3 PERANAN UTAMA PERS NASIONAL PADA ERA REFORMASI

7

Click here to load reader

Transcript of 3 PERANAN UTAMA PERS NASIONAL PADA ERA REFORMASI

Page 1: 3 PERANAN UTAMA PERS NASIONAL PADA ERA REFORMASI
Page 2: 3 PERANAN UTAMA PERS NASIONAL PADA ERA REFORMASI
Page 3: 3 PERANAN UTAMA PERS NASIONAL PADA ERA REFORMASI

3 PERANAN UTAMA PERS NASIONAL PADA ERA REFORMASI

Oleh : TuSuda

PEMBICARAAN tentang pers, biasanya terkait dengan tugas jurnalis, pemburu berita atau wartawan. Dunia pers nasional juga bertumbuh semakin meluas sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi (iptek) dan dukungan sumber daya jurnalis yang semakin berkompeten. Pertumbuhan teknologi informasi saat ini sangat mempengaruhi, bagaimana peranan utama pers nasional dengan dukungan berbagai sumber daya material yang telah memadai. Sehingga peranan pers nasional pada era reformasi, semakin terbuka lebar dalam menyebarkan informasi dan edukasi kepada masyarakat.

1. PERS SEBAGAI AJANG PEMBELAJARAN KELOMPOK MASSA

Pers nasional bisa menjadi ajang edukasi (pembelajaran), bagi segenap masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Insan pers nasional berperanan besar memberikan pendidikan etika atau moral, dengan menyuguhkan berita, informasi, atau hiburan yang bersifat mendidik dan mengasah kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual seluruh komponen masyarakat.

2. PERS  SELAKU MEDIA KOREKSI KEBIJAKAN PUBLIK

Page 4: 3 PERANAN UTAMA PERS NASIONAL PADA ERA REFORMASI

Sebagai bagian dari media massa, baik cetak ataupun elektronika, pers nasional mempunyai posisi strategis dalam melakukan koreksi terhadap kebijakan publik yang telah dicanangkan agar berlangsung secara efektif dan efisien. Sikap profesional insan pers nasional juga diperlukan untuk mendukung kebijakan yang telah diprogramkan dengan baik bagi kepentingan publik.

3. PERS MENJADI WAHANA KONTROL PROBLEMA SOSIAL

Sikap independensi pers nasional mendapat ujian berat ketika harus menayangkan berbagai problema sosial yang muncul ditengah masyarakat yang majemuk. Melalui komitmen kerja yang konsisten, setiap insan pers dapat berperanan dalam memberikan kontrol sosial yang berimbang dan obyektif, menurut penyampaian sudut pandang yang holistik dan terpadu.

Page 5: 3 PERANAN UTAMA PERS NASIONAL PADA ERA REFORMASI

10 Tahun Reformasi, Kebebasan Pers Memburuk28 MEI 2008 - 18:48 WIB

Hervin Saputra

VHRmedia.com, Jakarta - Tingkat kebebasan pers Indonesia selama 10 tahun terakhir memburuk. Berdasarkan data lembaga pers internasional Reporter sans Frontiers(Reporter Lintas Batas), hingga tahun 2007 kebebasan pers Indonesia menempati posisi 100 dari 169 negara. 

Hal itu dinyatakan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Heru Hendratmoko dalam diskusi "Kritik Otokritik 10 Tahun Kebebasan Pers" di gedung Dewan Pers, Jakarta, Rabu (28/5). Masih terjadi kekerasan terhadap jurnalis saat menjalankan profesi adalah salah satu indikasi pers Indonesia belum bebas. Hingga Mei 2008 terjadi 60 kasus kekerasan terhadap jurnalis. "Situasi kebebasan pers tidak membaik," katanya. 

 

Heru juga membantah tudingan bahwa pers saat ini kebablasan. Menurut dia, belum ada landasan ilmiah yang menunjukkan bahwa pers Indonesia kebablasan. "Karena kita belum tahu batas kebablasan itu."

 

Namun, Heru tidak membantah bahwa selama 10 tahun reformasi tingkat profesionalitas sebagian besar jurnalis belum memadai. Karena itu, selain menuntut kebebasan pers, Direktur Produksi Kantor Berita Radio 68H itu meminta jurnalis bekerja lebih profesional. "Kebebasan pers dijalankan seiring dengan meningkatnya profesionalitas wartawan," ujarnya.

 

Wakil Ketua Dewan Pers Sabam Leo Batubara mengatakan, sebagai bentuk kritik terhadap diri sendiri, jurnalis harus memperbaiki dan meningkatkan standar profesionalisme. Tidak profesionalnya jurnalis itu tampak pada banyak wartawan yang menerima amplop serta sikap media yang tidak mendidik rakyat. "Itu jurnalisme kuda. Media menawarkan diri seperti pelacur!" katanya.

Page 6: 3 PERANAN UTAMA PERS NASIONAL PADA ERA REFORMASI

 

Leo melontarkan 5 kritik terhadap kebebasan pers selama 10 tahun terakhir. Kritik itu meliputi minimnya media massa dan jurnalis yang peduli terhadap kebebasan pers; matinya demokratisasi penyiaran; 70% media massa tidak sehat bisnis; banyak media yang diadukan ke Dewan Pers tidak memahami UU Pers dan kode etik jurnalistik; serta organisasi pekerja pers yang kurang memperhatikan profesionalitas jurnalisnya.     

 

Anggota Komisi I DPR Hajriyanto Y Thohari meminta media massa mendukung parlemen meloloskan regulasi yang mendorong kebebasan pers. "Untuk mengepung pemerintah dengan opini publik," katanya.

 

Hajriyanto juga mendukung peningkatan profesionalisme wartawan, karena banyak anggota Dewan yang berpendapat pers sudah kebablasan. Menurut dia, hal itu menghambat sinergi jurnalis dan anggota Dewan dalam mewujudkan undang-undang yang mendukung kebebasan pers. "Kalau pemerintah ngambek sedikit saja, tidak jadi undang-undang itu," ujarnya. (E1)