3-3-1-PB

10

Click here to load reader

Transcript of 3-3-1-PB

Page 1: 3-3-1-PB

EFEKTIVITAS ASAL ISOLAT BAKTERI ENDOFIT DAN KERAPA TAN PENGENCERAN DALAM MENGENDALIKAN PENYAKIT BUSUK BAT ANG

(Sclerotium rolfsii Sacc) PADA TANAMAN KEDELAI

Rasiska Tarigan* dan Kuswandi **

*Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi, Jl.Medan-Berastagi Km.60 Berastagi, 22156

[email protected] **Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok,

Jl.Raya Solok-Aripan Km.5 Solok, 27301

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas asal isolat beberapa bakteri endofit dan kerapatan pengenceran pada tanaman kedelai (Glycine max (L.)Merill.). dalam mengendalikan penyakit busuk batang. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial yang terdiri dari factor Pertama : Asal isolat bakteri endofit dan faktor kedua : pengenceran bakteri endofit dan diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 6 hari setelah inokulasi persentase luas pertumbuhan koloni terluas yakni isolat bakteri endofit berasal dari tengah nodul tanaman kedelai (K6) dan kerapatan pengenceran Be2 (106) sebesar 17,73% dan 6,01%. Isolat bakteri endofit dengan kerapatan pengenceran dengan persentase zona penghambat pertumbuhan Sclerotium rolfsii Sacc terluas yakni K6Be3 (Asal isolat bakteri endofit dari ujung nodul tanaman kedelai dengan kerapatan pengenceran 108) sebesar 15,77% dan terendah K1Be1 ( Asal isolat bakteri endofit dari 10 cm dari pangkal batang tanaman kedelai dengan kerapatan pengenceran 105) sebesar 4,11%. Asal isolat bakteri endofit dari batang tanaman kedelai memiliki morfologi yang berbeda – beda antara satu dengan yang lainnya dan terdiri dari 4 gram positif dan 2 gram negatif . Asal isolat bakteri endofit yang berasal dari nodul tanaman kedelai mampu mengendalikan penyakit busuk batang. Kata Kunci : Bakteri endofit, Pengenceran, tanaman kedelai

PENDAHULUAN

Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan berprotein tinggi dan merupakan bahan dasar dalam pembuatan produk olahan makanan, seperti: kecap, tahu, dan tempe. Menurut Suprapto (2001), luas panen kedelai di indonesia menempati urutan ke-3 setelah jagung dan ubi kayu.

Produksi kedelai tahun 2009 adalah sebesar 974.31 ribu ton, atau meningkat sebanyak 198.80 ribu ton (25,63%) dibandingkan tahun 2008. Peningkatan produksi di Jawa sebesar 127.84 ribu ton dan diluar jawa sebesar 70.96 ribu ton. Pada tahun 2010 produksi kedelai mengalami penurunan sebesar 47.128 ribu ton dibandingkan 2009 (Badan Pusat Statistik, 2008).

Salah satu faktor yang diduga dapat menyebabkan penurunan produksi kedelai adalah serangan penyakit busuk batang yang disebabkan oleh serangan jamur Sclerotium rolfsii Sacc. Menurut Semangun (1993), penyakit yang disebabkan oleh S. rolfsii Sacc merupakan penyakit potensial pada tanaman kedelai, karena dapat menyebabkan tanaman yang terserang menjadi mati dan patogen dapat bertahan lama di dalam tanah dalam bentuk skerotia. Serangan penyakit ini sering ditemukan pada lahan

Page 2: 3-3-1-PB

kering, tadah hujan maupun lahan pasang surut dengan intensitas serangan sebesar 5-55 %. Tingkat serangan lebih dari 5% di lapang sudah dapat merugikan secara ekonomi, tanaman kedelai yang terserang hasilnya akan rendah atau gagal panen sama sekali. Kehilangan hasil yang mencapai 30 %, sering ditemukan pada lahan yang selalu ditanami tanaman kedelai dan kacang-kacangan lainnya (Wahyuningsih, 2005).

