2.Pembumian Netral Sistem

download 2.Pembumian Netral Sistem

of 12

Transcript of 2.Pembumian Netral Sistem

  • 8/18/2019 2.Pembumian Netral Sistem

    1/12

    Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV

    Dipasok oleh PLTD Skala Kecil Seminar

    Proteksi 24 Juli 03

    MASALAH PENTANAHAN NETRAL

    SISTEM TEGANGAN MENENGAH 20 kV

    DIPASOK DARI PLTD SKALA KECIL *)

    OlehPribadi Kadarisman Kartawan Muchtar Wahyudi Sarimun.N

    PT PLN Persero) Kantor Pusat PT PLN (Persero) Jasdik PT PLN (Persero) Jasdik

     ABSTRAK  

     Pentanahan sistem pada Sistem Tenaga Listrik mulai dari Pusat Listrik sampai dengan gardu Distribusi,

     sangat diperlukan., Pentanahan pada sistem Tegangan Rendah digunakan untuk mengurangi tegangan

     sentuh kalau pada peralatan listrik pelanggan mengalami kebocoran listrik.

     Pentanahan pada sistem Tegangan Tinggi atau Tegangan Menengah digunakan untuk mengurangi arus

    hubung singkat jika terjadi gangguan satu fasa ketanah.

     Pemasangan pentanahan sistem dapat dipasang di Generator atau transformator tenaga dengan

    hubungan belitan wye (Y), untuk sistem kelistrikan kecil pentanahan ini tidak diperlukan (floating),

    tetapi untuk sistem yang besar perlu sekali sistem pentanahan seperti pentanahan mempergunakan

     Resistansi, Peteson coil dan solid.

     Pemilihan pentanahan yang akan dipasang perlu melihat pasokan daya dari Pusat Listrik ke beban dan

    besarnya arus gangguan fasa ketanah, misalnya yang sekarang banyak di anut oleh sistem kelistrikan di

     Indonesia mempergunakan tahanan 40 Ohm. Hal ini jika terjadi gangguan 1φ   - ketanah, pada sistem

    besar seperti di Jawa tidak berpengaruh pada mesin-mesin penggerak mulanya (prime-over), tetapi untuk

     sistem kecil yang dipasok dari PLTD beroperasi isolated tersebar di pulau-pulau kecil sangat

    berpengaruh sekali terhadap mesin penggerak mulanya.Hal ini terjadi karena pada saat gangguan 1 fasa

       - ketanah menyebabkan terjadinya gaya lintang unbalance pada poros generator mesin yang

    menimbulkan moment lentur cukup besar, sehingga terjadi tegangan lentur berlebihan antara generator

    dan crankshaft, yang menyebabkan konsentrasi tegangan, pada bagian-bagian crankshaft dan bearing.

     Bagian-bagian inilah yang sering mengalami kerusakan. Kejadian seperti tersebut diatas sangat merugikan jika terjadi gangguan satu fasa ketanah yang dapat

    merusak mesin PLTD (prime over), sehingga pasokan daya dari Pusat listrik terhenti.

     Pada makalah ini, mencoba mempelajari terjadi gangguan  1φ  - ketanah yang menyebabkan kerusakan

     pada mesin PLTD dan pada lampiran memberikan perbandingan sistem pentanahan (mengambang,

     pentanahan Resistans, pentanahan Peterson Coil, dan pentanahan Solid).

    Kata kunci: Pentanahan netral, Arus gangguan 1Φ - ketanah* )  = Disampaikan pada Lokakarya forum Proteksi 

    I. PENDAHULUAN

    Jaringan distribusi primer 20 kV di

    Indonesia ada yang mempergunakan sa-

    luran kabel bawah tanah dan Sebagian

     besar (70%) mempergunakan saluran udara

    Tegangan Menengah (SUTM) yang

    melintasi udara terbuka, pada jaringan ini

     banyak gangguan-gangguan yang tak dapat

    dihindari seperti gangguan karena petir atau

    gangguan yang diakibatkan pepohonan dan

     binatang. Hal ini dapat mengakibatkan

    terjadinya hubung singkat antar fasa (3 fasaatau 2 fasa) atau gangguan hubung singkat

    1 fasa ke tanah, yang dapat bersifat

    Temporair (non persistant) atau permanent(persistant).

    Gangguan yang permanen misalnya hubung

    singkat dapat terjadi pada kabel, belitan

    trafo atau belitan generator karena

    tembusnya (break downnya) isolasi padat.

    Di sini pada titik gangguan memang terjadi

    kerusakan yang permanen. Peralatan yang

    terganggu tersebut baru bisa dioperasikan

    kembali setelah bagian yang rusak

    diperbaiki atau diganti.

    Pada gangguan yang temporer, tidak ada

    kerusakan yang permanen di titik gangguan.Gangguan ini misalnya berupa flashover

    antara penghantar fasa dan tanah (tiang,

    Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN 1

  • 8/18/2019 2.Pembumian Netral Sistem

    2/12

    Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV

    Dipasok oleh PLTD Skala Kecil Seminar

    Proteksi 24 Juli 03

    travers atau kawat tanah pada SUTM) kare-

    na sambaran petir, atau flashover dengan

     pohon-pohon yang tertiup angin dan

    sebagainya.

    Pada gangguan ini yang tembus

    (breakdown) adalah isolasi udaranya, oleh

    karena itu tidak ada kerusakan yang permanen. Setelah arus gangguannya

    terputus, misalnya karena terbukanya cir-

    cuit breaker oleh relay pengamannya, per-

    alatan atau saluran yang terganggu tersebut

    siap dioperasikan kembali.

