3. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ruang lingkup penelitian terdapat di ... sebagai...
Transcript of 3. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ruang lingkup penelitian terdapat di ... sebagai...
22
3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Mei
sampai Oktober 2009. Lokasi penelitian dan pengamatan dilakukan di Pulau Poncan
Besar dan Pulau Poncan Kecil Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara.
Gambar 3 Peta lokasi penelitian.
Lokasi penelitian terletak di Perairan Teluk Tapian Nauli di daerah Kota
Sibolga Provinsi Sumetara Utara. Ruang lingkup penelitian terdapat di Pulau Poncan
Besar dan Pulau Poncan Kecil. Stasiun pengamatan terdiri dari 3 (tiga) titik stasiun
untuk masing-masing Pulau Poncan. Diasumsikan masing-masing stasiun
pengamatan menggambarkan keterwakilan dari lokasi penelitian.Dengan
menggunakan GPS (Global Positioning System) untuk memplot masing-masing titik
pengamatan penelitian (Gambar 3).
23
Pemilihan lokasi penelitian mengacu pada penelitian Sitanggang (2006),
sebagai pertimbangan dalam pengembangan daerah pariwisata di pesisir Kota
Sibolga (Gambar 4).
Gambar 4 Peta daerah pengembangan pariwisata di Sibolga.Sumber : Citra IKONOS (dalam Sitanggang, 2006)
3.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan
lapangan atau observasi. Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh secara langsung di lapangan melalui pengukuran, pengamatan
terhadap parameter lingkungan dan kondisi terumbu karang, serta wawancara
terhadap masyarakat nelayan, pengunjung, pengelola wisata, pemerintah daerah
perguruan tinggi dan LSM dengan berpedoman pada kuisioner. Data sekunder
dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari instansi terkait sesuai dengan
kebutuhan penelitian ini.
24
3.2.1. Data primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode
pengamatan lapangan, adapun data primer secara khusus terdiri dari :
1. Data ekologis
a). Parameter biologi : data terdiri dari kondisi terumbu karang dan ikan karang.
Metode yang digunakan untuk pengambilan data biota pengisi habitat dasar
adalah metode transek garis (Line Intercept Transect). Cara yang dilakukan yaitu
dengan membentangkan transek garis (roll meter) sepanjang 50 m dengan melakukan
ulangan sebanyak 3 (tiga) kali pada kedalaman antara 3-5 m. Pengamatan biota
pengisi habitat dasar didasarkan pada bentuk pertumbuhan (life form) yang memiliki
kode-kode tertentu (English et al. 994).
Pengambilan data ikan karang menggunakan metode Underwater Fish Visual
Census (UVC). Kemudian pencatat ikan karang mencatat seluruh spesies dan jumlah
ikan yang ditemukan dengan berenang sepanjang transek garis 50 m dengan lebar
area pengamatan 2,5 m ke kiri dan ke kanan transek garis.
b). Oseanografi kawasan : data diperoleh melalui hasil pengukuran parameter
fisika dan kimia perairan antara lain : kecerahan, salinitas, suhu permukaan,
kecepatan arus, kedalaman, panjang dan lebar pantai, material dasar dan tipe
pantai, gelombang serta kerusakan terumbu karang.
2. Data sosial dan ekonomi
a). Sumberdaya manusia : data diperoleh melalui wawancara terhadap reponden
yang terdiri dari pemerintah, masyarakaat nelayan, pengunjung, pengelola
wisata (PT. Sibolga Marine Resort) dan lembaga swadaya masyarakat.
b). Nilai ekonomi terumbu karang : merupakan data nilai pemanfaatan terumbu
karang yang terdiri dari manfaat langsung, manfaat tidak langsung serta
manfaat pilihan.
c) Sosial ekonomi masyarakat nelayan : data terdiri dari komposisi umur, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan serta pengeluaran masyarakat nelayan. Data
diperoleh melalui wawancara terhadap masyarakat nelayan.
