30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

21
 PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH ( Character Education In School ) Sebuah Usulan Gagasan : PENGEMBANGAN MODEL KONTRAK BELAJAR DENGAN PELIBATAN MASYARAKAT UNTUK PENGUATAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS Oleh Triman Juniarso Email : [email protected] A. Latar Bel akang Maraknya konf li k hori zont al yang di pi cu ol eh unsur-unsur Suku, Agama, Ras, dan Ad at (SARA) , perkelahian warga antar kampung, per ke la hia n anta r sis wa dalam satu se kol ah atau antar sek ola h, per kelahaian antar mahasiswa dalam sat u kampus dan antar kampus, perilaku tak terpuji berupa keinginan mencapai tujuan dengan menghalalkan seg ala car a, ting ginya tingka t kor ups i, ren dah nya pro duk tivitas pek erj a (termasuk pegawai negeri), dan masih banyak lainnya menunjukkan bahwa karakter masyarakat Indonesia belum kuat. Doni Koesoema A (2007:286) menyebut dengan tegas dunia pendidikan Indonesia selama bertahun-tahun mengalami penyakit kronis yang bahkan mengancam jiwa orang lain dan siswa sendiri. Penyakit itu adalah tawuran antar pelajar, kekerasan, dan tindak ke ja hatan. Av ip Saef ullah (2 003) malah me ny ebut lembag a pendidikan Indonesia telah gagal membangun karakter bangsa. Apabila hal- hal tersebut tidak diperhatikan dan diselesaikan dengan sungguh-sungguh maka masa depan bangsa Indonesia sulit untuk diramalkan menjadi bangsa yang maju dan sejahtera. Negara maju seperti Amerika Serikat juga menganggap pendidikan karakter ini penting dilakukan. Salah satu Komisi di Departemen Tenaga Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 1

Transcript of 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

Page 1: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 1/21

 

PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

( Character Education In School )

Sebuah Usulan Gagasan :

PENGEMBANGAN MODEL KONTRAK BELAJAR DENGAN PELIBATAN

MASYARAKAT UNTUK PENGUATAN KARAKTER SISWA DALAM

PEMBELAJARAN SAINS

Oleh

Triman Juniarso

Email : [email protected] 

A. Latar Belakang

Maraknya konflik horizontal yang dipicu oleh unsur-unsur Suku,

Agama, Ras, dan Adat (SARA), perkelahian warga antar kampung,

perkelahian antar siswa dalam satu sekolah atau antar sekolah,

perkelahaian antar mahasiswa dalam satu kampus dan antar kampus,

perilaku tak terpuji berupa keinginan mencapai tujuan dengan menghalalkan

segala cara, tingginya tingkat korupsi, rendahnya produktivitas pekerja

(termasuk pegawai negeri), dan masih banyak lainnya menunjukkan bahwa

karakter masyarakat Indonesia belum kuat. Doni Koesoema A (2007:286)

menyebut dengan tegas dunia pendidikan Indonesia selama bertahun-tahun

mengalami penyakit kronis yang bahkan mengancam jiwa orang lain dan

siswa sendiri. Penyakit itu adalah tawuran antar pelajar, kekerasan, dan

tindak kejahatan. Avip Saefullah (2003) malah menyebut lembaga

pendidikan Indonesia telah gagal membangun karakter bangsa. Apabila hal-

hal tersebut tidak diperhatikan dan diselesaikan dengan sungguh-sungguh

maka masa depan bangsa Indonesia sulit untuk diramalkan menjadi bangsa

yang maju dan sejahtera.

Negara maju seperti Amerika Serikat juga menganggap pendidikan

karakter ini penting dilakukan. Salah satu Komisi di Departemen Tenaga

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 1

Page 2: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 2/21

 

Kerja Amerika Serikat pada 1991 merekomendasikan pendidikan karakter di

sekolah agar lulusan dapat menyiapkan diri lebih baik dalam pekerjaan

(SCANS Report, 1991).

Pendidikan dapat berperan kuat dalam pembentukan karakter suatu

masyarakat. Inilah sebabnya mengapa negara memiliki kepentingan besar 

dalam bidang pendidikan yaitu untuk mempersiapkan warga negaranya

memiliki karakter yang kuat dalam rangka mencapai tujuan hidup berbangsa

dan bernegara. Harbison dan Hanushek (1992) menyatakan bahwa… a

country which is unable to develop the skills and knowledge of its people

and to utilize them effectively in the national economy will be unable to

develop anything else.

Perkembangan kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan

respon terhadap tuntutan kemajuan bangsa dan globalisasi telah banyak

dibicarakan oleh berbagai kalangan. Namun hampir tidak ada hasil

pembahasan yang berakhir dengan rekomendasi yang jelas tentang

perlunya penguatan pendidikan nasional dengan pendidikan yang mampu

mendorong kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thingking ) dan

pendidikan karakter untuk para peserta didik.

Dalam pendidikan Indonesia, peran serta masyarakat secara aktif 

dalam penyelenggaraan pendidikan sangat terbatas. Peran masyarakat

diakomodasi dalam bentuk Komite Sekolah yang sebenarnya memiliki tugas

pokok yang penting namun tidak dapat terlaksana karena berbagai alasan.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah seolah-olah sebagai komunitas

yang berdiri sendiri dan tidak berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.Sekolah, termasuk guru, menyusun program pembelajaran hampir tanpa

melibatkan masyarakat (komite sekolah). Kalaupun ada pelibatan lebih

banyak berhubungan dengan kebutuhan sarana prasarana dan keuangan

sekolah. Rendahnya pelibatan Ini adalah salah satu sisi lemah yang

memberi dampak terhadap mutu pendidikan selama ini.

