penulisan dalam bidang kesehatan, biologi dan kedokteran. Berbeda dengan model APA dan MLA, model AMA tidak menuliskan nama penulis secara ‘terbalik’ dan untuk kutipan teks menggunakan catatan kaki atau catatan akhir. Ciri AMA Styles adalah:

i. Semua item dalam daftar pustaka didaftar berdasarkan urutan numerik.

3








853








86

ii. Penulisan penulis ditulis nama belakang terlebih dahulu kemudian nama depan ditulis inisial saja dan tidak perlu menggunakan koma diantara nama belakang dan depan.

iii. Penggunaan spasi tunggal dalam daftar pustaka. iv. Contoh penulisannya Penulis. Judul. Tempat Terbit:

Penerbit, Tahun. d) Chicago Citation Style

Sistem penulisan daftar pustaka dengan gaya Chicago citation

style adalah Penulis (diawali dengan nama belakang). Judul. Tempat, Penerbit, Tahun.

e. Seluruh penulis harus bertanggung jawab terhadap keakuratan data dan segala kontribusinya baik bagi penulis utama maupun penulis pendamping serta penulis harus mampu menjelaskan kontribusinya masing-masing.

f. Sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis maka tulisan yang dihasilkan harus berwujud serta mampu diakses oleh pembaca demi pengembangan tulisan tersebut.

Jika etika penulisan KTI sudah dipenuhi, maka langkah selanjutnya adalah mempublikasikan hasil tulisan agar bisa diakses oleh siapapun yang membutuhkan. Berikut adalah bentuk publikasi yang bisa dilakukan oleh seorang AK diantaranya :

Jurnal, yang harus memenuhi syarat sebagai berikut : Memiliki International Standard Book Number (ISBN); Diterbitkan secara teratur dengan frekuensi 2 (dua) kali dalam

setahun; Memuat artikel utama tiap kali penerbitan berjumlah paling

sedikit lima.

3








3








86

87

E. Rangkuman

Dari beberapa hasil kegiatan analis kebijakan, yang termasuk kedalam karya tulis ilmiah bagi analis kebijakan terdiri dari policy brief, policy paper, makalah kebijakan serta artikel kebijakan. Keempatnya memiliki perbedaan yang cukup mendasar dan juga kegunaan yang berbeda-beda. KTI bagi analis kebijakan penting karena salah satu peran dari AK adalah memiliki kemampuan menulis dalam bentuk karya ilmiah sebagai salah satu cara untuk menyampaikan pengetahuan hasil analisisnya dalam hal kebijakan kepada para pembaca secara umum dan bagi pembuat keputusan secara khususnya. Dengan adanya penjelasan mengenai keempat jenis KTI tersebut, diharapkan analis kebijakan menghasilkan sebuah karya ilmiah yang mampu dijadikan referensi atau acuan bagi pembacanya atau bagi pembuat keputusan.

F. Latihan

1. Sebutkan hasil kegiatan analis kebijakan yang termasuk KTI beserta penjelasannya ?

2. Apa yang menjadi perbedaan mendasar antara policy brief dengan policy paper serta antara makalah kebijakan dengan artikel kebijakan ?

3. Sebutkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat policy brief yang baik ?

4. Apa saja kegunaan dari policy brief ? 5. Komponen apa saja yang harus ada dalam policy paper? 6. Sebutkan jenis-jenis makalah serta kegunaannya ? 7. Apa yang dimaksud dengan artikel kebijakan ? 8. Apa perbedaan antara artikel penelitian dan artikel non penelitian? 9. Dalam menyusun sebuah KTI perlu diperhatikan etikanya,

sebutkan!

3








873








88

10. Untuk menghindari plagiasi, ada beberapa teknik mengutip sebagai bentuk menghargai pendapat orang lain. sebutkan teknik mengutip yang anda ketahui ?

11. Agar hasil tulisan kita bisa dibaca orang lain dan memungkinkan untuk dijadikan acuan atau referensi bagi pembacanya, ada beberapa teknik publikasi yang bisa dilakukan, sebutkanlah!

3








3








88

89

BAB IV PRAKTEK KERJA ANALIS KEBIJAKAN

A. Indikator Hasil Belajar

1. Mampu memahami konsep pelaksanaan praktek kerja Analis Kebijakan

2. Mampu memahami dan menguraikan berbagai ruang lingkup dalam pelaksanaan praktek kerja Analis Kebijakan

B. Konsep Dasar Pelaksanaan Magang

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah dapat dilakukan melalui proses penggalian informasi dari hasil penelitian, pengalaman kerja, dan salah satunya melalui Praktek Kerja Analis Kebijakan (magang). Modul ini membahas mengenai informasi/pedoman menyusun Karya Tulis Ilmiah melalui metode magang.

