3 · Web view3. DAERAH TINGKAT I SUMATERA BARAT I. GAMBARAN UMUM 1. Keadaan daerah Luas wilayah...
Transcript of 3 · Web view3. DAERAH TINGKAT I SUMATERA BARAT I. GAMBARAN UMUM 1. Keadaan daerah Luas wilayah...
3. DAERAH TINGKAT I SUMATERA BARAT
3. DAERAH TINGKAT I SUMATERA BARAT
I. GAMBARAN UMUM
1. Keadaan daerah
Luas wilayah propinsi Sumatera Barat adalah 42.297 km2.
Dari luas tersebut hanya 13,9% yang dapat diusahakan sebagai
daerah pertanian, selebihnya berupa hutan lindung, sungai-su-
ngai, danau-danau, dan tanah tandus. Di samping tanah darat-
an, Sumatera Barat juga mempunyai daerah kepulauan, yaitu Ke-
pulauan Mentawai. Daerah ini didiami oleh suku terasing de-
ngan tingkat kehidupan ekonomi dan sosial budaya yang relatif
masih terkebelakang.
Penduduk Sumatera Barat pada tahun 1980 adalah sebanyak
3.406.816 jiwa dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 2,23% per
tahun dan kepadatan penduduk 81 jiwa per /km2.
Propinsi Sumatera Barat terdiri dari 14 Daerah Tingkat
II, yaitu 8 kabupaten dan 6 kotamadya, 100 kecamatan, dan
3.518 desa.
Mata pencaharian penduduk yang utama adalah pertanian,
terutama pertanian pangan seperti padi, hortikultura, dan ka-
cang-kacangan, kemudian perkebunan yang menghasilkan komoditi
ekspor seperti kelapa, kayu manis, cengkeh, gambir dan lada.
Hasil pertanian lainnya ialah ikan, baik yang berasal dari
perairan umum, danau-danau maupun budidaya. Hasil kehutanan
juga cukup baik dan terdapat terutama di Kepulauan Mentawai.
Mata pencaharian lainnya ialah di sektor jasa, perdagangan,
dan industri yang akhir-akhir ini juga menunjukkan peranan
73
yang semakin penting di dalam menunjang pertumbuhan ekonomi
penduduk. Di samping itu di Sumatera Barat terdapat potensi
bahan-bahan galian seperti batubara, marmer, batu silika, ka-
pur, trass dan lain sebagainya. Di samping itu Kepulauan Men-
tawai, Danau Maninjau, Danau Singkarak dan Bukittinggi meru-
pakan daerah pariwisata yang masih dapat dikembangkan, dan
mempunyai potensi untuk pengembangan tenaga pembangkit lis-
trik.
Dilihat dari komposisi Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) di Sumatera Barat tahun 1980, sumbangan sektor perta-
nian cukup besar, yaitu sebanyak Rp.99,1 milyar atau 34,5%
dari PDRB Sumatera Barat. Perkembangan PDRB Sumatera Barat
antara 1975 sampai dengan 1980 berdasarkan harga konstan 1975
adalah rata-rata 11,9% per tahun. Bila dibandingkan dengan
total PDRB seluruh Indonesia maka kontribusi PDRB daerah ini
pada tahun 1975 adalah 1,35%, dan pada tahun 1980 meningkat
menjadi 1,6%.
2. Masalah-masalah yang dihadapi
Propinsi Sumatera Barat sejak lama telah merupakan daerah
surplus pangan yang menjual kelebihannya kepada propinsi te-
tangganya. Tetapi daerah pertanian di propinsi ini mengalami
kekurangan tenaga kerja, sehingga upah menjadi tinggi, dan
oleh karena itu banyak daerah-daerah pertanian yang belum di-
usahakan. Di samping itu sarana dan prasarana angkutan ke pe-
desaan belum memadai dan hal ini menyebabkan belum adanya
sistim pemasaran hasil-hasil pertanian yang teratur.
Dari luas sawah daerah Sumatera Barat sebesar 210.725 ha,
yang berpengairan teknis adalah 5.769 ha, setengah teknis
74
90.776 ha, sederhana 84.561 ha dan sawah tadah hujan 29.619
ha. Yang sudah terjangkau oleh kegiatan intensifikasi barulah
sawah yang berpengairan teknis dan setengah teknis. Di sam-
ping itu potensi untuk ekstensifikasi pertanian masih cukup
tersedia, yang dapat dilihat dari potensi irigasi teknis se-
luas 7.335 ha dan irigasi setengah teknis seluas 100.119 ha.
Masalah produksi pangan lainnya ialah belum selesainya pemba-
ngunan irigasi Panti Rio, Batang Tonggak, Batang Indrapura
dan irigasi Sei Dareh di Sitiung.
Hasil produksi perkebunan yang terbesar di Sumatera Barat
berasal dari perkebunan rakyat (98%), sedangkan perkebunan
besar swasta nasional yang berjumlah 27 buah dengan luas
50.007,82 ha masih amat kecil peranannya sebagai sumber de-
visa. Potensi lahan untuk perkebunan kayu manis, cengkeh,
gambir dan lada masih cukup luas dan terdapat di Kabupaten
Agam, Pasaman, Limapuluhkota, Tanah Datar, Solok, dan Pesisir
Selatan. Di samping itu berbagai upaya rehabilitasi bekas
perkebunan yang terlantar belum dapat diselesaikan seluruhnya
selama Repelita III.