    Jika terjadi gangguan 2 fasa, arus hubung

    singkatnya biasanya lebih kecil daripada

    arus hubung singkat 3 fasa. Kalau tahanan

    gangguan diabaikan arus hubung singkat 2

    fasa kira-kira : ½ √3 (=0,866) kali arushubung singkat 3 fasa.

    Jika terjadi gangguan 1 fasa-tanah, Arus

    gangguan 1 fasa ke tanah hampir selalu

    lebih kecil daripada arus hubung singkat 3

    fasa, karena di samping impedansi urutan

    nolnya pada umumnya lebih besar daripada

    impedansi urutan positifnya, gangguan

    tanah hampir selalu melalui tahanan

    gangguan, misalnya beberapa ohm yaitu

    tahanan pentanahan kaki tiang dalam hal

    flashover dengan tiang atau kawat tanah,

    atau beberapa puluh atau ratusan ohm

    dalam hal flashover dengan pohon.Di samping itu untuk sistem dengan

     pentanahan melalui tahanan yang terpasang

     pada generator atau transformator yang

    dihubungkan Y, tahanan pentanahan netral

    itu juga akan membatasi arus gangguan 1

    fasa ke tanah.

    II.  PENTANAHAN MEMPERGUNAKANTAHANAN

    Gangguan 3 fasa dan gangguan 2 fasa dapat

    yang terjadi pada jaringan distibusi 20 kVdapat di clear kan oleh Over Current Relay

    yang terpasang di outgoing feeder, tetapi

    gangguan 1 fasa ke tanah dapat di clearkan

    oleh Ground Fault Relay.

    Pada Sistem Tenaga Listrik yang dipasok

    dari Pusat listrik dan transformator dipa-

    sang bermacam-macam pentanahan, antara

    lain: Tanpa pentanahan (Floating), Pen-

    tanahan melalui Peterson coil, Pentanahan

    solid dan Pentanahan melalui Tahanan.

    Penjelasan tentang kerugian dan keuntung-

    an dari bermacam-macam pentanahan da- pat dilihat pada lampiran.

    Pada bab ini menjelaskan tentang

     pentanahan sistem tenaga Listrik yang

    terpasang pada sistem distribusi Primer 20

    kV di Gardu Induk atau pada sistem

    isolated yang dipasok oleh PLTD skala

    kecil.

    Berdasarkan standar PLN no 2 tahun 1978,standar PLN no 12 tahun 1980, standar

    PLN no 26 tahun 1980 , bahwa pentanahan

    netral sistem Distribusi tegangan menengah

    (20 kV) ada bermacam-macam pentanahan

    seperti berlaku di PLN Distribusi Jawa

    Timur ditanahkan melalui tahanan tinggi

    (500 Ohm), di Jawa Tengah dengan sistem

    Distribusi 3 fasa 4 kawat mempergunakan

     pentanahan langsung sepanjang jaringan

    (pentanahan efektif) dan di PLN Distribusi

    Jaya dan Wilayah-wilayah PLN diluar

    Jawa sistem pentanahannya melalui

    tahanan 40 Ohm atau 12 Ohm

    Pemilihan nilai 40 Ohm ini pada awalnya

     berpegang kepada perlunya gangguan

    tanah diselesaikan dengan bekerjanya Relai

    Gangguan Tanah yang lebih pasti dan

    selektif. Namun demikian besarnya arus

    gangguan tanah perlu dibatasi agar tidak

    terlalu besar yaitu sebesar arus nominal

    Trafo daya terbesar pada waktu itu (tahun

    70 an), sehingga didapatkan nilai 40 Ohm

    ini. Ternyata sesuai SPLN tersebut diatas pentanahan ini dianut pula oleh sistem

    Distribusi 20 kV yang dipasok dari Pusat

    Listrik Tenaga Diesel Skala kecil. Seperti

    telah diketahui secara umum, setiap kali

    kejadian gangguan satu fasa ketanah pada

    sistem pentanahan Netral melalui Tahanah

    (murni), sistem pembangkitannya pasti

    mendapat tambahan beban resistif (MW)

    yang mempunyai beban tak seimbang

    (unbalance), karena arus gangguan 1 fasa

    ketanah yang melewati tahanan pada

    generator yang dihubungkan ketanah. Jikakapasitas pembangkitan yang cukup besar

    seperti di sistem kelistrikan Jawa, sebagian

    di Sumatra, Sulawesi dan sebagian kecil di

    Kalimantan, tambahan beban unbalance ini

    tidak banyak berarti terhadap mesin-mesin

     penggerak mulanya. Tetapi untuk sistem

    kecil yang beroperasi isolated dan tersebar

    di pulau-pulai kecil di Indonesia yang

    dipasok oleh PLTD skala kecil dimana

     beban resistif tambahan yang terbentuk

    akibat gangguan 1 fasa ketanah di jaringan

    Distribusi tegangan menengah, besarkemungkinan nilai MW yang diserap lebih

     besar dari kapasitas pembangkit 3 fasanya.

    Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN 2

  • 8/18/2019 2.Pembumian Netral Sistem

    3/12

    Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV

    Dipasok oleh PLTD Skala Kecil Seminar

    Proteksi 24 Juli 03

    Hal ini dapat dihitung dengan

    mempergunakan persamaan sebagai

     berikut:

    P (Watt) = Watt

    V2 ph 

    Dimana:

    P = Daya yang diserap oleh mesin (Watt)

    V = Tegangan fasa – netral (Volt)

    R = Tahanan pentanahan yang terpasang

    di trafo hubungan Y (Ohm)

    Jika mesin dengan daya 3 MW pentanahan

    40 Ohm maka daya yang diserap (selain

     beban) sebesar:

    P = =40

    )3/20( 2 3,33 MW

    Selanjutnya gangguan 1 fasa tanah dapat

    merusak mesin (prime over).

    Gejala kerusakan pada mesin adalah:

      Terjadinya gangguan satu fasa ketanah

      Mesin tidak mengalami “overload” atau

    “underspeed” mesin tidak trip

      Mesin baru trip setelah mengalami

    kerusakan pada bagian yang terhubung

    dengan crankshaft

    Kemungkinan penyebab kerusakan pada

    mesin (prime over).

    Dari gambar 1 diatas bahwa

    1. 

    gaya Pg1 dan Pg 2 saling menghilangkan, dan beban gaya PX1 + P X2 

  • 8/18/2019 2.Pembumian Netral Sistem

    4/12

    Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV

    Dipasok oleh PLTD Skala Kecil Seminar

    Proteksi 24 Juli 03

     Nilai daya yang diserap oleh Mesin akibat

    gangguan 1 fasa ketanah sebesar 0,266

    MW, masih dibawah daya mesin sebesar 3

    MW hal ini tidak menghentikan generator

    dan GFR yang terpasang dapat bekerja

    dengan baikDengan uraian tersebut diatas bahwa

     pemakaian tahanan pentanahan 500 Ohm

    yang terpasang pada mesin PLTD skala

    kecil sangat baik dibandingkan tahanan

     pentanahan 40 Ohm

    III.  Contoh:

    Pengaruh gangguan satu fasa ke tanah yang

    dipasok dari PLTD dengan daya 1,5 MVA

    tegangan 6,3 kV dengan pentanahan

    mempergunakan tahanan 500 Ohm,

    gangguan ada dilokasi C

    Data-data

    1. PLTD:

    A : 1,5 MVA, 6,3 kV, Xd’ = 2,5%,

     NGR = 500 Ohm

    B : 1,5 MVA, 6,3 kV, Xd = 2,5%,

     NGR = 500 Ohm

    2. Impedansi jaringan:

    a. Jaringan AC & Jaringan BC

    Z1 = Z2 = 2,811 + j 4,297 Ohm

    Zo = 4,720 + j 21,034 Ohm

     b. Z1 = Z2 = 5,621 + j 8,596 Ohm

    Zo = 9,4406 + j 42,068 Ohm

    1.  Pentanahan mempergunakan tahanan

    500 OhmTabel 1

    Kap

    Kap/

    fasa

    Power

    ( R )

    Power

    ( S )

    Power

    ( T )

    Power

    Ter

    kVA kVA (kWatt) (kWatt) (kWatt)

    serap

    (kW)

    Gen- A 1500 500 283,38 6,454 8,922 298,75

    Gen- B 1000 333,3 223,03 -6,454 -8,922 207,65

    506,40 0,000 0,000 506,40

    2. Tahanan mempergunakan tahanan 40 Ohm

    Tabel 2

    Kap

    Kap/

    fasa

    Power

    ( R )

    Power

    ( S )

    Power

    ( T )

    Power

    Ter

    kVA kVA (kWatt) (kWatt) (kWatt) serap

    (kW)

    Gen- A 1500 500 584,87 -31,76 84,930 638,042

    Gen- B 1000 333,3 472,017 31,76 84,930 418,835

    1056,9 0,000 0,000 1056,87

    Hasil perhitungan tersebut diatas, terlihat bahwa

    terjadi pergeseran besar dan vektor teganganfasa yang terganggu satu fasa ketanah

    Pada tabel 1 pentanahan yang mempergunakan

    tahanan 500 Ohm daya yang terserap oleh

    tahanan pentanahan dengan daya dua mesin

    sebesar 2500 kW sebesar 506,40 kW, hal ini

    generator tidak overload. Bila dilihat nilai Power

    (kW) satu fasa yang diserap dari generator

    akibat gangguan satu fasa ketanah ini tidaklah

    sampai melampaui kapasitas generator perfasa

    Jadi penguatan yang terdapat di rotor tidak

    terbebani terlalu besar akibat gangguan 1 fasa ke

    tanah di fasa S, tetapi sebaliknya dengan

    mempergunakan pentanahan 40 Ohm seperti

    terlihat pada tabel 2 mesin akan terbebani

    sebesar 1056,9 kW. Hal ini penguatan rotor

    mengeluarkan daya aktif terlalu besar yang

    dapat merusak gulungan dan pada saat terjadi

    gangguan rotor dapat berhenti, tetapi mesin

     penggerak mula (PLTD) tetap berjalan, hal

    inilah mesin diesel dapat patah pistonnya atau

     bearingnya terbawa keatas, selanjutnya dapat

    merusak mesin tersebut.

    A B

    C

     

    IV. 

    KESIMPULAN 

    1. Pentanahan yang mempergunakan

    tahanan 40 Ohm, tidak cocok

    dipergunakan untuk Pembangkitan

    yang mempunyai daya kecil, tetapi

     baik untuk pasokan daya yang

    mempunyai daya besar.

    2. 