Praktek Kerja bagi Analis Kebijakan adalah proses pembelajaran yang memadukan antara belajar dan bekerja/on job training (OJT) untuk mendapatkan pengetahuan secara praktis melalui pencermatan lingkungan stratejik dalam membuat rekomendasi kebijakan yang sesuai dengan bidang kepakaran Analis Kebijakan.

Magang dilakukan dalam rangka mengasah kemampuan analisis AK untuk mencermati isu-isu aktual/strategis terkait dengan informasi-informasi kebijakan yang menjadi isu-isu publik, dimana berdasarkan pencermatan tersebut AK dapat menentukan dan menetapkan fokus yang akan dipilih dan ditulis bahkan menjadi sebuah Karya Tulis Ilmiah.

C. Tujuan Magang

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan mampu menyusun policy paper berdasarkan bukti-bukti yang didapatkan selama magang.

3








893








90

D. Ruang Lingkup Magang

1. Syarat magang

Praktek Kerja wajib diikuti oleh seluruh peserta pelatihan AK lanjutan. Persyaratan mengikuti pelatihan AK lanjutan mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.

2. Mekanisme magang

a. Magang dilakukan setelah selesai mengikuti materi pengantar magang dan praktek penulisan policy Paper .

Di akhir program materi tersebut, peserta telah memilih fokus yang akan dilakukan saat magang dengan membuat sebuah proposal magang.

Peserta mengelola kegiatan magang dengan berkoordinasi dengan lokus magang. Magang dilakukan selama 3 (tiga) bulan.

Pada akhir magang, peserta akan mempresentasikan laporan magang berupa policy paper di kelas.

3. Lokus dan fokus magang

Magang dilakukan di instansi tempat kerja masing-masing peserta pelatihan (on job training) atau di instansi lain sesuai dengan fokus magang, dengan mentoring dari pimpinan masing-masing unit. Fokus dalam kegiatan magang ini adalah mencari isu strategis dan permasalahan strategis yang berkaitan dengan bidang kepakaran, dengan persetujuan atasan masing-masing.

4. Mentor dan Coach magang

Untuk membantu dan memberikan masukan selama pelaksanaan praktek kerja/magang, analis kebijakan akan dibimbing oleh :

3








3








90

91

a. Mentor

Mentor adalah atasan dari masing–masing peserta. Tugas Mentor adalah membantu peserta merumuskan fokus magang, memberikan bimbingan selama pelaksanaan magang, memberikan pengesahan pada laporan pelaksanaan magang.

. Coach

Coach adalah fasilitator yang ditugaskan melakukan bimbingan kepada peserta pelatihan selama pelaksanaan praktek kerja / magang. Tugas coach adalah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan magang dan penulisan policy paper secara terstruktur.

5. Output magang analis kebijakan dan bobot penilaian

Output dari magang adalah : Laporan pelaksanaan magang (30%)

Laporan pelaksanaan magang merupakan laporan yang dirangkum dari hasil kegiatan yang telah dilaksanakan analis kebijakan selama magang. Proporsi penilaian dari laporan ini adalah sebesar 30% dari nilai total.

. Policy paper (70%)

Policy paper adalah dokumen laporan magang berdasarkan fokus yang telah direncanakan sebelumnya dalam proposal magang. Policy paper ini akan diujikan dalam evaluasi akhir kegiatan magang. Proporsi penilaian policy paper ini sebesar 70% dari nilai total.

6. Durasi pelatihan praktek kerja analis kebijakan

Pelaksanaan pelatihan praktek kerja analis kebijakan ini dilaksanakan selama 60 JP, dengan masa OJT selama 3 bulan. Dimana sebelum pelaksanaan OJT, peserta akan diberikan pemahaman mengenai teknis

3








913








92

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan magang yang dilakukan. Untuk memperjelas tahapan yang perlu dilalui peserta pelatihan, berikut digambarkan sekuen pelaksanaan pelatihan magang Analis Kebijakan.

