2Want Dan Need Dalam Pengadaan

2
Want dan Need dalam Pengadaan Barang/Jasa oleh: Samsul, S.Sos Seperti halnya pembahasan cost dan price pada artikel “Pembangunan Yang Terjebak Harga ”, pembahasan tentang want dan need mempunyai logika yang sama. Kenapa kita melakukan pengadaan barang/jasa? Ini adalah pertanyaan awal yang harus kita pahami filosofinya secara jelas sebelum melaksanakan pengadaan. Mungkin saja banyak jawaban yang akan muncul dengan berbagai variasi. Namun semua bermuara pada pemenuhan want atau need. Apakah karena kita menginginkan barang/jasa atau karena kita membutuhkan barang/jasa. Mengambil definisi para pakar manajemen sperti Philip Kotler dkk; A want is defined as “the form human needs take as shaped by culture and individual personality” (Kotler, Chandler, Gibbs, & McColl 1989, p. 5). Keinginan adalah kebutuhan manusia yang dibentuk berdasarkan kultur dan kepribadian. Artinya penetapan sasaran tercapainya keinginan menjadi sangat indivual. Boleh saja pada saat ini keinginan kita sudah terpenuhi oleh suatu barang/jasa namun bagi orang lain atau diwaktu berbeda tidak terpenuhi. Ketika pengadaan barang/jasa didasarkan pada keinginan maka penentuan batasan perencanaan teknis, terkait spesifikasi barang/jasa, cenderung bersifat conformance atau rinci sesuai dengan tingkat pengetahuan pelaksana terhadap barang/jasa. Misal satu instansi mempunyai anggaran pembelian mobil dinas, apabila berdasarkan keinginan maka spesifikasi mobil dinas akan mengarah pada satu merk atau produk dan cenderung yang tertinggi yang bisa didapatkan dengan kemampuan anggaran yang maksimal. Batas atas spesifikasi barang/jasa yang „want mindedumumnya hanyalah kapasitas dana yang dimiliki. Bisa disimpulkan “want” ukurannya adalah price”. Sedangkan kebutuhan didefinisikan sebagai “a state of felt deprivation in a person” (Kotler, Chandler, Gibbs, & McColl 1989, p. 4). Need didefinisikan sebagai pemenuhan rasa kekurangan. Dari sini yang menjadi ukuran adalah performance atau ukuran kualitatif dari barang/jasa. Dengan contoh yang sama terkait pengadaan mobil dinas maka spesifikasi yang disusun akan bersifat kualitatif. Spesifikasi performance dalam pengadaan mobil misalkan terkait kapasitas penumpang, kenyamanan, kecepatan dan kemampuan menempuh medan tertentu. Sehingga apapun merk-nya ataupun tipe mesin-nya, yang penting dapat memenuhi performance yang ditentukan. Ukuran performance umumnya merupakan ukuran yang sudah disepakati oleh orang banyak. Ukuran pencapaian dari need terkait barang/jasa terdiri atas tiga indikator yaitu kualitas, waktu dan biaya. Ketiga komponen ini merupakan ukuran yang juga digunakan menilai cost atau biaya. Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran dari need adalah cost .

Transcript of 2Want Dan Need Dalam Pengadaan

Page 1: 2Want Dan Need Dalam Pengadaan

Want dan Need dalam Pengadaan Barang/Jasa

oleh: Samsul, S.Sos

Seperti halnya pembahasan cost dan price pada artikel “Pembangunan Yang Terjebak

Harga”, pembahasan tentang want dan need mempunyai logika yang sama.

Kenapa kita melakukan pengadaan barang/jasa? Ini adalah pertanyaan awal yang harus kita

pahami filosofinya secara jelas sebelum melaksanakan pengadaan. Mungkin saja banyak jawaban

yang akan muncul dengan berbagai variasi. Namun semua bermuara pada pemenuhan want atau

need. Apakah karena kita menginginkan barang/jasa atau karena kita membutuhkan barang/jasa.

Mengambil definisi para pakar manajemen sperti Philip Kotler dkk; A want is defined as

“the form human needs take as shaped by culture and individual personality” (Kotler, Chandler,

Gibbs, & McColl 1989, p. 5). Keinginan adalah kebutuhan manusia yang dibentuk berdasarkan

kultur dan kepribadian.

Artinya penetapan sasaran tercapainya keinginan menjadi sangat indivual. Boleh saja pada

saat ini keinginan kita sudah terpenuhi oleh suatu barang/jasa namun bagi orang lain atau diwaktu

berbeda tidak terpenuhi.

Ketika pengadaan barang/jasa didasarkan pada keinginan maka penentuan batasan

perencanaan teknis, terkait spesifikasi barang/jasa, cenderung bersifat conformance atau rinci

sesuai dengan tingkat pengetahuan pelaksana terhadap barang/jasa. Misal satu instansi mempunyai

anggaran pembelian mobil dinas, apabila berdasarkan keinginan maka spesifikasi mobil dinas akan

mengarah pada satu merk atau produk dan cenderung yang tertinggi yang bisa didapatkan dengan

kemampuan anggaran yang maksimal. Batas atas spesifikasi barang/jasa yang „want minded‟

umumnya hanyalah kapasitas dana yang dimiliki. Bisa disimpulkan “want” ukurannya adalah

“price”.

