3. Mekanisme Hitung Pajak
Transcript of 3. Mekanisme Hitung Pajak
Pajak Penghasilan Orang Pribadi (OP) Sesi III
Pajak Penghasilan Orang Pribadi (OP) Sesi III
Universitas Brawijaya Malang
Mekanisme PenghitunganPajak Penghasilan OP
Peta Konsep Pajak Penghasilan
Wahyu Santosa, Ak., M.Si.Sadimin, S.S.T.
Saat Terutang Pajak
WP OP tidak menjalankan
usaha/pekerjaan bebas
WP OP menjalankan usaha/pekerjaan
bebas
WP Badan
Bila penghasilan jumlahnya melebihi
PTKP
Wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP paling lambat akhir bulan berikutnya
Wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP paling lama 1 bulan setelah saat
usaha mulai dijalankan
PTKP, APAAN TUH …..???
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Pasal 7 UU PPh ditetapkan oleh Peraturan Menteri Keuangan setelah dikonsultasikan dengan DPR
Fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah kepada Orang Pribadi dalam menentukan besarnya penghasilan yang tidak dikenakan pajak.
Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa Penghitungan besarnya PTKP ditentukan menurut keadaan Wajib Pajak pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak
Status PTKP/Th PTKP/Bl PTKP/HrTK/0 15,840,000 1,320,000 44,000 TK/1;K/0 17,160,000 1,430,000 47,667 TK/2;K/1 18,480,000 1,540,000 51,333 TK/3;K/2 19,800,000 1,650,000 55,000 K/3 21,120,000 1,760,000 58,667
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)Per 1 Januari 2009
Pasal 7 UU PPh
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)Per 1 Januari 2013
Status PTKP/Th PTKP/Bl PTKP/HrTK/0 24,300,000 2,025,000 67,500 TK/1;K/0 26,325,000 2,193,750 73,125 TK/2;K/1 28,350,000 2,362,500 78,750 TK/3;K/2 30,375,000 2,531,250 84,375 K/3 32,400,000 2,700,000 90,000
Pasal 7 UU PPhPMK 163 tahun 2012
24,300,000 2,025,000
Tambahan untuk seorang isteri (hanya seorang isteri) yangpenghasilannya digabung dengan penghasilan suami, misal:1. Bukan karyawati, tetapi mempunyai penghasilan dariusaha/pekerjaan bebas yang tidak ada hubungannya denganusaha/pekerjaan bebas suami, anak/anak angkat yang belumdewasa.2. Bekerja sebagai karyawati pada pemberi kerja yang bukan sebagaiPemotong Pajak walaupun tidak mempunyai penghasilan dariusaha/pekerjaan bebas.3. Bekerja sebagai karyawati pada lebih dari 1 pemberi kerja.
Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluargasemenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yangmenjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuksetiap keluarga.
Untuk diri Wajib Pajak orang pribadiTambahan untukWajib Pajak yang kawin
24,300,000
2,025,000
Pasal 7 (1) UU PPh
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)Menurut Keadaan Wajib Pajak
HUBUNGAN KELUARGA
10
KE
SAM
PING
IPAR WP
10
KE
SAM
PING
10 KE ATAS 10 KE ATAS
AYAH+
IBU
MERTUAWP
SAUDARAKANDUNG
10 KE BAWAH 10 KE BAWAH
ANAKKANDUNG
ANAKTIRI WP
SEDARAH SEMENDA
WP + ISTRI
SEMENDASEDARAH
Sistem Pemungutan Pajak
Withholding Tax System
pajak.go.id
Dalam sistem Withholding Tax, pihak ketiga diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan sekaligus menyetorkannya ke kas Negara.
Di akhir tahun pajak, pajak yang telah dipotong atau dipungut dan telah disetorkan ke kas negara itu akan menjadi pengurang pajak atau kredit pajak bagi pihak yang dipotong dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan
Tata cara pembayaran pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan/pemungutan
pihak lain
Beda antara Pemotongan dan Pemungutan
Pemotongan dan
Pemungutan . . .
Apa sih Bedanya . .