Gambar 4.1. Sekuen Kurikulum Pelatihan Praktek Kerja Analis Kebijakan

Pelaksanaan pelatihan praktek kerja analis kebijakan terdiri dari tiga

tahapan besar, antara lain:

1. Perceive

Pada tahap ini, peserta pelatihan akan diberikan pemahaman tentang konsep, tujuan magang hingga proses magang yang diawali dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan. Selain pemahaman tentang hal tersebut, pada tahapan ini peserta pelatihan akan dibekali dengan batasan, defnisi, format policy paper, dan praktek penulisan policy paper. Tahap perceive atau pemahaman akan dilaksanakan dengan metode pembelajaran klasikal, yaitu pembelajaran di kelas dengan perincian sebagai berikut:

3








3








92

93

2. Practice

Pada tahap ini, peserta akan melaksanakan magang dengan mekanisme on the job training (OJT). On the job training adalah suatu proses yang terorganisasi untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi baik politis maupun analisis seorang analis kebijakan. Dalam konteks pelatihan ini OJT adalah pelatihan dengan cara Analis Kebijakan akan ditempatkan dalam kondisi pekerjaan yang sebenarnya, dibawah bimbingan dan pengawasan dari atasan langsung tempat dimana seorang Analis Kebijakan bekerja. OJT dilaksanakan dalam kurun waktu selama 3 bulan, dalam kurun waktu tersebut, selain mencermati bagaimana isu-isu kebijakan dibahas dalam suatu organisasi, analis kebijakan juga harus menyusun sebuah laporan magang dan policy paper yang akan dipresentasikan dan diujikan pada akhir pelatihan selama kurun waktu ini, setiap analis kebijakan mendapatkan satu kali kesempatan melakukan coaching di dalam kelas.

6 JP

Pengantar praktek kerja AK

14 JP Praktek penulisan policy paper

10 JP

Coaching OJT (3 bulan)

3








933








94

3. Perform

Pada tahap ini peserta pelatihan akan dievaluasi melalui presentasi policy paper yang telah dibuat selama masa OJT. Nilai akhir evaluasi diperoleh dari nilai laporan magang sebesar 30% dan presentasi policy paper sebesar 70%. Evaluasi terhadap policy paper akan dilihat dari analisis/kejelasan argumen, kepatutan isi, dan penyusunan bahasa.

Berikut adalah tabel prosentase penilaian magang berdasarkan jenis pelaporan:

Tabel 4.1

Tabel Prosentase Penilaian Magang

Jenis pelaporan Prosentase Komponen

penilaian Prosentase

Laporan magang 30% Sikap perilaku 50% Kualitas laporan 50%

Policy paper 70% Analisis/kejelasan argumen

50%

Kepatutan isi 30% Penggunaan bahasa 20%

30 JP

Paparan dan evaluasi policy paper

3








3








94

95

E. Perencanaan Magang

1. Penentuan Fokus Magang

Fokus magang adalah pilihan masalah yang menjadi fokus Analis Kebijakan berdasarkan kepakaran yang bersangkutan dalam menyusun laporan dalam bentuk policy paper. Masalah dalam konteks kajian atau analisis kebijakan secara umum adalah sesuatu hal atau kejadian yang dijadikan kajian atau analisis kebijakan dengan mempertimbangkan beberapa hal dalam menentukan suatu masalah dalam kajian atau analisis kebijakan sehingga memperoleh jawaban yang diinginkan. Banyaknya masalah kajian atau analisis kebijakan yang sering ditemukan, seringkali membuat seorang Analis Kebijakan harus memilih masalah kajian atau analisis kebijakan yang paling layak diantara beberapa masalah tersebut. Hal yang penting dijadikan pegangan dalam memilih masalah kajian atau analisis kebijakan ini adalah bahwa keputusan dan penentuan terakhir adalah terletak pada Analis Kebijakan itu sendiri.

Untuk menentukan topik kajian atau penelitian, Narbuko dan Achmadi (2002) menyampaikan beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan oleh peneliti atau analis kebijakan yang bersangkutan berikut:

Borg menjelaskan bahwa dalam menentukan suatu masalah dalam penelitian memerlukan suatu pengertian yang mendalam dan imajinasi (Borg, 1983:72). Pemilihan masalah penelitian yang tepat adalah masalah bagaimana menanyakan pertanyaan yang baik yaitu pertanyaan yang sesuai dan penting dalam konteks bidang yang diteliti. Meskipun tidak

- “Apakah topik tersebut dapat dijangkaunya/ dikuasainya (managable topic)?” - “Apakah bahan-bahan/ data-data tersedia dengan cukup (obtainable data)?” - “Apakah topik tersebut penting untuk diteliti (significancy of topic)?” - “Apakah topik tersebut menarik untuk diteliti dan dikaji (interested topic)?”

3








953








96

ada seperangkat standar prosedur untuk memilih masalah penelitian, pertimbangan faktor-faktor khusus perlu diperhatikan. Masalah penelitian harus menarik baik dari segi peneliti maupun komunitas yang berkaitan dengan bidang tersebut (Wiersma.1986:29). Pendekatan ini dapat pula dilakukan untuk penelitian/kajian atau analisis kebijakan publik.

