3. Mekanisme Hitung Pajak

31
Pajak Penghasilan Orang Pribadi (OP) Sesi III Universitas Brawijaya Malang Mekanisme Penghitungan Pajak Penghasilan OP

Transcript of 3. Mekanisme Hitung Pajak

Page 1: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Pajak Penghasilan Orang Pribadi (OP) Sesi III

Pajak Penghasilan Orang Pribadi (OP) Sesi III

Universitas Brawijaya Malang

Mekanisme PenghitunganPajak Penghasilan OP

Page 2: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Peta Konsep Pajak Penghasilan

Wahyu Santosa, Ak., M.Si.Sadimin, S.S.T.

Page 3: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Saat Terutang Pajak

WP OP tidak menjalankan

usaha/pekerjaan bebas

WP OP menjalankan usaha/pekerjaan

bebas

WP Badan

Bila penghasilan jumlahnya melebihi

PTKP

Wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh

NPWP paling lambat akhir bulan berikutnya

Wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh

NPWP paling lama 1 bulan setelah saat

usaha mulai dijalankan

Page 4: 3. Mekanisme Hitung Pajak

PTKP, APAAN TUH …..???

Page 5: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Pasal 7 UU PPh ditetapkan oleh Peraturan Menteri Keuangan setelah dikonsultasikan dengan DPR

Fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah kepada Orang Pribadi dalam menentukan besarnya penghasilan yang tidak dikenakan pajak.

Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa Penghitungan besarnya PTKP ditentukan menurut keadaan Wajib Pajak pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak

Page 6: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Status PTKP/Th PTKP/Bl PTKP/HrTK/0 15,840,000 1,320,000 44,000 TK/1;K/0 17,160,000 1,430,000 47,667 TK/2;K/1 18,480,000 1,540,000 51,333 TK/3;K/2 19,800,000 1,650,000 55,000 K/3 21,120,000 1,760,000 58,667

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)Per 1 Januari 2009

Pasal 7 UU PPh

Page 7: 3. Mekanisme Hitung Pajak

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)Per 1 Januari 2013

Status PTKP/Th PTKP/Bl PTKP/HrTK/0 24,300,000 2,025,000 67,500 TK/1;K/0 26,325,000 2,193,750 73,125 TK/2;K/1 28,350,000 2,362,500 78,750 TK/3;K/2 30,375,000 2,531,250 84,375 K/3 32,400,000 2,700,000 90,000

Pasal 7 UU PPhPMK 163 tahun 2012

Page 8: 3. Mekanisme Hitung Pajak

24,300,000 2,025,000

Tambahan untuk seorang isteri (hanya seorang isteri) yangpenghasilannya digabung dengan penghasilan suami, misal:1. Bukan karyawati, tetapi mempunyai penghasilan dariusaha/pekerjaan bebas yang tidak ada hubungannya denganusaha/pekerjaan bebas suami, anak/anak angkat yang belumdewasa.2. Bekerja sebagai karyawati pada pemberi kerja yang bukan sebagaiPemotong Pajak walaupun tidak mempunyai penghasilan dariusaha/pekerjaan bebas.3. Bekerja sebagai karyawati pada lebih dari 1 pemberi kerja.

Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluargasemenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yangmenjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuksetiap keluarga.

Untuk diri Wajib Pajak orang pribadiTambahan untukWajib Pajak yang kawin

24,300,000

2,025,000

Pasal 7 (1) UU PPh

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)Menurut Keadaan Wajib Pajak

Page 9: 3. Mekanisme Hitung Pajak

HUBUNGAN KELUARGA

10

KE

SAM

PING

IPAR WP

10

KE

SAM

PING

10 KE ATAS 10 KE ATAS

AYAH+

IBU

MERTUAWP

SAUDARAKANDUNG

10 KE BAWAH 10 KE BAWAH

ANAKKANDUNG

ANAKTIRI WP

SEDARAH SEMENDA

WP + ISTRI

SEMENDASEDARAH

Page 10: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Sistem Pemungutan Pajak

Withholding Tax System

pajak.go.id

Dalam sistem Withholding Tax, pihak ketiga diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan sekaligus menyetorkannya ke kas Negara.

Di akhir tahun pajak, pajak yang telah dipotong atau dipungut dan telah disetorkan ke kas negara itu akan menjadi pengurang pajak atau kredit pajak bagi pihak yang dipotong dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan

Tata cara pembayaran pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan/pemungutan

pihak lain

Page 11: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Beda antara Pemotongan dan Pemungutan

Pemotongan dan

Pemungutan . . .

Apa sih Bedanya . .