Tingkat produksi ikan hingga kini masih rendah karena ma-
sih terbatasnya prasarana dan sarana produksi, dan masih ku-
rangnya modal, tenaga kerja, penyuluhan dan lain-lain seba-
gainya. Sampai tahun 1982 baru tercatat 1.001 buah perahu mo-
tor. Bila jumlah ini dibandingkan dengan jumlah yang ada pada
tahun 1978, maka sudah terjadi kenaikan sebesar 84,35%. Khu-
sus mengenai budidaya ikan maka luas kolam yang ada baru
4.041 ha, dan bila dibandingkan dengan luasnya pada tahun
1978, hanya terdapat kenaikan 7,64%. Sedangkan PPI (Pangkalan
Pendaratan Ikan) baru ada 5 buah yaitu di Bungus, Pariaman,
Tiku, Painan dan Gaung.
75
Perbedaan pendapatan antara golongan ekonomi lemah dan
ekonomi kuat di pedesaan tidak jauh. Pendapatan petani rata-
rata masih rendah, tetapi yang mengusahakan tanaman keras
tingkat ekonominya berada di bawah petani yang menghasilkan
tanaman pangan, apalagi petani nelayan pendapatannya masih
lebih rendah daripada petani yang mengusahakan tanaman keras
atau petani perkebunan.
Untuk meningkatkan pendapatan petani dan untuk menampung
tenaga kerja akan diusahakan peningkatan kegiatan industri
yang mengolah hasil-hasil pertanian. Namun usaha-usaha ini
akan terhambat oleh kurangnya modal dan terbatasnya tenaga
kejuruan yang terampil. Di dalam rangka meningkatkan produksi
semen Indarung IV dan produksi batu bara, maka prasarana pe-
labuhan, jalan raya dan kereta api yang merupakan sarana
pendukung, pada Repelita I, II dan III telah ditingkatkan,
namun masih belum seimbang dengan meningkatnya volume pem-
bangunan itu sendiri, terutama dermaga Pelabuhan Teluk Bayur,
pergudangan dan lapangan terbuka.
Pada tahun-tahun yang lalu Sumatera Barat mengalami kele-
bihan tenaga guru dan mengirimkan kelebihannya ke daerah te-
tangga, tetapi sekarang Sumatera Barat sendiri mengalami ke-
kurangan tenaga guru dan guru untuk sekolah luar biasa. Di
samping itu daerah ini juga kekurangan tenaga kejuruan mene-
ngah, sedang tenaga-tenaga kejuruan yang ada belum siap pakai.
Lapangan Udara Tabing sudah tidak mungkin diperluas lagi,
sedangkan kebutuhan akan prasarana perhubungan udara semakin
meningkat.
Kebutuhan akan fasilitas rumah sakit di Sumatera Barat
semakin meningkat, karena yang memanfaatkan rumah sakit itu
76
bukan hanya penduduk propinsi Sumatera Barat melainkan juga
penduduk propinsi-propinsi di sekitarnya, yaitu Jambi dan
Riau, sedang fasilitas yang ada kurang memadai.
II. ARAH DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
1. Arah pembangunan daerah dalam rangka pembangunan na-sional.
Sesuai dengan Pola Umum Jangka Panjang, daerah Sumatera
Barat maka dalam Repelita IV prioritas diberikan kepada pem-
bangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor perta-
nian yang terpadu dalam pembangunan daerah pedesaan, dalam
rangka mempertahankan kemantapan swasembada pangan, mening-
katkan hasil-hasil pertanian, meningkatkan industri yang men-
dukung sektor pertanian dan industri lainnya yang sesuai de-
ngan kondisi daerah, serta mengembangkan pariwisata.
Kebijaksanaan pembangunan industri diarahkan pada usaha-
usaha pembuatan mesin-mesin yang mengolah bahan mentah men-
jadi bahan baku dan barang jadi, khususnya hasil-hasil perta-
nian, baik yang berasal dari Sumatera Barat maupun dari dae-
rah sekitarnya. Di samping itu akan ditingkatkan industri
pengolahan hasil-hasil pertambangan dan bahan galian batuba-
ra, bahan baku semen, marmer, dan bahan galian lainnya. Dalam
hal ini perhatian utama akan diberikan pada usaha-usaha per-
luasan kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha dan
peningkatan ekspor. Pembangunan industri juga diarahkan pada
pembangunan industri rumah tangga dan kerajinan yang sifatnya
padat karya. Dalam pembangunan industri diusahakan agar
industri besar, menengah dan kecil saling mengisi dengan me-
manfaatkan peranan koperasi industri kecil.
77
Pengembangan pariwisata dilakukan dengan memanfaatkan ke-
kayaan kebudayaan lokal dan Cara hidup penduduk serta kein-
dahan alam. Bidang pariwisata mempunyai pusat kegiatan di Bu-
kittinggi, dan di samping itu dikembangkan obyek-obyek wisata
di berbagai lokasi. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan peme-
rataan pembangunan akan dilanjutkan konsep perwilayahan dan
akan disempurnakan sesuai dengan perkembangan yang terjadi.