Pelibatan masyarakat dalam proses-proses penyelenggaraan

pendidikan di negara-negara maju, seperti Jepang, Korea, Amerika, dan

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 2

Page 3: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 3/21

 

negara-negara Eropa merupakan hal yang sudah lama dilakukan. Namun di

Indonesia baru tahun 1999 melalui SK Mendiknas No.4 tentang Komite

Sekolah diatur secara lebih luas bentuk, tugas, fungsi, dan sistem

organisasi. Sebelumnya di sekolah Indonesia telah ada organisasi orang tua

atau masyarakat yang dikenal Badan Pembantu Penyelenggaraan

Pendidikan (BP3). Komite sekolah secara organisatoris dikatakan lebih baik

karena sifat-sifat keterbukaan dan pelibatan secara lebih luas dari unsur-

unsur masyarakat, tidak hanya orang tua murid. Namun sampai sekarang

peran nyata komite sekolah pun belum maksimal sehingga masih berkesan

sama dengan BP3. Bila peran masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan di sekolah dapat ditingkatkan sangat mungkin sekali berdampak

pada peningkatan mutu pendidikan.

Dalam kenyataan kehidupan banyak perilaku masyarakat yang

terkait dengan penggunaan prinsip-prinsip sains atau setidaknya sebagai

ekspresi sikap yang sebenarnya terkait dengan perolehan dan pembiasaan

sikap ilmiah sebagai hasil pembelajaran sains.

Pendidikan IPA sebagai subsistem pendidikan nasional memberi

kontribusi penting dalam pembentukan karakter siswa. Sedangkan karakter 

sebagai hasil dari pendidikan membawa arti penting dalam kehidupan yang

sesungguhnya di masyarakat. Karena itu penting sekali memahami nilai

karakter yang dilaksanakan dalam pembelajaran sains.

Dengan demikian antara sekolah dan masyarakat mempunyai

tanggung jawab bersama dalam mendidik dan mempersiapkan generasi

yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dan moral ataukarakter yang kuat sehingga mampu menghadapi perubahan dan

persaingan dalam kehidupan. Salah satu perwujudan tanggung jawab itu

adalah secara bersama terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi pendidikan.

Kontrak belajar (learning contracts) merupakan salah satu

instrumen alternatif yang dinilai cukup efektif dalam upaya meningkatkan

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 3

Page 4: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 4/21

 

mutu pendidikan melalui pelibatan secara aktif peran serta masyarakat

bersama sekolah dalam proses-proses penyelenggaraan pendidikan.

B. Rumusan Masalah :

1. Bagaimanakah kontrak pembelajaran yang melibatan peran serta

masyarakat dapat dilaksanakan dalam bentuk sebuah model

pembelajaran Sains?

2. Bagaimanakah hasil pembelajaran pendidikan karakter yang

menggunakan model kontrak belajar dengan melibatkan peran serta

masyarakat.?

C. Tujuan :

1. Memperoleh model kontrak belajar bermuatan pendidikan karakter yang

melibatkan peran serta masyarakat

2. Memperoleh gambaran hasil pembelajaran menggunakan model kontrak

belajar bermuatan pendidikan karakter yang melibatkan peran serta

masyarakat.

D. Kerangka Konseptual

1. Perkembangan Pendidikan Karakter .

Sejarah perkembangan karakter dan semua penggunaan istilah

tersebut dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, diawali dari konsep

yang dimunculkan oleh Aristoteles yang sangat terkenal yaitu

Nicomacheans Ethics dan Socrates. Larry Nucci (1989) menegaskan …

Scholarly debate on moral development and character formation extends at 

least as far back as Aristotle's Nichomacean Ethics and Socrates' Meno and 

continues through to modern times. Berdasar pandangan Aristoteles dan

Socrates, pendidikan karakter dikembangkan oleh ahli-ahli psikologi, seperti

John Locke pada abad 17, kemudian dilanjutkan oleh John Stuart Mill pada

abad 19 dengan pendapatnya yang terkenal yaitu, "development of 

character is a solution to social problems and a worthy educational ideal ,"

dan Herbert Spencer yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan

pembentuk karakter. Perkembangan terakhir di awal abad 20, John Dewey

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 4

Page 5: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 5/21

 

menyatakan pendidikan karakter merupakan pusat perhatian dalam misi

sekolah.

Dalam sejarah Indonesia, semangat dan nilai karakter telah

dicetuskan oleh tokoh-tokoh pemuda dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 

1928, Ki Hajar Dewantara dengan ajarannya “ ing ngarsa sung tulada, ing

madya mangun karsa, tut wuri handayani” , RA Kartini dengan esai dalam

bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang, Soekarno dengan ajaran

nasionalismenya, dan tokoh lainnya. Selanjutnya dalam era orde baru,

istilah national character building muncul dalam ranah politik khususnya

melalui penataran P4. Dengan kegiatan sosialisasi paham Pancasila melalui

penataran diharapkan oleh pemerintahan saat itu karakter bangsa kita

menjadi kuat.