Pemotongan

• pajak yang dipotong oleh pemberi penghasilan atas jumlah penghasilan yang diberikan kepada penerima penghasilan

• mengurangi jumlah penghasilan yang seharusnya diterima

Pemungutan

• pajak yang dipungut atas sejumlah pembayaran yang berpotensi menimbulkan penghasilan kepada penerima pembayaran

• menambah jumlah yang seharusnya diterima

(PPh 21 dan PPh 23)

(PPh 22)

Page 12: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Kewajiban Pajak bagi WP OP

• Pajak yang dipotong dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi Dalam Negeri

PPh Pasal 21

• Pungutan pajak sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usahadi Bidang Lain

PPh Pasal 22

• Pajak yang dipotong dari penghasilan WP Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang berasal dari pemanfaatan modal (dividen, bunga, dan royalti), pemberian jasa (sewa, imbalan jasa), atau penyelenggaraan kegiatan (hadiah, penghargaan, dan bonus) selain yang dipotong PPh Pasal 21.

PPh Pasal 23

Page 13: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Kewajiban Pajak bagi WP OP

• pajak yang dipotong dari penghasilan dengan perlakuan tersendiri yang diatur melalui peraturan pemerintah dan bersifat final

PPh Pasal 4 (2)

• pajak yang dipotong dari penghasilan WP Luar Negeri atas penghasilan yang tidak berasal dari menjalankan usaha atau kegiatan melalui BUT yang bersumber dari Indonesia. Pemotongan PPh Pasal 26 bersifat final (tidak dapat digunakan sebagai kredit pajak), kecuali ditentukan lain

PPh Pasal 26

• Angsuran pajak penghasilan yang dibayarkan tiap bulan (SPT masa), berdasarkan pembayaran tahun pajak sebelumnya.

PPh Pasal 25

• Pajak penghasilan yang dibayarkan atas satu tahun pajak (SPT tahunan), setelah dikurangi kredit pajak.

PPh Pasal 29

Page 14: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak

Norma Penghitungan

Pembukuan (Fiskal)

Penghasilan Neto

Penghasilan Kena Pajak

Faktor pengurang

Page 15: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Menentukan besarnya Penghasilan Neto

Norma Penghitungan

pedoman untuk menentukan besarnya penghasilan neto yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dan disempurnakan terus-menerus

Pasal 14 Undang-undang Pajak Penghasilan dan Keputusan DirekturJenderal Pajak Nomor KEP-536/PJ./2000

Tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitu pembukuan yang lengkap.

Pembukuan atau catatan peredaran bruto Wajib Pajak ternyata diselenggarakan secara tidak benar

Syarat :1. peredaran brutonya dalam 1 tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 dan memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan2. Wajib Pajak bukan OPPT

Page 16: 3. Mekanisme Hitung Pajak

WAJIB PAJAK

DIHITUNG

PENGHASILAN NETO

MENGGUNAKAN Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)

WAJIB PEMBUKUAN TAPI TDK BERSEDIA MEMPERLIHATKANPEMBUKUAN/PENCATATAN

DIANGGAP MENYELENGGARAKAN

PEMBUKUAN , TAPI TIDAKATAU TIDAK SEPENUHNYA

MELAKSANAKAN PEMBUKUAN

INGIN MENGGUNAKAN NPPN, TETAPI TIDAK

MELAKSANAKAN PENCATATAN

PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN

Pasal 14 ayat (5)

Page 17: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-536/PJ./2000

Page 18: 3. Mekanisme Hitung Pajak

18

Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu (OPPT)

Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang pengecer yang mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha

Semua Pedagang Eceran

PERATURANMENTERI KEUANGAN NOMOR 208/PMK.03/2009 : Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu,

ditetapkan sebesar 0,75 % (nol koma tujuh puluh lima persen) dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha tersebut

Norma ?

Page 19: 3. Mekanisme Hitung Pajak

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTUPER-32/PJ/2010

MENDAFTARKAN NPWP DI : KPP DOMISILI (MELIPUTI TEMPAT TINGGAL WP) DAN, KPP LOKASI (MELIPUTI TEMPAT USAHA/GERAI; TIAP GERAI WAJIB MENDAFTARKAN NPWP)

WP OP USAHA PERDAGANGAN GROSIR DAN ATAU ECERAN DENGAN BEBERAPA TEMPAT USAHA (GERAI);

WAJIB

ANGSURANPPh PASAL 25

SEBESAR

0,75 % DARI JML PEREDARAN BRUTO TIAP BULAN;DIBAYAR ATAS NAMA DAN NPWP MASING MASING TEMPAT USAHA

dilunasi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dilaporkan ke KPP Lokasi paling

lambat tanggal 20

Page 20: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Menentukan besarnya Penghasilan Neto

Pembukuan

Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan

Pasal 28 Undang-undang Pajak Penghasilan dan Keputusan Direktur

Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Page 21: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak Pembukuan

Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan:a. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan dengan

memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya;

b. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan;

c. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual dan stelsel kas.

d. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak

e. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.

f. Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia

g. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi online wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia

Page 22: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak Pembukuan

Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba atau rugi. Contoh :

1) Stelsel pengakuan penghasilan dan Biaya- Akrual Basis- Kas Basis

2) Tahun buku.3) Metode penilaian persediaan4) Penyusutan/ Amortisasi

Page 23: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak Pembukuan

Pengakuan Penghasilan dan

Biaya

Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang.