Pemotongan
• pajak yang dipotong oleh pemberi penghasilan atas jumlah penghasilan yang diberikan kepada penerima penghasilan
• mengurangi jumlah penghasilan yang seharusnya diterima
Pemungutan
• pajak yang dipungut atas sejumlah pembayaran yang berpotensi menimbulkan penghasilan kepada penerima pembayaran
• menambah jumlah yang seharusnya diterima
(PPh 21 dan PPh 23)
(PPh 22)
Kewajiban Pajak bagi WP OP
• Pajak yang dipotong dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi Dalam Negeri
PPh Pasal 21
• Pungutan pajak sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usahadi Bidang Lain
PPh Pasal 22
• Pajak yang dipotong dari penghasilan WP Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang berasal dari pemanfaatan modal (dividen, bunga, dan royalti), pemberian jasa (sewa, imbalan jasa), atau penyelenggaraan kegiatan (hadiah, penghargaan, dan bonus) selain yang dipotong PPh Pasal 21.
PPh Pasal 23
Kewajiban Pajak bagi WP OP
• pajak yang dipotong dari penghasilan dengan perlakuan tersendiri yang diatur melalui peraturan pemerintah dan bersifat final
PPh Pasal 4 (2)
• pajak yang dipotong dari penghasilan WP Luar Negeri atas penghasilan yang tidak berasal dari menjalankan usaha atau kegiatan melalui BUT yang bersumber dari Indonesia. Pemotongan PPh Pasal 26 bersifat final (tidak dapat digunakan sebagai kredit pajak), kecuali ditentukan lain
PPh Pasal 26
• Angsuran pajak penghasilan yang dibayarkan tiap bulan (SPT masa), berdasarkan pembayaran tahun pajak sebelumnya.
PPh Pasal 25
• Pajak penghasilan yang dibayarkan atas satu tahun pajak (SPT tahunan), setelah dikurangi kredit pajak.
PPh Pasal 29
Menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak
Norma Penghitungan
Pembukuan (Fiskal)
Penghasilan Neto
Penghasilan Kena Pajak
Faktor pengurang
Menentukan besarnya Penghasilan Neto
Norma Penghitungan
pedoman untuk menentukan besarnya penghasilan neto yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dan disempurnakan terus-menerus
Pasal 14 Undang-undang Pajak Penghasilan dan Keputusan DirekturJenderal Pajak Nomor KEP-536/PJ./2000
Tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitu pembukuan yang lengkap.
Pembukuan atau catatan peredaran bruto Wajib Pajak ternyata diselenggarakan secara tidak benar
Syarat :1. peredaran brutonya dalam 1 tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 dan memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan2. Wajib Pajak bukan OPPT
WAJIB PAJAK
DIHITUNG
PENGHASILAN NETO
MENGGUNAKAN Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)
WAJIB PEMBUKUAN TAPI TDK BERSEDIA MEMPERLIHATKANPEMBUKUAN/PENCATATAN
DIANGGAP MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN , TAPI TIDAKATAU TIDAK SEPENUHNYA
MELAKSANAKAN PEMBUKUAN
INGIN MENGGUNAKAN NPPN, TETAPI TIDAK
MELAKSANAKAN PENCATATAN
PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (5)
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-536/PJ./2000
18
Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu (OPPT)
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang pengecer yang mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha
Semua Pedagang Eceran
PERATURANMENTERI KEUANGAN NOMOR 208/PMK.03/2009 : Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu,
ditetapkan sebesar 0,75 % (nol koma tujuh puluh lima persen) dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha tersebut
Norma ?
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTUPER-32/PJ/2010
MENDAFTARKAN NPWP DI : KPP DOMISILI (MELIPUTI TEMPAT TINGGAL WP) DAN, KPP LOKASI (MELIPUTI TEMPAT USAHA/GERAI; TIAP GERAI WAJIB MENDAFTARKAN NPWP)
WP OP USAHA PERDAGANGAN GROSIR DAN ATAU ECERAN DENGAN BEBERAPA TEMPAT USAHA (GERAI);
WAJIB
ANGSURANPPh PASAL 25
SEBESAR
0,75 % DARI JML PEREDARAN BRUTO TIAP BULAN;DIBAYAR ATAS NAMA DAN NPWP MASING MASING TEMPAT USAHA
dilunasi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dilaporkan ke KPP Lokasi paling
lambat tanggal 20
Menentukan besarnya Penghasilan Neto
Pembukuan
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan
Pasal 28 Undang-undang Pajak Penghasilan dan Keputusan Direktur
Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak Pembukuan
Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan:a. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan dengan
memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya;
b. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan;
c. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual dan stelsel kas.
d. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak
e. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
f. Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia
g. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi online wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia
Menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak Pembukuan
Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba atau rugi. Contoh :
1) Stelsel pengakuan penghasilan dan Biaya- Akrual Basis- Kas Basis
2) Tahun buku.3) Metode penilaian persediaan4) Penyusutan/ Amortisasi
Menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak Pembukuan
Pengakuan Penghasilan dan
Biaya
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang.