Dalam kurikulum sekolah Indonesia pendidikan karakter pernah

dilakukan melalui pelajaran Budi Pekerti, antara tahun 1966 – 1975,

kemudian dalam kurikulum berikutnya yaitu Prosedur Pengembangan

Sistem Instruksional atau PPSI ( LJ. Moleong, 1976) pelajaran Budi Pekerti

tersebut hilang dan digantikan dengan tujuan pembelajaran berdasar 

taksonomi Bloom ranah affektif. Sejak saat itu semua harapan untuk

membekali siswa dengan pendidikan karakter, dilakukan melalui mata

pelajaran yang relevan dengan itu yaitu pelajaran Agama dan Pancasila

(yang sekarang berubah menjadi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan),

dan pelajaran lain melalui pembelajaran dengan ranah affektif.

Dalam pendidikan Indonesia masa kini, implementasi

pendidikan karakter diterjemahkan oleh berbagai institusi pendidikan secaraberagaman. Pada dasarnya implementasi tersebut berkisar pada dua hal

yaitu eksklusif dan inklusif. Implementasi eksklusif menyatakan pendidikan

karakter dilakukan dengan cara khusus, misalnya mata pelajaran khusus

tentang pendidikan karakter, yang harus diikuti oleh setiap siswa. Cara

insklusif adalah pendidikan karakter yang secara tidak langsung membentuk

disiplin dan sejenisnya pada siswa, misalnya aturan atau tata tertib masuk

sekolah, mengikuti pelajaran dan sejenisnya yang ditetapkan oleh sekolah.

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 5

Page 6: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 6/21

 

2. Definisi Karakter dan Indikator Karakter.

Banyak ahli yang berpendapat secara berbeda-beda mengenai

karakter. Beberapa definisi tentang karakter adalah sebagai berikut :

"engaging in morally relevant conduct or words, or refraining fromcertain conduct or words" (Wynne & Walberg, 1984); "a complex set of relatively persistent qualities of the individual person, and generally has a positive connotation when used in discussions of moral 

education"  (Pritchard, 1988).

Karakter memiliki perbedaan dengan nilai (value). Nilai

dianggap sebagai dasar terbentuknya karakter.

In general, character, good or bad, is considered to be observable in

one's conduct (Walberg & Wynne, 1989). Thus, character is different from values in that values are orientations or dispositions whereascharacter involves action or activation of knowledge and values. Fromthis perspective, values are seen as one of the foundations for character. In the context of the model of human behavior presented at this site (Huitt, 1996), values includes both cognitive and affectivecomponents, but not necessarily conative or behavioral components.Character includes all four components.

Character Counts Coalition menyebut enam pilar dari karakter 

yaitu : (1) Trustworthiness, (2) Fairness, (3) Caring , (4) Respect , (5)

Citizenship, dan (6) Responsibility .

Penjelasan enam jenis karakter berdasar  The Six Pillars of 

Character yang dikeluarkan oleh Character Counts Coalition ( a project of 

The Joseph Institute of Ethics) adalah sebagai berikut:

a. Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi:

berintegritas, jujur, dan loyal

 b. Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memilikipemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain.

c. Caring , bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap

peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial

lingkungan sekitar.

d. Respect , bentuk karakter yang membuat seseorang selalu

menghargai dan menghormati orang lain.

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 6

Page 7: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 7/21

 

e. Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum

dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam.

f. Responsibility , bentuk karakter yang membuat seseorang

bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan

sebaik mungkin.

Six pillars of characters ini dicetuskan oleh sekelompok guru,

ahli etika, dan orang terdidik lain yang mengadakan pertemuan di Aspen

Colorado. Gagasan six pillars ini diinspirasi dari buku Thomas Lickona,

Education for Character . 1991.

Komponen atau indikator karakter memang cukup banyak.

Character First (http://characterbuilding.com) bahkan menyebut ada 49

komponen mutu karakter, yaitu : kewaspadaan (alertness), perhatian

(attentiveness), kesediaan (availability), kebajikan (benevolence),

keberanian (boldness), keberhati-hatian (cautiousness), rasa kasihan

(compassion),kepuasan (contentment), kreativitas (creativity), ketegasan

(decisiveness), rasa hormat (deference), keterkaitan (dependability),

penentuan (determination), kerajinan (diligence), pembedaan(discernment), pertimbangan (discretion), daya tahan (endurance),

kegairahan (enthusiasm), keimanan (faith), fleksibilitas (flexibility),

pengampunan (forgiveness), kedermawanan (generosity),

kehalusan/lemahlembut (gentleness), rasa syukur  (gratefulness),

penghormatan (honor), keramahtamahan (hospitality), kerendahan hati

(humility), prakarsa (initiative), kegembiraan (joyfulness), keadilan (justice),

kesetiaan (loyalty), kelembutan (meekness), ketaatan (obedience),ketertiban (orderliness), kesabaran (patience), sifat persuasive

( persuasiveness), ketetapan waktu (punctuality), kepanjangan daya akal

(resourcefulness), tanggung jawab (responsibility), keamanan (security),

pengendalian-diri (self-control), kepekaan (sensitivity), ketulusan (sincerity),

kecermatan (thoroughness), sifat berhemat (thriftiness), toleransi

(tolerance), kebenaran (truthfulness), kebaikan (virtue), dan bijaksana

(wisdom). 