Dalam konteks pemilihan masalah dan penentuan fokus magang, penjelasan mengenai pencarian masalah penelitian, dapat menjadi rujukan dan gambaran tentang bagaimana menentukan focus magang. Secara umum dalam memilih dan menentukan fokus magang, salah satunya harus memenuhi unsur “novelty” atau kebaruan topik. Untuk memilih/menemukan suatu masalah yang spesifik menurut Borg (1983: 75-82) yang harus dilakukan yaitu:

melihat perkembangan iptek membaca jurnal terbaru melakukan revie literatur yang relevan diskusi dengan ahli mengamati lingkungan atau isu terkini yang berkembang di masyarakat

mencermati agenda nasional Ketika permasalahan sudah diperoleh dari penyaringan informasi,

maka fokus magang secara spesifik dapat ditentukan.

2. Membuat Proposal Magang

Proposal magang adalah rencana kerja yang terdiri dari semua unsur-unsur rencana pokok dalam kegiatan magang dan juga informasi secukupnya bagi pembaca untuk mengevaluasi kegiatan magang yang dilakukan. Dalam konteks ini, proposal magang yang dimaksud adalah dokumen rencana kegiatan magang dan rencana fokus (kebutuhan data dan informasi).

3








3








96

97

Proposal magang pada umumnya berisi tiga bagian, yaitu pengantar, analisa awal, dan penutup. Dalam pengantar atau latar belakang harus dimulai dengan sesuatu yang akan menarik perhatian pembaca, misalnya dengan memberikan data-data yang relevan dan menunjukkan urgensi dari fokus magang. Selain itu penting untuk mengajukan alasan-alasan yang menunjukkan adanya keingin-tahuan yang besar, tertarik dan ingin mengetahui/memahami topik tersebut. Selain itu jelaskan alasan-alasan mengapa perlu/ harus dilakukan. Untuk itu perlu dikemukakan jadwal atau rencana magang yang terstuktur yang akan dilakukan, serta kemukakan pula manfaat dari magang yang akan dilakukan. Secara sederhana dalam latar belakang magang perlu dijelaskan alur pikir yang jelas mengenai pemilihan lokus dan fokus magang, dimana hal tersebut dapat dirumuskan melalui pertanyaan berikut ini:

Dalam sebuah proposal, penting untuk merumuskan tujuan secara jelas, sehingga akan lebih mudah menjabarkan tujuan ini ke dalam variabel – variabel yang dapat diukur.

- What is the problem? - Why is it a problem? - Where? - Who has done what about research on this problem? - How?

PROPOSAL YANG DISUSUN

Specific Measurable Achievable Reasonable/Relevant Time (limit)

3








973








98

3. Sistematika Proposal Magang

Dalam proposal magang analis kebijakan, berikut adalah sistematika yang harus dipenuhi:

F. Laporan Magang 1. Sistematika Laporan Kegiatan Magang

Laporan akhir magang analis kebijakan adalah dokumen catatan kegiatan magang yang dihasilkan oleh peserta sebagai bentuk pertanggungjawaban atas magang yang telah dilakukan. Dalam laporan magang, berikut adalah sistematika yang harus dipenuhi.

SAMPUL MUKA LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Manfaat Tujuan Sasaran BAB II ANALISIS AWAL Deskripsi lokasi magang Rencana kegiatan (jadwal) BAB III PENUTUP DAFTAR PUSTAKA CURICULUM VITAE

3








3








98

99

2. Sistematika lic a er

Policy paper adalah salah satu jenis hasil kegiatan Analis Kebijakan yang brbentuk karya tulis ilmiah. Seperti yang telah dijelaskan dalam modul tentang Karya Tulis Ilmiah Analis Kebijakan, policy paper adalah merupakan dokumen tertulis hasil penelitian yang berfokus pada isu kebijakan spesifik/tertentu yang menyajikan rekomendasi yang jelas kepada pembuat kebijakan (Perkalan No 14 Tahun 2016).

Dalam konteks modul ini, policy paper merupakan salah satu output dari pelaporan magang analis kebijakan. Policy paper ini akan diujikan pada akhir pelatihan praktek kerja, sebagai komponen terbesar dari penilaian (70%), penilaian terhadap policy paper akan didasarkan pada beberapa indikator, antara lain:

SAMPUL MUKA LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Manfaat Tujuan Sasaran BAB II PELAKSANAAN MAGANG Deskripsi lokasi magang Stakeholder mapping Strategi komunikasi terhadap stakeholder Analisa isu strategis Lesson learn Judul Policy Brief BAB III PENUTUP Kesimpulan Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

3








993








100

Kejelasan argument Kepatutan isi Penggunaan Bahasa Jelas, ringkas

Untuk mempermudah penyusunan policy paper, dibawah ini adalah sistematika yang dapat dijadikan rujukan oleh analis kebijakan atau dapat melihat pembahasan sebelumnya pada Bab III Karya Tulis Ilmiah.