Selama ini pengendalian S. rolfsii adalah dengan cara mekanis, yaitu dengan mencabut dan membuang tanaman yang sakit, dan aplikasi fungisida. Cara ini dinilai kurang efektif karena patogen masih mampu bertahan lama di dalam tanah, dengan membentuk organ pembiakan, yaitu sklerosia dan residu tanaman. Menurut Punjab (1998), S. rolfsii dapat dikendalikan melalui beberapa cara antara lain dengan aplikasi fungisida, solarisasi tanah, dan rotasi tanaman. Pengendalian alternatif lainnya terhadap penyakit ini dapat juga dengan penggunaan mikroorganisme antagonis hayati (Semangun 1993)

Salah satu agen pengendali hayati tersebut adalah bakteri endofit. Mikroba endofit merupakan organisme hidup berukuran mikroskopis yang hidup di dalam jaringan tanaman (xylem dan phloem), daun, akar, buah dan batang selama periode tertentu dari siklus hidupnya. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik dari tanaman inang ke dalam mikroba endofit (Tan.,et.al. 2001).

Bakteri endofit membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya. Dalam satu jaringan tanaman kemungkinan ditemukan beberapa jenis mikroba endofit (Strobel et al, 2003). Bakteri endofit mempunyai potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil metabolit sekunder seperti yang terkandung di dalam tanaman inangnya (Simanjuntak et al, 2002). Bakteri endofit biasanya diisolasi dari tanaman kacang-kacangan seperti semanggi (Sturz et al, 1997), dan kacang polong (Elvira and Van, 2000). Bakteri endofit pada tanaman kedelai diisolasi dari permukaan batang, akar dan nodul yang telah disterilisasi dan sebagian besar isolat menghasilkan asam motil dan indole accetic 70 dan 33% (Hung, et al, 2007).

Pada umumnya bakteri endofit yang telah diisolasi dari jaringan tanaman kacang-kacangan berupa Aerobacter, Chryseomonas, Curtobacterium, Enterobacter, Erwinia, Pseudomonas, Flavimonas dan Sphingomonas. (Gagne et al, 1987, Sturz et al, 1997). Isolasi bakteri endofit dilaksanakan melalui kerapatan pengenceran, kemudian dilakukan perhitungan sel mikroba (CFU’s/volume). Menurut Pradhika, 2009 bahwa CFU’ merupakan hasil perhitungan sel mikro yang tersebar homogen pada cawan membentuk satu koloni tunggal.

Isolasi dan kerapatan pengenceran bakteri endofit pada jaringan tanaman kedelai mengarah pada efek yang menguntungkan bagi tanaman inang seperti stimulasi pertumbuhan tanaman dan resistensi terhadap patogen tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas antagonisme asal isolat beberapa bakteri endofit dan kerapatan pengenceran dalam mengendalikan penyakit busuk batang pada tanaman kedelai (Glycine max (L.)Merill.).

METODOLOGI

Penelitian telah dilaksanakan di laboratorium Hama dan Penyakit, Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi Sumatera Utara. Penelitian dimulai pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 faktor dan masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan meliputi : Faktor I

Page 3: 3-3-1-PB

: Asal isolat bakteri endofit (K) yang terdiri dari : K1) Asal isolat bakteri endofit 10 cm dari pangkal batang tanaman kedelai, K2) Asal isolat bakteri endofit dari akar tanaman kedelai, K3) Asal isolat bakteri endofit yang berasal dari pangkal batang tanaman kedelai, K4) Asal isolat bakteri endofit 5 cm dari pangkal batang tanaman kedelai, K5) Asal isolat bakteri endofit yang berasal Ujung nodul tanaman kedelai, K6 : Asal isolat bakteri endofit yang berasal dari tengah nodul tanaman kedelai. Faktor II : Pengenceran bakteri endofit (Be) yang terdiri dari Be1) Pengenceran 10-5 , Be2 : Pengenceran 10-7, Be3 : Pengenceran 10-8. Pelaksanaan percobaan dibagi atas 2 tahap yakni percobaan lapangan dan laboratorium.