Jadi, tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar secara tunai
Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai.
Penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan apabila benar-benar telah diterima secara tunai dalam suatu periode tertentu serta biaya baru dianggap sebagai biaya apabila benar-benar telah dibayar secara tunai dalam suatu periode tertentu.
Menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak
PembukuanTahun Buku
Tahun Pajak adalah sama dengan tahun kalender, kecuali WajibPajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender, penyebutan Tahun Pajak yang bersangkutan menggunakan tahun yang di dalamnya termasuk 6 bulan pertama atau lebih.
Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak
Tarif PPh Orang Pribadi (PPh OP)
Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan PPh mengatur bahwa tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:
Lapisan penghasilan kena pajak tarif
5%
15%
25%
30%
0 s.d. Rp50.000.000,00
di atas Rp50.000.000,00 s.d. Rp250.000.000,00
di atas Rp250.000.000,00 s.d. Rp500.000.000,00
di atas Rp500.000.000,00
Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi:
Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp 600.000.000,00
Pajak Penghasilan yang terutang:
5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,0015% x Rp200.000.000,00 = Rp 30.000.000,0025% x Rp250.000.000,00 = Rp 62.500.000,0030% x Rp100.000.000,00 = Rp 30.000.000,00 (+)Pajak Terhutang Rp125.000.000,00
Brian Prasetya kawin dan mempunyai 3 orang anak dan 1 istri (IRT). Ia seorang dokter bertempat tinggal di Jakarta yang juga memiliki industri rotan di Cirebon. Peredaran Usaha – IndustriRotan (setahun) di Cirebon Rp 40.000.000,00 Penerimaan Bruto – Dokter(setahun) di Jakarta Rp 72.000.000,00
Penghasilan Netto dihitung sebagai berikut:a. Dari industri rotan: 12,5% x Rp 40.000.000,00 = Rp 5.000.000,00 b. Sebagai dokter : 45% x Rp 72.000.000,00 = Rp 32.400.000,00Jumlah Penghasilan Netto Rp 37.400.000,00
PTKP (K/3) Rp 21.120.000,00Penghasilan Kena Pajak Rp 16.280.000,00
PPh yang terutang 5%: Rp814.000,00
Catatan:a. Angka 12,5% untuk industri rotan kode 33100b. Angka 45% sebagai dokter kode 93213
Contoh pemakaian Norma Penghitungan Penghasilan Netto
Contoh pemakaian Pembukuan dalam menghitung Penghitungan Penghasilan Netto
Pak Djoko seorang Notaris yang berdagang ATK berstatus K/3
Menurut SPT Tahunan Tahun 2010:Penjualan dan Fee atas Jasa 400,000,000 Harga Pokok Penjualan 300,000,000 Penghasilan Bruto 100,000,000 Biaya Administrasi 15,000,000 Biaya Pemasaran 20,000,000 Beban (pendapatan) lain lain 10,000,000 Penghasilan Netto 55,000,000
PTKP - K/3 21,120,000 Penghasilan Kena Pajak 33,880,000
PPh Terutang 5% 1,694,000
Kredit Pajak :PPh 21; 22; 23 450,000 PPh 25 300,000
Total Kredit Pajak 750,000 PPh 29 Kurang Bayar 944,000 PPh 29 Disetor
ke Bank
Angsuran PPh 25 untuk tahun pajak 2011 103,000
(PPh terutang - kredit pajak non PPh 25)/12
Saat Pembayaran dan Pelaporan PPh OP
Pasal 3 UU KUPBatas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah: a. untuk Surat Pemberitahuan Masa PPh, paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah akhir Masa Pajak;b. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang
pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
Pasal 9 UU KUP1. Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan
penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling lama 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.
2. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan.
Sanksi administrasi atas pembayaran dan pelaporan yang terlambat bagi PPh OP
Pasal 7 UU KUPDikenakan sanksi administrasi untuk Surat Pemberitahuan yang tidak disampaikan dalam jangka waktu seharusnya sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa dan tahunan PPh OP
Pasal 9 UU KUP1. Pembayaran atau penyetoran pajak PPh yang dilakukan setelah tanggal
jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
2. Atas pembayaran atau penyetoran pajak SPT tahunan PPh yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
We are commited to the changes – for “a better Indonesia”but we cannot do it alone…
Only If You Participate, Would You?