Jadi, tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar secara tunai

Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai.

Penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan apabila benar-benar telah diterima secara tunai dalam suatu periode tertentu serta biaya baru dianggap sebagai biaya apabila benar-benar telah dibayar secara tunai dalam suatu periode tertentu.

Page 24: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak

PembukuanTahun Buku

Tahun Pajak adalah sama dengan tahun kalender, kecuali WajibPajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender, penyebutan Tahun Pajak yang bersangkutan menggunakan tahun yang di dalamnya termasuk 6 bulan pertama atau lebih.

Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak

Page 25: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Tarif PPh Orang Pribadi (PPh OP)

Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan PPh mengatur bahwa tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

Lapisan penghasilan kena pajak tarif

5%

15%

25%

30%

0 s.d. Rp50.000.000,00

di atas Rp50.000.000,00 s.d. Rp250.000.000,00

di atas Rp250.000.000,00 s.d. Rp500.000.000,00

di atas Rp500.000.000,00

Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi:

Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp 600.000.000,00

Pajak Penghasilan yang terutang:

5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,0015% x Rp200.000.000,00 = Rp 30.000.000,0025% x Rp250.000.000,00 = Rp 62.500.000,0030% x Rp100.000.000,00 = Rp 30.000.000,00 (+)Pajak Terhutang Rp125.000.000,00

Page 26: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Brian Prasetya kawin dan mempunyai 3 orang anak dan 1 istri (IRT). Ia seorang dokter bertempat tinggal di Jakarta yang juga memiliki industri rotan di Cirebon. Peredaran Usaha – IndustriRotan (setahun) di Cirebon Rp 40.000.000,00 Penerimaan Bruto – Dokter(setahun) di Jakarta Rp 72.000.000,00

Penghasilan Netto dihitung sebagai berikut:a. Dari industri rotan: 12,5% x Rp 40.000.000,00 = Rp 5.000.000,00 b. Sebagai dokter : 45% x Rp 72.000.000,00 = Rp 32.400.000,00Jumlah Penghasilan Netto Rp 37.400.000,00

PTKP (K/3) Rp 21.120.000,00Penghasilan Kena Pajak Rp 16.280.000,00

PPh yang terutang 5%: Rp814.000,00

Catatan:a. Angka 12,5% untuk industri rotan kode 33100b. Angka 45% sebagai dokter kode 93213

Contoh pemakaian Norma Penghitungan Penghasilan Netto

Page 27: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Contoh pemakaian Pembukuan dalam menghitung Penghitungan Penghasilan Netto

Pak Djoko seorang Notaris yang berdagang ATK berstatus K/3

Menurut SPT Tahunan Tahun 2010:Penjualan dan Fee atas Jasa 400,000,000 Harga Pokok Penjualan 300,000,000 Penghasilan Bruto 100,000,000 Biaya Administrasi 15,000,000 Biaya Pemasaran 20,000,000 Beban (pendapatan) lain lain 10,000,000 Penghasilan Netto 55,000,000

PTKP - K/3 21,120,000 Penghasilan Kena Pajak 33,880,000

PPh Terutang 5% 1,694,000

Kredit Pajak :PPh 21; 22; 23 450,000 PPh 25 300,000

Total Kredit Pajak 750,000 PPh 29 Kurang Bayar 944,000 PPh 29 Disetor

ke Bank

Angsuran PPh 25 untuk tahun pajak 2011 103,000

(PPh terutang - kredit pajak non PPh 25)/12

Page 28: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Saat Pembayaran dan Pelaporan PPh OP

Pasal 3 UU KUPBatas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah: a. untuk Surat Pemberitahuan Masa PPh, paling lama 20 (dua puluh) hari

setelah akhir Masa Pajak;b. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang

pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Pasal 9 UU KUP1. Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan

penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling lama 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.

2. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan.

Page 29: 3. Mekanisme Hitung Pajak

Sanksi administrasi atas pembayaran dan pelaporan yang terlambat bagi PPh OP

Pasal 7 UU KUPDikenakan sanksi administrasi untuk Surat Pemberitahuan yang tidak disampaikan dalam jangka waktu seharusnya sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa dan tahunan PPh OP

Pasal 9 UU KUP1. Pembayaran atau penyetoran pajak PPh yang dilakukan setelah tanggal

jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

2. Atas pembayaran atau penyetoran pajak SPT tahunan PPh yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Page 30: 3. Mekanisme Hitung Pajak

We are commited to the changes – for “a better Indonesia”but we cannot do it alone…

Only If You Participate, Would You?

Page 31: 3. Mekanisme Hitung Pajak