Pada percobaan lapangan dilakukan pengambilan isolat bakteri endofit dari pertanaman kedelai yang sehat. karena di dalamnya terdapat bakteri yang bersifat antagonis terhadap jamur patogen. Kedelai yang dijadikan sampel diambil dari kabupaten Asahan. Sedangkan untuk percobaan di laboratorium, sampel isolat bakteri endofit tanaman kedelai, dipotong batang, akar, dan nodulnya, lalu dicuci dengan air sampai bersih, kemudian potongan masing-masing bagian tersebut di tempatkan pada beaker glass. Potongan bagian-bagian tersebut direndam di dalam larutan Na3OCl 5,25 % selama 5 menit, kemudian dibilas dengan aquades steril, pembilasan dilakukan sebanyak 3 kali. Masing-masing bagian tanaman tersebut digerus menggunakan mortal dan ditambahkan aquades steril 10 ml. Hasil gerusan ditanam di media NA dengan pengenceran 10-3. Selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 2-3 hari.

Pengujian beberapa asal isolat bakteri endofit dari tanaman kedelai dilakukan dengan menggunakan sinar ultra violet. Bakteri terlebih dahulu dibiakkan di media king’s B kemudian dilakukan pengujian. Bakteri yang pendar flour akan kelihatan berwarna hijau kebiruan. Bakteri endofit yang terseleksi dari perlakuan diberi kode dan dimurnikan. Untuk melihat efektifitas bakteri terseleksi dari pengujian dilakukan dengan cara menanam koloni biakan murni bakteri endofit dan jamur Sclerotium rolfsii Sacc. Pada satu cawan petri diambil 10 µ suspensi bakteri endofit yang telah diencerkan 10-5, 10 -6, 10 -7 lalu dituangkan di atas kertas saring dengan luas 0,5 cm2. Lalu diinokulasikan pada media PDA, masing-masing koloni diletakkan sejauh 1 cm dari tepi-tepi cawan petri secara berhadapan. Selanjutnya diamati pertumbuhan dan zona hambat (inhibiting zone) dari bakteri dan jamur Sclerotium rolfsii Sacc.

Peubah yang diamati meliputi: morfologi koloni bakteri endofit, morfologi sel bakteri endofit, luas pertumbuhan koloni bakteri endofit, Jumlah koloni bakteri endofit (CFU’s/ml), dan persentase zona penghambat pertumbuhan.

Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan Anova dan uji lanjut dengan BNT pada taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Morfologi Koloni dan Sel Bakteri Endofit Dari hasil uji asal isolat bakteri endofit dari bagian tanaman kedelai diperoleh 6 isolat

yang pendar flour dan zona penghambat pertumbuhan jamur patogen Sclerotium rolfsii Sacc yang bervariasi(Tabel 1).

Page 4: 3-3-1-PB

Tabel 1. Morfologi koloni dan Sel Bakteri Endofit Isolasi Karakterisasi

Morfologi Koloni Gram Morfologi Sel Bentuk Tepi Elevasi Warna Bentuk Penataan

K1 Ireggular Lobate Raised Putih Susu Positif Cococ Bacillus K2 Circular Entire Convex Nila Positif Bacillus Mono K3 Irregular Undulate Convex Kuning Negatif Bacillus - K4 Circular Enitire Convex Orange Positif Bacillus K5 Circular Lobate Raised Putih kream Negatif Coccus diplo K6 Circular Lobate Convex Kream Bertepung putih Positif Bacillus Keenam isolat bakteri endofit mempunyai karakterisasi yang bervariasi baik dalam morfologi maupun sifat pewarnaan. Bentuk koloni isolat didominasi oleh circular (bulat), dengan bentuk tipe yang bervariasi. Elevasi koloni terdiri 2 yakni Raised dan convex (Cembung), Sedangkan pewarnaan gram sel bakteri diperoleh 4 isolat bergram positif dan 2 isolat bersifat gram negatif dengan bentuk koloni didominasi oleh bacillus.