    Pentanahan yang mempergunakan

    tahanan 500 Ohm, baik untuk

    Pembangkitan yang mempunyai dayakecil, jika terjadi gangguan 1 fasa –

    ketanah daya terserap masih lebih

    kecil daya generator. Hal ini tidak

    merusak generator dan GFR dapat

    merespon adanya gangguan.

    3. 

    SPLN No  2 tahun 1978 dan

    SPLN no 12 tahun 1980   perlu

    dikaji ulang, supaya Unit-unit PLN

    yang mempunyai PLTD kecil

    mempunyai pegangan untuk tahanan

     pentanahan netral.

    Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN 4

  • 8/18/2019 2.Pembumian Netral Sistem

    5/12

    Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV

    Dipasok oleh PLTD Skala Kecil Seminar

    Proteksi 24 Juli 03

    2. 

    Alstom; Protective Relays Application

    Guide 1995

    3. 

    John j. Grainger, Wiiliam D. Stevenson JR;

    Power system Analysis 1994

    4. 

    Ir. H. Komari dan Pribadi Kadarisman

    makalah: Kegagalan Proteksi sistem

    Distribusi 1998

    BUKU PUSTAKA

    1. Standar PLN No 88 tahun 1991 SPLN No 2

    tahun 1978 dan SPLN no 12 tahun

    1980  

    5. 

    Pribadi Kadarisman dan Wahyudi

    Sarimun.N makalah: keandalan sistem

    distribusi primer 20 KV dengan cara

     penyetelan OCR dan GFR pada incoming

    dan Outgoing feeder mempergunakan

     program sederhana excel, 2003

    Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN 5

  • 8/18/2019 2.Pembumian Netral Sistem

    6/12

    Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV

    Dipasok oleh PLTD Skala Kecil Seminar

    Proteksi 24 Juli 03

    Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN 6

     

    LAMPIRAN 

    TINJAUAN KOMPONEN ARUS, TEGANGAN PADA BERBAGAI MACAM PENTANAHAN

    SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH.

    Gangguan satu fasa ketanah secara statistik diketahui yang paling banyak terjadi pada jaringan dengan

    konduktor terbuka yang digelar di alam bebas. Penyebab gangguan itu bisa karena sambaran petir yang

    diiukuti dengan power follow current, tersentuh dahan pohon, binatang dan lain-lain.

    Pengamanan terhadap gangguan satu fasa ketanah tentunya menjadi perhatian bagi Perusahaan Listrik,mengingat kemungkinan kejadiannya menjadi yang terbesar.

    Besar arus gangguan tanah menjadi tergantung dari sistem pentanahan netralnya. Tegangan fasa yang

    sehat perlu pula menjadi tinjauan untuk diperhitungkan terhadap kekuatan isolasi peralatan instalasi

     penyaluran maupun peralatan instalasi konsumen. Disamping itu perlu pula diperhatikan pengaruh besar

    arus gangguan satu fasa ketanah terhadap mesin kecil-kecil yang memasok jaringan Distribusi TM untuk

    masing-masing sistem pentanahan netralnya.

    Penjelasan macam-macam pentanahan yang terpasang pada sistem Tenaga Listrik dapat dilihat dibawah

    ini:

    1.  KOMPONEN ARUS, TEGANGAN DAN POWER PADA NETRAL MENGAMBANG

    (FLOATING) SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH

    Pada suatu sistem kelistrikan dengan Netral mengambang, arus gangguan satu fasa ketanah di titik

    gangguan mengalir arus kapasitif fasa yang sehat dari jaringan untuk kembali ke sumbernya. Arus

    kapasitif ini tidak hanya dari kapasitansi penyulang yang terganggu tetapi juga dari kapasitansi

     penyulang yang sehat, dan besarnya tidak tergantung dari lokasi gangguan.

    Karenanya, arus kapasitif ini tidak bisa dipakai untuk mengerjakan Relai gangguan tanah secara

    selektif memisahkan penyulang yang terganggu dari sistem yang masih sehat, sehingga gangguan

    tanah dicari dengan cara coba-coba. Untuk 1, 2 sampai 3 penyulang, dimana masing-masing

     penyulang mempunyai nilai kapasitansi yang kecil saja, akan menghasilkan arus kapasitif di titik

    gangguan tanah juga kecil saja yang akan clear dengan sendirinya bila terjadi gangguan tanah yang

    sifatnya temporer. Dalam hal mencari penyulang yang terganggu satu fasa ketanah permanen di

     jaringan dengan membuka PMT satu persatu penyulang masih tidak menjadi masalah. Tetapi kalau

    sudah banyak penyulang yang tersambung pada satu bus, mungkin akan sebanyak jumlah penyulang

    yang ada terpaksa dipadamkan hanya untuk mengetahui penyulang mana yang terganggu. Uraian

    vektor arus kapasitf jaringan sewaktu gangguan satu fasa ketanah dapat dilihat pada gambar dibawah

    ini :

    C

    VNG

    VBG VCG

    N

    A,G

    ICB

    ICC

    BCB

    A

    N VCNVBN

    VAN

     

    ICT

    Gambar 2: Vektor tegangan dan arus saat gangguan tanahGambar 1: Vektor tegangan sistem kondisi normal

  • 8/18/2019 2.Pembumian Netral Sistem

    7/12

    Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV

    Dipasok oleh PLTD Skala Kecil Seminar

    Proteksi 24 Juli 03

    Dalam keadaan normal, dan dengan menganggap kapasitansi tiap fasa dari jaringan sama besar,

    maka besar tegangan tiap fasanya ketanah sama dengan besar tegangan tiap fasa ke Netral, danvektor tegangan sistem VAN, VBN, VCN dapat dilihat seperti pada gambar 1.

