3. Skarifikasi & stratifikasi benih

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dormansi adalah suatu keadaan dimana benih tidak berkecambah walaupun benih tersebut telah diletakkan pada keadaan yang secara umum telah memenuhi persyaratan bagi suatu benih untuk berkecambah. Benih yang sedang mengalami dormansi tidak mati hanya saja selama benih masih dalam keadaan dorman, maka benih tersebut tidak akan mengalami pertumbuhan. Dormansi benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim atau bahkan hingga bertahun-tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Sebagai contoh kulit biji yang impermiabel terhadap air dan gas sering dijumpai dari benih-benig famili leguminosae. Sedangkan dormasi yang disebabkan oleh kombinasi dari keadaan fisik kulit biji dan keadaan fisiologis embrio dapt ditemukan pada benih Fraxinys excelsior, yang dormansinya diisebabkan oleh kombinasi dari keadan pericrap yang membatasi masuknya olsigen, immaturuty embrio dan kebutuhan kan perlakuan chiling. 27

Transcript of 3. Skarifikasi & stratifikasi benih

Page 1: 3. Skarifikasi & stratifikasi benih

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dormansi adalah suatu keadaan dimana benih tidak berkecambah walaupun

benih tersebut telah diletakkan pada keadaan yang secara umum telah memenuhi

persyaratan bagi suatu benih untuk berkecambah. Benih yang sedang mengalami

dormansi tidak mati hanya saja selama benih masih dalam keadaan dorman, maka

benih tersebut tidak akan mengalami pertumbuhan. Dormansi benih dapat

berlangsung selama beberapa hari, semusim atau bahkan hingga bertahun-tahun

tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya.

Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji

keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut.

Sebagai contoh kulit biji yang impermiabel terhadap air dan gas sering dijumpai

dari benih-benig famili leguminosae. Sedangkan dormasi yang disebabkan oleh

kombinasi dari keadaan fisik kulit biji dan keadaan fisiologis embrio dapt

ditemukan pada benih Fraxinys excelsior, yang dormansinya diisebabkan oleh

kombinasi dari keadan pericrap yang membatasi masuknya olsigen, immaturuty

embrio dan kebutuhan kan perlakuan chiling.

Adanya masa dormansi saat masa tanam benih sangat merugikan bagi petani

karena akan mengurangi jumlah tanaman yang dapat berproduksi. Oleh karena itu

sangat penting bagi mahasiswa pertanian untuk mempelajari dormansi pada benih

dan bagaimana cara untuk mematahkan masa dormansi tersebut. Praktikum kali

ini kami mencoba untuk mematahkan masa dormansi pada benih terutama pada

benih albasia, dan benih melinjo dengan cara skarifikasi baik dengan metode air

panas da metode pengamplasan.

B. Tujuan

Menunjukkan kekerasan biji-biji legumes yang ada pada daerah tropika dan

bagaimana cara skarifikasi dijalankan.

27

Page 2: 3. Skarifikasi & stratifikasi benih

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Benih dapat berkecambah dalam keadaan lingkungan yang menguntungkan

benih untuk berkecambah. Menurut Kamil (1986) syarat utama yang dibutuhkan

untuk dapat aktifnya kembali pertumbuhan embrionik axis (perkecambahan)

adalah: 1. adanya air yang cukup untuk melembabkan biji, 2. suhu yang panas, 3.

cukup oksigen, dan 4. adanya cahaya, terutama ini adalah esensial untuk kebanyak

biji rerumputan dan beberapa biji tanaman tertentu.

Bila tidak terpenuhinya syarat tumbuh tersebut akan mengakibatkan benih

tidak dapat berkecambah. Hal demikian dinamakan benih mengalami dormansi.

Dormasi secara fisilologis menurut Sutopo (1998) sangat dipengaruhi oleh faktor

peerkecmbahan adalah dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolisme

pada embrio, dormansi sekunder, dormansi after ripering dan dormansi

immaturity embryo.

Dormasni secara fisik dapat dibagi menjadi beberapa faktor. Menurut

Sutopo (1998) adalah:

1. Impermeabilitas kulit biji terhadap air.

Dormansi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio berarti

pemgambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktural terdiri dari

lapisan sel-sel serupa polisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar

dan bagian dalamnya emmpunyai lapisan lili dari bahan kutikula.

2. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio.

Beberapa jenis benih tetap berada dalam keadan dorman sisebabkan oleh

kulit bijinya sukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji

dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe dormasni ini dijumpai

pada beberpa jenis gulma. Sebagi contoh pada benih dari Amaranthus sp di dapat

kulit bijinya bisa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio

terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji.

28

Page 3: 3. Skarifikasi & stratifikasi benih

3. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas.

Perkecambahan akan terjadi bila kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen

disekitar benih ditambah. Kebutuhan oksigen untuk perkecambahan lebih besar

pada biji sebelah atas dari pada yang sebelah bawah dan kebutuhan oksigen ini

dipengaruhi oleh tempertur.

Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi

klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan

memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk

mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk

mengatasi dormansi embrio.

Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal

pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat

terjadinya perkecambahan biji yang seragam (Villiers, 1972 dalam Biology Vol: 1

ed). Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun

chemis. Hartman and Kester (1968) mengklasifikasikan dormansi atas dasar

penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk mematahkannya. Stratifikasi yaitu

banyaknya benih yang perlu dikenai temperatur sebelum dapat dikenai temperatur

tertentu sebelum dapat diletakkan pada temperatur yang cocok untuk

perkecambahannya (Sutopo, 1998).

Menurut Sutopo (1998) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu

dormansi fisik dan dormansi fisiologis. Dormansi Fisik biasanya disebabkan oleh

pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras

dan kedap air sehingga dapat menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air

atau gas-gas ke dalam biji. Dormansi fisiologis adalah dormansi yang disebabkan

oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis. Contoh dari dormansi fisiologis

adalah photodormancy, immature embryo, dan thermodormancy.

Secara umum menurut Kamil (1986) dormansi dikelompokkan menjadi 3

tipe yaitu: innate dormansi (dormansi primer); induced dormansi (dormansi

sekunder); dan enforced dormansi.

29

Page 4: 3. Skarifikasi & stratifikasi benih

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Bahan

Bahan yang digunakan, antara lain: biji melinjo, biji albasia, media pasir,

dan air.

B. Alat

Alat yang digunakan, antara lain: polybag, kamera, alat tulis, dan lembar

pengamatan.

C. Prosedur kerja

Tahap-tahap stratifikasi dengan air panas yaitu :

1. Benih albasia (50 x 3) yang masing-masing perlakuan dilakukan dua ulangan

dan satu kontrol, disiapkan diskarifikasi dengan air panas selama 0 menit

(kontrol), 10, dan 20 menit.

2. Benih yang telah diskarifikasi dicuci pada air mengalir.

3. Benih tersebut kemudian ditanam pada polybag yang telah diisi pasir.

4. Pencatatan yang berkecambah dilakukan selama tujuh hari.

5. Persentase benih yang berkecambah dianalisis.

Tahap-tahap skarifikasi dengan pengamplasan yaitu :

1. Disiapkan 6 (3 x 2) buah biji melinjo. Masing-masing perlakuan dilakukan

dua ulangan dan satu kontrol.

2. Biji melinjo distratifikasi menggunakan amplas. Dua biji melinjo pertama

sebagai kontrol (tidak diamplas), dua biji melinjo kedua diamplas bagian atas

dan bagian bawah biji, dan dua biji melinjo ketiga diamplas bagian dua sisi

biji melinjo.

3. Biji melinjo tersebut kemudian ditanam pada polybag yang telah diisi pasir.

4. Pencatatan yang berkecambah dilakukan selama 7 hari dan setiap hari sekali

dan selalu dibuat dalam keadaan lembab (disiram dengan air).