Bentuk umum mikroba terdiri dari satu sel (uniselluler), bentuk lainnya berupa koloni yaitu gabungan 2 atau lebih di dalam satu ruangan. Bentuk itu merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu. Variasi bentuk pada sel bakteri adalah bulat (kokus), batang/bulat memanjang (basil) dan lengkung. Menurut Ilyas (2001), Variasi bentuk bakteri yang terjadi baik secara tetap atau bentuk involusi dipengaruhi lingkungan, umur, syarat pertumbuhan tertentu, faktor makanan, dan suhu.

Pewarnaan gram berguna untuk membedakan gram positif dan gram negatif. Menurut Lay (1994) menyatakan Perbedaan hasil pewarnaan disebabkan oleh adanya perbedaan struktur kedua kelompok bakteri sehingga terjadi perbedaan reaksi dalam pemeablitas zat warna.

2 Luas Pertumbuhan koloni bakteri endofit

2.1 Pengaruh Asal Isolat Bakteri Endofit Terhadap L uas Pertumbuhan Koloni

Bakteri Endofit

Hasil analisis luas pertumbuhan koloni bakteri endofit menunjukkan bahwa Asal isolat bakteri endofit dan perlakuan pengenceran bakteri tanaman kedelai berpengaruh nyata terhadap luas pertumbuhan koloni. Uji beda rataan interaksi perlakuan Asal Isolat Bakteri Endofit dan Pengenceran Bakteri memberi pengaruh tidak nyata terhadap luas pertumbuhan koloni bakteri (Tabel 2). Tabel 2 . Beda uji rataan pengaruh inokulasi bakteri endofit (K) terhadap luas

pertumbuhan (%) koloni bakteri endofit.

Perlakuan Luas pertumbuhan koloni (%) bakteri endofit

1Hsi 2Hsi 3Hsi 4Hsi 5Hsi 6Hsi

K1 0,90 c 1,12 c 1,22 cd 1,43 d 1,79 d 2,19 d

K2 1,06 c 1,17 1,20 d 1,53 c 1,88 c 2,19 d

Page 5: 3-3-1-PB

cb K3 1,36 b 1,36 b 1,42 b 1,57 c 1,97 bc 2,34 c

K4 1,13 cb 1,23 b 1,37 c 1,69 b 2,11 b 2,48 b

K5 1,41 b 2,50 b 1,71 b 1,73 b 2,21 b 2,50 b K6 5,41 a 7,80 a 8,56 a 12,93 17,6 a 23,14 a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda sangat nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5% .

Tabel 2 menunjukkan luas pertumbuhan koloni bakteri endofit pada perlakuan K6

berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya pada umur 1 hingga 6 hari setelah inokulasi, sedangkan perlakuan K5 tidak berbeda nyata terhadap K4, pada umur 2, 4, 5, dan 6 Hsi dan tidak berbeda nyata terhadap K3 pada umur 1, 2, dan 3 Hsi. Luas pertumbuhan koloni bakteri endofit terluas pada hari ke 6 setelah inokulasi ditemukan pada perlakuan K6 sebesar 23,14%, sedangkan terendah ditemukan pada perlakuan K3 sebesar 2,19%. Mikroba endofit merupakan organisme hidup berukuran mikroskopis yang hidup di dalam jaringan tanaman selama periode tertentu dari siklus hidupnya. Menurut Van Vuurde dan Recuenco (2005) dalam Firmansah (2008), bakteri endofit menginfeksi perakaran tanaman terlebih dahulu kemudian menyebar ke jaringan batang tanaman. Luas pertumbuhan koloni bakteri endofit dapat dilihat pada histogram di bawah ini

Gambar 1. Histogram Pengaruh Asal Isolat bakteri endofit (B) terhadap luas

pertumbuhan (%) koloni bakteri endofit pada setiap hari pengamatan.

Pada percobaan ini semua asal isolat bakteri endofit pada tanaman kedelai menghasilkan luas pertumbuhan koloni yang berbeda. Bakteri endofit memiliki persentase adaptasi lebih banyak didalam perakaran dibandingkan pada batang dan cabang tanaman (Utami, 2005).