    Dalam keadaan gangguan satu fasa ketanah (misalnya fasa A), maka potensial fasa A akan berimpit

    dengan tanah (G) sekaligus kapasitansi jaringan fasa A terhubung singkat ketanah oleh gangguan

    tersebut, sehingga tegangan N (netral), fasa B dan fasa C terhadap tanah akan naik seperti digam-

     barkan sebagai V  NG, VBG, VCG di gambar 2. pada kondisi ini terlihat bahwa tegangan fasa yang sehat

    (fasa B dan fasa C) naik sebesar √3 kali tegangan Eph. Hal inilah yang mengharuskan kelas isolasidari peralatan instalasi berpegang kepada tegangan fasa-fasa. Belum lagi akibat arus kapasitif yang

    mengalir di titik gangguan, jumlah penyulang yang banyak dan panjang akan menghasilkan arus

    kapasitif total cukup besar, gangguan satu fasa ketanah yang ter-putus-putus (arc), sementara

    tegangan fasa sehat yang masih bertahan sebesar √3 terhadap tanah, maka sewaktu sinusoidal aruskapasitif yang mengalir di fasa A sedang berada pada level nol, se-olah-olah fasa A terlepas

    hubungannya dari tanah, pada saat yang singkat itu tegangan fasa A seperti terlempar berputar

    dengan garis sumbu yang menyinggung titik tegangan fasa B dan fasa C. Naiknya tegangan fasa A

    dengan cara demikian, membuat fasa A di titik gangguan terpukul arc kembali (restricking) dan

    kejadian ini berulang pada setiap siklus sinusoidal arus gangguan kapasitif di fasa A. Peristiwa ini

     biasa disebut dengan arcing ground dimana tegangan fasa yang terganggu ke tanah sesaat dan

     berulang kali bisa naik sampai 3xEph yang membahayakan isolasi peralatan instalasi.

    B C

    VNG

    VBG VCG

    N

    A,G

    VAG

    N

    A

    ICT

    ICB

    ICC

      Sumbu putar 

    Gambar 3: Vektor tegangan saat sinusoidal arus kapasitif melalui nol

     pada kejadian arcing ground 

    Kalau panjang jaringan distribusi TM tidak terlalu panjang, arus gangguan kapasitif sewaktu

    gangguan satu fasa ketanah temporer tidak terlalu besar (beberapa amper saja), maka gangguan

    tanah tersebut dapat clear sendiri tanpa harus ada pemutusan penyulang, sedangkan untuk gangguan

    satu fasa ketanah yang permanen, maka sistem penyaluran distribusi masih dapat berjalan selamagangguan satu fasa ketanah terjadi sementara konsumen tidak merasakan adanya gangguan tanah

    tersebut. Kalau gangguan tanah itu terjadi akibat kawat fasa putus jatuh ketanah, maka selama

    Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN 7

  • 8/18/2019 2.Pembumian Netral Sistem

    8/12

    Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV

    Dipasok oleh PLTD Skala Kecil Seminar

    Proteksi 24 Juli 03

    kawat fasa itu tidak diangkat oleh manusia, tidak menjadi masalah, tetapi bila kawat fasa tersebut

    diangkat oleh manusia sehingga terlepas hubungannya dengan tanah, maka kawat fasa itu akan

    kembali bertegangan yang membahayakan manusia.

    Penyelesaian masalah diatas adalah dengan memasang Relai Tegangan Lebih gangguan tanah di

    Bus TM yang mentripkan semua Penyulang (untuk jumlah penyulang yang tidak terlalu banyak),

    kemudian gangguan tanah dicari pada satu persatu penyulang.

    Gangguan tanah yang terjadi tidak menyerap Power dari Generator, karena arus gangguannyaadalah arus kapasitif. 

    2.  KOMPONEN ARUS, TEGANGAN PADA SISTEM PENTANAHAN NETRAL MELALUITAHANAN SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH.

    Dalam usaha mengurangi kemungkinan terjadinya cross country fault pada sistem dengan netral

    mengambang atau pentanahan netral melalui Peterson Coil, gangguan tanah yang pertama kali

    terjadi didalam sistem perlu di clear kan oleh Relai Gangguan Tanah.

    Untuk jaringan distribusi yang sudah luas dan terdiri dari banyak penyulang, Relai pengamannya

    harus bekerja selektif, selain pemisahan bagian yang terganggu ketanah di clear kan dengan cepat.

    Untuk itu diperlukan Relai pengaman yang mampu mendeteksi dan menseleksi arus gangguan tanah

    yang mengalir ke bagian yang terganggu saja. Kebutuhan ini dipenuhi, diantaranya dengan arus

    yang dihasilkan oleh sistem pentanahan Netral melalui Tahanan.

    Dalam Standar PLN No 88. th 1991, mengenai pentanahan Netral pada sistem Distribusi 20 kV,

    telah diatur besar nilai Tahanan yang digunakan. Yaitu dengan nilai 40 Ohm dan 500 Ohm untuk

     jaringan SUTM, dan 12 Ohm untuk jaringan SKTM. Dalam operasinya, nilai Tahanan yang banyak

    digunakan / dianut oleh PLN Unit di Jakarta, Jawa Barat sampai ke PLN Unit diluar Jawa adalahnilai Tahanan Pentanahan Netral sebesar 40 Ohm.