Ringkasan Eksekutif Bab I Latar Belakang Masalah

A. Deskripsi Situasi Masalah B. Hasil Sebelum Usaha Pemecahan Masalah

Bab II Lingkup dan Ragam Masalah A. Penilaian Kinerja Kebiajkan Masa Lalu B. Pentingnya Situasi Masalah C. Kebutuhan untuk Analisis

Bab III Pernyataan Masalah A. Definisi Masalah B. Pelaku Utama C. Tujuan dan Sasaran D. Ukuran Efektivitas E. Solusi yang Tersedia

3








3








100

101

G. Latihan

Buatlah proposal magang berdasarkan fokus yang akan dijadikan topik penulisan policy paper !

H. RANGKUMAN

Pelatihan Praktek kerja Analis Kebijakan merupakan salah satu upaya memberikan proses pembelajaran dimana peserta langsung berpraktek di tempat kerja, sekaligus belajar untuk melakukan pencermatan terhadap lingkungan terhadap isu-isu kebijakan publik yang berkembang.

Diharapkan dengan praktek dan proses yang terjadi memberikan sensitivitas terhadap peserta mengembangkan potensi diri selaku analis kebijakan dalam menimbulkan kemampuan menganalisis, menulis dan membangun komunikasi terhadap lingkungan dan stakeholder terkait. Hal ini tentunya akan menjadikan arena pembelajaran yang sangat efektif dan praktis mencermati permasalahan-permasalahan kebijakan publik yang kerap kali memerlukan ketajaman cara berpikir terhadap alaternatif-alternatif dan solusi pemecahan masalah yang dihadapi.

Bab IV Alternatif Kebijakan A. Deskripsi Alternatif B. Perbandingan Konsekuensi Kebijakan C. Dampak Ganda dan Eksternalitas D. Hambatan dan Fisibilitas Politik

Bab V Rekomendasi Kebijakan A. Kriteria Alternatif Rekomendasi B. Deskripsi Alternatif yang Dipilih C. Kerangka Strategi Impelementasi D. Penyediaan Pemantauan dan Evaluasi E. Keterbatasan dan Konsekuensi yang Tidak Terantisipasi

Referensi Lampiran

3








1013








102

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Diharapkan setelah peserta mempelajari modul ini maka serangkaian pengalaman belajar akan diperoleh peserta diantaranya :

1. Penguasaan materi komunikasi dalam organisasi serta strategi komunikasi merupakan salah satu kompetensi yang perlu dimiliki oleh analis kebijakan sebagai salah satu komponen dari kompetensi politis. Melalui magang yang dilakukan di satuan unit kerja yang bersangkutan, kemampuan untuk mempraktekkan komunikasi secara efektif diperlukan dalam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tujuan yang akan dicapai oleh Analis Kebijakan dalam menjalankan tugasnya.

2. Disamping kemampuan politis, kemampuan untuk melakukan analisis secara mendalam dengan menuangkan hasil pemikirannya ke dalam sebuah tulisan, dalam sebuah sistematika berpikir yang logis diperlukan penguasaan pengetahuan penulisan karya tulis ilmiah yang baik. Karya Tulis Ilmiah yang didasarkan atas kepakarannya, serta kemampuan untuk mempublikasikannya merupakan kompetensi analisis yang harus dikuasai sehingga mampu memberikan rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil kajian atau penelitian.

3. Melalui magang diharapkan dengan praktek dan proses yang terjadi memberikan sensitivitas terhadap peserta mengembangkan potensi diri selaku Analis Kebijakan untuk meningkatkan kemampuan menganalisis, menulis dan membangun komunikasi terhadap lingkungan dan stakeholder terkait. Hal ini tentunya akan menjadikan arena pembelajaran yang sangat efektif dan praktis mencermati permasalahan-permasalahan kebijakan publik yang kerap kali memerlukan ketajaman cara berpikir terhadap alaternatif-alternatif dan solusi pemecahan masalah yang dihadapi.

3








3








102

103

B. Tindak Lanjut

Kemampuan analis kebijakan dalam hal berkomunikasi baik melalui tulisan dalam bentuk karya tulis ilmiah berbasis kepakaran maupun lisan yang dilakukan melalui praktek kerja analis kebijakan di lokus tertentu akan meningkatkan kompetensi baik analisis maupun politis. Dinamika yang sangat tinggi dalam lingkungan kebijakan publik menuntut sosok analis kebijakan untuk secara terus menerus mengasah kemampuan dan kompetensi yang dimiliki, agar dapat menanggapi dan merespon fenomena-fenomena kebijakan publik yang terjadi dan sedang berlangsung dengan cepat.