2.2 Pengaruh Pengenceran Bakteri Endofit (CFU/ml) T erhadap Luas Pertumbuhan Koloni

Pada pengamatan pengenceran Bakteri Endofit berpengaruh nyata terhadap luas pertumbuhan koloni bakteri endofit dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 . Beda uji rataan pengaruh pengenceran bakteri endofit (Be) terhadap luas

pertumbuhan (%) koloni bakteri endofit.

Page 6: 3-3-1-PB

Perlakuan Luas pe rtumbuhan (%) koloni bakteri endofit

1Hsi 2Hsi 3Hsi 4Hsi 5Hsi 6Hsi Be1 1,62 b 1,48 b 2,02 b 2,68 b 3,14 b 4,20 a Be2 2,47 a 3,28 a 3,33 a 4,52 a 6,29 a 7,51 a Be3 1,58 b 1,92 b 2,08 b 3,24 b 4,20 b 5,73 b

Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda sangat nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5% .

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan Be2 berpengaruh nyata terhadap perlakuan Be1 dan Be3. Pada umur 6 hari setelah inokulasi, luas pertumbuhan koloni bakteri endofit tertinggi diperoleh pada perlakuan Be2 (7,51%) dan terendah pada perlakuan Be1 (4,20%). Peningkatan kerapatan pengenceran bakteri endofit tidak mempengaruhi pertambahan luas pertumbuhan koloni. Histrogam luas pertumbuhan koloni bakteri endofit pada masing-masing perlakuan pengenceran dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Histogram Pengaruh Pengenceran (CFU/ml) Bakteri Endofit (Be)

terhadap luas pertumbuhan koloni bakteri endofit pada setiap hari pengamatan.

Gambar 2 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan koloni bakteri endofit tertinggi ditemukan pada perlakuan Be2 (3,15%), dan terendah pada perlakuan Be1 (2,58%). Perbedaan luas pertumbuhan koloni bakteri endofit dipengaruhi oleh tipe dan jenis masing-masing bakteri tersebut.

3. Jumlah Koloni Bakteri Endofit (CFU’s/ml)

Dari hasil pemurnian bakteri endofit pada media N, yang kemudian dibiakkan kembali di Media PDA berdasarkan perlakuan pengenceran menunjukkan Jumlah kerapatan koloni bakteri endofit semakin menurun apabila kerapatan pengenceran direndahkan, terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah koloni bakteri endofit (CFU’s/ml)

Perlakuan Jumlah koloni bakteri (CFU's/ml) K1Be1 150

K1Be2 110 K1Be3 89 K2Be1 301 K2Be2 195 K2Be3 140

Page 7: 3-3-1-PB

K3Be1 160 K3Be2 70 K3Be3 51 K4Be1 100 K4Be2 80 K4Be3 71 K5Be1 102 K5Be2 100 K5Be3 68 K6Be1 350 K6Be2 243 K6Be3 141

Keterangan : - K : Asal Isolat Bakteri Endofit - Be : Pengenceran bakteri Tingkat pengenceran bakteri berpengaruh terhadap perbedaan jumlah koloni bakteri Melihat dari masing-masing perlakuan jumlah koloni bakteri endofit paling terbanyak pada asal isolat bakteri akar tunggang (K6) yaitu 350 CFU’s/ml, 243 CFU’s/ml, dan 141 CFU’s/ml. Perbedaan laju pertumbuhan dipengaruhi oleh sifat dan jenis masing-masing bakteri dan faktor lainnya seperti kemampuan dalam menggunakan media metabolisme. Menurut Lay dan Hastowo (1992), ketersediaan nutrisi pertumbuhan sel bakteri dipengaruhi jenis mikroba, keadaan dan jumlah sel awal ketika diinokulasi ke media. 4. Persentase Zona Penghambat Pertumbuhan