Kebijaksanaan pembangunan yang ditempuh dalam Repelita IV
adalah dengan menggunakan pendekatan pembangunan secara wila-
yah dan pembangunan secara sektoral. Untuk ini daerah Sumate-
ra Barat dibagi menjadi wilayah-wilayah pembangunan. Wilayah
Pembangunan I dengan pusat pengembangan Lubuk Sikaping meli-
puti Kabupaten Pasaman yang mempunyai ciri daerah pinggiran
yang mengutamakan produksi tanaman keras atau perkebunan dan
peternakan, di samping tetap memanfaatkan potensi yang terse-
dia dalam produksi tanaman pangan, terutama padi. Wilayah
Pembangunan II dengan pusat pengembangan Bukittinggi terdiri
dari Kabupaten Agam, Kabupaten Limapuluhkota, Kabupaten Ta-
nahdatar, Kotamadya Bukittinggi, Kotamadya Payakumbuh, dan
Kotamadya Padang Panjang yang mempunyai ciri sebagai daerah
penghasil bahan makanan beras dan sayuran dan di samping itu
turut pula dalam produksi hasil industri kerajinan dan pari-
wisata. Wilayah Pembangunan III dengan pusat pengembangan Pa-
dang terdiri dari Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesi-
sir Selatan, dan Kotamadya Padang yang mempunyai ciri kegiat-
an produksi dalam bidang perikanan, bahan makanan, industri
kimia dasar, industri kecil, dan aneka industri. Wilayah Pem-
bangunan IV dengan pusat pengembangan Solok terdiri dari ka-
bupaten Solok, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung dan Kotamadya
Sawahlunto yang mempunyai ciri kegiatan produksi dalam bidang
78
tanaman keras atau perkebunan, bahan makanan, dan hasil per-
tambangan. Wilayah Pembangunan V dengan pusat pengembangan
Sikakap meliputi Kepulauan Mentawai yang mempunyai ciri ke-
giatan produksi di bidang perkayuan, perikanan, dan tanaman
perkebunan.
Dalam Repelita IV daerah Sumatera Barat diperkirakan akan
tumbuh dengan laju pertumbuhan rata-rata 6% setahun.
2. Kebijaksanaan pembangunan daerah
Kebijaksanaan yang ditempuh selama Repelita IV tidak akan
berbeda dengan kebijaksanaan dalam Repelita III, yaitu pe-
ningkatan sektor pertanian. Kalau pada Repelita III prioritas
utama ditekankan kepada sub sektor pangan, maka pada Repelita
IV yang diutamakan adalah sub sektor perkebunan sebagai peng-
hasil bahan ekspor. Namun demikian sektor pangan akan tetap
ditingkatkan baik dengan ekstensifikasi maupun intensifikasi
dan di samping itu akan ditingkatkan sarana penunjangnya se-
perti irigasi teknis, setengah teknis maupun sederhana.
Untuk meningkatkan penerimaan devisa dari sektor non mi-
nyak yang dikaitkan dengan kesempatan atau lapangan kerja di
luar sektor pertanian, maka akan dibangun industri hulu de-
ngan padat modal yang mengolah hasil pertambangan dan bahan
galian, mengolah hasil-hasil pertanian menjadi barang jadi
dan di samping itu juga akan ditingkatkan industri kerajinan
dan rumah tangga dengan padat karya. Kecuali memberikan la-
pangan kerja, industri kerajinan ini juga merupakan faktor
pendukung untuk pengembangan program pariwisata.
79
Pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan devisa
non minyak dikembangkan dengan menjadikan Bukittinggi sebagai
pusat kegiatan pariwisata. Untuk ini berbagai program prasa-
rana dan sarana dikembangkan secara bertahap dan berkelanjut-
an.
Pembangunan di Sumatera Barat baik pembangunan di bidang
ekonomi maupun di bidang sosial bukan hanya untuk Sumatera
Barat sendiri, melainkan juga untuk mengisi kebutuhan daerah
tetangga lainnya dan untuk kebutuhan pasar internasional.
Oleh karena itu peningkatan prasarana dan sarana perhubungan
mendapat tempat utama sebagai sarana penunjang, antara lain
yaitu peningkatan jalan yang menuju ke pedesaan dan ke pusat
pusat perkembangan, pembangunan Pelabuhan Laut/Teluk Bayur,
dan pemindahan Lapangan Udara Tabing ke Ketaping.
Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga yang menunjang in-
dustri hulu dan industri-industri lainnya, serta untuk keper-
luan irigasi, diperlukan tenaga penggerak seperti PLTA Manin-
jau, PLTU Ombilin dan PLTA Singkarak. Untuk memenuhi kebutuh-
an tenaga kerja di bidang industri baik industri ringan, in-
dustri berat maupun industri kerajinan dan rumah tangga, di-
perlukan tenaga-tenaga yang berpendidikan tinggi dan kejuruan
menengah yang akan diperoleh dengan meningkatkan sekolah ke-
juruan dan perguruan tinggi.
Untuk dapat melayani kebutuhan masyarakat di bidang kese-
hatan akan dididik 400 orang setiap tahun untuk berbagai ke-
ahlian yaitu tenaga medis, perawat, ahli gizi, dan penilik
kesehatan. Agar siswa-siswa tersebut dapat belajar dengan
baik akan dibangun kampusnya di Padang. Selanjutnya karena
Rumah Sakit Umum di Padang juga melayani propinsi-propinsi
80
tetangga, maka Rumah Sakit Umum ini akan ditingkatkan menjadi
kelas B.
Kebijaksanaan khusus perlu pula dilakukan bagi daerah Ke-
pulauan Mentawai dan daerah yang berbatasan dengan propinsi
lainnya yang merupakan daerah "terpencil". Pembangunan Kepu-
lauan Mentawai dikaitkan dengan strategi pertahanan dan kea-
manan. Sehubungan dengan keadaan penduduk yang tipis maka
perlu dilancarkan program transmigrasi. Dengan adanya program
ini kepulauan tersebut akan menjadi daerah transmigrasi Sap-
tamarga. Program transmigrasi di Kepulauan Mentawai ini juga
diarahkan untuk dapat mendukung program peningkatan produksi
perikanan yang telah dirintis dalam Repelita III.