3








1033








104

DAFTAR PUSTAKA ------------. (2014). Pedoman Penulis Jurnal Standarisasi. ------------. (2015). Modul pelatihan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan.

Jakarta. LAN -----------. (2016). Panduan Gaya Penulisan Sitiran Karya Ilmiah. Perpustakaan

Universitas Gadjah Mada Abizar. (1988). Komunikasi Organisasi. Jakarta: LPTK Dirjen Dikti Depdikbud Addriadi, Irfan. (2013). “Cara Memformulasikan masalah penelitian” . Arifin. Anwar. (1994). Strategi Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas.

Bandung: ARMICO Berelson dan G.A. Steiner. (1964). Human Behaviour an Inventory of Scientific

Finding. New York: Harcurt 721 P Borg, W.R dan Gall, M.D (1983). Educational Research an Introduction. New

York: Longman Dalman. (2012). Menulis Karya Ilmiah. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Dennis. Mc Quail dan Windahl. Sven. (1985). Model – Model Komunikasi. Uni

Primas, Jakarta Djuroto, Totok dan Suprijadi, Bambang. (2002). Menulis Artikel dan Karya

Ilmiah. Bandung.PT. Remaja Rosda Karya. Effendi, Onong Uchjana. (1993). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.

Bandung.PT. Citra Aditya Bakti. Effendy, Onong Uchjana. (2009). Komunikasi teori dan praktek. Bandung. PT

Remaja Rosdakarya. Effendy, Uchjana Onong. (2004). Ilmu Komunikasi Teori dan Prkatek. Bandung.

PT. Remaja Rosdakarya. Emmy F.G. dan Yoyon B.I. (1997). Pengembangan Sistem Komunikasi

Organisasi. Bandung. Laboratorium Pengembangan Manajemen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP.

3








3








104

105

FPDL - Partners for Local Development Foundation, What Is Interpersonal

Communication?, Rumania French, Laura. (2014). How to Plan, write, and communicate an effective policy

brief: Three Step to Success, Research to Action. Policy Brief Week Gibson, et.al. (1997). Organisasi dan manajemen (perilaku – struktur– proses)

edisi bahasa Indonesia. Jakarta. Erlangga. Goldhaber, Gerald M. (1986). Organizational Communication. Erlangga, Jakarta Hovland, C.I Janis, I.L, & Kelley H. H. (1953). Communication and Persuasion

Psychological Studies of Opinion Change. New Haven. CT: Yale University Press

IDRC , How to Write Policy Brief, International Development Research Center,Kanada, diunduh dari https://www.idrc.ca/sites/default/files/idrcpolicybrieftoolkit.pdf

Komaidi, Didik.(2007). Aku Bisa Menulis. Jakarta.Sabda Koontz, Harold. Et. All. (1989). Intisari Manajemen, Penerjemah Drs. A Hasyim.

Jakarta: Bina Aksara Kotler, Philip. (2000). Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jakarta.

Prehallindo. Laswell, Harold. (1948). The Structure and Function of Communication in

Society. Harper Mc Quaill, Denis. (1987). Teori Komunikasi Massa ed. 2. Jakarta: Erlangga Miftah, Thoha. (2004). Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya.

Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mottet, Timothy P., Vogl-Bauer, Sally L., and Ho, Marian L. (2012). Your

Interpersonal Communication, edisi ke-1. Pearson, USA

Narbuko, Cholid dan Achmadi Abu. (2007). Metodologi Pennelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Nugroho, Rian. (2009). Public Policy. Bandung: Elexmedia Komputindo

3








1053








106

Pace, R. Wayne & Faules. Don F. (2001). Komunikasi Organisasi: Strategi

Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Terjemahan: Deddy Mulyana, MA., Ph.D. Remaja Rosda Karya. Bandung

Quinn. (1992). Kampanye PR Kiat dan Strategi, edisi revisi (Ruslan, 2002) Ruslan. Rosady, SH. (2002). Kampanye Public Relation: Kiat dan Strategi. Raja

Grafindo Persada. Jakarta Sahut, Suyatno. (2011). “Pengertian Masalah dan Jenis Masalah” Scott, W.G. dan T.R. Mitchell. (1960). Organization Theory: A Structural and

Behavioral Analysis. Homewood: Richard D. Irwin, Inc. Tubbs, L. Stewart, dan Syilvia Moss. (1996). Human Communication: Konteks-

konteks Komunikasi, alih Bahasa: Deddy Mulyana. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Wahyudi Komorotomo, Membuat Makalah Kebijakan (Policy Paper) dan

Risalah Kebijakan (Policy Brief) yang Efektif. (2013). Lokakarya Policy Paper, LIPI.