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 7

Page 8: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 8/21

 

Ratna Megawangi (2008) menyebut sembilan pilar karakter 

nilai-nilai luhur universal yang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini usia

prasekolah. Pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaaan-Nya;

Kedua, kemandirian dan tanggungjawab; Ketiga, kejujuran/amanah,

diplomatis; Keempat, hormat dan santun; Kelima, dermawan, suka tolong-

menolong dan gotong royong/kerjasama; Keenam, percaya diri dan pekerja

keras; Ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; Kedelapan, baik dan rendah

hati, dan; Kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan (Ratna

Megawangi dalam http://www.langitperempuan.com/ 2008/02/ratna-

megawangi-pelopor-pendidikan-holistik-berbasis-karakter/ ).

Secara definitif karakter adalah kualitas psikologis yang dimiliki

oleh seseorang atau secara kolektif oleh sekelompok masyarakat (untuk

karakter nasional). Istilah ini sering digunakan secara bergantian dengan

nilai-nilai inti (core values), yaitu dapat dipercaya/amanah (trustworthiness),

hormat (respect ), tanggungjawab (responsibility ), kejujuran (fairness), kasih

sayang (caring ), dan kewarganegaraan (citizenship). Human character is

explained as an intersubjective aspect of consciousness with the ability to

influence the consciousness of another person directly  (Ventegodt S,

Kromann M, Andersen NJ, Merrick J., 2004).

Pendidikan karakter mencakup sistem tata nilai yang meliputi

semua komponen pelaku pendidikan, termasuk guru dan masyarakat (orang

tua), dan tata nilai yang berkembang (disepakati) pada suatu masyarakat.

Juga melibatkan kebijakan dan aturan pemerintah sebagai pengatur 

pendidikan di suatu Negara Hubungan antar komponen dalam sistem

pendidikan nasional yang terlibat dalam pendidikan karakter digambar 

seperti Gambar 1. Komponen input dan proses dalam skema tersebut

sangat dipengaruhi oleh factor eksternal yang berupa kondisi-kondisi

internasional dan factor internal yang berupa kondisi sosial sebagai akibat

penyelenggaraan atas kebijakan-kebijakan negara. Dengan demikian,

komponen output yang berupa kompetensi lulusan sesungguhnya juga tidak

lebih dari kondisi-kondisi dan kapasitas yang tersedia dalam komponen

input terutama proses.

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 8

Page 9: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 9/21

 

Pendidikan karakter dalam pelajaran sains (IPA), sama dengan

pelajaran lainnya, jarang atau bahkan tidak memuat pendidikan karakter 

dalam pembelajarannya. Pelajaran sains dianggap sebagai pelajaran

tentang penggunaan otak semata. Gumilar R. Somantri (2008) malah

menegaskan pelajaran sains di sekolah masih berfokus pada hafalan

akibatnya minat belajar dan pengembangan (sains,penulis) masih terbatas.

Hal ini sebenarnya bertentangan dengan tujuan pendidikan sains. Science

is critical to sustaining, maintaining and improving the quality of life on earth

for the future and for enhancing democratic societies and the global 

economy . The goal of science education is not only to produce scientists,

but also to prepare well rounded, clear thinking, scientifically literate citizens.

Character First (http://charaterbuilding.com) dalam Science and

Character Education menyebut beberapa nilai dari pembelajaran sains yang

terkait dengan karakter, yaitu : objectivity, accuracy, precision, pursuit of 

truth, problem solving, regard for human significance, protect human life

(safety and risks), intellectual honesty, academic honesty, courage, humility,

decision-making, willingness to suspend judgment, scientific inquiry (being 

fair and just), questioning of all things, demand for verification, respect for 

logic, integrity, diligence, persistence, curiosity, open-mindedness, critical 

evaluation of alternatives, dan imagination. Dengan demikian jelas sekali

bahwa pembelajaran sains memiliki nilai-nilai yang sangat dekat

pembentukan karakter siswa. Apabila pembelajaran sains dengan nilai-nilai

seperti disebut di atas dapat dilaksanakan maka mutu pendidikan sains

akan makin baik dan secara utuh dapat membentuk lulusan yang baik pula.

Penelitian Pendidikan Karakter . Penelitian Linda J. Reetz dan

Geralyn M. Jacobs (1999) tentang pendapat para staf pengajar di

Universitas Dakota Selatan berkaitan dengan pendidikan karakter 

menyatakan bahwa mereka sangat memandang penting isu global

pendidikan ini dan mereka akan mengaplikasikannya dalam pembelajaran

sekalipun kurikulum universitas tidak menyebutnya sebagai tema yang

penting. Program pendidikan karakter terbukti membawa pengaruh positip

terhadap persepsi perilaku siswa, staf sekolah, dan masyarakat (orang tua)

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 9

Page 10: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 10/21

 

yang hidup dalam masyarakat dengan budaya tertentu, dan bahkan

cenderung memperkuat peningkatan prestasi belajar siswa (Garry Skaggs

and Nancy Bodenhorn, 2006 ; Andrew Milson, 2000)

Bentuk pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan di sekolah banyak ragamnya, salah satunya adalah dalam

bentuk pengawasan terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini guru membuat

kontrak pembelajaran tidak hanya kepada muridnya, seperti yang selama ini

telah (pernah) berjalan, tetapi juga kepada orang tua atau masyarakat

sebagai bentuk langsung pertanggungjawaban sekolah dalam

penyelenggaraan pendidikan. Malcolm S. Knowles (1986:39) menyatakan

"Contract learning is, in essence, an alternative way of structuring a learning 

experience: It replaces a content plan with a process plan." 