    Pada awal mula ditetapkannya angka 40 Ohm (tahun 70 an) berdasarkan pembatasan besar arus

    gangguan tanah yang tidak lebih besar atau paling besar sama dengan arus nominal Trafo Daya di

    Gardu Induk yang memasok jaringan Distribusi, yaitu untuk kapasitas Trafo Daya sebesar 10 MVA

    (rating rata-rata Trafo Daya terpasang di Instalasi PLN Jawa pada waktu itu), dimana relai gangguan

    tanah yang digunakan cukup dengan Relai Arus Lebih biasa dan karena besar arus gangguan tanah

    hampir sama besar untuk gangguan tanah disepanjang jaringan, karakteristik Relai Gangguan tanah

    ini dipilih dari jenis Definite time. Sedang nilai Pentanahan Netral melalui 500 Ohm dengan Relai

    Gangguan Tanah dari jenis Directonal Ground Relay boleh dikatakan sepenuhnya mengadopt dari

     pentanahan dan pengamanan sistem distribusi Jepang; dan Pentanahan Netral melalui 12 Ohm

    dimaksudkan agar arus resistif gangguan tanah lebih besar dari arus gangguan tanah kapasitif pada

     jaringan kabel.Uraian arus dan tegangan saat gangguan tanah yang akan ditinjau pada kesempatan ini adalah untuk

    sistem dengan pentanahan Netral 20 kV melalui Tahanan 40 Ohm yang banyak diterapkan pada

    sebagian besar sistem distribusi di PLN, baik di Jawa maupun di luar Jawa, walaupun kapasitas

     pembangkitannya lebih kecil dari 10 MVA (nilai daya yang dipakai sebagai dasar penetapan nilai

    tahanan pentanahan 40 Ohm)

    Untuk sistem Distribusi di Jawa dan beberapa wilayah yang sumbernya sudah besar, uraian vektor

    tegangan dalam keadaan normal dapat dilihat pada gambar 6 dan uraian vektor tegangan dan arus

    saat gangguan tanah dapat dilihat pada gambar 7. Besar daya unbalance (komponen watt) yang

    diserap dari sumber pembangkit tidak terlalu berarti bagi mesin yang memang sudah besar tadi.

    C

    N VCNVBN

    VAN

    B

    Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN 8

    C

    VNA

    VBG VCG

    N

    B

    ICC

  • 8/18/2019 2.Pembumian Netral Sistem

    9/12

    Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV

    Dipasok oleh PLTD Skala Kecil Seminar

    Proteksi 24 Juli 03

    Kondisi normal, bentuk vektor tegangan masih seimbang seperti terlihat pada gambar 6. Pada

    kondisi gangguan satu fasa ketanah, segitiga tegangan menjadi sedikit tergeser. Arus gangguan satu

    fasa ketanah tidak murni resistif, komponen reaktif jaringan yang membuat pergeseran ini.

    Tegangan Netral terhadap tanah (V  NG) dibentuk oleh tegangan drop di Tahanan pentanahan,

    sementara tegangan antara terminal fasa A dan tanah dibentuk akibat arus balik yang membuat drop

    tegangan pada reaktansi jaringan (yang dinilai dominan reaktansi dari pada resistansi), sehinggavektor tegangan ini dapat digambarkan seperti pada gambar 7.

    Pergeseran segitiga tegangan ini, diperkirakan tidak terasa disisi konsumen, begitu juga kedip

    tegangan akibat terjadinya gangguan tanah di jaringan distribusi 20 kV.

    Tetapi pergeseran segitiga tegangan ini akan berbeda bila terjadi pada jaringan yang dipasok oleh

    sistem dengan pembangkit-pembangkit skala kecil dimana reaktansi jaringan termasuk reaktansi

    Trafo daya mempunyai nilai yang tidak bisa diabaikan terhadap nilai tahanan pentanahan.

    C

    VNA

    VBG VCGN

    A

    B

    ICC

    ICB

    ICT

    G

     

    Gambar 8: Vektor tegangan dan arus saat gangguan tanah pada sistem

    dengan pasokan mesin/generator kecil 

    Gangguan tanah di suatu titik di jaringan dapat menggeser segitiga tegangan menjadi tidak simetris

    lagi, terutama dirasakan pada sisi hilir jaringan yang kira-kira seperti gambar 8. Kalau kondisi

    demikian itu terjadi maka dapat dilihat bahwa tegangan salah satu fasa (yang leading terhadap fasa

    terganggu, dalam hal ini ECG) akan naik lebih besar dari √3 kali Eph dan akan membuat :

    1.  Stress over voltage pada seluruh isolator di fasa tersebut di sepanjang jaringan

    2.  Arus gangguan tanah yang mengalir di Tahanan pentanahan (NGR) menarik unbalance power (watt)

    dari Generator yang kemungkinan lebih besar dari kapasitas per fasanya.

    Pada pemahaman awal dalam pemilihan sistem pentanahan Tahanan, akibat nomor 1 masih dapat

    ditahan selama Relai Gangguan Tanah bekerja cepat, sehingga stress voltage pada isolator segera

    hilang, tetapi dalam operasi penerapan sistem pentanahan ini, akibat nomor 2 sudah menjadi keluhan bagi unit-unit PLN yang hanya mempunyai pembangkit skala kecil (PLTD). Kejutan sesaat arus

    Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN 9

  • 8/18/2019 2.Pembumian Netral Sistem

    10/12

    Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV

    Dipasok oleh PLTD Skala Kecil Seminar

    Proteksi 24 Juli 03

    komponen Watt yang unbalance diperkirakan menghasilkan kejutan unbalance pula di poros mesin.