4.1 Pengaruh asal isolat bakteri endofit (K) terhadap zona penghambat pertumbuhan

Asal isolat bakteri endofit tanaman kedelai dan pengenceran bakteri menunjukkan berbeda nyata terhadap persentase zona penghambat pertumbuhan terlihat pada tabel 5 dan Tabel 6. Uji beda rataan interaksi perlakuan asal isolat bakteri endofit dan pengenceran bakteri memberi pengaruh tidak nyata terhadap persentase zona penghambat bakteri. Tabel 5 . Beda Uji Rataan Pengaruh Asal Isolat Bakteri endofit (K) terhadap Persentase

Zona Penghambat Pertumbuhan

Perlakuan (%) Zona Penghambat Pertumbuhan K1 5.62 c K2 10.22 b K3 9.45 b K4 9.37 b K5 10.53 b K6 15.53 a

Page 8: 3-3-1-PB

Tabel 6. Beda Uji Rataan Pengaruh Pengenceran Bakteri Endofit Terhadap Persentase Zona Penghambat Pertumbuhan

Tabel 5 menunjukkan persentase zona penghambat pada perlakuan K6 berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya, perlakuan K5 tidak berbeda nyata terhadap perlakuan K4, K3 dan K2 tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan K1 dan K6. Persentase zona penghambat pertumbuhan yang tertinggi terdapat pada perlakuan K6 (15,53%) dan terendah pada perlakuan K1 (5,62%).

Pada persentase zona penghambat perlakuan pengenceran Be3 berbeda nyata terhadap perlakuan Be2, dan Be1. Persentase zona penghambat pertumbuhan tertinggi ditemukan pada perlakuan pengenceran Be3 (11,37%). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pengenceran akan memperluas zona penghambat

Beberapa bakteri endofit mempunyai daya antagonis terhadap jamur phatogen tular tanah seperi Sclerotium, phytium, fusarium. Bakteri endofit mampu menghasilkan senyawa bioaktif (steroid) untuk menghambat pertumbuhan organisme lainnya (Strobel dan Strobel, 2007). Keunggulan lain bakteri endofit mampu meningkatkan ketersediaan nutrisi, menghasilkan hormon pertumbuhan (Kloepper et al. 1992), serta dapat menginduksi ketahanan tanaman (Hallmann 2001). Pada perlakuan K6, menunjukkan morfologi bakteri berupa Bacillus.

KESIMPULAN

Persentase luas pertumbuhan koloni terluas ditemukan pada asal isolat bakteri endofit dari tengah nodul tanaman kedelai (K6) dengan kerapatan pengenceran Be2 (106) sebesar 17,73% dan 6,01%. Isolat bakteri endofit dengan kerapatan pengenceran yang persentase zona penghambat pertumbuhan Sclerotium rolfsii Sacc terluas yakni K6Be3 ( Asal isolat bakteri endofit dari ujung nodul tanaman kedelai dengan kerapatan pengenceran 108) sebesar 15,77% dan terendah K1Be1 ( Asal isolat bakteri endofit dari 10 cm dari pangkal batang tanaman kedelai dengan kerapatan pengenceran 105) sebesar 4,11%. Asal isolat bakteri endofit dari batang tanaman kedelai memiliki morfologi yang berbeda – beda antara satu dengan yang lainnya dan terdiri dari 4 gram positif dan 2 gram negatif . Asal isolat bakteri endofit yang berasal dari nodul tanaman kedelai mampu mengendalikan penyakit busuk batang.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2008. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 16/02/12Th. XI, Statistika Tanaman Padi dan Palawija Sumatera Utara Tahun 2007 dan Ramalan Kondisi Tahun 2008. dikutip dari http://sumut.bps.go.id/f_brs/aram1-2008.pdf/, Diakses tanggal 29 September 2008, Medan

Elvira, R.M. and J.W.L.V. Vuurde. 2000. Natural incidence of endophytic bacteria in pea

cultivars under field conditions. Can. J. Microbiol. 46:1036-1041.