5. Persentase biji yang berkecambah dianalisis.

30

Page 5: 3. Skarifikasi & stratifikasi benih

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Skarifikas biji melinjo (dengan pengamplasan)No. Perlakuan Σ berkecambah Σ tidak

berkecambahTotal % Perkecambahan

1. Kontrol 0 2 2 0 %2. Samping 0 2 2 0 %3. Atas 0 2 2 0 %

Stratifikasi biji albasia (dengan air panas)No. Perlakuan Σ berkecambah Σ tidak

berkecambahTotal % Perkecambahan

1. kontrol 28 22 50 56 %2. 10 menit 29 21 50 58 %3. 20 menit 32 18 50 64 %

Presentase perkecambahan

Kontrol =

10 menit =

20 menit =

B. Pembahasan

Praktikum skarifikasi benih menggunakan material biji melinjo dan biji

albasia. Praktikan menggunakan metode skarifikasi perlakuan air panas dan

metode stratifikasi dengan pengamplasan. Praktikum dilakukan untuk mengetahui

metode pemecahan dormansi dengan perlakuan air panas dan dengan

pengamplasan permukaan biji serta membandingkan kedua metode tersebut.

Perlakuan yang dilakukan yaitu perendaman dengan air panas yang masing-

masing terdiri dari tiga perlakuan yaitu: kontrol, 10 menit, dan 20 menit. Dan

yang diamati yaitu jumlah kecambah yang tumbuh tiap dua hari sekali.

Terdapat biji-biji yang tidak berkecambah dalam skarifikasi biji melinjo

dengan pengaplasan permukaan kulit benih. Hal ini dapat terjadi dengan

kemungkinan: 1. kesalahan praktikan dalam melakukan pengamplasan, seperti

31

Page 6: 3. Skarifikasi & stratifikasi benih

terlalu dalam saat mengamplasnya sehingga merusak jaringan yang ada pada biji

melinjo; 2. biji melinjo yang digunakan tidak memenuhi persyaratan untuk

dilakukan skarifikasi; 3. kulit biji melinjo yang terlalu tebal sehingga biji tidak

mampu berkecambah; dan 4. biji yang sudah diamplas tidak mampu untuk

menyerap gas dan air atau kurang permeabel (Sutopo, 1998).

Stratifikasi biji albasia dengan air panas menunjukkan bahwa dengan

perendaman selama 20 menit menghasilkan presentase sebesar 64 %. Hal ini

terjadi karena, tujuan dari perendaman dengan air panas yaitu untuk memudahkan

penyerapan air oleh benih. Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam

benih yang berakibat menghilangnya bahan-bahan penghambat pertumbuhan atau

terjadinya pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan (Sutopo,

1998). Perendaman 20 menit air yang diserap oleh benih dapat dikatakan cukup

untuk menghasilkan perkecambahan dengan presentase yang cukup tinggi pula

dibandingkan dengan yang lain.

Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat

bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara

lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan

temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk

menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari

mikroorganisme (Kamil, 1986). Skarifikasi mencakup cara-cara seperti menikir

atau penggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau,

perlakuan impaction (guncangan) untuk benih atau biji yang memiliki sumbat

gabus. Tujuannya untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih

permeabel terhadap air atau gas (Leopold and Kriedemann, 1975). Sedangkan

Stratifikasi yaitu banyaknya benih yang perlu dikenai temperatur sebelum dapat

dikenai temperatur tertentu sebelum dapat diletakkan pada temperatur yang cocok

untuk perkecambahannya (Sutopo, 1998).

32

Page 7: 3. Skarifikasi & stratifikasi benih

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Skarifikasi dengan nmengamplas dibagian permukaan kulit biji melinjo

tidak menghasilkan perkecambahan. Stratifikasi dengan perlakuan air panas

efektif pada perandaman 20 menit untuk benih albasia dengan presentase 64%.

B. Saran

Praktikum untuk yang akan datang harus lebih baik dari pada yang sudah

pernah dilakukan. Dan juga peralatan yang kurang lengkap, lebih baik dilengkapi

kembali.

33

Page 8: 3. Skarifikasi & stratifikasi benih

DAFTAR PUSTAKA

Hartman, K.T and D.E. Kester. 1968. Plant Propagation. Principles and Practices. Edisi ke-2. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs. New Jersey. 122-133.

Kamil, J. 1986. TEKNOLOGI BENIH I cetakan ke 10. Angkasa Raya, Padang.

Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogyakarta.

Leopold, A.C. and P.E. Kriedemann. 1975. Plant Growth Development 2nd

edition. W.H. Freeman and Company, San Francisco 149-151.

Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih cetakan ke empat. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Villiers, T.A. 1972. Seed Dormancy, dalam Biology Vol: 1 ed. By T.T. Kozlowki. Academic Press New York London. 220-247

34