Wexley, K. et.all. (1992). Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta. Rineka Cipta.

Wexley, Kenneth. and Gary Yukl. (1992). Perilaku Organisasi dan Psikologi

Personalia. Jakarta. Rineka Cipta. Wiersma, William. (1986). Research Methods in Education: an Introduction.

Boston: Allyn and Bacon, inc Wiggin dan Bernsten; (1979) p 6-7, Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian Bogor (Makalah dan seminar) Wood, Julia T. (2010). Interpersonal Communication: Everyday Encounters,

edisi ke-6. Wadsworth,Cengage Learning, Boston, USA. Young, Eoin and Lisa Quinn. (2002). Writing Effective Public Policy Paper : A

Guide for Policy Advisers in Central and Eastern Europe, Budapest: Open Society Institute and Local Government Public Service Reform.

3








3








106

107

Referensi Online

https://aliyahnuraini.wordpress.com/2009/03/24/arah-komunikasi-dalam-

organisasi-horizontal-diagonal-upward-downward/comment-page-2

http://antoniusiwansblog.blogspot.co.id/2015/01/6-unsur-penting-dalam-proses-komunikasi.html

http://cpps.ugm.ac.id/publication/mendorong-pelaksanaan-wajib-belajar-sembilan-tahun-di-jawa-barat/

http://dkk.lan.go.id/wp-content/uploads/2016/12/PB-Strategi-Penataan-Kebijakan-Nasional-English-1.pdf

http://en.wikipedia.org/wiki/IMRAD

http://illsionst.blogspot.co.id/2011/04/10-langkah-strategi-komunikasi.

https://www.ireyogya.org/mengembangkan-bumdesa-untuk-petani-sawit/

http://kampuskomunikasi.blogspot.co.id/2008/06/strategi komunikasi.html

http://kuliahmeyga.blogspot.co.id/2010/10/pengantar-ilmu-komunikasi.

https://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi

http://mpuskomunikasi.blogspot.co.id2008/06/strategikomunikasi.

https://muhammadsultonikomunikasiinternalrabu.wordpress.com

http://tcsc-indonesia.org/wp-content/uploads/2012/08/Industri-dan-tembakau_rev100712.pdf

https://www-cdn.law.stanford.edu/ilp-content/uploads/2015/04/write papers guidelines.pdf

http://www.bappenas.go.id/files/5313/5228/1918/energy-sector-part-3-gas-flaring-reduction__20110217185935__0.pdf

http://www.bappenas.go.id/files/4013/7637/9049/Manajemen_Pengaduan_Masyarakat_Dalam_Pelayanan_Publik.pdf

http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-organisasi-menurut-ahli

https://www.pepnet.org/........./Philippines/CBMS_forms/Guidelines_for_W riting_a_Policy_Brief.pdf

htttp://www.slideshare.net/triwidodoutomo/merancang-policy-brief 3








1073








108

(bahan ajar diklatpim Tk I)

http://www.slideshare.net/rusmanik/sekelumit tentang penyusunan policy brief

www.southsouthnorth.com

pusaka.lan.go.d/km

Referensi Peraturan Perundangan

Peraturan Bersama Kepala LAN dan Kepala BKN No 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No 45 tahun 2013

tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Angka Kreditnya. Peraturan Kepala LIPI No 04/E/2012 tentang Pedoman Karya Tulis Ilmiah

Perkalan No 14 tahun 2016 tentang Juknis Penilaian Kualitas Hasil Kegiatan

Analis Kebijakan

Perkalan No 14 tahun 2016 tentang Juknis Penilaian Kualitas Hasil Kegiatan

Analis Kebijakan

Perkalan No 9 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

bagi Widyaiswara

Perkalan No 9 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

bagi Widyaiswara

Permenpan No 45 tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan

dan Angka Kreditnya

3








3








108

109

DAFTAR ISTILAH

Komunikasi dalam Organisasi proses dimana seseorang berusaha untuk memberikan pengertian atau pesan diantara unit-unit komunikasiyang merupakan bagian dari suatu organisasi tersebut.

Komunikasi proses yang berlangsung dimana terjadi penyampaian pesan-pesan verbal maupun nonverbal yang berasal dari sumber (komunikator) kepada lawan bicara atau khalayak dengan menggunakan media tertentu atau pun secara langsung untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Komunikator pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam proses komunikasi

Sarana Komunikasi/ hannel media yang digunakan sebagai penyalur pesan dalam proses komunikasi.

Komunikan penerima pesan atau berita yang disampaikan oleh komunikator.

Umpan Balik jawaban komunikan atas pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Dampak Efek perbedaan yang dialami oleh komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan.