Sedangkan kebutuhan didefinisikan sebagai “a state of felt deprivation in a person”

(Kotler, Chandler, Gibbs, & McColl 1989, p. 4). Need didefinisikan sebagai pemenuhan rasa

kekurangan. Dari sini yang menjadi ukuran adalah performance atau ukuran kualitatif dari

barang/jasa. Dengan contoh yang sama terkait pengadaan mobil dinas maka spesifikasi yang

disusun akan bersifat kualitatif.

Spesifikasi performance dalam pengadaan mobil misalkan terkait kapasitas penumpang,

kenyamanan, kecepatan dan kemampuan menempuh medan tertentu. Sehingga apapun merk-nya

ataupun tipe mesin-nya, yang penting dapat memenuhi performance yang ditentukan. Ukuran

performance umumnya merupakan ukuran yang sudah disepakati oleh orang banyak.

Ukuran pencapaian dari need terkait barang/jasa terdiri atas tiga indikator yaitu kualitas,

waktu dan biaya. Ketiga komponen ini merupakan ukuran yang juga digunakan menilai cost atau

biaya. Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran dari need adalah cost .

Page 2: 2Want Dan Need Dalam Pengadaan

Definisi diatas bukan untuk membandingkan atau mengkontradiksikan antara want dan need

karena pada dasarnya kedua-duanya melingkupi proses pengadaan barang/jasa secara keseluruhan

dalam satu kesatuan sistem pembangunan.

Hal ini bisa dilihat lebih keatas lagi terkait visi dan misi. Visi pada dasarnya adalah

keinginan. Karena sifatnya keinginan maka visi ada pada tataran kebijakan atau penetapan sasaran.

Kemudian misi sifatnya kebutuhan yang batasannya adalah pencapaian keinginan dalam porsi

tertentu atau masuk pada tataran teknis. Dapat diasumsikan bahwa misi merupakan satu atau

serangkaian indikator utama dari usaha pencapaian visi.

Ruang lingkup pengadaan barang/jasa dalam skema pelaksanaan APBN/D berada pada

tataran teknis setelah perencanaan, pemrograman dan penganggaran yaitu pengadaan,

pelaksanaan kontrak dan pembayaran dan penyerahan. Untuk itu proses pengadaan barang/jasa

harus dimulai dari kebutuhan yang ditetapkan pada dokumen anggaran dalam rangka memenuhi

program pembangunan yang telah direncanakan lewat penyusunan APBN/D.

Dalam kerangka ini semestinya segala aktifitas pengadaan barang/jasa tidak lepas dari upaya

pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Baik dari sisi kualitas, kuantitas, waktu dan biaya. Peran

perencanaan pengadaan menjadi sangat penting baik perencanaan umum dan perencanaan

pelaksanaan pengadaan. Disinilah kekhasan jiwa dan semangat Perpres 54 tahun 2010.

Urgensi tahapan perencanaan dalam pemenuhan need terhadap barang/jasa berada pada

tataran utama. Perencanaan menghasilkan kegiatan pengadaan barang/jasa. Nilai output kegiatan

barang/jasa berasal dari perkalian antara volume dan harga satuan. Kebutuhan akan output inilah

yang kemudian disandingkan dengan keinginan pemenuhan sasaran kegiatan yang lebih dikenal

dengan outcome. Segala sesuatu yang bisa direncanakan akan dapat diawasi dan diukur

pencapaiannya. Dan segala sesuatu yang dapat diukur pasti akan dapat direncanakan.

Inilah landasan format dokumen pelaksanaan anggaran menjadi dua bagian yaitu form isian

indikator kinerja dan form isian anggaran. Atau dalam bahasa Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang keuangan Negara disebut dengan anggaran berbasis kinerja yang memadukan output

dengan outcome sekaligus.

Jelas sekali dalam menilai pelaksanaan pengadaan barang/jasa tidak bisa hanya berdasarkan

penilaian price tapi harus cost base. Sehingga uang-lah yang mengikuti fungsi, atau money follow

the function, bukan sebaliknya. Prinsip ini memunculkan kebutuhan (need) terkait barang/jasa

dalam rangka mewujudkan sasaran kegiatan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

Karena sejatinya setiap rupiah yang digunakan melalui APBN/D adalah uang rakyat. Maka

kewajiban entitas pengadan barang/jasa pemerintah untuk memastikan bahwa setiap rupiah tersebut

digunakan untuk memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi rakyat. Salah satu caranya adalah

melaksanakan pengadaan barang/jasa yang kredible berdasarkan need dan ukuran nilai cost. Kalau

kita ingin kesejahteraan kita perlu pengadaan barang/jasa yang kredibel. Insya Allah.

Banjarbaru, 16 Mei 2011