Rehabilitasi serta penyempurnaan prasarana dan sarana Pe-
labuhan Teluk Bayur dipadukan dengan jalan kereta api dan ja-
lan raya yang menghubungkan pelabuhan dengan kantong-kantong
produksi sehingga dapat menampung arus lalu-lintas barang dan
penumpang yang sepadan dengan lajunya pembangunan.
Untuk meningkatkan ekspor dan pendapatan petani nelayan,
terutama di pantai barat, akan dikembangkan areal tambak
udang di Kabupaten Pesisir Selatan.
Penyusunan rencana pembangunan kawasan industri di Kota-
madya Padang yang telah dijajaki pada Repelita III, akan di-
laksanakan pada Repelita IV.
III.KEGIATAN-KEGIATAN PEMBANGUNAN SELAMA REPELITA IV
Peningkatan produksi tanaman pangan akan dilaksanakan me-
lalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi selain
tanaman padi, palawija juga intensifikasi hortikultura akan
terus ditingkatkan.
81
Untuk itu sarana pendukungnya seperti balai-balai benih,
balai-balai penyuluhan pertanian, usaha-usaha perlindungan
tanaman dan lain-lain akan terus ditingkatkan.
Untuk menunjang pembangunan dibidang pertanian tanaman
pangan akan ditingkatkan fasilitas yang mendukungnya yaitu
dengan pembangunan irigasi baru maupun peningkatan irigasi
yang sedang dikerjakan seperti irigasi Batang Tonggar, iriga-
si Indrapura, irigasi Sungai Dareh (Sitiung) dan irigasi Pan-
ti Rao dan di samping itu akan dilaksanakan pencetakan sa-
wah-sawah baru. Pencetakan sawah dilaksanakan pada lahan iri-
gasi sederhana di daerah Kabupaten Pesisir Selatan, Solok,
Sawahlunto/Sijunjung, Tanah Datar, Padang Pariaman, Agam, Li-
mapuluhkota; lahan irigasi sedang kecil di daerah Kabupaten:
Pesisir Selatan, Solok, dan Agam; dan lahan rawa sederhana
di daerah Kabupaten Pesisir Selatan, Limapuluhkota dan
Pasaman.
Di samping itu akan dilanjutkan usaha diversifikasi ta-
naman dan pemanfaatan pekarangan untuk tanaman bernilai gizi
tinggi dari komoditi palawija dan hortikultura.
Dalam rangka peningkatan produksi perkebunan, akan dilak-
sanakan melalui usaha-usaha pokok peremajaan/perluasan tanam-
an karat, kelapa, kelapa sawit, coklat, lada, cengkeh, tebu,
pala, cassiavera yang akan mencakup areal 57.695 ha, serta
intensifikasi dan rehabilitasi tanaman kelapa, lada, cengkeh,
tembakau seluas 21.988 ha. Selain usaha peningkatan produksi,
juga akan diikuti dengan usaha peningkatan mutu serta per-
baikan tata niaga dengan pengikutsertaan PNP/PTP, perkebunan
besar dan lembaga swasta lainnya dengan meningkatkan peran-
serta koperasi. Pelaksanaannya akan dilakukan dengan pola
82
UPP, pola PIR dan secara parsial. Di samping itu akan diusa-
hakan pengembangan tanaman yang potensial non tradisional se-
perti linum, abaca, stevia, kenaf, melinjo, jarak, tanaman
obat-obatan dan lain-lain.
Pembangunan peternakan dilaksanakan melalui usaha pokok
intensifikasi dan ekstensifikasi peternakan sapi, kerbau, sa-
pi perah, kambing dan aneka ternak. Di samping itu akan di-
tingkatkan pusat pembibitan ternak sapi dan hijauan makanan
ternak di Padang Mangatas, penyidikan penyakit hewan di Bu-
kittinggi, pengembangan aneka ternak di beberapa kabupaten,
serta peningkatan kegiatan penyuluhan.
Di bidang perikanan peningkatan produksi perikanan akan
dilaksanakan dengan meningkatkan prasarana dan sarana produk-
si, permodalan, tenaga kerja dan penyederhanaan peraturan-pe-
raturan, penyuluhan dan pembinaan tani nelayan dalam hal per-
luasan tambak-tambak terutama udang.
Di samping itu akan dilakukan pula penyempurnaan
pelabuhan perikanan yakni di Bungus dan Sikakap dan
penyempurnaan BBI di Sicincin, Payakumbuh, dan Sijunjung.
Di bidang industri akan dilakukan usaha-usaha untuk me-
ningkatkan industri yang mengolah bahan mentah menjadi barang
setengah jadi dan barang jadi, industri yang mengolah hasil
pertanian/perkebunan dan industri yang mengolah hasil pertam-
bangan. Guna mendorong pembangunan industri akan dipersiapkan
pembangunan kawasan industri.
Di bidang pertambangan kegiatan eksplorasi batubara akan
ditingkatkan pada daerah-daerah tambang antara lain Tanah Hi-
tam, Sawah Luhung, Sugar, Waringin, Parambahan dan lain-lain.