Kegiatan wawancara ini bertujuan memperoleh informasi lebih lanjut tentang
kawasan penelitian. Pencatatan data dilakukan dengan penggunaan kuisioner dengan
wawancara secara langsung dengan masyarakat sekitar Pulau Poncan yang berada di
25
Kecamatan Sibolga Kota dan lembaga-lembaga yang terkait dengan pengembangan
dan pengambil kebijakan di wilayah penelitian dan juga wawancara terhadap
pengunjung. Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling dan insedentil sampling. Adapun jenis dan jumlah responden
dapt dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis responden dan Jumlah responden yang akan di wawancara
Jenis Responden Jumlah Responden (orang) Teknik SamplingPemerintah 5 PurposiveMasyarakat (nelayan) 20 Purposive / InsedentilPengelola wisata 5 PurposivePengunjung 20 Purposive / InsedentilPerguruan Tinggi 8 PurposiveLembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 2 Purposive
Total 60
Pertimbangan menggunakan metode purposive sampling karena metode
pengambilan sampel ini dengan sengaja memilih responden berdasarkan kebutuhan
data yang diinginkan, yaitu dengan ketentuan peran serta (partisipasi) masyarakat
dalam kegiatan ekowisata bahari yang ada. Pertimbangan lain adalah kemudahan
dalam melakukan wawancara dan kesediaan responden dalam memberikan informasi
yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian.
3.2.2. Data sekunder
Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran berbagai pustaka yang ada
dan berbagai laporan yang diperoleh dari beberapa instansi antara lain : Dinas
Perikanan, Kelautan dan Peternakan, Dinas Pariwisata, BAPPEDA, TNI-AL, Dinas
Perhubungan, Kimpraswil, Biro Pusat Statistik, sesuai dengan kebutuhan dalam
penelitian ini. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan
seperti laporan hasil penelitian dan publikasi lainnya serta peta-peta yang tersedia.
Adapun data sekunder yang terdiri geofisik yaitu iklim, pasang surut dan topografi.
Data sosial ekonomi masyarakat antara lain kependudukan, sarana dan prasarana,
pendikan dan mata pencaharian, serta data pendukung lainnya.
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
26
1. Parameter biologi
Alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan terumbu karang dan
ikan karang adalah peralatan SCUBA (Self Containing Underwater Breathing
Aparrarus) diving, roll meter, GPS (Global Positioning System), alat tulis
bawah air (sabak dan pensil), kamera underwater.
2. Parameter fisika dan kimia perairan
Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan beberapa parameter
kualitas air antara lain parameter fisika dan kimia dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Parameter fisika dan kimia perairan
Parameter Satuan Alat yang digunakanKecerahan % Secchi diskSalinitas 0/00 RefraktometerSuhu permukaan oC TermometerKecepatan Arus cm/det Floating dredgePanjang Pantai m Roll MeterLebar Pantai m Roll Meter
3. Parameter sosial ekonomi
Alat dan bahan yang digunakan untuk pengumpulan data sosial ekonomi
antara lain kamera, alat tulis, dan kuisioner.
3.4. Analisis Data
3.4.1. Persentasi penutupan karang
Persen penutupan karang berdasarkan pada kategori dan persentasi karang
hidup (life form), semakin tinggi persen penutupan karang hidup maka kondisi
ekosistem terumbu karang semakin baik, dan semakin penting pula untuk dilindungi.
Data persen penutupan karang hidup yang diperoleh berdasarkan metode line
intersep transect dihitung berdasarkan persamaan yakni :
Ni
Dimana : Ni = Persen penutupan karang (%)li = Panjang total life form / jenis ke-i (m)L = Panjang transek (50 m)
Data kondisi penutupan terumbu karang yang diperoleh dari persamaan di
atas kemudian dikatrgorikan berdasarkan Gomez dan Yap (1988) yaitu :
27
a. 75 - 100 % : Sangat baik c. 25 - 50 % : Sedangb. 50 - 75 % : Baik d. 0 - 25 % : Rusak
3.4.2. Kelimpahan ikan karang
Analisis kelimpahan ikan karang yang terdapat pada perairan Pulau Poncan
dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Odum (1993), yaitu :
Kelimpahan Ikan = ind/m2
Dimana : Xi = Jumlah individu ikan karang pada stasiun ke-i (ind)L = Luas stasiun pengamatan (250 m2)
3.5. Analisis Matriks Kesesuaian untuk Snorkling, Selam dan Analisis IndeksKesesuaian Wisata
3.5.1. Matriks kesesuaian untuk snorkling
Kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkling mempertimbangkan tujuh
(7) parameter dengan empat (4) klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata
snorkling antara lain kecerahan perairan, tutupan karang, jenis life form, jenis ikan
karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang dan lebar hamaparan datar
karang (Yulianda, 2007), (Tabel 4)
Tabel 4 Matriks kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkling.
