3. Manajemen Risiko Laka Lantas

download 3. Manajemen Risiko Laka Lantas

of 7

description

manajemen risiko kecelakaan lalu lintas

Transcript of 3. Manajemen Risiko Laka Lantas

  • 5/20/2018 3. Manajemen Risiko Laka Lantas

    1/7

    MANAJEMEN RISIKO UNTUK KECELAKAAN LALU LINTAS

    Pendahuluan

    Keamanan di jalan raya merupakan salah satu isu penting yang diangkat dalam

    konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang sustainable development (World

    Health Organization, 2013). PBB menyadari bahwa ada kaitan kuat antara keamanan di jalan

    dengan pertumbuhan suatu negara. Kebijakan transportasi akan mendorong kemudahan

    akses antar daerah sehingga keamanan di jalan raya harus diupayakan. Namun sayangnya

    angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Kecelakaan lalu lintas

    tidak hanya menyebabkan cedera atau kematian namun juga kerugiaan materil yang tidak

    sedikit. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia harus menjadi isu bersama yang

    perlu dipikirkan upaya pencegahan dan penanggulangannya.

    Menurut Depkes RI (2008) kegiatan pengendalian penyakit serta kematian akibat

    kecelakaan dan cedera di Indonesia belum terprogram secara optimal. Belum ada unit

    khusus pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mengelola kegiatan penanggulangan

    kecelakaaan lalu lintas secara intensif. Hal ini menunjukkan bahwa fokus dari Dinas

    Kesehatan belum terlalu banyak ditujukan pada gangguan akibat kecelakaan. Kebijakan

    terkait pengguna jalan juga belum banyak dikeluarkan oleh pemerintah (World Health

    Organization, 2013). Berdasar kondisi tersebut, manajemen risiko diperlukan untuk

    meminimalkan gangguan akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia.

    Profil Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia

    World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa cedera akibat kecelakaan lalu

    lintas merupakan penyumbang kematian terbanyak nomor delapan di seluruh dunia.

    Kecelakaan lalu lintas juga menjadi penyebab utama kematian remaja (15-29 tahun). Sekitar

    1,24 juta orang di seluruh dunia meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Hal ini

  • 5/20/2018 3. Manajemen Risiko Laka Lantas

    2/7

    berjalan sebanding dengan 15% pertambahan kendaraan bermotor di seluruh dunia. WHO

    bahkan juga meramalkan bahwa pada tahun 2030, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab

    kematian terbesar kelima jika tidak ada upaya penanggulangan serius yang dilakukan.

    Hingga 2013, Indonesia belum memiliki organisasi yang berperan sebagai leading

    sector pada upaya penanggulangan kecelakaan lalu lintas. Untuk menjembatani

    ketidakberadaan leading sector tersebut, Kementerian Kesehatan pada tahun 2008 telah

    mengeluarkan Petunjuk Teknis Surveilans Gangguan Akibat Kecelakaan dan Cedera.

    Berdasarkan petunjuk teknis ini, surveilans dilakukan berjenjang dari Puskesmas, Dinas

    Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Provinsi, hingga Dirjen Penanggulangan Penyakit

    dan Penyehatan Lingkungan. Namun WHO (2013) mencatat bahwa karena tidak adanya

    leading sector upaya penanggulangan kecelakaan lalu lintas, fungsi koordinasi, legislasi,

    monitoring, serta evaluasi upaya penanggulangan belum dilakukan di Indonesia. Sistem

    surevilans kecelakaan di Indonesia jika tidak ditindaklanjuti dengan respon juga akan sia-sia.

    Gambar 1 Tren Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia Selama Tahun 1992-2011

    Sumber : Kantor Kepolisian Republik Indonesia

    Gambar 1 menunjukkan peningkatan jumlah kecelakaaan lalu lintas selama 20 tahun

    terakhir di Indonesia cenderung meningkat. Peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas ini

    menyebabkan kerugiaan materiil yang juga tinggi.

    0

    20,000

    40,000

    60,000

    80,000

    100,000

    120,000

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

    8.968 10.374

  • 5/20/2018 3. Manajemen Risiko Laka Lantas

    3/7

    Gambar 2 Kondisi Korban Kecelakaan Lalu Lintas Selama 1992-2011

    Sumber : Kantor Kepolisian Republik Indonesia

    Gambar 2 menunjukkan kecenderungan meningkatnya jumlah korban kecelakaan lalu lintas

    selama tahun 1992 hingga 2011. Mayoritas memang hanya mengalami luka ringan, namun

    jumlah korban yang mengalami luka berat hingga kematian juga cukup banyak.

    Gambar 3 Kematian Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia 2010Sumber : Kantor Kepolisian Republik Indonesia

    Bedasarkan data Kepolisian Republik Indonesia, selama tahun 2010 ada tiga kelompok besar

    pengguna jalan yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Kelompok pertama adalah

    pengendara motor roda 2. Pada tahun sebelumnya dilaporkan bahwa setiap 9,1 menit sekali

    terjadi kasus kecelakaan di jalan raya dan dari 8 dari 10 kecelakaan kendaraan bermotor

    0

    20,000

    40,000

    60,000

    80,000

    100,000

    120,000

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

    Korban Mati Luka Berat Luka Ringan

    Sopir Roda 4

    1%

    Pengendara

    Roda 4

    5%

    Pengendara

    Motor Roda 2

    atau 3

    36%

    Pengendara

    Sepeda2%

    Pejalan Kaki

    21%

    Sopir/Penumpa

    ng Truk0%

    Sopir/

    Penumpang Bus

    35%

    Lainnya

    0%

  • 5/20/2018 3. Manajemen Risiko Laka Lantas

    4/7

    melibatkan sepeda motor. Kelompok kedua yang paling banyak menyumbang kematian

    dalam kecelakaan adalah sopir dan penumpang bus. Kelompok pejalan kaki juga merupakan

    kelompok yang paling berisiko mengalami kecelakaan hingga meninggal. Pada laporan

    tahunan WHO terkait kecelakaan lalu lintas, pejalan kaki menjadi salah satu fokus penting

    dalam upaya penanggulangan kecelakaan lalu lintas. WHO mencatat bahwa ketidak

    beradaan peraturan terkait jaminan keamanan pejalan kaki merupakan penyebab utama

    tingginya angka kematian pada pejalan kaki.