83
Untuk meningkatkan produksi akan dilakukan penambahan dan re-
habilitasi peralatan tambang, hingga produksi batubara Ombi-
lin dan Sawahlunto pada akhir Repelita IV diharapkan dapat
mencapai 1,3 juta ton per tahun. Di samping itu pemetaan geo-
logi teknik akan dilaksanakan dalam rangka pengumpulan data
dasar geologi teknik untuk pengembangan wilayah.
Di bidang kelistrikan akan diusahakan peningkatan dengan
pembangunan PLTA Singkarak, PLTU Solok/Sawahlunto, PLTU Ombi-
lin, PLTA Danau Diatas dan Danau Dibawah, dan penyempurnaan
PLTA Maninjau.
Di bidang prasarana dan sarana perhubungan akan diting-
katkan fasilitas Pelabuhan Laut Teluk Bayur, serta akan di-
usahakan pemindahan Pelabuhan Udara Tabing ke Ketaping. Di
samping itu akan ditingkatkan rel kereta api antara Lubuka-
lung - Padangpanjang - Sawahlunto.
Pembangunan di bidang jalan akan diprioritaskan pada pro-
gram peningkatan jalan dan jembatan dengan pembukaan jalan
baru antara Sumatera Barat - Sumatera Utara, melanjutkan pem-
bangunan jalan Sumatera Barat - Jambi, yaitu antara Lubuk Se-
lasih - Lubuk Gadang - batas Kerinci, melanjutkan pembangunan
jalan untuk membuka daerah Solok Selatan yaitu antara Lubuk
Gadang - Abai Siat.
Dalam rangka mengembangkan kepariwisataan akan diusahakan
penyediaan fasilitas untuk pariwisata di Bukittinggi, Danau
Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas dan Danau Dibawah
serta Kepulauan Mentawai.
Dalam rangka peningkatan kegiatan perdagangan akan dilak-
sanakan melalui penyempurnaan sistem administrasi termasuk
84
penyempurnaan perundang-undangan dan peraturannya, penyeder-
hanaan sistem perizinan serta usaha-usaha penyempurnaan lem-
baga perdagangan dan pemasaran untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas penyaluran sarana produksi serta pemasaran
hasil-hasil produksi. Demikian pula akan dilanjutkan usa-
ha-usaha perluasan pasaran barang-barang produksi dalam nege-
ri melalui pameran-pameran dagang dan penyebarluasan infor-
masi pasar, perlindungan konsumen serta peningkatan dan pe-
ngembangan peranan pedagang golongan ekonomi lemah melalui
penataran, penyuluhan dan pusat-pusat pembinaan/pelayanan pe-
ngusaha golongan ekonomi lemah. Usaha-usaha untuk meningkat-
kan ekspor non migas akan terus dilanjutkan dalam rangka pe-
ngembangan perdagangan luar negeri melalui penggarapan komo-
diti potensial, peningkatan koordinasi yang lebih terpadu an-
tar instansi dan penyuluhan eksportir.
Dalam rangka peningkatan daya tampung di bidang pendidik-
an untuk tingkat sekolah dasar akan dibangun tambahan sekitar
4.520 ruang kelas baru, perbaikan sekitar 2.620 gedung seko-
lah dasar dan TK yang ada. Pada tingkat SMTP, untuk SMP akan
dibangun sekitar 125 unit sekolah baru, penambahan sekitar
834 ruang kelas baru, rehabilitasi 89 sekolah, serta pengem-
bangan sejumlah SMTP Kejuruan dan Teknologi. Pada tingkat
SMTA akan dibangun sekitar 23 unit SMA baru, 2 STM dan 1 SMT
Pertanian, 2 SMEA, penambahan 308 ruang kelas baru untuk SMA
dan pengembangan 10 SPG, serta rehabilitasi 21 gedung SMA,
sekolah kejuruan dan teknologi negeri, 2 SGO serta sekolah
kejuruan dan teknologi swasta. Untuk pelaksanaan dan peman-
tapan wajib belajar akan dibangun kantor pengelolaan pembi-
naan pendidikan dasar pada 25 kecamatan.
Untuk meningkatkan mutu pada TK, SLB, SD, SMTP dan SMTA,
85
akan disediakan buku pelajaran pokok, buku bidang studi, buku
perpustakaan, alat-alat pelajaran, alat peraga, dan alat ke-
terampilan. Di samping itu akan diadakan penataran guru, ke-
pala sekolah, dan pembina. Khusus pada tingkat SMTP dan SMTA
akan dibangun 115 ruang laboratorium ilmu-ilmu alam untuk SMP
dan 24 ruang untuk SMA, ruang keterampilan 170 ruang untuk
SMP, dan 16 ruang untuk SMA. Dalam hal ini, penelusuran bakat
dan kemampuan siswa akan terus ditingkatkan.
Dalam rangka peningkatan pendidikan tinggi, Universitas
Andalas akan ditingkatkan dan dikembangkan dengan prioritas
bidang teknologi, sains, pertanian dan ekonomi. Untuk bidang
teknologi akan dibuka fakultas teknik, sedangkan untuk pro-
gram diploma akan didirikan diploma teknologi dan diploma
Pertanian (Agro politek). IKIP Padang akan ditingkatkan ter-
utama untuk pengadaan guru, guna memenuhi kebutuhan guru se-
kolah pembangunan. ASKI Padangpanjang akan dikembangkan dan
diarahkan untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan
daerah melalui seni tari dan karawitan. Di samping itu pem-
binaan terhadap perguruan tinggi swasta akan ditingkatkan.