No. Parameter BobotKategori
S1Skor
KategoriS2
SkorKategori
S3Skor
KategoriN
Skor
1. Kecerahanperairan (%) 5 100 3
80 <100
220 - <
501 < 20 0
2. Tutupankomunitaskarang
5 > 75 3> 50 –
752 25 – 50 1 < 25 0
3. Jenis lifeform 3 > 12 3 < 7 -12 2 4 -7 1 < 4 04. Jenis ikan
karang3 > 50 3 30 – 50 2 10 - >30 1 > 10 0
5. Kecepatan arus(cm/det)
1 0 – 15 3>15 –
302
>30 –50
1 > 50 0
6. Kedalamanterumbu karang(m)
1 1 – 3 3 > 3 – 6 2 >6-10 1
> 10
< 1
0
7. Lebarhamparan datarkarang (m)
1 > 500 3> 100 -
5002 20 - 100 1 < 20 0
Sumber : Yulianda (2007)
28
3.5.2. Matriks kesesuaian untuk selam
Wisata bahari di kelompokkan ke dalam dua kategori yaitu wisata selam,
wisata snorkling. Menurut Yulianda (2007), kesesuaian wisata bahari dalam kategori
wisata selam mempertimbangkan enam (6) parameter dengan empat (4) klasifikasi
penilaian. Parameter kesesuaian wisata bahari kategori wisata selam antara lain
kecerahan perairan, tutupan komunitas karang (karang keras, karang lunak dan biota
lain), jenis 1ifeform, jenis ikan karang, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu
karang (Tabel 5).
Tabel 5 Matriks kesesuaian wisata bahari kategori wisata selam
No Parameter BobotKategori
S1Skor
KategoriS2
SkorKategori
S3Skor
KategoriN
Skor
1. Kecerahanperairan (%) 5 > 80 3 50 – 80 2
20 - <50
1 < 20 0
2. Tutupankomunitaskarang
5 > 75 3> 50 –
752 25 – 50 1 < 25 0
3. Jenis lifeform 3 > 12 3 < 7 -12 2 4 -7 1 < 4 04. Jenis ikan
karang3 > 100 3 50 – 100 2 20 - >50 1 < 20 0
5. Kecepatanarus (cm/det)
1 0 – 15 3>15 –
302
>30 –50
1 > 50 0
6. Kedalamanterumbukarang (m)
1 6 – 15 3
>15 - 20
3 – < 6
2>20 –
301
> 30
< 3
0
Sumber : Yulianda (2007)
3.5.3. Indeks kesesuaian wisata (IKW)
Analisa indeks kesesuaian wisata (IKW) merupakan lanjutan dari matriks
kesesuaian snorkling dan matriks kesesuaian selam. Rumus yang digunakan untuk
indeks kesesuaian wisata (Yulianda, 2007).
IKW = [Ni/Nmaks] x 100%
Keterangan:
Ni = Nilai parameter ke-iNmaks= Nilai maksimum dari suatu kategori wisataS1 = Sangat sesuai, dengan IKW 83-100 %S2 = Sesuai, dengan IKW 50 - < 83 %S3 = Sesuai bersyarat, dengan IKW 17 - < 50 %N = Tidak sesuai, dengan IKW < 17%
29
3.6. Analisis Daya Dukung Kawasan
Menurut Yulianda (2007), konsep daya dukung ekowisata
mempertimbangkan dua hal, yaitu (1) kemampuan alam untuk mentolerir gangguan
atau tekanan dan manusia, dan (2) standar keaslian sumberdaya alam.
Analisis daya dukung ditujukan para pengembangan wisata bahari dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara
lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah
rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, sehingga perlu adanya penentuan
daya dukung kawasan.
Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung pengembangan
ekowisata alam dengan menggunakan konsep daya dukung kawasan (DDK). Daya
dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik
dapat ditampung dikawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan
gangguan pada alam dan manusia, dapat dilihat pada rumus:
DDK
Keterangan:
DDK = Daya dukung kawasan (orang)K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang)Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (m)Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m)Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari
(jam)Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
(jam)
Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis
kegiatan yang akan dikembangkan pada (Tabel 6). Luas suatu area yang dapat
digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam menolerir
pengunjung sehingga keaslian tetap terjaga. Setiap melakukan kegiatan ekowisata,
setiap pengunjung akan memerlukan ruang gerak yang cukup luas untuk melakukan
aktivitas seperti diving (menyelam) dan snorkling untuk menikmati keindahan
pesona alam bawah laut, sehingga perlu adanya prediksi waktu yang dibutuhkan
untuk setiap kegiatan wisata (Tabel 7).