    Selanjutnya dilaporkan terjadi kerusakan disekitar poros mesin (crank shaft atau bearing).

    Dari keluhan ini, perlu kiranya meninjau kembali ketetapan/SPLN yang mengatur pentanahan Netral

    sitem 20 kV (Distribusi TM) khususnya untuk sistem yang dipasok oleh pembangkit skala kecil,

    untuk menghindari kerusakan mesin akibat gangguan satu fasa ketanah di jaringan.

    3.  KOMPONEN ARUS, TEGANGAN PADA SISTEM PENTANAHAN NETRAL MELALUIPETERSON COIL SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH.

    Permasalahan arcing ground pada sistem Netral mengambang akibat arus kapasitif yang cukup besar

    ditanggulangi dengan mengkompensir arus gangguan kapasitif tersebut dengan arus induktif yang

     besarnya diatur hampir sebesar arus kapasitif. Hasilnya adalah bahwa resultante arus gangguan tanah

    di titik gangguan kembali menjadi kecil sehingga bila terjadi gangguan tanah temporer di mana saja

    di jaringan dapat clear dengan sendirinya tanpa ada pemutusan aliran daya ke konsumen. Konsumen

    di sisi Tegangan rendah tidak merasakan adanya gangguan yang terjadi di jaringan TM (hubungan

    tafo Distribusi adalah ∆Y, sehingga tegangan kedip tidak dirasakan oleh konsumen. Arus induktifyang dipakai untuk mengkompensir arus gangguan kapasitif itu diperoleh dengan memasang

    induktor antara titik Netral dan tanah, sehingga terbentuklah pentanahan Netral melalui reaktor

    dengan nilai reaktansi tertentu yang dapat di tune mendekati nilai reaktansi kapasitif jaringan,

    reaktor tersebut biasa disebut Peterson Coil. Uraian Vektor Arus dan Tegangan sistem dalam

    keadaan normal dan kondisi terjadi gangguan satu fasa ketanah dapat dilihat pada gambar 4 dan 5

     berikut dibawah ini.

    Seperti halnya uraian vektor tegangan dan arus pada sistem Netral mengambang, pada kondisi

    normal tagangan sistem tiap fasanya seimbang (selama nilai kapasitansi jaringan ketanah seimbang

     pada tiap fasanya) dan vektor tegangan ini ditunjukkan pada gambar 4. Pada kondisi gangguan satu

    fasa (A) ketanah, arus kapasitif pada uraian vektor arus pada sistem Netral mengambang

    dikompensir oleh arus induktif IL sehingga di titik gangguan tanah arus kapasitif jaringan dan arus

    induktif dari sistem pentanahan netral saling menjumlahkan. Karena vektor arus kapasitif dan arus

    induktif berbeda fasa 180 

    , maka besar arus gangguan tanah di titik gangguan tanah menjadi saling

    mengurangi dan menjadi kecil. Mengingat resonansi pada frekwensi dasar antara Induktansi

    kumparan Peterson dan kapasitansi jaringan jangan sampai terjadi, yang maksudnya untuk

    menghindari impedansi maksimum yang bisa menyebabkan terjadinya tegangan lebih, maka nilai

    induktansi L di set agak sedikit bersifat kompensasi lebih atau kompensasi kurang.

    Untuk tetap menjaga agar arus gangguan tanah selalu kecil sehingga tidak terjadi Arcing Ground,

     pe-ngembangan jaringan distribusi akibat bertambah luasnya daerah pelayanan yang memberikonsekwensi bertambah besarnya arus kapasitif sewaktu gangguan satu fasa ketanah, maka setelan

    nilai reaktansi Peterson Coil perlu selalu diperiksa apakah masih sesuai dengan nilai reaktansi

    C C

    VNG

    VBG VCG

    N

    A,G

    I LL

    ICB

    ICC

    BB

    N VCNVBN

    VAN

    ICTA

    Gambar 4: Vektor tegangan sistem

    kondisi normal

    Gambar 5: Vektor tegangan dan arus

    saat gangguan tanah

    Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN 10

  • 8/18/2019 2.Pembumian Netral Sistem

    11/12

    Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV

    Dipasok oleh PLTD Skala Kecil Seminar

    Proteksi 24 Juli 03

    kapasitif jaringan. Jadi diperlukan personil (engineer) yang selalu mengikuti perkembangan

     jaringan agar keandalan sistem penyaluran distribusi tetap terjaga dengan baik.

    Bila gangguan tanah yang terjadi adalah gangguan tanah permanen, maka sistem dapat berjalan

    terus tanpa pemutusan bagian yang terganggu itu. Pada kondisi ini konduktor fasa yang terganggu

    ketanah tetap berpotensial nol terhadap tanah, sementara naiknya tegangan dua fasa yang sehat

    terhadap tanah sebesar √3 kali Eph (sebesar Eph-ph) tetap bertahan selama gangguan tanah pertama

    tadi belum di clearkan. Stress tegangan lebih yang bertahan dalam waktu lama dapatmembahayakan isolator di sepanjang jaringan. Pada kondisi terakhir ini, kemungkinan isolator

    terlemah didalam jaringan dapat tembus tegangan dan membentuk gangguan tanah baru, sehingga

    terjadilah gangguan dua fasa ketanah yang terdiri dari dua gangguan tanah ditempat yang berbeda.