Faktor guru sebagai komponen yang penting dalam pendidikan

karakter memberikan sumbangan yang berharga bagi pembentukan

karakter dan nilai-nilai kebaikan (moral) pada siswa. Richard D.Osguthorpe

(2008) melaporkan ada banyak alasan mengapa guru harus memiliki watak

(dispositions) dan karakter moral yang baik agar dapat menjalankan

tugasnya dengan baik pula. Selanjutnya dia menyarankan ruang lingkup

watak guru harus diperluas dalam kaitan dengan seluruh aktivitas kelas dan

efektivitasnya sebagai guru.

Karakter yang terbentuk dari pembelajaran sains sebenarnya

bersumber dari esensi pembelajaran sains itu sendiri. Secara subtansi

pembelajaran sains memiliki dua aspek pokok yaitu sains sebagai prosesdan produk. Sebagai proses pembelajaran sains dilaksanakan melalui

pendekatan yang mengarahkan siswa berperan seolah seorang ilmuwan

yang berupaya memecahkan masalah. Pendekatan untuk membelajarkan

siswa dalam proses sains dikenal sebagai pendekatan ketrampilan proses

dengan berbagai jenis metode aplikasinya. Ada substanstif ketrampilan

proses tingkat dasar mencakup : (1) Observation, (2) Communication, (3)

Classification, (4) Measurement, (5) Inference, dan (6) Prediction.

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 10

Page 11: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 11/21

 

Sedangkan ketrampilan proses tingkat lanjut antara lain : (1) Merencanakan

eksperimen, (2) Menyusun hipotesis, dan (3) Membuat kesimpulan.

Ketrampilan-ketrampilan tersebut tentu harus ditampakan dalam

pembelajaran sains. Untuk dapat melaksanakan ketrampilan-ketrampilan

tersebut dengan benar, terutama dalam kerja kelompok, diperlukan

beberapa syarat antara lain : kedisiplinan, kecermatan, ketelitian, tanggung

 jawab dan kerja sama. Hal-hal yang terakhir disebut merupakan komponen-

komponen yang dapat membentuk karakter siswa. Dengan demikian

pembelajaran sains memang dianggap berpoetnsi kuat dalam pembentukan

karakter siswa.

3. Kontrak Belajar 

Semua kegiatan-kegiatan tersebut harus masuk dalam rencana

pembelajaran yang disusun guru. Dalam model kontrak belajar rencana

pembelajar harus dikomunikasikan dengan siswa. Model ini memiliki

kelemahan, terutama terkait dengan budaya Indonesia, yaitu siswa tidak

berani menyampaikan apa yang seharusnya dilakukan dalam pembelajaran

agar ia dapat mencapai hasil yang diharapkan. Oleh karenanya diperlukanpihak lain yang dapat menjembatani apa yang diinginkan sekolah (guru)

dapat diketahui dan ikut dikontrol oleh masyarakat. Salah satu model untuk

maksud tersebut adalah dengan kontrak belajar. .

Penelitian kontrak belajar. Model kontrak belajar dalam

beberapa penelitian terbukti memberi penguatan prestasi belajar siswa

(Brenda Litchfield, Juan Mata, dan Laura Gray dalam Journal of College

Science Teaching  2007). Ini dapat terjadi karena arah (target) belajar 

diketahui dengan jelas dan cara mencapainyapun sepenuhnya dapat

diketahui sesuai kontrak yang disepakati.

Beberapa perguruan tinggi (setidaknya oleh beberapa dosen

pada beberapa mata kuliah) di Indonesia pernah melakukan kontrak belajar 

dalam pembelajarannya. Namun tidak ada laporan yang menunjukkan

kemajuan atau manfaat pelaksanaan kegiatan tersebut.

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 11

Page 12: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 12/21

 

Model kontrak belajar dengan melibatkan masyarakat (orang

tua) secara definitif sebenarnya telah diketahui. Joseph R. Codde (2006)

menyatakan contract learning as an agreement between a student and 

institution or faculty member to acquire knowledge systematically either in

the classroom or independently. Definisi melibatkan dua pihak semata

dimana siswa dianggap mampu memahami dan melakukan kontrak belajar.

Siswa demikian pastilah siswa yang tergolong telah dewasa, misal siswa

tingkat pendidikan menengah atau pendidikan tinggi (SMA atau perguruan

tinggi). Untuk siswa pada tingkat pendidikan dasar tampaknya ada kesulitan

melakukan kontrak belajar dengan guru (sekolah) karena berbagai alasan,

antara lain budaya siswa yang biasa hanya menerima apa yang diberikan

guru. Untuk itu peran orang tua (masyarakat) diperlukan untuk ikut berperan

dalam kontrak belajar siswa tersebut. Dengan demikian kontrak belajar 

tersebut menjadi kesepakatan antara siswa, orang tua (masyarakat) dan

guru (sekolah).