30
Tabel 6 Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt)
Jenis kegiatan pengunjung (orang) Unit area (Lt) Keterangan
Snorkling 1 250 m2 Setiap 1 orang dalam 50 m x 5 mSelam 2 1000 m2 Setiap 2 orang dalam 100m x 10m
Sumber : Yulianda (2007)
Tabel 7 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata
Jenis kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp-(jam) Total waktu 1 hari Wt-(jam)Snorkling 3 6
Selam 2 8
Sumber : Yulianda (2007)
3.7. Analisis Kerusakan Terumbu Karang
Menghitung kerusakan terumbu karang untuk masing-masing tingkat
penyebab kerusakannya berdasarkan jumlah stasiun yang terdapat kerusakannya
terhadap jumlah stasiun dalam suatu lokasi penelitian. Tingkat kerusakan terumbu
karang untuk penyebab kerusakan (x), dihitung dengan menggunakan rumus:
(CRITC COREMAP LIPI, 2006)
Jumlah stasiun dalam suatu lokasi yang memiliki tingkat kerusakan yang disebabkan kerusakan X × 100 %Jumlah seluruh stasiun dalam lokasi penelitian
Tingkat kerusakan untuk setiap penyebab kerusakan memiliki nilai berkisar
dari 0 – 3.
Keterangan :0 = tidak ada kerusakan1 = kerusakan rendah ( 1-5 % )2 = kerusakan sedang ( 6-25 % )3 = kerusakan tinggi (> 25 % )
3.8. Analisis Ekonomi Terumbu Karang
Analisis ini ditujukan untuk melihat nilai ekonomi terumbu karang di Pulau
Poncan. Analisis ekonomi dilakukan dengan mengetahui total nilai ekonomi (TEV)
berdasarkan nilai pemanfaatan yaitu manfaat langsung maupun manfaat tidak
langsung serta manfaat pilihan dari terumbu karang. dengan menggunakan rumus
(Barton, 1994) :
TEV = UV atau
TEV = DUV + IUV + OV
31
Keterangan :TEV = Total Economic ValueUV = Use ValueDUV = Direct Use ValueIUV = Indirect Use ValueOV = Option Value
3.9. Analisis Deskriptif Pengembangan Ekowisata
Analisis data strategi pengembangan ekowisata ini bertujuan untuk
menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data kualitatif
yang diperoleh mengenai baik buruknya dari suatu atraksi alam, atraksi budaya,
akomodasi, aksesibilitas dan transportasi, informasi wisata, fasilitas kesehatan,
sumberdaya manusia, air, energi dan limbah, sumber pembiayaan, data dan informasi
pengunjung, organisasi dan kelembagaan diklasifikasikan menjadi data kuantitatif.
Data kualitatif yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif yang
tersajikan dalam bentuk tabel, gambar atau grafik.
3.10. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistemastis untuk merumuskan strategi (Rangkuti,
1997). Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui atau melihat kondisi sebuah
objek wisata secara sistematik atas faktor-faktor kekuatan (Strengths) dan kelemahan
(Weaknesses) dari faktor internal serta peluang (Opportunities) dan ancaman
(Threaths) dari faktor eksternal yang dihadapi. Analisis ini didasarkan asumsi bahwa
strategi yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan kesempatan yang dimiliki
serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Metode analisis data
yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data
secara kualitatif adalah analisis yang digunakan terhadap faktor-faktor internal dan
faktor eksternal, sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan
dan pemberian rating. Dalam menganalisis data yang dilakukan akan melibatkan
peran serta masyarakat dan instansi terkait, sehingga analisis SWOT yang dihasilkan
tidak bersifat subjektif akan tetapi bersifat objektif.
32
3.10.1. Analisis matriks internal faktor evaluation (IFE) dan eksternal faktorevaluation (EF.E)
Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh kawasan ekowisata dengan cara
mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan. Penilaian faktor eksternal (EFE)
adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki oleh
sebuah kawasan ekowisata dengan cara mendaftarkan semua ancaman dan peluang.
Hasil dari kedua identifikasi faktor-faktor tersebut menjadi faktor penentu internal
dan eksternal yang selanjutnya akan diberikan bobot dan peringkat (rating).
3.10.2. Penentuan bobot setiap variabel
Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor
strategis internal dan eksternal. Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala
1, 2, 3, dan 4 (David, 2002), yaitu:
1 : Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal
2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
3 : Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal
4 : Jika indikator horizontal sangat penting dibandingkan indikator vertikal.