Di bidang kebudayaan akan terus ditingkatkan antara lain
dalam bidang kepurbakalaan, kesejarahan dan permuseuman mela-
lui pemugaran obyek kepurbakalaan, serta pemugaran dan peme-
liharaan berbagai situs kepurbakalaan; pengembangan permu-
seuman; serta pengembangan dan pembinaan bahasa daerah.
Di bidang agama akan disediakan kitab suci berbagai aga-
ma, diberikan bantuan kepada masyarakat untuk pembangunan/re-
habilitasi 1.250 tempat ibadah berbagai agama dan pembangunan
30 balai nikah dan penasehatan perkawinan, serta perluasan
86
sejumlah balai sidang pengadilan agama dan kantor-kantor
urusan agama tingkat kecamatan, kabupaten/kotamadya dan wi-
layah.
Sebagai usaha peningkatan mutu perguruan agama, akan di-
tingkatkan dan disempurnakan prasarana dan sarana pendidikan
pada madrasah ibtidaiyah negeri, madrasah tsanawiyah negeri
dan madrasah aliyah negeri serta pendidikan guru agama nege-
ri. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi rehabilitasi (terma-
suk madrasah ibtidaiyah swasta)/penambahan ruang kelas, pe-
nyediaan antara lain alat peraga, buku pelajaran dan buku
perpustakaan serta penataran guru berbagai bidang studi. Di
samping itu IAIN Imam Bonjol akan terus ditingkatkan sesuai
dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Demikian pula penerangan
dan bimbingan hidup beragama terutama bagi masyarakat khusus.
Pembangunan di bidang hukum dalam Repelita IV, direnca-
nakan antara lain pembangunan sebuah gedung pengadilan nege-
ri, perluasan/rehabilitasi sejumlah pengadilan negeri dan
pembangunan beberapa tempat sidang di kota-kota kecil, pem-
bangunan 1 lembaga pemasyarakatan, pembangunan 4 rumah tahan-
an Negara (RUTAN), pembangunan sejumlah rumah penitipan ben-
da-benda sitaan negara (RUPBASAN); perubahan sejumlah lembaga
pemasyarakatan menjadi RUTAN, pembangunan 1 asrama tahanan
imigrasi dan sebuah pos imigrasi. Selain itu akan dibangun
pula 2 kantor kejaksaan negeri di Kabupaten Solok dan Limapu-
luhkota; serta rehabilitasi/ perluasan sejumlah kantor kejak-
saan Negeri.
Kegiatan penyuluhan hukum akan lebih ditingkatkan dalam
87
rangka peningkatan kesadaran hukum masyarakat. Sementara itu
dalam rangka memberikan kesempatan memperoleh keadilan dan
perlindungan hukum, penyelenggaraan bantuan hukum dan konsul-
tasi hukum terutama untuk golongan masyarakat yang kurang
mampu akan lebih dimantapkan.
Pelaksanaan operasi yustisi dalam rangka penegakan hukum
akan lebih ditingkatkan pula.
Dalam rangka pengembangan yurisprudensi termasuk kasus
kasus hukum adat, akan lebih ditingkatkan kerjasama dengan
Universitas Andalas.
Dalam rangka upaya meningkatkan pelayanan kesehatan ma-
syarakat melalui Puskesmas akan dilakukan pembangunan 15 Pus-
kesmas dan 8 Puskesmas Pembantu terutama di daerah pemukiman
baru termasuk daerah transmigrasi dan daerah terpencil. Un-
tuk peningkatan pelayanan kesehatan di Kepulauan Mentawai
diusahakan pengadaan Puskesmas Keliling dalam bentuk perahu
bermotor. Untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan jang-
kauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan ditingkatkan
pula penyuluhan kesehatan dengan menggunakan pendekatan pem-
bangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD). Selain itu akan
ditingkatkan berbagai kegiatan yang ditujukan terutama kepada
kelompok ibu dan anak serta usaha kesehatan sekolah.
Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan rujukan akan
diusahakan peningkatan RSUP dr. Djamil, meningkatkan RSU dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi dari kelas C ke kelas B, mening-
katkan 1 buah RS kelas C menjadi kelas C+, 4 buah RS kelas D
menjadi kelas C dan 2 buah RS kelas D menjadi kelas D+ dan
peningkatan rumah sakit umum lainnya yang ada, serta pelayan-
88
an kesehatan jiwa terutama melalui pelayanan rawat jalan dan
peningkatan pelayanan laboratorium kesehatan.
Untuk menjamin tercapainya sistem pengadaan dan distribu-
si obat pada unit-unit pelayanan kesehatan akan dibangun 8
buah sarana penyimpanan obat, alat dan perbekalan kesehatan.
Peningkatan upaya kesehatan lainnya adalah pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, serta peningkatan pengendali-
an, pengadaan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika, alat
kesehatan dan bahan berbahaya. Selain itu juga dilakukan pe-
ningkatan perbaikan gizi melalui usaha perbaikan gizi keluar-
ga (UPGK), peningkatan pencegahan dan penanggulangan kekura-
ngan vitamin A dan anemia gizi besi serta pencegahan gondok
endemik. Untuk meningkatkan kemampuan dan pengelolaan program
gizi, sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) akan dikem-
bangkan. Di samping itu akan ditingkatkan kesehatan lingkung-
an semua penduduk dan dilakukan usaha untuk menambah berbagai
jenis sarana air bersih. Dalam rangka meningkatkan pembangun-
an sarana air bersih, terutama untuk penduduk pedesaan, akan
dibangun 35 buah penampungan air dengan perpipaan, 15 buah
sumur artesis, 40 buah perlindungan mata air, 1.200 buah pe-
nampungan air hujan, 17.964 buah sumur pompa tangan dangkal
dan dalam serta sejumlah sarana air bersih jenis lainnya.