Proses Komunikasi Bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya.

Komunikasi yang Efektif Komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain.

Komunikasi Internal suatu proses penyampaian pesan baik berupa pikiran, ide/gagasan seseorang kepada orang lain/kelompok yang

3








1093








110

efektivitasnya dapat terlihat dari ketepatan penggunaan media, tercapainya tujuan, adanya umpan balik serta kejelasan isi dari komunikasi tersebut sehingga pesan tersebut dapat diterima dengan efektif dalam rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan.

Komunikasi Vertikal komunikasi yang dilakukan dari pimpinan kepada bawahan, juga sebaliknya dari bawahan kepada pimpinan.

n ard nica i n komunikasi yang dilakukan dari pengelola tingkat atas ke level bawah dalam sebuah organisasi.

ard nica i n komunikasi yang dilakukan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.

Komunikasi horizontal komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer.

Komunikasi diagonal komunikasi yang berlangsung dari satu pihak kepada pihak lain dalam posisi yang berbeda, dimana kedua pihak tidak berada pada jalur struktur yang sama.

Karya Ilmiah bentuk kegiatan menulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau solusi secara sistematis, objektif dan jujur serta bahasanya pun baku dengan didukung oleh fakta, teori atau bukti-bukti empirik.

Karya Tulis Ilmiah (KTI) sebuah tulisan cetak maupun non cetak yang dibuat oleh perseorangan atau kelompok dan disusun secara sistematis, serta menawarkan solusi tertentu terhadap kondisi problematis tertentu.

lic rief dokumen ringkas dan netral yang berfokus pada isu tertentu yang membutuhkan perhatian pengambil

3








3








110

111

kebijakan, yang memaparkan alasan/rasional pemilihan alternatif kebijakan tertentu yang ada pada tataran perdebatan kebijakan.

lic a er dokumen tertulis hasil penelitian yang berfokus pada isu kebijakan spesifik/tertentu yang menyajikan rekomendasi yang jelas kepada pembuat kebijakan

Fakta Memuat data dan informasi yang dapat diuji kebenarannya secara objektif dan memiliki sifat murni dan bebas nilai (value-free)

Interpretasi Merupakan penafsiran seseorang atas fakta tertentu.

Opini pendapat atau ekspresi seseorang atas suatu masalah. Opini sifatnya bebas dan merupakan sarana penting demokratisasi. Tetapi pembuat keputusan harus cermat dalam menggunakan opini karena sifatnya yang subjektif.

Makalah tulisan resmi tentang suatu topik yang dimaksudkan untuk mendapatkan pembahasan lebih lanjut, belum pernah dipublikasikan, mengandung unsur kekinian dan ilmiah

Artikel karangan yang menampung gagasan dan opini penulis, bisa berupa gagasan murni atau memungut dari sumber lain, referensi, perpustakaan, pernyataan orang dan sebagainya.

Artikel kebijakan dokumen karya tulis (essay) tentang suatu topik atau masalah tertentu yang dimuat di majalah, surat kabar, atau media lain sejenis

Publikasi bentuk sharing knowledge agar semua orang yang membacanya mampu menjadikan karya ilmiah tersebut

3








1113








112

sebagai referensi ataupun sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya atau penyusunan karya ilmiah berikutnya.

Praktek Kerja bagi Analis Kebijakan

proses pembelajaran yang memadukan antara belajar dan bekerja/on job training (OJT) untuk mendapatkan pengetahuan secara praktis melalui pencermatan lingkungan stratejik dalam membuat rekomendasi kebijakan yang berbentuk KTI yang sesuai dengan bidang kepakaran Analis Kebijakan.

n he b rainin suatu proses yang terorganisasi untuk meningkatkan keterampilan,pengetahuan, dan kompetensi baik politis maupun analisis seorang analis kebijakan. Dalam konteks pelatihan ini OJT adalah pelatihan dengan cara analis kebijakan akan ditempatkan dalam kondisi pekerjaan yang sebenarnya, dibawah bimbingan dan pengawasan dari atasan langsung tempat dimana seorang analis kebijakan bekerja

Proposal magang rencana kerja yang terdiri dari semua unsur-unsur rencana pokok dalam kegiatan magang dan juga informasi secukupnya bagi pembaca untuk mengevaluasi kegiatan magang yang dilakukan.

Laporan akhir magang analis kebijakan

dokumen catatan kegiatan magang yang dihasilkan oleh peserta sebagai bentuk pertanggungjawaban atas magang yang telah dilakukan.

3








3








112

3.1 Jenis dan Perbedaan antara Policy Brief,...

Documents

Transcript of 3.1 Jenis dan Perbedaan antara Policy Brief,...