  A "contract" is a valuable tool that teachers can use innegotiating terms with students and/or parents which details the

specific expectations that the teacher, student, and sometimes,the parent formally agree upon. (http://www.teach-nology.com/web_tools/contract/ )

Namun di Indonesia hampir tidak ada pelibatan orang tua dalam

pembelajaran di sekolah. Oleh karena itulah diusulkan gagasan model

kontrak belajar dengan pelibatan masyarakat. Model ini diilhami oleh system

pendidikan yang sesungguhnya tidak hanya dilakukan oleh sekolah saja

tetapi juga masyarakat.

Agar pelaksanaan kontrak pembelajaran berjalan baik ada

beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan. Knowles (1986 : 38)

menyebutkan lima prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. The knowledge, skills, attitudes, and values to be acquired by the learner 

(learning objectives);

2. How these objectives are to be accomplished (learning resources and 

strategies);

3. The target date for their accomplishment;

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 12

Page 13: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 13/21

 

4. What evidence will be presented to demonstrate that the objectives have

been accomplished; and 

5. How this evidence will be judged or validated. In academic settings the

contract also specifies how much credit is to be awarded and what grade

is to be given

Lima hal tersebut sebenarnya adalah hal umum yang harus ada

dalam sebuah kontrak. Dalam gagasan ini penulis secara singkat

mensyaratkan enam hal agar sebuah kontrak belajar yang melibatkan peran

serta masyarakat dapat memberi hasil yang maksimal, yaitu : (1) tujuan,

berupa produk pengetahuan, ketrampilan, dan sikap apa yang akan

diperoleh, (2) bagaimana cara mencapai tujuan, (3) syarat-syarat apa yang

diperlukan untuk mencapai tujuan, termasuk kebutuhan sarana/prasarana,

dan aktivitas guru, siswa dan orangtua/masyarakat yang diperlukan, (4)

kapan hasil tujuan dapat dicapai, (5) Apa bukti pencapaian tujuan dan

bagaimana membuktikannya, (6) Apa bentuk aktivitas yang dapat dilakukan

masyarakat untuk mengontrol dan mendorong pencapaian tujuan belajar 

Dalam pelaksanaan kontrak pembelajaran ini diharapkan dapat

tercapai dalam tiga tahapan. Tahap pertama guru bersama dengan

koleganya menyusun Program Semester dan draft rencana pembelajaran,

berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk satu semester.

Tahap kedua adalah mengkomunikasikan dan menegosiasikan bersama

orang tua (komite sekolah), dan kemudian orang tua melakukan

pembahasan RPP yang dibuat guru dengan mediasi ahli pendidikan.

Pembahasan RPP difokuskan pada indikator dan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai oleh siswa.

Tahap ketiga dilakukan kontrak mencakup enam hal seperti

disebut di atas dengan menggunakan format instrument yang telah

disiapkan. Tahap keempat yaitu monitoring dan evaluasi pelaksanaan

pembelajaran sesuai dengan kontrak yang dibuat guru. Untuk

melaksanakan tahap terakhir ini dibuat satu program monitoring dan

evaluasi secara terjadwal selama satu semester. Aspek yang dimonitoring

adalah apakah unsur-unsur yang direncanakan dalam kontrak berjalan

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 13

Page 14: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 14/21

 

sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dan mencapai tujuan yang

diinginkan. Bila terdapat kendala karena suatu alasan kontrak tidak berjalan

sesuai rencana, maka dilakukan negosiasi lagi sehingga ditemukan jalan

tengah yang disepakati kedua pihak. Selama tahap monitoring dan evaluasi

peran orang tua/masyarakat tidak boleh mengintervensi hak-hak guru dalam

mengelola pembelajaran asal tetap sesuai dengan kontrak. Tahapan

pelaksanaan kontrak pembelajaran dan instrument monitoring dapat dilihat

pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Pihak yang terlibat dalam model ini ada 3 yaitu guru, siswa, dan

orang tua. Unsur guru akan bertanggung jawab dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan kontrak tersebut guru telah memberikan semacam

 jaminan tentang materi apa yang akan diberikan, dengan cara apa materi itu

diberikan, bagaimana menilai keberhasilan siswa, dan bagaimana guru

akan mendorong dan memperlakukan siswa dalam proses

pembelajarannya. Unsur siswa dalam kontrak belajar bertanggung jawab

terhadap perilaku tertentu yang harus dilakukan terkait dengan

pembelajaran yang dilakukan guru. Siswa membuat kontrak belajar terkait

dengan sikap dan kesungguhan dalam pelajaran yang akan dilaksanakan

dalam kontrak tersebut, termasuk misal membaca, mengerjakan tugas,

berperilaku tertentu dan sejenisnya. Orang tua dalam model kontrak belajar 

ini juga dituntut ikut mengawasi proses pembelajaran yang terjadi di

lingkungan mereka. Salah satu bentuk misalnya adalah setiap hari

membantu (mengawasi) anak belajar selama 30 menit dengan dibuktikan

dari tanda tangan atau paraf orang tua pada buku laporan kontrak belajar 

untuk anak. Bentuk kontrak belajar secara umum ditunjukkan pada contoh

halaman terakhir.