Untuk memenuhi kekurangan tenaga kesehatan, khususnya te-
naga paramedis akan dilakukan peningkatan jumlah lulusan te-
naga kesehatan, dengan cara melipatgandakan jumlah penerimaan
dengan membuka kelas paralel pada sekolah/akademi yang ada.
Di samping itu akan ditingkatkan sarana pendidikan serta akan
dibangun berbagai sekolah/akademi kesehatan sesuai keperluan-
89
nya, ditingkatkan sekolah/akademi yang ada dan dilaksanakan
pendidikan pekarya kesehatan.
Di biding tenaga kerja dilanjutkan kegiatan latihan, dan
keterampilan serta kewiraswastaan di lembaga-lembaga latihan
yang ada baik milik pemerintah, maupun lembaga latihan swasta
dan perusahaan. Kegiatan latihan disesuaikan dengan kebutuhan
pasar kerja dan kesempatan kerja daerah setempat. Selain itu
lebih ditingkatkan perencanaan tenaga kerja yang menyeluruh,
terkoordinasi dan terpadu mencakup semua sektor pembangunan
pemerintah dan swasta baik di Daerah Tingkat I, maupun di
Daerah Tingkat II. Penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja
muda terdidik ke daerah pedesaan sebagai Tenaga Kerja Sukare-
la Pelopor Pembaharuan dan Pembangunan terus dilanjutkan dan
disempurnakan.
Proyek Padat Karya Gaya Baru (PKGB) yang ditujukan untuk
mengatasi masalah kekurangan lapangan kerja dilaksanakan di
kecamatan-kecamatan padat penduduk dan miskin baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan dengan mengutamakan wilayah-wilayah
yang sering dilanda bencana alam dan kegiatan ekonomi yang
menurun. Sejauh mungkin pelaksanaan kegiatan PKGB dipadukan
dengan pembangunan wilayah kecamatan UDKP.
Selama Repelita IV pelaksanaan transmigrasi dalam rangka
penyebaran penduduk dan pembukaan areal pertanian baru akan
dilanjutkan. Diperkirakan selama Repelita IV akan dilaksana-
kan penyiapan lahan seluas ± 6.518 ha untuk menampung sekitar
± 4.345 kepala keluarga penduduk di daerah pemukiman trans-
migrasi yang terdiri dari transmigran umum, transmigran swa-
karsa dan pemukiman kembali.
90
Dalam bidang perkoperasian, upaya peningkatan kemampuan
organisasi, tata laksana, dan usaha akan dilanjutkan. Upaya
peningkatan itu tetap akan diprioritaskan pada koperasi pri-
mer, khususnya Koperasi Unit Desa (KUD) yang melaksanakan
usaha dalam bidang pertanian pangan, peternakan rakyat, per-
ikanan rakyat, perkebunan rakyat, kerajinan rakyat, industri
kecil, perkreditan/simpan pinjam, kelistrikan desa, jasa ang-
kutan pedesaan, dan berbagai jenis komoditi ekspor yang di-
produksi masyarakat pedesaan Sumatera Barat. Lain dari pada
itu, mutu dan intensitas pelayanan koperasi kepada anggotanya
juga akan ditingkatkan.
Untuk mendukung upaya peningkatan di atas akan diusahakan
adanya penyempurnaan metoda, materi, dan penyelenggaraan pen-
didikan, penataran dan latihan keterampilan pengurus, badan
pemeriksa, manajer, dan karyawan koperasi serta penyempurnaan
cara pemberian bantuan tenaga manajemen yang terdidik/terla-
tih kepada KUD yang dianggap masih memerlukan bantuan dimak-
sud. Untuk menciptakan iklim masyarakat yang mendukung pe-
ngembangan koperasi yang sehat, maka penerangan dan penyuluh-
an perkoperasian akan dilanjutkan dan ditingkatkan.
Untuk membantu golongan ekonomi lemah maka usaha-usaha
yang telah dilaksanakan dalam Repelita III, seperti bimbing-
an, latihan keterampilan untuk meningkatkan mutu, penyediaan
fasilitas pasar dan bantuan modal (kredit candak kulak dan
sebagainya) akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan, sedang-
kan potensi pengusaha kecil akan terus dikembangkan antara
lain melalui program KIK dan KMKP.
Di bidang kesejahteraan sosial akan dilakukan kegiatan
antara lain: memberikan penyantunan dan pengentasan kepada
91
para anak terlantar, lanjut usia, fakir miskin, korban benca-
na alam dan tuna sosial, dan para cacat serta meningkatkan
pembinaan organisasi yayasan-yayasan yang bergerak di bidang
sosial untuk meningkatkan partisipasi sosial masyarakat. Un-
tuk menjangkau sasaran pelayanan dan pembangunan bidang kese-
jahteraan sosial di daerah pedesaan akan dikembangkan dan di-
bina tenaga-tenaga pembimbing sosial masyarakat; demikian pu-
la karang taruna akan ditingkatkan dan kegiatannya akan dipa-
dukan dengan program pembinaan generasi muda dan di samping
itu akan ditingkatkan jumlah karang taruna baru. Peningkatan
peranan dan fungsi wanita akan lebih digairahkan untuk mena-
ngani masalah kesejahteraan sosial.