Bentuk pembobotan faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 8 dan
bentuk pembobotan faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 8 Penilaian bobot faktor strategis internal
Faktor Strategis Internal A B C ...... N TotalABC
......N
Total
Sumber : David (2002)
Tabel 9 Penilaian bobot faktor strategis eksternal
Faktor Strategis Eksternal A B C ...... N TotalABC
......N
Total
Sumber : David (2002)
33
3.10.3. Penentuan peringkat (rating)
Penentuan peringkat (rating) merupakan pengukuran terhadap pengaruh
masing-masing variabel yang menggunakan nilai peringkat dengan skala 1-4
terhadap masing-masing faktor strategis dimiliki objek wisata (Rangkuti, 1997).
Skala penilaian peringkat untuk matriks Internal Faktor Evaluation (IFE):
1 = Kekuatan yang kecil 3 = Kekuatan yang besar
2 = Kekuatan sedang 4 = Kekuatan yang sangat besar
Skala penilaian rating faktor strategis kelemahan, merupakan kebalikan dan
faktor strategis kekuatan, di mana:
1 = Kelemahan yang sangat berarti 3 = Kelemahan yang kurang berarti
2 = Kelemahan yang cukup berarti 4 = Kelemahan yang tidak berarti
Pemberian nilai peringkat untuk matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE)
untuk faktor peluang:
1 = Peluang rendah, respon kurang 3 = Peluang tinggi, respon diatas rata-rata
2 =Peluang sedang, respon rata-rata 4 = Peluang sangat tinggi, respon superior
Pemberian nilai peringkat untuk matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE)
untuk faktor ancaman merupakan kebalikan dan faktor peluang:
1 = Ancaman sangat besar 3 = Ancaman sedang
2 = Ancaman besar 4 = Ancaman kecil
Kemudian nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap
faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh
total skor pembobotan. Total skor pembobotan berkisar antara 1 sampai dengan 4
dengan rata-rata 2.5.
Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2.5 hal tersebut menyatakan bahwa
kondisi internal lemah. Jika berada diatas 2.5 maka menunjukkan kondisi internal
adalah kuat. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 10.
34
Tabel 10 Matrik IFE
Faktor Strategis Internal Bobot Rating SkorKekuatan1.........2..........10Kelemahan1........2.........10Total
Sumber : Rangkuti (1997)
Matriks EFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan
eksternal dengan melakukan klasifikasi terhadap peluang dan ancaman. Total skor
pembobotan EFE berkisar antara 1 sampai dengan 4 dengan rata-rata 2.5. Jika total
skor pembobotan EFE dibawah 2.5 hal tersebut menyatakan bahwa kondisi eksternal
lemah. Jika berada diatas 2.5 maka menunjukkan kondisi eksternal adalah kuat.
Matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Matrik EFE
Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating SkorPeluang1.........2..........10Ancaman1........2.........10Total
Sumber : Rangkuti (1997)
Keterkaitan faktor internal dan eksternal tersebut digambarkan dalam bentuk
matriks SWOT (Tabel 12). Matriks SWOT ini dapat disusun beberapa strategi
alternatif untuk menangani kelemahan dan ancaman.
35
Tabel 12 Matrik SWOT
STRENGHTS (S)S1S2Dst
WEAKNESS (W)W1W2Dst
OPPORTUNITIES (O)O1O2Dst
STRATEGI S-O(Strategi menggunakankekuatan untuk
memanfaatkan peluang)
STRATEGI W-O(Strategi meminimalkankelemahan untukmemanfaatkan peluang)
THREATS (T)T1T2Dst
STRATEGI S-T(Strategi menggunakankekuatan untuk mengatasiancaman)
STRATEGI W-T(Strategi meminimalkankelemahan untukmenghindari ancaman)
Sumber : David (2002)
3.10.4. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi
Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan
memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan
menentukan rangking prioritas strategi dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang
untuk pengembangan kawasan ekowisata di Pulau Poncan.
Jumlah skor diperoleh dari penjumlahan semua skor dari setiap faktor-faktor
strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor
terbesar sampai yang terkecil dan semua yang ada (Tabel 13).
Tabel 13 Rangking alternatif rencana strategi
No Unsur SWOT Keterkaitan Jumlah Skor RangkingSTRATEGI S-O
1 SO1S1,S2,....., SnO1,O2,....,On
2 SO2S1,S2,.....,SnO1,O2,.....,On
STRATEGI S-T
3 ST1S1,S2,....,SnT1,T2,.....,Tn
4 ST2S1,S2,....,SnT1,T2,.....,Tn
STRATEGI W-O
5 WO1W1,W2,....,WnO1,O2,.....,On
6 WO2W1,W2,....,WnO1,O2,.....,On
STRATEGI W-T
7 WT1W1,W2,....,WnT1,T2,.....,Tn
8 WT2W1,W2,....,WnT1,T2,.....,Tn
IFE
EFE