Salah satu isi kontrak yang dimuat adalah menyangkut

pernyataan tujuan pembelajaran yang berisi karakter yang diharapkan

dimiliki siswa dalam masa pembelajaran tertentu, misalnya satu atau dua

semester. Jenis atau komponen karakter yang dikontrakan disesuaikan

dengan kesepakatan bersama atau disesuaikan dengan nilai atau norma

yang dianut masyarakat. Dalam hal penetapan komponen karakter sebagai

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 14

Page 15: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 15/21

 

nilai yang akan dididikan pada siswa sebaiknya dibahas dengan pihak lain,

yaitu ahli pendidikan, psikolog, dan pejabat bidang pendidikan setempat.

Dalam model kontrak belajar ini diharapkan secara periodik

orang tua dan guru mendiskusikan proses pembelajaran yang sedang

berjalan. Dalam kegiatan ini diharapkan ada umpan balik untuk kedua pihak

sehingga pencapaian muatan karakter dapat maksimal.

Peran dan pelibatan orang tua dalam kontrak belajar tidak

dimaksudkan untuk campur tangan dalam teknis pembelajaran di kelas

tetapi lebih banyak sebagai penguatan terhadap tanggung jawab pendidikan

anak-anak mereka sendiri sehingga hasil belajar dapat memuaskan. Jugasekaligus memberi kondisi yang seimbang antara nilai-nilai yang

dikembangkan di sekolah dan di lingkungan masyarakat.

E. Penutup

Sebagai sebuah gagasan baru tentu model kontrak pembelajaran

ini masih harus banyak ditelaah baik dari aspek teoritik maupun aspek

teknis aplikasinya. Namun diyakini bahwa dengan pelibatan peran

masyarakat secara maksimal maka pencapaian tujuan-tujuan pendidikan

akan dapat diperoleh secara maksimal pula. Guru (sekolah) dan

masyarakat (orang tua) akan merasa memiliki kepentingan yang besar 

dalam mempersiapkan generasi penerus yang lebih siap secara

pengetahuan, ketrampilan dan mental untuk menghadapi era persaingan.

F. Referensi :

Codde ,Joseph R. 2006. Using Learning Contracts In The College ClassroomMichigan State University. Retrived fromhttps://www.msu.edu/user/coddejos/contract.htm 24 Februari 2010

Joseph P. G. Chimombo (2005). Issues in Basic Education in DevelopingCountries: An Exploration of Policy Options for Improved Delivery. ,

Journal of International Cooperation in Education,  CICE HiroshimaUniversity ,Vol.8, No.1, (2005) pp.129

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 15

Page 16: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 16/21

 

Knowles, M. S. (1986). Using Learning Contracts. San Francisco, CA: Jossey-Bass Inc., Publishers.

Koesoema A Doni.(2007). Pendidikan Karakter. Jakarta : PT Grasindo.

Litchfield, Brenda, Juan Mata, and Laura Gray. "Engaging general biologystudents with learning contracts." Journal of College Science Teaching 37.2 (2007): 34. InfoTrac Humanities & Education Collection. Web

Milson J. Andrew. 2000. Creating Curriculum For Character Education : A CaseStudi. Journal The Clearing House 74.2 (2000) hal. 89. Retrieved fromhttp://www.galegroup.com

Nucci, Larry (Ed.). (1989). Moral development and character education: Adialogue. Berkley, California : McCutchan Publishing

Osguthorpe Richard D.. “On the reasons we want teachers of good dispositionand moral character.”(Report).Journal of Teacher Education 59.4 (Sept-Oct 2008): p.288(12). (9646 words)

Ratna Megawangi dalam http://www.langitperempuan.com/2008/02/ratna-megawangi-pelopor-pendidikan-holistik-berbasis-karakter/ 

Reetz, Linda J., dan Geralyn M. Jacobs. "Fakulty Focus On Moral AndCharacter Education." Education 120.2 (1999): 208. InfoTrac Humanities& Education Collection. Web. 28 Nov. 2009.http://find.galegroup.com/gps/start.do?prodId=IPS&userGroupName=kpt07047 .

Saefullah Avip. (2003) Lembaga Pendidikan Indonesia Gagal MembangunKarakter Bangsa. Harian Kompas : Selasa, 18 Maret 2003, Hal. 9 Kolom 1

Secretary’s Commission On Achieving Necessary Skills U.S. Departement of Labor. June 1991. What Work Requires Of Schools : A SCANS Report For America 2000.

Skaggs,Garry and Nancy Bodenhorn. 2006.  Relationship betweenimplementing character education, student behavior, and studentachievement. Journal of Advanced Academics 18.1 (2006). Retrieved from

http://www.galegroup.com 

Somantri, R. Gumilar. 2008. Pelajaran Sains Masih Bersifat Hafalan. HarianKompas. Selasa 4 Nopember 2008 Halaman 12 Kolom 1.