Pembangunan di bidang perumahan yang mencakup pembangunan
perumahan sederhana dan perumahan inti dan perintisan per-
baikan lingkungan perumahan kota akan dilakukan antara lain
di kota-kota Padang, Bukittinggi, Padangpanjang, Solok dan
Payakumbuh. Perintisan pemugaran perumahan desa akan dilaku-
kan pada kurang lebih 150 desa. Sedangkan perintisan pem-
buangan sampah dan pembangunan saluran air hujan (drainase)
akan dilakukan di Padang dan beberapa kota lainnya.
Kegiatan dalam program penyediaan air bersih akan dite
kankan pada penyelesaian kegiatan-kegiatan yang telah dimulai
pada Repelita III serta perluasan dan peningkatan pelayanan
air bersih antara lain di kota Padang, Bukittinggi, Padang-
panjang, serta pelayanan air bersih untuk beberapa IKK (Ibu-
kota Kecamatan).
Untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk dan meningkat-
kan kesejahteraan keluarga, kegiatan program keluarga beren-
cana dilanjutkan. Diharapkan dapat dicapai sejumlah kurang
92
lebih 423.000 peserta baru dan sekitar 321.000 peserta les-
tari. Di samping itu dilanjutkan pembinaan untuk menjaga
kelangsungan peserta program keluarga berencana yang sudah
ada.
Di bidang penerangan akan dilanjutkan tugas-tugas pene-
rangan operasional antara lain melalui sarasehan dengan me-
manfaatkan Puspenmas sebagai pusat pelayanan informasi, pa-
meran, kegiatan sosio-drama dan pertunjukan tradisional yang
komunikatif. Untuk meningkatkan penyebaran arus informasi ke
pedesaan, kegiatan koran masuk desa (KMD) dilanjutkan dengan
mengikut sertakan secara aktif peranan pers daerah setempat.
Di samping itu akan dilaksanakan rehabilitasi/pembangunan
stasiun RRI dan peningkatan siarannya serta pembangunan sta-
siun pemancar TV.
Di bidang pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup
serta guna mempertahankan keseimbangan ekologi, terutama da-
lam rangka rehabilitasi tanah kritis, akan dilanjutkan ke-
giatan penghijauan dan reboisasi. Pelaksanaannya akan diuta-
makan pada daerah-daerah kritis terutama pada DAS Agam dan
Kuantan. Demikian pula pencegahan pencemaran lingkungan, baik
di desa maupun di perkotaan, pembinaan suaka alam dan hutan-
hutan lindung, akan dilanjutkan.
Dalam rangka mengkoordinasikan dan menyerasikan pelaksa-
naan kegiatan pembangunan yang dilakukan secara sektoral da-
lam berbagai program, baik yang dilakukan oleh Pemerintah
maupun yang dilakukan masyarakat, penyusunan rencana tata
ruang kota dan wilayah akan dilanjutkan. Kualitas rencana ko-
ta dan rencana wilayah akan ditingkatkan dan disempurnakan
hingga dapat dipergunakan secara efektif baik sebagai pedoman
93
pelaksanaan pembangunan kota dan wilayah maupun pembinaan
tertib tata ruang kota dan tata ruang wilayah. Prioritas akan
diberikan kepada kota-kota pusat pembangunan dan wilayah-wi-
layah yang berkembang dengan cepat.
Untuk mengusahakan keserasian dan pemerataan pembangunan
di seluruh daerah, maka pembangunan sektoral ditunjang dengan
program-program bantuan kepada daerah. Program-program dimak-
sud adalah Bantuan Pembangunan Desa, Bantuan Pembangunan Dae-
rah Tingkat II, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, Bantuan
Pembangunan Sekolah Dasar, Bantuan Pembangunan Sarana Kese-
hatan, Bantuan Pembangunan Reboisasi dan Penghijauan, Bantuan
Penunjangan Jalan Kabupaten dan Bantuan Kredit Pembangunan/
Pemugaran Pasar.
94
TABELLUAS WILAYAH, SATUAN PEMERINTAHAN DAN
KEPADATAN PENDUDUKDA6RAH TINGKAT I SUMATERA BARAT,
TAHUN 1980
Luas Jumlah Jumlah Desa/ Jumlah Kepadatan Pen-No. Kabupaten/Kotamadya Wilayah Kecamatan Kelurahan Penduduk duduk per km2
(km2) (1980) (1980)1. Kab. Pesisir Selatan 5.700,60 7 310 315.954 552. Kab. S o 1 o k 7.119,20 12 529 355.539 503. Kab. Sawahlunto/Si-
junjung6.371,10 9 281 244.446 38
4. Kab. Tanah Datar 1.336,00 10 386 319.632 2395. Kab. Padang Pariaman 7.419,50 13 475 459.666 626. Kab. A g a m 2.232,30 11 417 389.027 1747. Kab. Limapuluhkota 3.354,30 7 366 272.071 818. Kab. Pasaman 7.835,40 8 415 360.149 469. Kodya Padang 766,00 11 193 480.922 628
10. Kodya Solok 25,00 2 13 31.724 1.26911. Kodya Sawahlunto 6,30 2 20 13.561 2.15312. Kodya Padang Panjang 26,60 2 16 34.517 1.29813. Kodya Bukittinggi 24,90 3 24 105.288 4.22814. Kodya Payakumbuh 80,10 3 73 78.836 984
DAERAH TINGKAT I: 42.297,30 100 3.518 3.406.816 81
95
PROPINSI S U M A T E R A BARAT
PUSAT WILAYAH PEMBANGUNAN
97
i