Perlakuan Zona Penghambat Pertumbuhan Be1 9,13 c Be2 9,86 b Be3 11,37 a

Page 9: 3-3-1-PB

Firmansah, R. 2008. Effectiveness of Endophyte and Phylloplen Bacteria Of Mucuna pruriens Linn Leaves in Promoting Plant Growth and Suppressing Leaf Spot Desease (Cercospora sp.) on Peanut (Arachis hypogaea L.). http://www.docstoc.com/docs/2324531. Akses 25 Mei 2009.

Gagne S, C. Richard, H. Roussean and H. Antoun. 1987. Xylem-residing bacteria in lfalfa

roots. Can. J. Microbiol. 33:996 –1000. Hallmann J. 2001. Plant interaction with endophytic bacteria. In: Jeger M.J. and Spencer

N.J, editor. Biotic Interaction In Plant-Pathogen Associations. CAB International. p.87-119.

Harni, R., A.Munif.,dan I.Mustika,. 2006. Potensi Metode Aplikasi Bakteri Endofit terhadap

Perkembangan Nematoda Peluka Akar (Pratylenchus brachhyurus) pada Tanaman Nilam. Jurnal Littri 12(4), ISSN 0853 – 8212.

Hung, P. Q, and K. Annapurna. 2004. Isolation and Characterization of Endophytic

Bacteria in Soybean (Glycine sp.). Omonrice 12: 92-101 (2004) Ilyas, S. 2001. Mikrobiologi Dasar Diklat Kompilasi 28. Medan. Universitas Sumatera

Utara Press. Kobayashi D.Y., J.D.Palumbo. 2000.Bacterial endophytes and their effects on plants and

uses in agriculture. In: Bacon CW, White JF (eds) Microbial endophytes. Marcel Dekker, New York, pp 199–233

Kloepper J.W, R.R.Kabana, J.A.Mcinroy, R.W.Young. 1992. Rhizosphere bacteria

antagonistis to soybean cyst (Heterodera glycines) and root knot (Meloidogyne incognita) nematodes: Identification by fatty acid analysis and foliar diseases. Australasian Plant Pathol. 28(1):21-26.

Lay B.W.1994. Analisisi Mikroba di laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada. 18-22 Lay, B.W. & Hastowo, 1992. Mikrobiologi. Edisi Pertama Cetak Pertama. Jakarta.

Rajawali. Press Punjab, Z.K. 1988. Sclerotium (Athelia) rolfsii, a pathogen of many plant species.

Advances in Plant Pathology. 6:523-535 Semangun, H. 1993. Penyakit-penyakit tanaman pangan di Indonesia. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta. 449 p. Simanjuntak, C.H., T.Pudjarwoto, dan N.Indah P. 1990. Daya Antimikroba Obat

Tradisional Diare Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Enteropathogen.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Page 10: 3-3-1-PB

Sturz, A.V., B.R. Christie, B.G. Matheson and J. Nowak. 1997. Biodiversity of endophytic bacteria which colonize red clover nodules, roots, stems and foliage and their influence on host growth. Biol. Fertil. Soils 25:13 – 19.

Strobel, A.S. dan G.A.Strobel. 2007. Plant Endophytes as a Platform for Discovery-Based

Undergraduate Science Education. Nature Chemical Biology Volume 3. http://www.nature.com/naturechemicalbiology. Akses 25 Mei 2009

. Suprapto, 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 2-5 Tan , R. X dan W.X. Zou. 2001. Endophytes: A Rich Source Of Functional Metabolites.

Institute of Functional Biomolecule, School of Life Sciences, Nanjing University, Nanjing

Utami, U. 2005. Laporan Penelitian Isolasi Bakteri Endofit Penghasil Antimikroba Dari

Tanaman Rizhopora mucronata (Makna Tersirat Q.S. Ali-Imran; 190-191).. Malang: Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

Wahyuningsih, I. 2005. Aplikasi Rhizobakteri Antagonis Untuk Mengendalikan Penyakit

Busuk Sclerotium rolfsii Sacc Pada Fase Vegetatif Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merrill ) Secara In Vivo. Dikutip dari http://www.umm.ac.id. Diakses tanggal 29 September 2009.