    Kejadian ini biasa disebut cross country fault.

    Bila kejadian cross country fault didalam sistem cukup besar kemungkinannya, maka gangguan

    tanah yang pertama harus dapat segera di clear kan, agar tidak terjadi gangguan tanah kedua.

    4. KOMPONEN ARUS, TEGANGAN PADA SISTEM PENTANAHAN NETRAL LANGSUNG

    (SOLID) SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH.

    Usaha lain yang dapat membuat Relai Gangguan Tanah bekerja pasti adalah dengan menerapkan

     pentanahan Netral langsung (solidly grounded). Dari logikanya, jelas mudah dipahami bahwa arus

    gangguan satu fasa ketanah akan sangat besar sekali, mungkin sama besar dengan arus gangguan

    tiga fasa, bahkan bisa lebih besar pada lokasi gangguan tanah tertentu, arus gangguan tanah yang

     besar inilah yang memberikan kepastian pada kerja Relai Gangguan Tanah. Walaupun demikian

    arus gangguan tanah ini hanya mempunyai komponen Watt yang kecil saja, selebihnya yang besar

    adalah komponen VAR. Sehingga tidak banyak berpengaruh terhadap daya di poros mesin, tetapi

     besar pengaruhnya terhadap peralatan pengatur tegangan otomatis (AVR) pada penguat medan di

    Generator.

    Pentanahan Netral langsung ini banyak diterapkan di sistem Distribusi TM di Amerika, sementara di

    Indonesia, yang menganut sistem pentanahan seperti ini adalah di sistem Distribusi TM di Jawa

    Tengah yang memang meng adopt pentanahan Netral TM sistem di Amerika. Hal ini disebabkan

    oleh karena PLN menyerahkan sepenuhnya kepada standar yang digunakan konsultan dari Amerika pada awal pembangunannya dulu. Pentanahan ini kemudian ditetapkan dalam SPLN No 88 tahun

    1991.

    Dalam operasinya, ternyata sistem pentanahan netral langsung tidak dikembangkan kedaerah lain.

    Dengan sistem pentanahan netral langsung memungkinkan jaringan dibebani dengan Trafo

    Distribusi satu fasa, dari hal ini diketahui bahwa ketidak seimbangan beban akan besar

    kemungkinannya terjadi, kawat netral menjadi teraliri arus dan selanjutnya bisa mengakibatkan

     pergeseran tegangan kawat netral setelah arus beban mengalir sampai jarak tertentu. Untuk

    menghindari hal ini, maka pada jaringan kawat netral perlu untuk ditanahkan lagi dibanyak titik

    dengan nilai tahanan pentanahan yang rendah. Tambahan persyaratan ini sering tidak bisa dipenuhi

    PLN, dan dianggap menyulitkan baik sewaktu pembangunan jaringan baru atau

    menjaga/memelihara sistem pentanahan kawat netral yang sudah ada. Karena sulitnya, sampai data

    kondisi pentanahan kawat netral jaringan boleh dikatakan tidak ada. Sehingga mutu tegangan pelayanan ke konsumen menjadi sulit untuk dinyatakan persentase pergeseran tiap fasa terhadap

    nilai nominalnya.

    Tinjauan diatas adalah untuk jaringan distribusi dalam kondisi tidak ada gangguan hubung singkat.

    Pada kondisi gangguan satu fasa ketanah (jenis gangguan yang cukup sering frekwensinya) akan

     jelas diketahui bahwa tegangan fasa yang terganggu akan mengalami kedip sampai tinggal beberapa

     persen saja dari nilai nominalnya. Hal ini juga sudah menjadi keluhan konsumen apalagi dengan

    frekwensi gangguan yang cukup tinggi. Dengan alasan inilah, kemungkinan PLN tidak lagi

    mengembangkan sistem pentanahan Netral langsung di tempat lain, jadi hanya di PLN Distribusi

    Jawa Tengah.

    CB 

    A

    N VCNVBN

    VAN

    VAGA

    VA’G

    VB’G

    B

    IFGVC’G

    N,G

    C

    Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN 11

  • 8/18/2019 2.Pembumian Netral Sistem

    12/12

    Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV

    Dipasok oleh PLTD Skala Kecil Seminar

    Proteksi 24 Juli 03

    Untuk melihat berapa besar pengaruh pergeseran vektor tegangan dan arus pada sistem pentanahan

    netral langsung sewaktu gangguan satu fasa ketanah (sebelum ditripkan oleh Relai gangguan tanah),

     berikut dapat dilihat kemungkinan pergeseran tersebut.

    Karena netral sistem ditanahkan langsung ke tanah, dan bila terjadi gangguan satu fasa ketanah

    (misalnya di fasa A) dengan tahanan gangguan sebesar 0 Ω, maka potensial titik gangguan tanahakan berimpit dengan netral sistem.

    Arus gangguan tentunya akan membentuk sudut terhadap tegangan fasa terganggu (A) sebesar sudutline (antara 70°  s/d 80 °), sehingga posisi tegangan terminal fasa terganggu disisi sumber akan bergeser sedikit dari titik netral, artinya tidak berimpit dengan titik netral sistem akibat adanya nilai

    reaktansi sumber dan impedansi line.

    Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN 12