    Manajemen Risiko Kecelakaan Lalu Lintas

    Dalam konsep manajemen risiko, kepastian dari sebuah kejadian tidak dapat

    dipatikan secara tepat, akan selalu ada tingkat kemungkinan yang dapat diperkirakan. Oleh

    karena itu dalam manajemen risiko yang pertama kali dilakukan adalah melakukan profiling

    terhadap sebuah kejadian untuk memetakan kemungkinan dan skala dampak yang

    ditimbulkan. Hasil dari pemetaan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai risk profile.

    Konsep dari manajemen strategi secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.

  • 5/20/2018 3. Manajemen Risiko Laka Lantas

    5/7

    Gambar 4 Advanced Risk Management Strategy

    Sumber: (Bonham, 2008)

    Gambar 4 menjelaskan tentang tahapan dalam manajemen risiko yang harus dilalui untuk

    dapat menghasilkan tindak lanjut yang mampu meminimalkan risiko. Pendekatan ini dimulai

    dari tahap identifikasi risiko hingg ke tahap perumusan strategi. Konsep ini mirip dengan

    konsep surveilans-respon dalam Epidemiologi.

    Risk Strategy

    Yang dimaksud dengan risk strategy adalah bagaimana cara sebuah organisasi untuk

    menentukan pendekatan yang paling efektif, efisien, dan proaktif dalam upaya

    meminimalkan risiko dan agar manajemen risiko menjadi kesadaran bagi semua pihak.

    Karena strategi risiko menjadi dasar sebagai dalam tahapan selanjutnya, strategi risiko harus

  • 5/20/2018 3. Manajemen Risiko Laka Lantas

    6/7

    mampu menentukan referensi yang digunakan. Risk strategy ini berfungsi untuk

    membangun komitmen semua pihak. Referensi ini termasuk siapa yang akan menjadi

    leading sector, jalur pelaporannya kemana, peraturan apa saja yang dibutuhkan, dan basic

    scenario analysis dalam menjelaskan risiko.

    Dalam upaya penanggulangan kecelakaan lalu lintas di Indonesia risk strategy ini

    belum dijalankan dengan baik. Identifkasi WHO terhadap keberadaan leading sector

    kecelakaan lalu lintas di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara yang

    belum memiliki leading sector.Bahkan dalam Laporan WHO tentang kecelakaan lalu lintas di

    dunia, Indonesia digolongkan termasuk ke dalam negara kategori 4 yang tidak memiliki data

    kematian akibat kecelakaan lalu lintas yang baik.

    Risk Identification

    Tahap ini berguna untuk menentukan risiko atau sumber bahaya yang perlu

    diantisipasi, apa saja karakteristik terkait tempat, orang, dan waktu. Setiap sumber bahay

    dianalisis karakteristiknya untuk mengevaluasi besaran (magnitude) risiko kecelakaan

    tersebut. Karakteristik rentang risiko dianalisis dengan mengintegrasikan berbagai informasi

    dari hasil identifikasi faktor bahaya dengan memperkirakan probabilitas terjadinya bahaya.

    Berbagai cara dapat dilakukan guna mengidentifikasi potensi bahaya di jalan raya, misalnya

    melalui:

    1. inspeksi/survei rutin terhadap kondisi jalan raya

    2. informasi mengenai data kecelakaan

    3. surveilans kecelakaan lalu lintas

    Selanjutnya diperlukan analisis dan penilaian terhadap potensi bahaya tersebut untuk

    memprediksi langkah atau tindakan selanjutnya terutama pada kemungkinan potensi

    bahaya tersebut menjadi suatu risiko.

  • 5/20/2018 3. Manajemen Risiko Laka Lantas

    7/7

    Risk Assess/Profile/Prioritize

    Dalam kegiatan ini, semua jenis resiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat keparahan, frekuensi

    kejadian, cara pencegahannya, atau rencana tindakan untuk mengatasi risiko tersebut

    dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin.

    Risk Mitigate/ Plan

    Berdasarkan hasil analisis tersebut dibuatlah sebuah rencana tindak lanjut.

    Pengendalian risiko menurut OHSAS 18001, dalam mengendalikan risiko yang lebih spesifik

    untuk bahaya K3 dapat dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut eliminasi, substitusi,

    pengendalian teknis (Engineering Control), administratif, dan penggunaan Alat Pelindung

    Diri (APD). Pendekatan ini juga dapat diterapkan dalam upaya penanggulangan kecelakaan

    lalu lintas.

    Untuk memberikan pedoman bagi negara di dunia dalam menerapkan rencana

    konkret dalam penanggulangan kecelakaan, WHO memberikan lima pilar dalam upaya

    penanggulangan kecelakaan lalu lintas. Pedoman ini merupakan tool bagi pemerintah dan

    stakeholder lain dalam negara tersebut untuk mengembangkan rencana aksi nasional dan

    lokal, serta tetap melakukan upaya koordinasi pada tingkat regional maupun internasional.

    Lima pilar WHO dalam upaya penanganan kecelakaan lalu lintas yakni:

    1. Road safety management

    2. Safer road and mobility

    3. Safer vehicles

    4. Sefer road users

    5. Post-crash response