----------, Learning Contracts,(http://www.teac h-nology.com/web_tools/contract/ )10Nop 2009

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains 16

Page 17: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 17/21

 

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains

RPP

Gambar 1 : Sistem Pendidikan Nasional dan Kemungkinan Problematiknya

PENGARUH GLOBALISASI (IPTEKNI-BUD)

PST DIDIK 

PEMERINTAH

KEBIJAKAN DAN

ATURAN

MASYARAKAT

PANDANGAN, PERAN SERTADAN LATAR BELAKANG

KURIKULUM*)

SAR-PRAS*)

MEDIA*)METODE*)

EVALUASI*)

KOMPETENSI

GURUKESEJAHTERAA

 N

 

REKRUTMENT

LPTK 

KOMPETENSI

LULUSANKARAKTER 

INPUT PROSES OUTPUT

*) berasal dari Input

yang digunakan dalam

 proses

17

Page 18: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 18/21

 

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains

RPP-g

KOM-

SKL

RPP-n

ORANGTUA MASYARAKAT

GURU

SKL

Sosialisasi

Kurikulum dan

sistem pembel. Di

sekolah

RPP-k PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Tujuan

Cara

Syarat

Waktu

Bukti

Monev

Keterangan :

SKL = Sekolah

Kom-Skl = Komite Sekolah

RPP-g = RPP draft Guru

RPP-n = RPP negosiasi

RPP-k = RPP kontrak (final)

Gambar 2 : Alur Kontrak Belajar

18

Page 19: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 19/21

 

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains

Surabaya, …………. 2010

Guru,

…………..

IDENTITAS KONTRAK 

Sekolah Dasar…………………………………….

1. Nama Guru2. Mata PelajaranIPA3. Kelas4. Semester / Th5. Jumlah SK6. Jumlah KD7.Aspek Pembelajarana.PengetahuanNilai Minimum : 75 Level pengetahuan C1:…,C2:...,C3...,C4 :.., C5: …, C6: …b.Sikap/Karakter*)c. Ketrampilan**)AspekSikap/Karakter1.2.3.4.5.6.Aspek Ketrampilan1.2.3.

Ketua Subkomite

Pembelajaran,

…………..

Kepala Sekolah

…………..

Gambar 3 a

19

Page 20: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 20/21

 

Triman Jr.: Inovasi dan Problematik Pendidikan Sains

Surabaya, …………. 2010

Guru,

…………..

Monitoring & Evaluasi

Sekolah Dasar…………………………………….

1. Mata PelajaranIPA2. Kelas3. Semester / Th4. Standard Kompetensi1.2.5. KompetensiDasar1.11.21.32.12.22.36. Pelaksanaan proses pencapaianTarget/Tujuan1.1.1TerlaksanaTidak terlaksana

1.1.2TerlaksanaTidak terlaksana

1.2.1TerlaksanaTidak terlaksana

1.2.2TerlaksanaTidak terlaksana

1.3.1TerlaksanaTidak terlaksana

1.3.2TerlaksanaTidak terlaksana

2.1.1TerlaksanaTidak terlaksana

2.1.2TerlaksanaTidak terlaksana

2.2.1TerlaksanaTidak terlaksana

2.2.2TerlaksanaTidak terlaksana

7. Sumber/Media Belajar 

TerlaksanaTidak terlaksana

8. EvaluasiTerlaksanaTidak terlaksana

 

Ketua Subkomite

Pembelajaran,

…………..

Kepala Sekolah

…………..

Gambar 3 B

20

Page 21: 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School

5/11/2018 30830631 Pendidikan Karakter Di Sekolah Character Education in School - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/30830631-pendidikan-karakter-di-sekolah-character-education-in-school 21/21

 

CONTOH FORMAT KONTRAK BELAJAR 

Diadaptasi dari http://www.teach-nology.com/cgi-bin/contract.cgi 24 Februari 2010

KONTRAK BELAJAR 

KONTRAK UMUM

Semua pihak sepakat bahwa sukses akademis adalah produk sebuah usaha dari hasil

kerjasama. Untuk memastikan pelajaran ini akan bermanfaat bagi kebersamaan semua

 pihak tersebut maka masing-masing pihak mempunyai suatu tanggung-jawab :

Sebagai seorang siswa, saya :

 ____________, akan :

1. Menghormati teman sekelasku.

2. Berupaya terbaik dalam kegiatan sekolahku.

3. Mematuhi aturan semua baik di rumah dan di

sekolah.

4. Datang di sekolah siap dengan pekerjaan rumah

dan bahan-bahan pelajaran.5. Menyediakan waktu sedikitnya 15 menit setiap

hari untuk belaj

 

ar masing-masing pelajaran.

Sebagai orang tua, saya

 ____________, akan :

1. Menyediakan waktu 15 menit tiap hari

mendampingi anakku belajar.

2. Memonitor pekerjaan sekolah anakku dan

aktivitas ekstrakurikulernya.

3. Memelihara disiplin anakku.

4. Menghadiri semua pertemuan guru dan wali

murid.

5. Menyediakan waktu untuk sedikitnya 2 aktivitas

sekolah.Sebagai seorang guru, saya

 ____________, akan :

1. Menyediakan lingkungan nyaman dan aman

untuk para siswaku.

2. Menyediakan waktu yang cukup untuk 

membantu siswa ku di luar jam sekolah.

3. Menegakkan aturan sekolah secara konsisten.

4. Memberikan harapan-harapan secara jelas dan

ringkas.

5. Bekerja untuk membuat pembelajaran adalah

 pengalaman yang menyenangkan.

 _____________ 

Tanggal

Ditandatangani oleh:

  _____________________ ____________________ __________________ Tanda tangan siswa Tanda tangan Orang tua Tanda tangan guru

.